SKRIPSI ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN HIPERTENSI PADA REMAJA

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN HIPERTENSI PADA REMAJA

  PENELITIAN KORELASIONAL

  Oleh: Zahrotul Fitria Suryawan 131411131076 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2018

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN HIPERTENSI PADA REMAJA

  PENELITIAN KORELASIONAL

  Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) Pada Program Studi Pendidikan Ners Fakultas Keperawatan UNAIR Oleh: Zahrotul Fitria Suryawan 131411131076 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2018

SURAT PERNYATAAN

  Saya bersumpah bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri dan belum pernah dikumpulkan oleh orang lain untuk memperoleh gelar dari berbagai jenjang pendidikan di Perguruan Tinggi manapun

  Surabaya, 7 September 2018 Yang Menyatakan

  Zahrotul Fitria Suryawan NIM. 131411131076

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

  Sebagai sivitas akademik Universitas Airlangga, saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Zahrotul Fitria Suryawan NIM : 131411131076 Program Studi : Pendidikan Ners Fakultas : Keperawatan Jenis Karya : Skripsi Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Airlangga Hak Bebas Royalti Non-eksklusif (Non-exclusive Royalty

  Free Right) atas karya saya yang berjudul:

  “Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Hipertensi pada Remaja" Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non- eksklusif ini Universitas Airlangga berhak menyimpan, alihmedia/format, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

  Surabaya, 7 September 2018 Yang menyatakan

  Zahrotul Fitria Suryawan NIM. 131411131076

  LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN HIPERTENSI PADA REMAJA

  Oleh: Zahrotul Fitria Suryawan

  NIM. 131411131076 SKRIPSI INI TELAH DISETUJUI TANGGAL 7 SEPTEMBER 2018 Oleh:

  Pembimbing Ketua Eka Mishbahatul

  Mar‟ah Has, S.Kep., Ns., M.Kep NIP. 198509112012122001

  Pembimbing Sylvia Dwi Wahyuni, S.Kep., Ns., M.Kep

  NIP. 198610262015042003 Mengetahui a.n Dekan

  Wakil Dekan I Dr. Kusnanto, S.Kp., M.Kes.

  NIP. 196808291989031002

  LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN HIPERTENSI PADA REMAJA

  Oleh: Zahrotul Fitria Suryawan

  NIM. 131411131076 Telah diuji

  Pada tanggal, 12 September 2018 PANITIA PENGUJI

  Ketua : Dr. Abu Bakar, S.Kep., Ns., M.Kep., Sp.Kep.MB ( ) NIP. 198004272009121002 Anggota : 1.

  ) Eka Mishbahatul Mar‟ah Has, S.Kep., Ns., M.Kep ( NIP. 198509112012122001

  2. Sylvia Dwi Wahyuni, S.Kep., Ns., M.Kep ( ) NIP. 198610262015042003

  Mengetahui a.n Dekan

  Wakil Dekan I Dr. Kusnanto, S.Kp., M.Kes.

  NIP. 196808291989031002

  “Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang”

  MOTTO Bismillahirrahmanirrahim

  • Beribadah dan Berbuat Baik-

UCAPAN TERIMAKASIH

  Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah mencurahkan berkat, rahmat, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Hipertensi pada Remaja”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) di Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga Surabaya. Penyusunan skripsi ini tak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu bersama dengan ini perkenankanlah penulis untuk mengucapkan terimakasih kepada: 1.

  Prof. Dr. Nursalam, M.Nurs., (Hons) selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga yang telah memberikan izin untuk melakukan dan menyelesaikan pendidikan program studi Pendidikan Ners

  2. Bapak Dr. Kusnanto, S.Kp., M.Kes. selaku Wakil Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga yang telah memberikan kesempatan dan motivasi kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini

  3. Ibu Eka Mishbahatul Mar‟ah Has, S.Kep., Ns., M.Kep selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan kesempatan waktu dan ilmu kepada kami untuk mengikuti dan menyelesaikan penelitian ini serta bimbingan mengenai bagaimana saya melakukan penelitian yang baik

  4. Ibu Sylvia Dwi Wahyuni, S.Kep., Ns., M.Kep selaku dosen pembimbing II yang selalu sabar dalam membimbing saya dan selalu memberikan motivasi dan hal positif untuk selalu mendukung dalam menyelesaikan penelitian ini 5. Bapak Dr. Abu Bakar, S.Kep., Ns., M.Kep., Sp.Kep.MB dan bapak Deni

  Yasmara, S.Kep., Ns., M.Kep., Sp.Kep.MB selaku dosen penguji atas saran, perbaikan, dan bimbingannya demi perbaikan penelitian ini

  6. Responden penelitian yang telah bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini.

  Tanpa keberadaan dan kesediaan rseponden tentunya penelitian ini tidak akan terlaksana

  7. Ibu Ni Ketut Alit Armini, S.Kp., M.Kes selaku dosen wali yang selalu memberikan doa, dukungan, dan semangatnya sehingga saya selalu optimis dan yakin 8. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf pengajar Program Studi Pendidikan Ners

  Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga yang telah memberikan fasilitas, mendidik, serta memberikan ilmu selama masa perkuliahan

  9. Bapak Pipin Riyanto M.Pd selaku Wakil Kepala Sekolah Kurikulum dan guru-guru serta tenaga pendidik SMA Negeri 19 Surabaya yang telah mengizinkan dan memberikan bantuan selama penelitian ini berlangsung 10. Kedua orangtua yang saya sayangi (bapak Kuswanto dan ibu Nanik Soerjati), mbak Anis, dek Ana, dan Lek semua dari keluarga

  11. Teman-teman seperjuangan yang membantu selama proses pembuatan skripsi mbak Sa ‟an, mba Iwi, Retty, Eva Diana, Suco, Bella, teman-teman sesama dosen bimbingan, dan semua teman-teman A14 yang tidak tertulis namanya

