FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA MINYAK KELAPA SAWIT (CPO) DI SUMATERA UTARA TAHUN 2000-2011.

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBlMBING

Skripsi lni Diajukan Oleh 7ulfirman Ginting, 'IM. 708221087
Jurusan Manajcmcn/S-1 Fakultac; F.konomi
Universitas Ncgeri Mcdan

Telah Diperiksa dan Disctujui
llntuk Oiuji Dalam Mcmpcrtahankan Skripsi

Diketahui Oleh,

Med:m,

Ketua .Jurusan Mannjemen

Dosen Pe bimbing Skripsi

-

Drs. Ahmad Hidayat. M.Si
NlP. 19650325 199103 I 005


September 2012

LEMDAR PERSETUJUAN DAN PF.NGESAHAN

Skripsi olch Zilfirman Ginting, Nf:\.1 : 708221073 Telah
Dipertahankan di Oepan Tim Pcnguji Pada
Tanggal HI September 2012

Hendra Snputra, S.F., M.Si
Pembimbing

ulaiman Lubis, S.F.. M.Si
Penguji

r

71

Oinna Hasyim, S.F., M.M

Pcnguji

.

()_

(_ L..- /

'-6

On;.Ahmad llidn,at, M.Si
Peoguji

nisctujui dan Disyahkan l'ud11 Tnnggal19 Septernhcr 2012
l'anitia Ujiau

Ketua jurusan
Manajcmen

l>rs. Ahmad Hidayat, '\1.Si

NIP. 19650325 199103 l 005

ABSTRAK
Zulfirman Ginting, NIM: 708221087. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga
Minyak Kelapa Sawit (CPO) di Sumatera Utara Tahun 2000-2011. Skripsi.
Medan, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Medan. September 2012.
Permasalahan dalam penelitian ini adalah “Apakah produksi, ekspor, impor,
konsumsi, pajak ekspor dan harga dunia mempengaruhi harga minyak kelapa sawit
(CPO) di Sumatera Utara”. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui seberapa besar
pengaruh produksi, ekspor, impor, konsumsi, pajak ekspor, dan harga dunia
mempengaruhi harga minyak kelapa sawit (CPO) di Sumatera Utara. Dan untuk
mengetahui variabel yang paling dominan dalam mempengaruhi harga minyak kelapa
sawit (CPO) di Sumatera Utara. Waktu penelitian ini dilakukan pada tahun 2012
dengan menggunakan series data volume produksi, ekspor, pajak ekspor, impor,
harga CPO di Sumatera Utara dan harga dunia CPO pada tahun 2000-2011.
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara teknik pengumpulan data
sekunder yang dilakukan dengan cara mencatat data-data yang diperoleh dari
beberapa sumber data diantaranya adalah badan pusat statistik dan direktorat
perindustrian dan perdagangan di Sumatera Utara. Teknik analisis data yang
digunakan adalah analisis regresi berganda dengan model persamaan Y = a +b1X 1+

b2X2+b3X 3+b4X4 +b5X5 +b6X6 + e, dengan alat bantu program spss 17.00.
Setelah data dianalisis dengan bantuan program spss, maka diperoleh model
persamaan Y= -1482,232 - 454,446X1 + 8,948X2 + 0,003X3 - 0,990X4 + 1,306X5 163,478X6. Dengan nilai koefisien determinasi (R) sebesar 0,990 yang berarti
variabel X1, X2, X3,X4, X5, dan X6, menjelaskan pengaruh terhadap variabel Y
sebesar 99% (R x 100% ; 0,990 x 100%=99%) sedangkan sisanya 1% dijelaskan oleh
variabel-variabel lain, diluar penelitian ini. Setelah dilakukan uji hipotesis secara
simultan (Uji-F) variabel X1, X2, X3,X4, X5, dan X6 secara bersama-sama berpengaruh
secara signifikan terhadap Y. dan setelah dilakkukan uji hipotesis secara parsial (Ujit) variabel X1, X2, X3,X4, X5, dan X6 secara parsial berpengaruh signifikan terhadap
Y.

