ANALISIS KESALAHAN PENULISAN GAIRAIGO PADA PEMBELAJAR BAHASA JEPANG STUDI DESKRIPTIF PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA JEPANG UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA TINGKAT III TAHUN AJARAN 2013/2014

(1)

ANALISIS KESALAHAN PENULISAN GAIRAIGO PADA

PEMBELAJAR BAHASA JEPANG

Studi Deskriptif Pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Jepang Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Tingkat III Tahun Ajaran 2013/2014

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Pendidikan Bahasa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Untuk memenuhi Persyaratan guna Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan

Oleh

TENTI JUITA PUTRI 20120560009

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA JEPANG

2016


(2)

iii ABSTRAK

Gairaigo merupakan kosakata yang istimewa, meskipun berasal dari bahasa Inggris tetapi dalam pemakaiannya harus sesuai dengan aturan-aturan yang ada di dalam bahasa Jepang termasuk tatacara pengucapan dan penulisannya. Gairaigo juga sebagai salah satu aspek pembelajaran yang harus dikuasai oleh pembelajar bahasa Jepang. Berdasarkan dari penelitian dari bahasa Jepang pendahuluan terhadap 12 objek penelitian yang merupakan mahasiswa program studi pendidikan bahasa Jepang UMY, ditemukan kesalahan pada penulisan gairaigo. Berdasarkan hasil temuan tersebut, penulis merasa perlu untuk meneliti lebih jauh tentang Analisis Kesalahan Penulisan Gairaigo Pada Pembelajar Bahasa Jepang (Studi Deskriptif Pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Jepang Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Tingkat III Tahun Ajaran 2013/2014).

Penelitian ini difokuskan pada bagaimana tipe kesalahan dan penyebab terjadinya kesalahan dalam penulisan gairaigo pada mahasiswa program studi pendidikan bahasa Jepang UMY tingkat III tahun ajaran 2013/2014. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode analisis kesalahan berdasarkan teori Richards (1985), Corder (1974), dan Tarigan (1988), dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Pengambilan data dilakukan dengan teknis tes, yang menggunakan soal, serta teknik non-tes yang menggunakan angket, wawancara dan dokumentasi. Sampel penelitian ini adalah mahasiswa program studi bahasa Jepang Fakultas Pendidikan Bahasa UMY tingkat III tahun ajaran 2013/2014 sebanyak 30 orang.

Dari hasil penelitian diketahui bahwa kesalahan banyak terjadi karena false concepts hypothesized atau salah menghipotesiskan konsep, incomplete application of rules atau penerapan kaidah yang tidak sempurna, ignorance of rule restrictions atau ketidaktahuan akan pembatasan kaidah, dan over-generalization atau penyamarataan berlebihan. Adapun temuan yang menarik dalam penelitian ini adalah kesalahan penulisan yang banyak terjadi pada kata omelet, yang disebabkan oleh over-generalization atau penyamarataan berlebihan, dari 30 orang hanya dua orang yang menjawab benar. Sebaliknya kata yang sedikit ditemukan kesalahan adalah kata baton, dimana hanya satu orang yang menjawab salah, kesalahan tersebut disebabkan oleh incomplete application of rules atau penerapan kaidah yang tidak sempurna.


(3)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pada saat seseorang mempelajari suatu bahasa asing, hal tersebut tidak terlepas dari pengaruh budaya bahasa itu sendiri. Seiring dengan perkembangan zaman, di dunia ini banyak terjadi persentuhan antara bahasa yang satu dengan yang lain. Sehingga terjadi pertukaran dan penyerapan budaya dan bahasa, dari bahasa yang satu ke bahasa yang lain. Proses penyerapan kata-kata dan istilah dari bahasa lain dimana kata-kata dan istilah yang dipinjam dari bahasa asing dijadikan sebagai bagian dari kosakata bahasa nasional, disebut sebagai proses peminjaman (borrowing). Dalam bahasa Jepang, kata-kata pinjaman ini dikenal dengan istilah gairaigo (Sudjianto dan Dahidi, 2004:104).

Dahidi (2012:104) mengemukakan gairaigo adalah salah satu jenis kosakata bahasa Jepang yang berasal dari bahasa asing, yang telah disesuaikan dengan aturan-aturan yang ada dalam bahasa Jepang. Ada yang menyebut gairaigo dengan istilah yoogo (kata-kata yang berasal dari negara-negara barat) dan ada juga dengan istilah shakuyoogo (kata-kata pinjaman). Pada penelitian ini penulis menggunakan istilah gairaigo dikarenakan kata tersebut lebih familiar bagi pembelajar bahasa Jepang.

Meskipun gairaigo merupakan kata-kata pinjaman dari bahasa asing, namun nuansa Jepang telah dimasukkan dalam gairaigo. Sehingga gairaigo tidak dapat disamakan dengan gaikokugo (外国語/ bahasa asing). Sudjianto dan Dahidi (2004:104) menyatakan bahwa gairaigo adalah kata-kata yang berasal dari bahasa asing (gaikokugo) lalu dipakai sebagai bahasa nasional (kokugo). Pelafalan dan penulisan gairaigo telah disesuaikan dengan kaidah bahasa Jepang sehingga gairaigo sudah merupakan bagian dari kokugo (国語/ bahasa dalam negeri).


(4)

2

Berdasarkan teori di atas, maka dapat disimpulkan bahwa gairaigo merupakan salah satu kosakata bahasa Jepang yang telah sesuai dengan aturan-aturan yang ada dalam bahasa Jepang lalu dipakai sebagai bahasa nasional.

Dalam pembelajaran gairaigo erat hubungannya dengan huruf Katakana. Iwabuchi (dalam Sudjianto dan Dahidi, 2004:80-81) mengemukakan bahwa Katakana terbentuk dari coretan-coretan yang lurus (choukusenteki). Huruf Katakana jarang dipakai karena fungsinya berbeda dengan Hiragana. Ishida (dalam Sudjianto dan Dahidi, 2004:83) mengemukakan bahwa Katakana dapat dipakai untuk menuliskan kata-kata bahasa asing, kata-kata yang tergolong onomatope (termasuk bunyi/suara tiruan benda hidup atau benda mati), nama-nama binatang dan tumbuh-tumbuhan, nama diri (koyuumeishi), dan dapat dipakai pula terutama dengan maksud memberikan penekanan, menarik perhatian pembaca, atau memberikan pengertian yang khusus.

Gairaigo merupakan kosakata yang istimewa, meskipun berasal dari bahasa Inggris tetapi dalam pemakaiannya harus sesuai dengan aturan-aturan yang ada di dalam bahasa Jepang termasuk tatacara pengucapan dan penulisannya. Gairaigo juga sebagai salah satu aspek pembelajaran yang harus dikuasai oleh pembelajar bahasa Jepang. Meskipun tidak ada mata perkuliahan khusus mengenai gairaigo, namun gairaigo merupakan salah satu aspek pembelajaran yang penting, dikarenakan terdapat kesulitan atau kesalahan yang sering terjadi. Hal tersebut ditemukan pada penelitian terdahulu.

Luthfiyanti (2014:3) dalam skripsinya yang berjudul “Analisis tingkat pemahaman mahasiswa terhadap penulisan sokuon pada kosakata gairaigo yang diambil dari bahasa Inggris”. Pada penelitian tersebut, dilakukan tes yang diberikan yaitu mengenai penulisan kosakata gairaigo yang diambil dari bahasa Inggris dengan Katakana pada 30 mahasiswa tingkat I, II dan III Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang FPBS UPI dengan 10 orang setiap tingkatnya. Soal yang diteskan sebanyak 15 soal. Berdasarkan penelitian tersebut, setelah dilakukan tes, hasilnya tidak ada mahasiswa yang menjawab


(5)

3

15 soal dengan benar semua, bahkan terdapat butir soal yang hanya dua orang saja yang menjawab benar.

Contoh:

(1) クション menjadi ックション

ekushon ekkushon

(2) クション menjadi アックション

ekushon akkushon

Kata aksi yang dalam bahasa Inggris menjadi action seharusnya ditulis ekushon sesuai dengan cara bacanya.

(3)ウ ッチ menjadi ウアチ wocchi uachi

(4)ウ ッチ menjadi ワーチャー

wocchi waachaa

Jam tangan yang dalam bahasa Inggris menjadi watch seharusnya ditulis wocchi sesuai dengan cara bacanya.

Sejalan dengan penelitian Luthfiyanti (2014), hasil dari tes sederhana yang dilakukan oleh peneliti terhadap 12 objek penelitian pada mahasiswa program studi pendidikan bahasa Jepang UMY, tanggal 17 Maret 2016. Hasilnya menunjukkan bahwa ditemukan kesalahan pada penulisan gairaigo. Adapun bentuk tes yang diberikan yaitu mengubah kosakata bahasa Inggris match ‘pertandingan’ ke dalam bahasa Jepang. Hasil yang diperoleh yaitu 10 dari 12 objek penelitian menjawab salah. Hanya dua objek penelitian saja yang menjawab benar yaitu dengan jawaban macchi (マ ッ チ). Berikut ini beberapa contoh bentuk kesalahan yang dilakukan objek penelitian yaitu: (5)マッチ menjadi マーチ

macchi maachi (6)マッチ menjadi メッチ


(6)

4 (7)マッチ menjadi マチ

Macchi machi (8)マッチ menjadi マッシ―

Macchi masshii (9)マッチ menjadi メーチ

Macchi Meechi (10) マッチ menjadi マチス

macchi machisu

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis merasa perlu untuk meneliti lebih jauh tentang Analisis Kesalahan Penulisan Gairaigo Pada Pembelajar Bahasa Jepang (Studi Deskriptif Pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Jepang Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Tingkat III Tahun Ajaran 2013/2014).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, penulis merumuskan beberapa masalah sebagai berikut :

a. Bagaimana tipe kesalahan yang terjadi dalam penulisan gairaigo yang berasal dari bahasa Inggris pada mahasiswa program studi pendidikan bahasa Jepang UMY Tingkat III Tahun Ajaran 2013/2014?

b. Apa penyebab terjadinya kesalahan dalam penulisan gairaigo tersebut?

1.3 Batasan Masalah

Pada penelitian ini, peneliti hanya akan membahas mengenai tipe kesalahan penulisan gairaigo yang berasal dari bahasa Inggris saja. Hal tersebut dikarenakan selain bahasa Inggris adalah bahasa Internasional, dikatakan bahwa dari sekian banyak kata-kata bahasa asing yang masuk ke


(7)

5

dalam bahasa Jepang, saat ini sekitar 80% gairaigo berasal dari bahasa Inggris. Miharu (dalam Luthfiyanti, 2014:2).

Sedangkan batasan ruang lingkup yang akan diteliti yaitu kesalahan penulisan saja.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menjawab seluruh permasalahan yang telah dikemukakan di atas. Penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut : a. Untuk mengetahui tipe-tipe kesalahan yang terjadi dalam penulisan

gairaigo yang berasal dari bahasa Inggris pada mahasiswa program studi pendidikan bahasa Jepang UMY Tingkat III Tahun Ajaran 2013/2014. b. Untuk mengetahui penyebab terjadinya kesalahan dalam penulisan

gairaigo tersebut.

1.5 Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pengetahuan bagi dunia kebahasaan dan kependidikan bahasa Jepang dan dapat berguna sebagai rujukan untuk penelitian selanjutnya.

b. Manfaat Praktis

1) Bagi penulis, penelitian ini sangat bermanfaat untuk menambah wawasan dan pengalaman serta memperdalam pengetahuan tentang gairaigo.

