STUDI EPIDEMIOLOGI PROFIL KLINIS DAN LABORATORIUM PASIEN LEUKEMIA LIMFOBLASTIK AKUT ANAK DI RSUD DR SOETOMO

  ! " # ! ! ! $

  % ! & ' ""

  • $ $ , - ! " . ! . # '* // 0 1 22
  • $ 4 5 " .! .# * // 22 2
  • 7 ) % ! .! .# * // 0 0 221 2

  & ! ( ! ! (

  ) ) "

  03

  2 ) ) "

  2 ! ( ! 2 6 )

  2

  3 " (

  2

  &

  &

  ( ( 4 8 9 . "" ! ) ( !

  : ! 9! ! ) . ) ) ) " . . ! " . ! & ! " "" ! ! ,

  : ! 4 8 ! 9 ! ! 2 + $ $ , - ! " . ! . # '* /. ! ) ) " .

  $ 4

5 " .! .# * /. ! ) ) " .

; 7 ) % ! .! .# . * / ! " ( .

  • $ # ( . ! . # * / $ % ! & ' "" .

  1 $ !( < . ! . "" " ( , ) ! .

  • : 7 : . ! . ! " ! # ! ! $ % ! & ' "" .

  3 5 . ! $ 7# $ $ # # ) .

  $ = 7 # . ! . # * / > ! " < ) " 7# $ $ # # ) ) +.

  # 7 : , . ! " . '7# > ! " ! 7 ! 7# $ $ # # ) ) +.

  &

  & # + ! , ( ! 7# $ $ # # ) .

  2 # + 7# $ $ # # ) .

  ! " ! "" " " ) ! ) ! " ! " . ; # " ) ! ) ! " ! # ) . 1 $ )

  2

  3

  # ! + ) " : " + ( ! " " )

  ! " + <<' ! 7# $ $ # !

  2

  1 ! + ! " "" !

  • & ! : " ! ! " ( <<' ! $ ' 7# $ $ # !

  2 1 $ " ! ) ! ! ! ! " "" $ " ! ! ! :

  ! + ! ! ( ! ) ! " ) " ! " ! !

  @ " ! " 7

  9 <<' . 9 *12A/ ! ! ! *< . /

  ' ! ) ) ! # ) *22A/. @ , # ) " )

  • 3;A/ ! ! ! , ! " # " ! ! " <<' " ) ! " " " *;2A/ - ( ! ! "

  " ) ! ! ! : * 0 /. ! * 2 / + ! * ; / ! ! ! " * 0 /.

  • " / ! + ! * ; / ! ) ! ! ) " ) " *32A/. * 3A/
    • ! ) * ;A/ - ) " ! ! ) <

  • 13A/ # ) ;A !

  5 <<' *32A/ ( " ) + . " ( ! ! .

  • ) , . " ) " . ! !
  • <<' ! ! " ! ! ! ( ! ! ) " (

  ?

  2

  $ , - ! "

  4 5 "

   ! " #

  $ %

! "

& % % % % % " $ % % % '' (

  % %) % % ( % % ( % ( % ''" % % % %

  " * %

  • +% % % % % % ( %
    • * '' , ! " ) # - . /" +% % % ( % ( . ) 0 ''" 1 ( ( % 2. 23 4 % ( 2 ) .
      • - " 534 % & 4 % ( " 034 % 6 % " 3 4 % ( " 78049 7/349 7# 49 % 7#049 % % 7 049 7 /49 ( % 70 49 7#049 % 72349" +% % % '')'1 ( 7/049" !: '' ( 234 0 4 % ( "

  • +% % % % % 2 ) . "
    • - % & " % 6 % " % ( % "

  ( ); " % % % " +% % % ( % % % " '')' !: '' ( % " +%

  % % ( % % ( "

!"#$%&' ' % ' $ & "

  ?

  ? #' < $8 ' #' < $'<'

  7'#4'7' -8<'7 <8 >'7 87#8 @ '

  & <8 >'7 87 4' '' 67 # '< '# '74' < '5 & <8 >'7 87#8 @ ' >< '# '74' < '5 &

  =' ' 87 ' '# 5 & 7 - '#'

  ? '># 7'=

  ? $'% '7 #

  ? $'% '7 -' >'7

  ?& $'% '7 # - ' '

  ?& $'% '7 <' 7'

  ?& >'> 8 $'5 < '

  < > " 2 7

  2 (

  ( 2 ( ; +

  ; ; +

  ; ; 2 +

  ; >'> 2 @' ' # ' ' 2 < < + ) '

  ? 2 $ + 2 2 8 ! "

  1 2 + " # <<' > ! %'> 3 2 2 + "

  3

  2 8 " 2 ; % 2 ; @ 2 ; 2 2 ;

  2 2 ; ; 7 , < ! " 2 2 ; #

  2 ; 1 # - 2 - ( ! ! ; 2 1 $ " 1 2 $ " > ! "

  2 3 +

  7 2 0

  3 >'> 87' - ' 6 #8 '<

  " 2 ( "

  2 >'> ; 8 6$8 8 8< '

  22 ; @ ! 7 : "

  22 ; 2 . # . ! " ) #

  22 ; 2

  22 ; 2 2 #

  22

  ; 2 " ) #

  22 ; B )

  2 ; ; $ +

  6 B )

  2 ; ; >

  23 ;

  23 ; 1 < !

  23 ; ! " ) " $

  20 ; 3 = " ! ' $

  20 ; 0 "

  6 ; @ !, ; >

  >'> 5'# < 8 8< '

  2 $ $ <<'

  2 2 $ ) ' $ <<' ;

  • ( ! ! <<' ; < ) <<'

  1 >'> 1 8 >'5'#' 1 $ ) @ <<'

  1 2 $ ) <<'

  3 1 $ ) ' $ <<' 1 ; $ ) 7 , < ! " <<' ; 1 $ - ) # ', <<' ; 1 1 $ ) - ( ! ! <<' ; 1 $ ) < ) <<' ;;

  • 1 3 $ ) ) " # <<' ;

  ?

