KONSEP DIRI ANAK ASUH YANG BERUSIA REMAJA DI PANTI ASUHAN KUMUDA PUTRA-PUTRI MAGELANG TAHUN 2008

KONSEP DIRI ANAK ASUH YANG BERUSIA REMAJA DI PANTI ASUHAN KUMUDA PUTRA-PUTRI MAGELANG TAHUN 2008

  Skripsi

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program

  Studi Bimbingan dan Konseling Oleh :

  Agung Tri Bawono 031114040

  PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2008 2008

  

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO :

Hidup ini bukan untuk dibanding-bandingkan dengan orang lain,

tetapi buatlah hidup ini dapat berguna bagi orang lain.

  

(Penulis)

PERSEMBAHAN : Skripsi ini saya persembahkan untuk kedua orang tuaku tercinta, Albertus Magnus Soemantri Bsc. dan Anastasia Maria Soeparmi, kakakku Puri Wahyu Isnaeni dan Veronika Dini Wirianti.

  

KONSEP DIRI ANAK ASUH YANG BERUSIA REMAJA DI PANTI

ASUHAN KUMUDA PUTRA-PUTRI MAGELANG

TAHUN 2008

  Agung Tri Bawono Universitas Sanata Dharma

  Yogyakarta 2008

  Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan metode survey. Populasi penelitian ini adalah populasi terbatas, yaitu seluruh remaja Panti Asuhan Kumuda Putra-Putri Magelang Tahun 2008 yang berjumlah 60 orang. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang konsep diri para remaja penghuni Panti Asuhan Kumuda Putra-Putri Magelang Tahun 2008. Secara spesifik masalah yang akan diteliti adalah bagaimanakah konsep diri remaja panti asuhan Kumuda Putra-Putri Magelang tahun 2008.

  Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah “Kuesioner Konsep Diri Anak Asuh Yang Berusia Remaja Di Panti Asuhan Kumuda Putra-

  Putri Magelang”. Kuesioner disusun sendiri oleh peneliti, berupa pernyataan-pernyataan tentang cirri-ciri konsep diri menurut Brooks & Emmert. (2005:105)

  Hasil penelitian memperlihatkan bahwa konsep diri para remaja panti asuhan Kumuda putra-putri Magelang tahun 2008 dari jumlah populasi yaitu semanyak 60 responden, 30 (50 %) responden memiliki konsep diri yang positif, dan 30 (50%) responden memiliki konsep diri yang negatif. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa dari jumlah responden penelitian remaja panti asuhan Kumuda putra-putri Magelang tahun 2008 setengah dari jumlah responden penelitian memiliki konsep diri positif dan setengah dari jumlah responden penelitian memiliki konsep diri negatif.

  

ABSTRACT

ADOLESCENT SELF CONCEPT AT MAGELANG KUMUDA BOYS AND

GIRLS ORPHANAGE IN 2008

  Agung Tri Bawono Sanata Dharma University

  Yogyakarta 2008

  This research was a descriptive research using survey method. The population of this research was limited population. They were all teenagers in Magelang Kumuda Putra-Putri Orphanage in 2008, that consisted of 60 teenagers. The purpose of this research was to get a description about teenagers self concept in in Magelang Kumuda Putra-Putri Orphanage in 2008. Especially the problem of this research was : what is the self concept of teenagers in in Magelang Kumuda Putra-Putri Orphanage in 2008.

  The instrument in this research was “self concept of teenagers in in Magelang Kumuda Putra-Putri Orphanage questionnaire”. The instrument in this research was made by researcher which consist of statements about self concept and based on Brooks & Emmert. (2005:105)

  The result of this research was : self concept of teenagers in Magelang Kumuda Putra-Putri Orphanage in 2008 from the population, 60 respondent, 30 (50 %) respondent have positive self concept level and 30 (50%) respondent have negative self concept. Based on this research and this discussion could get a conclusion that from the all research respondent, the teenagers in Magelang Kumuda Putra-Putri Orphanage in 2008 half from the all respondent have positive self concept and half from the all research respondent have negative self concept.

KATA PENGANTAR

  Penulis mengucapkan syukur kepada Allah Yang Maha Kuasa, atas rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi. Skripsi ini berjudul “ Konsep Diri Anak Asuh Yang Berusia Remaja Di

  Panti Asuhan Kumuda Putra-Putri Mag elang Tahun 2008”. Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

  Penulisan skripsi ini terwujud berkat bantuan dan kerja sama dari berbagai pihak yang telah berkenan membimbing, membantu, dan memotivasi penulis. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

  1. Ibu Dr. Maria Margareta Sri Hastuti, M. Si : Ketua progran Studi Bimbingan dan Konseling yang telah memberikan pengetahuan, pengalaman yang berguna bagi penulis, kesempatan bagi penulis untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini.

  2. Ibu A. Setyandari, S.Pd., Psi., M. A.: pembimbing yang penuh kesabaran, pengertian, membimbing dan memotivasi saya dalam penulisan skripsi ini.

  3. Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah yang telah memberikan ijin penulis untuk melakukan penelitian di Panti Asuhan Kumuda Putra-Putri Magelang.

  4. Panti Asuhan Kumuda Putra-Putri Magelang yang menerima penulis untuk melakukan penelitian.

  5. Bapak Lasono S.Sos, MH Kepala TU Panti Asuhan Kumuda Putra-Putri Magelang yang telah memberikan waktu untuk pengumpulan data.

