Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Ekspor Minyak Kelapa Sawit Dalam Menambah Devisa Sumatera Utara.

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI MEDAN

PROPOSAL SKRIPSI

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPORT MINYAK KELAPA SAWIT DALAM MENAMBAH DEVISA SUMATERA UTARA

D

I

S U S U

N

OLEH :

NAMA : SILVIA IRANI NIM : 020501026

JURUSAN : EKONOMI PEMBANGUNAN

Guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana ekonomi


(2)

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kepada Allah SWT, Sumber segala hikmat yang telah melimpahkan Rahmat dan Kasih Karunia-nya sehingga penulisan skripsi ini dapat selesai sebagai tugas akhir yang harus ditempuh untuk memperoleh gelar Sarjana ekonomi dari Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Dan juga salawat serta salam saya haturkan kepada junjungan kita Rasulullah Muhammad SAW, Para sahabat dan keluarganya.

Adapun judul skripsi ini adalah “ FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR MINYAK KELAPA SAWIT DALAM MENAMBAH DEVISA SUMATERA UTARA”.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak, baik berupa dorongan semangat maupun sumbangan pemikiran.Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar – besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan, yaitu kepada:

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, MEc selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, MEc. Sebagai Ketua Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. 3. Bapak Drs. Rahmad Sumanjaya, MSi, selaku Dosen Pembimbing yang

telah banyak meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan dalam proses penulisan skripsi.


(3)

4. Bapak Drs. Iskandar Syarief, MA,selaku Dosen Wali dan Bapak Drs. Rujiman, MA selaku Dosen Pembanding I, Ibu Raina Linda Sari, MSi, selaku Dosen Pembanding II yang telah memberikan saran dan masukan bagi penyempurnaan skripsi ini.

5. Seluruh staff pengajar dan staff administasi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

6. Seluruh staff pegawai Bank Indonesia (BI) Kantor Cabang Medan.

7. Bapak pimpinan Badan Pusat Statistik Medan beserta seluruh staff dan pegawainya yang telah membantu dalam pengumpulan data yang diperlukan oleh penulis.

8. Teristimewa buat orang tua penulis yang tercinta, Ayahanda Abdul Gaffar dan Ibunda Muktara Bibi tang telah banyak memberikan kasih sayang, dukungan, do’a dan semangat materil selama ini. Serta terimakasih yang tak terhingga penulis ucapkan buat kakak (Veronina), Adik (Desi silvia dan M. Rafsanjani) yang telah memberikan masukan dan dukungannya selama ini, dan juga terima kasih atas motivasi yang diberikan oleh seluruh keluarga besarku tercinta.

9. Untuk rekan - rekan EP 2002, terkhusus buat sahabat - sahabatku (Winda, Vita, Novi, Vina, Rini, Beby, Dina, Roro, Herlin, Hamdan, Budi, Tyo, Fauzan, Fahri, Ido, Darmawan, Rozi), terima kasih telah menjadi teman terbaikku yang selalu ada dalam suka dan duka.

10. Kakak dan Adik kos Pamen G-23 : Dara, kak Lisma, Ana, Lina, dan lain - lain. Terima Kasih atas semangatnya.


(4)

11. Kepada Keluarga Di Galang, terima kasih atas dukungan dan semangatnya.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, baik dari segi bahan penulisan maupun kemampuan ilmiah dan teknis penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan tulisan ini dimasa yang akan datang.

Medan, Mei 2007

Penulis

Silvia Irani


(5)

DAFTAR ISI

ABSTRACT... i

A. KATA PENGANTAR... ii

DAFTAR ISI v DAFTAR TABEL... ix

DAFTAR GAMBAR... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang... 1

1.2 Perumusan Masalah……… 2

1.3Hipotesis ... 3

1.4Tujuan Penelitian ... 3

1.5Manfaat Penelitian ... 4

B. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Devisa... 7

C. 2.2 Perdagangan Luar Negeri,Tujuan & Teori Perdagangan D. Internasional………... 10

E. 2.2.1 Pengertian Perdagangan Luar Negeri………... 10

F. 2.2.2 Tujuan Perdagangan Internasional……… 14

2.2.3 Teori Perdagangan Internasional……….. 15

G. 2.3 Ekspor ………. 16

H. 2.3.1 Pengertian Ekspor………. 16

I. 2.3.2 Faktor – factor Yang Mempengaruhi Ekspor……….. 17

J. 2.3.3 Prosedur Ekspor 18 K. 2.3.4 Peranan & Manfaat Ekspor 19 2.4 Deskripsi Minyak Kelapa Sawit ( CPO )……… 20

2.4.1 Deskripsi Tanaman Kelapa Sawit……… 20

2.4.2 Gambaran Umum Produksi Minyak Kelapa Sawit….. 21

2.5 Perkembangan Minyak Kelapa Sawit di Sumatera Utara….24 2.5.1 Perkembangan Luas Lahan Produksi………...25


(6)

2.5.3 Peluang Pasar Internasional……….28

2.6 Nilai Tukar………30

2.6.1 Pengertian Nilai Tukar………30

2.6.2 Pasar Valuta Asing………..31

2.6.3 2.7 Harga Eksport………...32

2.7.1 Pengaruh Harga Eksport Terhadap Volume Eksport………..………..32

L. BAB III METODE PENELITIAN 3.1Ruang Lingkup Penelitian ... 35

3.2 Jenis dan sumber Data ... 35

3.3 Pengolahan Data ... 35

3.4Model Analisis ... 36

3.5Tes Goodness of Fit (Uji Kesesuaian) ... 37

3.6Definisi Operasional ... 39

BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Tinjauan Umum Daerah Penelitian ... 40

4.1.1 Gambaran Umum Profinsi Sumatera Utara ... 40

4.1.2 Perkembangan Ekonomi Sumatera Utara2003-2005 ... 43

4.1.3 Perkembangan Devisa Sumatera Utara2001-2005 ... 46

4.1.4 Perkembangan Perdagangan Luar Negeri Sumatera Utara... ... 47

4.1.5 Perkembangan Perkebunan Kelapa Sawit Sumatera Utara... ... 50

4.1.6 Perkembangan Perkebunan Kelapa Sawit Indonesia .... 51

4.1.7 Perkembangan Ekspor Minyak Kelapa Sawit Sumatera Utara ... 54


(7)

BAB V HASIL ESTIMASI DAN INTERPRESTASI

5.1 Hasil Estimasi ... 62 5.1.1 Hasil Model Estimasi ... 62 5.1.2 Analisis Koefisien Determinasi... 63 5.1.3 Pengujian Koefisien Secara Keseluruhan ( F-Test ).66 5.1.4 Uji Pelanggaran Asumsi Klasik ... 67 5.2 Interfrestasi Data ... 69

M.BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan...71 B. Saran...72

N. DAFTAR PUSTAKA...xii LAMPIRAN


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

4.1 Perkembangan Devisa Sumatera Utara Tahun 2001-2005………47

4.2 Perdaganan Luar Negeri Sumatera Utara Tahun 1990-2004……….49

4.3 Persebaran Perkebunan Kelapa Sawit Rakyat Sumatera Utara……….50

4.4 Perkembangan Kelapa Sawit Negara Di Sumatera Utara………..51

4.5 Perkembangan Areal Produksi Kelapa Sawit Indonesia Tahun1968-2000...52

4.6 Ekspor CPO Indonesia 1997-2002………...56

4.7 Ekspor CPO Sumatera Utara 1975-2003………...58

4.8 Perkembangan Nilai Kurs Rupiah Terhadap Dollar Amerika………60


(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul halaman

1 Skema Prosedur Ekspor……….18

2 Proses Penyulingan Minyak Kelapa Sawit………23

3 Proses Pengolahan Kelapa Sawit………...24

4 Proyeksi Konsumsi CPO Dunia 2000-2005………..27

5 Proyeksio CPO Konsumsi Domestik 2000-2010………..29

6 Proyeksi Ekspor CPO Indonesia………30

7 Kurva Uji Statistik terhadap X1………64

8 Kurva Uji Statistik terhadap X2………65

9 Kurva Uji Statistik terhadap X3………66

10 Kurva Uji F –Statistik ( Model Estimasi )………..67


(10)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam mendorong pembangunan ekonomi nasional, salah satu alat dan sumber pembiayaan yang sangat penting adalah devisa. Devisa diperlukan untuk membiayai impor dan membayar utang luar negeri. devisa dikelola oleh Bank Indonesia berdasarkan UU No. 23 tahun 1999 Pasal 13, pengelolaan itu dilakukan dengan melalui berbagai jenis transaksi devisa yaitu menjual, membeli dan atau menempatkan devisa, emas dan surat-surat berharga secara tunai atau berjangka termasuk pemberian pinjaman.

Pengelolaan dan pemeliharaan devisa didasarkan pada prinsip keamanan dan kesiagaan memenuhi kewajiban segera tanpa mengabaikan prinsip untuk memperoleh pendapatan yang optimal. Tujuan pengelolaan dan pemeliharaan cadangan devisa ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari upaya menjaga nilai tukar, dimana menipisnya devisa akan mengundang spekulasi rupiah dari para spekulator.