i

ABSTRACT

Zulfirman Ginting, Register Number : 708221087. The Factor saffecting the
price of Crude Palm Oil (CPO0 in North Sumatra in 2000-2011. Thesis.
Management, faculty of Economics, state University of Medan. September 2012.
The problem of this studyis “Do the production, export, import, consumption,
export tax an world price affect the price of Crude Palm Oil (CPO) in North
Sumatra”. The prupose of this study is to find out how big the effect of production

export, import, consumption, export tax an world price in the price of Crude Palm Oil
(CPO) in north Sumatra. This research is done in 2012 which used series volume data
of production export, import, consumption, price of CPO in North Sumatra sn dthe
world price of CPO in 2000-2011.
The techniques to collection of the data are collecting the secondary data
which is done by taking the data from some institutes such as Badn Pusat Statistik
and Direktorat Perindustrian dan Perdagangan Sumatera Utara. Technique analysis
data is use multiple regression analysis with the model equation Y= a+b1X1 +b2X2+
b3X3+b4X4+b5X5+ b6X6+ e, which helped with program SPSS 17.00.
After analyzed the data with SPSS, the equation modelis Y = -1482,232454,446X + 8,948X + 0,003X – 0,990X + 1,306X – 163,478X. The coefficient of
determination (R) of 0,990 which means that variable X, X, X, X, X and X explain
the effect of variable Y is 99% (R x 100% ; 0,990x100%) and the rest is 1% which is
explained the other variables. After doing the simultaneous hypothesis testing (F-test)
the variable production, export, import, consumption, export tax, and world price are
significantly affect to the price of Crude Palm Oil (CPO) in North Sumatra. After
doing partial hypothesis test (t-test) the variable production, export, import,
consumption, export tax, and world price are significantly to the price of Crude Palm
Oil (CPO) in North Sumatra

ii


DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Perkembangan Harga CPO di Sumatera Utara ....................................5

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.0 Pergeseran kurva Permintaan dan Penawaran ............................. 15
Gambar 2.0 Skema Sistem Produksi .............................................................. 18
Gambar 3.0 Kerangka Pemikiran ................................................................... 48
Gambar 4.1 Perkembangan Harga CPO di Sumatera Utara................................68
Gambar 4.2 Perkembangan Produksi CPO di Sumatera Utara.............................71
Gambar 4.3 Perkembangan Ekspor CPO di Sumatera Utara................................73
Gambar 4.4 Perkembangan Impor CPO di Sumatera Utara..................................75
Gambar 4.5 Perkembangan Konsumsi CPO di Sumatera Utara............................76
Gambar 4.6 Perkembangan Harga Dunia CPO......................................................78
Gambar 4.7 Perkembangan Pajak Ekspor di Sumatera Utara................................79


x

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Masalah
Crude palm oil (CPO) berasal dari buah kelapa sawit yang didapatkan dengan

cara mengekstark buah sawit tersebut. Selain berupa minyak sawit sebagai produk
utama, proses ini pula menghasilkan produk sampingan berupa tandan kosong yang
biasanya diolah menjadi kompos, serat perasan, lumpur sawit/solid, dan bungkir
kelapa sawit (Semangun et. All, 2005).
Produk minyak kelapa sawit Indonesia meningkat dengan tajam dari 450.000
ton pada tahun 1976 menjadi 12,11 juta ton pada tahun 2005. Indonesia merupakan
produsen minyak kelapa sawit terbesar setelah Malaysia, dengan menyumbangkan
sebesar 34 persen dari total produksi dunia (2005). Sementara produk sumbangan

Malaysia sebesar 54% dari total produksinya. Dalam satu decade terakhir, rata-rata
perkembangan produksi minyak kelapa sawit Indonesia mencapai 21,67%, sedangkan
pertumbuhan produksi Malaysia hanya tumbuh 7,7%. Hal ini mengisyaratkan adanya
ekspansi yang cepat dalam luas area tanah dan produksi minyak kelapa sawit di
negeri ini (Munadi, 2007).
Aspek kualitas yang kedua berhubungan dengan aroma, rasa, kejernihan serta
kemurnian produk. Minyak kelapa sawit yang bermutu prima (special kuality)

