UPAYA KEPOLISIAN DALAM MENANGGULANGI TINDAK PIDANA PENIPUAN BERMODUS SUMBANGAN (Studi di Wilayah Polda Lampung)

  UPAYA KEPOLISIAN DALAM MENANGGULANGI TINDAK PIDANA PENIPUAN BERMODUS SUMBANGAN (Studi di Wilayah Polda Lampung) (Jurnal) Oleh: Dwi Purnama Sari FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017

  

ABSTRAK

UPAYA KEPOLISIAN DALAM MENANGGULANGI TINDAK PIDANA

PENIPUAN BERMODUS SUMBANGAN

(Studi di Wilayah Polda Lampung)

Oleh

  

Dwi Purnama Sari, Sunarto, Budi Rizki Husin

  E-mail Penipuan yang berasal dari kata tipu adalah perbuatan atau perkataan yang tidak jujur atau bohong, palsu dengan maksud untuk menyesatkan, mengakali atau mencari keuntungan. Penipuan bermodus sumbangan masih sering kali terjadi di Indonesia karena itu Polda Lampung sebagai lembaga penegak hukum yang dibentuk untuk melaksanakan tugas dan fungsi untuk memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat. Tindak pidana penipuan di atur dalam Pasal 378 KUHP, untuk itu permasalahan yang penulis buat (1)Bagaimanakan upaya kepolisian dalam menanggulangi tindak pidana penipuan bermodus sumbangan ? (2)Apa saja yang menjadi faktor penghambat dalam menanggulangi tindak pidana penipuan bermodus sumbangan ? Pendekatan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan pendekatan masalah yuridis normatif dan pendekatan yuridis empiris. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik studi kepustakaan dan studi lapangan. Data yang telah diolah kemudian dianalisis dengan menggunakan analisis kualitatif. Hasil Penelitian dan Pembahasan ini menunjukan upaya kepolisian dalam menanggulangi tindak pidana penipuan bermodus sumbangan adalah dengan upaya preventif dan upaya represif. Faktor penghambat yang paling dominan adalah faktor masyarakat yang mudah terkena bujuk rayu pelaku penipuan dan masyarakat juga kurang berpartisipasi dalam memberantas tindak pidana penipuan sehingga penipuan ini sering kali terjadi. Saran yang dapat penulis berikan adalah (1) Perlunya kerjasama antara masyarakat dengan aparat penegak hukum dalam mengatasi tindak pidana penipuan bermodus sumbangan (2) Hendaknya keolisian daerah lampung lebih gencar lagi dalam menangani tindak pidana penipuan ini karena penipuan ini sangat merugikan masyarakat

  Kata Kunci : Upaya Kepolisian, Penipuan, Bermodus Sumbangan

  

ABSTRACT

THE POLICE'S EFFORTS IN ERADICATING CRIMINAL

FRAUD IN FORM OF FRAUD DONATIONS

(Study in Lampung Police Jurisdiction)

  

By

Dwi Purnama Sari, Sunarto, Budi Rizki Husin

  E-mail Penipuan (fraud) is derived from the word 'tipu' (trick) which means deceitful or false, or deeds for the purpose of misleading, outsmarting or seeking profit. Fraud donations are still common in Indonesia; therefore, the Police of Lampung as law enforcement agencies established a way to carry out the duties and functions to maintain the public order and security. The criminal act of fraud is regulated under Article 378 of the Criminal Code, for that matter the researcher formulated the problems as follows (1) How is the effort of the police in eradicating fraud donations? (2) What are the inhibiting factors in eradicating fraud donations? The approaches used in this research were normative and empirical approaches. The data collection was done through literature study and field study. The data which have been processed were analyzed using qualitative analysis. The results and the discussion of this research showed that the police effort in eradicating the criminal act of fraud donations has been done through preventive and repressive measures. The most dominant inhibiting factor is the community factor who were easily to be persuated by the fraud perpetrators; further, the community were also have less participation in eradicating the fraud criminal acts so that this fraud remains exist. There are several points the researcher suggest: (1) The need for cooperation between the community and law enforcement officers in eradicating the fraud in form of fraud donations, (2) the police of Lampung should be more committed in handling such fraud because this is very detrimental to society.

  Keywords: Police Efforts, Fraud, Fraud Donations.

I. PENDAHULUAN

  Kejahatan yang berlangsung ditengah-tengah masyarakat semakin hari kian berkembang, salah satu yang mulai tampak menonjol ialah banyaknya kejahatan-kejahatan yang terjadi dalam masyarakat, yang pada umumnya berkaitan dengan harta benda, atau harta kekayaan, kejahatan yang berkaitan dengan harta kekayaan ini semakin berkembang apabila tingkat kehidupan masyarakat semakin rendah sehingga berakibat semakin melunturnya nilai-nilai kehidupan.

