KEGIATAN KOMUNIKASI PERSUASIF ANGGOTA KEPOLISIAN DIREKTORAT RESERSE KRIMINAL POLDA BANTEN DALAM MENGINTEROGASI PARA SAKSI (Studi kasus diSubdit 3 Harda/Bangtah Polda Banten) - FISIP Untirta Repository
KEGIATAN KOMUNIKASI PERSUASIF
ANGGOTA KEPOLISIAN DIREKTORAT
RESERSE KRIMINAL POLDA BANTEN DALAM
MENGINTEROGASI PARA SAKSI
( Studi kasus diSubdit 3 Harda/Bangtah Polda Banten )
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Pada
Konsentrasi Ilmu Humas Peogram Studi Komunikasi
OLEH : NURUL PRI SEPTIA ASITI NAWA NIM. 083135
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2012
ABSTRAK
Nurul Pri Septia Asiti Nawa / 083135 / Kegiatan Komunikasi PersuasifAnggota Kepolisian Direktorat Reserse Kriminal Polda Banten Dalam
Menginterogasi Para Saksi / Program Studi Ilmu Komunikasi / Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik / Universitas Sultan Ageng Tirtayasa / 2012.Komunikasi merupakan hal yang tidak dapat lepas dari kehidupan manusia, baik itu secara verbal maupun non verbal. Kegiatan interogasi merupakan kegiatan komunikasi antar pribadi yang dilakukan dua orang atau lebih yang dilakukan secara pribadi.
Skripsi ini bertujuan untuk menggambarkan kegiatan komunikasi persuasif anggota kepolisian direktorat reserse kriminal Polda Banten dalam menginterogasi para saksi yaitu untuk mengetahui praktik dan prosedur yang digunakan dalam kegiatan interogasi yang dilakukan.
Metode penelitian dalam penelitian ini adalah metode studi kasus dengan pendekatan kualitatif deskriptif. Proses pengumpulan data yang dilakukan peneliti yaitu dengan wawancara, observasi dan dokumentasi. Dengan menggunakan teori atribusi.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa kegiatan interogasi dilakukan dengan menggunakan komunikasi persuasif. yang sesuai dengan prosedur ketentuan SOP yang di tuliskan dalam aturan yang dibuat di Polda Banten. Penyidik mengedepankan bahasa verbal dan non verbal untuk meminimalisir kesalah pahaman dalam kegiatan interogasi. Secara keseluruhan dan mind (pikiran) kegiatan komunikasi menggunakan komunikasi persuasif dengan unsur
- – unsur komunikasi lain yang mendukung. Berdasarkan hasil penelitian, kegiatan interogasi tersebut dilakukan oleh Penyidik sebagai salah satu kewajiban yang di batasi dengan aturan. Kegiatan interogasi tidak dapat semudah apa yang dibayangkan, karena kegiatan interogasi telah terorganisir dan perlu adanya laporan dan evaluasi terhadap kegiatan yang telah dilakukan penyidik kepada pimpinan. Evaluasi tersebut dilaporkan dalam beberapa kegiatan, laporan harian, mingguan dan bulanan biasanya di lakukan dengan membuat Rencana kegiatan, laporan triwulan berupa laporan yang dilakukan setelah diadakannya gelar perkara setelah kegiatan interogasi dilakukan, sampai pada laporan kemajuan yang di ajukan kepada Direktur direktorat reserse kriminal. Saran yang dapat dikemukakan, Penyidik harus lebih banyak mendalami mengenai komunikasi persuasif yang dimaksudkan dalam strategi Polda Banten kemukakan, serta harus lebih mengutamakan transparansi dalam setiap kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan interogasi.
ABSTRAK
Nurul Pri Septia Asiti Nawa / 083135 / Persuasive Communication
Activities Member of the Police Directorate of Criminal Investigation Police
Witnesses Question the Banten In / Program Study Communication of Science /
Social Sciences Faculty and Polities Science / Sultan Ageng Tirtayasa
University / 2012.
Communication is a thing that can not be separated from human life, whether it
be verbal or non verbal. Activities of the interrogation is interpersonal
communication activities carried out two or more persons to be private.This thesis aims to illustrate the persuasive communication activities of detectives
criminal police directorate in the Banten Police interrogated the witness is to
know the practices and procedures used in the interrogation activities.
Research methods in this study is a case study method with qualitative descriptive
approach. The process of data collection conducted by researchers is to
interview, observation and documentation. By Atribusi Teory.The results of this study indicate that the interrogation activities conducted by
using persuasive communication. in accordance with the provisions of SOP
procedures are in written in the rules made in Banten Police. Investigators put
forward verbal and non verbal language to minimize misunderstandings in
interrogation activities. As a whole and the mind (thoughts) communication
activities using persuasive communication elements - other elements that support
communication.Based on the results of the study, questioning the activities carried out by
investigators as one of the obligations in the limit with the rules. Interrogation
activities can not be as easy as one might imagine, because the activities have
been organized and questioning the need for reporting and evaluation of activities
that have been made to the leadership of the investigator.The evaluation was
reported in several activities, daily reports, weekly and monthly are usually done
by creating a plan of activities, a quarterly report made after the holding of the
case after his interrogation activities conducted, to the progress report be
submitted to the Director of the directorate of criminal detectives.