  • 1 0 $ ) 7 <<' ; 1 $ )

  5 , <<' ;3 1 ) ;0

  >'>

  8 2 # $'% '7 # ' '

  2 <' 7'

  1 ? &

  ) - 2 ) " ! ) 2 2 $ ) <<' ! " ! -

  ) ) " ! ) 2 ) " < < < + ) '

  • )
    • 3 -

  • ) 2 ; ) " <2 < < + ) ' 3 -

  ) - - 2 + ) " < < < + ) '

  3 ) - " ) $ ! <<' ! 7 , ! @ 5 -

  " 9 6 " ' $ C# % ' 7# $ $ # # )

  2

  1

  2 ) - 2 $ ) ! <<' ! 7 , ! @ 5 " 96 " ' $ C# % '

  7# $ $ # # )

  2

  1

  2 ) 2 2 $ ) <<' ) ! @ , -

  ! 7 , ! @ 5 " 96 " ' $ C# %

  ' 7# $ $ # # )

  2

  1 ) - ( ! - ! <<' ) ! @ , ! 7 , ! @

  5 " 96 " ' $ C# % ' 7# $ $ # # )

  2

  1 ) ; ) <<' ! 7 , ! -

  @ 5 " 96 " ' $ C# % ' 7# $ $ # # )

  2

  1

  1 ?&

  • * * * %:%

  ?& $'% '7 # - ' '

  '<< ' % ' ' < ': ! < >>C < > > ! C "" > ' = ( = # = & # $ ' >

  &+?/:! @A +&': ' + :& : /:! :

  %'> %: := % 5) 5 " )

  5%8 * % % 5<'9$7 * ' ) !

  '

  2

  1 % %

  '$* /5 @ % %

  '' ''

  7# $ 7 # $ >= B% = $

  ?& < @ !, "

  1 < 2 #

  1; < # 8 7# $ $ #

  1

  ! " # " $ ! % &$ ' %

  " (" ) ## (# *

  • " (
    • " %

  # #!% , , ' % ! " ! " ( -

  . ! " " . !

  /! 0 )1 2 ! ! !

  2 3 ! " 4 5 6 ! " 4 3 2 ! " $4 7 ! " ) !

  "

  3 ! !%

  5 3 88 ! "

  9 ! !

  ! ! ! ! ! 3 88 ! "

  9

  5 3 88 ! " :

  2 , ' 1 !

  • . ;5<) ) 5 : !

  : ) + - ;5<) )

  5 5 =

  • ;5<) ) 5

  5

  5

  5

  % < ) + - ;5<) )

  5 '

  5

  ) + - ;5<) )

  5 # <

  ) + - ;5<) )

  < ) +

  5 <

  5

  ) + - ;5<) )

  5 " <

  5

  < ) + - ;5<) )

  !

  5

  8

  • <

  5

  " #

  5

  ;5<) ) 5

  > ) + -

  ! " # " # $

  5

  5

  ) + - ;5<) )

  5 <

  ) + - ;5<) )

  # $ <

  5 9 : <

  5

  ) + - ;5<) )

  5 & <

  5

  ) + - ;5<) )

  5

  5

  ) + - ;5<) )

  5

  Leukemia limfoblastik akut pada anak (LLA) adalah penyakit neoplastik sebagai hasil dari mutasi somatik beberapa tahap dalam sebuah sel progenitor limfoid pada satu dari sebagian tahap perkembangan (Kaushansky and Williams, 2016). Leukemia limfoblastik akut adalah salah satu jenis keganasan yang terjadi pada sel darah dimana terjadi proliferasi berlebihan dari sel darah putih. Pada LLA, terjadi proliferasi dari sel prekursor limfoid dimana 80% kasus berasal dari sel limfosit B dan sisanya dari sel limfosit T. Keganasan ini bisa terjadi pada stase manapun pada saat proses diferensiasi sel leukosit (Howard & Hamilton, 2008).

  Tahap perkembangan sel darah normal

  5

  6 ! " #

  Insiden LLA bervariasi berdasarkan usia, etnis, wilayah geografis, imunologi dan subtipe molekuler. LLA adalah penyakit kanker dengan prevalensi terbanyak pada anak dan remaja di United States, 20% dari seluruh kasus kanker didiagnosis pada usia < 20 tahun dengan lebih dari 3000 kasus baru setiap tahun. Insiden LLA pada anak selama 200112014 sebesar 34 kasus per 1 juta orang. Selama 200112014, total 38.136 pasien anak baru terdiagnosis LLA di United States. Usia terbanyak dengan kisaran 114 tahun (75,2 per 1 juta), insiden tinggi pada laki1laki dibanding perempuan (David A ., 2017).

  Berdasarkan , tingkat kasus baru leukemia limfoblastik akut telah meningkat rata1rata 0,6% setiap tahun selama 10 tahun terakhir. Sedangkan, tingkat kematian telah turun rata1rata 1,0% setiap tahun selama 200612015. (2017) memperkirakan terdapat 5.970 kasus baru LLA pada orang dewasa dan anak1anak yang terdiri dari 3.350 laki1laki (56,1%) dan 2.620 perempuan (43,9%) dan leukemia akan menempati dua penyakit teratas kanker darah dengan 60.300 kasus baru (35%). Diperkirakan sekitar 1.440 kematian dari penyakit ini yang terdiri dari 800 laki1laki dan 640 perempuan.

  Di Rumah Sakit Umum Dr. Soetomo Surabaya, leukemia akut menempati peringkat pertama pasien keganasan pada anak. Dalam kurun waktu 10 tahun (19911 2000) tercatat 524 kasus atau 59% dari seluruh keganasan pada anak. Dari jumlah tersebut 430 anak (82%) didiagnosis sebagai leukemia limfoblastik akut (Widiaskara

  2010).Di tempat yang sama, pada tahun 2015 terdapat 106 kasus baru, sedangkan tahun 2016 meningkat menjadi108 kasus baru (Ugrasena, 2017).

  7 Kejadian tahunan di Amerika Serikat adalah 3,714,9 kasus per 100.000 anak1 anak usia 0114 tahun (Kanwar, 2017) dan lebih tinggi pada orang Hispanik Amerika dibandingkan di Afrika Amerika (Linabery A.M ., 2008) (Parkin D.M

  .,1998). Umumnya, negara berpenghasilan rendah memiliki insiden yang lebih rendah dari LLA daripada negara berpenghasilan tinggi. Puncak kejadian LLA pada usiaantara 2 dan 5 tahun (Hjalgrim LL ., 2003), tetapi usia dan risiko LLA berbeda oleh subtipe sitogenetik (Gambar 1.1).