Menurut Bank Dunia, peranan devisa adalah melindungi negara dari guncangan eksternal (www. Pikiran rakyat. Com). Krisis keuangan pada akhir 1990-an membuat para pembuat kebijakan memperbaiki pandangannya atas nilai dari devisa sebagai proteksi dalam melindungi dari krisis mata uang. Tingkat devisa merupakan faktor penting dalam penilaian kelayakan kredit dan kredibilitas kebijkan secara umum sehingga negara dengan tingkat devisa yang cukup dapat


(11)

mencari pinjaman dengan kondisi yang lebih nyaman. Kebutuhan likuiditas untuk mempertahankan stabilitas nilai tukar.

Sejak tahun 1970 pemerintah telah menerapkan sistem devisa bebas untuk meningkatkan devisa. Peraturan tentang sistem devisa bebas dituangkan dalam UU No. 24 tahun 1999 dan sistem nilai tukar menggantikan Undang-Undang lama yaitu UU No. 32 tahun 1964. Masalah devisa adalah masalah yang amat penting, karena devisa suatu negara dapat menopang kestabilan ekonomi nasional.

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi jumlah devisa salah satunya yaitu ekspor kelapa sawit.

Salah satu komoditi yang diharapkan mampu memberikan kontribusinya dalam perekonomian yang berasal dari sub-sektor perkebunan adalah komoditi kelapa sawit. Kelapa sawit merupakan salah satu komoditi yang sangat penting dalam mendorong perekonomian Indonesia umumnya dan Sumatera Utara khususnya, sebagai penghasil devisa negara kelapa sawit merupakan salah satu komoditi yang memberikan sumbangan yang sangat berarti dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi

Kelapa sawit sebagai tanaman penghasil minyak sawit dan inti sawit merupakan salah satu primadona tanaman perkebunan yang menjadi sumber penghasil devisa non migas bagi Indonesia. Cerahnya prospek komoditi minyak sawit dalam perdagangan minyak nabati dunia telah mendorong pemerintah Indonesia untuk memacu pengembangan ekspor minyak kelapa sawit.

Dalam perekonomian Indonesia, kelapa sawit mempunyai peran yang cukup strategis. Pertama, kelapa sawit merupakan bahan baku utama minyak goreng, sehingga pasokan yang kontinyu ikut menjaga kestabilan harga minyak


(12)

goreng tersebut. Kestabilan ini penting sebab minyak goreng merupakan salah satu dari 9 bahan pokok kebutuhan masyarakat sehingga harganya harus terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. Kedua, sebagai salah satu komoditi pertanian andalan ekspor non migas, komoditi ini mempunyai prospek yang baik sebagai sumber dalam perolehan devisa maupun pajak. Ketiga, dalam proses produksi maupun pengolahan, mampu menciptakan kesempatan kerja dan sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat(Soetrisno,1991). Semakin pentingnya kedudukan minyak kelapa sawit sebagai bahan baku minyak goreng dalam perolehan devisa menyebabkan pemerintah dihadapkan pada pilihan bagaimana caranya untuk meningkatkan ekspor minyak kelapa sawit untuk kepentingan meningkatkan perolehan devisa .

Areal pertanaman kelapa sawit berkembang dengan pesat, dimana pada tahun 1978 luas areal baru 250 ribu Ha, sedangkan pada tahun 2000 sudah mencapai 3,4 juta Ha. Produksi minyak sawit Indonesia sudah mencapai sekitar 8 juta ton, merupakan produsen terbesar kedua setelah Malaysia, dimana produksi minyak sawitnya sudah mencapai 11 juta ton. Pada tahun 2000, ekspor kelapa sawit tercatat 4,1 juta ton dengan nilai US$ 1,087 milyar.

Ketua Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Derom Bangun menyebutkanuntuk konferensi internasional tentang kelapa sawit di Nusa Dua, Bali, pada tahun 1998, di pasar dunia, dalam dua dekade terakhir kebutuhan terhadap minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) dan turunannya juga semakin meningkat, menggeser kedudukan minyak nabati lain, seperti minyak kedelai. Total ekspor minyak nabati dunia pada tahun 2000 mencapai 35,9 juta ton.


(13)

Pada tahun 1968 luasan kebun kelapa sawit semakin bertambah besar. Sampai dengan tahun 1968 luas areal kelapa sawit mencapai 119.600 hektar. Pada tahun 1978 luasan itu berkembang menjadi 250.116 hektar. Kemudian, sejak tahun 1979 hingga tahun 1997 laju pertambahan areal kelapa sawit mencapai rata-rata 150.000 hektar per tahun. Saat ini, total luas areal sawit di Indonesia telah jauh berkembang hingga lebih dari tiga juta hektar.

Dengan melihat begitu pentingnya sumbangan yang diberikan oleh ekspor kelapa sawit dalam menambah devisa negara maka penulis tertarik memilih skripsi berjudul:” Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ekspor Minyak Kelapa Sawit Sumatera Utara Dalam Menambah Devisa Negara.”

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka penulis membuat perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah harga ekspor minyak kelapa sawit mempunyai pengaruh terhadap devisa negara?

2. Apakah total produksi minyak kelapa sawit mempunyai pengaruh terhadap devisa negara?

3. Apakah Nilai kurs mempunyai pengaruh terhadap devisa negara?

1.3. Hipotesa

Hipotesa merupakan kesimpulan sementara mengenai suatu permasalahan penelitian yang masih perlu diuji kebenarannya


(14)

“Harga ekspor minyak kelapa sawit Sumatera Utara,Total produksi minyak Kelapa Sawit Sumatera Utara , dan Nilai Kurs rupiah mempunyai pengaruh terhadap Devisa Sumatera Utara.”

1.4. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

1. Untuk Mengetahui Faktor - faktor apa saja yang mempengaruhi ekspor kelapa sawit Sumatera Utara dalam menambah devisa negara.

2. Untuk mengetahui sejauh mana faktor - faktor tersebut mempengaruhi ekspor kelapa sawit Sumatera utara dalam menambah devisa negara.

3. Seberapa besar dampak pengembangan pertanian minyak kelapa sawit sebagai salah satu komoditi ekspor Sumatera Utara dalam menambah devisa negara.

1.5. Manfaat Penelitian

1. Untuk memberikan informasi dan masukan bagi para eksportir guna mengetahui keberadaan ekspor kelapa sawit sumatera utara dalam menambah devisa negara.

2. Untuk memberikan masukan maupun pernbandingan bagi peneliti lainnya yang menaruh perhatian pada ekspor kelapa sawit dalam menambah devisa negara.

3. Menambah dan melengkapi hasil - hasil penelitian yang telah ada, khususnya di bidang ekonomi.


(15)

4. Sebagai bahan studi dan tambahan literatur bagi mahasiswa/mahasiswi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara khususnya mahasiswa/mahasiswi jurusan Ekonomi Pembangunan.


(16)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PERANAN PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI Pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembangunan ekonomi di indonesia. Pentingnya peranan ini menyebabkan bidang ekonomi diletakkan pada pembangunan ekonomi dengan titik berat sektor pertanian. Pembagunan pertanian diarahkan untuk meningkatkan produksi pertanian guna memenuhi kebutuhan pangan dan kebutuhan industri dalm negeri ,meningkatkan ekspor ,meningkatkan pendapatan petani ,memperluas kesempata kerja dan mendorong pemerataan kesempatan berusaha.

Sektor pertanian di Indonesia mempunyai keunggulan komperatif hal itu disebabkan oleh karena:

a. Indonesia terletak di daerah katulistiwa sehingga perbedaan musim menjadi jelas dan periodenya agak lama

b. Karena lokasinya dikhatulistiwa maka tanaman cukup memperoleh sinar matahari untuk keperluan fotosintesisnya.

c. Curah hujan umumnya cukup memadai

d. Adanya politik pemerintah yang sedemikian rupa sehingga mendorong tumbuh dan berkembangnya sektor pertanian(Soekarwati dkk,1993)

Dengan memandang pentingnya dan besarnya peranan yang dapat diambil maka pertanian maka pemerintah berusaha untuk mengoptimalkan sektor pertanian tersebut dengan cara :


(17)

a. Mengembangkan hasil pertanian

b. Mengembangkan pangsa pasar dari hasil pertanian c. Mengembangkan faktor produksi pertanian.

