ANALISIS TINGKAT PEMAHAMAN MAHASISWA TERHADAP PENULISAN SOKUON PADA KOSAKATA GAIRAIGO YANG DIAMBIL DARI BAHASA INGGRIS.

(1)

ANALISIS TINGKAT PEMAHAMAN MAHASISWA TERHADAP PENULISAN SOKUON PADA KOSAKATA GAIRAIGO YANG DIAMBIL

DARI BAHASA INGGRIS

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Bahasa Jepang

oleh

Ratna Luthfiyanti NIM 1005702

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA JEPANG FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI


(2)

ANALISIS TINGKAT PEMAHAMAN MAHASISWA TERHADAP PENULISAN SOKUON PADA KOSAKATA GAIRAIGO YANG DIAMBIL

DARI BAHASA INGGRIS

oleh Ratna Luthfiyanti

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Bahasa Jepang

© Ratna Luthfiyanti Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebgaian, dengan dicetak ulang, difotocopi, atau cara lainnya tanpa izin dari penulis.


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

ANALISIS TINGKAT PEMAHAMAN MAHASISWA TERHADAP PENULISAN SOKUON PADA KOSAKATA GAIRAIGO YANG DIAMBIL

DARI BAHASA INGGRIS

Ratna Luthfiyanti

1005702

Disetujui dan disahkan oleh: Pembimbing I

Linna Meilia Rasiban, M.Pd. NIP. 198005072008012010

Pembimbing II

Susi Widianti, M.Pd., M.A. NIP. 197312032003122001

Mengetahui,


(4)

ANALISIS TINGKAT PEMAHAMAN MAHASISWA TERHADAP PENULISAN SOKUON PADA KOSAKATA GAIRAIGO YANG DIAMBIL

DARI BAHASA INGGRIS

Ratna Luthfiyanti NIM : 1005702 ABSTRAK

Penelitian ini merupakan penelitian yang membahasa tentang analisis tingkat pemahaman penulisan sokuon pada kosakata gairaigo, khususnya gairaigo yang diambil dari bahasa Inggris. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui sejauh mana tingkat pemahaman mahasiswa dan faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya kesulitan dalam penulisan sokuon pada kosakata gairaigo yang dilakukan oleh mahasiswa tingkat I, II dan III JPBJ FPBS UPI. Penelitian ini hanya ingin meneliti tingkat pemahaman mahasiswa tingkat I, II dan III Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang FPBS UPI tahun ajaran 2013/2014. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Untuk memperoleh data, instrumen yang digunakan berupa tes objektif dan angket. Sampel penelitian ini adalah mahasiswa semester tingkat I, II dan III Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang FPBS UPI yang berjumlah 30 orang.

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa tingkat pemahaman mahasiswa tingkat I, II dan III Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang FPBS UPI tahun ajaran 2013/2014 dikategorikan pada tingkat sangat buruk dengan persentase 32,25%. Sesuai teori yang dikemukakan oleh Suhendra (1998, hlm. 51) “...bahasa Jepang pemilihan segmen suku kata tampak lebih transparan, tetapi bagi bahasa-bahasa yang menggunakan sistem alfabet pemenggalan suku kata sering menjadi masalah.” Dilihat dari teori segmen suku kata tersebut mempengaruhi perubahan bunyi dari bahasa Inggris ke dalam bahasa Jepang. Sehingga dengan peraturan-peraturan penulisan kosakata gairaigo yang ada mahasiswa banyak mengalami kesulitan dalam pelafalannya oleh karena itu berpengaruh pada terjadinya kesalahan dalam penulisannya.

Faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya kesulitan dalam penulisan sokuon pada kosakata gairaigo yang dilakukan oleh mahasiswa tingkat I, II dan III JPBJ FPBS UPI adalah 1) pelafalan yang belum benar, 2) dipengaruhi oleh bahasa ibu, 3) dipengaruhi oleh bahasa serapan itu sendiri, serta didukung oleh data angket yg telah terkumpul bahwa responden tidak mengatahui kosakata gairaigo, tidak mengetahui aturan penulisan kosakata gairaigo dan tidak mengetahui pelafalan kosakata bahasa Inggris yang tepat sehingga terjadi kesalahan pada penulisan kosakata gairaigo.


(5)

ANALYSIS OF UNDERSTANDING OF STUDENT WRITING ON VOCABULARY SOKUON GAIRAIGO TAKEN FROM ENGLISH

Ratna Luthfiyanti NIM: 1005702 ABSTRACT

This study discusses a research on the analysis of the level of understanding of the vocabulary gairaigo sokuon writing, especially gairaigo taken from English. The purpose of this study was to determine the extent of students 'understanding and what factors cause difficulty in writing gairaigo sokuon the vocabulary of students' levels I, II and III JPBJ FPBS UPI. This study only want to examine the level of student comprehension levels I, II and III of the Department of Japanese Language Education 2013/2014 school year FPBS UPI.

The method used in this research is descriptive method. To obtain the data, the instrument used in the form of objective tests and questionnaires. The sample of this study is the semester students level I, II and III of the Department of Japanese Language Education FPBS UPI totaling 30 people.

Based on the results of this research is that the level of student comprehension levels I, II and III of the Department of Japanese Language Education FPBS UPI 2013/2014 zoned school year at a rate very poorly with the percentage of 32.25%. According to the theory proposed by Suhendra (1998, p. 51) "... the selection of Japanese syllable segments appear more transparent, but for languages that use an alphabet system beheading syllables often becomes a problem." Judging from the theory of syllable segments affect the sound changes from English into Japanese. So with the rules of writing vocabulary gairaigo there are many students have difficulty in pronunciation therefore affect the occurrence of errors in writing.

The factors that cause the difficulties in writing the vocabulary gairaigo sokuon performed by student level I, II and III JPBJ FPBS UPI is 1) pronunciation is not correct, 2) is influenced by the mother tongue, 3) is influenced by the language itself uptake , and supported by questionnaire data that has been collected that the respondents did not know the vocabulary gairaigo, do not know the rules of writing gairaigo vocabulary and pronunciation vocabulary does not know proper English so that an error occurred in vocabulary writing gairaigo.


(6)

(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan dan Batasan Masalah ... 4

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

1. Tujuan Penelitian ... 5

2. Manfaat Penelitian ... 5

D. Definisi Operasional ... 6

E. Metodologi Penelitian ... 6

1. Metodologi Penelitian ... 6

2. Populasi dan Sampel ... 7

3. Instrumen Penelitian ... 7

4. Teknik Pengumpulan Data ... 7

F. Sistematika Penulisan ... 9

BAB II LANDASAN TEORITIS ... 10

A. Pengertian Gairaigo... 10

B. Karakteristik Gairaigo ... 11

C. Aturan Penulisan Gairaigo ... 12

D. Pengertian Sokuon ... 15

E. Sokuon pada Kosakata Gairaigo ... 17


(8)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 28

A. MetodePenelitian ... 28

B. Populasi dan Sampel ... 29

C. Instrumen Penelitian ... 29

D. Teknik Pengumpulan Data ... 31

1. Studi Pustaka ... 31

2. Studi Lapangan ... 32

E. Teknik Pengolahan Data ... 32

1. Pengolahan Data Tes ... 32

2. Pengolahan Data Angket ... 34

F. Prosedur Penelitian ... 35

G. Uji Validitas dan Realibilitas Soal Tes ... 35

3. Uji Validitas ... 36

4. Uji Realibilitas ... 36

BAB IV ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA ... 38

A. Analisis dan Interpretasi Hasil Data Tes ... 39

B. Analisis Hasil Data Angket ... 107

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 124

A. Kesimpulan ... 124

B. Rekomendasi... 126

DAFTAR PUSTAKA ... 129

LAMPIRAN


(9)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembelajar bahasa Jepang diharuskan mempelajari dan menguasai huruf Jepang diantaranya huruf Kana yaitu Hiragana dan Katakana. Iwabuchi (dalam Sudjianto dan Dahidi, 2004, hlm. 80-81) mengemukakan bahwa “katakana terbentuk dari coretan-coretan yang lurus (choukusenteki) sedangkan hiragana terbentuk dari garis-garis atau coretan-coretan yang melengkung”. Dari huruf-huruf yang harus dipelejari oleh pembelajar bahasa Jepang tersebut terdapat perbedaan pada penggunaan dan fungsinya. Huruf hiragana adalah huruf yang selalu dipakai dalam pembelajaran, berfungsi untuk menuliskan kosakata, partikel, verba bantu dan sebagainya.