12. Teman-teman grup hamba Allah (Dini, Mai, Bella, Aras, Azhar, Hasbi, Ubai,

  Sita), dan orang-orang disekitar saya yang selalu menyemangati dan mendoakan agar terselesaikannya skripsi ini Semoga Allah membalas semua kebaikan yang telah membantu penulis. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan demi perbaikan ke depannya. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi profesi bidang ilmu keperawatan. Aamiin yaa robbal alamiin

  Surabaya, 7 September 2018 Penulis

ABSTRAK ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN HIPERTENSI PADA REMAJA

  Penelitian Korelasional

  Oleh: Zahrotul Fitria Suryawan Pendahuluan: Hipertensi merupakan penyakit kardiovaskular yang berkontribusi

  untuk setidaknya 45% kematian akibat penyakit jantung, dan 51% dari kematian akibat stroke. Remaja dengan tekanan darah tinggi memiliki risiko tinggi menjadi hipertensi saat dewasa. Penelitian bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan hipertensi pada remaja. Metode: Desain penelitian ini adalah korelasional dengan pendekatan cross-sectional. Jumlah responden adalah 125 orang yang dipilih dengan teknik simple random sampling. Variabel independen penelitian ini yaitu jenis kelamin, riwayat keluarga, IMT (Indeks Massa Tubuh), konsumsi natrium, merokok, stres, ekonomi orangtua, dan aktivitas fisik. Variabel dependen penelitian ini yaitu hipertensi. Data penelitian diambil melalui penyebaran kuesioner, pengukuran tekanan darah, berat badan, dan tinggi badan. Data penelitian dianalisis dengan uji Korelasi Spearman dan uji Chi-Square dengan α <0,05. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan mayoritas responden berusia 16 tahun (76,8%). Hasil uji statistik menunjukan bahwa ada korelasi antara IMT (p=0,000; r= 0,355), dan aktivitas fisik (p=0,047; r= -0,178) dengan hipertensi pada remaja. Sedangkan jenis kelamin (p=0,281), riwayat keluarga (p=0,792), konsumsi natrium (p=0,152), merokok (p=0,698), stres psikogenik (p=0,345), dan ekonomi orangtua (p=0,945) tidak berhubungan dengan hipertensi pada remaja. Diskusi: Penelitian ini menunjukkan mayoritas hipertensi pada remaja masuk dalam kategori normal, dan faktor yang paling berhubungan adalah IMT. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian faktor lain dan atau dengan desain penelitian yang lain yang berhubungan dengan hipertensi pada remaja.

  Kata kunci: hipertensi, remaja

  ABSTRACT THE ANALYSIS OF FACTORS RELATED TO HYPERTENSION OF ADOLESCENT

  Correlational Research

  By: Zahrotul Fitria Suryawan Introduction: Hypertension is the cardiovascular disease that contribute to at least 45% of deaths from heart disease, and 51% of deaths from stroke.

  Adolescents with high blood pressure have a high risk of becoming hypertensive during adulthood. This study was aimed to investigate factors correlating with hypertension in adolescent. Methods: This study design was correlational with cross-sectional approach. The number of respondents was 125 people selected by simple random sampling technique. The independent variable of this research is gender, family history, BMI (Body Mass Index), sodium intake, smoking, psychogenic stress, parental income, and physical activity. The dependent variable of this research is hypertension. Data were taken through questionnaires, measurement of blood pressure, weight, and height and data analyzed using Spearman Correlation and Chi-Square test with α<0,05. Results: The results showed a majority of respondents aged 16 (76,8%). The results of statistical tests indicate that there are correlation between BMI (p=0,000; r= 0,355), and physical activity (p=0,047; r= -0,178 ) with hypertension in adolescent. Gender (p=0,281), family history (p=0,792), sodium intake (p=0,152), smoking (p=0,698), psychogenic stress (p=0,345), and parental income (p=0,945) not related to hypertension in adolescent. Discussion: This research shows the majority of hypertension in adolescent into category normal, and the factors most associated is BMI. Further studies are expected to conduct research or to other factors and other research designs associated with hypertension in adolescent

  Keywords: hypertension, adolescent

  DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN ................................. Error! Bookmark not defined. LEMBAR PANITIA PENGUJI ......................... Error! Bookmark not defined.

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Skema Hipertensi .................................................................... 12Gambar 3.1 Kerangka konseptual

  

Gambar 4.1 Rancangan penelitian cross sectional ..................................... 30Gambar 4.2 Kerangka kerja ........................................................................ 43

  DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Pertumbuhan dan Perkembangan yang Terjadi Selama Remaja .. 8Tabel 2.2 Klasifikasi hipertensi anak-anak dan remaja .............................. 11Tabel 2.3 Klasifikasi IMT Menurut Kemenkes RI 2010 untuk Usia 5-18

  

Tabel 2.4 Bahan Penyedap ......................................................................... 18Tabel 2.5 Makanan Siap Saji ...................................................................... 19Tabel 2.6 Keaslian Penelitian ..................................................................... 23Tabel 4.1 Definisi operasional analisis faktor hipertensi pada remaja ....... 33Tabel 5.1 Data umum karakteristik responden di SMA Negeri 19 Surabaya, tanggal 3-9 Agustus 2018 .......................................................... 49Tabel 5.2 Distribusi responden berdasarkan riwayat keluarga di SMA

  

Tabel 5.3 Distribusi responden berdasarkan IMT di SMA Negeri 19

  

Tabel 5.4 Distribusi responden berdasarkan konsumsi natrium di SMA

  

Tabel 5.5 Distribusi responden berdasarkan merokok di SMA Negeri 19

  

Tabel 5.6 Distribusi responden berdasarkan stres psikogenik di SMA

  

Tabel 5.7 Distribusi responden berdasarkan ekonomi orangtua di SMA

  

Tabel 5.8 Distribusi responden berdasarkan aktivitas fisik di SMA Negeri

  

Tabel 5.9 Distribusi responden berdasarkan hipertensi di SMA Negeri 19

  