2) Bagi pendidik, turut serta memberikan informasi terhadap kondisi mahasiswa mengenai kemampuan penulisan gairaigo yang diambil dari bahasa Inggris, sehingga dapat menjadi pedoman dalam pembelajaran selanjutnya.

3) Bagi mahasiswa, dapat menjadi pedoman khususnya bagi mahasiswa program studi pendidikan bahasa Jepang Universitas Muhammadiyah


(8)

6

Yogyakarta tentang penulisan gairaigo yang diambil dari bahasa Inggris sehingga dapat menghindari kesalahan.

1.6 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN

Bab ini mengemukakan alasan dilakukannya penelitian ini, yang mencakup latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Pada bab ini penulis akan menyajikan berbagai teori menyangkut penelitian ini, yaitu teori tentang analisis kesalahan dan teori mengenai Gairaigo (外来語) yaitu Kata Serapan Bahasa Asing.

BAB III

METODE PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

Pada bagian ini berisi metode penelitian dan akan disajikan tinjauan mengenai berbagai data yang ditemukan dari buku-buku sumber berupa penggunaan kata-kata serapan bahasa asing (gairaigo), populasi, sampel, teknik pengumpulan data, dan teknik pengolahan data. Serta akan membahas mengenai analisis data yang berisi hasil analisis dan interpretasi data yang penulis peroleh dari tes, angket, dan wawancara.

BAB IV PENUTUP

Pada bab ini penulis akan menyajikan kesimpulan dari hasil analisis dan menjawab tujuan dari penelitian, serta saran yang ditujukan untuk perbaikan dan pengembangan penelitian.


(9)

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kesalahan Berbahasa

a. Definisi Kesalahan Berbahasa

Setiap orang ketika berkomunikasi pasti pernah melakukan kesalahan. Kesalahan berbahasa adalah penggunaan bahasa baik secara lisan maupun tertulis yang menyimpang dari faktor-faktor penentu komunikasi atau menyimpang dari norma kemasyarakatan dan meyimpang dari kaidah tata bahasa (Setyawati, 2010:15). Kesalahan bahasa dianggap sebagai suatu proses pembelajaran baik secara formal maupun non-formal.

Selanjutnya Tarigan (1988:126) menyatakan bahwa kesalahan merupakan sisi yang mempunyai cacat pada ujaran atau tulisan para pelajar. Kesalahan tersebut merupakan bagian-bagian yang “menyimpang” dari norma baku atau norma terpilih dari performansi bahasa orang dewasa. Istilah kesalahan berbahasa memiliki pengertian yang beragam. Untuk membahas tentang kesalahan berbahasa. Corder (1974) menggunakan tiga istilah untuk membatasi kesalahan berbahasa. Ketiga istilah itu memiliki domain yang berbeda dalam memandang kesalahan berbahasa. Corder (1974) menjelaskan:

1) Lapses

Lapses adalah kesalahan berbahasa akibat penutur beralih cara untuk menyatakan sesuatu sebelum seluruh tuturan (kalimat) selesai dinyatakan selengkapnya. Untuk berbahasa lisan, jenis kesalahan ini diistilahkan dengan slip of the tongue sedang untuk berbahasa tulis, jenis kesalahan ini diistilahkan slip of the pen. Kesalahan ini terjadi akibat ketidaksengajaan oleh penuturnya.


(10)

8 2) Error

Error adalah kesalahan berbahasa akibat penutur melanggar kaidah atau aturan tata bahasa (breaches of code). Kesalahan ini terjadi akibat penutur sudah memiliki (kaidah) tata bahasa yang berbeda dari tata bahasa yang lain, sehingga itu berdampak kekurangsempurnaan atau ketidakmampuan penutur. Hal tersebut berimplikasi terhadap penggunaan bahasa, terjadi kesalahan berbahasa akibat penutur menggunakan kaidah bahasa yang salah.

3) Mistake

Mistake adalah kesalahan berbahasa akibat penutur tidak tepat dalam memilih kata atau ungkapan untuk suatu situasi tertentu. Kesalahan ini mengacu kepada kesalahan akibat penutur tidak tepat menggunakan kaidah yang diketahui benar, bukan karena kurangnya penguasaan bahasa kedua (B2). Kesalahan terjadi pada produk tuturan yang tidak benar.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kesalahan berbahasa merupakan bagian dari suatu proses pembelajaran bahasa. Kesalahan yang dilakukan dapat berupa ketidaksengajaan atau ketidaktepatan (lapses atau mistake) maupun penggunaan kaidah bahasa yang salah (error). Kesalahan berbahasa dalam pembelajaran bahasa merupakan suatu hal yang tidak bisa kita hindari. Kesalahan yang timbul dalam proses pembelajaran dapat dijumpai dalam beberapa bentuk kesalahan yang berbeda, karena bentuk kesalahan yang macam-macam maka cara mengatasinya pun menjadi berbeda.


(11)

9 b. Perbedaan Kesalahan dan Kekeliruan

Kekeliruan pada umumnya disebabkan oleh faktor performansi. Hanya keterbatasan dalam mengingat sesuatu atau kelupaan menyebabkan seseorang keliru dalam melafalkan bunyi bahasa, kata, tekanan atau kalimat. Kekeliruan ini biasanya dapat diperbaiki oleh para siswa sendiri bila yang bersangkutan lebih sadar dan lebih berkonsentrasi. Siswa sebenarnya sudah mengetahui sistem bahasa tersebut, namun karena suatu hal dia lupa akan sistem itu. Jadi, kekeliruan ini agak bersifat lama.

Sebaliknya kesalahan disebabkan oleh faktor kompetensi. Artinya, siswa memang belum memahami sistem linguistik bahasa yang digunakannya. Kesalahan biasanya terjadi secara konsisten, jadi secara sistematis kesalahan itu dapat berlangsung lama apabila tidak diperbaiki. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari tabel berikut ini:

(Sumber: Tarigan, 1988: 76) Tabel 2.1 Perbandingan Kesalahan dan Kekeliruan

Kategori Sudut Pandang

Kesalahan Berbahasa (ERROR)

Kekeliruan Berbahasa (MISTAKE)

1. Sumber Kompetensi Performasi

2. Sifat Sistematis, berlaku secara

umum

Acak, tidak sistematis, secara individual

3. Durasi Permanen Temporer/sementara

4.Sistem

Linguistik Sudah dikuasai Belum dikuasai

5. Produk Penyimpangan kaidah bahasa Penyimpangan kaidah

bahasa

6. Solusi Dibantu oleh guru melalui

latihan pengajar remedial

Diri sendiri (siswa): mawas diri, pemusatan perhatian


(12)

10

Dapat disimpulkan bahwa kesalahan berbahasa tidak sama dengan kekeliruan berbahasa. Kesalahan berbahasa terjadi secara sistematis karena belum dikuasainya sistem kaidah bahasa yang bersangkutan. Sedangkan kekeliruan berbahasa terjadi tidak secara sistematis, bukan terjadi karena belum dikuasainya sistem kaidah bahasa yang bersangkutan, melainkan karena kegagalan merealisasikan sistem kaidah bahasa yang sebenarnya sudah dikuasai.

Berdasarkan pada pemerolehan data, penulis membatasi bentuk kesalahan yang diteliti hanya bentuk mistake (kekeliruan) saja, merujuk pada pendapat Tarigan (1988) mengenai ciri-ciri kekeliruan berbahasa yaitu kekeliruan dalam bentuk performasi, bersifat acak dan tidak sistematis, kekeliruan terjadi secara individual, kekeliruan bersifat temporer/sementara, dan bentuk kekeliruan berupa penyimpangan kaidah bahasa.

c. Faktor Penyebab Terjadinya Kesalahan Berbahasa

Identifikasi dan analisis interferensi antara bahasa-bahasa yang saling kontak, secara tradisional merupakan aspek pokok dalam menelaah kedwibahasaan. Dalam kontak antarbahasa itu sering terjadi saling mempengaruhi, yang mengakibatkan terjadinya kesalahan berbahasa.

Secara garis besar Richards mengatakan bahwa faktor penyebab kesalahan berbahasa yang terjadi oleh pembelajar bahasa itu dibedakan atas: kesalahan ‘antarbahasa’ (interlanguage errors) dan kesalahan ‘intrabahasa’ (intralingual errors).

1) Kesalahan ‘antarbahasa’ interlanguage errors, yaitu kesalahan yang disebabkan oleh interferensi (B1) terhadap (B2) yang dipelajari. Richards (1985:37) mengelompokkan faktor kesalahan antar bahasa Interlingual error di dalam proses antar bahasa terdapat 5 proses antar bahasa yaitu:


(13)

11

a) Transfer bahasa (language transfer) adalah interferensi dari bahasa ibu atau B1 kepada bahasa sasaran atau B2;

b) Transfer latihan (transfer of training) adalah kesalahan yang berkaitan dengan hakikat bahan-bahan pembelajaran bahasa dan pendekatan-pendekatannya sendiri;

c) Siasat pembelajaran bahasa kedua (strategies of second language learning) adalah kesalahan yang berkaitan dengan pendekatan sang pembelajar sendiri pada bahan yang dipelajari;

d) Siasat komunikasi bahasa kedua (strategies of second language communication) adalah kesalahan yang berkaitan dengan cara sang pembelajar berupaya berkomunikasi dengan para penutur asli di dalam situasi pemakaian bahasa secara alamiah;

e) Overgeneralisasi kaidah-kaidah bahasa sasaran (over-generalization of target language linguistic material) adalah kesalahan yang berkaitan dengan cara sang pembelajar menstrukturkan kembali (mereorganisasikan) bahan linguistik atau materi kebahasaan.

2) Kesalahan ‘intrabahasa’ (intralingual errors) yaitu kesalahan yang merefleksikan ciri-ciri umum kaidah yang dipelajari seperti kesalahan generalisasi, aplikasi yang tidak sempurna terhadap kaidah-kaidah, dan kegagalan mempelajari kondisi-kondisi penerapan kaidah. Dengan singkat, penyebab kesalahan” intrabahasa” ini adalah:

a) Penyamarataan berlebihan (Over-generalization)

Penyamarataan berlebihan atau over-generalization mencakup contoh-contoh dimana seorang pelajar menciptakan struktur yang menyimpan berdasarkan pengalamannya mengenai struktur-struktur lain dalam bahasa sasaran atau bahasa target.


(14)

12

Contohnya: he can sings yang seharusnya he can sing

Pada umumnya, penyamarataan berlebihan (over generalization) melibatkan penciptaan suatu struktur yang menyimpang pada tempat dua struktur yang regular. Hal ini mungkin saja sebagai akibat upaya seorang pelajar mengurangi beban linguistiknya. (Richards, 1985:174)

b) Ketidaktahuan akan pembatasan kaidah (ignorance of rule restrictions)

Berkaitan erat dengan penyamarataan atau generalisasi struktur-struktur yang menyimpang yang telah dijelaskan sebelumnya adalah kegagalan mengamati pembatasan-pembatasan atau restriksi-restriksi struktur-struktur yang ada, yaitu penerapan kaidah-kaidah terhadap konteks-konteks yang tidak menerima penerapan tersebut.