Suggestions can be put forward, investigators should explore more about
persuasive communication that is intended in Banten Police strategy put forward,
and should prefer the transparency in all activities related to the interrogation
activities.LEMBAR PERSETUJUAN
Nama : NURUL PRI SEPTIA ASITI NAWA NIM : 6662083135 Judul Skripsi : KEGIATAN KOMUNIKASI PERSUASIF ANGGOTA
KEPOLISIAN DIREKTORAT RESERSE KRIMINAL POLDA BANTEN DALAM MENGINTEROGASI PARA SAKSI(Studi Kasus Disubdit 3 Harda/Bangtah Polda Banten).
Serang, 25 Juli 2012 Skripsi ini Telah Disetujui untuk Diujikan
Menyetujui, Pembimbing I, Pembimbing II,
Muhammad Jaiz, S.Sos., Mpd Teguh Iman Prasetya, SE., M.Si
NIP. 19710629200312001 NIP. 197107182005011001 Mengetahui,
Dekan FISIP UNTIRTA
Dr. Agus Sjafari,.M. Si
NIP. 197108242005011002
PERNYATAAN ORISINALITAS
Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Nurul Pri Septia Asiti Nawa NIM : 6662083135 Tempat Tanggal Lahir: Bogor, 29 September 1989 Program Studi : Ilmu Komunikasi
Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Kegiatan Komunikasi
Persuasif Anggota Kepolisian Direktorat Reserse Kriminal Polda Banten
Dalam Menginterogasi Para Saksi adalah hasil karya saya sendiri dan seluruh
sumber yang dikutip maupun yang dirujuk telah saya nyatakan dengan benar. Apabila dikemudian hari skripsi ini terbukti mengandung unsur plagiat, maka gelar kesarjanaan saya siap dicabut.
Serang, Juli 2012 Nurul Pri Septia Asiti Nawa
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI Nama : NURUL PRI SEPTIA ASITI NAWA NIM : 6662083135 Judul Skripsi : KEGIATAN KOMUNIKASI PERSUASIF ANGGOTA
KEPOLISIAN DIREKTORAT RESERSE KRIMINAL POLDA BANTEN DALAM MENGINTEROGASI PARA SAKSI(Studi Kasus Disubdit 3 Harda/Bangtah Polda Banten).
Telah diuji dihadapan Dewan Penguji Sidang Skripsi di Serang, 08 Agustus 2012 dan
dinyatakan LULUS.Serang, 08 Agustus 2012 Ketua Penguji :
Naniek Afrilla F. S.Sos., M.Si ( )
NIP. 197704032003122001 Anggota :Iman Mukhroman. S.Sos., M.Si ( )
NIP. 19750202202121002 Anggota :Muhammad Jaiz, S.Sos., M.Pd ( )
NIP. 19710629200312001
Dekan FISIP Untirta Ketua Program Studi
Dr. Agus Sjafari,.M.Si Neka Fitriyah.,S. Sos.,M.SiNIP. 197108242005011002 NIP. 197708112005012003
Skripsi ini ku persembahkan : My Beloved Parent
“ Be the change that you want to see in the world ”
- Mahatma Gandhi-
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
Mustahil kiranya skripsi ini dapat penulis tuntaskan penyusunannya, tanpa petunjuk dan bimbingan-Nya, mengingat cukup banyak hambatan dan rintangan yang penulis alami selama proses penyusunan skripsi ini. skripsi dengan judul “Kegiatan Komunikasi Persuasif Anggota Kepolisian Direktorat Reserse Kriminal Umum Dalam
Mengintrogasi Para Saksi” ini, yang penulis lakukan di likungan subdit iii harda
- – bangtah disusun untuk diajukan sebagai salah satu syarat pelengkapan studi untuk dapat naik ketingkat selanjutnya di Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
Dalam kesempatan ini pula penulis menyampaikan rasa terimakasih yang begitu besar kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dorongan baik secara langsung maupun tidak langsung selama proses penyusunan ini. Sehubungan dengan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Dekan FISIP, Dr. Agus Sjafari,.M. Si
2. Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi, NekaFitriyah.,S. Sos.,M. Si
3. Mia Dwianna, S.Sos., M.Ikom, sebagai pembimbing akademik
4. Bapak. Muhammad Jaiz, S.Sos, M.pd, selaku dosen pembimbing I, terima kasih atas waktu dan bimbingannya selama penyusunan skripsi ini.
5. Bapak. Teguh Iman Prasetya,SE, M.Si, selaku dosen pembimbing II, terima kasih atas waktu dan bimbingannya selama penyusunan skripsi ini.
6. Dosen Ilmu komunikasi beserta staff TU terutama Ibu Rahmi Winangsih.
7. Mamah Lilis Surtihati dan Papah Dodi Sobari beserta adik tercinta Ade Iam dan Muh. Iqbal.
8. Seluruh Anggota Kepolisian Polda Banten, Terutama AKBP Mulia Nugraha, S.Ik, AKP Eko Widiantoro, S.Ik,. S.H. , Iptu Haryanto Rantesalu, Briptu Iman Gunadi, Briptu Nana Ruhyana, Brigadir Fitara Harianja SH, Bripda Arif, Bripda Imbang Dika Maulana, Briptu Ade Wahyudi, SH dan Bripda Irwan.