1

2

mengandung asam lemak bebas (FFA) tidak lebih dari 2 % pada saat pengapalan
untuk di ekspor dan di impor. Sedangkan untuk standart kualitas kelapa sawit
mengandung tidak lebih dari 5% asam lemak bebas.
Semakin pentingnya kedudukan minyak kelapa sawit (CPO) sebagai bahan
baku minyak goring di satu pihak dan perolehan devisa dilain pihak menyebabkan
pemerintah dihadapkan pada pilihan yang sulit antara kepentingan menjaga harga
minyak goren sebagai salah satu kebutuhan pokok atau kepentingan meningkatkan
perolehan devisa. Pilihan sulit ini dapat dirasakan ketika nilai tukar mata uang rupiah

melemah sejak pertengahan 1997. Dengan menurunnya mata uang rupiah, produsen
CPO lebih mengutamakan untuk melakaukan ekspor dari pada memenuhi kebutuhan
dalam negeri. Produsen dengan berbagai cara berusaha untuk dapat mengekspor
sebanyak-banyaknya. Akibatnya stok minyak goring dalam negeri menurun, yang
pada gilirannya akan meniingkatkan harga. Untuk melindungi konsumen dalam
negeri, maka pemerintah berusaha membatasi ekspor minyak kelapa sawit ini.
Pembataasan melalui kuota ekspor ternyata tidak berhasil, maka kemudian ditempuh
melalui kebijaksanaan pada system perpajakan, yaitu dengan memungut pajak ekspor
CPO.
Namun demikian penetapan PE CPO yang tinggi tidak serta merta
menurunkan harga CPO dalam negeri karena produsen akan tetap mengekspor CPO
keluar negeri selama masih ada selisih keuntungan harga jual setelah ditambah pajak
ekspor. Selain itu penetapan harga ekspor CPO justru menurunkan harga jual tandan
buah segar kelapa sawit ditingkat petani sehingga membuat petani kelapa sawit

3

merugi. Dampak lain dari penetapan PE CPO ini adalah menurunnya daya saing
ekspor minyak sawit Indonesia dipasar Internasional. Harga jual ekspor CPO
Indonesia menjadi tidak kompetitif karena harus terbebani oleh pajak ekspor. Hal ini

akan mendorong pembeli CPO diluar negeri untuk beralih kenegara lain yang
menjual minyak kelapa sawit dengan harga yang lebih murah.
Sebagai komoditi yang diperdagangkan di pasar intenasional maka pengaruh
supply dan demand komoditi ini turut berperan dalam pembentukan harga dalam
negeri (Domestic). Penstabilan harga dalam negeri sangat penting guna menjamin
ketersediaan minyak kelapa sawit sebagai bahan baku industry khusunya industry
minyak goring. Dalam beberapa waktu yang lalu Indonesia sempat mengalami
beberapa kali kelangkaan minyak goring akibatnya berkurangnya pasokan bahan
baku minyak sawit. Kurangya pasokan bahan baku kelapa sawit untuk kebutuhan
industry minyak goring dikarenakan sebagian produsen minyak sawit lebih memilih
menjual produknya keluar negeri (ekspor) daripada menjual ke industry minyak
goreng dalam negeri. Hal ini disebabkan karena tingginya harga CPO di pasaran
internasional.
Kestabilan harga dalam negeri menjadi hal yang mutlak untuk menjadi
perhatian pemerintah. Hal ini cukup beralasan karena minyak sawit merupakan bahan
baku utama dari industri minyak goring yang merupakan salah satu dari Sembilan
bahan kebutuhan pokok bagi sebagian masyarakat Indonesia. Dalam sejaran tercatat
beberapa kali rezim pemerintah di Indonesia jatuh dari tampuk kekuasaan yang salah
satu sebabnya karena tidak mampu mengendalikan harga. Kebijakan ekonomi yang


