Gigitiruan dibuat

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Gigitiruan dibuat tidak hanya sekedar mengganti gigi yang hilang saja tetapi
harus mampu memenuhi syarat-syarat keberhasilan sebuah gigitiruan serta mampu
mempertahankan kesehatan jaringan mulut yang masih tinggal. Sebuah gigitiruan
yang baik dan memuaskan adalah gigitiruan yang dapat memperbaiki fungsi
pengunyahan, memperbaiki fungsi estetik dan fonetik.
Kebutuhan penggunaan gigitiruan meningkat pada kelompok usia lanjut
karena mengalami perubahan-perubahan fisiologis dalam rongga mulut nya termasuk
kehilangan gigi. Usia lanjut yang biasa dikenal sebagai istilah lansia merupakan
tahap akhir siklus kehidupan dari perkembangan normal yang dialami dan tidak
dapat dihindari oleh setiap individu. Salah satu contohnya adalah kasus kehilangan
gigi karena perubahan kondisi fisik pada rongga mulut. Lansia rata-rata kehilangan
gigi 10 sampai 20 buah, banyaknya jumlah pasien lansia yang tidak mempunyai gigi
menyebabkan perawatan gigi diutamakan pada perawatan prostodontik. Resorbsi
tulang alveolar merupakan masalah yang sering terjadi pada rahang tanpa gigi, baik
pada rahang bawah maupun rahang atas. Resorbsi tulang alveolar dapat terjadi secara
fisiologik dan patologik.
Diduga lamanya tekanan yang terjadi pada permukaan tulang akan

berpengaruh pula pada respon yang akan timbul di jaringan tulang yang
bersangkutan. Resorbsi tulang alveolar sering ditemukan pada pasien yang sudah
lama kehilangan gigi sehingga mengakibatkan linggir alveolar menjadi datar atau
jaringan lunak sekitarnya yang flabby. Dengan begitu akan mengakibatkan gangguan
kenyamanan secara psikologik, fisiologik dan lama waktu pemakaian gigitiruan.1
Resorpsi ridge yang parah disertai flabby mukosa terkadang memberikan
tantangan yang besar bagi prostodontis untuk perawatan gigitiruan lengkap yang

1

secara fungsional dapat diterima dan menyebabkan trauma minimal pada jaringan.
Selama bertahun-tahun, dokter gigi telah menyarankan pasien dengan rasa sakit pada
mulut mereka untuk melepaskan gigitiruannya dan memakainya kembali apabila
jaringan yang teriritasi telah sembuh atau kondisi telah dirasa nyaman.2
Menurut Lythe, tulang alveolar teresopsi di bawah area tertentu akibat
tekanan berlebihan dari gigitiruan sehingga hal tersebut akan memicu terbentuknya
tulang baru di area yang sama dan oleh karena itu diperlukan pembuatan gigitiruan
baru yang sesuai dengan kondisi terkini. Gigitiruan yang didukung dengan liquid
dapat menjadi suatu solusi permanen bagi pasien edentolous yang disertai diabetes,
serostomia, atrofi ridge, iritasi mukosa, flabby ridge atau gigitiruan dengan

kesesuaian yang buruk. Artikel ini melaporkan keberhasilan penanganan klinis atrofi
flabby ridge menggunakan gigitiruan yang didukung oleh liquid.2
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah untuk
memberikan pengetahuan mengenai Penanganan Klinis Atrofi Flabby Ridge dengan
Liquid sebagai dukungan protesa.

2

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Atrofi Flabby Ridge
2.1.1 Definisi
Atrofi adalah pengecilan atau penyusutan jaringan otot atau jaringan saraf.
Jaringan Flabby merupakan respon dari jaringan ikat yang mengalami hiperlplasia
yang awalnya diakibatkan oleh trauma atau luka yang tidak dapat ditoleransi pada
residual ridge. Makin tebal jaringan hiperplastik yang terbentuk, makin besar pula
derajat flabby mukosa.3 Flabby Ridge adalah kondisi jangan lunak yang berlebih
diatas alveolar ridge dan sering terdapat pada anterior superior karena masih adanya