Contoh: The man who I saw him

We saw him play football and we admired

c) Penerapan kaidah yang tidak sempurna (incomplete application of rules)

Dalam kategori ini terjadinya struktur-struktur yang penyimpangannya menggambarkan taraf perkembangan kaidah-kaidah yang diperlukan untuk menghasilkan ucapan-ucapan yang berterima atau dapat diterima. Sebagai contoh: kesulitan-kesulitan sistematis dalam penggunaan pertanyaan-pertanyaan yang dapat diamati dengan jelas pada siswa yang mempelajari bahasa kedua (B2). Pelajar B2 yang mungkin hanya tertarik pada komunikasi, dapat mencapai komunikasi yang cukup efisien tanpa memerlukan pengawasan yang lebih banyak daripada kaidah-kaidah sederhana pemakai pertanyaan.

Contoh:

Pertanyaan guru jawaban siswa


(15)

13

What was she saying? She saying she would ask him (Richards, 1985:178) d) Salah menghipotesiskan konsep (false concepts hypothesized)

Sebagai tambahan terhadap jajaran-kesalahan intralingual yang telah dibahas di atas, masih terdapat sejenis kesalahan perkembangan yang diturunkan dari pemahaman yang salah terhadap pembedaan-pembedaan di dalam bahasa target.

Hal ini kadang-kadang berkaitan dengan gradasi hal-hal pengajaran yang tidak selaras. Sebagai contoh, bentuk was dalam bahasa Inggris dapat diinterpretasikan sebagai penanda atau ciri pada masa lalu sehingga menghasilkan one day it was happened dan bentuk is mungkin dipahami sebagai yang berhubungan dengan penanda pada masa kini (sekarang) sehingga menghasilkan he is speaks dutch. Seharusnya he speaks dutch Contoh: farmers are went to their houses

Seharusnya Farmers went to their houses.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa faktor penyebab kesalahan diantaranya disebabkan oleh kesalahan antarbahasa maupun kesalahan intrabahasa. Kesalahan antarbahasa yaitu terjadi antara bahasa asli dan bahasa serapan. Sedangkan kesalahan intrabahasa terjadi di dalam bahasa asli itu sendiri.


(16)

14 2.2 Analisis Kesalahan

a. Definisi Analisis Kesalahan

Ada beberapa pendapat mengenai definisi analisis kesalahan. Meikyo Kokugo Jiten Analisis (分析/Bunseki) adalah sebagai berikut ini:

複雑 事柄 細 要素 分 、 性質、構造 明

哲学 、対象 表現 概念 、 構

要素 分 解明 (総合) 物質 分 検出 各

量 調べ、 組 明

Fukuzatsuna kotogara o komakana, youso ni wakete, sono seishitsu, kouzou nado o akirakani suru koto. Tetsugakude, taishou, hyougen, gainen nado o, sore o kousei suru youso ni wakete kaimei suru koto (sougou). Busshitsu no seibun o kendashite kakuryou o shirabe, sono sosei o akirakani suru koto.

Artinya, “analisis adalah suatu kegiatan menjelaskan asal mula atau struktur dari permasalahan yang rumit dengan melakukan pemilihan secara satu persatu. Dalam ilmu filsafat, analisis adalah kegiatan memilah secara satu persatu struktur daripada konsep, ungkapan atau objek guna menerangkan masalah yang ada.”

Sementara kesalahan menurut Miki (1997:4) adalah sebagai berikut:

誤用 う い物 判断 、実 、大変微秒 物 あ 、

結果 々日本人話者 一読 、あ い 聴い 、 奇妙

感 誤用う いう

Goyou to sou denai mono to no handai ha, jitsu ha, taihen bibiyouna mono ga ari, kekka ha wareware nihonjin washa ga ichidoku shite, arui ha kiite, (kimyoudana) to kanjita mono ga goyou da to iu koto ni naru.

Artinya, ketika penutur asli bahasa Jepang mendengar pembelajar bahasa kedua bertutur atau membaca sekilas apa yang ia tulis maupun ucap dan merasakan kerancuan di dalamnya, maka hal tersebut dapat dikatakan sebuah kesalahan.


(17)

15

Ellis (1987:296) mengatakan analisis kesalahan adalah suatu prosedur kerja, yang biasa digunakan oleh para peneliti dan guru bahasa, yang meliputi pengumpulan sampel, pengidentifikasian kesalahan yang terdapat dalam sampel, penjelasan kesalahan tersebut, pengklasifikasian kesalahan itu berdasarkan penyebab-penyebabnya serta pengevaluasian atau penilaian taraf keseriusan kesalahan itu.

James (1998:5-6) juga mengemukakan bahwa analisis kesalahan sebagai cabang dari linguistik terapan pembelajaran bahasa pertama dan bahasa kedua/bahasa asing yang melibatkan bahasa ibu, bahasa sasaran, dan bahasa antara-bahasa sasaran yang digunakan pembelajar. Namun, ciri khas analisis kesalahan terletak pada pendeskripsian bahasa sasaran dan bahasa antara termasuk analisis perbandingan diantaranya. Oleh karena itu, pendeskripsian dan perbandingan bahasa sasaran dengan bahasa antara termasuk dalam tahapan analisis kesalahan berbahasa.

Selanjutnya Corder (1981) dalam (Tarigan, 1988:70-72) menyatakan, bahwa analisis kesalahan mempunyai fungsi dalam proses pembelajaran, yaitu untuk menginvestigasi proses pembelajaran bahasa. Pada saat siswa menganalisis kesalahan, hal tersebut jelas memberi manfaat tertentu, karena pemahaman terhadap kesalahan itu merupakan umpan balik yang sangat berharga bagi pengevaluasian dan perencanaan, yang diartikan bahwa analisis kesalahan adalah suatu prosedur kerja, sebagai prosedur kerja analisis kesalahan mempunyai langkah-langkah tertentu, yang dimaksud dengan “metodologi” analisis kesalahan. Hal tersebut mencakup pada pengumpulan data kesalahan, pengidentifikasian kesalahan dan pengklasifikasian kesalahan, memperingkat kesalahan, menjelaskan kesalahan, dan mengoreksi kesalahan.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa analisis kesalahan adalah suatu proses penelitian yang bertujuan untuk menganalisis kesalahan berbahasa yang digunakan oleh pembelajar bahasa asing melalui prosedur kerja dengan menggunakan teknik penelitian meliputi pengumpulan data pada sampel, pengidentifikasi kesalahan


(18)

16

tersebut berdasarkan faktor penyebabnya, dan menginterpretasikan kesalahan tersebut secara sistematis. Adapun pada penelitian ini mengacu pada teori (Corder 1981) bahwa menyatakan, bahwa analisis kesalahan mempunyai fungsi dalam proses pembelajaran, yaitu untuk menginvestigasi proses pembelajaran bahasa .

b. Batasan Analisis Kesalahan

Batasan kesalahan yang harus dikoreksi menurut Hendrickson (dalam Tarigan, 1988:194) adalah:

1) Kesalahan global, yaitu kesalahan-kesalahan yang mengganggu komunikasi atau yang mengacaukan pemahaman sesuatu pesan. Kesalahan-kesalahan ini mendapat prioritas pertama untuk dikoreksi.

2) Kesalahan yang mengakibatkan salah paham, yang mengakibatkan timbulnya reaksi-reaksi yang tidak menguntungkan, merupakan kesalahan-kesalahan yang paling umum, paling utama dikoreksi.

3) Kesalahan yang sering terjadi, yang mempunyai frekuensi yang tinggi pun harus diberi prioritas utama untuk diperbaiki atau dikoreksi.

c. Tujuan dan Manfaat Analisis Kesalahan

Analisis kesalahan merupakan suatu kegiatan yang penting dalam pembelajaran bahasa. Analisis kesalahan dilakukan untuk mengetahui penyimpangan apa yang terjadi pada pembelajar bahasa dan berdasarkan temuan tersebut dicari suatu solusi agar penyimpangan tersebut tidak memfosil pada pembelajar bahasa (Chou, 2001).


(19)

17 1) Tujuan Analisis Kesalahan

Tujuan daripada analisis kesalahan dikemukakan oleh Tarigan (2011:64) sebagai suatu cara dalam mencari umpan balik yang dapat digunakan sebagai titik tolak perbaikan pengajaran bahasa yang diharapkan dapat mengurangi atau mencegah kesalahan dalam berbahasa. Dalam hal ini analisis kesalahan juga berperan untuk menjelaskan serta menggambarkan sistem linguistik bahasa siswa dan membandingkan dengan bahasa kedua atau bahasa target yang dipelajari.

Menurut Tarigan (2011:69), tujuan analisis kesalahan bersifat aplikatif dan teoretis. Tujuan aplikatif artinya mengurangi dan memperbaiki kesalahan berbagai siswa, sedangkan dari segi tujuan teoretis adalah mengharapkan pemerolehan bahasa siswa yang pada gilirannya dapat memberikan pemahaman ke arah proses pemerolehan bahasa secara umum.

2) Manfaat Analisis Kesalahan

Manfaat yang dapat diperoleh daripada analisis kesalahan juga dipaparkan oleh Tarigan (2011) sebagai berikut ini:

a) Menentukan urutan penyajian butir-butir yang diajarkan dalam kelas dan buku teks, misalnya urutan mudah-sukar.

b) Menentukan urutan jenjang relatif penekanan, penjelasan, dan latihan berbagai butir bahan yang diajarkan.

c) Merencanakan latihan dan pengajaran remedial. d) Memilih butir-butir bagi pengujian kemahiran siswa.


(20)

18 d. Langkah-Langkah Analisis Kesalahan

Tarigan memaparkan langkah-langkah analisis kesalahan sebagai berikut ini:

1) Mengumpulkan data, berupa kesalahan berbahasa yang dibuat oleh siswa, dalam penelitian ini data tersebut berupa soal tes.

2) Mengidentifikasi dan mengklasifikasi kesalahan, yakni mengenali dan memilah-milah kesalahan berdasarkan kategori kebahasaan, misalnya pembentukan kata, perubahan kata.

3) Memperingkat kesalahan, yakni mengurutkan kesalahan berdasarkan frekuensi atau keseringan kesalahan yang dilakukan.

4) Menjelaskan kesalahan, yakni menggambarkan letak kesalahan, tipe kesalahan, penyebab kesalahan dan memberikan contoh yang benar.

5) Mempekirakan atau memprediksi daerah atau butir kebahasaan yang rawan.

6) Mengoreksi kesalahan, yakni memperbaiki dan jika dapat menghilangkan kesalahan melalui penyusunan penulisan yang tepat, buku pegangan yang baik dan teknik pengajaran yang sesuai.


(21)

19 2.3 Gairaigo (外来語)

a. Definisi Gairaigo

Gairaigo adalah bahasa Jepang dari “kata serapan” atau “kata pinjaman” yang dirubah kedalam bahasa Jepang yang sesuai dengan aturan dalam bahasa Jepang. Secara khusus, kata ini mengacu pada kata dari bahasa asing non-kango yang kemudian dijadikan bahasa Jepang melalui penyesuaian berdasarkan aturan-aturan yang ada dalam bahasa Jepang. Biasanya ditulis dengan huruf Katakana.

Gairaigo modern datang dari bahasa Inggris, tetapi dalam ilmu kedokteran diambil dari bahasa Jerman, bidang model/baju dari bahasa Perancis, bidang musik dari bahasa Italia dan sebagainya, sesuai dengan bidangnya masing-masing.