4

diambil pemerintah tidak bias dilepaskan dari kebijakan untuk mengendalikan harga
termasuk harga minyak sawit. Karena itu untuk menjaga agar tingkat harga minyak
sawit didalam negeri tetap stabil maka kita perlu memperhatikan faktor-faktor yang
mempengaruhinya baik dari sisi penawaran maupun permintaannya. Dari sisi
penawaran, kita harus memperhatikan kecukupan kebutuhan dalam negeri dengan
terus meningkatkan produksi kelapa sawit baik diperkebunan milik Negara, swasta,
maupun rakyat. Sedangkan disisi permintaan selain untuk konsumsi dalam negeri,
harus diperhatikan juga besarnya permintaan konsumsi dunia lewat jalur ekspor. Hal
ini penting karena besarnya permintaan ekspor akan mengganggu pemenuhan bagi
konsumsi dalam negeri untuk keperluan industry makanan tapi lebih dari itu dimasa
depan CPO akan menjadi andalan salah satu sumber bahan bakan alternatif pengganti
bahan bakar fosil.
Peningkatan harga CPO di pasar internasional yang tercatat Bloomberg,
sepanjang tahun 2010 terus mengalami peningkatan pada triwulan 1 tahun 2010 harga
CPO sebesar 762,03 USD/ Metrik ton, harganya terus meningkat hingga pada
triwulan akhir 2010 harganya menjadi 1051,37USD/ metrik ton.
Untuk harga rata-rata Crude palm oil (CPO) tahun 2011 diyakini lebih tinggi
dari tahun 2010 yang mencapai US$ 840/ metrik ton (MT). meski harga CPO tahun
2011 menembus US$1.330/ MT, namun rata-rata harga CPO tahun 2011 sekitar
US$900 hingga US$1000/MT. permintaan CPO dunia tiap tahunnya meningkat
antara 2-3 juta ton, namun dengan permintaan yang lebih tinggi disbanding dengan
produksi minyak sawit menjadikan harga CPO cenderung mengalami peningkatan.

5

Pengamat ekonomi dari Universitas Sumatera Utara (USU) Jhon Tabfu
ritonga mengatakan, prospep kenaikan harga CPO bisa saja terjadi karena tingginya
minyak dunia yang mengakibatkan melonjaknya harga BBM. CPO sudah bisa
menjadi bahan baku pangan, biofuel (BBM), industry kecantikan dan produk
kesehatan.
Secara siklus harga CPO cenderung menurun pada maret-April 2012, karena
produksi meningkat. Pada periode itu ada penigkatan produksi dari minyak nabati
lainnya di Amerikan Latin dan India kemudian, harga CPO melemah lagi pada
September 2011. Namun, pada kuartal IV yakni oktober-Desember, harga CPO terus
menanjak hingga tutup tahun 2011. Perkembangan rata-rata tahunan minyak kelapa
sawit (CPO) disumatera utara pada periode 2000-2010 adalah sebagai berikut :
Tahun
CPO Lokal (Rp/Kg)
2000
2.412,08
2001
2.048,90
2002
2.840,30
2003
3.299,70
2004
3.672,30
2005
3.421,00
2006
4.171,05
2007
7.297,26
2008
7.924,74
2009
6.812,05
2010
7.803,78
2011
7.282,00
Sumber : Direktorat Perindustrian dan perdagangan 2000-2011
Pergerakan harga CPO dalam beberapa tahun terakhir di pasar internasional
juga dipengaruhi oleh pergerakan harga minyak dunia karena itu dimasa yang akan
dating peran minyak sawit akan sangat penting dalam memenuhi kebutuhan hidup