  Distribusi umur LLA pada anak yang disebabkan oleh imunologi dan subtipe molekuler di Denmark, Swedia, Norwegia, Finlandia, dan Islandia antara 199212007

  LLA pada bayi (<1 tahun) paling banyak ditandai dengan ( , yang jarang terjadi pada usia lebih tua (Biondi A ., 2000) (Pieters R

  ., 2007) (Szczepanski T ., 2010). Antara usia 2 dan 5 tahun, LLA didominasi oleh ( ! > 50) dan t (12; 21)

  "# $% &'()* kariotipe, sementara sel1T LLA memiliki puncak yang kurang

  terlihat pada usia sekitar 419 tahun. Di negara1negara berpenghasilan rendah, lebih banyak ditemukan (Rajalekshmy KR ., 1997).

  8

  $ % # " &

  Sistem + , -+ , membedakan morfologi LLA menjadi subtipe L1,L2, dan L3. Pada limfoblas L1 (86%) umumnya kecil dengan sedikit sitoplasma; pada sel L2 (13%) lebih besar dan pleomorfik dengan sitoplasma yang banyak, bentuk inti irregular, dan nuklei nyata; dan sel L3 (0,7%) mempunyai kromatin inti homogen berbintik halus, nuklei yang jelas, dan sitoplasma biru tua dengan vakuola yang nyata.

  $ Subtipe LLA L1 ' Subtipe LLA1L2 ( Subtipe LLA1L3

  (Howard & Hamilton, 2008)

  #

  Patogenesis leukemia secara genetik terjadi akibat tidak seimbangnya kerja proto onkogen dan gen supressor Gen1gen berperan pada patogenesis terjadinya kanker melalui dua mekanisme umum. Mekanisme pertama adalah gangguan struktur gena yang normal ( ) yang akan menghasilkan gena baru (sebagai

  9 ) menghasilkan protein yang berperan pada sel pejamunya untuk menginduksi terjadinya malignansi. Produk protein biasanya berperan pada proliferasi sel, diferensiasi, atau . Mekanisme kedua adalah hilang atau tidak aktif gen yang menyandi protein penekan kanker. Gen klas ini dikenal sebagai atau (Cline, M.J, 2004). Pada leukemia anak gen yang banyak berperan salah satunya adalah gen

  # . . )- # ) Fusi gen # ) menyebabkan peningkatan secara tidak terkendali kapasitas perbanyakan diri

  ( / ), kegagalan kontrol proliferasi normal, terhalanginya diferensiasi dan terjadi resistensi terhadap sinyal apoptosis. Fusi gen # ) banyak ditemukan pada anak dengan LLA dan dapat dijadikan sebagai penilaian prognosis (Mulatsih, S ., 2009).

  Leukemia akut menyebabkan morbiditas dan mortalitas melalui defisiensi jumlah dan fungsi sel darah, invasi organ vital, gangguan sistemik oleh ketidakseimbangan metabolik. Pada LLA, sel progenitor limfoid berubah secara genetik kemudian mengalami proliferasi disregulasi dengan ekspansi klonal. Sel limfoid yang berubah mencerminkan perubahan ekspresi gen yang biasanya terlibat dalam perkembangan normal dari sel B dan sel T. Terdapat sel induk leukemia pada jenis LLA tertentu (Kanwar, 2017).

  $ #

  Penyakit leukemia akut pada anak masih belum diketahui jelas penyebabnya, kemungkinan disebabkan oleh zat1zat kimiawi, fisis, infeksi virus dan atau bakteri.

  Ada beberapa faktor1faktor yang membantu meningkatkan angka kejadian LLA seperti faktor lingkungan, faktor genetik, dan faktor paparan terhadap radiasi pada

  10 saat sedang dalam kandungan maupun pada saat kanak1kanak. Selain itu, infeksi virus

  # ! serta sel limfosit B juga berperan terhadap kejadian LLA pada negara berkembang (Tubergen dan Bleyer, 2007).

  Paparan kronis dari bahan kimia seperti benzen telah dikaitkan dengan perkembangan AML pada orang dewasa. Walaupun belum ada bukti langsung yang menghubungkan paparan terhadap perkembangan LLA anak. Namun, riset terbaru NAD (P) H: quinone oxidoreductase 1 merupakan salah satu enzim yang bertanggung jawab untuk benzena dan kuinon lainnya. Metabolismenya memiliki mutasi dengan penurunan aktivitas enzimatik yang telah dikaitkan dengan perkembangan dan pada orang dewasa. Pada penderita yang rendah NAD (P) H, aktivitas quinone oxidoreductase 1 kurang mampu merespon stres oksidatif, mengalami peningkatan jumlah translokasi kromosom, dan memiliki peningkatan risiko terkena leukemia secara umum (Pizzo ., 2001).

  Anak1anak dengan beberapa sindrom genetik lebih cenderung terkena LLA daripada anak1anak lain. Sindrom tersebut adalah , ! dan anemia fanconi (Lanzkowsky, P, 2011). Kelainan kromosom lain seperti sindrom klinefelter atau sindrom trisomi G walaupun jarang tetapi juga dihubungkan dengan leukemia pada anak. Anak dengan neurofibromatosis dan sindrom schwachman juga dilaporkan memiliki risiko yang lebih tinggi terkena leukemia. Risiko lebih tinggi terjadinya leukemia anak juga dihubungkan dengan pengkatan usia kehamilan. Hal ini dapat mencerminkan peningkatan kejadian kelainan karyotipe pada bayi yang dilahirkan oleh ibu yang lebih tua (Pizzo , 2001).

  11

  ' & '

  Insiden LLA terjadi lebih tinggi pada anak laki1laki dibanding perempuan dan paling tinggi pada remaja. Anak laki1laki memiliki prognosis yang lebih buruk dibandingkan perempuan (Hunger ., 2012). Hal ini kemungkinan karena relaps testis, namun dengan perkembangan teknologi buruknya prognosis pada laki1laki dipengaruhi beberapa hal seperti jenis leukemia sel T, index DNA yang lebih kecil, adanya kromosom abnormal pseudodiploid, kromosom philadelphia,

  • - / . serta perbedaan metabolik dan endokrin

  yang belum dapat dijelaskan secara pasti (Pollock ., 2007; Conter ., 2010; Pui ., 2000; Silverman, 2000).