  Nilai-nilai kehidupan yang cenderung luntur, memberikan peluang tertentu kepada sebagian masyarakat untuk melakukan suatu tindak pidana yang erat hubungannya dengan kepercayaan dan harta kekayaan, yaitu tindak pidana penipuan. Dimana pengertian tindak pidana penipuan itu sendiri adalah suatu bentuk dari obral janji. Sifat umum obral janji itu adalah bahwa orang dibuat keliru, dan oleh karena itu rela menyerahkan barangnya atau uangnya. Kejahatan penipuan ini termasuk “materieel delict”, artinya untuk kesempurnaannya harus terjadi akibatnya.

  permasalahan yang tidak akan pernah ada habisnya. Apalagi seperti keadaan sekarang di negara kita ini yang perekonomiannya sedang merosot. Dengan adanya hal yang demikian maka secara tidak langsung telah menambah jumlah pengangguran. Hal ini membuat timbulnya niat seseorang untuk 1 Tri Andrisman. Delik Tertentu Dalam melakukan tindak pidana karena mereka terhimpit oleh kebutuhan hidup sehingga mereka melakukan tindak pidana. Bila jumlah pengangguran bertambah besar dan sulit untuk memperoleh pekerjaan, sedangkan mereka harus tetap memenuhi kebutuhan mereka sehari- hari maka mereka cenderung untuk melakukan suatu tindak pidana. Hal ini dapat diketahui melalui pemberitaan di media cetak maupun media elektronik mengenai meningkatnya tindak pidana yang terjadi akhir-akhir ini, seperti halnya tindak pidana mengenai penipuan bermodus sumbangan.

  Perbuatan penipuan tersebut tidak hanya didorong karena hal untuk memenuhi kebutuhan hidup saja. Tetapi juga dilakukan sebagai mata pencarian yang bertujuan untuk memperkaya diri. Bahwa penipuan tersebut telah diatur secara tegas diatur dalam pasal 378 KUHP disebut dengan perbuatan curang (bedrog).

  2 Sebagaimana diatur dalam Buku

  Kedua Bab XXV Pasal 378 KUHP, yaitu: “Barang siapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain dengan melawan hukum, dengan memakai nama palsu atau martabat palsu, dengan tipu muslihat ataupun dengan rangkaian kebohongan menggerakkan orang lain untuk menyerahkan sesuatu benda kepadanya, atau supaya memberi hutang maupun menghapuskan piutang, diancam karena penipuan dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun.”

1 Tindak pidana merupakan suatu

  Sehubungan dengan ketentuan Pasal 378 penipuan terdiri dari unsur-unsur obyektif yang meliputi perbuatan (menggerakkan), yang digerakkan (orang), perbuatan itu ditujukan pada orang lain (menyerahkan benda, memberi hutang, dan menghapuskan piutang), dan cara menggerakkan dengan memakai nama palsu, memakai martabat palsu, memakai tipu muslihat, dan memakai serangkaian kebohongan. Selanjutnya adalah unsur-unsur subyektif yang meliputi maksud untuk menguntungkan diri sendiri dan orang lain dan maksud melawan hukum.

3 Pihak kepolisian memegang peran

  penting dalam menindak para pelaku tindak pidana, namun guna tercapainya ketenangan dan kenyamanan di lingkungan masyarakat masih terdapat berbagai hambatan yakni berupa penyimpangan, penyalahgunaan wewenang dan pelanggaran hukum lainnya. Salah satunya adalah timbul dari tingkah laku masyarakat itu sendiri, seperti munculnya tindak kriminal dengan berbagai modus apapun baik yang dilakukan secara terorganisasi maupun individu. Seperti tindak kriminal penipuan pungutan liar yang menggunakan modus sumbangan yang saat ini sering terjadi dimasyarakat.

  Penipuan berupa sumbangan ini biasanya mengatasnamakan yayasan sosial, panti asuhan, sumbangan amal untuk masjid ataupun sumbangan untuk bencana alam dan sebagainya untuk mendapatkan keuntungan pribadi. Dalam hal ini 3 S.R. Sianturi. Tindak Pidana di KUHP biasanya mereka melampirkan surat- surat yang dibuat seakan-akan dari panti sosial, instansi pemerintahan, bahkan dari kepolisian agar lebih meyakinkan korban serta biasanya mereka juga melampirkan surat-surat dan logo maupun gambar yang mengatasnamakan suatu instansi maupun organisasi kemanusiaan, yang pastinya semua itu palsu dan tidak dapat dipertanggungjawabkan, semua itu dilakukan para pelaku tindak pidana agar masyarakat yakin dan percaya kepada para pelaku sehingga mau memberikan sumbangan. Berdasarkan prosedur yang ada yayasan yang akan meminta sumbangan harus mendapatkan izin dari Dinas Sosial . Pihak Dinas Sosial selaku instansi yang berwenang dalam pemberian surat izin harus lebih selektif dalam penyeleksian berkas permohonan izin pengumpulan sumbangan, selain itu perlu dilakukannya sosialisasi kepada masyarakat tentang perbedaan antara surat izin pengumpulan sumbangan yang sah dan yang tidak sah serta perlu adanya bentuk koordinasi yang baik antara pihak kepolisan dengan instansi terkait dengan masyarakat dalam proses penanggulangan tindak penipuan yang bermodus sumbangan guna terwujudnya cita-cita hukum yang diharusi serta demi terwujudnya ketertiban dan keamaan bagi masyarakat, khususnya bagi masyarakat Bandar Lampung.