Menurut M.L. Jhingan peranan sektor pertanian pada pembangunan ekonomi terletak pada :

a. Menyediakan surplus pangan yang semakin besar pada penduduk yang semakin meningkat.

b. Meningkatkan permintaan akan produk industri ,dan dengan demikian mendorong keharusan diperluasnya sektor sekunder dan sektor tersier.

c. Menyediakan tambahan penghasilan devisa untuk impor barang-barang modal bagi pembangunan melalui ekspor hasil pertanian secara terus menerus.

d. Meningkatkan pendapatan masyarakat untuk dimobilisasi pemerintah

e. Memperbaiki kesejahteraan masyarakat(M.L.Jhingan,1994)

2.2 KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN 2.2.1 Pengertian pembangunan

Pembangunan merupakan suatu proses yang berkelanjutan dan berkesinambungan. Pembangunan pertanian yang berhasil dapat diartikan kalau terjadi pertumbuhan sektor pertanian yang tinggi dan sekaligus terjadi perubahan kearah yang lebih baik.(Soekartiwi ,1995)


(18)

Untuk mencapai hal tersebut maka haruslah ada langkah-langkah kebijaksanaan yang harus diambil dalam pembangunan pertanian pertanian.langkah – langkah kebijaksanaan yang harus diambil tersebut meliputi usaha intensifikasi,ekstensifikasi, diversifikasi dan rehabilitasi,yang intinya tercakup dalam pengertian Trimarta pembangunan pertanian yaitu kebijaksanaan usaha tani terpadu ,komoditi terpadu dan wilayah terpadu. Disamping itu juga harus diperhatikan tiga komponen dasar yang harus dibina yaitu petani, komoditi hasil pertanian dan wilayah pembangunan dimana kegiatan pertanian berlangsung. Pembinaan terhadap petani diarahkan sehingga mneghasilkan peningkatan pendapatan petani. Pengembangan komoditi hasil pertanian diarahkan benar- benar berfungsi sebagai sektor yang menghasilkan bahan pangan ,bahan ekspor dan bahan baku bagi industri. Pembinaan terhadap wilayah pertanian ditujukan agar dapat menunjang pembangunan wilayah seutuhnya dan tidak terjadi ketimpangan antar wilayah (Bambang tricahyono,1993)

2.2.2 Kaitan Antara Pembangunan Pertanian Dan Pembangunan Ekonomi Menurut Sadono Sukirno pembangunan ekonomi adalah”Suatu proses yang menyebabkan pendapatan per kapita penduduk suatu negara meningkat secara terus – menerus dalam jangka panjang “(Sadono Sukirno ,1982)

Dari defenisi diatas dapat dilihat bahwa pada umumnya pembangunan ekonomi mempunyai tiga sifat penting yaitu:

a. Suatu proses yang berarti perbahan secara terus – menerus . b. Usaha untuk menaikkan pendapatan perkapita


(19)

c. Kenaikan pendapatan perkapita itu harus berlangsung dalam jangka panjang

Pembangunan ekonomi tersebut perlu dipandang sebagai suatu proses agar saling berkaitan dan mempunyai hubungan antara faktor –faktor yang menghasilkan pembangunan ekonomi dapat dilihat ,dan pada akhirnya diketahui peningkatan ekonomi dan taraf hidup masyarakat dari satu tahap pembangunan ketahap berrikutnya. Kesejahteraan yang meningkat dapat dilihat dari kenaikan pendapatan perkapita masyarakat. Agar proses pembangunan ini dapat menjadi wujud yang nyata ,haruslah berlangsung secara berkesinambungan dan terus – menerus sehingga akhirnya dapat dilihat suatu pembangunan ekonomi kearah yang positif. Akan tetapi dalm prakteknya ada negara yang melihat laju pembangunan ekonominya dengan menggunakan tingkat pertambahan produk domestik bruto . jika cara ini digunakan, maka ada beberapa hal yang tidak diperhatikan ,misalnya pertambahan kegiatan ekonomi masyarakat,pertambahan penduduk,sehingga oleh para ahli ekonomi pengertian ini dibedakan antara pertumbuhan ekonomi dan pembangunan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi yaitu kenaikan dalam produk Domestik Bruto tanpa memperhatikan apakah kenaikan itu lebih besar dari tingkat pertambahan penduduk,atau apakah perubahan dalam struktur ekonomi berlaku atau tidak. Pembanguna dapat berarti kenaikan produk domestik bruto melebihi tingkat pertambahan penduduk.menurut Michael P. Todaro tujuan pembangunan ada 3 ,yaitu:

1. Menciptakan keadaan yang dapat membantu pertumbuhan rasa harga diri melalui pembangunan sistem dan lembaga sosial,politik,dan ekoomi yang


(20)

dapat mengembangkan rasa harga diri dan rasa hormat terhadap kemanusiaan

2. Mempertinggi tingkat penghidupan bangsa,yaitu tingkat pendapatan dan konsumsi pangan ,pelayanan kesehatan,pendidikan dan sebagainya melalui proses pembangunan ekonomi .

3. mengembangkan kebebasan penduduk untuk memilih dengan jalan memperluas rangkaian kesempatan untuk memilih,misalnya dengan menambah keanekaragaman jenis barang dan jasa yang tersedia.

Jadi melalui proses pembangunan ekoomi harus dapat mengangkat tingkat penghidupan bangsa dari segala aspek,bukan saja dalam peningkatan pendapatan,tetapi juga rasa harga diri sebagai manusia. Walaupun tingkat pendapatan tinggi tetapi tidak ada rasa aman selalu dihantui perasaan takut, maka tidak dapat dikatakan terjadi pembangunan ekonomi. Untuk itu diperlukan intervensi pemerintah dalam menetapkan formulasi kebijaksanaan uyang sesuai dengan tujuan transformasi ekonomi yang penting ,baik dalam institusional maupun masyarakat dalam waktu yang sesingkat mungkin.

2.3 PENGERTIAN PERDAGANGAN LUAR NEGERI ,TUJUAN DAN TEORI PERDAGANGAN INTERNASIONAL

2.3.1 Pengertian Perdagangan Luar Negeri

Didalam masa klasik ,analisa mengenai perkaitan diantara perdagangan luar negeri dan pembangunan mendapat perhatian yang besar dari para ahli eekonomi. Menurut beberapa ahli ekonomi seperti David Ricardo ,Adam


(21)

Smith,dan J.S. Mill menunjukkan bahwa perdagangan luar negeri dapat memberikan beberapa sumbangan yang pada akhirnya dapat memperlaju perkembangan ekonomi suatu negara . ada tiga sumbangan yang diberikan oleh perdagangan luar negeri,yaitu:

1. Bila suatu negara telah mencapai tingkat kesempatan kerja penuh,perdagangan luar negeri memungkinkan tercapainya tingkat konsumsi yang lebih tinggi daripada yang dicapai tanpa adanya kegiatan tersebut.

2. Memungkinkan suatu negara memperluas pasar dari hasil produksinya. 3. Memungkinkan negara yang menerima masukan dapat menggunakan

tekhnologi yang telah dikembangkan diluar negeri ,yang lebi baik keadaanya dari pada yang ada didalam negeri.

Keuntungan yang diperoleh dariperdagangan luar negeri ini timbul sebagai akibat adanya perbedaan harga dari barang yang diperdagangkan tersebut.contoh sederhana dapat dilihat dalamtabel dibawah ini :

Tabel 2.1 Contoh Perdagangan Luar Negeri

Negara Pakaian Sepatu

Negara A 6 Jam 12 jam

Negara B 10 jam 25 jam

Dengan menganggap bahwa ongkos produksi ditentukan oleh jumlah waktu yang digunakan untuk berproduksi,maka dinegara A harga satu pasang


(22)

sepatu dua kali sebesar harga sehelai kain. Di Negara B harga satu pasang sepatu adalah dua setengah kali harga kain. Dari perbandingan ini dapat disimpulkan harga sepatu di negara A lebih murah daripada di negara B,dan harga kain di Negara B lebih murah dari negara A. Dengan adanya perbedaan harga relatif antara negara A dan negara B,maka kedua negara tersebut dapat melakukan perdagangan yang saling menguntungkan . Adam smith merupakan ahli ekonomi yang pertama kali mengemukakan keuntungan dari perdagangan luar negeri yaitu: 1. Dengan adanya perdagangan luar negeri ,sesuatu negara dapat menaikkan

produksi barang-barang yang tidak dapat dijual lagi didalam negeri ,tetapi dapat dijual diluar negeri.

2. Dengan adanya Ekspor ,suatu negara dapat mengimpor barang – barang luar negeri bukan saja akan memperbesar tingkat produksi ,tetapi juga kan menambah jumlah barang yang dapat dikonsumsi oleh penduduknya. Perluasan pasar ini akan mendorong sektor produktif untuk menggunakan tekhnik- tekhnik produksi yang lebih tinggi produktivitasnya.

Menurut John Stuart mill,ada beberapa faktor yang menyebabkan perdagangan luar negeri dapat menciptakan kenaikan produktivitasnya,yaitu:

1. Perluasan pasar yang diakibatkan oleh perdagangan luar negeri akan menciptakan dorongan untuk melakukan perbaikan – perbaikan dalam tekhnologi yang digunakan dalam proses produksi.

2. Perdagangan luar negeri akan mempertinggi tingkat spesialisasi dan mempertinggi efisiensi penggunaan mesin yang ada.

3. mendorong usaha – usaha untuk memperbaiki efisiensi proses produksi dengan mengadakan pembaharuan pembaharuan.