Yang senantiasa mendukung, memberikan ilmunya serta memberikan pemahaman baru mengenai apa yang penulis tidak ketahui menjadi diketahui, serta bimbingan yang tidak pernah lepas selama pengerjaan sampai pada selesainya skripsi ini.
9. Seluruh Informan dari pihak saksi : Lia, Leni, Widiono, Wawan, dan Dwi Heryanto.
10. Especially thanks to My Best “Viitha” ,Pendi, dan Anshari yang senantiasa berjuang bersama dalam menyusun skripsi ini.
11. Lucky Merdyana, terima kasih untuk selalu menjadi supporter setia yang selalu menemani penulis tentunya dalam membantu menyelesaikan skripsi ini.
12. Buat saudara – saudara dari Tim Rusuh : Reny “Mamih”, Tiche, Ria, Kiki “Komeng”, Eja, Abang Gery, Hariet “Black” dan Adi “Capcoes”.
13. Untuk semua orang yang selalu memacu penulis untuk terus bersemangat :
Ririn borinrin, Kake Wawan, Rini Putriani, Mas Adam, Abang Mbul, dan mereka yang tidak bisa penulis sebut satu persatu terutama untuk semua mahasiswa Fakultas Fisip Untirta.
Dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari bahwa dalam penyusunan penelitian ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan adanya kritik yang bersifat membangun guna bekal penulis dikemudian hari.Akhir kata semoga penelitian inidapat bermanfaat bagi yang memerlukannya.
Serang, July 2012 Penulis Nurul Pri Septia Asiti Nawa
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ABSTRACT LEMBAR PERSETUJUAN PERNYATAAN ORISINILITAS LEMBAR PENGESAHAN MOTTO
KATA PENGANTAR ............................................................................................ i
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iv
DAFTARTABEL.................................................................................................... v
DAFTARLAMPIRAN ......................................................................................... vi
BABI PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................. 5
1.3 Identifikasi Masalahdan Pembatasan Masalah.................................... 5
1.4 Tujuan Penelitian ............................................................................... 6
1.5 Manfaat Penelitian .............................................................................. 6
1.6 Manfaat akademik ............................................................................... 6
1.7 Signifikasi Praktis ............................................................................... 7
BAB II DESKRIPSI TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1. Deskripsi Teori .................................................................................. 8
2.1.1. Komunikasi .............................................................................. 8
2.1.2. Komunikasi antar pribadi ...................................................... 13
2.1.3. Komunikasi persuasi.............................................................. 17
2.2. Kerangka Teori................................................................................. 23
2.2.1. Teori Atribusi ........................................................................ 23
2.3. Kerangka Berpikir ........................................................................... 24
BAB III METODELOGI PENELITIAN
3.1. Metodelogi Penelitian ..................................................................... 27
3.2. Instrumen Penelitian ....................................................................... 28
3.2.1. Teknik Pengumpulan data ..................................................... 28
3.3. Informan ........................................................................................... 29
3.4. Lokasi Dan Jadual Penelitian ........................................................... 32
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. DeskripsiObjekPenelitian
4.1.1. Visi......................................................................................... 45
4.1.2. Misi ........................................................................................ 46
4.1.3. Tujuan .................................................................................... 47
4.1.4. Strategi ................................................................................... 49
4.1.5. Prosedur Interogasi ................................................................ 52
4.1.6. Saksi....................................................................................... 56
4.2. Deskripsi Profil Informan
4.2.1. Saksi....................................................................................... 59
4.2.2. Penyidik ................................................................................. 61
4.3. Hasil Penelitian
4.3.1. Pemahaman informan Mengenai Persuasif ........................... 63
4.3.2. Prosedur interogasi di Polda Banten ...................................... 71
4.3.3. Praktik Komunikasi Persuasif dalam Kegiatan interogasi .... 76
4.4. Pembahasan
4.4.1. Prosedur interogasi ................................................................ 81
4.4.2. Praktik persuasif .................................................................... 86
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
5.1.1. Prosedur interogasi ................................................................ 96
5.1.2. Teknik Komunikasi Persuasif ................................................ 97
5.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 98
LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
DAFTAR GAMBAR
Halaman GAMBAR 1 KERANGKA BERPIKIR……………………………………….26 GAMBAR 2 SAKSI……………………………………………………………57 GAMBAR 3 MODEL DARI HEIDER………………………………………..92
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Dokumentasi proses interogasi dan gelar perkara Lampiran 2 Struktur Organisasi Lampiran 3 Daftar PertanyaanWawancara Lampiran 4 Trankip wawancara Lampiran 5 Biodata Penulis
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Dalam menjalani kehidupan yang cepat sekali berubah, manusia membutuhkan kecakapan dalam melakukan suatu hal, Baik dalam tingkah laku maupun berkomunikasi. Pada era serba instan seperti sekarang ini, manusia harus pintar
- – pintar bergaul, beradaptasi cepat dengan lingkungan dan mampu berargumentasi terhadap kontroversi. Hal tersebut seperti yang di jelaskan dalam hakikat komunikasi yang merupakan proses pernyataan antar manusia, yang menyatakan pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa sebagai alat
1 penyalurnya.