  Berikut ini salah satu contoh kejahatan Penipuan Bermodus Sumbangan, Bandar Lampung, Tersangka kasus dugaan penipuan dengan modus mengumpulkan amal Tim Khusus Anti Bandit (Tekab) 308 Ditreskrimum Polda Lampung. Penangkapan tersangka atas laporan warga. Modusnya meminta uang sumbangan kepada pemilik toko di Pasar Bambu Kuning dan sekitarnya atas nama Yayasan Bina Putra Bangsa Tersangka Lakoni ditangkap Kamis 30 Juni 2016, saat sedang beraksi. Dari tangan tersangka, polisi menyita uang Rp165 ribu hasil sumbangan pemilik toko yang dikumpulkannya. Surat permohonan zakat mal infaq dan sedekah dengan kop Yayasan Bina Putra Bangsa yang merupakan yayasan penyantun anak yatim piatu atau keluarga tak mampu itu ternyata palsu. Dari tersangka juga kami sita stempel berlogo bintang atas nama yayasan. Setelah diinterogasi, ternyata tersangka melakukan penipuan. Uangnya digunakan membiayai keperluan pribadi.

  Penulis tertarik untuk meneliti dan mengkaji sebagai bentuk karya ilmiah (skripsi) dengan judul

  “Upaya Kepolisan Dalam Menanggulangi Tindak Pidana Penipuan Bermodus Sumbangan (Study di Wilayah Hukum Polda Lampung)” Berdasarkan latar belakang yang telah penulis uraikan, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah : a. Penipuan adalah perbuatan atau perkataaan yang tidak jujur (bohong, palsu, dan sebagainya) dengan maksud untuk menyesatkan, mengakali. Atau mencari untung. Sedangkan penipuan adalah proses, perbuatan, cara menipu.

  Bagaimanakah upaya kepolisian dalam menanggulangi tindak pidana penipuan bermodus sumbangan ? b.

  Apa saja yang menjadi faktor penghambat dalam

  

  menanggulangi tindak pidana penipuan bermodus sumbangan? Pendekatan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan pendekatan masalah yuridis normatif adalah pendekatan yang penulis lakukan dalam bentuk usaha mencari kebenaran dengan melihat asas-asas yang terdapat dalam berbagai peraturan perundang- undangan. Pendekatan yuridis empiris adalah pendekatan yang dilakukan dengan metode wawancara langsung kepada

  1 responden anggota kepolisian daerah Lampung,

  1 Korban dan 1 Orang Akademisi Fakultas Hukum bagian Hukum Pidana Universitas Lampung.

  Pengumpulan data dilakukan dengan teknik studi kepustakaan dan studi lapangan. Data yang telah diolah kemudian dianalisis dengan menggunakan analisis kualitatif.

4 Berdasarkan uraian di atas, maka

  II. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Upaya Kepolisian dalam Menanggulangi Tindak Pidana Penipuan Bermodus Sumbangan (Study di Wilayah Polda Lampung)

  Upaya kepolisian merupakan bagian integral dari kebijakan social (social

  policy).

  Kebijakan sosial dapat diartika sebagai usaha yang rasional untuk mencapai kesejahteraan masyarakat (social welfare policy) dan sekaligus mencakup perlindungan masyarakat (social

  defence policy) . Jadi secara singkat

  dapat dikatakan bahwa tujuan akhir atau tujuan utama dari kebijakan kriminal ialah “perlindungan masyarakat untuk mencapai

  merupakan suatu perbuatan yang dapat merugikan tidak hanya bagi diri sendiri, tapi juga bagi orang lain oleh karena itu tindakan penipuan dapat dikenakan sanksi pidana. Pidana pada hakikatnya mempunyai dua tujuan utama yaitu untuk mempengaruhi tingkah laku (gedrags

  be invloding ) dan penyelesaian konflik (conflic to plossing).

  memberikan gambaran bahwa tindak pidana penipuan memiliki beberapa bentuk, berupa perkataan bohong atau perbuatan yang merupakan dengan maksud mencari keuntungan sendiri dari orang lain. keuntungan yang di maksud berupa keuntungan materil maupun keuntungan yang sifat nya abstrak, misalnya penipuan dengan bermodus sumbangan.

  Bandar Lampung merupakan salah satu kota yang rawan kejahatan penipuan dengan cara bermodus sumbangan yang dilakukan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggungjawab, seperti halnya kasus yang terjadi di Bandar Lampung pada hari Kamis 30 Juni 2016 Tersangka kasus dugaan penipuan dengan modus mengumpulkan amal di Pasar Bambu 5 Roni Wiyanto. Asas-Asas Hukum Pidana

  Indonesia . C.V. Mander Maju. Bandung.

  2012. Op. hlm. 118 6 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Kamus Besar

  Kuning, diamankan Tim Khusus Anti Bandit (Tekab) 308 Ditreskrimum Polda Lampung.