Tabel 5.10 Tabulasi silang jenis kelamin dengan kejadian hipertensi pada remaja di SMA Negeri 19 Surabaya, tanggal 3-9 Agustus 2018

  

Tabel 5.11 Tabulasi silang riwayat keluarga dengan kejadian hipertensi pada remaja di SMA Negeri 19 Surabaya, tanggal 3-9 Agustus

  

Tabel 5.12 Tabulasi silang IMT dengan kejadian hipertensi pada remaja di

  

Tabel 5.13 Tabulasi silang konsumsi natrium dengan kejadian hipertensi pada remaja di SMA Negeri 19 Surabaya, tanggal 3-9 Agustus

  

Tabel 5.14 Tabulasi silang merokok dengan kejadian hipertensi pada remaja di SMA Negeri 19 Surabaya, tanggal 3-9 Agustus 2018

  

Tabel 5.15 Tabulasi silang stres psikogenik dengan kejadian hipertensi pada remaja di SMA Negeri 19 Surabaya, tanggal 3-9 Agustus 2018

  

Tabel 5.16 Tabulasi silang ekonomi dengan kejadian hipertensi pada remaja di SMA Negeri 19 Surabaya, tanggal 3-9 Agustus 2018 ......... 58Tabel 5.17 Tabulasi silang aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi pada remaja di SMA Negeri 19 Surabaya, tanggal 3-9 Agustus 2018

  

  DAFTAR LAMPIRAN

  

DAFTAR SINGKATAN

  xvii SKRIPSI ANALISIS

  BB : Berat Badan BKKBN : Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana DASS : Depression Anxiety Stress Scale Depkes : Departemen Kesehatan Dinkes : Dinas Kesehatan

  IMT/U : Indeks Massa Tubuh/Umur Kemenkes RI : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia Kg : Kilogram KMS/KIA : Kartu menuju Sehat/ Kesehatan Ibu Anak MA : Madrasah Aliyah MET : Metabolic Equivalent Task Menkes : Menteri Kesehatan m

  2

  : Meter pangkat dua SD : Standar Deviasi SMA : Sekolah Menengah Atas SMAN : Sekolah Menengah Atas Negeri SMK : Sekolah Menengah Kejuruan SPSS : Statistical Package for Social Science SSP : Sistem Saraf Pusat TB : Tinggi Badan TDD : Tekanan Darah Diastolik TDS : Tekanan Darah Sistolik WHO : World Health Organization BMI : Body Mass Index

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

  Prevalensi penyakit akibat gaya hidup yang tidak sehat di Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun. Angka morbiditas pada penyakit tidak menular juga semakin tinggi. Hipertensi merupakan penyakit kardiovaskular yang berkontribusi untuk setidaknya 45% kematian akibat penyakit jantung, dan 51% dari kematian akibat stroke (Day, 2013). Remaja dengan tekanan darah tinggi memiliki risiko tinggi menjadi hipertensi saat dewasa (Essouma et al., 2015).

  Secara global, penyakit kardiovaskular menyumbang sekitar 17 juta kematian per tahun. Hampir sepertiga dari total dari jumlah tersebut, komplikasi hipertensi terhitung 9,4 juta kematian di seluruh dunia setiap tahun. Menurut laporan Dinkes tahun 2017, tren penyakit tidak menular nomor satu di kota Surabaya yaitu hipertensi dengan angka yang meningkat tajam dari tahun 2015-2016 (23.263 menjadi 72.754 orang) (Dinkes, 2017). Menurut Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) Indonesia tahun 2017 resiko hipertensi pada pemuda Indonesia mencapai 23% (KompasTV, 2018). Sedangkan berdasarkan Riskesdas tahun 2013 prevalensi hipertensi nasional sebesar 25,8%. Berdasarkan data tersebut dari 25,8% orang yang mengalami hipertensi hanya 1/3 yang terdiagnosis, sisanya 2/3 tidak terdiagnosis (Kemenkes RI, 2017). Menurut

  Joint National Committee (JNC)

  VII 2003 prevalensi

  1 SKRIPSI ANALISIS nasional hipertensi usia 15-17 tahun didapatkan 5,3% (laki-laki 6,0% dan perempuan 4,7%) (Riskesdas, 2013).

  Hasil penelitian yang dilakukan Santoso (2013) di kota Surabaya, dari 156 sampel usia 15-19 tahun terdapat 10 (6,4%) yang masuk kategori hipertensi (Santoso, 2013). Sedangkan pada pengukuran faktor resiko hipertensi pada kegiatan Posbindu tahun 2016 didapatkan dari 39.931 orang terdapat 9.972 yang terkena resiko (Dinkes, 2017).

  Studi pendahuluan yang dilakukan Peneliti pada tanggal 28 Mei 2018 di SMAN

  19 Surabaya dan SMA Wachid Hasyim Surabaya dengan cara pengukuran tekanan darah dan wawancara kepada 20 remaja diketahui bahwa sekolah bekerjasama dengan puskesmas di wilayahnya. Hasil pemeriksaan tekanan darah di SMAN 19 Surabaya dari 20 remaja usia 15-16 tahun dengan kriteria pre-hipertensi sebanyak 35%, hipertensi tingkat 1 sebanyak 5%, dan tidak hipertensi sebanyak 60%. Di SMA Wachid Hasyim Surabaya dari 20 remaja usia 15-17 tahun dengan kriteria pre- hipertensi sebanyak 15%, hipertensi tingkat 1 sebanyak 5%, hipertensi tingkat 2 sebanyak 5%, dan tidak hipertensi sebanyak 75%. Beberapa pemicu hipertensi dapat dicegah sedini mungkin dengan mengetahui faktor-faktor risikonya.

  Secara umum, hipertensi dapat dicegah dengan menghindari faktor risiko yang dapat diubah yaitu merokok, mengonsumsi garam berlebihan, mengonsumsi lemak jenuh, penggunaan jelantah, kebiasaan konsumsi minuman beralkohol, obesitas, kurang aktivitas fisik, stres, dan penggunaan estrogen (Kemenkes RI, 2014).