Komunikasi merupakan jembatan untuk menjalin suatu hubungan, di mana bahasa menjadi perantara. Dalam ilmu komunikasi kita mempelajari berbagai jenis komunikasi, di antaranya, komunikasi antarpribadi, komunikasi antar budaya, komunikasi massa, komunikasi kelompok, komunikasi organisasi, dan komunikasi persuasif. Di mana masing masing memiliki fungsi dan tujuannya dalam berkomunikasi, serta memiliki segmentasi khalayak yang berbeda – beda pula.
Sebagai dasar proses komunikasi tersebut perlu ada suatu pesan 1 yang akan disampaikan oleh seorang komunikator kepada komunikan.
Dalam buku Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi karangan Onong Uchjana Effendy,
Pesan tersebut bisa berupa berita, gossip, serta fenomena yang sering menjadi bahan komunikasi.
Komunikasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan terutama terhadap kegiatan penginterogasian para saksi dalam suatu perkara, di mana komunikasi yang dilakukan adalah untuk mendapatkan suatu jawaban serta penyelesaian terhadap kasus yang ditanganinya tersebut. Pentingnya komunikasi ini merupakan bagian yang tidak bisa digantikan secara tulisan atau lainnya, karena komunikasi mempunyai fungsi yang bersifat diantaranya, menginformasikan (to yaitu memberikan keterangan yang diberikan saksi terhadap
inform)
penyidik untuk kelengkapan penyidikan, mendidik (to education) yaitu penyidik dapat memberikan suatu masukan dan kesimpulan terhadap saksi
- – saksi yang awam dalam kegiatan proses hukum dan mempengaruhi (to
influence), adalah hal yang menjadi tujuan khusus dalam berkomunikasi,
terutama dalam mengintrogasi para saksi ini, dengan begitu penyidik mampu menelususi jalannya kejadian dan mengorek informasi dengan mempengaruhi saksi untuk memberikan keteranganya. Oleh karena itu, komunikasi dalam proses interogasi diharapkan dapat membawa hasil pertukaran informasi, pengetahuan pengalaman dan adanya pengertian di antara orang-orang yang terlibat dalam penyelesaian suatu perkara.
Polda Banten dewasa ini lebih menunjukan prioritasnya sebagai
- – pengayom masyarakat, dalam hal ini diwujudkan dalam kegiatan kegiatan yang selalu diadakan guna membangun citra positif dari
- – undang RI Nomor 8 tahun 1981 tentang KUHAP, Undang – undang RI Nomor 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, Undang – undang RI Nomor 13 tahun 2006 tentang perlindungan saksi dan korban, Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia (Perkap) No: 3 tahun 2008 tentang Pembentukan Ruang Pelayanan Khusus dan Tata Cara Pemeriksaan Saksi dan atau Korban Tindak Pidana, Peraturan Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Perkap) No : 17 tahun 2005 tentang Tata cara Pemberian Perlindungan Khusus Terhadap Pelapor dan Saksi Dalam Tindak Pidana Pencucian Uang, Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia ( Perkap )
2 No : 15 tahun 2006 tentang Kode Etik Penyidik Polri.
Dalam SOP tersebut diterangkan beberapa hal yang mengenai prosedur dan pelayanan saksi, diantaranya mengenai, Bentuk
- – bentuk ancaman terhadap saksi dan keluarga saksi, Undang – undang RI No. 13 pasal 5 ayat 1 tahun 2006 tentang Perlindungan terhadap saksi dan korban berhak mendapat, Cara bertindak terhadap penerimaan pengaduan dan laporan, Cara pemberian perlindungan dan pelayanan terhadap saksi, Cara pemberian perlindungan terhadap keluarga saksi ( suami / istri dan anak ), 2 Cara pemberian perlindungan terhadap harta benda milik saksi, Cara
Hubungan terhadap komunikasi persuasif dalam penelitian ini adalah dimana penyidik Direktorat Reserse Kriminal Polda Banten melakukan Usaha sadar untuk mengubah pikiran dan tindakan dengan memanipulasikan motif
- – motif orang kearah tujuan yang sudah di tetapkan.
Dalam kehidupan sehari hari kita sering sekali menyimak mengenai tayangan di televisi mengenai tindak penginterogasian yang disorot secara tragis, dan cenderung main hakim sendiri. Dalam tayangan “Sigi” di SCTV misalnya, di dalam tayangan tersebut ditunjukan bahwa kegiatan interogasi dilakukan tidak sesuai prosedur, di mana salah seorang yang belum dinyatakan tersangka, dihakimi hingga babak belur. Dalam kenyataannya beberapa kegiatan interogasi memiliki kapasitasnya masing
- – masing.