(23)

Berikut ini dapat dilihat analisa Adam smith dan john stuart mill tentang keuntungan perdagangan luar negeri dengan menggunakan gambar.

Barang A Barang A

P P

Q Brg A BrgA

Gambar A Gambar B

Gambar 2.1 Kurva Batas Produksi Keterrangan gambar :

Pada gambar A Kurva PQ adalah kurva batas produksi ,kita melihat pada gambar 1 tingkat produksi sebelum perdagangan adalah pada titik A berarti sumberdaya yang terdapat di negara ini belum dipergunakan sepenuhnya hal ini disebabkan permintaan dalam negeri terhadap barang A dan barang B lebih sedikit dari kemampuan untuk menghasilkan . adanya perdagangan luar negeri pertambahan permintaan terhadap salah satu ataupun keduanya dapat menciptakan kenaikan produksi dan penggunaan sumberdaya pun lebih efisien. Barang mana yang produksinya meningkat tergantung pada jenis barang yang diekspor yaitu apabila yang diekspor adalah barang A,tingkat produksi yang baru adalah yang ditentukan oleh salah satu titik yang terletak dalam segitiga ABC.


(24)

Pada gambar B kurva PQ juga merupakan kurva batas produksi sebelum perdagangan luar negeri dilakukan ,dimisalkan sumberdaya belum sepenuhnya digunakan,maka tingkat produksi terletak dibawah kurva PQ yang dimisalkan titik N. Jika produksi dalam negeri mendapat pasaran yang luas diluar negeri tetapi produktivitasnya tidak mengalami perubahan produksi maksimum pada N1 N2 ,yaitu titik R . akibat yang ditimbulkan oleh perdagangan luar negeri adalah kenaikan tingkat produktivitas ,hal ini didasarkan oleh doktrin produktivity,maka kurva batas produksi akan berpindah keatas PQ ,yaitu P1Q1. tinkat produksi menjadi S1 atau S2 jika tingkat produktivitasnya naik.

Menurut Nopirin Perdagangan luar negeri adalah : “Transaksi pertukaran barang dan jasa antara sesuatu negara dengan negara lain”. Setiap negara terlibat dalam perdagangan internasional,karena dengan perdagangan ini suatu negara dapat memenuhi kebutuhan masyarakatnya,disamping itu dengan perdagangan ini kemakmuran suatu negara dapat bertambah.Perdagangan ini meliputi pengiriman dan penerimaan barang dari suatu negara kenegara lain.

2.3. 2 Tujuan Perdagangan Internasional

Menurut ahli ekonomi klasik dan modern ,perdagangan luar negeri bertujuan untuk meningkatkan kegiatan perekonomian dunia yang dapat memenuhi kebutuhan manusia dengan mempergunakan tekhnologi canggih ,sehingga dapat mempercepat laju pertumbuhan ekonomi. Menurut beberapa ahli ekonomi klasik peranan perdagangan luar negeri terhadap pembangunan ekonomi ialah :


(25)

1. perdagangan luar negeri memungkinkan tercapainya tingkat konsumsi yang lebih tinggi bila suatu negara sudah mencapai tingkat kesempatan kerja penuh.

2. Memperluas pasar dengan pengguanaan faktor produksi seefisien mungkin, pemanfaatan sumberdaya yang tersedia dan penggunaan manajemen yang tepat.

3. Penggunaan tekhnologi yang lebih baik dari dalam negeri tekhnologi produksi yang lebih baik dan mengimpor barang - barang modal baru sehingga nantinya dapat meningkatkan produktivitas.

4. Mendapatkan keuntungan mutlak maupun keuntungan komparatif.

2.3.3 Teori Perdagangan Internasional

Teori perdagangan internasional adalah teori-teori yang mencoba memahami mengapa sebuah negara (perekonomian) mau melakukan kerja sama perdagangan dengan negara-negara lain. Teori-teori mengenai perdagangan internasional dapat digolongkan ke dalam dua kelompok, yakni teori-teori klasik dan teori-teori modern. Teori-teori klasik yang dikenal diantaranya teori keunggulan absolut (absolute advantages) yang dikembangkan oleh Adam Smith dan keunggulan komparatif (comparative advantages) yang dikembangkan oleh David Rivardo. Sedangkan teori faktor proporsi atau dikenal dengan sebutan teori H-O termasuk diantara teori-teori modern.

1. Keunggulan Absolut (Absolut Advantage)

Suatu ajaran yang dibangun oleh Adam Smith, yang menyatakan perdagangan akan meningkat bila dilaksanakan mekanisme perdagangan


(26)

bebas, sehingga tercipta spesialisasi yang meningkatkan efisiensi. Sebaliknya spesialisasi dilakukan berdasarkan keunggulan Absolut,yaitu keunggulan yang dilihat dari kemampuan dengan biaya yang rendah. 2. Keunggulan komparatif(Comparative advantages)

Yaitu teori yang dibangun David Ricardo,yang menyatakan negara yang kurang efisien akan berspesialisasi dalam produksi ekspor pada komoditi yang mempunyai kerugian absolut lebih kecil. Dari komoditi inilah negara tadi mempunyai keunggulan komparatif.

3. Keunggulan kompetitif(Competitive Advantage of Nations)

Menurut Porter, keunggulan kompetitif suatu bangsa bersumber pada beberapa keunggulan, karena faktor produksi, faktor permintaan faktor jaringan kerja industri, dan faktor strategi perusahaan.

4. Teori H-O

Di dalam kelompok teori-teori modern mengenai perdagangan internasional dikenal antara lain teori Hecksher dan Ohlin. Teori H-O ini disebut juga factor proportion theory atau teori ketersediaan faktor. Dasar pemikiran dari teori ini adalah bahwa perdagangan internasional terjadi karena biaya alternatif (opportunity cost) berbeda antara kedua negara, yang disebabkan oleh adanya perbedaan dalam jumlah faktor produksi (tenaga kerja, modal, dan tanah) yang dimiliki oleh kedua negara.


(27)

2.4 EKSPOR

2.4.1 Pengertian Ekspor

Ekspor adalah kegiatan perdagangan internasional yang memberikan rangsangan guna menumbuhkan permintaan dalam negeri yang menyebabkan tumbuhnya industri – industri pabrik besar, bersama dengan struktur politik yang tidak stabil dan lembaga sosial yang fleksibel. Dengan kata lain ,ekspor mencerminkan aktifitas perdagangan antar bangsa yang dapat memberikan dorongan dalam dinamika pertumbuhan perdagangan internasional, sehingga suatu negara yang sedang berkembang kemungkinan untuk mencapai kemajuan perekonomian setara dengan negara – negara yang lebih maju (M.Todaro,1983)

Kegiatan ekspor merupakan hal yang terpenting bahkan mendapat perhatian utama dalam kegiatan ekonomi mengingat peranannya yang sangat besar dalam menunjang setiap program pembagunan yang dilaksanakan yakni sebagai penggerak kegiatan ekonomi dan pembangunan (generating sector)alasan yang mendesak mengapa suatu negara perlu menggalakkan ekspor adalah untuk meningkatkan kekayaan negara yang berarti pula meningkatkan pendapatan perkapita masyarakat.

2.4.2 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Ekspor 1. Harga internasional.

Makin besar selisih antara harga di pasar internasional dengan harga domestik akan menyebabkan jumlah komoditi yang akan diekspor menjadi bertambah banyak.


(28)

Makin tinggi nilai tukaruang suatu negara (mengalami apresiasi ) maka harga ekspor negara itu dipasar internasional menjadi mahal. Sebaliknya, makin rendah nilai mata uang suatu negara ( mengalami depresiasi) harga ekspor negara itu dipasar internasional menjadi lebih murah.

3. Quota Ekspor- Impor

Yakni kebijaksanaan perdagangan internasional berupa kuantitas (jumlah) barang.

4. Kebijakan tarif dan Non tarif

Kebijakan tarif adalah untuk menjaga harga produk dalam negeri dalam tingkatan tertentu yang dianggap mampu atau dapat mendorong pengembangan komoditi tersebut.


(29)

2.4.3 Prosedur Ekspor

Adapun prosedur ekspor menurut Zulkarnain Djamin (Djamin, 1993:105) akan digambarkan dalam skema sebagai berikut :

L/C

B OPENING BANK

LUAR NEGERI C

DALAM NEGERI A

E

Menarik Wessel D

F G H I

Keterangan :

Gambar 2.2 Skema Prosedur Ekspor

Keterangan :

1. Eksportir menerima order (pesanan) dari buyer di luar negeri (B - A). 2. Buyer membuka L/C melalui Opening Bank – Cara Bank – Eksportir (B –

C – D – A).