  Penyebab hipertensi pada remaja usia 13-18 tahun yang paling sering adalah hipertensi esensial (80%), diikuti dengan penyakit ginjal. Hipertensi esensial pada SKRIPSI ANALISIS remaja dapat merupakan lanjutan dari masa kanak-kanak dan berlanjut ke masa dewasa (Saing, 2005). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Yusrizal dkk., hipertensi pada remaja berhubungan dengan IMT (Indeks Massa Tubuh). Kelebihan berat badan akan meningkatkan kejadian lima kali lebih tinggi dibandingkan dengan berat badan normal (Yusrizal et al., 2016). Peach dkk. (2015) menemukan bahwa kuantitas tidur dan kantuk di siang hari merupakan indikator ketidakcukupan kualitas tidur yang berdampak sebagai faktor risiko langsung untuk peningkatan IMT (Peach et al., 2015). Selain itu, remaja putra memiliki tekanan darah lebih tinggi dari perempuan sebesar 5.77 mmHg. Pada penelitian yang lain didapatkan tekanan darah sistolik dan tekanan diastolik remaja dengan orangtua hipertensi lebih tinggi dibandingkan remaja dengan orangtua normotensi, walaupun secara statistik perbedaannya tidak signifikan (Fitriany et al., 2015). Saing (2005) meringkas dalam jurnalnya bahwa etiologi hipertensi esensial yaitu obesitas, riwayat keluarga, faktor lingkungan (konsumsi garam yang tinggi, konsumsi alkohol, merokok, stres psikogenik, sosial ekonomi), dan faktor predisposisi (ras dan jenis kelamin).

  Pemerintah sebagai poros kebijakan telah mencanangkan sebuah program untuk mengajak masyarakat hidup sehat yang disebut GERMAS (Gerakan Masyarakat Hidup Sehat). Tahun 2016-2017, GERMAS berfokus pada 3 aspek perubahan perilaku yaitu melakukan aktivitas fisik setiap hari, mengonsumsi sayur dan buah setiap hari, dan melakukan pemeriksaan berkala untuk mendeteksi faktor resiko yang ada pada setiap orang (Kemenkes RI, 2017). Pemerintah Kota Surabaya sejak tahun 2015 telah memberikan kebijakan dalam pengendalian penyakit tidak menular dengan membentuk Posbindu, dengan sasaran salah satunya yaitu sekolah tingkat

  SKRIPSI ANALISIS

  SMA/SMK. Jumlah sarana kesehatan pendidikan SMA/MA yang memenuhi syarat kesehatan sebanyak 205 sekolah (82,99%), dan yang tidak memenuhi syarat kesehatan sebanyak 42 sekolah (17,01%) (Dinkes, 2017).

  Proses peningkatan status kesehatan bukan hanya tanggung jawab dari Kementrian Kesehatan, melainkan juga membutuhkan peran dan dukungan integrasi berbagai kementrian/institusi dan masyarakat itu sendiri (Pradono et al., 2013).

  Sampai saat ini fenomena hipertensi pada remaja di Surabaya belum dapat dijelaskan, sehingga peneliti akan menganalisis hal tersebut. Selain itu, dengan adanya penelitian ini akan membantu perawat komunitas dan puskesmas untuk mengenali remaja- remaja yang beresiko tinggi hipertensi dan cepat dalam mengambil langkah untuk pencegahan dan pengobatan.

  1.2 Rumusan Masalah

  Apakah faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi pada remaja?

  1.3 Tujuan

  1.3.1 Tujuan umum

  Menjelaskan faktor yang berhubungan dengan hipertensi pada remaja di SMAN 19 Surabaya.

  1.3.2 Tujuan khusus 1.

  Menganalisis hubungan jenis kelamin dengan hipertensi pada remaja.

2. Menganalisis hubungan riwayat keluarga dengan hipertensi pada remaja.

  SKRIPSI ANALISIS

  SKRIPSI ANALISIS 3.

  Menganalisis hubungan IMT dengan hipertensi pada remaja.

  4. Menganalisis hubungan konsumsi natrium yang tinggi dengan hipertensi pada remaja.

  5. Menganalisis hubungan merokok dengan hipertensi pada remaja.

  6. Menganalisis hubungan stres psikogenik dengan hipertensi pada remaja.

  7. Menganalisis hubungan tingkat ekonomi orangtua dengan hipertensi pada remaja.

  8. Menganalisis hubungan aktivitas fisik dengan hipertensi pada remaja.

1.4 Manfaat

  1.4.1 Manfaat teoritis

  Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan Ilmu Keperawatan Komunitas terkait dengan menjelaskan faktor-faktor yang berhubungan dengan hipertensi pada remaja.

  1.4.2 Manfaat praktis

  1. Bagi remaja Hasil penelitian ini memberikan informasi apa itu hipertensi, penyebab, jenis, dampak, pencegahan dari hipertensi, dan apa yang harus dilakukan remaja apabila mereka mengalami hipertensi.

  2. Bagi sekolah Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar pertimbangan untuk membuat peraturan dalam upaya mencegah terjadinya hipertensi dengan melakukan pemeriksaan tekanan darah rutin melalui UKS. Pihak sekolah juga dapat menjalin kerjasama dengan keluarga maupun pelayanan kesehatan apabila menemukan siswa yang masuk kategori hipertensi ketika dilakukan pemeriksaan rutin agar segera mendapatkan treatment.

  3. Bagi puskesmas Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan untuk pertimbangan program promosi kesehatan pada kelompok remaja.

  4. Perawat komunitas Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan edukasi serta pendampingan remaja beresiko hipertensi sebagai upaya pencegahan komplikasi.