  Penangkapan tersangka atas laporan warga. Modusnya meminta uang sumbangan kepada pemilik toko di Pasar Bambu Kuning dan sekitarnya atas nama Yayasan Bina Putra Bangsa. Surat permohonan zakat mal infaq dan sedekah dengan kop Yayasan Bina Putra Bangsa yang merupakan yayasan penyantun anak yatim piatu atau keluarga tak mampu itu ternyata palsu. Dari tersangka juga pihak kepolisian menyita stempel berlogo bintang atas nama yayasan. Setelah diinterogasi, ternyata tersangka melakukan penipuan dan uangnya digunakan membiayai keperluan pribadi.

5 Penipuan

6 Pengertian penipuan di atas

  7 Tindak pidana penipuan bermodus

  sumbangan merupakan salah satu permasalahan hukum yang perlu mendapatkan perhatian dari berbagai pihak. Dalam hal ini Polri sebagai pelaksana undang-undang dalam menegakkan hukum tentunya perlu mengambil tindakan tegas terhadap tindak pidana ini.dalam hal ini pihak Kepolisian Polda Lampung melakukan upaya penanggulangan kejahatan menjadi 2 macam, yaitu melalui jalur penal (hukum pidana) dan jalur non penal (bukan/ diluar hukum pidana).

  Sebagian masyarakat yang dapat mencapai kesejahteraannya dengan sarana-sarana yang ada bahkan mampu menguasainya secara

  continue dengan tidak menyisakan

  bagi lainnya. Sementara ada sebagian anggota masyarakat sulit untuk memiliki sarana-sarana tersebut bahkan tidak mampu lagi untuk menggapainya. Disisi lain norma yang seharusnya melindungi mereka menjadi lemah dan tidak berdaya bahkan menjadi milik segolongan kuat untuk menekan golongan lemah. Dalam kondisi tidak percaya terhadap norma tersebut menjadikan yang lemah mudah frustasi yang pada akhirnya menjadikan mereka mudah untuk melakukan penyimpangan tingkahlaku. Dan penyimpangan tingkahlaku tersebut menjurus kejahatan.

  Polda Lampung dalam menangani kasus penipuan bermodus sumbangan ini selalu sesuai dengan SOP (Standard Operating Procudere ) yang telah ditentukan. Penanggulangan kejahatan yaitu salah satunya penanggulangan kejahatan penipuan bermodus sumbangan dapat dilakukan dengan upaya bersifat penindakan atau pemberantasan (represif) dan upaya bersifat pencegahan (preventif).

  Upaya penal adalah upaya penanggulangan kejahatan yang bersifat represif bagi pelanggar hukum atau pelaku kejahatan. Jadi upaya ini dilakukan setelah kejahatan terjadi. Seperti kasus penipuan bermodus sumbangan yang terjadi di Pasar Bambu Kuning dengan memberikan sanksi hukum yang sesuai ketentuan hukum yang berlaku kepada para pelaku.

  Upaya Represif (penindakan), meliputi rangkaian kegiatan penindakan yang ditujukan ke arah pengungkapan terhadap semua kasus kejahatan yang telah terjadi, yang disebut sebagai ancaman faktual. Bentuk kegiatannya antara lain paksa lainnya yang disahkan menurut undang-undang. Bentuk upaya pengungkapan atau penindakan dilaksanakan melalui cara-cara sebagai berikut : a.

  Operasi sikat, operasi yang dilakukan secara berkala setiap tahun bisa 3-4 kali yang sudah terprogram dari Polda, operasi ini bersifat untuk mengungkap dengan adanya target kasus yang harus di ungkap pihak kepolisian selama masa operasi.

  b.

  Upaya penindakan oleh Tekab (Tim Khusus Anti Bandit) yang dibentuk oleh Polda,kalau dahulu ada tim seperti buser, opsnal, sekarang sebutannya disamakan Tekab. Tim inti tekab berada di Polda. Tekab adalah opsnalnya reskrim, Tim Tekab biasanya dibentuk dan bertugas banyak dilapangan untuk mengungkapkan kasus-kasus pada saat pelaksaan operasi seperti operasi sikat.

1. Upaya Penal

  Berdasarkan hasil wawancara dengan Erna Dewi membenarkan tentang upaya penal yang harus dilakukan oleh pihak kepolisian dengan tindakan yang tegas, karena jika tidak dilakukan tindakan tegas terhadap para pelaku ini nantinya tidak akan membuat efek jera kepada para pelaku dan akan mengulangi perbuatan ini lagi. Selama landasan per-Undang-Undangan ditegakan sesuai aturan dan dilakukan dengan benar. Maka akan mempermudah dari upaya kepolisian untuk melakukan tindakan demi keamanan masyarakat

  8 . 8 Berdasarkan Wawancara dengan Dr. Erna Penulis sependapat dengan para responden, jadi dapat dipahami bahwa perlakuan ini mengandung dua tujuan pokok, yaitu sebagai upaya pencegahan dan penyadaran terhadap pelaku kejahatan agar tidak melakukan hal-hal yang lebih buruk lagi dimaksudkan agar si pelaku kejahatan ini kemudian hari tidak lagi melakukan pelanggaran hukum, baik dari pelanggaran –pelanggaran yang mungkin lebih besar merugikan masyarakat dan pemerintah.