gigi anterior pada mandibula. Alveolar telah mengalami resorbsi yang banyak, dan
digantikan oleh jaringan fibrous, yang juga bisa bersifat hypermobile tissue. Hal ini
mengakibatkan hasil akhir pembuatan prothesa stabilitas dan fungsi fisiologisnya
akan berkurang. Pada kasus yang ekstrim hampir seluruh alveolar ridge mengalami
perubahan. 4
Ridge Alveolar dapat bergerak dan sangat tahan terhadap penggantian tulang
melalui jaringan fibrosa. Flabby Ridge paling sering terlihat di bagian anterior
rahang atas yang berlawanan dengan gigi anterior asli mandibula. histopatologi
menunjukkan tanda fibrosis, inflamasi dan resorpsi dari tulang yang mendasarinya.
Flabby ridge memberikan dukungan yang buruk untuk gigi tiruannya. Oleh karena
itu, harus diangkat melalui pembedahan. Jika ada atrofi ridge yang ekstrim,
penghilangan ridge keseluruhan akan menghilangkan vestibulum. Oleh karena itu,
dalam kasus seperti itu disarankan untuk melestarikan jaringan karena Ridge yang
kuat dapat membantu memberikan beberapa retensi untuk gigi tiruan.5
2.1.2

Etiologi Flabby Ridge1
Menurut Boucher (1994) etiologi dari Flabby Ridge adalah multifaktorial,

yang diikuti dengan faktor-faktor pendukung yang penting yaitu:


3

a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

Perubahan pada soket tulang alveolar pasca pencabutan.
Trauma dari pemakaian gigitiruan.
Penurunan sisa alveolar secara bertahap.
Perubahan dalam profil jaringan lunak dan fungsi sendi temporomandibula.
Perubahan dalam perbandingan relatif dari kedua rahang.
Kebiasaan-kebiasaan dan lamanya pemakaian gigitiruan.
Berbagai macam tekanan yang menyimpang, yang jatuh pada jaringan
pendukung adalah penyebab yang utama (contohnya gigi asli anterior rahang
bawah


berlawanan

dengan

gigitiruan

rahang

atas),

terutama

pula

parafungsional yang dilakukan oleh mandibula.
h. Tekanan-tekanan yang berlebihan pada segmen tertentu dari lengkung gigi
disebabkan karena tidak adanya keseimbangan kontak dalam posisi eksentrik
2.1.3


rahang.
Perawatan Atrofi Flabby Ridge
Perawatan lingir flabby agak kontroversial, namun dapat digolongkan dalam

tiga pendapat. Pendapat pertama mengatakan bahwa lebih baik jaringan fibrosa
diambil secara bedah pada setiap kasus, bila kesehatan pasien memungkinkan,
pendapat kedua prostetik dengan retainer implant, dan pendapat ketiga adalah
penanganan konvensional, dianggap bahwa tindakan bedah hendaknya sejauh
mungkin dihindari karena jaringan fibrosa dapat berfungsi sebagai bantalan yang
mengurangi trauma pada jaringan tulang di bawahnya. Bila jaringan lunak diambil,
harus diganti dengan bahan basis gigitiruan yang lebih tebal dan berat, selain itu
sulkusnya menjadi makin dangkal.6
a. Pembedahan
Pembedahan dilakukan pada pasien dengan lingir flabby yang sudah sangat
ekstrim. Mengurangi lingir yang atrofi dengan pembedahan menyebabkan lingir
yang rendah dan datar atau lingir yang tajam dengan lapisan mukosa yang tipis.
Jaringan yang diperoleh kurang memberikan bentuk yang menguntungkan kecuali
kalau dilakukan vestibuloplasty dahulu untuk memperluas sulkus. Sebab tindakan
bedah sering mengakibatkan hilangnya sulkus labialis.1,
b. Teknik Pencetakan


4

Menurut Boucher (1994) hampir semua kasus flabby tissue dapat dibuatkan
gigitiruan dengan baik tanpa tindakan bedah. Faktor yang perlu diperhatikan dalam
pembuatan gigitiruan lengkap pada penderita dengan linggir flabby antara lain yaitu
teknik pencetakan. Tujuan utama pencetakan ialah untuk memperoleh retensi,
kestabilan dan dukungan bagi gigitiruan yang berguna untuk menjaga kesehatan
jaringan di dalam rongga mulut.
Masalah dalam mencetak pasien tidak bergigi umumnya dan pasien dengan
jaringan flabby khususnya selain terletak pada teknik mencetak juga terletak pada
konstruksi sendok cetak dan bahan cetak. Apapun jenis cetakan yang akan dibuat,
sendok cetak merupakan bagian terpenting dari prosedur pembuatan cetakan. Sendok
cetak tidak boleh menyebabkan distorsi atau perubahan bentuk pada jaringan dan
struktur yang harus berkontak dengan tepi-tepi serta permukaan poles gigitiruan.
Pada kasus lingir flabby memerlukan modifikasi yang cukup sederhana pada
desain sendok cetak yang memungkinkan operator untuk mendapatkan retensi dan
stabilisasi yang cukup pada landasan gigitiruan yang berlawanan dengan gaya tilting
yang meningkat akibat jaringan yang mudah bergerak ini.
Teknik Pencetakan Menurut Kawabe:1,6