Dengan melatarbelakangi segmentasi khalayak tentang asumsi dari tayangan televisi tersebut memberikan peneliti inspirasi untuk mencoba memberikan stereotipe lain mengenai kegiatan interogasi tersebut. Serta berusaha ingin mengetahui atau menggali dengan lebih dalam apakah benar piak kepolisian adalah institusi yang semena
- – mena? Hakikat komunikasi merupakan penggambaran pikiran dan perasaan melalui bahasa, untuk itu anggota kepolisian Direktorat Reserse
Untuk itulah penelitian ini dibuat guna menggambarkan bahwa suatu komunikasi yang dilakukan dengan baik dan benar, sesuai dengan hakikat komunikasi yang berlaku dapat memberikan sinergi yang baik pula bagi kedua belah pihak, baik komunikator maupun komunikan.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan hal
- – hal yang di kemukakan dalam latar belakang diatas, penelitian ini meneliti mengenai “KEGIATAN KOMUNIKASI
PERSUASIF ANGGOTA KEPOLISIAN RESERSE KRIMINAL POLDA BANTEN DALAM MENGINTE ROGASI PARA SAKSI “.
1.3. Identifikasi Masalah dan Pembatasan Masalah
Dari perumusan tersebut maka dapat di rangkum identifikasi permasalahannya adalah
1. Bagaimana prosedur interogasi para saksi di Ditrekrim Polda
Banten?
2. Bagaimana praktek Komunikasi Persuasif Penyidik Reserse
Kriminal di Polda Banten?
1.4. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bermaksud untuk melakukan pengkajian secara mendalam mengenai komunikasi persuasif penginterogasiaan dari pihak kepolisian terhadap saksi
- – saksi. Sedangkan tujuan yang hendak dicapai yaitu:
1. Mendeskripsikan proses interogasi para saksi di Ditreskrim Polda Banten.
2. Menggambarkan praktek komunikasi persuasif yang diterapkan penyidik reserse criminal di Polda Banten.
1.5. Manfaat Penelitian
1.5.1. Manfaat akademik
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menyumbangkan pemikiran
- – pemikiran peneliti untuk menambah wawasan dan pandangan mengenai Kepolisian Indonesia dari pandangan yang lebih akademis. Penelitian ini mengimplementasikan gambaran langsung mengenai proses komunikasi persuasive khususnya dalam interogasi para saksi. Sebagai instansi pemerintahan yang terikat akan hukum, yang bertugas melindungi dan mengayomi masyarakat pihak Direktorat Reserse Kriminal Polda Banten merupakan bagian yang sangat dekat dengan masyarakat, segala tindak
1.5.2. Signifikasi Praktis
Signifikansi praktis penelitian ini adalah diharapkan dapat menjadi acuan untuk penelitian berikutnya agar diperoleh hasil yang lebih sempurna lagi.
BAB II DESKRIPSI TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1. Deskripsi Teori
Sebagai gambaran atau batasan definisi konsep yang akan Peneliti kerjakan, maka pada BAB II dalam kerangka teori, Peneliti akan menjelaskan konsep-konsep dan teori-teori yang berhubungan dengan masalah variabel penelitian, antara lain Pengertian Komunikasi, Komunikasi antarpribadi, komunikasi persuasif, Prosedur Interogasi dan Saksi.
2.1.1. Komunikasi Komunikasi dalam kehidupan manusia dalam konteks apapun merupakan bentuk dasar adaptasi terhadap lingkungan karena komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia. Tidak ada manusia yang tidak berkomunikasi. Dengan berkomunikasi manusia bisa berhubungan dengan manusia lain kapan dan dimanapun, baik dalam lingkungan keluarga, di tengah masyarakat, di lingkungan kerja ataupun di pasar. Manusia akan selalu terlibat dengan komunikasi.
Kendala dalam berkomunikasi dapat mempengaruhi proses komunikasi. Karena luasnya pengertian pesan yang disampaikan, sehingga dapat menimbulkan efek dan tindakan yang berbeda. Dikutip dari Effendy (2002:9), komunikasi atau dalam bahasa berasal dari bahasa Latin Inggris „communication‟ „communication‟,dan bersumber dari kata „communis yang berarti
3 „sama‟. Sama di sini maksudnya adalah „satu makna‟.
Komunikasi akan terjadi atau berlangsung selama ada kesamaan makna antara komunikator dengan komunikan mengenai apa yang dipercakapkan. Kesamaan bahasa yang dipergunakan dalam percakapan itu belum tentu menimbulkan kesamaan makna. Dengan demikian, percakapan antara komunikator dengan komunikan dapat dikatakan komunikatif jika kedua-duanya dapat mengerti bahasa yang dipergunakan dan paham akan makna yang disampaikan. Hakikat komunikasi adalah proses pernyataan antar manusia yang berupa pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa sebagai alat penyalurnya.
Menurut Onong Uchjana Effendy, istilah komunikasi berasal dari perkataan latin “communication” yang berarti “pemberitahuan” atau “pertukaran pikiran”. Istilah tersebut bersumber pada kata “communis” yang berarti “sama” yang
4
. Untuk memahami dimaksud sama disini adalah “sama makna” pengertian komunikasi sehingga dapat dilancarkan secara efektif, 3 Lasswell mengatakan bahwa cara yang baik untuk menjelaskan 444 Dikutip dari Effendy (2002:9)
Onong Uchjana,.2005. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, PT.Remaja Rosdakarya,Bandung, ha l.9 komunikasi ialah menjawab pertanyaan sebagai berikut : Who,
Says What, In Which Channel, To Whom, With and What Effect?.