  Upaya non penal adalah upaya penanggulangan kejahatan yang bersifat preventif dan pre-emtif, yaitu upaya-upaya pencegahan terhadap kemungkinan kejahatan yang dilakukan sebelum terjadinya kejahatan. Meskipun demikian apabila pencegahan diartikan secara luas maka tindakan represif yang berupa pidana terhadap pelaku kejahatan yang dapatlah dimaksudkan agar orang yang bersangkutan dan masyarakat pada umumnya tidak melakukan tindak pidana.

  a.

  Pre-emtif Upaya Pre-emtif berupa rangkaian kegiatan yang ditujukan untuk menangkal atau menghilangkan faktor-faktor kriminogen pada tahap sedini mungkin. Termasuk upaya untuk mengeliminir faktor-faktor kriminogen yang ada dalam masyarakat yang bentuk kegiatannya sangat bervariasi, mulai dari analisis terhadap kondisi wilayah berikut potensi kerawanan yang terkandung di dalamnya sampai dengan upaya koordinasi dengan setiap pihak dalam rangka mengantisipasi kemungkinan timbulnya kejahatan.

  b.

  Upaya Preventif Upaya Preventif meliputi rangkaian kegiatan yang ditujukan untuk mencegah secara langsung terjadinya kasus kejahatan. Mencakup kegiatan pengaturan, penjagaan, patroli, dan pengawalan dilokasi yang diperkirakan mengandung

  “police hazard”, termasuk juga

  kegiatan pembinaan masyarakat, yang ditujukan untuk memotivasi segenap lapisan masyarakat agar dapat berpartisipasi aktif dalam upaya pencegahaan, menangkal dan memerangi kejahatan.

2. Upaya Non Penal

  9 Penulis beranggapan dalam upaya

  preventif dan pre-emtif itu adalah bagaimana kita melakukan suatu usaha yang positif, serta bagaimana kita menciptakan suatu kondisi seperti keadaan ekonomi, masyarakat, juga kultur yang menjadi suatu daya dinamika dalam pembangunan dan bukan sebaliknya seperti menimbullkan ketegangan- ketegangan sosial yang mendorong timbulnya perbuatan menyimpang juga disamping itu bagaimana meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat bahwa keamanan dan ketertiban merupakan tanggung jawab bersama.

  Berdasarkan hasil penelitian diatas maka penulis menganalisis bahwa berdasarkan maraknya Penipuan bermodus sumbangan di Bandar Lampung, hal ini mungkin terjadi karena disebabkan upaya-upaya 9 Sunarto. Keterpaduan Dalam Penanggulangan Kejahatan Edisi Revisi . penanggulangan yang dilakukan oleh pihak Polda Lampung terutama pada upaya preventif belum maksimal. Pihak Polda Lampung harus meningkatkan kualitas pemahaman anggotanya bagaimana mengoptimalkan suatu system penangkalan kejahatan sesuai dengan kerawanan keamanan, ketertiban masyarakat (kamtibmas) dan masing- masing tim harus dapat menguasai sesuai dengan tugas reserse dan beberapa tim koordinasi untuk melaksanakan strategi dalam operasi sikat dan tekat.

  Upaya penal dan upaya non penal yang digagas oleh pihak Polda Lampung telah baik namun, apabila tidak disertakan dengan konsistensi dan strategi oleh anggota kepolisian tersebut maka pelaku akan mudah membaca dan menyiapkan modus baru untuk memperlancar aksinya sehingga, kejahatan penipuan akan terus ada dan meningkat.

  Upaya yang lebih penting untuk diperhatikan dalam menanggulangi kejahatan Penipuan bermodus sumbangan di Bandar Lampung ialah dengan menjalankan secara konsisten upaya preventif yang bertujuan untuk melindungi dan mencegah timbulnya ancaman kejahatan dari masyarakat seperti bagi aparat penegak hukum secara rutin melaksanakan operasi/patroli menyulusuri wilayah bukan hanya yang mudah dijangkau tetapi juga sampat wilayah pelosok, sehingga masyarakat merasa terindungi dari ancaman kejahatan. Pihak kepolisian pun harus dapat melakukan pendekatan terhadap masyarakat, serta menumbuhkan kepemilikan untuk menjaga keamanan terhadap wilayahnya masing-masing seperti dengan memberikan sosialisai dan informasi kepada masyarakat bagaimana menciptakan dan menjaga lingkungan yang aman dan tertib serta bagaimana menghadapi kejahatan yang terjadi, dan mengaktifkan kegiatan rembuk pekon dalam tiap-tiap wilayah dengan adanya pengawas dari pihak kepolisian yang ditunjuk untuk masing-masing wilayah tersebut guna membahas permasalahan yang terjadi di tiap pekon dan tiap dusun secara bersama-sama antara pihak kepolisian, kepala dusun, kepala pekon, dan serta tokoh-tokoh masyarakat lainnya. Upaya hukum preventif ini harus diutamakan karena apabila pihak kepolisian dan masyarakat telah saling bersinergi dan bekerja sama dengan baik kemungkinan besar kejahatan Penipuan Bermodus Sumbangan dapat ditanggulangi karena pengawasan terhadap kejahatan ini tidak hanya datang dari pihak kepolisian saja namun juga datang dari pihak masyarakat itu sendri untuk menjaga lingkungannya. Penulis beranggapan dalam upaya preventif dan pre-emtif itu adalah bagaimana kita melakukan suatu usaha yang positif, serta bagaimana kita menciptakan suatu kondisi yang seperti keadaan ekonomi, masyarakat, juga kultur yang menjadi suatu daya dinamika dalam pembangunan dan bukan sebaliknya seperti menimbulkan ketegangan- ketgangan sosial yang mendorong timbulnya perbuatan menyimpang meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat bahwa keamanan dan ketertiban merupakan tanggung jawab bersama.