Teknik cetakan menurut Kawabe dibagi atas 2 tahap yaitu:
1. Teknik pencetakan anatomis atau preliminary impression.
Pada pencetakan anatomis linggir flabby tissue dibuat dengan menggunakan
teknik yang bersifat mukostatis atau non pressure impression. Bentuk dan ukuran
sendok cetak yang digunakan adalah sendok cetak yang berukuran tidak terlalu besar
( tidak sama dengan sendok cetak untuk rahang yang edentulous), dengan dua
ketebalan lilin sebagai tissue stop yang terletak pada sendok cetak untuk
mendapatkan kestabilan.
Bahan cetak alginat diletakkan menyeluruh mencakup labiolingual lingir flabby,
dan sendok cetak beserta alginat tersebut diletakkan pada lingir dengan hati-hati.
Terbentuklah cetakan yang bersifat mukostatik dan digunakan sebagai model studi.

5

Pencetakan dipakai teknik mencetak mukostatik yaitu teknik yang tidak
mengubah bentuk jaringan. Sebab bila menggunakan teknik mukopressure dapat
terjadi distorsi pada jaringan fibrosa saat dicetak, sehingga gigitiruan hanya akan
cekat bila ada tekanan oklusal.

Gambar 2.1 (a) Dibawah tekanan oklusal, gigi

tiruan atas terletak pas dan prosesus Alveolaris
daerah anterior yang kenyal dalam keadaan
tertekan (b) Saat gigi-gigi tidak berkontak,
jaringan yang kenyal kembali kebentuk Semula
dan mendorong gigitiruan ke bawah.

Saat gigi tidak berkontak, sifat elastis dari jaringan yang tertekan akan menekan
gigitiruan ke bawah dan menyebabkan hilangnya retensi. Tambahan, bila tekanan
oklusi

yang

terputus-putus

(intermitten)

menimbulkan

efek


pompa

yang

menimbulkan trauma pada jaringan.
Jika gigitiruan dibuat di atas model hasil cetakan mukostatik dari prosesus
alveolaris yang kenyal dalam keadaan istirahat, maka gigitiruan akan tetap berkontak
dengan jaringan saat gigi tidak dalam keadaan oklusi. Dengan demikian retensi pada
kasus tersebut akan optimal. Dukungan terutama akan diperoleh dari palatum durum
dan daerah keras lainnya, dan bukan dari jaringan yang kenyal.
2. Teknik pencetakan fisiologis atau secondary impression.
Pada pencetakan fisiologis ini menggunakan teknik selective pressure impression.
Model studi yang dibuat dengan teknik pencetakan mukostatik tadi, daerah lingir
flabby ditutupi dengan tiga lapis landasan lilin. Sendok cetak yang mengenai lingir
yang flabby dibuat lubang-lubang agar bahan cetak yang berlebihan dapat mengalir
keluar dengan bebas. Dimana sendok cetak dapat menutupi daerah mukosa yang

6

stabil. Bahan cetak silicone rubber disemprotkan menyeluruh pada labiolingual lingir

flabby, kemudian sendok cetak dengan bahan cetak silicone rubber diletakkan
perlahan-lahan pada lingir flabby dan tekanan hanya diaplikasikan pada daerah yang
stabil juga sekalian membentuk cetakan fungsional yaitu menekan hanya pada bagian
posterior juga membentuk border molding.
Prosedur ini memungkinkan untuk membuat keduanya yaitu cetakan yang
bersifat mukostatik untuk lingir yang flabby dan cetakan yang mengunakan tekanan
untuk mukosa yang stabil. Teknik pencetakan ini memungkinkan untuk mendapatkan
retensi yang baik pada gigitiruan.
2.2 Liquid sebagai dukungan Protesa
Gigitiruan yang di dukung dengan liquid didasarkan pada teori bahwa ketika
gaya yang diterapkan pada gigitiruan tidak ada, basisnya diasumsikan belum
terbentuk

