PERANAN HIDUP DOA DALAM MENINGKATKAN KECERDASAN SPIRITUAL PARA SUSTER YUNIOR KONGREGASI SUSTER-SUSTER CINTA KASIH SANTO CAROLUS BORROMEUS WILAYAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidi

  

PERANAN HIDUP DOA DALAM MENINGKATKAN KECERDASAN

SPIRITUAL PARA SUSTER YUNIOR KONGREGASI SUSTER-SUSTER

CINTA KASIH SANTO CAROLUS BORROMEUS

WILAYAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

S K R I P S I

  

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik

  

Oleh:

Paulina Sartipa

NIM: 081124034

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN

  

KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

  

PERANAN HIDUP DOA DALAM MENINGKATKAN KECERDASAN

SPIRITUAL PARA SUSTER YUNIOR KONGREGASI SUSTER-SUSTER

CINTA KASIH SANTO CAROLUS BORROMEUS

WILAYAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

S K R I P S I

  

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik

  

Oleh:

Paulina Sartipa

NIM: 081124034

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN

  

KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2013

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  

PERSEMBAHAN

  Skripsi ini saya persembahkan kepada para Suster Kongregasi Suster-suster Cinta Kasih Santo Carolus Borromeus yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk menjalani perutusan studi di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

  Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  MOTTO

  “Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskan-Nya, dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkan-Nya, sampai Ia menjadikan hukum itu menang”.

  (Mat 12:20)

  

ABSTRAK

  Para suster yunior Kongregasi Suster-suster Cinta Kasih Santo Carolus Borromeus wilayah Daerah Istimewah Yogyakarta adalah generasi penerus kongregasi yang sedang berproses membina diri semakin masuk dalam tubuh kongregasi dengan segala keprihatinannya. Sebagai suster yunior yang sedang berproses membina diri belum memahami kecerdasan spiritual secara lebih mendalam, sehingga kesulitan dan tantangan yang dialami dalam menghayati hidup panggilan dan perutusannya, belum disikapi secara cerdas pula. Melihat keprihatinan ini maka, para suster yunior CB membutuhkan doa sebagai kekuatan yang menggerakkan dan mendayainya untuk meningkatkan kecerdasan spiritual dalam menghayati hidup panggilan dan perutusannya. Berdasarkan keprihatinan tersebut penulis tergerak memilih judul skripsi: PERANAN HIDUP DOA

  

DALAM MENINGKATKAN KECERDASAN SPIRITUAL PARA SUSTER

YUNIOR KONGREGASI SUSTER-SUSTER CINTA KASIH SANTO

CAROLUS BORROMEUS WILAYAH DIY.

  Hidup doa ialah kebiasaan rutin menyediakan waktu untuk menjalin relasi dengan Tuhan melalui doa-doa harian, yang dilakukan dengan kesadaran dan kepercayaan yang mendalam akan belas kasih dan cinta Allah yang menjadi dasar, kekuatan, daya, spirit yang menggerakkan dan mengarahkan manusia pada kepenuhan hidup dalam Tuhan. Sedangkan kecerdasan spiritual adalah kecerdasan jiwa yang menjadi bagian dari diri manusia yang paling dalam yaitu hati nurani yang memampukan manusia memaknai seluruh hidupnya dengan lebih baik.

  Metode penelitian yang dipakai adalah penelitian kualitatif deskritif dengan wawancara, pengamatan dan pengumpulan data serta studi dokumen dengan mempelajari hasil pengumpulan data. Para suster yunior khususnya wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta yang diwawancarai berjumlah 10 suster. Dari hasil wawancara dan pengumpulan data tersebut penulis menemukan bahwa para suster yunior CB masih mengalami jatuh bangun dalam membangun hidup doanya. Hal ini berdampak pada perkembangan kecerdasan spiritualnya yang masih membutuhkan bimbingan dan pendampingan. Dengan demikian hidup doa perlu diperhatikan kembali sehingga kecerdasan spiritual para suster yunior CB wilayah DIY semakin baik pula dalam menghayati hidup panggilan dan perutusannya.

  

ABSTRACT

  The junior sisters of CB in the region of DIY is the next generation of the congregation who are in the process of developing themselves into the body of the congregation with its concerns. As a junior sister who is developing they has not understood yet about spiritual intelligence deeply, so that the difficulties and challenges that are experienced in their vocation and mission, has not beer responded intelligently yet. Furthermore, seeing this concern the CB junior sisters need prayer as their strength that moves and empower them to improve the spiritual intelligence in living out their vocation and mission. Based on this concerns the writter chose the title of this writing: THE ROLE OF PRAYER

  

LIFE TO INCREASE INTELLIGENCE SPIRITUAL OF THE JUNIOR

SISTERS IN THE CONGREGATION OF SISTERS OF CHARITY OF

SAINT CHARLES BORROMEO IN THE REGION OF DAERAH

ISTIMEWA YOGYAKARTA.

  Prayer life is a habit to have time to establish a relationship with God through daily prayers, which is performed with consciousness and a deep trust of the compassion and love of God which becomes the fundamental, strength, power, spirit that drives and directs people to the fullness of life in God. While spiritual intelligence is the intelligence of the soul as part of the inner selfs that is a human conscience that enables human to make the meaning of his life better.