  Masalah penegakan hukum merupakan masalah yang tidak pernah henti-hentinya di bicarakan. Perkataan penegakan hukum mempunyai konotasi yang artinya menegakkan, melaksanakan ketentuan-ketentuan hukum yang berlaku didalam masyarakat. sehingga dalam konteks yang lebih luas penegakan hukum merupakan kelangsungan dalam perwujudan konsep-konsep yang abstrak dan menjadi kenyataan. perlindungan hukum bagi masyarakat dari segala bentuk kejahatan yang terjadi merupakan salah satu tujuan yang diharapkan tercapai takkala penegakan hukum dilaksanakan dengan baik. namun pada adakalanya penengakan hukum tidak dapat terlaksana dengan baik, karena ada beberapa faktor penghambat tersebut. Berdasarkan menurut Soerjono Soekanto faktor-faktor penghambat yang dapat mempengaruhi pelaksaanaan upaya kepolisian dalam penegakan hukum , yaitu :

  1. Faktor hukumnya sendiri atau peraturan itu sendiri, contohnya tidak diikutinya asas-asas berlakunya undang-undang, belum adanya peraturan pelaksana yang sangat dibutuhkan untuk menerapkan undang-undang, serta kesimpang siuran di dalam

  2. Faktor penegak hukum, yaitu pihak-pihak yang membentuk maupun menerapkan hukum. Contohnya, keterbatasan kemampuan untuk menempatkan diri dalam peranan pihak lain dengan siapa dia berinteraksi, tingkat aspirasi yang relatif belum tinggi, kegairahan yang sangat terbatas untuk memikirkan masa depan, sehingga sulit sekali untuk membuat suatu proyeksi.

B. Faktor-Faktor Penghambat dalam Menanggulangi Tindak Pidana Penipuan Bermodus Sumbangan

  3. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum.

  Contohnya dapat dianut pikiran sebagai berikut: yang tidak ada, diadakan yang baru betul; yang rusak atau salah, diperbaiki atau dibetulkan; yang kurang, ditambah; serta yang macet, dilancarkan.

  4. Faktor masyarakat, yakni faktor lingkungan dimana hukum tersebut diterapkan. Contohnya, masyarakat tidak mengetahui akan adanya upaya-upaya hukum untuk melindungi kepentingan- kepentingannya; tidak berdaya untuk memanfaatkan upaya-upaya hukum karena faktor-faktor keuangan, psikis, sosial atau politik, dan lain sebagainya.

  5. Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya cipta, rasa yang didasarkan pada karya manusia didalam pergaulan hidup. Contohnya nilai ketertiban dan nilai ketentraman, nilai jasmaniah atau kebendaan dan nilai rohaniah/ keakhlakan, nilai kelanggenan /konservatisme dan nilai kebaruan/ inovatisme.

  10 Berdasarkan hasil wawancara dengan

  masing-masing responden, diketahui 10 Soerjono Soekanto. 2014. Faktor-Faktor faktor-faktor penghambat dalam penanggulangan tindak pidana penipuan bermodus sumbangan ini sebagai berikut :

  1. Faktor Hukumnya sendiri Berdasarkan hasil wawancara dengan masing-masing responden, diketahui bahwa faktor hukum bukan termasuk faktor penghambat dalam upaya kepolisian dalam penanggulangan tindak pidana penipuan bermodus sumbangan, Dapat ditarik kesimpulan bahwa Undang-Undang yang dibuat pemerintah untuk ditaati oleh masyarakat yang tujuannya adalah untuk memberi keadilan, rasa aman dan ketenangan di dalam kehidupan bermasyarakat sudah tepat hanya saja praktek dilapakan yang diputuskan belum tepat.

  2. Faktor Penegakan Hukum Keberhasilan dalam penegak hukum adalah mentalitas atau kepribadian penegak hukum. Hukum identik dengan tingkah laku nyata petugas atau penegak hukum. Peningkatan kualitas merupakan salah satu kendala yang dialami di berbagai instansi.