Gairaigo (外来語) merupakan istilah yang digunakan dalam bahasa Jepang untuk menyebutkan kosakata pinjaman dari bahasa asing namun tidak termasuk kosakata pinjaman dari bahasa Cina (漢語/ kango). Kata gairaigo berasal dari kata gai (外) yang berarti luar, rai (来) yang berarti datang dan go (語) yang berarti kata, yang jika diterjemahkan secara langsung dapat diartikan sebagai kata yang datang dari luar. Ishiwata dalam 外来語 語源/ Gairaigo no Gogen (1979: iv), menyebutkan bahwa pengertian gairaigo adalah:

外来語 外国 日本語 中 入っ 来 単語 あ いわゆ

漢語 中国 取 入 物 あ 、外来語 いっ 良い

、 い い う い 日本ほ 外来語い い いう 、特く ー

ッっ ぱ 社言語げ 日本語ほ 中 入いっ 言語げ あ

Gairaigo ha gaikoku kara nihongo no naka ni haitte kita tango dearu. Iwayuru kango mo chuugoku kara tori ireta mono dearukara, gairaigo to ittemo yoi ga, daitai ha soudenai. Nihonde gairaigo to iu no ha, tokuni yooroppa no shagengo kara Nihongo no naka ni haitte kita gengo dearu.


(22)

20

Gairaigo adalah kata-kata dari luar negeri yang masuk ke dalam bahasa Jepang. Apa yang disebut kango pun yang merupakan sesuatu yang diambil dari Cina, maka dapat juga disebut sebagai gairaigo, tetapi umumnya tidak demikian yang disebut sebagai gairaigo di Jepang adalah khususnya kata-kata yang berasal dari bahasa negara-negara Eropa.

Berdasarkan pernyataan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa kata-kata yang termasuk gairaigo dalam bahasa Jepang pada umumnya adalah kata-kata yang berasal dari bahasa negara-negara Eropa dan negara lainnya, sedangkan kango sudah menjadi kosakata Jepang asli yang terlebih dulu dipakai di dalam bahasa Jepang.

Pernyataan tersebut didukung oleh pendapat Gottlieb (2005:11), bahwa kango berasal dari interaksi antara Jepang dengan Cina sejak abad ke-5. Panjangnya sejarah kango di Jepang mengakibatkan kebanyakan orang Jepang tidak lagi memandang kango sebagai gairaigo namun sebagai bagian dari kosakata Jepang asli. Oleh karena itu, pada masa sekarang, yang termasuk dalam gairaigo umumya adalah kata-kata pinjaman yang berasal dari barat ataupun dari negara lain selain Cina.

Penyesuaian yang dilakukan pada gairaigo umumnya menyebabkan perubahan pada kosakata yang bersangkutan baik dari segi fonologi, morfologi maupun semantik sehingga setelah proses penyesuaian, kosakata gairaigo tersebut seringkali tidak bisa dimengerti oleh pengguna bahasa asli, dalam hal ini bahasa Inggris. (Shibatani, 2001: 153).

Suzuki dalam Gottlieb (11-12) menyatakan bahwa bahasa Jepang sekarang ini dibanjiri dengan banyak sekali kata-kata pinjaman dalam segala bentuk yang umumnya berasal dari Inggris. Kemajuan teknologi juga menjadi penyebab berkembangnya istilah baru yang dipinjam dari bahasa Inggris seperti mausu (mouse), fairu (file), kurikku (click) dan sebagainya. Pelajaran bahasa resmi Inggris di sekolah-sekolah di Jepang juga merupakan salah satu kontributor dari munculnya kata-kata pinjaman baru.


(23)

21 b. Sejarah Gairaigo

Menurut Frellesvig (2010: 403) masuknya kata-kata pinjaman atau gairaigo dari luar negeri ke bahasa Jepang dibagi menjadi tiga gelombang utama: (a) sebelum zaman Meiji, (b) dari zaman Meiji sampai akhir Perang Dunia Kedua dan (c) setelah berakhirnya Perang Dunia Kedua. Kosakata yang masuk pada dua gelombang terakhir dinilai lebih berpengaruh terhadap bahasa Jepang zaman sekarang dibandingkan kosakata pinjaman yang masuk ke dalam bahasa Jepang sebelum zaman Meiji, tidak termasuk kango yang merupakan pinjaman dari bahasa Cina, masuk sebelum zaman Meiji dan tetap memiliki pengaruh dalam bahasa Jepang saat ini.

Tradisi peminjaman kosakata asing ke dalam bahasa Jepang ini dimulai dari kontak bahasa Jepang yang paling awal dengan daratan utama Asia, ketika kata pinjaman datang dari negara tetangga Jepang seperti: bahasa Cina (kuni, uma), bahasa Ainu (sake, konbu), bahasa Korea (ki-sen), dan juga dari bahasa Sansekerta yang banyak memuat istilah agama Budha, kesa, sara, danna dan sebagainya (Miller, 1980: 237-239).

Masuknya bangsa Portugis ke Jepang pada pertengahan abad ke-16 membawa banyak kata-kata baru, dimana sebagian besar dari kata-kata tersebut berkaitan dengan budaya dari Eropa. Beberapa kata pinjaman dari Portugis misalnya pan (roti) dari pao, konpeitoo (manisan/permen) dari confeito, kasutera (kue sponge manis) dari castella dan yang paling terkenal adalah kata tempura (metode menggoreng makanan laut dan sayuran yang dibalut tepung) dari kata tempero yang memiliki arti ‘membumbui’ dalam bahasa aslinya. (Miller 1980: 240)

Pada masa pengisolasian Jepang dari negara-negara lain selain Belanda yang masih diberikan izin perdagangan terbatas pada masa itu, bahasa Belanda pun mulai masuk ke dalam bahasa Jepang. Contoh kata-kata pinjaman dari Belanda misalnya gomu (karet) dari gom, arukoru (alkohol) dari alkohol dan sebagainya. Kemudian pada saat Perang Dunia Kedua, bahasa Jerman juga mulai masuk ke dalam bahasa Jepang. Contohnya kata


(24)

22

arubaito (kerja paruh waktu, khususnya bagi murid sekolah) dari kata arbeit. (Miller, 1980: 240-243)

Pada saat semangat nasionalisme sedang berkobar kuat pada tahun 1930-an sampai pada tahun 1945, pemakaian kata pinjaman asing dilarang oleh pemerintah. Hal ini mengakibatkan kesulitan bagi banyak orang Jepang, terutama mereka yang bekerja di bidang yang berhubungan dengan teknologi. (De Mente, 2004:72).

Stanlaw (2004:69) menyatakan bahwa pada saat itu, terjadi gerakan yang berusaha menghilangkan pengaruh asing, bahkan dalam bahasa sekalipun, dengan cara mengganti gairaigo dengan yamato kotoba. Contohnya kata annaunsu (announcer) diganti dengan hoosoo-in (yang berarti ‘orang yang menyiarkan’).

Namun setelah perang dunia ke-2 berakhir, orang Jepang mulai kembali memakai kata-kata pinjaman dari bahasa asing. Banyaknya orang Amerika dan ilmuwan yang tersebar di seluruh Jepang ditambah dengan masuknya film-film Amerika, publikasi dalam bahasa Inggris, dan pengenalan terhadap beribu-ribu konsep yang tidak memiliki padanan kata Jepang, maka jumlah gairaigo pun bertambah banyak dengan pesat setelah perang usai. Bom ekonomi yang terjadi di Jepang pada tahun 1950-an dan berlangsung selama lebih dari 30 tahun juga merupakan salah satu hal penting yang berperan dalam bertambahnya istilah-istilah teknik yang di-Jepang-kan dan ditambahkan ke dalam kosakata Jepang. (De Mente 2004: 72)

Menurut De Mente (2004: 72), hampir mustahil bagi orang Jepang untuk berbicara tentang apapun selama lebih dari beberapa menit tanpa menggunakan satu atau lebih kata-kata dari luar negeri yang telah di-Jepang-kan. Dalam semua bidang yang berhubungan dengan bisnis, dan terutama di bidang teknologi, orang Jepang hampir tidak bisa lepas dari penggunaan gairaigo. Gairaigo juga banyak dipakai dalam menyebutkan barang-barang elektronik dan dalam iklan-iklan.


(25)

23

Merujuk pada pendapat Sudjianto dan Dahidi (2007:107) bahwa ada beberapa alasan mengapa gairaigo banyak digunakan dalam bahasa Jepang diantaranya:

1) Kata yang diambil dari bahasa asing yang dijadikan gairaigo tersebut dianggap efektif dan efisien.

2) Tidak adanya kata dari bahasa asli untuk mendeskripsikan sesuatu yang disebabkan oleh budaya maupun perkembangan bahasa itu sendiri.

3) Makna yang terkandung pada suatu kata asing tersebut yang tidak dapat diwakili oleh padanan kata yang ada pada bahasa asli.

4) Kata asing menurut rasa bahasa dipandang mempunyai nilai rasa yang baik dan harmonis.

5) Kata asing yang telah diubah menjadi gairaigo lebih mempunyai nilai eksistensi yang tinggi bagi pengguna bahasa tersebut.

d. Penulisan Gairaigo

Gairaigo merupakan kata-kata pinjaman dari bahasa asing yang telah mengalami penyesuaian, salah satunya adalahnya penyesuaian dalam penulisan. Gairaigo tidak ditulis dengan menggunakan romaji seperti dalam bahasa asalnya melainkan ditulis dengan menggunakan huruf Katakana.

Penulisan gairaigo tentunya harus sesuai dengan aturan-aturan yang ada di dalam bahasa Jepang termasuk dalam tatacara pengucapannya. Pada umumnya pengucapan gairaigo sedikit berbeda dari bunyi pengucapan kata aslinya karena sudah disesuaikan dengan aturan-aturan bunyi yang ada dalam bahasa Jepang.


(26)

24

Aturan penulisan gairaigo menurut Sudjianto dan Dahidi (2004:107) adalah sebagai berikut:

1) Konsonan [t] dan [d] ditambahkan dengan vokal [o]

Contoh: Hint : hinto

Bed : beddo ベッ

2) Konsonan [c],[b],[g],[f],[k],[l],[m],[p], dan konsonan [s] ditambah vokal [u]

Contoh: Post : posuto ポス

Rugby : ragubi

3) Vokal rangkap yang dalam bahasa aslinya dibaca dengan cara dileburkan, dianggap panjang dan diganti dengan tanda setrip atau garis panjang (―)

Contoh : Peak : piiku

Beer : biiru Leader : riidaa ー ー

4) Konsonan rangkap diganti dengan menggunakan tsu(ッ) kecil

Contoh : Dock : dokku

Rock : rokku

5) Konsonan [l] diganti [r] dan ditambahkan dengan vocal [u]

Contoh: Milk : miruku

Silver : shirubaa シ ー 6) Konsonan [v] diganti menjadi [b]

Contoh : Elevator : erebeetaa エ ベーター

Advice : adobaisu ア イス

7) Konsonan [r] yang tidak diikuti dengan huruf vokal diganti dengan tanda setrip atau garis panjang (―)

Contoh : Car : kaa カー


(27)

25

8) Konsonan [p],[t],[d],[g],[k] di belakang kata yang didahului dengan huruf vokal dirangkapkan

Contoh : Cup : koppu コップ

Planet : puranetto プ ネッ 9) [~ture] di belakang kata ditulis [chaa / チャ―]

Contoh: Picture : pikuchaa チャー

Adventure : adobenchaa ア ベンチャー 10) [~tion] di belakang kata ditulis [shon / シ ン]

Contoh: Communication : komyunikeeshion コミュニ ーシ ン

Selain contoh dari daftar kombinasi huruf pada uraian di atas, ada juga cara kombinasi lain yang memungkinkan pengucapan kata asing tersebut dekat dengan bahasa asli.