3. Eksportir menempatkan pesanan kepada leveransir/pemilik barang/produsen (A – E).

IMPORTIR BUYER BANK LUAR NEGERI BANK DALAM NEGERI EKSPORTIR SELLER PRODUSEN MASKAPAI PELAYARAN INSTANSI EKS./ IMP. MASKAPAI ASURANSI KEDUTAAN ASING


(30)

4. Eksportir menyelesaikan semua formalitas ekspor dengan semua instansi ekspor yang berwenang (A – G).

5. Eksportir memesan ruangan kapal (booking) dan mengeluarkan Shipping Order pada Dek Pelabuhan (A – F) dan mengurus B/L.

6. Menyiapkan faktur-faktur dan dokumen dan pengapalan lainnya. 7. Menentukan Asuransi Laut dengan Mask. Asuransi (A – H).

8. Menyusun Consular Invoice / dengan Trade Councelor kedutaan negara importir (A – I).

2.4.4 Peranan Dan Manfaat Ekspor

Ekspor adalah salah satu sektor pertanian yang memegang peranan penting melalui perluasan pasar antara beberapa dimana dapat mengadakan perluasan dalam sektor industri ,sehingga mendorong dalam industri lain,selanjutnya mendorong sektor lainnya dari perekonomian ( Baldwin,1965). Dari defenisi diatas dapat dilihat peranan sektor ekspor yaitu:

1. Pasar diseberang lautan memperluas pasar bagi barang – barang tertentu. Sebagaimana ditekankan oleh para ahli ekonomi klasik, suatu industri dapat tumbuh dengan cepat jika industri itu dapat menjual hasilnya diseberang lautan daripada hanya dipasar dalam negeri yang lebih sempit . 2. Ekspor menciptakan permintaan efektif yang baru ,akibat nya permintaan

akan barang – abarang dipasar dalam negeri meningkat. Terjadinya persaingan mendorong industri industri dalam negeri mencari inovasi yang ditujukan untuk menaikkan produktifitas.


(31)

3. Perluasan kegiatan ekspor mempermudah pembangunan , karena industri tertentu tumbuh tanpa membutuhkan investasi dalam kapital sosial sebanyak yang dibutuhkannyaseandainya barang – barang itu akan dijual didalam negeri misalnya karena sempitnya pasar dalam negeri akibat tingkat pendapatan riil yang rendah atau hubungan trasnportasi yang belum memadai.

Dengan demikian ,selain menambah peningkatan produksi barang untuk dikirim keluar neger,ekspor juga menambah permintaan dalam negeri ,sehingga secara langsung ekspor memperbesar output industri – industri itu sendiri,dan secara tidak langsung permintaan luar negeri mempengaruhi industri untuk menggunakan faktor produksinya,misalnya modal,dan juga menggunakan metode-metode produksi yang lebih murah dan efisien sehingga harga dan mutu dapat bersaing di pasar perdagangan internasional.

2.5 DESKRIPSI MINYAK KELAPA SAWIT (CPO) 2.5.1 Deskripsi Tanaman Kelapa Sawit

Tanaman sawit merupakan suatu jenis tanaman palma yang mempunyai Produk olahan utama berupa minyak sawit mentah - crude palm oil (CPO) memiliki potensi pasar yang baik, baik nasional, maupun luar negeri (ekspor). Produksi minyak sawit dunia tidak saja digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi, akan tetapi juga telah diolah lebih lanjut menjadi salah satu bahan bakar alternatif ramah lingkungan untuk automotif yang disebut biodesel. Saat ini, Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) telah berhasil mengembangkan palm biodiesel dari minyak sawit mentah (CPO). Selain itu, lembaga-lembaga


(32)

penelitian (seperti LPND, LPD, Perguruan Tinggi), maupun Badan Usaha Milik Negara juga telah melakukan kegiatan serupa (olahan lanjut dari CPO).

Walaupun demikian, tercatat bahwa ekspor terbesar hasil olahan dari kelapa sawit adalah CPO dan sebagian besar hasil ekspor ini (60%) kembali ke Indonesia berupa produk-produk olahan lanjutan, seperti kosmetika. Hal ini menunjukkan bahwa dalam kerangka sistem pengelolaan interaksi proses inovasi belum terlihat adanya peran litbang untuk mendukung industri pengolahan kelapa sawit, atau industri belum mampu menyerap hasil-hasil litbang yang telah ada ( Bisnis indonesia,Des 2005)

2.5.2 Gambaran umum produksi minyak kelapa sawit

Tanaman Kelapa Sawit secara umum waktu tumbuh rata-rata 20 – 25 tahun. Pada tiga tahun pertama disebut sebagai kelapa sawit muda, hal ini dikarenakan kelapa sawit tersebut belum menghasilkan buah. Kelapa sawit mulai berbuah pada usia empat samapi enam tahun. Dan pada usia tujuh sampai sepuluh tahun disebut sebagi periode matang (the mature periode), dimana pada periode tersebut mulai menghasilkan buah tandan segar ( Fresh Fruit Bunch). Tanaman kelapa sawit pada usia sebelas sampai dua puluh tahun mulai mengalami penurunan produksi buah tandan segar. Dan terkadang pada usia 20-25 tahun tanaman kelapa sawit mati

Semua komponen buah sawit dapat dimanfaatkan secara maksimal. Buah sawit memiliki daging dan biji sawit (kernel), dimana daging sawit dapat diolah menjadi CPO (crude palm oil) sedangkan buah sawit diolah menjadi PK (kernel


(33)

palm). Ekstraksi CPO rata-rata 20 % sedangkan PK 2.5%. Sementara itu serta dan cangkang biji sawit dapat dipergunakan sebagai bahan bakar ketel uap.

Minyak sawit dapat dipergunakan untuk bahan makanan dan industri melalui proses penyulingan, penjernihan dan penghilangan bau atau RBDPO (Refined, Bleached and Deodorized Palm Oil). Disamping itu CPO dapat diuraikan untuk produksi minyak sawit padat (RBD Stearin) dan untuk produksi minyak sawit cair (RBD Olein). RBD Olein terutama dipergunakan untuk pembuatan minyak goring. Sedangkan RBD Stearin terutama dipergunakan untuk margarin dan shortening, disamping untuk bahan baku industri sabun dan deterjen. Pemisahan CPO dan PK dapat menghasilkan oleokimia dasar yang terdiri dari asam lemak dan gliserol. Secara keseluruhan proses penyulingan minyak sawit tersebut dapat menghasilkan 73% olein, 21% stearin, 5% PFAD (

Palm Fatty Acid Distillate) dan 0.5% buangan.

Berikut ini bagan proses penyulingan minyak kelapa sawit dan pengolahan kelapa sawit.


(34)

(35)

Gambar 2.4 Proses Pengolahan Kelapa Sawit

2.6 PERKEMBANGAN INDUSTRI MINYAK KELAPA SAWIT SUMATERA UTARA

Dalam membahas permintaan ekspor minyak kelapa sawit (CPO) Sumatera Utara tidak nbisa terlepas dari keadaan dan sumberdaya lingkungan fisik seperti perkembangan luas areal dan produksi,perkembangan harga minyak kelapa sawit dalam dan luar negeri,total produksi CPO,sumbangan CPO kepada pendapatan ekspor,sumbangan kepada tenaga kerja,perkembangan pasaran minyak kelapa sawit dunia,posisi dan kedudukan Minyak Kelapa Sawit


(36)

Indonesia,pasaran minyak dan lemak dalam negeri,serta peranan kantor pemasaran bersama yang mungkin berpengaruh terhadap ekspor minyak kelapa sawit Sumatera utara.

2.6.1 Perkembangan luas Lahan Produksi

Sampai akhir tahun 90 an ,perkebunan didaerah Sumatera Utara terutama kebun kelapa sawit masih terkonsentrasi didaerah Sumatera Timur,yakti sekitar wilayah eks kesultanan Deli yang sekarang menjadi wilayah kota Medan,kabupaten langkat,Deli Serdang dan PTP IV di kawasan torgamba serta perkebunan Aek Raso dan Aek Torop,yang terletak diKabupaten Labuhan Batu.

Berkat rintisan kedua BUMN Deptan tersebut kini kabupaten Labuhan batu berubah menjadi salah satu sentra perkebunan kelapa sawit terbesar di Indonesia, keberhasilan proyek perkebunan itu pun telah mendorong pihak swasta melakukan kegiatan yang sama didaerah Labuhan Batu,lalu meluas kekabupaten tetangganya ,Tapanuli Selatan .

Pesatnya perluasan kebun kelapa sawit khususnya antara 1980 an hingga awal 90 an telah menempatkan minyak kelapa sawit sebagai komoditi perkebunan utama di Sumatera utara dan menggeser posisi karet yang begitu dominan hingga tahun 1980 an. Data yang disusun menunjukkan bahwa areal perkebunan kelapa sawit telah mencapai Perkebunan kelapa sawit tersebut saat ini tersebar di 16 propinsi dari 32 propinsi di Indonesia. Areal terluas di pulau Sumatera (2.243.501 ha), khususnya di propinsi Sumatera Utara (614.617 ha) dan propinsi Riau (606.492 ha). Di pulau Kalimantan luas areal perkebunan kelapa sawit padatahun 1999 adalah 562.901 ha. Disamping pulau Sumatera dan Kalimantan, perkebunan


(37)

Barat (21.502 ha), Sulawesi Selatan (80.934 ha), Sulawesi Tengah (36.427 ha) dan Irian Jaya (29.855 ha).