  Faktor ini meliputi pihak-pihak yang membentuk maupun menerapkan hukum atau law enforcement. Bagian-bagian itu law enforcement adalah aparatur penegak hukum yang mampu memberikan kepastian, keadilan, dan kemanfaat hukum secara proporsional. Aparatur penegak hukum menyangkup pengertian mengenai institusi penegak hukum dan aparat (orangnya) penegak hukum, sedangkan aparat penegak hukum dalam arti sempit dimulai dari penasehat hukum dan petugas sipir lembaga pemasyarakatan. Dapat ditarik kesimpulan bahwa Kondisi tersebut sangat mengkhawatirkan, agar perlu dibenahi karena dengan kurangnya personil merupakan kelemahan yang sangat mempengaruhi Fungsi Kepolisian Bandar Lampung dalam menjalani tugasnya.

  3. Faktor Sarana dan Prasarana Tanpa adanya sarana dan fasilitas tertentu, maka tidak mungkin penegakan hukum akan berlangsung dengan lancar. Sarana dan fasilitas yang dibutuhkan antara lain yaitu sarana akses yang memudahkan serta sumber daya manusia yang terampil dan peralatan yang memadai.

  Menurut penulis bahwa Sarana dan prasarana merupakan faktor penting kepolisian dalam menjalankan tugasnya, kurangnya sarana dan prasarana merupakan penghambat kepolisian dalam penanggulangan tindak pidana penipuan bermodus sumbangan di Kota Bandar Lampung sehingga sulit dalam menyelesaikan proses secara cepat.

  4. Faktor Masyarakat Penanggulangan tindak pidana penipuan bermodus sumbangan bukan hanya tanggungjawab aparat penegak hukum, namun menjadi tanggungjawab bersama seluruh elemen masyarakat. Karena yang menjadiobjek sasaran korban kejahatan adalah masyarakat. Faktor pengahambat dalam menanggulangi tindak pidana penipuan bermodus sumbangan ditinjau dari masyarakatnya, karena masih kurangnya dukungan dan kesadaran masih rendah. Achmad Defyudi berpendapat bahwa masyarakat kurang tanggap dalam melapor atau tidak segera melaporkan kasus yang terjadi ke kepolisian setempat.

  mempengaruhi penegakan hukum di dalam masyarakakat lebih dominan pada kurang nya kesadaran masyarakat dalam membantu proses penegakan hukum untuk itu hal yang harus kita lakukan adalah dengan cara menumbuhkan kesadaran masyarakat dalam hukum dengan melakukan sosialisasi atau penyuluhan karena jika masyarakat sadar akan hukum sudah tumbuh maka secara tidak langsung peran serta masyarakat dengan tumbuh dengan sendiri nya dan membuat tindak pidana penipuan dan tindak pidana kriminal lain nya akan semakin berkurang .

  Fungsi kebudayaan menurut Soerjono Soekanto, mengatur agar manusia dapat mengerti bagaimana seharusnya bertindak, berbuat, dan menentukan sikapnya kalau mereka berhubungan dengan orang lain. Kebudayaan adalah suatu garis pokok tentang perikelakuan yang menetapkan peraturan mengenai apa yang harus dilakukan, dan apa yang dilarang. yakni sebagai hasil karya, cipta dan rasa yang didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup. Kebiasaan dari masyarakat Indonesia yang cenderung dalam memberikan sumbangan hanya bersifat formalitas dalam rangka 11 Berdasarkan wawancara dengan AKBP

  Achmad Defyudi S.H,.M.H sebagai KABAG BIN OPSNAL Direktorat Reserse

  menggugurkan kewajibannya sehingga tidak memperdulikan keabsahan surat izin yang dimiliki si peminta sumbangan sehinggga menjadi celah bagi pelaku tindak pidana dalam menjalankan aksinya.

11 Menurut Penulis faktor yang

  Adanya sosialisasi hukum dari aparat penegak hukum itu sangat penting untuk membutuhkan budaya seta kesadaran hukum masyarakat. Kesadaran masyarakat pun merupakan salah satu faktor penghambat, karena menyebabkan ketidakpahaman dalam mengetahui apakah sumbangan itu benar-benar atau hanya bentuk penipuan yang dilakukan segelintir orang untuk mendapatkan keuntungan dari keikhlasan seseorang dalam memberikan sumbangan, sehingga masyarakat sering terperdaya oleh orang yang mengaku-ngaku adalah panitia resmi pemungutan sumbangan, padahal dirinya telah tertipu karena rasa sosialnya. Karena biasanya masyarakat tidak mengecek kelengkapan surat-menyurat yang dibawa panitia dan pula kebanyakan dalam kasus tindak pidana bermodus sumbangan untuk meyakinkan korban seakan-akan membawa surat izin resmi, dan masyarakat pun masih banyak yang belum mengerti apakah surat-surat itu asli atau palsu.

5. Faktor Budaya

  Budaya masyarakat yang permisif merupakan suatu faktor utama lemahnya penanggulangan tindak pidana oleh pihak yang berwajib. Adat ketimuran yang selalu memiliki tenggang adalah salah satu faktor utama yang terjadi di tengah-tengah masyarakat.

III. PENUTUP

A. Simpulan

  Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

  1. Upaya kepolisian dalam menanggulangi Tindak Pidana Penipuan Bermodus Sumbangan (Study di Wilayah Polda Lampung) yaitu: a.