Sedangkan huruf katakana jarang dipakai karena fungsinya berbeda dengan hiragana. Ishida, (dalam Sudjianto dan Dahidi, 2004, hlm. 83) mengemukakan bahwa

Katakana dapat dipakai untuk menuliskan kata-kata bahasa asing, kata-kata yang tergolong onomatope (termasuk bunyi/suara tiruan benda hidup atau benda mati), nama-nama binatang dan tumbuh-tumbuhan, nama diri (koyuu meishi), dan dapat dipakai pula terutama dengan maksud memberikan penekanan, menarik perhatian pembaca, atau memberikan pengartian yang khusus.

Dalam bahasa Jepang terdapat kata-kata yang yang berasal dari bahasa asing, kemudian dipakai sebagai bahasa nasional. Kata-kata itu disebut dengan istilah

Gairaigo. Tukushima Hiroshi (dalam Sudjianto dan Dahidi, 2004, hlm. 104) mengemukakan bahwa “gairaigo adalah kata-kata yang diambil dari bahasa asing yang sudah dimasukan kedalam sistem bahasa Jepang”. Karena gairaigo


(10)

merupakan kosakata serapan maka penulisannya menggunakan huruf katakana.

Gairaigo merupakan kosakata yang istimewa, meskipun berasal dari bahasa Inggris tetapi dalam pemakaiannya harus sesuai dengan aturan-aturan yang ada di dalam bahasa Jepang termasuk tatacara pengucapan dan penulisannya. Sudjianto dan Dahidi (2004, hlm. 107) menjelaskan tentang tatacara penulisan gairaigo, seperti yang ditulis dalam bukunya bahwa

Pada prinsipnya, untuk penulisan gairaigo bahasa Jepang digunakan huruf katakana dengan kaidah-kaidahnya antara lain (1) konsonan t dan ditambah vokal o, misalnya hint menjadi hinto, head menjadi heddo, (2) konsonan c, b, f, g, k, l, m, p dan s ditambah vokal u seperti mask menjadi masuku, post

menjadi posuto, milk menjadi miruku, (3) bunyi panjang ditulis dengan menggunakan tanda setrip atau garis panjang (ー), misalnya seetaa menjadi

セーター, car menjadi かー, (4) bunyi konsonan rangkap ditulis dengan menggunakan huruf tsu kecil setiap konsonan –ck pada dock menjadi ドッ . Dari sebagian aturan penulisan gairaigo jelas sekali bahwa penulisan gairaigo

memiliki pola tertentu. Dalam upaya pemahaman gairaigo itu sendiri, secara otomatis dipengaruhi oleh bahasa asal kata tersebut, pada penelitian ini dikhususkan bahasa Inggris. Miharu (dalam Rahmi, 2011, hlm. 3) “dari sekian banyak kata-kata bahasa asing yang masuk ke dalam bahasa Jepang, saat ini sekitar 80% gairaigo berasal dari bahasa Inggris”. Dengan kata lain bahasa Inggris mempunyai pengaruh yang lebih kuat dibanding bahasa lainnya seperti bahasa Perancis dan Jerman dalam kata-kata serapan pada bahasa Jepang.

Sehingga seringkali pembelajar bahasa Jepang menulis dengan penulisan yang salah, hal tersebut memicu terjadinya kesalahan-kesalahan dalam penulisannya. Seiring berjalannya pada penelitian Meilia dan Watanabe mengenai gambaran umum tentang penulisan kosakata gairaigo yang diambil dari bahasa Inggris. Penelitian tersebut dilaksanakan pada Februari 2014 dalam post test yang dilakukan pada mahasiswa tingkat I Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang FPBS UPI tahun ajaran 2013/2014, dengan soal berupa kosakata-kosakata bahasa Inggris yang ditulis kedalam katakana, hasil dari penelitian tersebut terdapat kesalahan


(11)

penulisan pada kosakata group yang seharusnya menjadi ループ ditulis ル

ップ atau ールプ.

Selain itu penulis juga melakukan penelitian terdahulu pada hari Kamis, 20 Maret 2014 mengenai penulisan kosakata gairaigo yang di ambil dari bahasa Inggris dengan katakana pada 30 mahasiswa tingkat I, II dan III Jurusan Pendidikan Bahsa Jepang FPBS UPI dengan 10 orang setiap tingkatnya. Setelah dilakukan test tersebut, hasilnya tidak ada mahasiswa yang menjawab 15 soal yang diteskan dengan benar semua, terlebih lagi terdapat butir soal yang hanya dua orang yang menjawab benar, seperti kata aksi yang dalam bahasa Inggris menjadi action seharusnya ditulis ション menjadi ッ ション atau アッ

ション, jam tangan yang dalam bahasa Inggris menjadi watch seharusnya ditulis ウ ッチ menjadi ウアチ atau ワーチャー. Adapun kesalahan lainnya yang dilakukan mahasiswa adalah menerjemahkan bahasa Indonesia ke bahasa Inggris, karena satu kata dalam bahasa Indonesia jika diterjemahkan ke bahasa Inggris dapat menjadi beberapa kata, seperti pada soal yang diteskan terdapat kata

dingin dalam bahasa Indonesia menjadi cool atau cold dalam bahasa Inggris, oleh karena itu mamasiswa masih salah dalam menulis kata tersebut dengan katakana.

Setelah menganalisis hasil penelitian terdahulu di atas kesalahan penulisan yang terjadi cenderung terdapat pada kosakata konsonan rangkap atau dalam bahasa Jepang disebut sokuon. “Sokuon dalam bahasa Jepang disebut juga

tsumaruon yaitu bunyi tertutup atau bunyi yang tersumbat.” (Sudjianto dan Dahidi 2004, hlm. 42) Kesalahan yang terjadi tersebut baik dari kata yang terdapat

sokuon ditulis menjadi tidak ada sokuon, atau kata yang tidak ada sokuon ditulis menjadi sokuon. “Pemakaian sokuon perlu diperhatikan dengan baik karena dapat membedakan arti dalam suatu kata.” (Sudjianto dan Dahidi 2004, hlm. 43). Dalam bahasa Jepang terdapat kata-kata yang sangat mirip penulisannya, apabila berbeda penulisan tentu saja akan berdeda maksud dan maknanya.


(12)

Dengan dilatar belakangi masalah di atas, penulis bermaksud melakukan penelitian tentang sokuon yang digunakan pada kosakata gairaigo, khususnya kosakata yang diserap dari bahasa Inggris melalui penulisan skripsi yang berjudul

“Analisis Tingkat Pemahaman Mahasiswa terhadap Penulisan Sokuon pada Kosakata Gairaigo yang diambil dari Bahasa Inggris”

B. Rumusan dan Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merumuskan beberapa masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana tingkat pemahaman mahasiswa tingkat I, II dan III Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang FPBS UPI tahun ajaran 2013/2014 terhadap penulisan sokuon pada kosakata gairaigo yang diambil dari bahasa Inggris?