Contoh :

Produser プ ューサー

Purodyuusaa

(AOTS, 2008:96) Selain aturan penulisan berdasarkan uraian di atas, ada aturan penulisan yang lain, contohnya pada kata event, perubahannya yaitu menjadi ibento seperti contoh berikut:

Event イベン Ibento

Kata event berubah menjadi ibento ke dalam bahasa Jepang dikarenakan perubahan yang terjadi sesuai dengan bunyi yang


(28)

26

BAB III

METODE PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

3.1 Metode Penelitian

Sudaryanto (dalam Sutedi, 2011:53) menyatakan bahwa metode adalah cara yang harus dilaksanakan, teknik adalah cara melaksanakan metode. Sedangkan (Darmadi, 2013: 9) menyatakan bahwa dalam bahasa Indonesia penelitian merupakan suatu kata yang berasal dari kata “teliti”, yang artinya sesuatu yang dilakukan dengan cermat dan tidak sembrono atau gegabah tetapi dilakukan dengan hati-hati. Jadi metode penelitian dapat diartikan sebagai cara atau prosedur yang harus ditempuh untuk menjawab masalah penelitian terebut. Prosedur ini merupakan langkah kerja yang bersifat sistematis, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan pengambilan kesimpulan.

Penelitian ini menggunakan metode analisis kesalahan, yaitu suatu prosedur kerja yang biasa digunakan oleh para peneliti dan guru bahasa yang meliputi pengumpulan sampel, pengidentifikasian kesalahan yang terdapat dalam sampel, penjelasan kesalahan tersebut, pengklasifikasian kesalahan itu berdasarkan penyebabnya, serta pengevaluasian atau penilaian taraf keseriusan kesalahan itu (Tarigan, 2011:60).

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dan kualitatif (metode kombinasi) dengan model sequential explanatory (urutan pembuktian) yang diusulkan oleh Creswell (2009).

Pada penelitian ini, peneliti mengambil jenis metode model sequential, hal tersebut dikarenakan penelitian ini adalah penelitian berurutan. Sedangkan yang diambil yaitu jenis metode sequential explanatory. Dalam hal sequential, sequential explanatory menurut Creswell (2009) menyatakan bahwa model sequential explanatory dicirikan dengan pengumpulan data dan analisis data kuantitatif pada tahap pertama, diikuti dengan pengumpulan dan analisis data


(29)

27

kualitatif pada tahap kedua, guna memperkuat hasil penelitian kuantitatif yang dilakukan pada tahap pertama.

Sesuai karakteristik metode kombinasi sequential explanatory, dimana pada tahap pertama penelitian menggunakan metode kuantitatif dan pada tahap kedua menggunakan metode kualitatif. Metode kuantitatif yaitu dilakukan dengan cara pengambilan soal tes, dan angket digunakan untuk mencari jawaban dari rumusan masalah yaitu bagaimana tipe kesalahan yang terjadi dalam penulisan gairaigo yang berasal dari bahasa Inggris. Sedangkan tahap metode kualitatif yaitu dengan cara wawacara dan membuat deskripsi tipe kesalahan dan faktor penyebab untuk mencari jawaban dari rumusan masalah. Dengan demikian penelitian kombinasi dilakukan untuk menjawab rumusan masalah penelitian kuantitatif dan rumusan masalah kualitatif, atau rumusan masalah yang berbeda, tetapi saling melengkapi.

Metode dan pendekatan yang digunakan dalam penelitian tersebut diharapkan dapat mengungkapkan atau menggambarkan fenomena yang sedang terjadi mengenai kesalahan mahasiswa dalam hal penulisan kata serapan (gairaigo) dan dapat menganalisa kesalahan tersebut dengan objektif.

3.2 Subjek Penelitian

a. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2011:119).

Populasi dari penelitian ini adalah mahasiswa tingkat III tahun ajaran 2013/2014 Program Studi Pendidikan Bahasa Jepang Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.


(30)

28 b. Sampel

Darmadi (2013:50), menyatakan bahwa sampel adalah sebagian dari populasi yang dijadikan objek/subjek penelitian. Sedangkan Sutedi (2011: 79) menyimpulkan bahwa sampel adalah bagian dari populasi yang dianggap mewakili untuk dijadikan sumber data.

Sampel pada penelitian ini adalah 30 orang mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Jepang UMY Tingkat III tahun ajaran 2013/2014, diambil secara acak sebanyak 15 orang dari kelas A dan 15 orang dari kelas B.

Sementara itu pengambilan sampel menggunakan teknik probability sampling dengan jenis simple random sampling. Adapun probability sampling menurut Sugiyono adalah teknik sampling yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Menurut Kerlinger (2006:188), simple random sampling adalah metode penarikan dari sebuah populasi atau semesta dengan cara tertentu sehingga setiap anggota populasi atau semesta tadi memiliki peluang yang sama untuk terpilih atau terambil.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Data pada penelitian ini diperoleh menggunakan teknik test, teknik kuesioner (angket), teknik interview (wawancara), dan teknik dokumentasi. Teknik test digunakan untuk mencari tipe-tipe kesalahan dalam penulisan gairaigo. Sedangkan, teknik interview, kuesioner, dan dokumentasi digunakan untuk mencari penyebab terjadinya kesalahan dalam penulisan gairaigo.

Sampel diminta untuk mengerjakan soal tes tertulis dan mengisi angket yang telah disediakan. Berikut adalah langkah-langkah yang dilakukan dalam proses pengumpulan data:


(31)

29

1) Menentukan subjek penelitian yaitu mahasiswa tingkat III tahun ajaran 2013/2014 Program Studi Pendidikan Bahasa Jepang UMY.

2) Sampel diminta menjawab atau mengisi lembar soal mengenai kesalahan dalam penulisan gairaigo.

3) Sampel diminta untuk mengisi angket mengenai pengalaman mempelajari gairaigo.

4) Setelah mengisi soal dan menjawab angket, dilakukan wawancara untuk mencari latar belakang terjadinya kesalahan.

5) Selain melakukan wawancara, dilakukan analisis dokumen hasil tes untuk mengidentifikasi, mengklasifikasi, dan menghitung peringkat kesalahan berdasarkan tipe kesalahan yang muncul.

3.4 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yaitu alat yang digunakan untuk mengumpulkan atau menyediakan berbagai data yang diperlakukan dalam kegiatan penelitian (Sutedi, 2011:155). Dalam penelitian ini akan digunakan dua macam instrumen, yaitu instrumen berbentuk tes dan non-tes. Menurut Arikunto (1998:139) tes adalah serangkaian pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Instrumen berbentuk tes berupa soal tes tertulis, sedangkan instrumen yang berbentuk non-tes berupa pedoman angket, pedoman wawancara, dan dokumen berupa deskripsi hasil tes..

a. Tes tulis

Tes tulis berupa soal yang diberikan ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kemampuan mahasiswa tingkat III Program Studi Pendidikan Bahasa Jepang UMY tahun ajaran 2013/2014 tentang penulisan gairaigo, pada kosakata gairaigo yang diambil dari bahasa Inggris dengan Katakana.


(32)

30

Materi tes yang digunakan pada penelitian ini diambil dari buku Minna no Nihongo , Kana Nyumon, dan materi tes yang diambil dari kumpulan gairaigo yang mengacu pada buku-buku yang telah dan sedang dipelajari oleh para mahasiswa dari tingkat I, II dan III. Serta dari sumber-sumber lain yang relevan, seperti buku panduan penulisan Katakana dan kamus gairaigo. Tes yang disajikan kepada mahasiswa terdiri dari tes tulis, yaitu menjawab soal gairaigo dengan beberapa tipe yang mengunakan bahasa aslinya yaitu bahasa Inggris yang kemudian diubah kedalam huruf Katakana. Tes terdiri dari 20 soal. Setiap responden menuliskan kosakata gairaigo yang diambil dari bahasa Inggris dengan menggunakan Katakana.

Dalam hal tertentu untuk tes yang telah disusun sesuai dengan materi dan tujuannya agar memenuhi validitas isi dapat pula dimintakan bantuan para ahli bidang studi untuk menelaah apakah konsep yang diajukan telah memadai atau tidak sebagai sampel (Sudjana, 1995:13). Oleh karena itu, untuk mendapatkan data yang akurat, peneliti melakukan uji validitas instrumen.

1) Uji Validitas dan Realibilitas Soal Tes

Validitas dan realibilitas adalah aspek yang penting dalam sebuah penelitian. Penelitian akan diragukan hasil penemuannya jika alat ukur yang digunakan tidak memenuhi kedua aspek tersebut. Dalam penelitian ini, instrumen penelitian yang diukur validitas dan realibilitasnya adalah instrumen tes yang berupa soal tes yang berupa tes tertulis saja. Hal ini dikarenakan instumen non-tes yang berupa angket merupakan instrumen pendukung.

a) Uji Validitas

Pengertian validitas menurut Sutedi (2011:157) adalah suatu alat ukur yang berkenaan dengan ketepatannya dalam mengukur apa yang akan diukur. Dalam penelitian ini akan


(33)

31

mengukur tentang tingkat pemahaman penulisan. Oleh karena itu instrumen yang digunakan harus diukur sejauh mana instrumen tersebut dapat menunjukan tingkat pemahaman penulisan, sesuai dengan tujuan penelitian ini.

Menurut Sutedi (2011:217-218) validitas terdiri dari dua macam yaitu validitas eksternal dan validitas internal. Validitas eksternal dapat disusun dengan berdasarkan pada fakta-fakta empirik yang telah terbukti kebenaran dan ketepatannya, sehingga bisa dilakukan dengan cara membandingkannya dengan perangkat tes yang sudah dianggap standar. Sedangkan validitas internal dapat diukur dengan cara konsultasi pada pakar yang bersangkutan.

Selain itu pada penelitian ini penulis juga menkonsultasikan instrumen tes penelitian kepada dosen ahli untuk menilai validitas instrumen yang dipakai. Pernyataan expert judgement dari dosen yang bersangkutan menyatakan bahwa instrumen tes yang diberikan kepada sampel terbukti valid.

b) Uji Reliabilitas

Menurut Darmadi (2013:109) pengertian realibilitas instrumen menunjukan tingkat kestabilan, konsistensi, keajegan dan atau kehandalan instrumen untuk menggambarkan gejala seperti apa adanya. Seperti halnya validitas, suatu instrumen harus pula memiliki syarat lain yaitu realibilitas. Artinya suatu alat tes kapan pun dan di mana pun digunakan akan memiliki hasil yang relatif sama, kalaupun ada perbedaan atau perubahan tidak menunjukan perbedaan yang signifikan. (Sutedi, 2011:161).


(34)

32

Pada penelitian ini realibilitas instrumen penulis telah melalui proses expert judgement oleh dosen ahli untuk menyatakan bahwa instrumen tes yang diberikan kepada sampel terbukti reliabel.

Kisi-kisi penulisan soal tes terlampir pada lampiran (1).

b. Angket

Menurut Sutedi (2011:164), angket merupakan salah satu instrumen pengumpul data penelitian yang diberikan kepada responden. Angket dalam penelitian ini merupakan pertanyaan tertulis yang dimaksudkan untuk menggali informasi yang diperlukan untuk memecahkan masalah penelitian ini. Faisal (dalam Sutedi, 2011:164) mengatakan bahwa dilihat dari keleluasan responden dalam memberikan jawabannya, angket dapat digolongkan ke dalam angket tertutup dan angket terbuka.