  6. Para remaja panti asuhan Kumuda putra-putri Magelang tahun 2008 atas kontribusinya dalam pengisian kuesioner Konsep Diri Anak Asuh Yang Berusia Remaja Di Panti Asuhan Kumuda Putra-Putri Magelang

  7. Segenap Dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah dan pernah mendidik penulis selama kuliah serta ilmu yang telah diberikan kepada penulis yaitu : Ibu Retha, Pak Fajar, Pak Wens, Pak Sinurat, Pak Adi, Pak Tatung, Ibu Retno, Ibu Maslichah, Pak Puji, Pak Medi, Pak Masidjo, Romo Sigit, Ibu Setyandari, Pak Gendon, Dokter Lusi, Pak Pranowo, Pak Bambang, Ibu Amitya, Pak Wahana, Ibu Nina, Romo Sudiarja, Pak Pratik, Suster Milburga, Pak Chosa dan Pak Samana.

  8. Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk belajar.

  9. Perpustakaan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah meminjamkan buku.

  10. Orang tuaku tercinta Bapak Albertus Magnus Soemantri Bsc. dan Ibu Anastasia Maria Soeparmi atas doa, dukungan, semangat perhatian, kasih sayang dan biaya yang telah di berikan kepada penulis.

  11. Clothilda Detty Sari Kalembu yang selalu memberikan dukungan hingga penulisan skripsi ini selesai.

  12. Teman-teman BK angkatan 2002 : Bangun, Br. Teguh, Fr. Paul, Donal, Titiari, Ima, Mega, Sari, Ina, Nadia, Titoet. Teman-temanku seperjuangan BK angkatan 2003 : Magna, Bismo, Pipiet, Wulan, Mandhus, Asep, Ari, Sonya, Bertus, Arjuna, Tutus, Litha, Erna, Bayu, Dian, Litha, Mbak Surmi, Ocha, Iin, Wicha, Berta, Sr. Eme, dan seluruh warga mahasiswa BK, yang penulis kenal yang tidak dapat saya sebutkan satu-persatu.

  Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan dapat digunakan sebagaimana mestinya. Terima Kasih.

  Penulis

  DAFTAR ISI Halaman

  HALAMAN JUDUL............................................................................ i HALAMAN PERSETUJUAN........................../.................................. ii HALAMAN PENGESAHAN.............................................................. iii HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN.................................. iv HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA......................... v ABSTRAK............................................................................................ vi

  

ABSTRACT............................................................................................ vii

  KATA PENGANTAR.......................................................................... viii DAFTAR ISI........................................................................................ x DAFTAR TABEL................................................................................ xi DAFTAR LAMPIRAN........................................................................ xii

  BAB I PENDAHULUAN................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah........................................................... 4 B. Rumusan Masalah.................................................................... 4 C. Tujuan Penelitian..................................................................... 4 D. Manfaat Penelitian................................................................... 4 E. Definisi Operasional................................................................ 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA............................................................. 7 A. Pengertian Konsep diri............................................................ 7 B. Penggolongan Konsep diri..................................................... 9 C. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Konsep Diri................... 13 D. Konsep Diri Remaja............................................................... 21 E. Panti Asuhan......................................................................... 24 F. Bimbingan............................................................................. 25 BAB III METODOLOGI PENGAJARAN..................................... 26 A. Jenis Penelitian...................................................................... 26 B. Populasi Penelitian................................................................ 26

  C. Instrumen Penelitian...................................................................... 27

  1. Alat Pengumpul Data........................................................ 27

  2. Validitas dan Reliabilitas.................................................. 30

  D. Analisis Data............................................................................... 36

  BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……………… 37

  A. Konsep Diri Anak Asuh Yang Berusia Remaja Di Panti Asuhan Kumuda Putra-Putri Magelang Tahun 2008 .... 38 B. Pembahasan Hasil Penelitian………………………………….... 39

  BAB V PENUTUP.................................................................................. 40 . A. Ringkasan..................................................................................... 41 B. Kesimpulan................................................................................. 42 C. Saran........................................................................................... 43 DAFTAR PUSTAKA........................................................................... 44 LAMPIRAN.......................................................................................... 46

  DAFTAR TABEL Halaman

  Tabel 1. Usia Populasi Subjek Penelitian................................................. 27 Tabel 2. Kisi-kisi Kuesioner Konsep Diri Anak Asuh

  Yang Berusia Remaja Di Panti Asuhan Kumuda Putra-Putra Magelang Setelah Validitas Item .................................................................... 28

  Tabel 3. Klasifikasi Koefisien Korelasi Suatu Alat Ukur............................ 34 Tabel 4. Koefisien Reabilitas dan Validitas Kuesioner

  Konsep Diri Anak Asuh Yang Berusia Remaja Di Panti Asuhan Kumuda Putra-Putra Magelang Tahun 2008........ 35

  Tabel 5. Pengolongan Konsep Diri Berdasarkan Mean................................. 37 Tabel 6. Konsep Diri Anak Asuh Yang Berusia Remaja Di Panti Asuhan Kumuda Putra-Putra Magelang Tahun 2008......... 40

  DAFTAR LAMPIRAN Halamann

  Lampiran 1. Kuesioner Konsep Diri Anak Asuh Yang Berusia Remaja Di Panti Asuhan Kumuda Putra-Putra Magelang Tahun 2008...... 51 Lampiran 2.Klasifikasi Konsep Diri............................................................... 56 Lampiran 3. Validas Item................................................................................. 57 Lampiran 4. Surat Ijin Penelitian Sanata Dharma............................................ 60 Lampiran 5. Surat Ijin Dinas Sosial................................................................ 61

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam perkembangan kepribadian, seseorang remaja memasuki proses

  peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Masa ini sering disebut sebagai masa pencarian identitas diri. Pencarian identitas diri pada masa remaja merupakan tahap bagi remaja itu untuk menentukan peran remaja yang dapat dilakukan dalam kehidupannya dan bagaimana remaja itu mengaktualisasikan dirinya.