Berdasarkan cara pandang ini, dapat diuraikan lima unsur komunikasi, yaitu : a. Sumber (source) atau sering disebut komunikator, pengirim, penyandi.
b. Pesan (message), apa yang dikomunikasikan oleh sumber kepada penerima (verbal/non verbal) c. Saluran atau media, alat yang digunakan sumber untuk menyampaikan pesannya kepada penerima.
d. Penerima (receiver), serin juga disebut komunikan, orang yang menerima pesan dari sumber/komunikator.
e. Efek, apa yang terjadi pada penerima setelah ia menerima pesan tersebut.
Komunikasi memiliki fungsi dalam menginformasikan (to
inform), mendidik (to educate), menghibur (to entertain) dan
mempengaruhi (to influence). Sering dalam kehidupan sehari-hari seseorang gagal dalam melakukan hubungan atau dalam menyelesaikan suatu mas alah karena menganggap „sepele‟ atau ringan arti komunikasi. Mereka sering berpersepsi bahwa komunikasi sebagai sesuatu yang sering dilakukan manusia sehari-hari, dan itu naluri alamiah sehingga tidak perlu mempelajarinya lagi. Sebenarnya, dalam suatu pergaulan
(hubungan) diperlukan suatu keterampilan dalam berkomunikasi, perlu taktik dan strategi dalam menyampaikan pesan sehingga si penerima pesan dapat memahami tujuan kita apalagi dapat pula kita pengaruhi.
Pentingnya komunikasi bagi manusia tidak dapat dipungkiri begitu juga halnya bagi suatu organisasi atau perusahaan. Dengan adanya komunikasi yang baik, suatu perusahaan dapat berjalan lancar dan berhasil. Dengan tidak adanya komunikasi dapat mengakibatkan perusahaan tersebut tidak berjalan lancar.
Komunikasi dapat dibagi secara umum menjadi lima konteks atau tingkatan sebagai berikut :
1. Komunikasi interpersonal adalah proses komunikasi yang terjadi dalam diri seseorang, yang menjadi pusat perhatian adalah bagaimana jalannya proses pengolahan informasi yang dialami seseorang melalui sistem saraf dan indera.
2. Komunikasi antarpribadi adalah komunikasi perorangan yang bersifat pribadi baik yang secara langsung maupun (tanpa medium) maupun tidak langsung (dengan medium) seperti percakapan tatap muka atau melalui telepon
3. Komunikasi kelompok memfokuskan pembahasan pada interaksi diantara orang-orang dalam kelompok-kelompok kecil, komunikasi kelompok juga melibatkan komunikasi antarpribadi.
4. Komunikasi organisasi menunjukkan pada pola dan bentuk komunikasi yang terjadi dalam konteks jaringan organisasi.
5. Komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa
5 yang ditunjukan kepada sejumlah khalayak yang besar.
Dilihat dari hakikat dan definisi komunikasi menurut para ahli diatas, komunikasi mempunyai peran penting untuk dapat membangun suatu hubungan atau pertukaran informasi kepada orang lain. Komunikasi merupakan sarana dalam menyampaian atau pertukaran ide (informasi) dari komunikan kepada komunikator yang terjadi secara simbolik, sehingga dari komunikasi yang dilakukan diharapkan akan merubah tingkah laku seseorang, karena komunikasi berusaha untuk membujuk, mengajak bahkan mempengaruhi perilaku, persepsi serta sikap dari orang lain.
Berdasarkan uraian diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa komunikasi dalam melakukan hubungan dengan seseorang atau organisasi tidak datang dengan sendirinya. Dalam hal ini, perusahaan harus aktif dalam menyampaikan pesan dengan makna 5 yang dapat diinterprestasikan oleh khalayak sehingga akan terjadi
Nurudin. 2003. Komunikasi Massa, Cespur, Malang, hal 13 suatu perubahan, baik itu yang positif maupun negatif. Pada dasarnya komunikasi merupakan proses aktivitas manusia dalam hal menyampaikan atau pertukaran ide (informasi) dari komunikasi yang dilakukan diharapkan akan merubah tingkah laku seseorang sesuai dengan yang diharapkan.
2.1.2. Komunikasi Antarpribadi Komunikasi antarpribadi pada dasarnya merupakan jalinan hubungan interaktif antara seorang individu dan individu lain di mana lambang
- – lambang pesan secara efektif digunakan, terutama lambang
- – lambang bahasa. penggunaan lambang – lambang bahasa verbal, terutama yang bersifat lisan, di dalam kenyataan kerapkali disertai dengan bahasa isyarat terutama gerak atau bahasa tubuh (Body Language), seperti senyuman, tertawa, dan menggeleng atau menganggukan kepala. Komunikasi antar pribadi pada umumnya dipahami lebih bersifat pribadi (Private) dan berlangsung secara tatap muka (Face To Face).