  '

  Leukemia akut pada anak1anak mencakup 30%140% dari keganasan pada anak yang dapat terjadi pada semua umur, dengan angka kejadian tertinggi pada usia 215 tahun (Widiaskara , 2010). Ditemukan pula adanya hubungan antara umur pasien saat diagnosis dan hasil pengobatan yaitu pasien dengan umur dibawah 18 bulan atau diatas 10 tahun mempunyai prognosis lebih buruk daripada usia diantaranya. Khusus pasien < 1 tahun terutama < 6 bulan mempunyai prognosis paling buruk. Hal ini karena kelainan biomolekuler tertentu. Leukemia pada bayi berhubungan dengan gene pada kromosom 11q23 seperti t (4;11) atau t (11;19) dan jumlah leukosit yang tinggi (Lanzkowsky, 2011).

  12

  ' $ ! Paparan sinar1x prenatal menyumbang sebagian kecil dari kasus LLA anak.

  Salah satu studi menunjukkan bahwa sekitar 1% dari semua kasus leukemia dewasa dapat diasumsikan sebagai hasil paparan radiografi diagnostik. Penyinaran terapeutik dikaitkan dengan risiko leukemia akut yang lebih tinggi pada pasien dengan ankylosing spondylitis yang diobati dengan radiasi dosis relatif tinggi dan pada neonatus yang diberikan iradiasi timus. Tingkat kematian leukemia meningkat juga diamati dalam satu penelitian untuk anak1anak yang menerima radiasi kulit kepala untuk pengobatan tinea capitis (Pizzo ., 2001).

  Penduduk yang hidup di kota dan daerah industri umumnya terpapar benzena dalam kadar yang lebih tinggi daripada yang hidup di pedesaan. Hal ini disebabkan karena tinggal di dekat tempat pembuangan limbah yang mengandung benzena, cerobong asap pabrik, kilang minyak, pabrik petrokimia, atau pompa bensin. Paparan radiasi ionisasi dan bahan kimia beracun tertentu dapat mempermudah perkembangan . leukemia akut (Khalade A , 2010).

  ' ' ) * + " # Frekuensi leukemia lebih tinggi pada keluarga yang menderita leukemia.

  Saudara kandung dengan LLA memiliki kira1kira dua kali sampai empat kali lipat lebih besar mengembangkan penyakit dibanding populasi umum. Pada anak kembar identik jika salah satu kembar mengalami leukemia pada usia dibawah 5 tahun, risiko kembar kedua mengalami leukemia adalah 20%. Kejadian leukemia pada saudara kandung dari pasien leukemia adalah 4x lebih besar dibandingkan dengan populasi umum mungkin karena klon leukemia atau preleukemikmenyebar ke saudara kembar melalui anastomosis vaskular plasenta (Greaves MF ., 2013).

  13

  ' (

  Terdapat perbedaan yang signifikan pada kejadian LLA antara ras kulit hitam dan kulit putih, dimana anak1anak kulit putih memiliki insiden hampir 2 kali lipat lebih besar (Robinson, 2011).

  ' , # -

  Status gizi merupakan keseimbangan antara kebutuhan tubuh akan gizi untuk pertumbuhan, perkembangan, pemeliharaan fungsi normal tubuh, produksi energi dan intake zat gizi lain serta pemeliharaan kehidupan. Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi status gizi pada balita misalnya kondisi sosial ekonomi, asupan makanan, serta penyakit yang sedang diderita (Rachmawati, 2014).

  Kanker dan pengobatannya dapat memengaruhi asupan energi dan penggunaannya. Peningkatan kerusakan lipid yang mengakibatkan berkurangnya penyimpanan lipid, dan perubahan dalam metabolisme karbohidrat, sehingga menyebabkan kehilangan energi. Umumnya pada penderita kanker akan terjadi perubahan termasuk turunnya berat badan serta konsentrasi plasma protein tertentu seperti albumin dan transferin menjadi rendah abnormal. Perubahan ini terjadi karena asupan protein dan energi yang tidak adekuat yang merupakan efek samping dari kemoterapi dan/atau penyakit itu sendiri (Delbeque1Boussard , 1997).

  Pasien dengan penyakit keganasan seringkali menjadi rentan terhadap penyakit akibat penyakit yang mendasarinya ataupun akibat terapi yang diberikan.

  Beberapa keganasan berhubungan dengan defek imun spesifik yang mendasari infeksi oleh patogen tertentu. Pasien LLA mempunyai risiko tinggi terkena infeksi bacterial

  14 Gram negatif karena neutropenia secara kuantitatif maupun fungsional (Bosnjak S, 2004).

  ( . " "

  Leukemia limfoblastik akut biasanya dimulai perlahan1lahan sebelum menjadi parah karena jumlah sel darah putih yang belum matang meningkat dalam darah. Sebagian besar gejala tersebut disebabkan oleh kurangnya sel darah putih normal dalam darah (Lanzkowsky, 2011). Tanda dan gejala dari anak LLA menunjukan kadar infiltrasi sumsum tulang oleh sel leukemia dan menyebar ke ekstramedular. Gejala klinis yang paling sering ditemui adalah anemia (lelah, pucat, penurunan kesadaran), trombositopenia (memar,ptekie, dan perdarahan mukosa), dan leukopenia (demam, infeksi) yang menunjukan kegagalan dari proses pembuatan darah (hematopoiesis) (Brix N ., 2014).

  Kelelahan dan kelesuan adalah manifestasi umum anemia pada pasien dengan ALL. Pada pasien yang lebih tua, anemia terkait dyspnea (Kaushansky and Williams, 2016). Sekitar 50% pasien datang dengan demam, berasal dari infeksi yang disebabkan neutropenia atau sel leukemia yang melepaskan sitokin misal interleukin1 1, interleukin16, dan tumor nekrosis faktor (Kaushansky and Williams, 2016)..