  SKRIPSI ANALISIS

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Remaja

  Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-19 tahun, menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 25 tahun 2014, remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-18 tahun dan menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) rentang usia remaja adalah 10-24 tahun dan belum menikah. Masa remaja merupakan periode terjadinya pertumbuhan dan perkembangan yang pesat baik secara fisik, psikologis maupun intelektual. Sifat khas remaja mempunyai rasa keingintahuan yang besar, menyukai petualangan dan tantangan serta cenderung berani menanggung risiko atas perbuatannya tanpa didahului oleh pertimbangan yang matang. Apabila keputusan yang diambil dalam menghadapi konflik tidak tepat, mereka akan jatuh ke dalam perilaku berisiko dan mungkin harus menanggung akibat jangka pendek dan jangka panjang dalam berbagai masalah kesehatan fisik dan psikososial (Kemenkes RI, 2015).

  Menurut Dinas Kesehatan Republik Indonesia tahun 2012, tahap perkembangan pada remaja dibagi atas 3 tahapan yakni remaja awal (10

  • – 14 tahun), remaja tengah (15-16 tahun), dan remaja akhir (17 – 19 tahun).

  7 SKRIPSI ANALISIS

2.1.1 Pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi selama remaja

  Pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi selama remaja menurut Wong (2004) dan Sarwono (2006) tampak seperti pada tabel 2.1 (Sucianti, 2016).

Tabel 2.1 Pertumbuhan dan Perkembangan yang Terjadi Selama Remaja

  Remaja Awal Remaja Tengah Remaja Akhir (usia 11 (usia 14 (usia 17

  • – 14 tahun) – 17 tahun) –20 tahun) Pertumbuhan 1.

  1.

  1. Pertumbuhan Pertumbuhan Matang secara fisik meningkat cepat melambat pada anak 2. dan

  Struktur 2. puncak perempuan pertumbuhan

  Mencapai kecepatan 2. tubuh reproduktif hampir

  Bentuk 3. mencapai 95% tinggi komplet

  Tampak karakeristik sekunder orang dewasa

  3. Karakteristik sekunder tercapai dengan baik

  Kognitif 1.

  1. 1. pikiran Menggali kemampuan Mengembangkan Mencapai baru untuk pikiran kapasitas berpikir abstrak abstrak yang terbatas abstrak 2.

  Dapat menerima dan 2. 2. bertindak pada Mencari-cari nilai dan Menikmati kekuatan energi baru intelektual, idealistis pelaksanaan jangka

  3. 3. dengan panjang Perbandingan Prihatin terhadap normalitas filosofis, politis, dan

  3. Mampu memandang dengan sebaya yang masalah sosial masalah secara jenis kelaminnya komprehensif sama

  4. Identitas intelektual dan fungsional terbentuk

  Identitas 1. menerus 1.

  1. Terus Mengubah citra diri Definisi citra tubuh memikirkan 2. dan peran gender

  Sangat berfokus pada perubahan tubuh yang diri sendiri, narsisme hampir menetap cepat meningkat 2. seksual

  Identitas 2. berbagi 3. matang

  Mencoba Kecenderungan kea- peran rah pengalaman di 3. konsolidasi

  Fase 3. dalam dan penemuan tentang identitas

  Pengukuran ketertarikan dan diri

  4. Stabilisasi harga diri penerimaan atau 4. banyak 5. dengan

  Mempunyai Nyaman penolakan terhadap fantasi kehidupan pertumbuhan fisik sebaya 5.

  6. Idealistis Peran sosial terdefinisi SKRIPSI ANALISIS Remaja Awal Remaja Tengah Remaja Akhir (usia 11 (usia 14 (usia 17

  • – 14 tahun) – 17 tahun) –20 tahun) 4.

  6. menerima dan terartikulasi Menegaskan norma Mampu kelompok implikasi masa depan tentang perilaku dan keputusan baru, penerapan bervariasi

  Hubungan dengan Orangtua 1. utama 1.

  Konflik Perpisahan emosional 1. terhadap kemandirian dan fisik dari orang

  Mendefinisikan batasan kemandirian- dan kontrol tua terselesaikan ketergantungan 2.

  2. Tidak rendah dalam Bebas dari orang tua 2. hubungan orangtua- dengan sedikit konflik

  Keinginan yang kuat untuk tetap tergantung anak 3. hampir

  Emansipasi orang tua sambil 3. terjamin

  Dorongan paling besar mencoba memisahkan untuk emansipasi, diri pelepasan diri 3.

  4. Tidak ada konflik Pelepasan emosional utama terhadap akhir dan ireversibel kontrol parenteral dari orang tua, berkabung

  Kesehatan Psikologis 1. alam 1. ke 1.

  Perubahan Kecenderungan Emosi lebih konstan perasaan yang meluas arah pengalaman

  2. Marah lebih tepat 2. dalam diri, lebih untuk disembunyikan

  Mimpi di siang hari yang terus menerus introspektif 3. yang 2.

  Marah Kecenderungan untuk diekspresikan dengan menarik diri jika kemurungan, marah atau perasaan kemarahan yang sakit hati meledak-ledak, 3. emosi

  Vascillation makian secara verbal, dalam rentang dan dan memanggil nama waktu 4.

  Perasaan tidak adekuat yang umum, kesulitan meminta bantuan

  Sumber: Wong (2004) dan Sarwono (2006) SKRIPSI ANALISIS

2.2 Hipertensi pada remaja

2.2.1 Definisi

  Hipertensi pada remaja adalah masalah kesehatan yang sangat penting dalam peningkatan prevalensi yang menyebabkan morbiditas dan mortalitas (Fitriany et al., 2015). Sampai saat ini, hipertensi masih merupakan tantangan besar di Indonesia. Hipertensi merupakan kondisi yang sering ditemukan pada pelayanan kesehatan primer. Hal itu merupakan masalah kesehatan dengan prevalensi yang tinggi.

  Peningkatan tekanan darah yang berlangsung dalam jangka waktu lama (persisten) dapat menimbulkan kerusakan pada ginjal (gagal ginjal), jantung (penyakit jantung koroner) dan otak (menyebabkan stroke) bila tidak dideteksi secara dini dan mendapat pengobatan yang memadai (Kemenkes RI, 2014).