2. Apakah mahasiswa tingkat I, II dan III Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang FPBS UPI tahun ajaran 2013/2014 mengalami kesulitan dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kesulitan dalam penulisan sokuon pada kosakata gairaigo yang diambil dari bahasa Inggris?

3. Apa solusi untuk memperbaiki kesulitan dalam penulisan sokuon pada kosakata gairaigo yang diambil dari bahasa Inggris untuk mahasiswa tingkat I, II dan III Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang FPBS UPI tahun ajaran 2013/2014?

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dirumuskan diatas, penulis membatasi permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :


(13)

1. Penelitian ini hanya meneliti penulisan sokuon pada kosakata gairaigo

dalam bahasa Jepang pada mahasiswa Pendidikan Bahasa Jepang Tingkat I, II dan III JPBJ FPBS UPI tahun ajaran 2013/2014.

2. Penelitian ini hanya meneliti gairaigo yang diambil dari bahasa Inggris dalam bahasa Jepang pada mahasiswa Pendidikan Bahasa Jepang Tingkat I, II dan III JPBJ FPBS UPI tahun ajaran 2013/2014.

3. Penelitian ini hanya ingin meneliti sejauh mana tingkat pemahaman dan kemampuan mahasiswa tingkat I, II dan III Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang FPBS UPI tahun ajaran 2013/2014 tidak bermaksud membandingkan setiap tingkatnya.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menjawab seluruh permasalahan yang telah dikemukakan di atas. Penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut : a. Untuk mengetahui tingkat pemahaman penulisan sokuon pada kosakata gairaigo yang diambil dari bahasa Inggris pada mahasiswa tingkat I, II dan III Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang FPBS UPI tahun ajaran 2013/2014.

b. Untuk mengetahui apakah mahasiswa tingkat I, II dan III Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang FPBS UPI tahun ajaran 2013/2014 mengalami kesulitan dan mengetahui faktor-faktor yang mempengruhi kesulitan dalam penulisan sokuon pada kosakata gairaigo yang diambil dari bahasa Inggris.

c. Mencari solusi yang tepat untuk mengatasi kesulitan dalam penulisan

sokuon pada kosakata gairaigo yang diambil dari bahasa Inggris mahasiswa tingkat I, II dan III Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang FPBS UPI tahun ajaran 2013/2014.


(14)

2. Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan kesimpulan yang akan manggambarkan pemahaman mahasiswa dalam penulisan sokuon

pada kosakata gairaigo yang diambil dari bahasa Inggris. b. Manfaat Praktis

1) Bagi penulis, penelitian ini sangat bermanfaat untuk menambah wawasan dan pengalaman serta memperdalam pengetahuan tentang fonetik terutama konsonan rangkap (sokuon) pada kosakata

gairaigo yang diambil dari bahasa Inggris.

2) Bagi pendidik, untuk turut serta memberikan informasi terhadap kondisi mahasiswa mengenai kemampuan penulisan sokuon pada kosakata gairaigo yang diambil dari bahasa Inggris, sehingga dapat menjadi umpan balik oleh pendidik untuk mencari pemecahan dalam pembelajaran kedepannya.

3) Bagi mahasiswa, dapat dijadikan pedoman bagi para mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa Jepang FPBS UPI tentang penulisan konsonan rangkap (sokuon) pada kosakata gairaigo yang diambil dari bahasa Inggris, sehingga dapat menghindari kesalahan dan berguna untuk penelitian selanjutnya.

D. Definisi Operasional

Analisis dalam penelitian ini adalah memberikan penjelasan tentang penulisan konsonan rangkap (sokuon) pada kosakata gairaigo yang diambil dari bahasa Inggris.

Sokuon dalam bahasa Indonesia dapat disebut konsonan rangkap yaitu pemakaian bunyi konsonan yang sama dengan konsonan pada sebuah silabel yang


(15)

ada pada bagian berikutnya. (Sudjianto dan Dahidi, 2004 : 42). Sokuon pada penelitian ini adalah sokuon yang terdapat pada kosakata gairaigo yang ditulis dengan katakana.

Gairaigo adalah salah satu jenis kosakata bahasa Jepang yang berasal dari bahasa asing yang telah disesuaikan dengan aturan-aturan yang ada di dalam bahasa Jepang. (Sudjianto dan Dahidi, 2004, hlm. 104). Gairaigo dalam penelitian ini adalah gairaigo yang diambil dari bahasa Inggris.

E. Metodologi Penelitian

1. Metodologi Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Best (dalam Darmadi, 2013, hlm. 186) “Metode penelitian deskriptif merupakan metode penenelitian yang berusaha menggambarkan

dan menginterpretasi objek sesuai dengan apa adanya.” Objek penelitian

ini adalah sokuon pada kosakata gairaigo yang diambil dari bahasa Inggris.

2. Populasi dan Sampel

Darmadi (2013 : 48) menyimpulkan bahwa

Jadi populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti guna dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya untuk dijadikan sebagai sumber data dalam suatu penelitian.

Dilihat dari teori di atas populasi penelitian ini adalah mahasiswa Jurusan Bahasa Jepang Tingkat I, II dan III JPBJ FPBS UPI tahun ajaran 2013/2014. Sedangkan masih menurut Darmadi (2013, hlm. 50) “Sampel adalah sebagian dari populasi yang dijadikan objek/subjek penelitian.” Dengan begitu sampel penelitian ini adalah 30 orang mahasiswa Jurusan


(16)

Pendidikan Bahasa Jepang tingkat I, II dan III dengan 10 orang dari setiap tingkatnya yang diambil dengan teknik random.

3. Instrumen Penelitian

Sutedi (2011, hlm. 155) “Instrumen penelitian yaitu alat yang digunakan untuk mengumpulkan atau menyediakan berbagai data yang diperlukan

dalam kegiatan penelitian.” Adapun instrumen penelitian yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini yakni sebagai berikut :

a. Tes tulis, dipergunakan untuk mengetahui tingkat kemampuan mahasiswa dalam memahami tatacara penulisan kosakata gairaigo

yang diambil dari bahasa Inggris.

Jenis tes tulis disini adalah tes yang di dalamnya terdapat soal-soal yang berhubungan dengan sokuon pada kosakata gairaigo yang diambil dari bahasa Inggris kemudian dituliskan kedalam katakana. b. Angket berupa kuisioner, dipergunakan dengan memberikan beberapa

pertanyaan yang berhubungan dengan masalah penelitian. 4. Teknik Pengumpulan Data

a. Studi Kepustakaan

Dalam penelitian ini peneliti mengumpulkan data berupa buku-buku, jurnal dan penelitian terdahulu yang relevan untuk menunjang kelancaran jalannya penelitian.

b. Studi Lapangan

Selain studi kepustakaan, penulis mengumpulkan data dari penelitian awal yang dilakukan terhadap mahasiswa tingkat I, II dan III Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang FPBS UPI tahun ajaran 2013/2014.