  Pada 40150% pasien, terutama anak kecil pincang karena nyeri tulang atau artralgia, disebabkan oleh infiltrasi leukemia periosteum, tulang, atau sendi atau perluasan rongga sumsum oleh sel leukemia (Brix N ., 2014). Lokasi terutama di tulang panjang. Nyeri tulang yang signifikan dihubungkan dengan jumlah darah yang lebih normal dibanding pasien tanpa nyeri tulang (Jonsson OG .,1990 ; Brix N

  ., 2015). Sakit punggung juga memperingatkan dokter untuk kemungkinan adanya massa intradural. Nyeri punggung harus diwaspadai dokter kemungkinan terjadi patah

  15 tulang belakang. Enam belas persen anak yang memiliki fraktur vertebral saat diagnosis, 55% diantaranya memiliki nyeri punggung dan 35% pasien yang mengalami nyeri punggung akan mengalami fraktur vertebral (Halton J ., 2009).

  Limfadenopati, hepatomegali, dan splenomegali adalah manifestasi leukemia pada ekstramedular. Hepatosplenomegali biasanya muncul pada dua pertiga pasien dan biasanya tidak disadari (asimptomatik). Limfadenopati biasanya tidak terasa sakit, bisa teraba secara lokal atau general (Pizzo ., 2001).

  Tanda atau gejala dari keterlibatan CNS jarang diamati pada saat diagnosis awal, 8110% pasien terdeteksi adanya blast pada cairan serebrospinal saat diagnosis (Pui CH ., 2008; Sirvent N ., 2011) tetapi kurang dari 5% datang dengan gejala neurologis. Sindrom meningeal ditemui dengan peningkatan tekanan intrakranial (sakit kepala, muntah, papiledema), kejang, mual dan muntah, penglihatan kabur dan diplopia. Pemeriksaan fundus dapat memperlihatkan adanya papilaedema dan kadang1kadang pendarahan. Manifestasi yang lebih jarang terjadi adalah pembengkakan testis atau tanda1tanda kompresi mediastinum di LLA1T.

  Infiltrasi lokal dapat menyebabkan kelumpuhan saraf kranial, palimg sering saraf wajah yang dapat salah didiagnosis sebagai gejala Bell’s Palsy atau gejala hipotalamus dan serebelum (Krishnamurthy S , 2002).

  Subtipe T1sel ALL sering mempengaruhi timus, yaitu organ kecil di bagian tengah dada di belakang tulang dada (tulang dada) dan di depan trakea (tenggorokan).

  Timus yang membesar bisa menekan trakea, menyebabkan batuk atau sulit bernafas. Secara umum gejala klinis LLA yaitu demam (61%), perdarahan (48%) misal petechiae atau purpura sakit tulang (23%), limfadenopati (50%), splenomegali (63%), dan hepatosplenomegali (68%) (Lanzkowsky, 2011).

  16

  , #

  Untuk menegakkan diagnosis, /

  1

  • - 1 melaksanakan beberapa prosedur dan tes antara lain:

  a. Pemeriksaan ,

   2 ,

  1 Penurunan hemoglobin

  9

  1 Jumlah sel darah putih : rendah, normal, atau meningkat hingga 200 x 10 /l atau lebih

  1 Trombositopenia : 92% pasien memiliki jumlah trombosit di bawah normal

  1 Perdarahan serius (GI atau intrakranial) terjadi pada jumlah trombosit

  3

  kurang dari 20.000 / mm

  b. Pemeriksaan sediaan hapusan darah ditemukan adanya sel blas dalam jumlah bervariasi. Sel1sel blas tersebut dicirikan oleh morfologi, uji imunologik, dan analisis sitogenik. Untuk memantau lebih lanjut, dilakukan analisis penyakit residual minimal dengan pencirian menggunakan analisis PCR, penataan klonal gen V, atau gen TCR pada pasien tersebut

  c. Aspirasi ! hiperseluler dengan blas leukemik > 30%

  d. Pungsi lumbal untuk memeriksa cairan serebrospinal dan menunjukkan bahwa tekanan cairan serebrospinal meningkat dan mengandung sel leukemia

  e. Pemeriksaan biokimia dapat memperlihatkan adanya kadar asam urat serum, laktat dehidrogenase serum yang meningkat, dan kadang hiperkalsemia

  f. Uji fungsi hati dan ginjal dilakukan sebagai dasar sebelum memulai pengobatan

  17 g. Pemeriksaan sinar X mungkin memperlihatkan adanya lesi litik tulang dan masa mediastinum yang disebabkan oleh pembesaran timus dan/atau kelenjar getah bening mediastinum yang khas pada LLA1T.

  / # " #

  Gejala klinik leukemia akut sangat bervariasi dan tidak spesifik sehingga dapat terlihat seperti penyakit lainnya seperti infeksi mononucleosis, idiophatic trombositopenia purpura, infeksi limfositosis akut, pertussis dan parapertussis, dan penyakit viral lainnya yang memiliki gejala klinis yang mirip misalnya #,$ atau

   . LLA pada anak harus dibedakan dari penyakit lain yang mungkin

  melibatkan kegagalan sumsum tulang, termasuk neuroblastoma, rhabdomyosarcoma, retinoblastoma, dan non1Hodgkin’s lymphoma (Pizzo ., 2001). Nyeri sendi dan pada awalnya dapat salah diagnosis sebagai arthritis reaktif, osteomyelitis, atau 3

  

4 -34 (Sen ES I 2015).

  Berdasarkan faktor prognostik, pasien dapat digolongkan dalam kelompok risiko biasa dan risiko tinggi. Pasien digolongkan sebagai . (SR) dengan usia 1–<10 tahun dan WBC <50.000/ KL pada saat diagnosis, tidak ditemukan sel blast pada susunan saraf pusat, dan tidak ada keterlibatan dengan leukemia testis.

  Pasien . (HR) dengan usia <1 tahun atau ≥10 tahun atau WBC ≥ 50.000/ KL pada saat diagnosis, ditemukan sel blast pada susunan saraf pusat, jumlah total blast setelah 1 minggu diterapi lebih dari 1000/mm, ada masa di mediastinum, kelainan sitogenetika (hipodiploid, t (9; 22), 11q23, iAMP21), dan ada keterlibatan dengan leukemia testis (Cooper and Brown, 2015; Aboutkidshealth.ca, 2017).

  18

  1 !