  Hipertensi didefinisikan sebagai tingkat tekanan darah rata-rata sistolik atau diastolik pada presentil ke-95 atau lebih tinggi berdasarkan tiga kali pembacaan terpisah (Riley & Bluhm, 2012).

  Hipertensi esensial lebih sering ditemukan pada remaja dibandingkan dengan anak-anak dan dikaitkan erat dengan faktor genetik dan obesitas. Gen-gen yang berperan dalam mekanisme hipertensi dibagi menjadi gen yang mempengaruhi homeostasis natrium di ginjal, termasuk polimorfisme I/D gen ACE (Angiotensin Converting Enzyme) dan gen yang mempengaruhi metabolisme steroid. Remaja dengan orangtua hipertensif mempunyai resiko untuk mendapat hipertensi lebih tinggi dibandingkan anak dengan orangtuanya yang normotensif (Kalangi et al., 2015).

  SKRIPSI ANALISIS

  2.2.2 Klasifikasi Hipertensi pada Remaja

  AHA (2017) mengklasifikasikian hipertensi pada anak-anak dan remaja sebagai berikut (Whelton et al., 2017).

Tabel 2.2 Klasifikasi hipertensi anak-anak dan remaja

  Klasifikasi Tekanan Darah Sistolik atau Diastolik

  Normal < presentil 90 Pre-hipertensi Presentil 90 – 95 Hipertensi tingkat 1 Presentil 95

  • – >99 Hipertensi tingkat 2 > presentil 99 Sumber: Whelton, et al. (2017)

  2.2.3 Gejala Hipertensi

  Hipertensi esensial lebih sering terjadi pada remaja daripada anak-anak. Remaja dengan hipertensi esensial kebanyakan tanpa gejala (asimtomatik) dan sering terdeteksi hanya pada saat pemeriksaan rutin (Saing, 2005).

  Kebanyakan kasus hipertensi tidak memiliki gejala dan dapat hilang tanpa diketahui selama bertahun-tahun. Beberapa pasien mengalami sakit kepala, penglihatan kabur, telinga berdenging, pusing, gugup dan kelelahan. Gejala biasanya muncul ketika tekanan darah tinggi kronis telah menyebabkan kerusakan pada tubuh (Mena, 2018).

  2.2.4 Patofisiologi Hipertensi

  Ada dua unsur utama yang menyebabkan kenaikan tekanan darah atau hipertensi yaitu cardiac output dan tahanan perifer total. Apabila peningkatan tekanan disebabkan oleh jalur yang pada akhirnya menyebabkan peningkatan cardiac output,

  SKRIPSI ANALISIS maka hipertensi ini menyebabkan tekanan sistolik akan jauh lebih tinggi dibandingkan dengan diastolik. Apabila peningkatan tekanan itu disebabkan oleh kenaikan tahanan perifer total maka hipertensi yang terjadi menyebabkan peningkatan tekanan sistolik dan diastolik yang bersamaan, atau lebih sering tekanan diastolik meningkat lebih tinggi dibandingkan dengan tekanan sistolik. Kejadian hipertensi resistensi dimana tekanan diastolik peningkatannya lebih besar dibanding dengan tekanan sistolik dapat terjadi jika peningkatan tahanan perifer total sudah memperlambat fungsi ejeksi daripada cardiac output (Kadir, 2015).

Gambar 2.1 Skema Hipertensi. Dua parameter penting yang menyebabkan perubahan tekanan darah yaitu tahanan perifer total (TPR) dan curah jantung/

  cardiac output (CO)

  Menurut Black & Hawks (2014) empat sistem kontrol yang memainkan peran utama dalam menjaga tekanan darah adalah: (1) sistem baroreseptor dan kemoreseptor arteri; (2) pengaturan volume cairan tubuh; (3) sistem renin- angiotensin; (4) autoregulasi vaskular. Hipertensi primer kemungkinan besar terjadi

  SKRIPSI ANALISIS karena kerusakan atau malfungsi pada beberapa atau semua sistem ini. Baroreseptor dan kemoreseptor arteri bekerja secara refleks untuk mengontrol tekanan darah.

  Baroreseptor, reseptor peregangan utama, ditemukan di sinus karotis, aorta, dan dinding bilik jantung kiri. Mereka memonitor tingkat tekanan arteri dan mengatasi peningkatan melalui vasodilatasi dan memperlambat denyut jantung melalui saraf vagus. Kemoreseptor, berada di medula dan tubuh karotis aorta, sensitif terhadap perubahan dalam konsentrasi oksigen, karbondioksida, dan ion hidrogen (pH) dalam darah. Penurunan konsentrasi oksigen arteri atau pH menyebabkan kenaikan refleksif pada tekanan, sementara kenaikan konsentrasi karbondioksida menyebabkan penurunan tekanan darah. Perubahan-perubahan pada volume cairan memengaruhi tekanan arteri sistemik. Dengan demikian kelainan dalam transport natrium dalam tubulus ginjal mungkin menyebabkan hipertensi esensial. Ketika kadar natrium dan air berlebih, volume total darah meningkat, dengan demikian meningkatkan tekanan darah. Perubahan-perubahan patologis yang mengubah ambang tekanan dimana ginjal mengekskresikan garam dan air mengubah tekanan darah sistemik. Selain itu, produksi hormon penahan natrium yang berlebihan menyebabkan hipertensi.

  Renin dan angiotensin memainkan peran dalam pengaturan tekanan darah. Renin adalah enzim yang diproduksi oleh ginjal yang mengatalis substrat protein plasma untuk memisahkan angiotensin I, yang dihilangkan oleh enzim pengubah ke paru-paru untuk membentuk angiotensin II dan kemudian angiotensin III. Angiotensin II dan III bertindak sebagai vasokonstriktor dan juga merangsang pelepasan aldosteron. Dengan meningkatnya aktivitas sistem saraf simpatik, angiotensin II dan III tampaknya juga menghambat ekskresi natrium, yang

  SKRIPSI ANALISIS menghasilkan naiknya tekanan darah. Sekresi renin yang bertambah telah diteliti sebagai penyebab meningkatnya resistensi vaskular periferal pada hipertensi primer.