  Pada masa remaja, mereka mulai dihadapkan pada perubahan-perubahan yang terjadi sesuai dengan tugas perkembangannya. Perubahan-perubahan yang terjadi pada masa remaja mendapat pengaruh besar dari lingkungan di sekitarnya. Perubahan yang terjadi pada masa remaja antara lain: Perubahan emosional, perubahan fisik, perubahan minat dan pola perilaku (Hurlock, 1990:206-207).

  Perubahan-perubahan tersebut secara langsung dapat mempengaruhi konsep diri remaja.

  Hal lain yang mempengaruhi konsep diri remaja adalah lingkungan di mana remaja itu berada. Remaja yang tinggal bersama keluarga yang utuh akan merasa lebih nyaman dan akan lebih mendukung perkembangannya. Tetapi tidak semua remaja dapat merasakan kehangatan tinggal berada ditengah-tengah keluarganya, baik dikarenakan orang tua yang sudah meninggal, faktor ekonomi yang kurang mendukung yang mengakibatkan remaja tersebut terpakasa harus dititipkan di panti asuhan, karena orang tua tidak mampu lagi membiayai baik kehidupan maupun pendidikannya. Pemerintah sebagai instansi yang bertanggung jawab atas anak-anak terlantar mendirikan beberapa panti asuhan untuk dibina dan diberi kesempatan agar anak-anak yang terlantar dapat menikmati hidup dengan baik dan sehat serta mendapatkan pendidikan yang baik (Meizarra, dkk.1999).

  Konsep diri bukan bawaan sejak lahir. Konsep diri adalah hasil dari proses belajar melalui pengalaman hidup dan perlakuan dari lingkungan di sekitarnya yang akhirnya mempengaruhi remaja dalam memberikan penilaian terhadap dirinya secara positif maupun negatif (Schultz, 1991:50). Remaja perlu untuk terus mengembangkan konsep diri. Dengan terbentuknya konsep diri yang positif, remaja tersebut memiliki kemampuan untuk terus mengembangkan diri dalam segala hal.

  Konsep diri sangat diperlukan bagi remaja untuk dapat berperilaku atau melakukan interaksi sosial yang baik dan bergaul dengan lingkungan dimana remaja itu berada. Dalam pergaulan sosialnya, remaja yang merasa dirinya diterima, dihargai, dicintai, maka remaja itupun mampu menerima, menghargai dan mencintai dirinya sendiri. Dengan kata lain, remaja tersebut mampu mengembangkan penilaian yang baik tentang dirinya sehingga konsep diri yang terbentuk adalah konsep diri yang positif. Remaja yang merasa dirinya tidak diterima, ditolak, atau tidak dicintai, maka remaja itu akan sulit pula untuk menerima keadaan dirinya dan memberi penilaian yang negatif tentang dirinya maka konsep diri yang terbentuk adalah konsep diri yang negatif. Konsep diri yang positif atau negatif membawa dampak berbeda dalam perilaku remaja. (Hardjana, 1993:9). Remaja yang memiliki konsep diri positif cenderung lebih terbuka dan mampu mengembangkan diri dalam bergaul atau berinteraksi dengan orang lain. Sedangkan, remaja yang memiliki konsep diri negatif cenderung lebih tertutup dan sulit mengembangkan diri dalam bergaul atau berinteraksi dengan orang lain.

  Pengalaman-pengalaman yang diperoleh remaja selama tinggal dipanti asuhan akan berpengaruh terhadap pandangan terhadap dirinya sendiri. Pandangan yang dimiliki, akan menentukan bagaimana remaja akan bertindak dalam kehidupannya kelak, pengalaman yang didapatkan atau yang mereka alami itu akan mempengaruhi konsep diri remaja.

  Konsep diri merupakan inti dari kepribadian, dan merupakan modal penting dalam menjalin pergaulan dengan orang lain. Oleh sebab itu, para remaja yang tinggal dipanti asuhan perlu mendapat bimbingan untuk menemukan dan mengembangkan konsep diri yang positif. Bimbingan yang dapat dilakukan untuk menemukan dan mengembangkan konsep diri para remaja adalah melalui bimbingan pribadi sosial. Bimbingan pribadi sosial berarti bimbingan yang dilakukan dalam menghadapi pergumulan batin seseorang, membantu mengatur diri sendiri serta bimbingan untuk membina hubungan dengan sesama atau pergaulan sosial (Winkel dan Hastuti, 2004:118). Melalui bimbingan ini, para remaja penghuni panti asuhan dibantu untuk dapat menemukan dirinya dan berusaha untuk dapat mengembangkan konsep tentang dirinya yang positif.

  Mengingat pentingnya konsep diri dan peranannya dalam kehidupan para anak asuh yang berusia remaja di panti asuhan Kumuda, maka dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui deskripsi konsep diri para anak asuh yang berusia remaja di Panti Asuhan Kumuda Putra-Putri Magelang.

  B. Rumusan Masalah

  Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran tentang tingkat konsep diri para remaja penghuni Panti Asuhan Kumuda Putra-Putri Magelang.

  Secara spesifik masalah yang akan diteliti dan dijawab adalah: Bagaimanakah konsep diri para anak asuh yang berusia remaja di Panti Asuhan Kumuda Putra-Putri Magelang.

  C. Tujuan Penelitian

  Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan mengetahui tingkat konsep diri remaja Panti Asuhan Kumuda Putra-Putri Magelang.

  D. Manfaat Hasil Penelitian

  Hasil penelitian ini bermanfaat :

  1. Anak Asuh Anak asuh dapat mempunyai pemahaman konsep diri jika mereka diberi layanan informasi

  2. Para pembimbing atau pengasuh di panti asuhan.

  Para pembimbing panti asuhan mengetahui konsep diri remaja dan memberikan bimbingan sesuai dengan kebutuhan.