selama pemrosesan. Tapi di bawah beban pengunyahan, basis

menyesuaikan dengan bentuk modifikasi mukosa karena hidrodinamika liquid
meningkatkan dukungan, retensi dan stabilitas. Juga akan ada distribusi tekanan
optimal kekuatan mastikasi di area yang lebih besar yang mengurangi kelebihan
jaringan.7
Indikasi:
a. Untuk rahang atas dan rahang bawah.
b. Jaringan yang mengalami inflamasi atau flabby.
c. Lesi Vesiculobullous seperti pemfigus, pemfigoid, eritema multiforme, OLP,
dll.
d. Pasien dengan kelainan sistemik seperti diabetes mellitus.
Tindakan pencegahan:
a. Ketebalan basis gigitiruan minimal harus 2mm.
b. Seal harus sempurna dan harus diperiksa mikroleakage.
c. Instruksi perawatan gigitiruan harus diberikan kepada pasien.
Pasien diminta membersihkan permukaan jaringan dengan menggunakan kain
lembut atau katun. Pasien dipanggil kembali setelah 24 jam, 1 minggu, dan 3

7

minggu untuk follow up. Meskipun tidak perlu mengganti gliserin dari
gigitiruan tetapi kita bisa mengisi ulang gigitiruan jika ada kebocoran.
d. Jika terjadi kebocoran, pasien harus memberitahukan ke dokter gigi dan
gigitiruan harus diisi ulang.
Keuntungan:
a. Pelestarian residual ridge dengan distribusi kekuatan mastikasi yang optimal
di atas luas permukaan yang lebih luas.
b. Retensi, stabilitas, dukungan dan kenyamanan yang lebih baik karena
adaptasi yang erat.
c. Tekanan atmosfer,

adhesi,

kohesi

dan

interlocking

mekanis

yang

dioptimalkan di undercut.
d. Peningkatan toleransi pasien karena kenyamanan yang lebih baik karena
permukaan yang fleksibel.
e. Higienis dan meningkatkan penampilan gigitiruan.
f. Melindungi mukosa dari iritasi bakteri atau biokimia.
g. Mencegah rasa sakit kronis yang terjadi dari permukaan gigitiruan yang kaku
seperti cyanoacrylate
h.

yang umum digunakan sebagai pelindung yang

menutupi ulkus.
Memiliki efek cushioning/bantalan.7

Untuk bantalan liquid, menggunakan gliserin karena jelas, tidak berwarna, dan
tidak berbau dengan sifat farmasi yang baik. Ini memiliki stabilitas termal yang baik,
kekuatan air, dan tegangan permukaan rendah, tekanan uap rendah. Selanjutnya, ia
bertindak sebagai penghantar dan pelarut, agen pemanis, pengawet dalam beberapa
obat cair sehingga telah terbukti aman secara in vivo . Untuk mencegah liquid dari
kebocoran, foil padat harus digunakan. Masalah yang dihadapi dalam fabrikasi
gigitiruan lengkap adalah kesulitan dalam mencapai seal yang lengkap pada lapisan
polietilen dan basis gigitiruan. Kelemahan utama dari Gigitiruan yang didukung
liquid adalah prosedur relining, yaitu Tidak mungkin dengan gigitiruan yang
didukung dengan liquid.2,8

8

BAB III
LAPORAN KASUS

Pasien wanita berusia sekitar 58 tahun dirujuk ke Departemen Prostodontik
Mahkota, Jembatan dan Implantologi Rumah Sakit Umum Gigi Mulut Jodhpur
disertai edentolous penuh dan atrofi residual ridge di mandibula (Gambar 1),
gigitiruan dengan dukungan liquid direncanakan di lengkung maksila untuk distribusi
beban dan gigitiruan resin akrilik konvensional untuk lengkung mandibula. Cetakan
pendahuluan lengkung maksila dan mandibula dibuat menggunakan alginat dan
cetakan dituang dengan dental plaster, maka cetakan pendahuluan pun diperoleh.
Setelah itu dilakukan border molding menggunakan low fusing compound (Green
Stick Compound) dan cetakan fisiologis (akhir) menggunakan pasta cetak zink
oksida eugenol untuk lengkung maksila (Gambar 2). Sendok cetak individual
dipotong dari regio anterior dan disesuaikan di dalam mulut pasien (Gambar 3).
Kemudian tempatkan sendok cetak individual di dalam mulut pasien dan cetak
flabby ridge menggunakan light body (Gambar 4). Untuk lengkung mandibula,
cetakan akhir dilakukan dengan bantuan teknik macord (Gambar 5). Relasi rahang
dicatat dan tranfer face bow dilakukan pada artikulator (Wide Vue Hanau) (Gambar
6), kemudian dilanjutkan dengan pengaturan ulang gigi geligi (Gambar 7).