  The method of research applied is descriptive qualitative research with interviews, observation and data collection, including the documents study by analyzing results of the data collectied. The writer interview 10 junior sisters specifically in the region of Daerah Istimewa Yogyakarta. From interviews and data collection, the writer found that the junior CB sisters still experiences ups and downs in building their prayer life. This issue brings impact in the development of spiritual intelligence which still needs guidance and mentoring. Thus a prayer life must be concerned again so that the CB junior sisters in the region of Daerah Istimewa Yogyakarta can have better spiritual intelligence in living out their vocation and mission.

KATA PENGANTAR

  Syukur dan terimakasih kepada Allah yang telah melimpahkan berkat-Nya yang melimpah dalam proses penulisan skripsi ini. Penulis juga bersyukur atas cinta dan perhatian dari berbagai pihak dalam bentuk dukungan, membimbing dengan penuh kerelaan dan kesabaran, masukan dan kritikan yang membangun dan dukungan doa-doa sehingga penulis dengan kesabaran dan ketekunan pula dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini yang berjudul PERANAN HIDUP DOA

  

DALAM MENINGKATKAN KECERDASAN SPIRITUAL PARA SUSTER

YUNIOR KONGREGASI SUSTER-SUSTER CINTA KASIH SANTO

CAROLUS BORROMEUS WILAYAH DAERAH

  Penulis menyadari dan mengakui dengan segala kerendahan hati bahwa penulisan skripsi ini jauh dari sempurna, namun berkat dukungan dari berbagai pihak maka penulis dengan penuh keyakinan mempersembahkan yang terbaik. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan banyak terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada:

  1. Dr. J. Darminta, S.J., selaku dosen pembimbing utama, yang telah menyediakan diri dan meluangkan waktu untuk mendampingi, membimbing penulis dengan penuh pengertian, kesabaran dan kesetiaan, memberikan masukan dan kritikan yang bermanfaat sehingga penulis dapat menyelesaikan proses penulisan skripsi ini.

  2. Drs. M. Sumarno, Ds., S.J., M.A, selaku dosen penguji II dan sekaligus dosen wali, yang telah menyediakan diri dan waktu dengan penuh pengertian untuk membimbing dan memberikan masukan mengenai penulisan skripsi ini.

  3. Dr. B. Agus Rukiyanto, S.J., selaku dosen penguji III, yang telah memberikan perhatian, bimbingan, dukungan dan semangat dalam mempertanggungjawab skripsi ini.

  4. Segenap Staf Dosen Prodi IPPAK-JIP, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Unuversitas Sanata Dharma yang telah membimbing, mendukung dan mendidik penulis selama belajar sampai selesai penulisan skripsi ini.

  5. Sr. Carolina, CB beserta Staf Dewan Pimpinan Provinsi Kongregasi Suster- suster Cintakasih Santo Carolus Borromeus yang telah memberikan kesempatan dan kepercayaan perutusan studi sampai selesai penyusunan skripsi ini.

  6. Sr. Yesina, CB selaku Kepala Kantor Yayasan Tarakanita Wilayah Yogyakarta, pendamping suster studi dan pendamping suster yunior yang dengan kesabaran dan kesetiaan mendukung dan memfasilitasi penulis selama menjalani perutusan studi sampai selesai penyusunan skripsi ini.

  7. Sr. Elsa Maryudah, CB, selaku Ketua Yayasan Tarakanita Pusat, yang telah memfasilitasi penulis selama menjalani perutusan studi.

  8. Sr. Surani, CB selaku pemimpin komunitas Panti Rapih, yang telah memberikan perhatian, dukungan, motivasi kepada penulis selama menjalani perutusan studi sampai penyelesaian penulisan skripsi ini.

  

DAFTAR ISI

  Halaman HALAMAN JUDUL …………………………………………………. i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ……………………... ii HALAMAN PENGESAHAN ………………………………………... iii HALAMAN PERSEMBAHAN ……………………………………... iv MOTTO………………………………………………………………. v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ……………………………... vi PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH... vii ABSTRAK …………………………………………………………… viii

  

ABSTRACT ………………………………………………………….... ix

  KATA PENGANTAR ……………………………………………….. x DAFTAR ISI …………………………………………………………. xvi DAFTAR SINGKATAN …………………………………………….. xxi

  BAB I. PENDAHULUAN ……………………………………………

  1 A. Latar Belakang ………………………………………………

  1 B. Rumusan Masalah …………………………………………...

  7 C. Tujuan Penulisan ………………………………………….....

  7 D. Manfaat Penulisan …………………………………………...

  7 E. Metode Penulisan ……………………………………………

  8 F. Sistematika Penulisan ………………………………………..

  8 BAB II. HIDUP DOA PARA SUSTER YUNIOR KONGREGASI SUSTER-SUSTER CINTA KASIH SANTO CAROLUS BORROMEUS WILAYAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ………………………………………......

  11 A. Hidup Doa ……………………………………………………

  11 1. Pengertian Hidup doa …………………………………….