  Menurut penelitian Cooper and Brown (2015) ada 4 komponen utama pengobatan pada Leukemia Limfoblastik Akut yaitu :

  1. Induksi Remisi Keadaan ini didefinisikan sebagai jumlah sel blas < 5% dalam sumsum tulang, hitung darah tepi normal, dan tidak ada gejala lain. Tujuan terapi remisi1induksi adalah untuk membunuh sebagian besar sel tumor secara cepat dan mengembalikan hematopoiesis normal.

  2. Terapi konsolidasi/ Intensifikase Tujuan dari terapi ini adalah memberantas sel1sel leukemia residu submikroskopis yang tersisa untuk mencegah terjadinya relaps dan timbulnya resisten terhadap obat dengan menggunakan kemoterapi multi1obat dosis tinggi Terapi ini diberikan setelah memperoleh remisi lengkap. Terapi ini diberikan selama 619 bulan dengan rawat jalan.

  3. Terapi pada Sistem Saraf Pusat (CNS) Terapi ini diberikan pada pasien dengan diagnosis penyakit SSP klinis dan profilaksis pada pasien subklinis.

  4. Maintenance/ pemeliharan jangka panjang Bisa dengan preparat 61merkaptopurin tiap hari dan metotreksat setiap minggu selama 213 tahun. Vinkristin intravena dengan kortikosteroid oral singkat selama 5 hari ditambahkan dengan interval bulanan atau 3 bulan pada dewasa. Selama terapi ini anak yang tidak mempunyai imunitas terhadap virus1virus akan memiliki risiko tinggi menderita varisela atau campak.

  • $
    • .

  

!

" "

  • ( (
    • ,

  ! "

  " #

  $ % &

  " ' &

  ( )

  % !

  ! , &

  $ &

  " ' "

  /

  %

  01

  # $

  % & 45 01 673

  • & 23111 & 01 8 & 913211 3 #

  # & & 3 ( :

  & & # % 3 ! 3 ) :

  & & &

  3 & & ; & # 4 + : : :

  7 4 : < : ; 7 4, &

  ) : 011=73 &

  3 ;

  & & & & 4$ < 3: 01 273

  % # & ; &

  3 # :

  # 0;> 45 : 01 173 $ & & & :

  # : 3 &

  4

  7 & & & &

  & &

  4

  5 : 01 973 & # & & & & :

  : & 3 % & # : :

  : :

  : 4" 3: 011 73 # &

  & < & : 4 # : 011=73 >1? : & & &

  :

  4 5 : 01 973 ! & & & 3 $ # 4 : ' : 7:

  & 4 : : & : : :

  7 4) @ ( 3: 01 673

  ) & # # ' &

  • 4 '

  3: 01 673 & # & : 0: 2 3 ) :

  !

  # 3 : & &

  & &

  3 Jenis penelitian yang digunakan adalah studi deskriptif untuk mengetahui gambaran epidemiologi profil klinis dan laboratorium pada penderita anak dengan leukemia limfoblastik akut di Instalasi Rawat Inap dan Jalan Hemato Onkologi Departemen Ilmu Kesehatan Anak RSUD Dr.

  Soetomo, secara retrospektif periode 1 Januari – 31 Desember 2016.

  

! " # # "! "

  Rekam medik dengan leukemia limfoblastik akut yang menjalani rawat inap dan jalan di Hemato Onkologi Departemen Ilmu Kesehatan Anak RSUD Dr.

  Soetomo.

  $ " Semua rekam medik penderita anak yang baru terdiagnosis leukemia limfoblastik akut di Instalasi Rawat Inap dan Jalan Hemato Onkologi Departemen

  Ilmu Kesehatan Anak RSUD Dr. Soetomo dalam jangka waktu 1 Januari – 31 Desember 2016 dengan penderita yang memenuhi kriteria inklusi.

  % # # "! "

  Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah Kriteria inklusi dari penelitian ini adalah:

  22

  23

  1. Semua pasien yang berumur 0,18 tahun yang pertama kali didiagnosis sebagai LLA

  2. Data rekam medis yang lengkap yaitu data yang tertulis lengkap sesuai dengan variabel penelitian yang dibutuhkan.

  Sedangkan kriteria eksklusi ini adalah :

  1. Data rekam medik yang tidak lengkap

  % & ! ' % & !

  Penderita leukemia limfoblastik akut adalah penderita anak yang pertama kali terdiagnosis LLA melalui pemeriksaan dibedakan menjadi L1,L2,L3 berdasarkan morfologi sel.

  1. Jenis kelamin

  2. Usia

  3. Asal daerah

  4. Riwayat leukemia dalam keluarga

  5. Status gizi awal

  6. Gejala dan tanda klinis

  7. Pemeriksaan laboratorium

  8. Gambaran morfologi sel berdasarkan

  9. Klasifikasi risiko

  10. Hasil

  % '

  1. Jenis kelamin adalah atribut,atribut fisiologis dan anatomis yang dibedakan menjadi laki,laki dan perempuan (Wade dan Tavris, 2007).

  24

  2. Usia adalah rentang waktu yang diukur dengan tahun sejak dilahirkan hingga terdiagnosis leukemia limfoblastik akut sesuai data rekam medik. Dibagi dengan rentang usia < 1,5tahun, 1,5,10 tahun, dan > 10 tahun (Edi Setiawan, 2011).

  3. Asal daerah adalah tempat dimana penderita LLA tinggal sesuai yang tercatat pada rekam medik, dibedakan berdasarkan provinsi Jawa Timur dan luar Jawa Timur .

  4. Riwayat leukemia dalam keluarga adalah ada tidaknya anggota keluarga yang memiliki riwayat leukemia sesuai yang tercatat pada saat anamnesis.

  5. Status gizi awal adalah status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutrient (Beck, 2000). Penentuan status gizi dilakukan berdasarkan usia 0,5 tahun menggunakan kurva WHO 2005 (BB/TB) dibedakan sesuai tabel Z,Score dan usia lebih dari 5 tahun menggunakan kurva CDC 2000 menurut berat badan ideal.