6

manusia baik sebagai sumber bahan makanan juga sebagai bahan bakar alternatif.
Pentingnya peran minyak kelapa sawit ini lah yang membuat komoditi ini menarik
untuk dianalisa teerutama dilihat dari sisi perkembangan faktor harga kelapa sawit
disumatera utara yang selalu berfluktuasi dari tahun ketahun. Hal ini tidak terlepas
dari pengaruh penawaran dan permintaan minyak sawit itu sendiri seperti harga
dunia, produksi, konsumsi, ekspor, Impor, pajak ekspor dan konsumsi di sumatera
utara.
Dari uraian yang telah dikemukakan diatas peneliti merasa tertarik untuk
membuat suatu kajian yang lebih mendalam mengenai masalah tersebut yang
berbentukk karya ilmiah yang penulis beri judul “Faktor-faktor Yang mempengaruhi
Minyak Kelapa Sawit (CPO) di Sumatera Utara Tahun 2000-2011”.
1.2

Identifikasi Masalah
Adanya faktor-faktor yang mempengaruhi harga minyak kelapa sawit

disumatera utara menyebabkan tingkat harga CPO di sumatera utara yang selalu
berfluktuasi dari waktu kewaktu. Berangkat dari hal ini lah penelitian ini ingin
melihat :
a. Apakah produksi, ekspor, impor, konsumsi, pajak ekspor dan harga dunia
berpengaruh sigifikan terhadap harga minyak kelapa sawit di Sumatera
Utara
b. Faktor manakah yang paling dominan dalam mempengaruhi harga minyak
kelapa sawit di Sumatrra Utara

7

1.3

Pembatasan Masalah
Berdasarkan indentifikasi masalah penelitian tersebut maka penelitian ini

dibatasi pada pengaruh produksi, ekspor, impor, konsummsi, pajak ekspor dan harga
dunia terhadap harga CPO di Sumatera Utara. Data yang digunakan berupa angka
agregat nasional yang merupakan series data tahun 2000-2011 yang diperoleh dari
berbagai sumber seperti Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jendral Perindustrian
dan Perdagangan (DISPERINDAG) Sumatera Utara.
1.4

Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah penelitian tersebut, maka permasalahaan penelitian
ini dirumuskan sebagai berikut, “Apakah produksi, ekspor, impor, konsumsi, pajak
ekspor, dan harga dunia mempengaruhi minyak kelapa sawit (CPO) di Sumatera
Utara”.
1.5

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Untuk mengetahun pengaruh produksi, ekspor, impor, konsumsi, pajak
ekspor, dan harga dunia mempengaruhi minyak kelapa sawit (CPO) di
Sumatera Utara
b. Untuk mengetahui variabel yang dominan dalam mempengaruhi minyak
kelapa sawit (CPO) di Sumatera Utara.
1.6

Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

8

a. Bagi Peneliti
Penelitan ini merupakan wahana untuk mengaplikasi teori yang telah
dipelajari selama ini dengan kenyataan empirik dilapangan disamping
menambah keterampilan serta wawasan penulis dalam neganalisa faktor yang
mempengaruhi harga minyak kelapa sawit di Sumatera Utara. Hasil penelitian
ini diharapkan dapat memperluas wawasan penulis dalam bidang teori
penawaran dan permintaan serta teori perdagangan internasional
b. Bagi Masyarakat
Sebagai informasi yang bermanfaat bagi masyarakat secara umum
c. Bagi Pemerintah
Sebagai informasi yang bermanfaat bagi pemerinta dalam merumuskan
kebijakannya, terutama yang berkaitan dengan tata niaga minyak sawit
menyangkut masalah pengaturan ekspor CPO dan penyediaan bahan baku
bagi industry hilir CPO di dalam negeri dengan mempertimbangkan faktorfaktor yang mempengaruhi harga minyak sawit seperti produksi, ekspor,
impor, konsumsi, pajak ekspor, dan harga dunia
d. Bagi Unimed
Sebagai informasi yang bermanfaat bagi Mahasiswa Unimed dan para dosen
secara umum.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan dalam
penelitian ini, maka terdapat beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Diperoleh persamaan regresi sebagai berikut :
Y = -1482,232 - 454,446 X1 + 8,948 X2 + 0,003 X3 – 0,990 X4 + 1,306 X5 - 163,478 X6