  11 2. Spiritualitas Doa ………………………………………….

  13 3. Doa ……………………………………………………….

  18 a. Pengertian Doa ……………………………………….

  18

  b. Berbagai Bentuk Doa………...……………………....

  22 c. Berbagai Cara Berdoa ……………………………......

  29 d. Berbagai Isi Doa ……………………………………...

  32 B. Spiritualitas Doa dalam Kongregasi …………………………

  35 1. Konstitusi CB …………………………………………….

  35

  2. Kisah Pendiri Kongregasi Elisabet Gruyters (EG) ………

  36 3. Senantiasa Hati Kami Mendambakan Allah …………….

  39 C. Keadaan Praksis Hidup Doa Para Suster CB Wilayah DIY….

  42 D. Keadaan Praksis Hidup Doa Para Suster Yunior Wilayah DIY …………………………………………………………...

  45 1. Aspek Rohani …………………………………………….

  46 2. Pembinaan Terus-menerus ……………………………….

  55 E. Pentingnya Bimbingan Hidup Doa Masa Yunior ……………

  56 BAB III. KECERDASAN SPIRITUAL ……………………………...

  63 A. Macam-macam Kecerdasan ………………………………….

  63 1. Kecerdasan Spiritual (SQ) ……………………………….

  63 2. Kecerdasan Intelektual (IQ) ……………………………..

  66 3. Kecerdasan Sosial (SI) …………………………………...

  67

  4. Kecerdasan Emosional (EQ) ……………………………

  69 B. Perkembangan dan Pertumbuhan Kecerdasan Spiritual ……..

  72 C. HubunganTimbal Balik Antara Doa dan Kecerdasan Spiritual ……………………………………………………...

  79 D. Perkembangan Hidup Doa dan Kecerdasan Spiritual Pendiri ……………………………………………..

  82 E. Penelitian Peranan Hidup Doa dalam Meningkatkan Kecerdasan Spiritual para Yuster Yunior CB Wilayah DIY……………………………………………………………

  87 1. Pendahuluan ……………………………………………...

  87 a. Latar Belakang ……………………………………….

  87 b. Permasalahan Penelitian ……………………………..

  88

  c. Tujuan Penelitian ……………………………………

  89 d. Manfaat Penelitian …………………………………...

  90

  2. Metodologi penelitian ……………………………………

  90 a. Pendekatan Penelitian ………………………………..

  90 b. Tempat dan Responden Penelitian …………………...

  91

  c. Instrumen Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data…………………………………………...………

  91

  92 d. Teknik Analisa Data ………………………………….

  e. Keabsahan Data ………………………………………

  93

  3. Laporan Hasil Penelitian …………………………………

  93

  4. Pembahasan Hasil Penelitian ……………………………. 101

  a. Kekuatan, Hal-hal Baik yang Ada dalam Diri Para Suster ………………………………………………… 101

  b. Kelemahan / Kesulitan ………………………………. 104

  c. Peluang ………………………………………………. 106

  d. Harapan ke depan ……………………………………. 108

  5. Kesimpulan Umum ……………………………………… 110

  BAB IV. PENCERMATAN KRITIS TERHADAP PERANAN HIDUP DOA DALAM MENINGKATKAN KECERDASAN SPIRITUAL PARA SUSTER YUNIOR CB WILAYAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ………………………………………... 115 A. Pencermatan Kritis ………………………………………… 116

  1. Hal-hal yang Sudah Baik yang Perlu Dikembangkan…. 116

  2. Hal-hal yang Masih Kurang dan Perlu Dikritisi Kembali………………………………………………… 119

  B. Dampak Hidup Doa ……………………………………….. 122

  1. Penghayatan Hidup Sehari-hari ……………………… 122

  2. Kecerdasan Spiritual …………………………………... 124

  C. Berhadapan dengan Warisan Spiritualitas Bunda Pendiri…. 126

  1. Keprihatinan Allah ….………………………………… 126

  2. Salib …………………………………………………… 127

  3. Hati Tergerak dan Bergerak …………………………… 129

  D. Pendampingan Hidup Doa Dalam Meningkatkan Kecerdasan Spiritual Para Suster Yunior CB Wiayah DIY…………………………………………………………. 133

  133

  1. Pendampingan Masa Yuniorat …………………………

  2. Pendampingan yang Menjadi Kekhasan CB …………... 138

  3. Pendampingan Meningkatkan Kecerdasan Spiritual ….. 144

  a. Kemampuan Discernment – Hati Berpikir ………… 144

  b. Pertumbuhan Intuisi Rohani – Mata – kekuatan …... 146

  c. Pertumbuhan Rasa Rohani – Hukum Kehidupan …. 148

  d. Keningan .………………………………………... 152 155 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ……………………………...