K onsep “Jalinan Hubungan” (Relationship) sangat penting dalam kajian komunikasi antarpribadi. Jalinan hubungan merupakan seperangkat harapan yang ada pada partisipan yang dengan itu mereka menunjukan perilaku tertentu di dalam berkomunikasi, Jalinan hubungan antarindividu hampir senantiasa melatarbelakangi pola
- – pola interaksi di antara partisipan dalam komunikasi antarpribadi. Seseorang yang baru saja saling
- – hati dalam berkomunikasi. hal ini tampak, misalnya ketika dalam menggunakan kata
- – kata mereka lebih selektif. Akan tetapi, seseorang yang bertemu dengan teman akrab cenderung terbuka dan spontan. terdapat sejumlah asumsi lain mengenai jalinan hubungan :
a. Jalinan hubungan senantiasa terkait dengan komunikasi dan tak mungkin dapat dipisahkan.
b. Sifat jalinan hubungan ditentukan oleh komunikasi yang berlangsung diantara individu partisipan.
c. Jalinan hubungan biasanya didefinisikan secara lebih implicit (tidak/kurang bersifat eksplisit).
d. Jalinan hubungan berkembang seiring dengan waktu proses negosiasi diantara partisipan.
e. Jalinan hubungan, karena itu bersifat dinamis. Persoalan penilaian hubungan (the evaluation of relationship) merupakan persoalan lain yang penting dalam komunikasi antarpribadi. Dalam hubungan ini, dicakup enam tahap atau tingkatan hubungan (Rubben, 1988:321-325): a. Initiation
Pada tahap ini masing
- – masing partisipan saling membuat kalkulasi atau menaksir
- – naksir satu dengan lain dan mencoba mengupayakan penyesu
- – penyesuaian. Wujud dari penyesuaian disini misalnya, tersenyum, menganggukan
- – kepala, saling memperkenalkan diri, dan mengucapkan kata kata yang bersifat sopan santun atau basa
- – basi. hubungan akan dilanjutkan ataukah tidak akan bergantung pada situasi yang berkembang kemudian.
b. Eksplorasi Pada tahap ini, partisipan saling berusaha mengetahui karakter orang lain, misalnya minat, motif, dan nilai
- – nilai yang dipegang. Wujud mengajukan pertanyaan tentang kebiasaan, pekerjaan, atau mungkin tempat tinggal.
c. Intensifikasi Pada tahap ini partisipan saling bertanya kepada diri sendiri apakah jalinan komunikasi diteruskan apa tidak. Kendatipun intensifikasi ini pada umumnya sulit diamati, namun yang menentukan apakah jalinan komunikasi diteruskan apa tidak adalah keyakinan akan manfaat dari jalinan komunikasi yang terbentuk atau setidaknya aktivitas komunikasi yang berlangsung. Semakin diyakini manfaat yang diperoleh maka akan semakin berlanjut jalinan hubungan atau komunikasi yang berlangsung.
d. Formalisasi Pada tahap ini partisipan saling sepakat mengenai hal
- – hal tertentu, yang kemudian terformalisasikan kedalam berbagai tingkah laku, misalnya berjanji untuk saling bertemu lagi, menandatangani kontrak kerja,
e. Redefinisi Pada tahap ini jalnan hubungan dan komunikasi yang dihadapkan pada persoalan
- – persoalan baru dan silih berganti seiring dengan perjalanan waktu.
f. Hubungan yang memburuk (deterioration) Gejala semakin memburuknya hubuungan kadangkala tidak disadari sepenuhnya oleh partisipan komunikasi. penyesuaian
- – penyesuaian telah senan tiasa dicoba untuk diupayakan namun, di dalam kenyataan, tidak tidak terlalu berhasil. hal tersebut dikarenakan ada nya perubahan struktur
- – struktur kepentingan, power, dan orientasi partisipan yang saling
6 berinteraksi dengan situasi eksternal.
6 Ismantoro Dwi Yuwono, S.H, Cerdas dan Percaya Diri Hadapi Polisi, 2012, Pustaka Yustisia:
2.1.3. Komunikasi Persuasi Dalam prosesnya, bidang ilmu persuasi mengalami kemunduran dan kemudian tumbuh kembali. Persuasi disusun pada awal zaman Romawi dicemoohkan pada masa kejatuhan Romawi; dan nyaris dimusnahkan pada abad pertengahan. Kecuali sebagai alat untuk mengajukan keyakinan (dan ini merupakan saat lahirnya kata “Propaganda”); kemudian ditemukan kembali pada masa pencerahan, yaitu sebuah masa yang dikuasai oleh tujuan memperoleh kemuliaan dan masa ini juga dikenal dengan
7 “membuat suatu yang terburuk agar tampak baik”.
Komunikasi bersifat informatif dan persuasif, bergantung kepada tujuan komunikator. Dibanding dengan komunikasi informatif, komunikasi persuasif lebih sulit, sebab jika komunikasi informatif bertujuan untuk memberikan informasi sedangkan komunikasi persuasif bertujuan untuk mengubah sikap, pendapat dan perilaku seseorang.