Angket dalam penelitian ini berupa pertanyaan pilihan ganda dan angket tertulis yang diberikan kepada responden untuk mengetahui jawaban responden mengenai pemahaman, penulisan kosakata gairaigo, dan pengalaman belajar gairaigo.

Jenis angket yang digunakan yaitu angket tertutup dan terbuka. Angket tertutup yaitu angket yang berupa alternatif jawabannya sudah disediakan oleh peneliti, sehingga responden tidak memiliki keleluasaan untuk menyampaikan jawaban dari pertanyaan yang sudah diberikan kepadanya. Sedangkan pada angket terbuka responden diberikan keleluasaan untuk menjawabnya, karena hanya berupa daftar pertanyaan saja (Sutedi, 2011:164). Angket terbuka bertujuan untuk menggali informasi sedalam mungkin kepada responden, karena responden diberikan kebebasan untuk memberikan isian sesuai dengan kehendak dan keadaan yang sebenarnya.


(35)

33

Pada penelitian ini penulis menyajikan 15 pertanyaan pada angket yang diberikan pada responden, yang terdiri dari 15 soal pilihan ganda yang berupa kuesioner tertutup, sedangkan dalam 15 soal tersebut terdapat tujuh soal tertulis yang berupa kuesioner terbuka.

Kisi-kisi penulisan angket terlampir pada lampiran (3).

c. Wawancara

Wawancara dilakukan untuk memastikan apakah kesalahan tersebut merupakan error atau mistake, serta mencari latar belakang responden melakukan kesalahan tersebut.

Pedoman wawancara terlampir pada lampiran (5).

d. Dokumentasi

Dokumentasi dilakukan untuk mencari kaitan antara tipe kesalahan, latar belakang, serta penyebab kesalahan. Rangkuman dari deskripsi kesalahan berdasarkan hasil tes terlampir pada lampiran (6).

3.5 Teknik Analisis Data

Langkah-langkah analisis kesalahan yang dilakukan untuk menganalisis data yaitu sebagai berikut ini:

a. Mengolah data hasil tes dengan ketentuan berikut:

1) Mengidentifikasi jawaban benar dan jawaban salah dari setiap sampel.

2) Menghitung presentase kesalahan setiap soal.

3) Membuat peringkat berdasarkan presentase kesalahan terbesar ke presentase kesalahan terkecil.


(36)

34

Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung frekuensi dan presentase jawaban benar dan salah dengan menggunakan rumus (Meisa, 2014:52) :

� =�

�× % Keterangan:

P = presentase frekuensi dari setiap jawaban f = frekuansi dari setiap jawaban

x = jumlah responden

4) Membuat tabel frekuensi dan presentase kesalahan dari masing-masing item jawaban.

b. Mengolah data hasil angket, dengan mendata variasi jawaban dari setiap pertanyaan serta menghitung presentasenya. Penulis menganalisis data angket yang terdiri dari 15 butir pertanyaan. 15 soal kuesioner tertutup dengan bentuk pilihan ganda dengan tujuh soal kuesioner terbuka dengan bentuk jawaban tertulis. Pengolahan data angket dilakukan dengan teknik proporsional tersebut yaitu melihat presentase jumlah jawaban responden dengan langkah-langkah sebagai berikut (Meisa, 2014:53):

1) Menjumlahkan setiap jawaban angket 2) Menyusun frekuensi jawaban

3) Membuat tabel frekuensi

4) Menghitung presentase frekuensi dari setiap jawaban dengan mengunakan rumus:

� =�× % Keterangan:

P = presentase frekuensi dari setiap jawaban f = frekuansi dari setiap jawaban


(37)

35

5) Menyusun tabel frekuensi dan presentase jawaban dari tiap-tiap jawaban

6) Menganalisis dan menginterpretasikan jawaban sampel tiap nomor pertanyaan

c. Mengolah data hasil wawancara dan dokumen hasil tes untuk mencari tipe dan faktor penyebab terjadinya kesalahan.


(38)

36

7% 7%

40% 27%

90% 3%

70%

53%

73% 60%

70% 80%

63%

77% 60%

Presentase Kesalahan Setiap Soal

Soal 1 Soal 2 Soal 3 Soal 4 Soal 5 Soal 6 Soal 7 Soal 8 Soal 9 Soal 10 Soal 11 Soal 12 Soal 13 Soal 14 Soal 15 Soal 16 Soal 17 Soal 18 Soal 19 Soal 20 3.6 Analisis Data dan Hasil Penelitian

a. Presentase Kesalahan

Pada bagian ini penulis akan mendeskripsikan hasil analisis data dari penelitian mengenai kesalahan mahasiswa dalam penulisan kosakata gairaigo. Data diperoleh dengan menggunakan instrumen berupa tes dan non-tes yang disebarkan kepada responden tingkat III tahun ajaran 2013/2014 program studi pendidikan bahasa Jepang UMY.

Berdasarkan hasil olahan data instrumen soal yang terdiri dari 20 soal, diperoleh hasil tes berupa 600 butir jawaban dengan jawaban benar 272 butir, jawaban salah sebanyak 310 butir, dan tidak menjawab sebanyak 18 butir. Adapun dari hasil pemeriksaan, kesalahan yang muncul dapat dilihat pada tabel berikut ini:


(39)

37

Berdasarkan data di atas, maka dapat dipahami bahwa soal yang memiliki presentasi kesalahan terbesar adalah soal no. 6 (omelet) dengan presentasi sebesar 90% dan yang paling kecil adalah soal no. 7 (baton) dengan presentasi sebesar 3%.

b. Peringkat Kesalahan

Berikut tabel peringkat kesalahan untuk keseluruhan soal: Tabel 3.1 Peringkat Kesalahan

Peringkat No Soal

N Presentase Kesalahan

1 6 30 90%

2 16 30 80%

3 19 30 77%

4 13 30 73%

5 8 30 70%

6 15 30 70%

7 11 30 67%

8 17 30 63%

9 18 30 63%

10 9 30 60%

11 14 30 60%

12 20 30 60%

13 10 30 53%

14 12 30 43%

15 4 30 40%

16 5 30 27%

17 3 30 20%

18 1 30 7%

19 2 30 7%


(40)

38

c.

Bentuk dan Tipe Kesalahan

1) Bentuk dan Tipe Kesalahan Penulisan Kata Coin 3.2 Tabel Bentuk Kesalahan Penulisan Kata Coin

No

Bentuk kesalahan yang muncul pada kata Coin

Cara Baca Jumlah Responden

1 Cイン C in 1

2 コーイン Cooin 1

Pada soal nomor (1), didapatkan 30 jawaban, yang terdiri dari 28 jawaban benar dan 2 jawaban salah; dari 2 jawaban salah, dijumpai dua tipe kesalahan yaitu salah コ menjadi huruf C romaji dan salah memasukkan bunyi panjang, seperti yang nampak pada contoh data berikut:

Salah コ menjadi huruf C romaji

(1) Coin (コイン) --> Cイン Salah memasukkan bunyi panjang (2) Coin (コイン) --> コーイン

2) Bentuk dan Tipe Kesalahan Penulisan Kata List 3.3 Tabel Bentuk Kesalahan Penulisan Kata List

No

Bentuk kesalahan yang muncul pada kata Coin

Cara Baca Jumlah Responden

1 スー Risuu 1

2 ース Riisuto 1

Pada soal nomor (2), didapatkan 30 jawaban, yang terdiri dari 27 jawaban benar, 2 jawaban salah dan 1 tidak menjawab; dari 2 jawaban


(41)

39

salah, dijumpai dua tipe kesalahan yaitu kurang huruf dah salah memasukkan bunyi panjang, seperti yang nampak pada contoh data

berikut:

Kurang huruf dan salah memasukkan bunyi panjang (3) List ( ス ) --> スー

Salah memasukkan bunyi panjang (4) List ( ス ) --> ース

3) Bentuk dan Tipe Kesalahan Penulisan Kata Piano 3.4 Tabel Bentuk Kesalahan Penulisan Kata Piano No Bentuk kesalahan

yang muncul Cara Baca

Jumlah Responden

1 ア Hiano 1

2 ア Biano 1

3 ア Pia 1

4 ア Pia 1

5 アン Pian 1

6 プ ア Puiano 1

Pada soal nomor (3), didapatkan 30 jawaban, yang terdiri dari 24 jawaban benar dan 6 jawaban salah ; dari 6 jawaban salah, dijumpai empat tipe kesalahan yaitu tidak ada maru, salah tanda maru menjadi teng-teng, kurang huruf dan salah huruf menjadi プ , seperti

yang nampak pada contoh data berikut:

Tidak ada maru


(42)

40 Salah tanda maru menjadi teng-teng

(6) Piano ( ア ) --> ア Kurang huruf

(7) Piano ( ア ) --> ア Salah huruf menjadi プ (8) Piano ( ア ) --> プ ア

4) Bentuk dan Tipe Kesalahan Penulisan Kata Event 3.5 Tabel Bentuk Kesalahan Penulisan Kata Event

No Bentuk kesalahan

yang muncul Cara Baca

Jumlah Responden

1 エベン Ebento 8

2 エ ン Epento 1

3 エ ン Efento 2

4 エ Efo 1

Pada soal nomor (4), didapatkan 30 jawaban, yang terdiri dari 18 jawaban benar dan 12 jawaban salah; dari 12 jawaban salah, dijumpai empat bentuk kesalahan yaitu salah huruf イ menjadi エ, salah tanda teng-teng menjadi maru, huruf ベ berubah menjadi

, dan huruf ベ berubah menjadi , seperti yang nampak pada

contoh data berikut:

Salah huruf イ menjadi エ (9) Event (イベン ) --> エベン

Salah huruf イ menjadi エdan salah tanda teng-teng menjadi maru (10) Event (イベン ) --> エ ン


(43)

41

5) Bentuk dan Tipe Kesalahan Penulisan Kata Opera 3.6 Tabel Bentuk Kesalahan Penulisan Kata Opera

No Bentuk kesalahan

yang muncul Cara Baca

Jumlah Responden

1 Ohera 2

2 Hopera 3

3 ベ Obera 1

4 ップ Oppura 1

5 プ Opuera 1

Pada soal nomor (5), didapatkan 30 jawaban, yang terdiri dari 22 jawaban benar dan 8 jawaban salah ; dari 8 jawaban salah, dijumpai enam tipe kesalahan yaitu salah huruf menjadi , huruf menjadi , salah tanda maru menjadi teng-teng, salah menggunakan ッ kecil , huruf menjadi プ, dan salah huruf

menjadi プ , seperti yang nampak pada contoh data berikut:

Salah huruf menjadi (11) Opera ( ) --> Huruf menjadi

(12) Opera ( ) --> Salah tanda maru menjadi teng-teng

(13) Opera ( ) --> ベ

Salah menggunakan ッ kecil dan huruf menjadi プ (14) Opera ( ) --> ップ

Salah huruf menjadi プ (15) Opera ( ) --> プ


(44)