  A. Kesimpulan …………………………………………………. 155

  B. Saran ………………………………………………………… 157 160 DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………... LAMPIRAN ………………………………………………………….. 163 Lampiran 1: Surat Ijin Penelitian………………………………. (1)

  Lampiran 2: Pertanyaan Wawancara dengan Para Suster Yunior CB Wilayah DIY……………………….. (8)

  Lampiran 3: Data Hasil Wawancara Para Suster Yunior CB Wilayah DIY …………………………………….. (9)

  Lampiran 4: Data Pelaksanaan Hidup Doa komunitas Para Suster CB Wilayah DIY ………………………… (39)

  Lampiran 5: Data Pelaksanaan Program Para Suster Yunior CB Wilayah DIY ……………………………… (44)

DAFTAR SINGKATAN A.

   Singkatan Kitab Suci

  Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci

  Perjanjian Baru: dengan Pengantar dan Catatan Singkat . (Dipersembahkan

  kepada Umat Katolik Indonesia oleh Ditjen Bimas Katolik Departemen Agama Republik dalam rangka PELITA IV). Ende: Arnoldus, 1984/1985, hal. 8.

B. Singkatan Lain CB : Kongregasi Suster-suster Cinta Kasih Santo Carolus Borromeus.

  Direk Direktorium Suster-suster Cinta Kasih Santo Carolus Borromeus

  :

  dalam Suster-suster Cintakasih St. Carolus Borromeus (2004),

  Konstitusi beserta Direktorium , suatu manuskrip yang diterbitkan

  oleh Dewan Pimpinan Umum Kongregasi Suster-suster Cintakasih Santo Carolus Borromeus di Maastricht, Februari 1989, hal. 71 – 111.

  DIY : Daerah Istimewa Yogyakarta. Dkk : Dan kawan-kawan. EG : Elisabeth Gruyters. Dewan Pimpinan Umum. (1987). Elisabeth Gruyters: Pendiri Sebuah Tarekat . Yogyakarta: Kanisius.

  EQ (Kecerdasan Emosional).

  : Emotional Quotient IPPAK : Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik.

  IQ : Intelligence Quotient (Kecerdasan Intelektual).

  KGK : Katekismus Gereja Katolik. Konst : Konstitusi Suster-suster Cinta Kasih Santo Carolus Borromeus dalam Suster-suster Cintakasih St. Carolus Borromeus (2004).

  Konstitusi beserta Direktorium , suatu manuskrip yang diterbitkan

  oleh Dewan Pimpinan Umum Kongregasi Suster-suster Cintakasih Santo Carolus Borromeus di Maastricht, Februari 1989, hal. 7 – 67.

  KP : Kapitel Provinsi 2011 , kumpulan hasil-hasil kapitel dalam Kapitel Provinsi, suatu manuskrip yang diterbitkan oleh Pertemuan Kapitel Suster CB yang berlangsung tanggal 28 Februari – 6 Maret 2011 dan 30 September – 9 Oktober 2011 di Yogyakarta.

  KUKP : Kapitel Umum dan Kapitel Provinsi 2005 , kumpulan hasil-hasil kapitel dalam Kapitel Umum dan Kapitel Provinsi, suatu manuskrip yang diterbitkan oleh Pertemuan Kapitel Suster CB yang berlangsung tanggal 16 Juli – 6 Agustus 2005 di Yogyakarta. KWI : Konferensi Waligereja Indonesia. No : Nomor. SI : Social Intelligence (Kecerdasan sosial). SQ : Spiritual Quotient (Kecerdasan Spiritual).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada zaman ini menjalani hidup sebagai seorang religius tidaklah mudah. Hidup religius adalah hidup yang dibaktikan untuk mengabdikan diri demi Kerajaan Allah dengan mengikrarkan nasihat-nasihat Injil. Seorang religius

  mengarahkan hidupnya pada Tuhan dengan menghayati nilai-nilai Injil dan disemangati oleh spiritualitas pendiri kongregasi, sehingga mampu memberi kesaksian hidup tentang Kerajaan Allah itu. Kesaksian hidup ini harus disadari terus-menerus, terlebih hidup di zaman ini yang sangat mengedepankan pandangan bahwa kesenangan dan kenikmatan adalah tujuan utama dalam hidup (hedonisme). Selain itu pandangan masyarakat modern yang menganggap barang- barang duniawi sebagai ukuran kebahagiaan dan kesenangan (konsumerisme) yang disertai gaya hidup sekular yang merupakan tawaran yang sangat menarik (KUKP, 2005: 20).

  Gaya hidup dan pandangan-pandangan ini menggerus nilai-nilai moral dan agama sehingga mempengaruhi pola hidup dan perilaku masyarakat. Ada kecenderungan manusia untuk mengejar kekuasaan dan kekayaan, bahkan mempunyai pandangan bahwa keberhasilan hidup seseorang diukur dari tingginya posisi jabatan dan banyaknya materi yang diperoleh. Hal tersebut tidak menutup kemungkinan bahwa para religius pun masuk dan terbawa dalam arus zaman seperti yang digambarkan di atas, sehingga akan kehilangan identitas sebagai orang yang terpanggil untuk memiliki dan mencintai Tuhan seutuhnya. Para religius yang terjerumus dalam hidup duniawi akan kehilangan orientasi hidup yang menuntunnya ke dalam panggilan hidup sebagai religius yang lebih berkualitas hidupnya. Hal ini dapat menyebabkan melemahnya rasa religius yang tertanam dalam dirinya. Orang tidak lagi merasa berdosa terhadap Allah sehingga kesadaran dan usaha untuk pertobatan pun tidak nyata dalam kehidupannya. Dengan demikian diharapkan bahwa para religius memiliki kecakapan dan kepekaan hati untuk mengembangkan rasa religiositas sehingga dimampukan pula menemukan Allah yang menjadi sumber kekuatan dalam mengatasi berbagai tantangan yang dihadapi dengan kepercayaan dan dengan harapan yang kuat pula akan Allah yang menyertai, Allah yang menyelamatkan (Darminta, 1981a: 14).