Gambar 3.1 Lengkung maksila dan mandibula

9

Gambar 3.2 Cetakan fisiologis

Gambar 3/4 Mencetak flabby ridge
menggunakan light body

Gambar 3.3 Sendok cetak individual yang
dipotong dari regio anterior dan dicek di dalam
mulut pasien

Gambar 3.5 Cetaka akhir dengan bantuan
teknik marcod utnuk lengkung mandibula

Gambar 3.6 Transfer face bow

10

Gambar 3.7 Pengaturan ulang gigi geligi

Pembuatan gigitiruan jenis ini terdiri dari dua tahap prosedur laboratorium,
pada tahap pertama dilakukan dengan polietilen fleksibel sebanyak 1 mm saat
packing dan di tahap kedua lapisan polietilen kemudian dilepas dan polietilen
fleksibel baru diadaptasikan pada permukaan jaringan dari gigitiruan sebanyak 0.5
mm. Perbedaan kedua ketebalan tersebut akan membetukan ruang yang akan diisi
oleh liquid pada protesa.

Polietilen fleksibel lunak dengan ketebalan 1 mm dibutuhkan saat packing
pada gigitiruan maksila dengan border yang telah dipotong sebanyak 1-2 mm.
Lapisan ini akan berada di atas model dengan bantuan mesin vakum (Gambar 8).
Sekarang bahan heat cure telah dipack dan dicuring dengan (TRAVELOM).
Gigitiruan kemudian dihaluskan, dipolish dan diinsersikan ke dalam mulut pasien
untuk mengecek retensi, stabilitas, dukungan dan perpanjangan border. Pasien
diminta untuk menggunakan gigitiruan tersebut selama 1-2 minggu sampai pasien
mendapatkan gigitiruan yang baru.

11

Gambar 3.8 Penempatan lapisan polietilen fleksibel saat packing
Gigitiruan maksila sekarang telah siap untuk diubah menjadi gigitiruan yang
didukung dengan liquid. Cetakan putty (polivinil siloksan) pada permukaan jaringan
dari gigitiruan maksila diperoleh untuk mendapatkan hubungan dari lapisan
sementara dan basis resin gigitiruan. Cetakan dental stone dituang, dan cetakan
positif diperoleh. Lapisan polietilen baru dengan ketebalan 0.5 mm diadaptasikan ke
model positif ini, lalu, divakum (bioart) dan dipotong sesuai bentuk yang diinginkan
untuk diperoleh basis gigitiruan yang baik. Perbedaan ketebalan dari dua lapisan
tersebut kemudian diisi dengan liquid pada gigitiruan akhir. Sekarang lapisan
polietilen sementara dihilangkan dan digantikan dengan lapisan polietilen permanen
dengan ketebalan 0,5 mm (Gambar 9,10). Satu lubang dibuat di sisi bukal gigitiruan
pada regio molar (Gambar 11). Lapisan polietilen permanen kemudian digabungkan
dengan basis gigitiruan menggunakan adhesi sianoakrilat. Penutupan diperiksa
dengan seksama, dan ditutup ulang (dilapisi ulang) hingga diperoleh penutupan yang
sempurna. Liquid kental misalnya: gliserin dimasukkan melalui cekungan yang telah
dibuat (Gambar 12) dan dimensi vertikal oklusal disesuaikan di dalam mulut pasien
(Gambar 13) kemudian lubang ditutup dengan resin akrilik cool cured (Gambar 14).