  Upaya penal, upaya ini dilakukan setelah kejahatan terjadi yaitu menindak dan memberantas penipuan bermodus sumbangan melalui jalur hukum atau aparat keamanan yang dibantu oleh penegak hukum atau aparat keamanan yang dibantu oleh masyarakat. Tindakan yang dilakukan menggunakan upaya represif, yaitu dengan mengoptimalkan upaya penindakan serta menghimpun bukti-bukti guna menindak secara hukum pelaku kejahatan tersebut dengan pemberian sanksi tegas dan berefek jera seperti yang telah diuraikan dalam Kitab Undang Undang Hukum Pidana (KUHP) pada

  Bab XXV Pasal 378 yaitu Penipuan.

  b.

  Upaya Non Penal yaitu penanggulangan kejahatan secara preventif yang dilakukan untuk mencegah terjadinya atau timbulnya kejahatan yang pertama kali. Upaya ini meliputi tindakan Patroli yaitu tindakan pendeteksian, penindakan atau represif, dialogis. Upaya pre- emtif adalah penanganan kasus dengan cara pencegahan yang penyuluhan dan pemberian spanduk mengenai bahayanya penipuan. Upaya preventif melalui beberapa faktor seperti faktor penegak hukum dengan berkoodinasi bersama Polda Lampung untuk melaksanakan patroli dan razia. Selanjutnya faktor masyarakat yaitu dengan melakukan pendekatan dengan masyarakat dan polisi seperti rembuk pekon untuk menciptakan keamanan dan ketertiban di Kota Bandar Lampug.

  2. Faktor-Faktor Penghambat dalam Menanggulangi Tindak Pidana Penipuan Bermodus Sumbangan: a.

  Faktor Hukumnya Sendiri Faktor hukum bukan termasuk faktor penghambat dalam upaya kepolisian dalam penanggulangan tindak pidana penipuan bermodus sumbangan, hukum telah dibuat sesuai dengan peraturan di masyarakat yang tujuannya untuk melindungi masyarakat dan untuk menegakkan keadilan b. Faktor Penegakan Hukum

  Kurangnya personil polri merupakan salah satu faktor penghambat penanggulangan tindak pidana penipuan bermodus sumbangan, sehingga penanganan dalam suatu perkara dianggap lambat dan kurang memuaskan.

  c.

  Faktor Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana merupakan faktor penting kepolisian dalam menjalankan tugasnya, kurangnya sarana dan prasarana merupakan penghambat kepolisian dalam penanggulangan tindak pidana di Kota Bandar Lampung sehingga sulit dalam menyelesaikan proses secara cepat.

  d.

  Faktor Masyarakat Faktor pengahambat dalam menanggulangi tindak pidana penipuan bermodus sumbangan ditinjau dari masyarakatnya, karena masih kurangnya dukungan dan kesadaran masyarakat yang begitu lemah dan masih rendah.

DAFTAR PUSTAKA

  Faktor Kebudayaan Kebiasaan dari masyarakat Indonesia yang cenderung dalam memberikan sumbangan hanya bersifat formalitas dalam rangka menggugurkan kewajibannya dan budaya masyarakat yang permisif merupakan suatu faktor utama lemahnya penanggulangan tindak pidana oleh pihak yang berwajib. Adat ketimuran yang selalu memiliki tenggang adalah salah satu faktor utama yang terjadi di tengah-tengah masyarakat.

  Perlunya kerjasama antara masyarakat dengan Aparat penegak Hukum dalam mengatasi tindak pidana penipuan bermodus sumbangan, maka di harapkan masyarakat berperan aktif dalam penanggulangan tindak pidana penipuan ini agar pelaku tindak pidana penipuan di Indonesia berkurang karena tanpa peran masyarakat kepolisian akan sulit dalam memberantas tindak penipuan ini.

  Bandung. C.V. Mander Maju.

  Hukum Pidana Indonesia .

  Wiyanto, Roni. 2012. Asas-Asas

  Indonesia . Jakarta. Balai Pustaka.

  Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Kamus Besar Bahasa

  Utama Raharja. Tim Penyusun Kamus Pusat

  Penanggulangan Kejahatan Edisi Revisi. Aura CV. Anugrah

  Rajawali Pers. Sunarto. 2016. Keterpaduan Dalam

  Faktor yang mempengaruhi penegakan Hukum. Jakarta.

  e.

  Sianturi, S.R. 1983. Tindak Pidana di KUHP Berikut Uraiannya .

  Hukum Pidana . Jakarta. Rineka Cipta.

  Hamzah, Andi. 1991. Asas-Asas

  Dalam KUHP. Bandar Lampung. Universitas Lampung.

  Andrisman, Tri. 2011. Delik Tertentu

B. Saran 1.

  2. Perlu sering diadakan sosialisasi dan penyuluhan kepada penipuan, di zaman sekarang banyak oknum-oknum nakal memanfatkan sesuatu untuk mengelabui masyarakat yang minim pengetahuannya, khususnya untuk masyarakat provinsi Bandar Lampung agar mengubah pola pikir mereka dari yang pasif menjadi aktif dalam memberantas tindak penipuan ini.

  Jakarta. Gunung Mulia. Soekanto, Soerjono. 2014. Faktor-