  2. Dinas Sosial Dinas Sosial mendapat informasi atau masukan tentang konsep diri anak asuh.

E. Definisi Operasional

  Berikut ini akan dijelaskan definisi operasional dari variabel beberapa istilah yang terdapat dalam penelitian ini. Antara lain :

  1. Konsep diri anak asuh yang berusia remaja Konsep diri anak asuh yang berusia remaja adalah gagasan tentang diri sendiri. Bagaimana seseorang melihat diri sendiri sebagi pribadi, dan bagaimana seseorang menginginkan diri sendiri menjadi manusia sebagaimana kita harapkannya (Hardjana, 1993:9) seperti diukur melalui kuesioner dan ditunjuk dengan skor-skor yang telah ditentukan.

  2. Anak asuh yang berusia remaja di panti asuhan Anak yang berusia remaja di panti asuhan Kumuda putra-putri Magelang adalah anak asuh yang tinggal di panti asuhan yang berusia 13-18 tahun.

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Konsep Diri Sejak kecil individu telah dipengaruhi dan dibentuk oleh berbagai

  pengalaman yang dijumpai dalam hubungannya dengan individu lain, terutama dengan orang-orang terdekat, maupun yang didapatkan dalam peristiwa-peristiwa kehidupan. Sejarah individu dari masa lalu dapat membuat dirinya memandang diri lebih baik atau lebih buruk dari kenyataan sebenarnya (Hardjana,1993). Cara pandang seseorang terhadap dirinya akan membentuk suatu konsep tentang diri sendiri. Menurut Elkins (1979: 81) konsep diri mempengaruhi prilaku, kemampuan berpikir dan keberhasilan belajar. Karena itu konsep diri perlu dikembangkan.

  Konsep diri adalah keseluruhan gambaran atau pandangan, keyakinan dan penghargaan atau perasaan seseorang tentang dirinya (Sinurat, 2003:1).

  Pudjijogoyanti, (1993: 2) mendefinisikan konsep diri sebagai seluruh pandangan individu mengenai dimensi fisik, karakteristik pribadi, motivasi, kelemahan, kepandaian, kegagalan dan sebagainya. Jadi konsep diri merupakan sikap dan pandangan individu terhadap seluruh keadaan dirinya. Konsep diri dapat juga diartikan sebagai sikap tehadap diri sendiri. Sikap adalah kecenderungan seseorang dalam bereaksi atau melakukan tindakan terhadap suatu obyek tertentu .

  Menurut (Hardjana, 1993:3), konsep diri terdiri dari bagaimana seseorang melihat diri sendiri sebagai pribadi, bagaimana seseorang merasa tentang diri sendiri dan bagaimana seseorang menginginkan diri sendiri menjadi manusia sebagimana yang diharapkan. Pendapat ahli lain yang sependapat dengan Hardjana adalah Centi (1993). Centi (1993) mengatakan konsep diri adalah gagasan tentang diri sendiri. Konsep diri terdiri dari bagaimana kita melihat diri sendiri sebaga pribadi, bagaimana kita merasa tentang diri sendiri dan bagaimana kita merasa tentang diri sendiri menjadi manusia sebagaimana kita harapkan. Penglihatan individu atas dirinya sendiri tersebut disebut gambaran diri (self image). Perasaan individu atas dirinya sendiri merupakan penilaian individu atas diri sendiri (self

  

evaluation). Harapan individu atas diri sendiri menjadi cita-cita diri (self ideal).

  Menurut Gunawan (2003: 19) Konsep diri terdiri dari tiga macam yaitu diri ideal

  

(self ideal) , citra diri (self image), harga diri (self esteem). Diri ideal menentukan

  arah perkembangan diri dan pertumbuhan karakter serta kepribadian dirinya sendiri; citra diri (self image) adalah cara orang melihat dirinya sendiri dan berpikir mengenai dirinya sekarang atau saat ini; dan harga diri (self esteem) adalah kecenderungan untuk memandang dirinya sendiri sebagai pribadi yang mampu dan memiliki daya upaya dalam menghadapi tantangan-tantangan hidup yang mendasar dan layak untuk hidup bahagia.

  Berdasarkan pendapat ahli konsep diri dapat didefinisikan sebagi gambaran yang ada pada diri individu yang berisikan tentang bagaiman individu melihat dirinya sendiri sebagi pribadi yang disebut dengan pengetahuan diri, bagaimana individu merasa atas dirinya yang merupakan penilaian dari diri sendiri serta bagaimana individu menginginkan diri sendiri sebagai manusia yang diharapkan.

B. Penggolongan Konsep Diri

  Ada banyak pandangan, gambaran serta keyakinan terhadap diri sendiri yang dapat dirasakan dari berbagai segi dalam kehidupan seseorang. Hal tersebut memunculkan macam-macam konsep diri. Penggolongan macam-macam konsep diri tersebut antara lain :

  1.Konsep Diri Positif Seseorang yang memiliki konsep diri positif selalu berusaha untuk menilai dan menerima keadaan diri apa adanya. Konsep diri positif akan selalu mendorong seseorang untuk berpikir positif, optimis, tidak mudah menyerah. Konsep diri positif diperoleh melalui kasih sayang, penerimaan dan perhargaan yang diberikan oleh tokoh-tokoh di sekitarnya (Sinurat, 2003:2). Konsep diri yang tinggi menunjukan adanya gambaran diri yang positif dan penerimaan diri yang positif (Burns, 1993:72). Seseorang yang memiliki konsep diri positif adalah seseorang yang tahu betul keadaan dirinya, dapat memahami dan menerima sejumlah fakta yang sangat bermacam-macam tentang dirinya sendiri, evaluasi terhadap dirinya sendiri menjadi positif dan dapat menerima keberadaan orang lain. Seseorang yang memiliki konsep diri positif akan dapat merancang tujuan- tujuan yang sesuai dengan realitas dan keadaan dirinya sendiri, yaitu tujuan yang kemungkian besar dapat dicapai, sesuai dengan keadaan diri dan kemapuan yang dimilikinya. Seseorang yang memiliki konsep diri positif adalah seseorang yang tahu betul sifat dirinya, sehingga dirinya dapat menerima segala kelebihan dan kekurangannya serta mampu merancang tujuan-tujuan yang sesuai dengan realitas.