Penelitian awal bertujuan untuk memberikan gambaran awal sejauh mana mahasiswa tingkat I, II dan III Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang FPBS UPI tahun ajaran 2013/2014 mampu menuliskan dengan benar kosakata sokuon pada gairaigo yang diambil dari bahasa Inggris dengan katakana. Tes tersebut meliputi bentuk-bentuk kata dalam


(17)

bahasa Indonesia, kemudian diartikan kedalam bahasa Inggris dan dituliskan dengan katakana. Setelah melakukan tes tertulis pada penelitian awal dan diketahui gambaran awal tingkat pemahaman mahasiswa tentang aturan-aturan penulisan gairaigo yang diambil dari bahasa Inggris dengan katakana untuk mengetahui anggapan dasar, maka selanjutnya dilakukan tes tertulis untuk pengumpulan data.

c. Analisis Data

Setelah melaksanakan kegiatan tes, tahap selanjutnya adalah melakukan analisis data. Analisis data ini dimulai dari pengumpulan data dan mulai menghitung sejauh mana kesalahan yang dilakukan oleh mahasiswa dalam penulisan sokuon pada kosakata gairaigo yang diambil dari bahasa Inggris.

Adapun langkah-langkah penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Menghimpun materi mengenai pembahasan tatacara penulisan kosakata gairaigo yang diambil dari bahasa Inggris dengan

katakana.

2. Membuat soal tes mengenai penulisan kosakata gairaigo yang diambil dari bahasa Inggris dengan katakana.

3. Mengkonsultasikan soal tersebut pada pihak yang telah expert dalam bidangnya untuk menilai kevalidan soal.

4. Melakukan test mengenai kosakata-kosakata gairaigo yang terdapat sokuon dalam bahasa Inggris dan ditulis dengan katakana

untuk mahasiswa tingkat I, II dan III sebanyak 30 orang dengan 10 orang dari setiap tingkatnya.

5. Menghimpun hasil test.

6. Mengkaji penulisan sokuon pada kosakata gairaigo yang diambil dari bahasa Inggris.


(18)

8. Membuat kesimpulan dari hasil test. a. Membuat laporan hasil test.

F. Sistematika Penulisan

Bab I adalah pendahuluan yang mencakup latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, dan sistematika penulisan. Kemudian Bab II merupakan bab landasan teori yang berisi tentang pembahasan secara teoritis tentang konsep penulisan sokuon pada kosakata

gairaigo yang diambil dari bahasa Inggris. Bab III merupakan bab yang membahas tentang metode penelitian, bab ini berisi pembahasan metodologi penelitian yang digunakan, populasi, sampel, teknik pengumpulan data, dan teknik pengolahan data. Kemudian Bab IV adalah bab yang membahas mengenai analisis data yang berisi hasil analisis dan interpretasi data yang penulis peroleh dari lapangan. Bab V akan membahas mengenai kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan dan saran penulis.


(19)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode pada setiap penelitian akan berbeda-beda disesuaikan dengan masalah dan tujuan penelitian yang hendak dicapai. Metode penelitian berhubungan dengan cara yang dilakukan untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Menurut Sudaryanto (dalam Sutedi, 2011, hlm. 53) “Metode adalah cara yang harus dilaksanakan, teknik adalah cara melaksanakan metode.” Sedangkan

“Dalam bahasa Indonesia penelitian merupakan suatu kata yang berasal dari kata “teliti”, yang artinya sesuatu yang dilakukan dengan cermat dan tidak sembrono

atau gegabah tetapi dilakukan dengan hati-hati” (Darmadi, 2013, hlm. 9). Jadi metode penelitian dapat diartikan sebagai cara atau prosedur yang harus ditempuh untuk menjawab masalah penelitian terebut. Prosedur ini merupakan langkah kerja yang bersifat sistematis, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan pengambilan kesimpulan.

Dalam penelitian ini metode penelitian yang digunakan adalah metode

deskriptif. “Penelitian deskriptif yaitu penelitian yang dilakukan untuk

mengambarkan, menjabarkan suatu fenomena yang terjadi saat ini dengan menggunakan prosedur ilmiah untuk menjawab masalah secara aktual” (Sutedi, 2011, hlm. 58). Penulis menggunakan metode penelitian deskriptif karena penelitian ini berkenaan dengan fenomena yang terjadi saat ini dan perlu adanya pemecahan masalah secara aktual. Dalam penelitian ini penulis akan menjabarkan kemampuan mahasiswa dalam penulisan kosakata gairaigo yang diambil dari bahasa Inggris.


(20)

B. Populasi dan Sampel

Menurut Sutedi (2011, hlm. 179) “Manusia yang dijadikan sebagai sumber data disebut dengan populasi penelitian, kemudian sebagian dari populasi tersebut yang dianggap bisa mewakili seluruh karakter dari poluasi yang ada dapat dipilih

untuk dijadikan subjek penelitian.” Sedangkan Darmadi (2013, hlm. 48) menyimpulkan bahwa,

Jadi populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti guna dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya untuk dijadikan sebagai sumber data dalam suatu penelitian.

Berdasarkan pengertian populasi diatas makan populasi penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang FPBS UPI tingkat I, II dan III tahun ajaran 2013/2014.

Darmadi (2013, hlm. 50) “Sampel adalah sebagian dari populasi yang dijadikan objek/subjek penelitian”. Sedangkan menurut Sutedi (2011, hlm. 179)

menyimpulkan bahwa “Jadi sampel adalah bagian dari populasi yang dianggap mewakili untuk dijadikan sumber data”. Dengan begitu sampel penelitian ini adalah 30 orang mahasiswa Jurusan Bahasa Jepang Tingkat I, II dan III FPBS UPI tahun ajaran 2013/2014 dengan 10 orang mahasiswa dari setiap tingkatnya, yang diambil dengan teknik random atau teknik acak. Penulis menggunakan teknik random karena berdasarkan penelitian terdahulu tidak ada perbedaan yang signifikan antara tingkat I, II dan III, dengan tidak adanya perbedaan tersebut maka populasi memiliki karakter yang sama. Sesuai yang dijelaskan Sutedi (2011, hlm. 180) bahwa “Dengan adanya kesamaan karakter pada diri populasi, maka


(21)

dapat diasumsikan bahwa siapa pun yang dijadikan sampelnya akan menghasilkan

data yang tidak terlalu banyak perbedaan.”

C. Instumen Penelitian

Instumen penelitian yaitu alat yang digunakan untuk mengumpulkan atau menyediakan berbagai data yang diperlakukan dalam kegiatan penelitian (Sutedi, 2011, hlm. 155). Dalam penelitian ini akan digunakan dua macam instrumen, yakni:

1. Tes Tulis

Untuk mengetahui tingkat kemampuan mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang FPBS UPI tahun jaran 2014/2015 tentang penulisan sokuon

pada kosakata gairaigo yang diambil dari bahasa Inggris dengan katakana, tentu alat instumen yang digunakan dalam penelitian ini harus menggunakan tes tulis, dengan menggunakan tes tulis tujuan penelitian ini akan tercapai.

Tes tulis ini berupa soal-soal sokuon pada kosakata gairaigo yang diambil dari bahasa Inggris yang ditulis dengan menggunakan katakana. Materi tes yang diambil dari kumpulan gairaigo yang mengacu pada buku-buku yang telah dan sedang dipelejari oleh para mahasiswa dari tingkat I, II dan III. Serta dari sumber-sumber lain yang relevan, seperti buku panduan penulisan katakana dan kamus gairaigo.

Tes yang disajikan kepada mahasiswa terdiri dari tes tulis, yaitu menjawab soal gairaigo yang terdapat sokuon mengunakan bahasa aslinya yaitu bahasa Inggris yang kemudian diubah kedalam huruf katakana. Tes terdiri dari 40 soal. Setiap responden menuliskan kosakata gairaigo yang terdapat sokuon yang diambil dari bahasa Inggris dengan menggunakan


(22)

katakana. 40 soal tersebut mengkhususkan sokuon yang terdapat pada akhirkata kosakata gairaigo.