  Sel endotel vaskular terbukti penting dalam hipertensi. Sel endotel memproduksi nitrat oksida yang mendilatasi arteriol dan endotelium yang mengonstriksikannya.

  Disfungsi endotelium telah berimplikasi pada hipertensi esensial manusia.

  Hipertensi sekunder banyak disebabkan oleh kelainan-kelainan seperti masalah ginjal, vaskular, neurologis, obat dan makanan yang secara langsung atau tidak langsung berpengaruh negatif terhadap ginjal dan dapat mengakibatkan gangguan serius pada organ-organ ini yang mengganggu ekskresi natrium, perfusi renal, atau mekanisme renin-angiotensin-aldosteron, yang mengakibatkan naiknya tekanan darah dari waktu ke waktu. Glomerulonefritis dan stenosis arteri renal kronis adalah penyebab yang paling umum dari hipertensi sekunder. Juga, kelenjar adrenal dapat mengakibatkan hipertensi sekunder jika ia memproduksi aldosteron, kortisol, dan katekolamin berlebih. Kelebihan aldosteron mengakibatkan renal menyimpan natrium dan air, memperbanyak volume darah, dan menaikkan tekanan darah.

  Feokromositoma, tumor kecil di medula adrenal, dapat mengkibatkan hipertensi

  dramatis karena pelepasan jumlah epinefrin dan norepinefrin (disebut katekolamin) yang berlebihan. Permasalahan adrenokorsikal lainnya dapat mengakibatkan produksi kortisol yang berlebihan (sindrom cushing). Klien dengan sindom cushing memiliki 80% risiko pengembangan hipertensi. Kortisol meningkatkan tekanan darah dengan meningkatnya simpanan natrium renal, kadar angiotensin II, dan reaktivitas vaskular terhadap norepinefrin. Stres kronis meningkatkan kadar katekolamin, aldosteron, dan kortisol dalam darah (Black & Hawks, 2014).

  SKRIPSI ANALISIS

2.2.5 Faktor

  • – faktor yang berhubungan dengan Hipertensi

  1) Jenis Kelamin

  Menurut Kemenkes tahun 2013 dalam penelitian Yusrizal (2016) laki-laki memiliki risiko sekitar 2,3 kali lebih banyak mengalami peningkatan tekanan darah sistolik dibandingkan dengan perempuan.

  Perkiraan prevalensi hipertensi nasional di AS pada periode 2011-2012 angka tertinggi pada remaja laki-laki yaitu (4%) tingkat 1 dan (7%) tingkat 2 dan terendah ada pada kalangan remaja perempuan yaitu (2%) tingkat 1 dan (0,86%) tingkat 2 (Agyekum, 2016).

  2) Riwayat Keluarga

  Pada penelitian yang dilakukan Sulastri dan Sidhi (2011) hipertensi pada siswa yang ada riwayat hipertensi sebanyak 20,7%, lebih tinggi dibanding pada siswa yang tidak ada riwayat hipertensi sebanyak 9,4%.

  Pada penelitian yang lain juga didapatkan bahwa hipertensi lebih banyak ditemukan pada anak dengan riwayat hipertensi positif (8,7%) dibandingkan dengan anak dengan riwayat hipertensi negatif (2,5%) sehingga dianjurkan bagi orang tua anak untuk melakukan pemeriksaan tekanan darah pada anak secara rutin minimal satu tahun sekali untuk mendeteksi adanya kenaikan tekanan darah yang abnormal (Kalangi et al., 2015).

  Kecenderungan genetis yang membuat keluarga tertentu lebih rentan terhadap hipertensi mungkin berhubungan dengan peningkatan natrium intraseluler (Black & Hawks, 2014).

  3)

  IMT (Indeks Massa Tubuh) SKRIPSI ANALISIS

  Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Purwawardana (2017) semakin remaja memiliki indeks massa tubuh yang tinggi maka akan semakin tinggi tekanan darahnya dan remaja yang memiliki tekanan darah yang tinggi maka akan semakin tinggi risiko untuk terkena hipertensi (Purwawardana, 2017).

  IMT yang tinggi merupakan hasil sementara dari sebuah rangkaian terarah untuk pre-hipertensi pada perempuan dan laki-laki, dan remaja yang lebih tua lebih beresiko dengan IMT tinggi dan diikuti pre-hipertensi remaja yang lebih muda. Masa remaja merupakan masa rawan terjadinya hipertensi obesitik, karena remaja cenderung memilik makanan tinggi energi, tinggi lemak, dan tinggi natrium yang merupakan manifestasi awal terjadinya hipertensi obesitik. Keadaan obesitas sentral, lemak berakumulasi sebagai lemak viseral/intraabdominal atau lemak subkutan abdomen. Obesitas sentral berisiko mengalami sindrom metabolik dan penyakit kardiovaskular, khususnya jika terdapat lemak viseral yang berlebihan. Kadar adiponektin yang rendah, adanya resistensi leptin, serta berbagai sitokin yang terlepas dari sel adipose dan sel inflamasi yang menginfiltrasi jaringan lemak, menurunkan ambilan asam lemak bebas oleh mitokondria pada beberapa jaringan, menurunkan oksidasi asam lemak bebas, dan menyebabkan akumulasi asam lemak bebas intersel. Kelebihan asam lemak bebas intraselular dan metabolik, seperti fatty acyl CoA, diacyglycerol, dan ceramide, dapat memicu resistensi insulin, bahkan hiperinsulinemia dan hiperglikemia. Resistensi insulin yang disertai dengan gangguan fungsi endotel pembuluh darah, dapat menyebabkan vasokonstraksi dan reabsorpsi natrium di ginjal yang mengakibatkan hipertensi melalui penurunan nitrit oxide yang

  SKRIPSI ANALISIS menimbulkan vasodilatasi, peningkatan sensitivitas garam, dan peningkatan volume plasma (K. & Sulchan, 2012).