  Gizi kurang yaitu penderita dengan Z,Score < ,2 SD atau ( x100%) < 90% Gizi cukup yaitu Z,Score ,2 SD sampai dengan 2 SD atau ( x100%) ≥ 90%,

  110% Gizi lebih pada Z,Score > 2 SD atau ( x100%) ≥ 110%

  6. Gejala dan tanda klinis

  a. Pucat atau adalah keadaan kulit lebih putih dari biasanya, terlihat pada muka, konjungtiva, bagian dalam mulut disebabkan menurunnya kadar hemoglobin dalam eritrosit (Nissenson AR ., 2003). Dibedakan menjadi pucat dan tidak.

  b. Lemah adalah suatu sinyal alamiah yang diberikan tubuh karena adanya penurunan fungsi tubuh akibat suatu proses yang membutuhkan keterpaduan

  25 pada sekuruh sistem didalam tubuh (Ariani DN, 2009). Dibedakan menjadi lemah dan tidak.

  c. Mual adalah kecenderungan untuk muntah atau sebagai perasaan di tenggorokan atau daerah epigastrium yang memperingatkan seorang individu bahwa muntah akan segera terjadi. Muntah didefinisikan sebagai ejeksi atau pengeluaran isi lambung melalui mulut, seringkali membutuhkan dorongan yang kuat (Dipiro ., 2015).

  d. Demam adalah keadaan suhu tubuh diatas suhu normal, yaitu suhu tubuh di atas 38º Celsius. Kerusakan jaringan akan terjadi bila suhu tubuh lebih tinggi dari 41º C, terutama pada jaringan otak dan otot yang bersifat permanen (Kliegman RM ., 1992; Henretig FM, 1993). Dibedakan ada tidaknya

  o

  demam, dengan rentang 38– < 41º C dan ≥ 41 C.

  e. Batuk merupakan simptom umum bagi penyakit respiratori dan non– respiratori (Haque, 2005). Pilek adalah infeksi ringan pada hidung, saluran sinus, tenggorokan, dan saluran pernapasan bagian atas. Batuk pilek dipengaruhi banyak fakor, sebagian besar penyebabnya adalah virus (Danarti, 2010). Dibedakan ada tidaknya batuk pilek.

  f. Mimisan atau epistaksis adalah perdarahan dari hidung dapat berasal dari bagian anterior atau bagian posterior rongga hidung sebagai tanda adanya trombositopenia (Abelson TI, 1998). Dibedakan ada atau tidaknya mimisan.

  g. Perdarahan gusi adalah perdarahan pada bagian mukosa di dalam rongga mulut yang mengelilingi gigi. Perdarahan ini disebabkan oleh trombositopenia (Manson & Eley, 1993). Dibedakan ada tidaknya perdarahan gusi.

  h. Diare merupakan suatu penyakit yang di tandai dengan perubahan bentuk dan konsistensi tinja yang lembek sampai mencair dan bertambahnya

  26 frekuensi buang air besar yang dari biasa, yaitu 3 kali atau lebih dalam sehari yang mungkin dapat disertai dengan muntah dan tinja berdarah (WHO, 2011).

  Dibedakan menjadi ada tidaknya diare. i. Hematoma adalah kumpulan dari darah diluar pembuluh darah yang terjadi karena dinding pembuluh darah rusak dan darah keluar ke dalam jaringan, jaringan dimana tidak pada tempatnya (Pemayun dkk.,2009). Dibedakan ada atau tidaknya hematoma. j. Melena diambil dari bahasa Yunani, melas = hitam seperti tar dengan karakteristik peubahan bau darah yang khas (Murray ., 2007). Dibedakan ada tidaknya melena. k. Petekie/purpura. Purpura merupakan kondisi di mana terjadi perubahan warna pada kulit atau selaput lendir karena adanya perdarahan dari pembuluh darah kecil. Bercak merah atau petekie merupakan purpura dengan ukuran diameter lebih kecil dari 2 mm. Apabila jumlah trombosit turun bermakna, petekie akan muncul lebih dahulu pada area,area bertekanan vena lebih tinggi, di pergelangan kaki dan kaki (Longo DL, 2010). Dibedakan ada atau tidaknya petekie/purpura. l. Nyeri tulang/sendi adalah nyeri yang dirasakan pada anak merupakan manifestasi dari adanya infiltrasi (penyebaran) sel,sel kanker yang masuk ke dalam permukaan tulang maupun sendi (Brix N ., 2014). Dibedakan ada atau tidaknya nyeri tulang/sendi. m. Limfadenopati merupakan pembesaran kelenjar getah bening dengan ukuran lebih besar dari 1 cm. Kepustakaan lain mendefinisikan limfadenopati sebagai abnormalitas ukuran atau karakter kelenjar getah bening Penyebab limfadenopati disebabkan karena keganasan, infeksi, kelainan autoimun,

  27 , dan sebab,sebab iatrogenik (Ferrer R, 1998). Dibedakan ada atau tidaknya limfadenopati. n. Hepatomegali adalah pembesaran organ hati yang disebabkan oleh berbagai jenis penyebab seperti infeksi virus hepatitis, demam tifoid, amoeba, penimbunan lemak, penyakit keganasan seperti leukemia, kanker hati (hepatoma) dan penyebaran dari keganasan (metastasis) (Brunner & Suddarth, 2000). Dibedakan menjadi ada tidaknya hepatomengali dengan ukuran ≤ 2 cm dan > 2cm dibawah arcus costae. o. Splenomegali Splenomegali adalah pembesaran organ limpa, dibedakan menjadi ≤

  II dan ≥ III (Brunner & Suddarth, 2000).

  7. Pemeriksaan laboratorium a.Kadar Hemoglobin adalah kadar pigmen merah pembawa oksigen pada eritrosit dan dibentuk oleh eritrosit yang berkembang dalam sum,sum tulang (Price & Wilson, 2006). Dibedakan antara kadar Hb <5 g/dl, 5,10 g/dl dan >10 g/dl (Widiaskara dkk., 2010).

  b. Jumlah leukosit adalah jumlah sel darah yang mengandung inti yang berfungsi sebagai pertahanan seluler dan humoral organisme terhadap zat,zat

  3

  3

  asing. Dibedakan antara gambaran <4.000 /mm , 4.000,15.000/mm , 15.000,

  3

  

3

50.000/mm dan >50.000 /mm (Athifah A, 2016).

  c. Jumlah trombosit adalah jumlah sel darah tak berinti yang berasal dari

  3

  sitoplasma megakariosit. Dibedakan antara gambaran <50.000 /mm , 50.000,

  3

  3 150.000 /mm dan >150.000/mm (Bernbeck .,2009).