Sejalan dengan perkembangan luas areal, perkembangan produksi minyak sawit juga telah berkembang pesat. Jika pada tahun 1968 produksi minyak sawit baru sekitar 182 ribu ton, pada tahun 1999 produksinya telah mencapai 5.989 ribu ton, atau meningkat sebesar hampir 32 kali lipat . Produksi tersebut sebesar 24,1% dihasilkan oleh perkebunan rakyat, 33,3% perkebunan negara dan 42,6% perkebunan besar swasta. Dimasa mendatang produksi tersebut akan terus meningkat karena masih luasnya Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) yaitu 1.055 ribu ha atau 35,5% dari total areal. Di pulau Sumatera yang saat ini merupakan sentra produksi kelapa sawit, produksi tertinggi terdapat di propinsi Sumatera Utara (2.394 ribu ton pada tahun 1999) dan di propinsi Riau (1.272 ribu ton).

2.6.2 Prospek CPO Di Pasar Internasional

Hasil analisis yang dilakukan FAO (2001), Mielke (2001), dan Susila (2002) menunjukkan bahwa propek pasar CPO di pasar internasional relatif masih cerah. Hal ini antara lain tercermin dari sisi konsumsi yang diperkirakan masih terbuka dengan laju pertumbuhan konsumsi CPO dunia diproyeksikan mencapai sekitar 3.5%-4.5% per tahun sampai dengan tahun 2005 (Gambar 1). Dengan demikian, konsumsi CPO dunia pada tahun 2005 diproyeksikan mencapai 27.67 juta ton. Untuk jangka panjang, laju peningkatan konsumsi diperkirakan sekitar 3% per tahun.


(38)

Gambar 2.5 Proyeksi Konsumsi CPO dunia 2000-2005

Peningkatan yang signifikan terutama akan terjadi pada negara yang sedang berkembang seperti di Cina, Pakistan, dan juga Indonesia. Indonesia diperkirakan akan mengalami peningkatan konsumsi dengan laju sekitar 4%-6% per tahun. Konsumsi CPO di Cina dan Pakistan diproyeksikan juga akan tumbuh dengan laju sekitar 4-6% per tahun(Susila,2000).

Seperti kebanyakan harga produk primer pertanian, harga CPO relatif sulit untuk diprediksi dengan akurasi yang tinggi. Harga cenderung fluktuatif dengan dinamika yang perubahan yang relatif sangat cepat. Dengan kesulitan tersebut, maka proyeksi harga yang dilakukan lebih pada menduga kisaran harga untuk periode 2000-2005. Jika tidak ada shock dalam perdagangan dan produksi, maka harga CPO di pasar internasional pada periode tersebut diperkirakan lebih tinggi


(39)

US$ 265/ton. Di samping itu, mulai menurunnya stok pada periode menjelang 2005 juga mendukung perkiraan tersebut. Dengan argumen tersebut, harga CPO sampai dengan 2005 diperkirakan akan berfluktuasi sekitar US$ 350-450/ton (Susila dan Supriono 2001).

2.6.3 Peluang Pasar Indonesia

Secara umum, ada dua sumber permintaan (peluang pasar) untuk CPO Indonesia yaitu konsumsi domestik dan ekspor. Setelah sebelumnya meningkat dengan laju sekitar 8% per tahun, peluang konsumsi CPO di dalam negeri diperkirakan akan meningkat dengan laju antara 6% pada tahap awal dan menurun menjadi sekitar 4% pada akhir dekade mendatang. (Gambar 4). Untuk periode 2000-2005, konsumsi domestik diperkirakan meningkat dengan laju 5%-6% per tahun. Selanjutnya, untuk periode 2005-2010, laju peningkatan konsumsi diperkirakan adalah 3%-5% per tahun. Dengan laju pertumbuhan tersebut, maka konsumsi domestik pada tahun 2005 dan 2010 masing-masing adalah 3.92 juta ton dan 4.58 juta ton.


(40)

Selain mengandalkan pasar domestik, pasar ekspor merupakan pasar utama CPO Indonesia. Ekspor CPO Indonesia pada dekade terakhir meningkat dengan laju antara 7-8% per tahun. Di samping dipengaruhi oleh harga di pasar internasional dan tingkat produksi, kinerja ekspor CPO Indonesia juga sangat dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah, khususnya tingkat pajak ekspor.

Dengan asumsi tingkat pajak ekspor adalah masih di bawah 5%, maka ekspor CPO Indonesia diperkirakan akan tumbuh dengan laju 4-8% per tahun pada periode 2000-2010 (Gambar 5). Pada periode 2000-2005, ekspor akan tumbuh dengan laju 5%-8% per tahun sehingga volume ekspor pada periode tersebut sekitar 5.4 juta ton. Pada periode 2005-2010, volume ekspor meningkat dengan laju 4%-5% per tahun yang membuat volume ekspor menjadi 6.79 juta ton pada tahun 2010 ekspor ini sepenuhnya didukung oleh ekspor cpo sumatera utara.


(41)

2.7 NILAI TUKAR (KURS) 2.7.1Pengertian Nilai Tukar (Kurs)

Dalam perdagangan internasional pertukaran antara satu mata uang dengan mata uang lain menjadi hal yang terpenting untuk mempermudah proses transaksi jual beli barang dan jasa. Dari pertukaran ini ,terdapat perbandingan nilai atau harga antara kedua mata uang tersebut,dan inilah yang dinamakan kurs. Jadi secara umum ,kurs ataiu nilai tukar dapat diartikan sebagai harga suatu mata uang asing atau harga mata uang luar negeri terhadap mata uang domestik (Lindert,1999)

Kurs adalah harga mata uang domestik terhadap mata uang asing dihitung berdasarkan rata-rata tertimbang nilai tukar riil dari negara mitra dagang Indonesia, nilai tukar rupiah Indonesia digunakan sebagai proyeksi dari nilai tukar negara mitra dagang Indonesia (Syarief, 2003:4)

Kurs merupakan salah satu harga yang terpenting dalam perekonomian terbuka mengingat pengaruhnya yang sedemikian besar bagi transaksi berjalan maupun terhadap variabel – variabel ekonomi lainnyakurs juga memainkan peranan sentral dalam perdagangan internasional.

Dalam mekanisme pasar , kurs dari suatu mata uang akan mengalami fluktuasi yang berdampak langsung pada harga barang – barang ekspor dan impor (Dominic,1997). Perubahan yang dimaksud adalah

1. Apresiasi, yaitu peristiwa menguatnya nilai tukar mata uang secara otomatis akibat bekerjanya kekuatan – kekuatan penawaran dan permintaan atas mata uang yang bersangkutan dalam sistem pasar bebas. Sebagai akibat dari perubahan kurs ini adalah harga produk negara itu


(42)

bagi pihak luar negeri makin mahal,sedangkan harga impor bagi penduduk domestik menjadi lebih murah.

2. Depresiasi, yaitu peristiwa penurunan nilai tukar mata uang secara otomatis akibat bekerjanya kekuatan penawaran dan permintaan atas mata uang yang bersangkutan dalam sistem pasar bebas. Sebagai akibat dari perusahaan kurs ini adalah produk negara itu bagi pihak luar negeri menjadi murah,sedangkan harga impor bagi penduduk domestik menjadi mahal.

2.7.2 Pasar Valuta Asing

kurs ditentukan oleh interaksi antara berbagai rumah tangga , perusahaan dan lembaga – lembaga keuangan yang membeli dan menjual valuta asing guna keperluan pembayaran internasional. Pasar yang memperdagangkan mata uang internasional disebut dengan pasar valuta asing ( foreign exchange market).

Dengan kata lain,pasar valuta asing adalah tempat bertemunya pembeli dan penjual dari berbagai mata uang asing (Krugman dan Obtfeld 1992)

2.8. Harga Ekspor Harga Ekspor

2.4.1 Pengaruh Harga Ekspor Terhadap Volume Ekspor

Menurut Pappas dan Mark Hirschey (1995:95) permintaan adalah jumlah barang atau jasa yang rela atau mampu dibeli oleh konsumen selama periode tertentu berdasarkan kondisi tertentu. Dalam membahas permintaan suatu barang, tidak terlepas dari mempelajari tingkah laku konsumen, dimana seorang konsumen senantiasa ingin memaksimalkan kepuasan. Dengan demikian di pasar ada dua


(43)

kekuatan yaitu produsen dan konsumen, proses selanjutnya melalui mekanisme pasar yaitu tarik menarik antara kekuatan permintaan dan penawaran diperoleh harga dan kuantitas yang disepakati. Dari sinilah analisis permintaan sangat penting dalam mengambil keputusan oleh produsen / pengusaha.