2. Angket

“Angket merupakan salah satu instrumen pengumpul data penelitian yang diberikan kepada responden” (Sutedi, 2011, hlm. 164). Faisal (dalam Sutedi, 2011, hlm. 164) menjelaskan bahwa “Teknik angket ini dilakukan dengan cara pengumpulan datanya melalui daftar pertanyaan tertulis yang disusun dan disebarkan untuk mendapatkan informasi atau keterangan dari

responden”. Angket ini dimaksudkan untuk menggali informasi yang diperlukan untuk untuk memecahkan masalah penelitian ini.

Faisal (dalam Sutedi, 2011, hlm. 164) “Dilihat dari keleluasan responden dalam memberikan jawabannya, angket dapat digolongkan ke dalam angket tertutup dan angket terbuka”. Angket dalam penelitian ini berupa pertanyaan pilihan ganda dan angket tertulis yang diberikan kepada responden untuk mengetahui pemahaman responden sejauh mana responden memahami tentang penulisan sokuon pada kosakata gairaigo yang diambil dari bahasa Inggris dengan katakana.

Jenis angket yang digunakan yaitu angket tertutup dan terbuka. Angket tertutup yaitu angket yang berupa alternatif jawabannya sudah disediakan oleh peneliti, sehingga responden tidak memiliki keleluasaan untuk menyampaikan jawaban dari pertanyaan yang sudah diberikan kepadanya.

“Sedangkan pada angket terbuka responden diberikan keleluasaan untuk menjawabnya, karena hanya berupa daftar pertanyaan saja” (Sutedi, 2011, hlm. 164). Angket terbuka bertujuan untuk menggali informasi sedalam mungkin kepada responden, karena responden diberikan kebebasan untuk memberikan isian sesuai dengan kehendak dan keadaan yang sebenarnya.

Pada penelitian ini penulis menyajikan 15 pertanyaan pada angket yang diberikan pada responden, yang terdiri dari 14 soal pilihan ganda yang berupa kuesioner tertutup, sedangkan satu soal tertulis yang berupa kuesioner terbuka.


(23)

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Studi Pustaka

Studi pustaka dilakukan untuk memperoleh berbagai informasi dan menambah pengetahuan penulis umumnya tentang penelitian dan khususnya tentang sokuon dan gairaigo. Pada penelitian ini penulis menggunakan literatur diantaranya buku Metodologi Penelitian, Metodologi Penelitian Pendidikan, Penelitian Pendidikan Bahasa Jepang, Dasar-dasar Linguistik Bahasa Jepang, Bahasa Jepang Dasar Hiragana dan Katakana, Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Selain itu penulis juga menggunakan literatur lain seperti jurnal, kamus, majalah dan koran, diantaranya Nihonngo no Shakuyougo ni okeru 2 Shurui no Sokuonka, Nihonngo Kana Nyuumon Indonesiagoban、Asahi Shinbun no Katakana Gojiten, An English-Indonesia Dictionary, Shizuoka Shinbun、New Type-The Movie Picture Magazine-2014 dan sebagainya. 2. Studi Lapangan

Pada penelitian ini penulis mengumpulkan data secara langsung dengan melakukan tes tertulis kepada mahasiswa tingkat I, II dan III tahun 2013/2014 Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang FPBS UPI yang berupa tes tulis serta angket. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan teknik one shot model. “Teknik one shotmodel adalah model pendekatan

yang menggunakan satu kali pengumpulan data pada satu waktu.”

(Arikunto, 2002, hlm. 75)

E. Teknik Pengolahan Data


(24)

Setelah data hasil tes terkumpul, maka data-data tersebut akan diolah dan kemudian dianalisis. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam pengolahan data tersebut yaitu sebagai berikut:

a. Memeriksa jawaban benar dan salah untuk setiap soal b. Menghitung jawaban benar dan salah

c. Menyusun frekuensi dan presentase jawaban benar dan salah dengan menggunakan rumus :

Keterangan:

P = presentase frekuensi dari setiap jawaban f = frekuansi dari setiap jawaban

x = jumlah responden

d. Mengubah skor mentah menjadi nilai standar dengan skala 100 menggunakan rumus :

Keterangan:

R = nilai yang dicari N = skor mentah S = skor ideal

e. Menghitung tingkat kemampuan pemahaman mahasiswa berdasarkan hasil tes dengan menggunakan rumus :

Keterangan :

P : presentase tingkat kemampuan


(25)

S : jumlah responden

f. Menghitung tingkat pemahaman mahasiswa secara keseluruhan dengan mencari nilai rata-rata dengan mengunakan standar penilaian UPI, yaitu sebagai berikut :

Tabel 3.1

Tabel Penafsiran Standar Penilaian

Angka Keterangan

86 – 100 Sangat baik

76 – 85 Baik

66 – 75 Cukup

56 – 66 Kurang

46 – 55 Sangat Kurang

36 – 45 Buruk

0 – 35 Sangat Buruk

2. Pengolahan Data Angket

Penulis menganalisis data angket yang terdiri dari 15 butir pertanyaan. 14 soal kuesioner tertutup dengan bentuk pilihan ganda dan satu soal kuesioner terbuka dengan bentuk jawaban tertulis. Pengolahan data angket dilakukan dengan teknik proporsional, yaitu melihat presentase jumlah jawaban responden dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Menjunlahkan setiap jawaban angket b. Menyusun frekuensi jawaban

c. Membuat tabel frekuensi

d. Menghitung presentase frekuensi dari setiap jawaban dengan mengunakan rumus:


(26)

Keterangan:

P = presentase frekuensi dari setiap jawaban f = frekuansi dari setiap jawaban

x = jumlah responden

(Sudjianto dalam Diandika, 2008, hlm. 39)

e. Menyusun tabel frekuensi dan presentase jawaban dari tiap-tiap jawaban

f. Menganalisis dan menginterpretasikan jawaban sampel tiap nomor pertanyaan

Tabel 3.2

Tabel Pedoman Interpretasi Angket

Jumlah responden (%) Interpretasi

0 Tidak ada

1 – 5 Hampir tidak ada

6 – 25 Sebagian kecil

26 – 49 Hampir setengahnya

50 Setengahnya

51 – 75 Lebih dari setengahnya

76 – 95 Sebagian Besar

96 – 99 Hampir seluruhnya


(27)

F. Prosedur Penelitian

1. Melakukan studi literature mengenai gairaigo, sokuon serta kosakta

gairaigo yang di dalamnya terdapat sokuon.

2. Mengumpulkan data dari berbagai literatur tentang kosakata gairaigo

yang di dalamnya terdapat sokuon.

3. Menyusun instrumen tes berupa soal untuk mengukur pemahaman mahasiswa terhadap penulisan kosata sokuon pada kosakata gairaigo

dan instumen non tes berupa angket untuk mengetahui pengetahuan dan kesulitan yang dihadapi mahasiswa tentang sokuon.

4. Mengkonsultasikan instrumen dengan pembimbing.

5. Melakukan expert judgement atau meminta pertimbangan ahli (dosen atau native speaker) mengenai instrumen penelitian yang telah disusun dan dikonsultasikan kepada dosen pembimbing.

6. Melakukan pengambilan data berupa soal tes dan angket kepada sampel.

7. Mengolah data hasil tes dan angket. 8. Melakukan analisis data.

9. Menginterpretasikan dan menarik kesimpulan dari hasil penelitian yang diperoleh.

G. Uji Validitas dan Realibilitas Soal Tes

Validitas dan realibilitas adalah aspek yang penting dalam sebuah penelitian. Penelitian akan diragukan hasil penemuannya jika alat ukur yang digunakan tidak memenuhi kedua aspek tersebut. Dalam penelitian ini, inrumen penelitian yang diukur validitas dan realibilitasnya adalah instrumen tes yang


(28)

berupa soal tes yang berupa ter tertulis saja. Hal ini dikarenakan instumen non tes yang berupa angket merupakan instrumen pendukung.