12

Gambar 3.9 Menghilangkan lapisan polietilen fleksibel

Gambar 3.10 Penempatan lapisan polietilen fleksibel permanen

Gambar 3.11 Satu lubang dibuat di sisi bukal pada regio molar

13

Gambar 3.12 Gliserin kemudian dialirakan melalui lubang yang telah dibuat

Gambar 3.13 Tampak depan

Gambar 3.14 Lubang kemudian ditutup dengan resin akrilik cool cured

14

BAB IV
PEMBAHASAN

Konsep gigitiruan yang didukung dengan liquid sama dengan konsep kasur
air yang digunakan untuk perawatan cedera olahraga pada pasien yang diharuskan
beristirahat di tempat tidur. Gigitiruan jenis ini memiliki distribusi tekanan yang
optimal selama fungsi mastikasi. Basis gigitiruan diselimuti dengan bentuk tertentu,
sangat erat, dibungkus dengan sebuah lapisan tipis liquid (Gambar 4.1). Desain ini
akan berperan sebagai reline berkelanjutan untuk gigitiruan sehingga memiliki
manfaat yang lebih dibandingkan desain gigitiruan yang ada. Jenis desain ini
membantu untuk meningkatkan retensi karena adaptasinya rapat pada basis gigitiruan
dengan permukaan mukosa di bawahnya. Ketika beban mastikasi diaplikasikan,
lapisan ini dapat beradaptasi untuk memodifikasi bentuk mukosa karena plastisitas
hidrodinamik dari liquid pendukung di bawah lapisan. Situasi ini berperan sebagai
suatu pelapis lunak. Ketika berbagai jenis tekanan mastikasi tidak diaplikasikan,
maka lapisan ini akan beradaptasi dengan jaringan ke posisi normalnya. Jenis aksi
lapisan ini akan mempertahankana adaptasi yang rapat dari basis gigitiruan dengan
jaringan yang dapat membantu untuk menambah retensi.

Gambar 4.1 Disribusi tekanan multiarah melalui liquid
Gigitiruan yang didukung dengan liquid mereduksi tekanan lokal dari
jaringan pendukung, yang berarti bahwa gigitiruan ini mendistribusikan tekanan
vertikal ke semua arah di bawah basis gigitiruan. Manfaat lain dari gigitiruan ini
yaitu mereduksi atau meminimalkan kontaminasi berbagai mikroorganisme. Hal ini

15

berarti bahwa dapat memproteksi mukosa dari berbagai infeksi bakteri atau fungi.
Lapisan polivinil siloksan dan gliserin digunakan yang digunakan pada gigitiruan
jenis ini sifatnya biokompatibel dan tidak mengiritasi jaringan.

16

BAB V
PENUTUP

Gigitiruan yang didukung dengan liquid memberikan hasil yang lebih baik
jika dibandingkan dengan gigitiruan resin akrilik konvensional karena gigitiruan
yang didukung dengan liquid memberikan stabilitas retensi lebih baik dikarenakan
adaptasi yang dapat dipertahankan serapat mungkin dengan mukosa di bawah beban
atau dudukan dan gigitiruan jenis ini memberikan pemeliharaan yang lebih baik pada
ridge alveolar residual yang ada karena mendistribusikan tekanan yang sama di
seluruh area. Gigitiruan ini juga memberikan hasil yang lebih baik pada ridge yang
flabby dan terinflamasi.

17

DAFTAR PUSTAKA

1. Damayanti S. Perawatan Pasien Lansia dengan Flat Ridge/Flabby Tissue. Bagian

Prostodonsia

FKG

Unpad.

2009.

Tersedia

pada

https://id.scribd.com/doc/94184218/.
2. Sharma R, Singh V, Jain S, Parekh N. Successful Clinical Management of
Atrophic Flabby Ridge with Liquid Supported Prosthesis: A Case Report. Journal
of Research in Dentistry 4(5):157-160. 2017
3. Shrivastava R, Deogade S, Mantri S. Liquid-supported denture- a boon to flabby
ridges.

Annals

of

Prosthodontics

&

Restorative

Dentistry,

January-

March:3(1):38-41 38. 2017
4. Rupal S, Hardik P, Preeti K, et.al. Innovative Approach – Liquid Supported
Denture: A Case Report. Sch. J. App. Med. Sci ; 2(5E):1835-1838. 2014
5. Nallaswamy D, Ramalingam K, Bhat V. Textbook Of Prosthodontic. Jaypee
Brothers Medical Publishers (P) Ltd. 2003
6. Nurtani MM, Machmud E, Arief MS. Teknik pencetakan lingir datar dan
pencetakan jaringan flabby menurut metode Kawabe: tinjauan pustaka. Bagian
Prostodonsi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin
7. Shah DS, Nebhani AN,Vaishnav KC, et.al. Going Beyond the Conventional
Approach - Liquid Supported Denture: A Case Report. Adv Hum Biol; 3(3):6064. 2013
8. Jain A, Puranik S, Jagadeesh MS. Liquid-Supported Dentures: A Soft Option:A

Case Report. Hindawi Publishing Corporation, Case Reports in Dentistry,
Volume: 2013

18