Fungsi dari permintaan adalah hubungan antara jumlah barang yang diminta (Q) dan variabel-variabel yang mempengaruhinya, sedang kurva permintaan adalah kurva yang menunjukkan hubungan antara jumlah barang yang diminta dan harga barang yang diminta (Pappas dan Mark Hirschey, 1995:97) Sehingga model matematis fungsi permintaan secara sederhana adalah sebagai berikut :

Qx = f (Px) atau Qx = a-Px

dengan asumsi variabel-variabel lain dianggap tetap (ceteris paribus), dengan demikian diasumsikan bahwa permintaan terhadap suatu barang hanya dipengaruhi oleh harga barang tersebut. Variabel-variabel yang mempengaruhi suatu permintaan barang antara lain :

1. Harga barang yang diminta (The Price of goods X = Px). Permintaan merupakan fungsi dari harga suatu barang. Apabila harga barang tersebut naik, maka permintaan akan turun. Sebaliknya apabila harga barang turun, maka permintaan akan naik

2. Harga barang lain (The Price of Related goods or service = Pr) Dengan kondisi :

a. Hubungan barang substitusi. Pengaruh harga barang substitusi terhadap barang tersebut adalah bahwa apabila ada kenaikan harga barang pokok, maka permintaan terhadap barang substitusi naik. Hal


(44)

ini disebabkan harga barang substitusi lebih mahal dibanding harga barang pokok.

b. Hubungan barang komplementer. Apabila harga barang komplementer turun, maka jumlah permintaan barang komplementer naik, sehingga berakibat permintaan terhadap pokok juga naik.

3. Faktor-faktor lain. Faktor-faktor lain yang berkaitan dengan permintaan suatu barang antara lain adalah faktor eksternal (peraturan pemerintah, kondisi ekonomi suatu negara / daerah, dan lain-lain).

Dari faktor-faktor diatas, maka permintaan suatu barang / jasa dapat dirumuskan dengan formula sebagai berikut :

Qdx = f (Px, Pr, O) Dimana :

Qdx adalah kuantitas permintaan barang atau jasa Px adalah harga dari barang / jasa X

Pr adalah harga dari barang lain yang berkaitan O adalah faktor-faktor spesifik / lain

Dari kondisi diatas dapat dijelaskan bahwa permintaan terhadap suatu barang sangat dipengaruhi oleh banyak variabel. Masing-masing variabel akan mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap permintaan permintaan suatu barang / jasa. Variabel harga produk akan mempunyai pengaruh negatif terhadap permintaan konsumen. Harga barang lain (substitusi) akan mempunyai pengaruh positif terhadap permintaan konsumen.


(45)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode Penelitian adalah langkah dan prosedurr yang akan dilakukan dalam pengumpulan data atau informasi empiris guna memecahkan permasalahan dan menguji hipotesa penelitian. Dalam mengumpulkan data yang diperlukan menyusun skripsi ini, penulis menggunakan metodologi penelitian sebagai berikut:

3.1. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini membahas mengenai dampak pengembangan pertanian kelapa sawit sebagai salah satu komoditi ekspor Sumatera Utara dalam menambah devisa selama kurun waktu 1985 - 2005 (20 tahun).

3.2. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari instansi yang berkaitan dengan penelitian ini yaitu: Bank Indonesia (BI) Kantor Cabang Medan. Disamping itu, data-data lainnya yang mendukung penelitian ini diperoleh dari berbagai sumber bacaan, seperti jurnal dan buku bacaan serta situs-situs yang berkaitan dengan penelitian ini. Berdasarkan kurun waktunya, data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series

(tahunan), dengan kurun waktu 1985 – 2005. 3.3. Pengolahan Data

Penulis menggunakan program E-Views 4,1 untuk mengolah data dalam penulisan skripsi ini.


(46)

3.4. Model Analisis

Model yang digunakan dalam menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi Ekspor Minyak Kelapa Sawit Sumatera Utara adalah model ekonometrika dengan meregresskan variabel - variabel yang ada dengan menggunakan metode Tehnik Ordinary Least Square (OLS).

Untuk Model :

Y = + 1X1 + 2X2 + 3X3 +  Dimana:

Y = Devisa (US$)  = Intercept/ konstanta

X1 = Harga ekspor minyak kelapa sawit Sumatera Utara(US$/Ton) X2 = Total produksi minyak kelapa sawit Sumatera Utara (Ton) X3 = Nilai kurs (Rp/US$)

1,2,3 = Koefisien Regresi  = Error Terms

Bentuk hipotesisnya sebagai berikut:

Y > 0, artinya jika terjadi kenaikan pada X1 (harga ekspor minyak kelapa X1

sawit), maka Y (Devisa Negara) mengalami kenaikan, ceteris paribus.

Y  0, artinya jika terjadi kenaikan pada X2 (Total Produksi minyak X2

kelapa sawit, maka Y(Devisa Negara) mengalami kenaikan, ceteris paribus.

Y > 0, artinya jika terjadi kenaikan pada X3 (nilai kurs), maka Y X3


(47)

3.5 Uji asumsi Klasik 1. Uji t-statistik

yaitu uji yang dilakukan untuk melihat signifikan dari pengaruh variabel independent secara individu terhadap variabel dependent, dengan menganggap variabel lainnya konstan. Dalam uji t ini digunakan hipothesis sebagai berikut:

Ho : b1 = 0 Ha : b1 ≠ 0

Dimana bi adalah variabel independen ke-i nilai parameter hipotesi, biasanya b dianggap = 0. Artinya tidak ada pengaruh variabel Xi terhadap Y. Bila nilai t-hitung > t-tabel maka pada tingkat kepercayaan tertentu Ho ditolak. Hal ini berarti bahwa variabel independen yang diuji berpengaruh secara nyata (signifikan) terhadap variabel dependen. Nilai t-hitung diperoleh dengan rumus : t’ = (bi – b)

Se (bi)

Dimana,

bi = Koefisien variabel independen ke b = Nilai hipotesis 0

Se (bi) = Simpangan baku dari variabel ke 1 2. Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi dilakukan untuk melihat seberapa besar variabel- variabel independent secara bersama - sama mampu memberi penjelasan mengenai variabel dependent.


(48)

3. Uji F-statistik

Uji F-statistik digunakan untuk mengetahui seberapa besar nilai - nilai variabel independen secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen. Untuk uji f digunakan hipotesis:

Ho: b1 = b2 = b3 … = bk = 0 Ha: b1 b2 b3 …  bk  0

Jika F hitung > f tabel maka Ho ditolak, yang berarti nilai variabel independen secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen.

Nilai f hitung dipeoleh dengan rumus: F’ = R2/k-1

(1-R2)/ (n-k) Dimana,

R2 = Koefisien determinasi.

k = Jumlah variabel independen ditambah intecept dari suatu model persamaan. n = Jumlah sampel.

4. Uji Multikolinieriti

Uji multikolinieriti digunakan untuk mengetahui apakah di dalam model regresi yang digunakan terdapat korelasi yang sempurna diantara variabel -variabel yang menjelaskan independen -variabel. Suatu model regresi linear akan mengahasilkan estimasi yang baik apabila model tersebut tidak mengandung multikolinieriti. Multikolinieriti terjadi karena adanya hubungan yang kuat antara sesama variabel independen dari suatu model estimasi.


(49)

5. Autokorelasi

Autokorelasi digunakan untuk mengetahui apakah didalam model yang digunakan terdapat autokorelasi diantara variabel-variabel yang diamati. Uji autokorelasi dirumuskan sebagai berikut :

d =

    n t n t t t et e e 1 2 2 2 1 ) ( ) (

Bentuk hipotesisnya adalah sebagai berikut : Ho :  = 0 -> berarti tidak ada autokorelasi H1 :  0 -> berarti ada autokorelasi

3.6 Defenisi Operasional Variabel

1. Devisa adalah cadangan devisa yang dikuasai oleh Bank Indonesia, yang tercatat pada sisi aktiva neraca Bank Indonesia yang antara lain berupa emas, uang kertas asing dan tagihan lainnya dalam valuta asing pada pihak luar negeri yang dapat dipergunakan sebagai alat pembayaran luar negeri.

2. Harga ekspor minyak kelapa sawit adalah harga FOB per ton minyak kelapa sawit yang diukur dalam mata uang US $.

3. Total produksi minyak kelapa sawit adalah jumlah keseluruhan dari minyak kelapa sawit yang akan dikonsumsi didalam negeri dan untuk diekspor keluar negeri.