  Dalam mengatasi hambatan-hambatan dalam mewujudkan cita-cita hidup religius, dibutuhkan ‘rasa religius’ yang kuat sehingga kesadaran dalam usaha pertobatan terus-menerus sungguh diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari. Pertobatan ini akan memampukan para suster untuk senantiasa memiliki kecakapan hati dan dengan keberanian mau bertumbuh dan berkembang kecerdasan spiritualnya. Hal ini tampak dalam kecakapan dan keberanian mengakui dirinya dalam keadaan berdosa di hadapan Allah dan sesama, kecakapan dan keberanian untuk membawa pengampunan pada dirinya dan sesama serta kecakapan dan keberanian untuk berdoa terus-menerus. Selain itu memiliki kecakapan dan keberanian untuk berbuat amal serta kebaikan secara diri secara benar di hadapan Allah dan sesama, karena manusia menyadari ketakberdayaan diri maka dengan segala kerendahan hati membutuhkan Tuhan dan sesama. Sikap hati inilah yang sungguh dibutuhkan untuk melihat mana yang sesuai atau tidak sesuai dengan hakikat hidup religius, nilai-nilai Injili dan spiritualitas Kongregasi. Proses penyadaran ini berlangsung terus-menerus dalam menjalani dan menghayati hidupnya. Para religius juga diharapkan untuk terus- menerus menyadari betapa pentingnya menjalin relasi yang akrab dengan Tuhan, sehingga pengalaman relasi yang mendalam dengan Tuhan tersebut menjadi penggerak seluruh pola pikir, pilihan dan tindakan serta segala konsekuensinya. Dengan demikian para religius mencapai kepenuhan hidup sehingga hidupnya menjadi lebih bermakna dan berkualitas (KUKP, 2005: 73-75).

  Manusia memiliki tiga dimensi yaitu; akal budi, tubuh dan jiwa. Masing- masing dimensi tersebut memiliki kecerdasan yang bisa membantu manusia untuk menyelesaikan persoalan di dalam hidupnya. Akal budi merupakan wilayah kecerdasan intelektual atau Intelligence Quotient (IQ) yang juga membantu manusia untuk berpikir secara rasional dan logis. Tubuh atau fisik menjadi basis kecerdasan emosi atau Emotional Quotient (EQ) yang membantu manusia untuk lebih menyadari, mengenali, mengelola emosinya sehingga mampu mengolah emosinya secara lebih cerdas. Sedangkan dimensi jiwa memiliki wilayah kecerdasan yang disebut kecerdasan spiritual atau Spiritual Quotient (SQ) yang membantu manusia untuk memaknai seluruh peristiwa hidup yang dialami untuk mencapai kepenuhan hidupnya. Dengan demikian kecerdasan spiritual sangat menjadikan hidup ini menjadi lebih bermakna. Kecerdasan spiritual memampukan kita untuk lebih fleksibel dalam mengembangkan hidup karena mengerti secara mendalam dan luas dan memberikan kebahagiaan. Kecerdasan spiritual membantu seseorang untuk lebih konsisten dengan pilihan hidup, menjadi lebih dewasa dan juga menguatkan kemampuan berpikir. Dengan demikian seorang religius semakin dewasa dan bijak menghadapi tantangan dan pergumulan dalam mewujudkan nilai-nilai dan cita-cita hidup religius (Suparno, 2013: 25-28).

  Kongregasi CB memiliki tahap-tahap pembinaan yang meliputi; masa Postulat, masa Novisiat, masa Yunior dan masa bina lanjut. Penulisan ini, peneliti lebih fokus pada masa pembinaan Yunior yang diharapkan agar para suster yunior mampu mengembangkan aspek kecerdasan intelektual atau

  

Intelligence Quotient (IQ), kecerdasan emosi atau Emotional Quotient (EQ),

dan

  kecerdasan sosial atau Sosial Intelligence (SI) kecerdasan spiritual atau

  Spiritual Quotient (SQ) . Berdasarkan pengalaman sebagai suster CB, program-

  program pada tahap Yunior tampak jelas bahwa isi dari program Yunior tidak hanya mengembangkan intelektual saja tetapi juga mengembangkan kemampuan emosional dan spiritual. Namun dari pengalaman saya berpendapat bahwa meskipun ketiga kecerdasan tersebut diberi tempat untuk berkembang, namun aspek spiritual hendaknya diberi porsi yang lebih besar dalam program pembinaan. Ketika aspek kecerdasan spiritual diberi porsi yang lebih besar, diharapkan hal itu akan membawa dampak bagi para suster yunior CB, semakin memiliki hati yang berbelarasa, empati, merasa aman dan bahagia serta mampu memaknai seluruh pristiwa hidup baik yang menyenangkan maupun kegagalan yang dialaminya. Memiliki motivasi yang tinggi untuk merealisasikan nilai-nilai Spiritualitas Bunda Elisabeth sebagai Pendiri Kongregasi.