1. Uji Validitas

“Validitas adalah suatu alat ukur yang berkenaan dengan ketepatannya dalam mengukur apa yang akan diukur.” (Sutedi, 2011, hlm. 157). Dalam penelitian ini akan mengukur tentang tingkat pemahaman penulisan. Oleh karena itu instumen yang digunakan harus diukur sejauh mana instrumen tersebut dapat menunjukan tingkat pemahaman penulisan, sesuai dengan tujuan penelitian ini.

Masih menurut Sutedi (2011, hlm. 217-218) menyebutkan bahwa

“validitas terdiri dari dua macam yaitu validitas eksternal dan validitas

internal.” Validitas eksternal dapat disususn dengan berdasarkan pada fakta-fakta empirik yang telah terbukti kebenaran dan ketepatannya, sehingga bisa dilakukan dengan cara membandingkannya dengan perangkat tes yang sudah dianggap standar. Sedangkan validitas internal dapat diukur dengan cara konsultasi pada pakar yang bersangkutan.

Dalam penelitian ini penulis mengkonsultasikan instrumen tes penelitian kepada dosen ahli untuk menilai valid atau tidaknya instrumen yang dipakai. Setelah melakukan bimbingan kepada dosen pembimbing mengenai instrumen penelitian, maka penulis mengkonsultasikan instrumen tes penelitian tersebut kepada dosen ahli. Pernyataan expert judgemen dari dosen yang bersangkutan menyatakan bahwa instrumen tes yang diberikan kepada sampel terbukti valid.

2. Uji Realibilitas

“Realibilitas instrumen menunjukan tingkat kestabilan, konsistensi, keajegan dan atau kehandalan instrumen untuk menggambarkan gejala


(29)

validitas, suatu instumen harus pula memiliki syarat lain yaitu

realibilitas. “Artinya suatu alat tes kapan pun dan di mana pun digunakan akan memiliki hasil yang relatif sama, kalaupun ada perbedaan atau perubahan tidak menunjukan perbedaan yang

signifikan.” (Sutedi, 2011, hlm. 161).

Dalam penelitian ini realibilitas instrumen penulis telah di expert judgemen oleh dosen yang bersangkutan untuk menyatakan bahwa instrumen tes yang diberikan kepada sampel terbukti reliabel.


(30)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai tingkat pemahaman mahasiswa terhadap penulisan sokuon pada kosakata gairaigo yang diambil dari bahasa Inggris, maka berdasarkan rumusan masalah penelitian yang terdapat pada Bab I peneliti dapat menyimpulkan sebagai berikut :

1. Dari hasil pengelolaan data tes, diperoleh suatu kesimpulan bahwa untuk tingkat pemahaman penulisan sokuon pada kosakata gairaigo pada mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang tingkat I FPBS UPI tahun ajaran 2013/2014 diperoleh angka 26%. Bila diinterpretasikan dengan skala pemahaman dengan mengunakan standar penilaian UPI, maka nilai 26% dikategorikan kedalam tingkat sangat buruk. Sedangkan tingkat pemahaman penulisan sokuon pada kosakata gairaigo pada mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang tingkat II FPBS UPI tahun ajaran 2013/2014 diperoleh angka 39,25% dan dikategorikan kedalam tingkat buruk. Tidak jauh berbeda dengan tingkat I tingkat pemahaman penulisan

sokuon pada kosakata gairaigo pada mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang tingkat III FPBS UPI tahun ajaran 2013/2014 diperoleh angka 31,5% dan dikategorikan kedalam tingkat sangat buruk.

Kemudian untuk tingkat pemahaman mahasiswa tingkat I, II dan III Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang FPBS UPI tahun ajaran 2013/2014 secara keseluruhan dikategorikan pada tingkat sangat buruk dengan persentase 32,25%. Sesuai teori yang dikemukakan oleh Suhendra (1998 :

51) “...bahasa Jepang pemilihan segmen suku kata tampak lebih transparan,


(31)

suku kata sering menjadi masalah.” Dilihat dari teori segmen suku kata tersebut mempengaruhi perubahan bunyi dari bahasa Inggris ke dalam bahasa Jepang. Sehingga dengan peraturan-peraturan penulisan kosakata

gairaigo yang ada mahasiswa banyak mengalami kesulitan dalam pelafalannya oleh karena itu berpengaruh pada terjadinya kesalahan dalam penulisannya.

2. Dapat dilihat dari kesimpulan sebelumnya bahwa tingkat pemahaman mahasiswa tingkat I, II dan III Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang FPBS UPI tahun ajaran 2013/2014 dikategorikan pada tingkat buruk, sehingga dapat disimpulkan mahasiswa mengalami kesulitan dalam penulisan

sokuon pada kosakata gairaigo yang diambil dari bahasa Inggris. Kesalahan-kesalahan tersebut terlihat pada banyaknya responden menulis salah yaitu pada kata, Internet, Back, Facebook, Sandwich, Liquid,

Piramid, Spirits, Wig, Staff, Snob, dan Goods. Kosakata tersebut termasuk kedalam kosakata gairaigo yang didalamnya tedapat sokuon yang berakhiran [t] pada kosakata Internet, [k] pada kosakata Back dan

Facebook, [t∫] pada kosakata Sandwich, [d] pada kosakata Liquid dan

Piramid, [ts] pada kosakata Spirits, [g] pada kosakata Wig, [f] pada kosakata Staff, dan [b] pada kosakata Snob, dan [dz] pada kosakata Goods. Kesalahan-kesalahan tersebut ditulis oleh lebih dari tiga orang responden. Didukung dengan data angket bahwa tingkat I hampir seluruhnya mengalami kesulitan dalam penulisan konsonan rangkap atau sokuon pada kosakata gairaigo dengan persentase 90%. Tingkat II lebih dari setengahnya mengalami kesulitan dalam penulisan konsonan rangkap atau

sokuon pada kosakata gairaigo dengan persentase 70%. Serta tingkat III seluruhnya mengalami kesulitan dalam penulisan konsonan rangkap atau

sokuon pada kosakata gairaigo.

Sedangkan faktor-faktor yang menjadi penyebab kesulitan dalam penulisan sokuon pada kosakata gairaigo yang diambil dari bahasa Inggris


(32)

adalah 1) pelafalan yang belum benar dilihat dari hasil soal yang telah di tes kan seperti kata badge yang seharusnya dibaca “bej” tetapi banyak

mahasiswa yang menulis “baj”, 2) dipengaruhi oleh bahasa ibu, karena seluruh responden memiliki bahasa ibu bahasa Indonesia pada pelafalan bahasa Inggrisnya pun masih mengalami kesalahan, sehingga dalam penulisan kosakata gairaigo banyak mahasiswa yang mengalami kesulitan, 3) dipengaruhi oleh bahasa serapan itu sendiri, seperti yang dikemukakan

oleh Suhendra (1998 : 15) “Pengucapan can dan can’t dalam bahasa Inggris hampir tidak dapat dibedakan bagi mereka yang bukan penutur asli bahasa itu, padahal arti keda kata tersebut bertolak belakang. Namun, bagi

penutur aslinya, kedua kata itu dapat dengan jelas dibedakan.”