  Orang yang memiliki konsep diri positif menurut Brooks & Emmert ditandai dengan cirri-ciri sebagai berikut: a. Individu yakin akan kemapuannya untuk mengatasi masalah. Individu merasa memiliki kemampuan untuk mengatasi masalah apapun yang dihadapi yang pada akhirnya individu mampu mengatasinya bahkan saat individu menghadapi kegagalan atau kermunduran.

  b. Individu merasa setara dengan orang lain. individu merasa sama dengan orang lain sebagai manusoia tidak tinggi tidak rendah, meskipun terdapat perbedaan dalam kemampuan tertentu, latar belakang budaya atau sikap orang lain terhadapa dirinya.

  c. Individu tidak merasa malu menerima pujian. Individu dapat menerima pujian tanpa berpura-pura rendah hati dan menerima penghargaan tanpa merasa bersalah.

  d. Individu menyadari bahwa setiap orang mempunyai perasaan, keinginan dan prilaku yang tidak seluruhnya diterima atau disetujui oleh masyarakat. Individu sanggup mengaku pada orang lain bahwa dirinya mampu merasakan berbagai dorongan dan keinginan, dari perasaan marah sampai cinta, perasaan sedih sampai bahagia, dari kecewa yang mendalam sampai kepuasan yang mendalam.

  e. Individu mampu memperbaiki dirinya karena ia sanggup dan berusaha untuk mengubahnya. Individu sanggup mengungkapkan aspek-aspek kepribadian yang tidak disenangi dan berusaha untuk mengubahnya. Individu mampu bertindak berdasarkan penilaian yang baik tanpa merasa bersalah yang berlebihan atau menyesali tindakannya jika orang lain tidak menyetujui tindakannya.

  2. Konsep Diri Negatif Tokoh-tokoh yang signifikan dalam hidup seseorang misal, orang tua, guru, teman sebaya dan orang lain yang berpengaruh pada diri seseorang tersebut merendahkannya, meremehkannya, mempermalukannya, menolaknya maka sikap seseorang itu terhadap dirinya akan negatif (Sinurat, 2003:2). Menurut Harjana, (1993:26), konsep diri negatif mendorong kita untuk membuat perbandingan negatif dengan orang lain, membuat kita cenderung memusatkan perhatian pada yang negatif-negatif pada diri kita, menciptakan ingatan yang pilih-pilih, yang meneguhkan perasaan diri tak berharga, menciptakan sikap memihak dalam pandangan kita mengenai apa yang terjadi pada diri kita dan konsep diri yang negatif cenderung membawa kita kepada kegagalan. Konsep diri yang rendah menunjukan adanya keyakinan, pandangan, gambaran dan penilaian yang negatif tentang diri sendiri dan perasaan rendah diri, dan penolakan diri (Burns, 1993: 72).

  Hardjana mengemukakan beberapa pengaruh konsep diri negatif dalam hidup kita, antara lain (Hardjana, 1993:26-32): a) Konsep diri negatif membuat kita cenderung memusatkan perhatian pada yang negatif-negatif dalam diri kita.

  b) Konsep diri negatif mendorong kita untuk membuat perbandingan negatif dengan orang lain. c) Konsep diri negatif menciptakan ingatan yang pilih-pilih, selektif, yang meneguhkan perasaan diri tak berharga.

  d) Konsep diri negatif menciptakan sikap memihak dalam pandangan kita mengenai apa yang terjadi pada diri kita.

  e) Konsep diri negatif cenderung membawa kita ke kegelapan. Brooks & Emmert (Rakhmat, 2005:105) menguraikan 5 ciri orang yang memiliki konsep diri negatif sebagai berikut: a. Individu peka terhadap kritikan. Individu ini sangat tidak tahan terhadap kritikan yang diterimannya, mudah marah atau naik pitam.

  Koreksi/penilaian terhadap dirinya seringkali dipersepsi sebagai usaha untuk menjatuhkan harga dirinya.

  b. Responsif sekali terhadap pujian meskipun individu berpura-pura menghindari pujuan, individu tidak dapat menyembunyikan antusiasmenya pada waktu menerima pujian apapun.

  c. Bersikap hiperkritis. Individu selalu mengeluh, mencela atau meremehkan apa pun dan siapa pun, individu merasa tidak pandai dan tidak sanggup mengungkapkan penghargaan/pengakuan kelebihan orang lain.

  d. Cenderung merasa tidak disenangi orang lain. Individu merasa tidak diperhatikan karena individu bereaksi pada orang lain sebagai musuh sehingga tidak dapat menciptakan kehangatan dan keakraban persahabatan.

  e. Bersikap pesimis terhadap kompetisi seperti terungkap dalam keenggannannya untuk bersaing dengan orang lain dalam prestasi.

  Individu merasa tidak berdaya melawan persaingan yang merugikan dirinya.

  Berdasarkan uraian di atas ciri-ciri orang yang memiliki konsep diri negatif antara lain memiliki kepercayaan diri yang rendah, kurang memiliki motivasi, pesimistis dan tidak memiliki keinginan untuk maju sehingga tidak muampu mengatasi permasalahan dan cenderung mencari jalan keluar yang salah.

C. Faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri

  1. Beberapa faktor yang mempengaruhi konsep diri remaja antara lain :

  a. Usia Kematangan Remaja yang matang lebih awal yang diperlakukan seperti orang yang hampir dewasa, mengembangkan konsep diri yang menyenangkan sehingga dapat menyesuiaikan diri dengan baik. Remaja yang matang terlambat, yang diperlakukan seperti anak-anak dan merasa dirinya kurang baik cenderung berprilaku kurang dapat menyesuaikan diri.

  b. Emosi Faktor emosi yaitu kemampuan remaja untuk mengarahkan energi emosinya dalam kehidupan sehari-hari ke saluran ekspresi yang bermanfaat dan dapat diterima, dapat mengendalikan emosi dan berusaha mengolahnya, maka remaja akan mampu mengatasi segala kegagalan yang dialaminya. Cara remaja mengekspresikan emosinya akan dinilai oleh orang lain. Penilaian dari orang lain ini menjadi dasar untuk mengadakan penilaian mengenai dirinya sendiri, dan penilaian ini akan mempengaruhi konsep dirinya (Hurlock: 325-328) c. Penampilan diri Penampilan diri yang berbeda membuat remaja merasa rendah diri meskipun perbedaan ada menambah daya tarik fisik. Tiap cacat fisik merupakan sumber yang memalukan yang mengakibatkan perasaan rendah diri. Sebaliknya, daya tarik fisik menimbulkan penilaian yang menyenangkan tentang ciri kepribadian dan menambah dukungan sosial. Bentuk tubuh atau ciri-ciri fisik dapat mempengaruhi kepribadian remaja. Bentuk tubuh yang menyimpang dari keadaan normal, misalnya terlalu gemuk, terlalu kurus, tinggi dan pendek dipandang sebagai hal “buruk” dan merupakan faktor yang tidak menguntungkan bagi perkembangan konsep diri remaja (Hurlock ,1990: 325) d. Kepatutan seks Kepatutan seks dalam penampilan diri, minat dan prilaku membantu remaja mencapai konsep diri yang baik.

  e. Nama dan julukan Remaja peka dan merasa malu bila teman-teman sekelompok menilai namanya buruk atau bila mereka memberi nama julukan yang bernada cemooh. Remaja yang menyukai namanya dan merasa bahwa namanya diterima oleh kelompok teman sebayanya akan merasa dirinya memiliki keunggulan dalam kelompoknya. Hal tersebut akan menambah f. Kehidupan yang dijalani di lingkungan tempat tinggal.

  Lingkungan tempat tinggal dapat mempengaruhi konsep diri remaja. Perasaan harga diri yang berkaitan dengan penerimaan atau penolakan dari orang lain di sekitar tempat tinggalnya turut mempengaruhi konsep diri.

  g. Teman sebaya Teman-teman sebaya mempengaruhi pola kepribadian remaja dalam dua cara. Pertama, konsep diri remaja merupakan cermin dari anggapan tentang konsep dirinya dan kedua, ia berada dalam tekanan untuk mengembangkan ciri-ciri kepribadian yang diakui kelompok.

  h. Kreativitas Remaja yang semasa kanak-kanak didorong agar kreatif dalam bermain dan dalam tugas-tugas akademis, mengembangkan perasaan individualitas dan identitas yang memberi pengaruh yang baik pada konsep dirinya. i. Tingkat kecerdasan.

  Tingkat kecerdasan dapat mempengaruhi konsep diri remaja. Remaja yang memiliki tingkat kecerdasan lebih tinggi daripada teman- temannya, akan cenderung merasa dirinya lebih “superior” dibanding teman-temannya. Hal tersebut membuat remaja itu merasa lebih percaya diri. j. Cita-cita Remaja yang realistik terhadap kemampuanya lebih mengalami keberhasilan dari pada kegagalan. Ini akan menimbulkan kepercayaan diri dan kepuasan diri yang lebih besar yang memberikan konsep diri yang lebih baik. k. Status sosial

  Status sosial berkaitan dengan keadaan ekonomi dan kepopuleran yang dirasakan oleh remaja. Apabila remaja merasa berada dalam kepopuleran dan memiliki status ekonomi yang lebih tinggi, cenderung merasa lebih percaya diri, sebaliknya apabila remaja merasa diri tidak memiliki sesuatu yang berharga, cenderung membuat remaja merasa “minder” atau rendah diri. l. Budaya lingkungan sekitarnya.

  Keadaan budaya lingkungan dimana remaja itu tinggal juga dapat mempengaruhi konsep diri. Setiap lingkungan masyarakat mempunyai suatu norma atau patokan tertentu bagi setiap orang untuk mengatur tingkah lakunya. Remaja yang sudah mendapat “cap” buruk dari lingkungannya cenderung sulit mengembangkan konsep diri yang positif dalam dirinya.

  2. Aspek-aspek diri mengenai konsep diri : a. Konsep diri fisik.

  Gambaran diri fisik yang meliputi keadaan diri jika dilihat dari bentuk kelaminnya dimata orang lain turut mempengaruhi terbentuknya konsep diri seseorang (Hurlock, 1973:325). Hurlock mengatakan, penampilan diri yang berbeda membuat remaja merasa rendah diri meskipun perbedaan yang ada menambah daya tarik fisik (Hurlock, 1990:235). Pada dasarnya, seorang remaja selalu ingin agar setiap penampilannya dihargai oleh orang lain. Tetapi dengan adanya perbedaan, misalnya penampilannya kurang menarik, lusuh, mereka akan merasa kurang disenangi dan dihargai oleh teman-temannya karena cenderung diejek. Selain itu adanya cacat fisik merupakan sumber memalukan yang mengakibatkan perasaan rendah diri. Sebaliknya, daya tarik fisik menimbulkan penilaian yang menyenangkan tentang ciri kepribadian dan menambah dukungan sosial.

  b. Konsep diri sosial.