  Kenyataan yang dialami oleh para suster Yunior, tidaklah mudah untuk mencapai kebahagiaan dan kedalaman hidup dalam hidup panggilannya.

  Misalnya pengalaman yang penulis jumpai sebagai suster Yunior yang studi kurang memberi prioritas waktu untuk berdoa, berefleksi, merenung dan berkomunikasi dengan diri dan Tuhan karena sudah capek, lelah kuliah sampai sore, banyak tugas dari dosen dan kegiatan intern kongregasi dan komunitas yang banyak menyita waktu untuk mengerjakannya. Sebagai suster yunior yang sudah berkarya merasa “overload” dalam bekerja sehingga merasa capek, banyak tugas, lelah, ngantuk sehingga kurang maksimal memberi waktunya untuk berelasi dengan Tuhan dalam doa.

  Dengan melihat realitas ini, sangat penting dikembangkan kecerdasan spiritual atau Spiritual Quotient (SQ) bagi perkembangan diri para suster Yunior CB yang sudah tentu dibangun atas dasar hidup doa yang kuat atau yang mendalam. Melihat realitas ini pula, para suster Yunior CB wilayah Yogyakarta sangat membutuhkan hidup doa yang merupakan jiwa serta dasar, faktor yang utama, yang menjadi fondasi untuk meningkatkan kecerdasan spiritualnya, sehingga mampu membuat pilihan mana yang baik, benar dan yang terbaik, menjadi bijak dalam menghadapi persoalan hidup, mampu memaknai seluruh hidupnya dengan lebih sungguh di hadapan Allah, baik pengalaman yang menyenangkan maupun pengalaman kegagalan.

  Kesetiaan dan ketekunan menjalin relasi dengan Allah lewat hidup doa akan membuahkan sikap-sikap; bijaksana, penuh cinta, merasa aman dan bahagia.

  Hal ini tampak juga dalam sikap hidupnya yang membawa dan menghidupi nilai- nilai, kerendahan hati, selalu mempunyai semangat atau tidak lekas putus asa, mempunyai kemauan untuk maju dan mengembangkan diri, melihat sesama secara positif, mampu memberi makna pada penderitaan yang dialaminya. Mampu berkomunikasi dan menjalin relasi dengan baik terhadap sesama baik dalam hidup bersama maupun dalam dunia kerja, memiliki emosi yang matang dan stabil sehingga bisa menghadapi konflik dengan bijaksana, mempunyai rasa tanggung jawab terhadap hal-hal yang dipercayakan kepadanya, memiliki kebebasan dan kemandirian dalam hidup. Sikap-sikap tersebut menunjukkan bahwa dengan hidup doa, seseorang dimampukan untuk mendengarkan sapaan Allah sehingga dimampukan pula untuk memilih dan melakukan kehendak Allah dalam hidupnya. Dengan demikian kecerdasan spiritual akan tumbuh dan berkembang aktif dalam diri seseorang kalau ia mampu mendengarkan suara dan kehendak Allah dalam keheningan batinnya.

  Setelah melihat dan menjumpai situasi di atas penulis terdorong untuk meneliti bagaimana peranan hidup doa dalam meningkatkan kecerdasan spiritual para suster yunior CB wilayah Yogyakarta. Dengan demikian penulis mengambil judul skripsi: “Peranan Hidup Doa dalam Meningkatkan Kecerdasan Spiritual Para Suster Yunior Kongregasi Suster-suster Cinta Kasih Santo Carolus Borromeus Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta”.

  B. Rumusan Masalah

  Dari uraian di atas ada beberapa hal yang ingin dicermati lebih lanjut dan pada akhirnya menjadi titik awal dari penulisan ini. Adapun masalah yang dapat dirumuskan sebagai berikut.

  1. Apa yang dimaksud dengan hidup doa?

  2. Apa yang dimaksud dengan kecerdasan spiritual?

  3. Bagaimana peranan hidup doa dalam meningkatkan kecerdasan spiritual para suster Yunior CB wilayah DIY?

  C. Tujuan Penulisan

  Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan ini adalah: 1. Untuk menguraikan pengertian hidup doa.

  2. Untuk menguraikan pengertian kecerdasan spiritual.

  3. Untuk mengetahui peranan hidup doa dalam meningkatkan kecerdasan spiritual para suster Yunior CB wilayah DIY.

D. Manfaat Penulisan 1. Bagi Kongregasi CB

  Memberikan sumbangan pemikiran dan inspirasi bagi para suster Yunior dalam mengolah diri, agar menjadi pribadi suster CB yang memiliki kedalaman hidup doa dan kecerdasan spiritual dalam membangun hidup panggilan dan perutusannya.