  Menurut penelitian yang dilakukan Sulastri dan Sidhi (2011) kejadian hipertensi pada siswa yang obese sebanyak 66,7%, jauh lebih tinggi dari pada siswa yang tidak obese yaitu sebanyak 12,1%. Pada penurunan berat badan obesitas akan memberikan efek penurunan volume darah, penurunan cardiac output, penurunan resistensi vaskuler perifer, penurunan resistensi insulin, penurunan aktivitas simpatis/ sistem renin angiotensin yang berakibat pada penurunan tekanan darah. Tekanan darah dan IMT pada anak secara konsisten tampaknya merupakan dua prediktor yang paling kuat untuk nilai tekanan darah pada usia dewasa.

  Pada saat ini, yang paling sering dilakukan untuk menyatakan indeks tersebut adalah dengan indeks Z-skor. Klasifikasi IMT/Uusia 5-18 tahun menurut Kementrian kesehatan RI tahun 2010 disajikan pada tabel 2.3 (Kemenkes RI, 2010).

Tabel 2.3 Klasifikasi IMT Menurut Kemenkes RI 2010 untuk Usia 5-18 Tahun

  Klasifikasi Z-Skor

  Sangat kurus <-3 SD Kurus -3 SD sampai dengan <-2 SD Normal -2 SD sampai dengan 1 SD Gemuk >1 SD sampai dengan 2 SD Obesitas >2 SD Sumber: Kemenkes RI. (2010) Secara teoritis, Z-skor dapat dihitung dengan cara berikut:

  2 IMT = BB (kg/m )

  2 TB

  SKRIPSI ANALISIS

  Z-skor = Nilai IMT yang diukur

  • – Median Nilai IMT Standar Deviasi dari standar

  4) Konsumsi Natrium Tinggi

  Konsumsi natrium bisa menjadi faktor penting dalam perkembangan hipertensi esensial. Paling tidak 40% dari klien yang akhirnya terkena hipertensi akan sensitif terhadap garam dan kelebihan garam mungkin menjadi penyebab pencetus hipertensi pada individu ini. Diet tinggi garam mungkin menyebabkan pelepasan hormon natriuretik yang berlebihan, yang mungkin secara tidak langsung meningkatkan tekanan darah. Muatan natrium juga menstimulasi mekanisme vasopresor di dalam sistem saraf pusat (SSP). Penelitian juga menunjukkan bahwa asupan diet rendah kalsium, kalium, dan magnesium dapat berkontribusi dalam pengembangan hipertensi (Black & Hawks, 2014).

  Menurut Peraturan Menteri Kesehatan nomor 30 tahun 2013 disebutkan bahwa konsumsi natrium lebih dari 2000 mg (1 sendok teh) per orang per hari hari akan meningkatkan risiko hipertensi (Menkes RI, 2014). Daftar makanan tinggi natrium adalah sebagai berikut.

Tabel 2.4 Bahan Penyedap

  Nama Makanan Ukuran Rumah Tangga Kandungan Natrium (URT)

  Garam Meja

  1 Sendok Teh 2000 mg Acar Bawang Merah

  1 Sendok Teh 1620 mg Acar Bawang Putih

  1 Sendok Teh 1850 mg MSG (Vetsin)

  1 Sendok Teh 492 mg Kecap

  1 Sendok Teh 343 mg Meat Tenderizer (Pelunak

  1 Sendok Teh 1750 mg Daging) Sumber: Menkes RI (2014)

  SKRIPSI ANALISIS

Tabel 2.5 Makanan Siap Saji

  Nama Makanan Berat dalam Gram Kandungan Natrium

Chicken Breast Sandwich 210 1340 mg

  374 1535 mg

  Double Beef Whopper and Cheese

Ham and Cheese 230 1534 mg

Hot Dog 100 830 mg

Roasted Beef 247 1288 mg

Super Hot Dog with 196 1605 mg

Cheese

  Sumber: Menkes RI (2014) Garam merupakan senyawa yang terdiri dari natrium dan klorida.

  Meningkatnya tekanan darah ketika mengkonsumsi makanan yang asin sebenarnya dipengaruhi oleh natrium yang terkandung dalam makanan tersebut. Natrium ini tidak hanya terkandung dalam garam saja, namun juga pada penyedap makanan (MSG), dan pengawet makanan (natrium benzoate) (Dinkes, 2015).

  5) Merokok

  Pada penelitian yang dilakukan oleh Moskos dan Henson (2014) usia, jenis kelamin, lingkar pinggang dan saliva cotinine berkontribusi 35% dari varians dalam tekanan darah sistolik dan 18% pada tekanan darah diastolik. Seperempat (25%) dari remaja laki-laki dan 11% dari remaja perempuan memiliki peningkatan tekanan darah sistolik. Sekitar seperlima dari sampel (22%) memiliki peningkatan kadar cotinine ludah indikasi dari penggunaan tembakau dan paparan asap rokok (Moskos et al., 2014).

  Pada penelitian yang dilakukan Sulastri dan Sidhi (2011) hipertensi pada siswa merokok (33,3%), lebih tinggi dibanding siswa yang tidak merokok (8,7%).

  Biasanya remaja mulai merokok karena pengaruh dari teman untuk tampak lebih SKRIPSI ANALISIS gagah. Dorongan tambahan dapat berasal dari orang tua dan media massa. Kebanyakan dari mereka menyadari bahaya dari merokok.

  Merokok sigaret merupakan faktor risiko hipertensi. Pada dosis tertentu nikotin dalam rokok sigaret dapat menyebabkan naiknya tekanan darah secara langsung; namun bagaimanapun juga, kebiasaan memakai zat ini telah turut meningkatkan kejadian hipertensi dari waktu ke waktu (Black & Hawks, 2014).