  Kehidupan seseorang tidak terlepas dari hubungannya dengan orang lain. Demikian juga terbentuknya konsep diri seseorang dipengaruhi pula dengan pengalaman dan interaksinya terhadap orang lain di sekitarnya. seseorang akan mencintai, menghargai dan menerima dirinya apabila tokoh-tokoh di sekitarnya mampu menerima, menghargai dan menerimanya. Hal tersebut berarti bahwa seseorang memberi penilaian positif tentang dirinya (konsep diri positif). Tetapi sebaliknya, apabila tokoh-tokoh di sekitarnya merendahkan, meremehkan, maka seseorang akan cenderung menilai dirinya seperti apa yang dikatakannya (konsep diri negatif). Misalnya, orang tua mengatakan bahwa “kamu anak nakal”. Cap sebagai anak nakal tersebut akan terkonsep pada diri anak, sehingga anak berpikir c. Konsep diri emosional.

  Konsep diri emosional dapat disebut pula sebagai gambaran diri psikologis, yang meliputi nilai-nilai yang melekat dalam dirinya, seperti; kejujuran, kebaikan, keadaan emosi serta sifat-sifat dalam diri yang dapat dirasakan oleh orang lain dalam pergaulan (Hurlock, 1993:325). Senada dengan pernyataan di atas, Hurlock mengatakan, bahwa salah satu komponen pembentukan konsep diri adalah adanya citra psikologis yaitu didasarkan atas pikiran, perasaan dan emosi, kualitas dan kemampuan yang mempengaruhi penyesuaian pada kehidupan, sifat-sifat seperti keberanian, kejujuran, kemandirian dan kepercayaan diri (Hurlock, 1989:45).

  d. Konsep diri akademis.

  Konsep diri erat hubungannya dengan dunia pendidikan yaitu berkaitan dengan pencapaian suatu prestasi akademis. Instistusi pendidikan merupakan tempat bagi seseorang untuk berkompetisi dan dalam kompetisi tersebut seseorang dipaksa untuk mengungkapkan kepandaian atau ketidakpandaiannya demi mencapai standar keberhasilan seperti yang ditetapkan dari luar dirinya. Dengan penekanan berat pada kompetisi dan tekanan-tekanan dari pihak luar (misalnya; guru atau orang tua) kepada seseorang untuk meraih keberhasilan, tidaklah mengherankan jika seseorang menggunakan pencapaian akademis sebagai suatu indeks harga diri yang penting (Burns, 1993:357).

  Agustini, 2006:139-141 juga membagi konsep diri dalam beberapa aspek- aspek yang mendasarinya, antara lain: a. Diri fisik (physical self) Diri fisik menyangkut persepsi seseorang terhadap keadaan dirinya secara fisik. Dalam hal ini terlihat persepsi seseorang mengenai kesehatan dirinya, penampilan dirinya (cantik, jelek, menarik, tidak menarik) dan keadaan tubuhnya (tinggi, pendek, gemuk atau kurus).

  b.

   Diri etik-moral (moral-ethical self)

  Diri etik-moral merupakan persepsi seseorang terhadap dirinya dilihat dari standar pertimbangan nilai moral dan etika. Hal ini menyangkut persepsi seseorang mengenai hubungan dengan Tuhan, kepuasan seseorang akan kehidupan keagamaannya dan nilai-nilai moral yang dipegangnya, yang meliputi batasan baik dan buruk.

  c.

   Diri pribadi (personal self)

  Diri Pribadi merupakan perasaan atau persepsi seseorang tentang keadaan pribadinya. Hal ini tidak dipengaruhi oleh kondisi fisik atau hubungan dengan orang lain, tetapi dipengaruhi oleh sejauh mana individu merasa puas terhadap pribadinya atau sejauh mana ia merasa dirinya sebagai pribadi yang tepat.

  d.

   Diri keluarga (family self)

  Diri keluarga menunjukan perasaan dan harga diri seseorang dalam kedudukannya sebagai anggota keluarga. Bagian ini menunjukan seberapa jauh seseorang merasa dekat terhadap dirinya sebagai anggota keluarga, serta terhadap peran maupun fungsi yang dijalankan sebagai anggota dari suatu keluarga.

  e.

   Diri sosial (social self)

  Bagian ini merupakan penilaian individu terhadap interaksi dirinya dengan orang lain maupun lingkungan sekitarnya.

  3. Konsep diri berdasarkan keadaan diri yang ingin dicapai/harapan: a. Konsep diri riil.

  Konsep diri riil merupakan gambaran diri atau cerminan/pandangan mengenai diri sendiri. Bagaimana anak memandang dirinya sangat dipengaruhi oleh perilaku tokoh-tokoh penting/berarti yang ada di sekitarnya misalnya, orang tua, teman atau guru. Perlakuan dan penilaian orang lain sangat mempengaruhi seseorang dalam menilai keadaan dirinya sendiri (Hurlock, 1993:325). Dapat dikatakan pula bahwa penilaian/pandangan dari orang lain merupakan cermin bagi seseorang dalam menilai dan memahami keadaan dirinya.

  b. Konsep diri ideal.

  Konsep diri ideal, yaitu apa yang menjadi gambaran diri ideal yang diinginkan oleh anak baik secara fisik maupun psikologisnya. Gambaran diri ideal inilah yang dijadikan sebagai dasar bagi anak untuk melakukan interaksi sosial dan dalam menumbuhkan harga dirinya di mata orang lain (Hurlock, 1973:325).

  Burns mengatakan diri yang ideal merupakan seperangkat interpretasi tentang individu saat dia sedang mengungkapkan keinginannya dan aspirasinya yang amat pribadi sifatnya, yang sebagian berupa keinginan dan sebagian lagi keharusan (Burns, 1993:81).

D. Konsep Diri Anak Asuh Yang Berusia Remaja

  Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Istilah remaja atau adolesence berasal dari kata latin adolescere yang berarti “tumbuh” atau “tumbuh menjadi dewasa”. Istilah adolescence (dari bahasa Inggris) yang dipergunakan saat ini mempunyai arti yang cukup luas mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik (Hurlock,1990:206).