Selain faktor-faktor di atas yang menjadi penyebab mahasiswa mengalami kesulitan dalam penulisan kosakata gairaigo, hal tersebut di didukung oleh angket yang telah dikumpulkan dari responden bahwa, mahasiswa tidak mengetahui aturan penulisan kosakata gairaigo dengan persentase tingkat I dan tingkat III 80%, kemudian tingkat II karena tidak tahu kosakata dengan persentase 40% dan tidak tahu aturan penulisannya dengan persentase 50%.

3. Solusi yang didapat untuk memecahkan permasalahan dalam penelitian ini adalah dengan mempelajari lebih dalam aturan penulisan kosakata

gairaigo karena kosakata gairaigo merupakan kosakata yang sangat unik, dengan cara memperbanyak membaca litelatur selain buku pelajaran yang dipelajari di perkuliahan, agar lebih banyak membaca koran, majalah atau dengan melihat anime dan dorama, sehingga dengan dilatih seperti itu perbendaharaan kosakata gairaigo akan bertambah.


(33)

Pada penelitian ini penulis telah mendapatkan hasil yang ingin dicapai sesuai pada tujuan penelitian sebelumnya. Pada penelitian ini penulis meneliti tentang

sokuon yang terdapat pada akhir kata pada kosakata gairaigo. Dari penelitian yang telah dilakukan penulis mendapatkan hasil mengenai tingkat pemahaman penulisan sokuon pada kosakata gairaigo, khususnya kosakata gairaigo yang diambil dari bahsa Inggris.

Selain hasil yang telah dicapai, terdapat pula hal yang tidak dicapai dalam penelitian ini yaitu bahwa, sesuai tujuan bahwa penulis menggunakan teknik survey untuk mengumpulkan data, dan teknik survey seharusnya mengumpulkan data sebanyak-banyaknya untuk mendapatkan data yang relevan dan dapat digeneralisasikan. Oleh karena itu, untuk peneliti selanjutnya pada saat pengumpulan data direkomendasikan mengambil sampel penelitian yang lebih banyak. Agar hasil penelitian lebih mewakili populasi dari objek penelitian sehingga hasil penelitian dapat digeneralisasikan. Kemudian, bagi peneliti yang akan meneliti dengan bidang atau tema yang sama, direkomendasikan untuk meninjau terlebih dahulu kondisi populasi dan sampel yang akan dijadikan objek penelitian, agar penelitian lebih efektif. Selain itu, dalam menggunakan instrumen direkomendasikan untuk peneliti selanjutnya membuat intrumen yang lebih bervariatif, seperti dibagi dalam beberapa bagian soal, yaitu soal pilihan ganda dan mengisi soal atau kalimat rumpang. Pada penelitian ini penulis meneliti tentang tipe sokuon pada kosakata gairaigo yang terdapat pada akhir kata, penulis merekomendasikan bagi peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian pada tipe

sokuon yang terdapat pada tengah kata.

Dari hasil penelitian ini penulis mendapatkan temuan baru bahwa mahasiswa

sulit membedakan ‘n’ dan ‘m’ dalam penulisan kosakta gairaigo kedalam katakana contohnya pada kata Cambridge yang seharusnya ditulis カンブリ ジ tetapi banyak mahasiswa yang menulis カムブリ . Selain itu penulis dapat melihat bahwa dalam penulisan nama dalam bahasa Inggris kedalam bahasa


(34)

Jepang tidak terdapat aturan yang baku karena responden menulis berbeda-beda dari jawaban yang telah di tentukan. Direkomendasikan bagi peneliti selanjutnya untuk meneliti lebih lanjut.

Telah banyak penelitian-penelitian yang dilakukan mengenai gairaigo, tetapi dirasa masih kurang dalam hal buku panduan mengenai tatacara penulisan kosakata gairaigo yang dihasilkan dari penelitian. Direkomendasikan bagi peneliti selanjutnya untuk membuat buku panduan mengenai kosakata gairaigo.

Karena banyak sekali permasalahan yang muncul dalam penulisan sokuon

pada kosakata gairaigo ini, disarankan agar peneliti selanjutnya meneliti permasalahan yang muncul dalam penelitian ini, salah satunya permasalahan pada penulisan choo’on.


(35)

DAFTAR PUSTAKA

Adimiharja, Mulyana. (2007). Nihongono Nyuumon - Bahasa Jepang Dasar Hiragana Katakana. Bandung: Humaniora

Alwi, Hasan. dkk. (2003). Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. (edisi ke tiga). Jakarta: Balai Pustaka

Arianingsih, Anisa. (2011). Analisis Kemampuan Pembeajaran Bahasa Jepang Dalam Pelafalan Choo,on (Penelitian Deskriptif terahadap Mahasiswa Tingkat I, II, III dan IV Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang FPBS UPI Tahun Ajaran 2010/2011). Skripsi, FPBS, Universitas Pendidikan Indonesia.

Arikunto, Suharsimi. (2002). Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek.

Jakarta: Rineka Cipta

Darmadi, Hamid. 2013. Dimendi-dimensi Metode Penelitian Pendidikan dan Sosial. Bandung: Alfabeta

Hidayati, Erma Nurul. (2013). Kesalahan Pelafalan Sokuon Pada Mahasiswa Tingkat I Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang FPBS UPI. Skripsi, FPBS, Universitas Pendidikan Indonesia.

Otaki, Yasushi. (2013). Nihongono Shakuyougoniokeru 2 Shurui no Sokuonka. Adjunct Researcher, Department of Linguistic Theory and Structur, NINJAL.

Rahmi, Andem (2011). Analisis Hubungan Antara Penggunaan Bahasa Inggris dengan Kemampuan Gairaigo dalam Bahasa Jepang. Skripsi, FPBS, Universitas Pendidikan Indonesia.


(36)

Sari, Anisa Kurnia. (2006). Analisis Gairaigo. Skripsi, FPBS, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Sudjianto & Ahmad Dahidi. (2004). Pengantar Linguistik Bahasa Jepang. Bekasi: Kesaint Blanc.

Sutedi, Dedi. (2011). Penelitian Pendidikan Bahasa Jepang. Bandung: Humaniora

The Japan Foundation. Nihongono Kana Nyuumon Indonesia Goban. Yusuf, Suhendra. (1998). Fonetik dan Fonologi. Jakarta : Gramedia


(1)

suku kata sering menjadi masalah.” Dilihat dari teori segmen suku kata tersebut mempengaruhi perubahan bunyi dari bahasa Inggris ke dalam bahasa Jepang. Sehingga dengan peraturan-peraturan penulisan kosakata gairaigo yang ada mahasiswa banyak mengalami kesulitan dalam pelafalannya oleh karena itu berpengaruh pada terjadinya kesalahan dalam penulisannya.

2. Dapat dilihat dari kesimpulan sebelumnya bahwa tingkat pemahaman mahasiswa tingkat I, II dan III Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang FPBS UPI tahun ajaran 2013/2014 dikategorikan pada tingkat buruk, sehingga dapat disimpulkan mahasiswa mengalami kesulitan dalam penulisan sokuon pada kosakata gairaigo yang diambil dari bahasa Inggris. Kesalahan-kesalahan tersebut terlihat pada banyaknya responden menulis salah yaitu pada kata, Internet, Back, Facebook, Sandwich, Liquid, Piramid, Spirits, Wig, Staff, Snob, dan Goods. Kosakata tersebut termasuk kedalam kosakata gairaigo yang didalamnya tedapat sokuon yang berakhiran [t] pada kosakata Internet, [k] pada kosakata Back dan Facebook, [t∫] pada kosakata Sandwich, [d] pada kosakata Liquid dan Piramid, [ts] pada kosakata Spirits, [g] pada kosakata Wig, [f] pada kosakata Staff, dan [b] pada kosakata Snob, dan [dz] pada kosakata Goods. Kesalahan-kesalahan tersebut ditulis oleh lebih dari tiga orang responden. Didukung dengan data angket bahwa tingkat I hampir seluruhnya mengalami kesulitan dalam penulisan konsonan rangkap atau sokuon pada kosakata gairaigo dengan persentase 90%. Tingkat II lebih dari setengahnya mengalami kesulitan dalam penulisan konsonan rangkap atau sokuon pada kosakata gairaigo dengan persentase 70%. Serta tingkat III seluruhnya mengalami kesulitan dalam penulisan konsonan rangkap atau sokuon pada kosakata gairaigo.