  2. Bagi para Formator dan pimpinan komunitas

  Memberikan sumbangan pemikiran dan inspirasi bagi para formator dan pimpinan komunitas, agar dalam pendampingan para suster yunior dapat dibantu semakin memahami dan memiliki semangat dan spiritualitas Bunda Pendiri yang menggerakan dan mendayai setiap pribadi dalam menghayati hidup panggilan yang lebih berkualitas.

  3. Bagi Penulis

  Memperdalam pemahaman dan mengolah diri menjadi pribadi yang memiliki kecerdasan spiritual yang dilandasi oleh hidup doa yang bersumber dari spiritualitas kongregasi.

  E. Metode Penulisan

  Dalam penulisan skripsi ini penulis akan menggunakan metode deskriptif kualitatif melalui wawancara, observasi dan studi dokumen untuk memperoleh gambaran mengenai peranan hidup doa dalam meningkatkan kecerdasan spiritual para suster yunior CB wilayah DIY.

  F. Sistematika Penulisan

  Untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai penulisan ini maka penulis akan menyampaikan pokok-pokok gagasan sebagai berikut: Bab I berisikan pendahuluan yang meliputi: latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisanan, metode penulisan dan sistematika penulisan.

  Bab II menguraikan tentang hidup doa yang meliputi: pengertian hidup doa, spiritualitas doa dan doa. Kedua menguraikan tentang spirtualitas doa dalam kongregasi yang meliputi: Konstitusi CB, Kisah pendiri kongregasi Elisabeth Gruyters (EG) dan Senantiasa hati kami mendambakan Allah. Ketiga menguraikan tentang Keadaan praksis hidup doa para suster CB wilayah DIY.

  Keempat menguraikan tentang Keadaan praksis hidup doa para suster yunior CB wilayah DIY yang meliputi: Aspek rohani dan Pembinaan terus menerus. Kelima menguraikan tentang pentingnya binbingan hidup doa masa yunior.

  Bab III menguraikan tentang kecerdasan spiritual yang terdiri dari pertama, menguraikan tentang macam-macam kecerdasan yang meliputi: kecerdasan spiritual, kecerdasan intelektual, kecerdasan sosial dan kecerdasan emosi. Kedua menguraikan tentang perkembangan dan pertumbuhan kecerdasan spiritual, ketiga menguraikan tentang hubungan timbal balik antara doa dan kecerdasan spiritual, keempat menguraikan tentang perkembangan hidup doa dan kecerdasan spiritual pendiri. Kelima menguraikan tentang hasil penelitian dan pembahasan penelitian.

  Bab IV menguraikan tentang pencermatan kritis terhadap peranan hidup doa dalam meningkatkan kecerdasan spiritual para suster yunior wilayah DIY yang terdiri dari: pertama, Pencermatan kritis yang meliputi: hal-hal yang sudah baik yang perlu dikembangkan dan hal-hal yang masih kurang dan perlu dikritisi kembali. Kedua, dampak hidup doa yang meliputi: dampak hidup doa terhadap penghayatan hidup sehari-hari dan dampak hidup doa terhadap kecerdasan spiritual. Ketiga, menguraikan tentang hidup doa dan kecerdasan spiritual berhadapan dengan warisan spiritualitas bunda pendiri yang meliputi: Keprihatinan Allah, Salib dan Hati tergerak dan bergerak. Keempat menguraikan tentang pendampingan hidup doa dalam meningkatkan kecerdasan spiritual para suster yunior CB wilayah DIY yang meliputi: pendampingan masa yuniorat, pendampingan yang menjadi kekhasan CB, dan Pendampingan meningkatkan Kecerdasan Spiritual.

  Bab V berisikan kesimpulan dari penulis dan saran bagi para suster yunior

BAB II HIDUP DOA PARA SUSTER YUNIOR KONGREGASI SUSTER-SUSTER CINTA KASIH SANTO CAROLUS BORROMEUS WILAYAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Bab II ini berupa kajian pustaka, yang akan penulis uraikan dalam empat

  bagian. Pertama, mengenai Hidup Doa yang meliputi: Pengertian Hidup Doa, Spiritualitas Doa dan Doa. Kedua, mengenai Spiritualitas Doa dalam Kongregasi yang terdapat dalam Konstitusi Kongregasi, Kisah Pendiri Kongregasi dan beberapa buku sumber lainnya. Ketiga, mengenai gambaran umum Praksis Hidup Doa Para Suster CB. Keempat, tentang Keadaan Praksis Hidup Doa Para Suster Yunior CB Wilayah DIY dan kelima, Pentingnya Bimbingan Hidup Doa Masa Yunior.

A. Hidup Doa 1. Pengertian Hidup Doa

  Konstitusi dan Direktorium Kongregasi CB menguraikan bahwa yang dimaksud dengan hidup doa ialah waktu yang dikhususkan setiap hari untuk menjalin relasi dengan Tuhan dalam menjaga keseimbangan hidup dan meneliti sejauh mana hidup kita telah menanggapi bimbingan Roh Kudus serta menimba kekuatan dari-Nya (Konst, no. 43, 44).