Menurut Johnston (1994) persuasif adalah proses transaksional diantara dua orang atau lebih dimana terjadi upaya merekontruksi realitas melalui pertukaran makna simbol yang secara sukarela. Istilah persuasi (persuasion) bersumber pada
7 Dedy Djamaluddin Malik, Yosal Iriantara, komunikasi Persuasif, 1993, PT. Remaja Rosdakarya:
Bandung,h. 1 perkataan latin persuasio. kata kerjanya adalah Persuadere yang
8 berarti membujuk, mengajak, atau merayu.
Para ahli komunikasi sering kali menekankan bahwa persuasi adalah kegiatan psikologis. Penegasan ini dimaksudkan untuk mengadakan perbedaan dengan koersi (coercion). Tujuan dari keduanya sama, yakni untuk mengubah sikap, perdapat, atau perilaku, tetapi jika persuasi dilakukan dengan halus, luwes, yang mengandung sifat
- – sifat manusiawi, sedangkan koersi mengadung sanksi atau ancaman lebih kepada kegiatan yang menghalalkan segala cara guna tercapai tujuan yang dimaksud.
Studi persuasi dapat disebut sebagai pelayanan pada tiga fungsi yaitu :
1. Fungsi Pengawasan Fungsi ini mencoba menjelaskan mengenai pengertian persuasi sebagai tugas mengkontruksi pesan membangun citr diri kita sendiri dengan tujuan mempengaruhi orang lain.
2. Fungsi Perlindungan Konsumen Dalam Fungsi ini menjelaskan alasan mengapa kita menggunakan studi persuasi adalah karena kita akan menjadi 8 lebih cermat membedakan konsumen. Sebenarnya di antara
Oonong Uchjana Effendy, Dinamika komunikasi,PT.Remaja Rosdakarya, Bandung, 2004, h. 21. kita banyak yang bisa mempraktikan persuasi, namun kita justru lebih banyak menghabiskan waktu dengan menjadi diri kita sebagai konsumen dari pesan – pesan persuasif.
3. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan alasan lain mempelajari persuasi kurang ada kaitannya dengan manfaat praktis. Namun, studi ini akan bermanfaat meningkatkan wawasan kemanusiaan dan bangunan social yang ada. Fungsi pengetahuan dapat dibagi dalam dua kategori yaitu,pengetahuan mengenai peran persuasi dalam masyarakat dan pengetahuan mengenai
9 dinamika psikologi persuasi.
Terdapat tiga tujuan pesan komunikasi persuasif, yaitu (1) membentuk tanggapan, (2) memperkuat tanggapan, dan (3) mengubah tanggapan. Agar komunikasi persuasif berfungsi dengan baik dan efektif, maka dalam penyampaian pesan-pesan persuasi harus disertai dengan gaya yang mengesankan, menawan, dan tidak membosankan. Untuk itu, ada tujuh teknik yang bisa digunakan, yaitu omisi, inversi, suspensi, antitesis, repetisi, paralelisme, dan aliterasi.
9 Dedy Djamaluddin Malik, Yosal Iriantara, Komunikasi Persuasif, 1993, PT. Remaja Rosdakarya:
Bandung,h. 2-5
Daya guna pesan persuasif dapat dilihat dari fungsi pesan itu sebagai (1) Isyarat yang disampaikan, (2) Bentuk Struktural, (3) Pengaruh Sosial, (4) Penafsiran, (5) Refleksi diri, dan (6) Kebersamaan.
2.1.3.1. Prinsip
- – Prinsip Komunikasi Persuasif Seperti yang dijelaskan Litlejohn dan Jabusch (1987) yang dikutip Devito bahwa, keberhasilan anda dalam mengukuhkan atau mengubah sikap atau kepercayaan dan dalam megajak pendengar anda untuk berbuat sesuatu akan bergantung pada pemanfaatan prinsip - prinsip persuasi. Empat prinsip persuasi yang utama yaitu :
1. Prinsip Pemaparan Selektif (Selective Exposure Principle)
Para pendengar (semua halayak ) mengikuti “ hukum pemaparan slektif”. hukum ini setidaknya memiliki dua bagian.
a. Pendengar akan secara aktif mencari informasi yang mendukung opini, kepercayaan nilai, keputusaan, dan perilaku mereka.
b. Pendengar akan secara aktif menghindari informasi yang bertentangan dengan opini, kepercayaan, sikap, nilai dan perilaku mereka yang sekarang.
2. Prinsip Partisipasi Khalayak Persuasi akan paling berhasil bila khalayak berpartisipasi secara aktif dalam presentasi. Implikasinya, persuasi adalah proses transaksional. Proses ini melibatkan baik pembicara maupun pendengar.
3. Prinsip Inokulasi Menyajikan kontra-argumen dan kemudian menjelaskan kelemahannya akan memungkinkan khalayak mengebalkan diri mereka sendiri terhadap kemungkinan serangan atas nilai dan kepercayaan mereka.
4. Prinsip Besaran Perubahan Makin besar dan makin penting perubahan yang ingin dihasilkan atas diri khalayak, makin sukar tugasnya.