  28

  8. Gambaran morfologi sel berdasarkan adalah klasifikasi jenis LLA secara

  morfologi menurut sistem . Dibedakan antara gambaran L1, L2 dan L3 .

  9. Klasifikasi risiko adalah faktor,faktor yang mempengaruhi seperti usia, jumlah leukosit awal, status system saraf pusat, dan respon terhadap fase pertama kemoterapi.Dibedakan menjadi dan (Cooper and Brown, 2015).

  10. Hasil adalah hasil akhir dari tindakan tenaga kesehatan profesional terhadap pasien dibedakan menjadi remisi, , atau meninggal dunia.

  (

  Bahan penelitian yang digunakan adalah rekam medis pasien leukemia limfoblastik akut di Instalasi Rawat Inap dan Jalan Hematologi,Onkologi Anak Departemen/SMF Ilmu Kesehatan Anak RSUD Dr Soetomo periode 1 Januari – 31 Desember2016 yang tercatat di dalam sistem informasi manajemen RSUD Dr.

  Soetomo Surabaya.

  ) "

  Instrumen yang digunakan adalah rekam medis penderita anak dengan leukemia limfoblastik akut di DepartemenIlmu Kesehatan Anak RSUD Dr. Soetomo Surabaya pada periode 1 Januari – 31 Desember 2016.

  • * # + #

  Penelitian ini dilakukan di ruangan rekam medis pusat dan ruang status hematologi Departemen Ilmu Kesehatan Anak RSUD Dr. Soetomo Surabaya yang dimulai dari bulan Juli hingga September 2018.

  29

  , "!

  Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan mengambil rekam medis RSUD Dr. Soetomo Surabaya dari periode 1 Januari 2016 hingga 31 Desember 2016, kemudian dipilih berdasarkan kriteria.

  • - . (

  Data yang diperoleh diolah secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk diagram dengan menggunakan Excel.

  30

  / 0 #

  Pasien anak dengan leukemia limfoblastik akut di Instalasi Rawat Inap dan Jalan Hemato Onkologi Departemen Ilmu Kesehatan Anak RSUD Dr.

  Soetomo, secara retrospektif periode 1 Januari – 31 Desember 2016.

  Data Rekam Medis Kriteria Eksklusi

  Kriteria Inklusi Pengumpulan Data

  Konfirmasi data jika diperlukan Pengolahan Data

  Analisis Data Penyajian Data

  31

  1

  2 + # 1 , 1 - - 1 - % ) *

  • * ) , / , /

  1

  1. Penyusunan

  V Proposal

  2. Konsultasi

  V V

  V V V Pembimbing

  3. Pengumpulan

  V Proposal

  4. Pengurusan Administrasi

  V V V V

  V V

  V V V V V

  V dan Perizinan

  5. Penelitian

V V V

  6. Penyusunan Laporan

  V V Penelitian

  7. Konsultasi

  V V Penelitian

  8. Pengumpulan Laporan

  V Penelitian

  1. Pembuatan Proposal & Laporan RP 200.000,00

  2. Perizinan dan Peminjaman Berkas Rekam Medis Rp 677.000,00

  3. Lain,lain Rp 100.000,00 Total Rp 977.000,00

  Data dasar pasien LLA di Instalasi Rawat Inap dan Jalan Hematologi Onkologi Anak Departemen/SMF Ilmu Kesehatan Anak RSUD Dr Soetomo Surabaya tahun 2016

Dokumen yang terkait

STUDI PENGGUNAAN ISOSORBID DINITRAT (ISDN) PADA PASIEN INFARK MIOKARD AKUT DI RSUD SIDOARJO

8 57 23

STUDI PENGGUNAAN KLOPIDOGREL PADA PASIEN INFARK MIOKARD AKUT di RSUD SIDOARJO

1 16 20

PROFIL PENDERITA MENINGITIS BAKTERI AKUT PADA ANAK DI RSUD DR SOETOMO SURABAYA PERIODE 1 JANUARI 2007­-31 DESEMBER 2008

0 17 2

PERBANDINGAN RESUSITASI CAIRAN MENGGUNAKAN RINGER LAKTAT DAN RINGER ASETAT TERHADAP KADAR ASAM LAKTAT DARAH DAN BASE EXCESS PADA PASIEN LUKA BAKAR DI RSUD DR SOETOMO

0 0 19

PERBANDINGAN STRATIFIKASI RISIKO LEUKEMIA LIMFOBLASTIK AKUT DENGAN PENAMBAHAN PEMERIKSAAN IMUNOFENOTIPING PADA LUARAN KEMOTERAPI INDONESIAN PROTOCOL ACUTE LYMPHOBLASTIC LEUKEMIA (ALL) 2013 FASE INDUKSI DI RSUD DR. SOETOMO SURABAYA Repository - UNAIR REPOS

0 1 123

GAMBARAN KLINIS PASIEN SIROSIS HEPATIS DENGAN SINDROMA HEPATORENAL PADA INSTALASI RAWAT INAP PENYAKIT DALAM RSUD DR SOETOMO

0 0 86

HUBUNGAN POLIMORFISME GEN GLUTATHIONE S-TRANSFERASE THETA 1 DAN LUARAN KEMOTERAPI FASE INDUKSI LEUKEMIA LIMFOBLASTIK AKUT ANAK Repository - UNAIR REPOSITORY

0 1 24

STUDI PENGGUNAAN ACE INHIBITOR PADA PASIEN INFARK MIOKARD AKUT DI RSUD Dr. SOETOMO (Penelitian dilakukan di SMF Kardiologi dan Kedokteran Vaskular RSUD Dr. Soetomo) Repository - UNAIR REPOSITORY

0 0 21

PEMERIKSAAN GENEXPERT MTBRIF DAN KULTUR DAHAK MYCOBACTERIUM TUBERCULOSIS DALAM MENEGAKKAN DIAGNOSIS TUBERKULOSIS PARU DAN RESISTENSI RIFAMPISIN PADA ANAK DENGAN DUGAAN TUBERKULOSIS PARU DI RSUD DR SOETOMO

0 0 27

STUDI PENGGUNAAN FONDAPARINUX PADA PASIEN SINDROM KORONER AKUT DI RSUD Dr. SOETOMO SURABAYA Repository - UNAIR REPOSITORY

0 0 17