  Harjawiyata (1977: 15) menegaskan bahwa hidup doa ialah mengupayakan waktu dan kesempatan untuk terus menerus berdoa setiap hari, supaya hidup rohani terperhatikan dan terpelihara dengan baik. Jika hidup rohani kita baik, tentu saja hidup kita sepanjang hari juga baik. Tanpa doa seseorang tak dapat menemukan jalan menuju Allah, tidak dapat mengerti tentang kebenaran, tidak dapat menemukan Kristus yang hadir dalam hatinya dan tidak dapat mengalami persatuan yang membahagiakan bersama Allah.

  Philomena Agudo (1988: 177) mengatakan bahwa hidup doa berarti kebiasaan rutin berdoa yang dilaksanakan dengan penuh kesadaran karena percaya akan cinta dan belas kasih Tuhan.

  Sedangkan Darminta (2006a: 92) mengatakan bahwa hidup dan hidup doa merupakan warna hidup jiwa atau batin seseorang yang akan terungkap dalam bahasa perbuatan (Yak 2:1-26). Ada hubungan antara hidup doa dan hidup iman, yang tidak hanya ditentukan oleh kekhusukkan dalam berdoa, tetapi tindakan konkrit apa yang dilakukan sebagai buah dari hidup doa, sebagaimana terdapat dalam Mat 25:34-36 apakah kita dengan keberanian mau memberi segelas air pada mereka yang haus, makanan kepada mereka yang lapar? Hal ini mau mengatakan bahwa, doa tidak hanya dalam sebuah rutinitas, formal di ruang doa, namun doa yang sungguh hidup dalam sikap dan tindakan konkrit. Doa sungguh berbuah dalam kehidupan sehari-hari.

  Dengan demikian dapat dikatakan bahwa, hidup doa adalah waktu yang dikhususkan setiap hari untuk menjalin relasi dengan Tuhan dalam menjaga bimbingan Roh Kudus serta menimba kekuatan dari-Nya. Hidup doa yang dilaksanakan dengan penuh kesadaran karena percaya akan cinta dan belas kasih Tuhan merupakan warna hidup jiwa atau batin seseorang yang terungkap dalam bahasa perbuatan di dalam kehidupan sehari-hari.

2. Spiritualitas Doa

  Hidup doa perlu dibangun secara terus menerus, karena dengan hidup doa manusia mampu membawa gerak perubahan hidup ke arah yang lebih baik. Hidup yang dijiwai oleh doa, tentu saja berdampak pada sikap-sikap yang sesuai dengan nilai-nilai yang dikehendaki Allah. Dengan demikian hidupnya menjadi bagian dari doanya dan doa menjadi kekuatan dalam hidupnya, sehingga mampu melaksanakan kehendak Allah dalam hidup bersama dengan orang lain, maupun dalam karya atau pekerjaan yang dilakukannya (Darminta, 1997b: 22-28).

  Hidup doa atau hidup rohani menjadi pembangkit, penyemangat atau spirit, serta pemandu hidup manusia di dalam rahasia-rahasia Tuhan. Hidup doa atau hidup rohani berdampak pada pengangkatan kualitas hidup dari nilai-nilai dunia ke nilai-nilai surgawi. Dengan hidup doa manusia semakin digerakkan dan diarahkan pada kepenuhan hidup dalam Tuhan. Doa memiliki tiga ciri utama yaitu: mendengarkan, mengalami, mengambil sikap. Tiga ciri utama ini merupakan kegiatan yang memiliki kekuatan, untuk mengolah hidup di dalam Tuhan lewat doa (Darminta, 1997a: 31-43). Ketiga ciri tersebut dapat dijadikan spiritualitas doa seseorang yang meliputi mendengar, mengalami dan mengambil a.

  Mendengarkan Bila seseorang hendak berdoa, terlebih dahulu mengusahakan dan membangun keheningan. Keheningan dapat diusahakan dengan cara penyadaran tubuh, nafas atau lingkungan. Penyadaran ini bertujuan untuk membangun kepekaan rohani, sehingga orang tidak hanya mampu mendengarkan dan menemui apa yang terjadi dalam dirinya, namun mampu mendengarkan suara batin terdalam yang datang dari Allah menyapa manusia. Kemampuan mendengarkan yang dimiliki manusia, memampukannya melihat arah hidup yang sebenarnya karena manusia juga memiliki hati mistik. Hal inilah yang menjadi kekuatan dasyat untuk mengarungi dan bergulat dalam hidup. Dengan demikian keheningan mempunyai peranan yang sangat penting, supaya hati kita mampu mendengarkan kehendak Allah, dan dapat melaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari (Darminta, 1997a: 31-32).

  b.

  Mengalami Dalam doa manusia diajak untuk mengalami kasih Allah yang menyembuhkan dan memberi kekuatan. Maka manusia yang memiliki daya dalam jiwa dan batinnya, diajak untuk menghadirkan dan menghidupkan segala pengalaman serta peristiwa hidup yang tersimpan dalam batinnya. Hal inilah yang disebut dengan fantasi. Dalam fantasi manusia mampu mengangan-angankan sesuatu yang akan datang, karena manusia sedang berjalan menuju masa depan.