  Piaget (Hurlock, 1990:206) mengatakan bahwa masa remaja adalah usia dimana individu mulai berintegrasi dengan masyarakat dewasa. Individu tidak lagi merasa berada dibawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada ditingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak. Integrasi dalam masyarakat, mempunyai aspek afektif. Kurang lebih berhubungan dengan masa puber, termasuk didalamnya juga perubahan intelektual yang mencolok, transformasi yang khas dari cara berpikir remaja memungkinkan untuk mencapai integrasi dalam hubungan sosial orang dewasa. Pada masa remaja terdapat berbagi perubahan, diantaranya terjadi perubahan intelektual dan cara berpikir remaja, terjadinya perubahan fisik yang sangat cepat, terjadinya perubahan sosial, dimana remaja mulai berintegrasi dengan masyarakat luas serta pada masa remaja mulai meyakini kemampuannya, potensi serta cita-cita diri. Selanjutnya pada masa remaja terdapat tugas-tugas perkembangan yang sebaiknya dipenuhi sehingga pada akhirnya remaja bisa dengan mantap melangkah ketahapan selanjutnya.

  Konsep diri merupakan inti dari kepribadian yang mempengaruhi tingkah laku dan cara-cara menyesuaikan diri dengan situasi-situasi hidup (Sinurat, 1993: 3). Hubungan anak asuh yang berusia remaja dengan lingkungan di sekitarnya dapat menyebabkan perubahan dalam kepribadiannya. Pada masa remaja, banyak diantara mereka yang menggunakan standar kelompok teman sebaya sebagai dasar konsep mereka mengenai kepribadian ideal yang didambakan. Namun, tidak banyak diantara remaja yang dapat mencapai gambaran yang ideal tentang dirinya, dan mereka yang tidak berhasil ingin mengubah kepribadian mereka.

  Konsep diri mempunyai pengaruh yang besar dalam hidup remaja. Konsep diri biasanya bertambah stabil dalam periode masa remaja. Hal ini memberi perasaan kesinambungan dan memungkinkan remaja memandang diri sendiri dalam cara yang konsisten, tidak memandang diri hari ini berbeda dengan hari lain (Hurlock, 1990:235). Memiliki konsep diri stabil merupakan salah satu konsekuensi usaha remaja untuk memperbaiki kepribadiannya. Adanya konsep diri yang positif dalam diri remaja, akan mendorong remaja tersebut untuk memandang dirinya dengan positif. Remaja yang merasa puas dengan apa yang ia capai dan bersedia memperbaiki prestasi di bidang yang mereka anggap kurang serta mampu menerima diri sendiri akan mendorong orang lain pula untuk menyukai dan menerima diri mereka.

  Remaja yang memiliki konsep diri positif mampu berprilaku positif kecemasan, mempunyai kepercayaan diri, mampu berinteraksi secara memuaskan dengan orang lain. Sedangkan remaja yang mempunyai konsep diri yang negatif cenderung mempunyai pengetahuan yang negatif tentang dirinya, mempunyai pengharapan yang tidak realistis dan menilai dirinya dengan rendah, bahkan dapat meremehkan dan menolak dirinya.

E. Panti Asuhan

  Remaja di panti asuhan berarti semua anak asuh yang tergolong dalam masa remaja yang tinggal di panti asuhan. Panti asuhan adalah suatu tempat pelayanan sosial yang memberikan perlindungan dan pembinaan kesejahteraan sosial bagi anak anak yatim, anak dari keluarga kurang mampu dan terlantar, agar mereka dapat tumbuh dan berkembang secara wajar, yang meliputi pembinaan fisik, mental, sosial, bakat dan kemampuan serta ketrampilan.

  Panti asuhan anak adalah suatu Lembaga Usaha Kesejahteraan Sosial yang mempunyai tanggung jawab untuk memberikan pelayanan kesejahteraan sosial kepada anak terlantar dengan melaksanakan penyantunan dan pengentasan anak terlantar, memberikan pelayanan pengganti orang tua/wali anak dalam memenuhi kebutuhan fisik, mental dan sosial pada anak asuh sehingga memperoleh kesempatan yang luas, tepat dan memadai bagi perkembangan kepribadiannya sesuai yang diharapkan sebagi bagian generasi penerus cita-cita bangsa dan sebagai insan yang akan turut serta aktif di dalam bidang pembangunan nasional.

  (liflet PA Kumuda).

  Fungsi panti asuhan adalah untuk menanpung anak-anak yatim piatu, anak piatu atau anak yatim, anak terlantar bahkan anak-anak yang yang mengalami kesulitan ekonomi, agar mereka memperoleh status sosial yang layak. (Depsos.1992). fungsi ini dirinci menjadi:

  1. Pusat pelayanan kesejahteraan sosial anak meliputi:

  a) Pemulihan/penyantunan (Curative)

  b) Perlindungan (Protective)

  c) Pengembangan (Promotive-Development)

  d) Pencegahan (Preventive) 2. Pusat data dan informasi serta konsultasi kesejahtaeraan sosial anak.

  3. Pusat pengembangan ketrampilan Panti Asuhan Kumuda Putra Putri Magelang dikelola dengan azas kekeluargaan bagi para anak asuh. Oleh karena itu Panti Asuhan menjadi tempat penampungan anak dan menjadi sebagai keluarga para anak asuh. Suasana kekeluargaan dalam kehidupan sehari-hari di panti asuhan, membuat anak merasa betah tinggal di panti asuhan.

F. Bimbingan

  Dalam kamus bahasa Inggris guide diartikan sebagai berikut: menunjukan jalan (showing the way); memimpin; (leading); menuntun (conducting); memberikan petunjuk (giving instrucktion); mengatur (regulating); mengarahkan

  

(Goverming); memberikan nasehat (giving advice). Kalau istilah bimbingan dalam