(2)

adalah 1) pelafalan yang belum benar dilihat dari hasil soal yang telah di tes kan seperti kata badge yang seharusnya dibaca “bej” tetapi banyak

mahasiswa yang menulis “baj”, 2) dipengaruhi oleh bahasa ibu, karena seluruh responden memiliki bahasa ibu bahasa Indonesia pada pelafalan bahasa Inggrisnya pun masih mengalami kesalahan, sehingga dalam penulisan kosakata gairaigo banyak mahasiswa yang mengalami kesulitan, 3) dipengaruhi oleh bahasa serapan itu sendiri, seperti yang dikemukakan

oleh Suhendra (1998 : 15) “Pengucapan can dan can’t dalam bahasa Inggris hampir tidak dapat dibedakan bagi mereka yang bukan penutur asli bahasa itu, padahal arti keda kata tersebut bertolak belakang. Namun, bagi

penutur aslinya, kedua kata itu dapat dengan jelas dibedakan.”

Selain faktor-faktor di atas yang menjadi penyebab mahasiswa mengalami kesulitan dalam penulisan kosakata gairaigo, hal tersebut di didukung oleh angket yang telah dikumpulkan dari responden bahwa, mahasiswa tidak mengetahui aturan penulisan kosakata gairaigo dengan persentase tingkat I dan tingkat III 80%, kemudian tingkat II karena tidak tahu kosakata dengan persentase 40% dan tidak tahu aturan penulisannya dengan persentase 50%.

3. Solusi yang didapat untuk memecahkan permasalahan dalam penelitian ini adalah dengan mempelajari lebih dalam aturan penulisan kosakata gairaigo karena kosakata gairaigo merupakan kosakata yang sangat unik, dengan cara memperbanyak membaca litelatur selain buku pelajaran yang dipelajari di perkuliahan, agar lebih banyak membaca koran, majalah atau dengan melihat anime dan dorama, sehingga dengan dilatih seperti itu perbendaharaan kosakata gairaigo akan bertambah.


(3)

Pada penelitian ini penulis telah mendapatkan hasil yang ingin dicapai sesuai pada tujuan penelitian sebelumnya. Pada penelitian ini penulis meneliti tentang sokuon yang terdapat pada akhir kata pada kosakata gairaigo. Dari penelitian yang telah dilakukan penulis mendapatkan hasil mengenai tingkat pemahaman penulisan sokuon pada kosakata gairaigo, khususnya kosakata gairaigo yang diambil dari bahsa Inggris.

Selain hasil yang telah dicapai, terdapat pula hal yang tidak dicapai dalam penelitian ini yaitu bahwa, sesuai tujuan bahwa penulis menggunakan teknik survey untuk mengumpulkan data, dan teknik survey seharusnya mengumpulkan data sebanyak-banyaknya untuk mendapatkan data yang relevan dan dapat digeneralisasikan. Oleh karena itu, untuk peneliti selanjutnya pada saat pengumpulan data direkomendasikan mengambil sampel penelitian yang lebih banyak. Agar hasil penelitian lebih mewakili populasi dari objek penelitian sehingga hasil penelitian dapat digeneralisasikan. Kemudian, bagi peneliti yang akan meneliti dengan bidang atau tema yang sama, direkomendasikan untuk meninjau terlebih dahulu kondisi populasi dan sampel yang akan dijadikan objek penelitian, agar penelitian lebih efektif. Selain itu, dalam menggunakan instrumen direkomendasikan untuk peneliti selanjutnya membuat intrumen yang lebih bervariatif, seperti dibagi dalam beberapa bagian soal, yaitu soal pilihan ganda dan mengisi soal atau kalimat rumpang. Pada penelitian ini penulis meneliti tentang tipe sokuon pada kosakata gairaigo yang terdapat pada akhir kata, penulis merekomendasikan bagi peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian pada tipe sokuon yang terdapat pada tengah kata.

Dari hasil penelitian ini penulis mendapatkan temuan baru bahwa mahasiswa

sulit membedakan ‘n’ dan ‘m’ dalam penulisan kosakta gairaigo kedalam katakana contohnya pada kata Cambridge yang seharusnya ditulis カンブリ ジ


(4)

Jepang tidak terdapat aturan yang baku karena responden menulis berbeda-beda dari jawaban yang telah di tentukan. Direkomendasikan bagi peneliti selanjutnya untuk meneliti lebih lanjut.

Telah banyak penelitian-penelitian yang dilakukan mengenai gairaigo, tetapi dirasa masih kurang dalam hal buku panduan mengenai tatacara penulisan kosakata gairaigo yang dihasilkan dari penelitian. Direkomendasikan bagi peneliti selanjutnya untuk membuat buku panduan mengenai kosakata gairaigo.

Karena banyak sekali permasalahan yang muncul dalam penulisan sokuon pada kosakata gairaigo ini, disarankan agar peneliti selanjutnya meneliti permasalahan yang muncul dalam penelitian ini, salah satunya permasalahan pada penulisan choo’on.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Adimiharja, Mulyana. (2007). Nihongono Nyuumon - Bahasa Jepang Dasar Hiragana Katakana. Bandung: Humaniora

Alwi, Hasan. dkk. (2003). Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. (edisi ke tiga). Jakarta: Balai Pustaka

Arianingsih, Anisa. (2011). Analisis Kemampuan Pembeajaran Bahasa Jepang Dalam Pelafalan Choo,on (Penelitian Deskriptif terahadap Mahasiswa Tingkat I, II, III dan IV Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang FPBS UPI Tahun Ajaran 2010/2011). Skripsi, FPBS, Universitas Pendidikan Indonesia.

Arikunto, Suharsimi. (2002). Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta

Darmadi, Hamid. 2013. Dimendi-dimensi Metode Penelitian Pendidikan dan Sosial. Bandung: Alfabeta

Hidayati, Erma Nurul. (2013). Kesalahan Pelafalan Sokuon Pada Mahasiswa Tingkat I Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang FPBS UPI. Skripsi, FPBS, Universitas Pendidikan Indonesia.

Otaki, Yasushi. (2013). Nihongono Shakuyougoniokeru 2 Shurui no Sokuonka. Adjunct Researcher, Department of Linguistic Theory and Structur, NINJAL.

Rahmi, Andem (2011). Analisis Hubungan Antara Penggunaan Bahasa Inggris dengan Kemampuan Gairaigo dalam Bahasa Jepang. Skripsi, FPBS,


(6)

Sari, Anisa Kurnia. (2006). Analisis Gairaigo. Skripsi, FPBS, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Sudjianto & Ahmad Dahidi. (2004). Pengantar Linguistik Bahasa Jepang. Bekasi: Kesaint Blanc.

Sutedi, Dedi. (2011). Penelitian Pendidikan Bahasa Jepang. Bandung: Humaniora

The Japan Foundation. Nihongono Kana Nyuumon Indonesia Goban.