Yang berarti :
a. Konstanta sebesar -1482,232

dapat diartikan bahwa Harga Domestik

Sawit akan bernilai sebesar (Rp. 1.482,232) pada saat Produksi, Harga
Minyak Dunia, Ekspor, Impor, Konsumsi Dalam Negeri, dan Pajak
Ekspor bernilai nol (tidak ada).
b. Koefisien regresi Produksi sebesar -454,446 menyatakan bahwa kenaikan
satu Juta Ton Produksi akan mengurangi Harga Domestik Sawit sebesar
(Rp. 454,446).
c. Koefisien regresi Harga Minyak Dunia sebesar 8,948 menyatakan bahwa
kenaikan satu UU$/Ton Harga Minyak Dunia akan meningkatkan Harga
Domestik Sawit sebesar Rp. 8,948.
d. Koefisien regresi Ekspor sebesar 0,003 menyatakan bahwa kenaikan satu
Ton Ekspor akan meningkatkan Harga Domestik Sawit sebesar Rp. 0,003.

e. Koefisien regresi Impor sebesar – 0,990 menyatakan bahwa kenaikan satu
Ton Impor akan Mengurangi Harga Domestik Sawit sebesar (Rp.0,990).
f. Koefisien regresi Konsumsi sebesar 1,306 menyatakan bahwa kenaikan
Seribu Ton Konsumsi dalam Negeri akan meningkatkan Harga Domestik
Sawit sebesar Rp. 1,306.
g. Koefisien regresi Pajak Ekspor sebesar - 163,478 menyatakan bahwa
kenaikan satu Persen Pajak Ekspor akan Mengurangi Harga Domestik
Sawit sebesar (Rp.163,478).
2. Diperoleh nilai R2 sebesar 0,990. yang berarti variabel Produksi, Harga
Minyak Dunia, Ekspor, Impor, Konsumsi, Pajak Ekspor menjelaskan
pengaruh terhadap variabel Harga CPO di Sumatera Utara sebesar 99% (R2 X
100% ; 0,990 X 100% = 99%) sedangkan sisanya 1% (100% - R2) dijelaskan
oleh variabel – variabel lain di luar model penelitian ini.
3. Setelah dilakukan Uji Hipotesis secara Simultan (Uji – F), Variabel variabel
Produksi, Harga Minyak Dunia, Ekspor, Impor, Konsumsi dan Pajak Ekspor
secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap Harga CPO di
Sumatera Utara.
4. Setelah dilakukan Uji Hipotesis secara parsial (Uji – t,) variabel variabel
Produksi, Harga Minyak Dunia, Ekspor, Impor, Konsumsi dan Pajak Ekspor
secara parsial berpengaruh signifikan terhadap Harga CPO di Sumatera Utara.

5.2.

Saran

Saran yang dapat diberikan untuk permasalahan yang ada dalam penelitian ini, yaitu:
1.

Konsumsi Di Sumatera Utara minyak sawit harus selalu menjadi perhatian
bagi Pemerintah Daerah

dalam hal ini Departemen Perindustrian dan

Perdagangan. Konsumsi minyak sawit harus selalu dijaga ketersediaannya
oleh Pemerintah Daerah guna menjamin kestabilan harga di Sumatera Utara.
2. Untuk menjaga keseimbangan antara ekspor, produksi dan konsumsi dalam
negeri, Pemerintah Daerah diharapkan mampu mengambil kebijakan yang
menguntungkan semua pihak (produsen dan konsumen CPO) seperti
Penerapan Pajak Ekspor yang tidak memberatkan produsen dan pemberian
subsidi harga minyak goreng kepada masyarakat.
3. Fluktuasi harga minyak sawit dunia hendaknya mampu diatasi Pemerintah
Daerah dengan meningkatkan stok minyak sawit dalam negeri agar gejolak
kenaikan harga dunia tidak terlalu berimbas ke harga Di Sumatera Utara
(Peran BULOG harus lebih ditingkatkan).
Perkembangan industri minyak sawit beberapa tahun tahun terakhir menghasilkan
produk turunan minyak sawit yang dapat digunakan sebagai bahan bakar nabati maka
pada penelitian lebih lanjut diharapkan dapat mengikutisertakan pengaruh harga
minyak bumi didalamnya