42

6) Bentuk dan Tipe Kesalahan Penulisan Kata Omelet 3.7 Tabel Bentuk Kesalahan Penulisan Kata Omelet No Bentuk kesalahan

yang muncul Cara Baca

Jumlah Responden

1 ー Omereeto 1

2 イス Omuraisu 7

3 Omereto 8

4 ー Omureeto 2

5 イ Omuraito 2

6 Homoreto 1

7 ー ー Oomereeto 1

8 Homereto 1

9 ミ Omireto 1

10 - Ooruto 1

11 Omureto 1

12 Omurato 1

Pada soal nomor (6), didapatkan 30 jawaban, yang terdiri dari 3 jawaban benar dan 27 jawaban salah ; dari 27 jawaban salah, dijumpai sepuluh tipe kesalahan yaitu salah huruf menjadi , huruf menjadi , huruf menjadi , huruf menjadi ス, huruf menjadi , huruf menjadi , salah bunyi panjang, menambah huruf イ, salah huruf menjadi ミdan huruf menjadi , seperti

yang nampak pada contoh data berikut:

Salah huruf menjadi , huruf menjadi dan huruf menjadi

(16) Omelet ( ) -->


(45)

43

(17) Omelet ( ) --> Salah bunyi panjang dan uruf menjadi

(18) Omelet ( ) --> ー ー

Menambah huruf イ, huruf menjadi , huruf menjadi , dan

huruf menjadi ス

(19) Omelet ( ) --> イス

Huruf menjadi ミ dan huruf menjadi (20) Omelet ( ) --> ミ

7) Bentuk dan Tipe Kesalahan Penulisan Kata Baton 3.8 Tabel Bentuk Kesalahan Penulisan Kata Baton

No

Bentuk kesalahan yang muncul pada kata Baton

Cara Baca Jumlah Responden

1 ン Paton 1

Pada soal nomor (7), didapatkan 30 jawaban, yang terdiri dari 28 jawaban benar, 1 jawaban salah, dan 1 tidak menjawab; dari 1 jawaban salah, dijumpai satu tipe kesalahan yaitu salah menggunakan tanda teng-teng menjadi maru, seperti yang nampak

pada contoh data berikut:

Salah menggunakan tanda teng-teng menjadi maru (21) Baton ( ン) --> ン


(46)

44

8) Bentuk dan Tipe Kesalahan Penulisan Kata Trouble 3.9 Tabel Bentuk Kesalahan Penulisan Kata Trouble

No

Bentuk kesalahan yang muncul pada kata Trouble

Cara Baca Jumlah Responden

1 Toroburu 1

2 ベー Torubeeru 1

3 Torauburu 1

4 ー Toraaburu 1

5 ー Torabuu 1

6 ー Toraabu 2

7 ベ Torube 1

8 シ ベー Shirobeeru 1

9 ー Torooburu 1

10 シ ー Shirobaa 1

11 Torouburu 1

12 ーベ Torooberu 1

13 Torabu 2

14 ベ Toraberu 1

15 ベ Toroberu 1

16 ベー Terobeeru 1

17 ー ベー Toorobeeru 1

18 ー Tooha 1

19 ーベ Toruuberu 1

20 ー Torobuu 1

Pada soal nomor (8), didapatkan 30 jawaban, yang terdiri dari 8 jawaban benar, 21 jawaban salah dan 1 tidak menjawab; dari 21 jawaban salah, dijumpai 11 tipe kesalahan yaitu salah huruf


(47)

45

menjadi , salah menggunakan bunyi panjang, salah keseluruhan huruf, menambah huruf , kurang huruf , huruf menjadi ベ, huruf menjadi べ, huruf menjadi , huruf menjadi , huruf menjadi , dan huruf menjadi シ, seperti yang

nampak pada contoh data berikut: Salah huruf menjadi

(22) Trouble ( ) --> Salah menggunakan bunyi panjang

(23) Trouble ( ) --> ー Salah keseluruhan huruf

(24) Trouble ( ) --> シ ー

Menambah huruf (25) Trouble ( ) -->

Huruf menjadi , huruf menjadi , huruf menjadi べ dan salah menggunakan bunyi panjang

(26) Trouble ( ) --> ベー Kurang huruf dan huruf menjadi

(27) Trouble ( ) --> ー

9) Bentuk dan Tipe Kesalahan Penulisan Kata Violin 3.10 Tabel Bentuk Kesalahan Penulisan Kata Violin

No Bentuk kesalahan

yang muncul Cara Baca

Jumlah Responden

1 ン Bayorin 1

2 ン Bihorin 3

3 ン Uiorin 2

4 ン Biorin 6


(48)

46

6 ン Baoren 1

7 ン Fiorin 2

8 ー ン Biiorin 1

9 ン Buorin 1

Pada soal nomor (9), didapatkan 30 jawaban, yang terdiri dari 10 jawaban benar, 18 jawaban salah dan 2 tidak menjawab; dari 18 jawaban salah, dijumpai delapan tipe kesalahan yaitusalah huruf イ

menjadi , huruf menjadi , huruf イ menjadi 、 huruf menjadi , kurang huruf イ, huruf menjadi , huruf menjadi , dan salah menggunakan bunyi panjang,

seperti yang nampak pada contoh data berikut:

Huruf イ menjadi

(28) Violin ( イ ン) --> ン Huruf menjadi dan huruf イ menjadi

(29) Violin ( イ ン) --> ン Huruf menjadi dan kurang huruf イ

(30) Violin ( イ ン) --> ン

Huruf menjadi dan kurang huruf イ (31) Violin ( イ ン) --> ン

Huruf menjadi dan kurang huruf イ

(32) Violin ( イ ン) --> ン Salah menggunakan bunyi panjang, kurang huruf イ, dan huruf

menjadi


(49)

47

10) Bentuk dan Tipe Kesalahan Penulisan Kata Emerald 3.11 Tabel Bentuk Kesalahan Penulisan Kata Emerald No Bentuk kesalahan

yang muncul Cara Baca

Jumlah Responden

1 エ ー Emeraado 3

2 エ Emurarudo 2

3 エ Emerudo 2

4 エ ー emeraruudo 1

5 エ ー Emeraato 2

6 エ ー Emuraato 1

7 エ ー Emuraado 1

8 エ ー Emeraa 1

9 ー Rarurudo 1

10 エ Emerado 1

11 エ Emera 1

Pada soal nomor (10), didapatkan 30 jawaban, yang terdiri dari 14 jawaban benar dan 16 jawaban salah ; dari 16 jawaban salah, dijumpai delapan tipe kesalahan yaitu kurang huruf dan salah menggunakan bunyi panjang, salah huruf menjadi huruf , kurang huruf , huruf menjadi , kurang huruf , kurang huruf エ, dan kurang

huruf , seperti yang nampak pada contoh data berikut:

Kurang huruf dan salah menggunakan bunyi panjang (34) Emerald (エ ) --> エ ー

Huruf menjadi huruf

(35) Emerald (エ ) --> エ Kurang huruf


(50)

48

Huruf menjadi , kurang huruf , salah menggunakan bunyi

panjang dan kurang huruf (37) Emerald (エ ) --> エ ー

11) Bentuk dan Tipe Kesalahan Penulisan Kata Melody 3.12 Tabel Bentuk Kesalahan Penulisan Kata Melody

No

Bentuk kesalahan yang muncul pada kata Melody

Cara Baca Jumlah Responden

1 Merodi 9

2 Meroji 2

3 ー ー Merodi 1

4 チ Merochi 3

5 Merodo 1

6 Merode 1

7 チ Merochi 1

8 ー Rudi 1

9 Murodi 1

Pada soal nomor (11), didapatkan 30 jawaban, yang terdiri dari 10 jawaban benar dan 20 jawaban salah; dari 20 jawaban salah, dijumpai sepuluh tipe kesalahan yaitu tidak ada bunyi panjang setelah huruf , salah huruf menjadi , salah penempatan bunyi panjang, salah huruf menjadi チ, kurang bunyi panjang, huruf menjadi , huruf menjadi , huruf

menjadi チ , kurang huruf , huruf menjadi huruf , dan huruf menjadi チ, seperti yang nampak pada contoh data


(51)

49

Tidak ada bunyi panjang setelah huruf (38) Melody ( ー) -->

Salah huruf menjadi

(39) Melody ( ー) --> Salah penempatan bunyi panjang

(40) Melody ( ー) --> ー ー

Salah huruf menjadi チ (41) Melody ( ー) --> チ

Huruf menjadi

(42) Melody ( ー) --> Huruf menjadi huruf

(43) Melody ( ー) -->

12) Bentuk dan Tipe Kesalahan Penulisan Kata Pet 3.13 Tabel Bentuk Kesalahan Penulisan Kata Pet

No Bentuk kesalahan

yang muncul Cara Baca

Jumlah Responden

1 ッ Hetto 3

2 ベッ Betto 3

3 Peto 2

4 ー Peeto 3

5 ベ Beto 1

6 プッ Putto 1

Pada soal nomor (12), didapatkan 30 jawaban, yang terdiri dari 17 jawaban benar dan 13 jawaban salah; dari 13 jawaban salah, dijumpai enam tipe kesalahan yaitu kurang tanda maru, salah menggunakan tanda maru menjadi teng-teng, kurang ッ kecil, salah menggunakan bunyi panjang, salah menggunakan ッ kecil


(52)

50

menjadi bunyi panjang ー, dan salah huruf menjadi ゚, seperti yang nampak pada contoh data berikut:

Kurang tanda maru

(44) Pet ( ッ ) --> ッ

Salah menggunakan tanda maru menjadi teng-teng

(45) Pet ( ッ ) --> ベッ Kurang ッ kecil

(46) Pet ( ッ ) -->

Salah menggunakan ッ kecil menjadi bunyi panjang ー (47) Pet ( ッ ) --> ー

Salah huruf menjadi ゚ (48) Pet ( ッ ) --> プッ

13) Bentuk dan Tipe Kesalahan Penulisan Kata Schedule

3.14 Tabel Bentuk Kesalahan Penulisan Kata Schedule

No

Bentuk kesalahan yang muncul pada kata Schedule

Cara Baca Jumlah Responden

1 ス シュー Sukushuuru 1

2 ス シュ Sukeshuru 1

3 ス ュ Sukejuru 2

4 ス ー ュ Sukeejure 1

5 ス Sukedoru 1

6 ス チ”ュ Sukeduru 2

7 ス シュー Sukeshuuru 1

8 ス Sukeduru 1


(53)

51

10 ス ュ ー Sukejyuruu 1

11 ス Sukeshiru 1

12 ス Sukeru 1

13 セ ー Sekejiiru 1

14 シ Shodoru 1

15 ス Sukedoru 1

16 スチ ュ Suchijyuru 1

17 ス Sukedoru 1

18 ス ー ュ Sukeejyure 1

19 ス ッ ュ Sukejjyuru 1

20 ス Sukydoru 1

Pada soal nomor (13), didapatkan 30 jawaban, yang terdiri dari 6 jawaban benar, 22 jawaban salah dan 2 tidak menjawab; dari 22 jawaban salah, dijumpai 16 tipe kesalahan yaitu salah huruf menjadi , huruf ュ menjadi シュ, kurang bunyi panjang, huruf

menjadi , salah menempatkan bunyi panjang, huruf ュ menjadi チ”ュ, huruf ュ menjadi , salah menggunakan bunyi rangkap, huruf ュ menjadi , huruf ュ menjadi , kurang huruf ュ, salah huruf ス menjadi セ, huruf ス menjadi シ

, kurang huruf , huruf ュ menjadi , dan salah huruf

menjadi チ, seperti yang nampak pada contoh data berikut:

Salah huruf menjadi dan huruf ュ menjadi シ ュ (49) Schedule (ス ュー ) --> ス シュー

Kurang bunyi panjang

(50) Schedule (ス ュー ) --> ス ュ Huruf menjadi dan salah menempatkan bunyi panjang


(54)

52

Huruf ュ menjadi チ ” ュ dan kurang bunyi panjang (52) Schedule (ス ュー ) --> ス チ”ュ

Huruf ュ menjadi dan salah menggunakan bunyi rangkap

(53) Schedule (ス ュー ) --> ス ッ ー Huruf ス menjadi セ dan huruf ュ menjadi

(54) Schedule (ス ュー ) --> セ ー

14) Bentuk dan Tipe Kesalahan Penulisan Kata Picnic 3.15 Tabel Bentuk Kesalahan Penulisan Kata Picnic

No Bentuk kesalahan

yang muncul Cara Baca

Jumlah Responden

1 ニ Pikuniku 14

2 ッ ニ Pikkuniku 1

3 ッ ニッ Pikkunikku 1

4 べ ニ Bekuniku 1

5 ニ Niku 1

Pada soal nomor (14), didapatkan 30 jawaban, yang terdiri dari 11 jawaban benar, 18 jawaban salah dan 1 tidak menjawab; dari 18 jawaban salah, dijumpai enam tipe kesalahan yaitu kurang ッkecil, salah menempatkan bunyi rangkap, salah huruf menjadi ベ, kurang huruf , kurang huruf dan kurang bunyi rangkap,

seperti yang nampak pada contoh data berikut:

Kurang ッkecil (55) Picnic ( ニッ ) --> ニ

Salah menempatkan bunyi rangkap

(56) Picnic ( ニッ ) --> ッ ニ Salah huruf menjadi ベ


(55)

53

(57) Picnic ( ニッ ) -->べ ニ

Kurang huruf , kurang huruf , dan kurang bunyi rangkap (58) Picnic ( ニッ ) --> ニ

15) Bentuk dan Tipe Kesalahan Penulisan Kata Silver 3.16 Tabel Bentuk Kesalahan Penulisan Kata Silver

No

Bentuk kesalahan yang muncul pada kata Silver

Cara Baca Jumlah Responden

1 シ ー Sirubaa 2

2 シ ー Shirupaa 3

3 シ べー Shirubee 2

4 シ ー Shirufuu 1

5 シー Shiiba 1

6 シ Shiruba 1

7 シ ベ Shiruberu 1

8 シ Shiru 1

9 シー ー Shiiuiii 1

10 シ Shiruperu 1

11 シ ” Shiruueru 1

12 シ ― Shibaa 1

13 シ Shiriuore 1

14 シ Shirufa 1

15 シーベー Shiibee 1

16 ス ” Siruu 2

Pada soal nomor (15), didapatkan 30 jawaban, yang terdiri dari 8 jawaban benar, 21 jawaban salah dan 1 tidak menjawab; dari 21 jawaban salah, dijumpai 17 tipe kesalahan yaitu salah huruf


(56)

54

menjadi , huruf menjadi ベ, huruf menjadi , salah menggunakan tanda teng-teng menjadi maru, salah menggunakan bunyi panjang, kurang bunyi panjang, huruf menjadi ベ, kelebihan huruf , kurang huruf , huruf menjadi ” , huruf menjadi , kurang huruf , huruf menjadi , huruf menjadi , huruf menjadi , huruf シ menjadi ス , dan huruf menjadi ”, seperti yang nampak pada contoh data berikut:

Salah huruf menjadi (59) Silver (シ ー) --> シ ー

Huruf menjadi ベ

(60) Silver (シ ー) --> シ べー Huruf menjadi ベ, kelebihan huruf , dan tidak ada bunyi

panjang

(61) Silver (シ ー) -->シ ベ

Huruf menjadi , huruf menjadi , dan kelebihan huruf

(62) Silver (シ ー) --> シ

Huruf menjadi ”, huruf シ menjadi ス , dan tidak ada bunyi panjang

(63) Silver (シ ー)--> ス ” Huruf menjadi


(1)

76

responden belum menguasai penulisan gairaigo, khususnya dari bahasa Inggris. Selain itu, berdasarkan hasil penelitian dapat dikatakan bahwa responden mengalami kesulitan dalam penulisan gairaigo yang diambil dari bahasa Inggris.

Didukung dengan data angket bahwa mahasiswa tingkat III program studi pendidikan bahasa Jepang UMY hampir seluruhnya mengalami kesulitan dalam penulisan gairaigo, khususnya dari bahasa Inggris.

Sedangkan faktor-faktor yang menjadi penyebab kesalahan dalam penulisan gairaigo yang diambil dari bahasa Inggris adalah sebagai berikut:

1) Kurangnya media pendukung mengenai struktur pembentukan atau aturan-aturan penulisan gairaigo

2) Responden kurang memahami aturan penulisan gairaigo

3) Kurangnya penguasaan kosakata bahasa Inggris responden yaitu menjadi salahsatu faktor yang sangat mempengaruhi penguasaan penulisan gairaigo dari bahasa Inggris

4) Kurangnya penjelasan dosen atau kurangnya pembahasan mengenai aturan penulisan gairaigo pada saat pembelajaran 5) Secara pengalaman belajar, responden sudah familiar dengan

kosakata gairaigo dari bahasa Inggris tersebut, namun pada kenyataannya responden masih mengalami kesulitan dalam menuliskannya. Hal tersebut dikarenakan faktor kemampuan atau kompetensi responden yaitu kurangnya latihan atau jarangnya responden menggunakan kosakata tersebut.

6) Walaupun aturan penulisan gairaigo ada, namun ada beberapa kata yang khusus yang beda perubahannya, hal tersebut menyulitkan mahasiswa disebabkan oleh jarang digunakan dan jarang ditemukannya kosakata tersebut dalam pengaplikasian sehari-hari.


(2)

77 4.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian solusi yang dapat ditawarkan untuk pembelajaran gairaigo adalah sebagai berikut:

a. Pada pembelajaran Katakana mahasiswa perlu dibekali mengenai kaidah penulisan gairaigo, bukan hanya mengenalkan penulisan huruf saja.

b. Pada pembelajaran Katakana maupun kosakata, mahasiswa perlu diberikan latihan penulisan kosakata berupa gairaigo dengan ruang lingkup yang lebih luas, tidak hanya kosakata yang terdapat dalam Kana Nyumon saja.

c. Mahasiswa agar memperbanyak membaca koran, majalah atau melihat anime dan dorama, sehingga perbendaharaan kosakata gairaigo akan bertambah.

Pada penelitian ini penulis meneliti tentang penulisan gairaigo dengan beberapa tipe gairaigo. Adapun beberapa saran atau rekomendasi dari penulis mengenai pengembangan penelitian selanjutnya yaitu:

a. Pada penelitian ini membahas tentang penulisan gairaigo dengan beberapa tipe yaitu gairaigo tipe CVCV, gairaigo tipe CC, gairaigo tipe bunyi panjang (-), dan gairaigo tipe tsu kecil (ッ). Peneliti selanjutnya disarankan agar meneliti kesalahan penulisan gairaigo dengan tipe bunyi panjang sokuon (-) agar lebih spesifik lagi. Hal tersebut juga dikarenakan pada penelitian ini ditemukan yang mendominasi banyaknya kesalahan adalah terjadi pada gairaigo tipe tersebut.

b. Untuk peneliti selanjutnya pada saat pengumpulan data lebih memperhatikan proporsi atau rasio pengambilan jumlah sampel, agar hasil penelitian lebih mewakili populasi dari objek penelitian sehingga hasil penelitian dapat digeneralisasikan.


(3)

78

c. Kemudian, bagi peneliti yang akan meneliti dengan bidang atau tema yang sama, direkomendasikan untuk meninjau terlebih dahulu kondisi populasi dan sampel yang akan dijadikan objek penelitian, agar penelitian lebih efektif.

d. Untuk lebih teruji validitas dan reliabilitas, disarankan tes dilakukan lebih dari satu kali. Sehingga hasil tes dapat dihitung validitas dan reliabilitasnya secara kuantitatif, disamping menggunakan expert judgmenti.


(4)

ANA'I,ISIS KESALAHAN PENULISAN GAIRAIGO

PADA PEMBELAJAR BAHASA JEPANG

Studi Deskriptif Pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Jepang

Universitas Muhammadiyah Yogyakrrta Tingkat

III

Tahun Ajaran 2ot3t20t4

TENTI JUITA PUTRI

DISETUJUI

DAN DISAHKAN

OLEH PEMBIMBING:

Pembimbing

I

-'-

|

/-r

\*/

(Wistri Meisa, S.Pd, M.Pd.)

NII(

I 988050820 I 4 I 0 193027

Pendidikan Bahasa Jepang

Muhamad Kusnendar, M.Pd. )

NIK. 1968083 1201304$3A21

Mengetahui

S.S, M.Pd.)

FtL*^Itl

n Xppd.jnf,*.S.rd

*


(5)

84

DAFTAR PUSTAKA

Creswell, Jhon W. 2016. Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Dahidi, Ahmad dan Sudjianto. 2004. Pengantar Linguistik Bahasa Jepang. Bekasi Timur: Kesaint Blanc.

Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

J.M Vardaman. 2006. Gendaijin no Katakana-go Oobun Ryakugo Jiten. Tokyo: Shuueisha.

Kamiya, Taeko. 1995. Tuttle New Dictionary of Loanwords in Japanese. Vermont: Tuttle Pub.

Maruyama, Takao, dkk. 1994. Katakanago o Eigo ni Suru Jiten. Tokyo: Taishuukan Shoten.

Luthfiyanti, Ratna. 2014. Analisis Tingkat Pemahaman Mahasiswa Terhadap Penulisan Sokuon Pada Kosakata Gairaigo Yang Diambil Dari Bahasa Inggris. Universitas Pendidikan Indonesia.

Meisa, Wistri. 2014.. Analisis Kesalahan Penggunaan Keigo Pada Pembelajar Bahasa Jepang (Studi Deskriptif Pada Mahasiswa Tingkat III Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang Universitas Pendidikan Indonesia Tahun Ajaran 2012/2013). Tidak diterbitkan.

Nisa’, Ria Ma’rifatun. 2014. Analisis Kesalahan Penulisan Gairaigo (Kata Serapan) Pada Siswa Kelas Bahasa Di Man Rejoso Jombang.

Pratiwi, Ika Mila. 2014. Analisis Kesalahan Penggunaan Gairaigo Pada Mahasiswa Sastra Jepang Angkatan 2010 Universitas Brawijaya.

Sugihastuti. dan Siti Saudah. 2016. Buku Ajar Bahasa Indonesia Akademik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: Alfabeta.

Suhartini, Iin. 2013. Analisis Penggunaan Gairaigo yang diikuti Verba Suru. Sudjianto, Ahmad Dahidi, Yuyu Yohan R. 2001. Kamus Gairaigo Jepang -


(6)

85

Sutedi, Dedi. 2008. Dasar-dasar Linguistik Bahasa Jepang. Bandung: Humaniora. Sutedi, Dedi. 2012. Penelitian Pendidikan Bahasa Jepang. Bandung: Humaniora. Widoyoko, Eko Putro. 2015. Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Yosizawa, Norio dan Toshio Ishiwata. 1979. Gairaigo no Gogen. Tokyo: Kadozawa Shoten.