4. Nilai kurs adalah perbandingan nilai antara mata uang dalam negeri (Rupiah) dengan mata uang asing (US $).


(50)

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 TINJAUAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1.1 Gambaran Umum Propinsi Sumatera Utara

A. Lokasi dan Keadaan Geografis

Propinsi Sumatera Utara berada di bagian barat Indonesia, terletak pada garis 10 - 40 LU dan 980 - 1000 BT dengan luas 71.680 km2 atau terbesar ketujuh dari luas wilayah Republik Indonesia. Sumatera utara tersohor karena luas perkebunannya, hingga kini perkebunan tetap menjadi primadona perekonomian propinsi ini. Perkebunan tersebut dikelola oleh swasta dan pemerintah. Letak propinsi ini sangat strategis karena berada pada jalur perdagangan internasional dan berdekatan dengan Malaysia dan Singapura serta diapit oleh 3 propinsi dengan batas - batas sebagai berikut :

- Sebelah Utara berbatasan dengan propinsi daerah Istimewa Aceh.

- Sebelah Selatan berbatasan dengan propinsi Sumatera Barat dan propinsi Riau.

- Sebelah Barat berbatasan dengan Samudera Hindia. - Sebelah Timur berbatasan dengan Selat Malaka. B. Kondisi Iklim dan Topografi

Karena terletak dekat garis khatulistiwa, propinsi Sumatera Utara mempunyai iklim tropis, terletak antara 0 - 2,8 km di bawah permukaan laut, yang dipengaruhi oleh angin Passat dan angin Muson. Kelembaban udara rata-rata 78%-91%, daerah berbukit dengan kemiringan yang landai, beriklim sedang dan


(51)

sebagian lagi berada pada daerah ketinggian yang suhu minimalnya bisa mencapai 140C.

Sebagaimana propinsi lainnya di Indonesia, Propinsi Sumatera Utara mempunyai musim kemarau dan musim penghujan. Musim kemarau biasanya terjadi pada bulan Juni sampai dengan September dan musim penghujan biasanya terjadi pada bulan Nopember sampai dengan bulan Maret, diantara kedua musim itu diselingi dengan musim pancaroba.

C. Kondisi Demografi

Sumatera Utara merupakan propinsi yang keempat terbesar jumlah penduduknya di Indonesia setelah Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah, yang dihuni oleh penduduk dari berbagai suku seperti Melayu, Batak, Nias, Aceh, Minangkabau, Jawa, dan menganut berbagai agama seperti Islam, Kristen, Budha, Hindu, dan beberapa aliran kepercayaan lainnya.

Menurut hasil pencacahan lengkap Sensus Penduduk di dalam BPS 1990, penduduk Sumatera Utara pada tanggal 31 Oktober 1990 ( hari sensus ) berjumlah 10,81 juta jiwa, dan pada tahun 2002 jumlah penduduk Sumatera Utara sebesar 11,85 juta jiwa. Kepadatan penduduk Sumatera Utara tahun 1990 adalah 143 jiwa per km2 dan tahun 2003 meningkat menjadi 166 jiwa per km2. Sedangkan laju pertumbuhan penduduk Sumatera Utara kurun waktu tahun 1990-2000 adalah 1,20 persen per tahun.

D. Potensi Wilayah

Wilayah Sumatera Utara memiliki potensi lahan yang cukup luas dan subur untuk dikembangkan menjadi areal pertanian untuk menunjang pertumbuhan industri.


(52)

Dalam wilayah Sumatera Utara terkandung bahan galian dan tambang, seperti kapur, belerang, pasir kuarsa, kaolin, diatome, emas, batubara, minyak, dan gas bumi.

Kegiatan perekonomian terpenting di Sumatera Utara adalah pada sektor pertanian yang menghasilkan bahan pangan dan budidaya ekspor dari perkebunan, tanaman pangan, peternakan, perikanan, dan kehutanan. Sedangkan industri yang berkembang di Sumatera Utara adalah industri pengolahan yang menunjang sektor pertanian, industri yang memproduksi barang-barang kebutuhan dalam never dan ekspor, meliputi industri logam dasar, aneka industri kimia dasar, industri kecil dan kerajinan.

Posisi strategis wilayah Sumatera Utara dalam jalur perdagangan internasional, ditunjang oleh adanya pelabuhan udara dan laut yaitu pelabuhan udara Polonia, Pinang Sori, Binaka, Aek Godang, pelabuhan laut Belawan, Sibolga, Gunung Sitoli, Tanjung Balai, Teluk Nibung, Kuala Tanjung, Labuhan Bilik, Tanjung Pura, Pangkalan Susu, Leidong, dan Pulau Tello. Disamping fasilitas pelabuhan ini, sektor jasa berkaitan dengan fasilitas perbankan dan jasa-jasa perdagangan lainnya serta komunikasi seperti perhubungan darat, telepon, teleks, faksimile, pos, giro, telah cukup berkembang dan mampu mencapai sebagian besar wilayah Sumatera Utara.

Kota Medan sebagai ibukota propinsi daerah tingkat I Sumatera Utara disamping merupakan salah satu pusat pengembangan wilayah Sumatera Utara sekaligus juga merupakan pusat pengembangan wilayah pembangunan kelompok Sumatera Utara, memiliki fasilitas komunikasi, perbankan dan jasa-jasa perdagangan lainnya yang mampu mendorong pertumbuhan wilayah belakangnya.


(53)

Di Sumatera Utara, juga terdapat lembaga - lembaga pendidikan dan penelitian seperti, perguruan tinggi termasuk politeknik, balai penelitian dan balai latihan kerja, yang mampu membentuk tenaga pembangunan terdidik dan terampil serta hasil - hasil penelitian yang bermanfaat bagi pembangunan daerah.

4.1.2 Perkembangan Ekonomi Sumatera Utara 2003-2005

Berdasarkan hasil perhitungan PDRB dengan harga konstan 1993, kondisi sumatera utara tahun 2003 menunjukkan gambaran yang lebih baik dari tahun sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi secara umum meningkat sebesar 4,81 persen. Kondisi ini lebih tinggi dari tahun sebelumnya yang hanya sebesar 4,56 persen.

Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi ini juga didorong oleh menurunnya laju inflasi. Jika pada tahun 2003 angka inflasi menurun hingga mencapai 4,23 persen. Dengan pertumbuhan ekonomi yang semakin besar berdampak pada meningkatnya kesejahteraan penduduk yang dapat dilihat secara tidak langsung dari besarnya PDRB per kapita. Berdasarkan harga berlaku, PDRB per kapita penduduk sumatera utara mengalami kenaikan dari 7,32 miliar rupiah pada tahun 2002 menjadi 8,63 miliar rupiah pada tahun 2003.

Pada tahun 2003 peran sektor pertanian masih cukup dominan. Besarnya kontribusi sektor ini mencapai 24,94 persen tidak lepas dari pergerakan yang ditimbulkan oleh subsektor tanaman bahan makanan dan perkebunan yang merupakan urat nadi perekonomian di sumatera utara.

Sektor industri mempunyai peranan sebesar 25,27 persen pada tahun 2003, jika dilihat peranan industri menurut besar kecilnya perusahaan kelompok industri besar menghasilkan nilai tambah terbesar. Sedangkan jika dilihat dari sektor


(54)

industri makanan, minuman, dan tembakau menempati urutan pertama. Pada urutan terakhir ditempati oleh kelompok industri pengolahan lainnya.

Sementara itu, jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Indonesia termasuk sumatera utara menurun sekitar 19,28 persen atau menjadi sebanyak 93.336 orang pada tahun 2002.

Di sisi penyediaan energi, PT (persero) PLN, PDAM dan PT (persero) Gas Negara mengalami peningkatan dan masih dapat mencukupi kebutuhan energi penduduk sumatera utara. Pada tahun 1993, produksi listrik naik sebesar 4,25 persen, volume penjualan gas naik sebesar 5,54 persen dan volume air bersih yang dialirkan mengalami peningkatan hingga sebesar 4,06 persen.

Pada sektor perhubungan, rasio jumlah kendaraan terhadap panjang jalan di tahun 2003 lebih tinggi daripada tahun 2002. Hal ini mencerminkan bahwa bertambahnya jumlah kendaraan lebih cepat daripada perkembangan panjang jalan. Pada tahun 2003, jumlah kendaraan bertambah sebesar 0,99 persen dimana sebagian besar ( 36,90 persen) panjang jalan di sumatera utara dalam kondisi rusak.

Meningkatnya angka pertumbuhan ekonomi sumatera utara pada tahun 2003 ternyata tidak diiringi dengan naiknya surplus perdagangan luar negeri. Surplus perdagangan luar negeri sumatera utara turun sebesar 3,12 persen dibanding tahun 2002. Menurunnya surplus perdagangan luar negeri ini disebebkan oleh menurunnya nilai eksport sumatera utara yang mencapai 7,06 persen. Turunnya nilai ekspor ini lebih disebabkan oleh menurunnya volume ekspor sumatera utara sebesar 17,10 persen dari 6,62 juta ton pada tahun 2002 hingga sekitar 5,49 ton pada tahun 2003.


(55)

Sektor perbankan sebagai sektor yang paling sensitif dengan kondisi ekonomi menunjukkan adanya perbaikan. Hal ini tercermin dari meningkatnya dana yang dihimpun dan juga kredit yang disalurkan oleh bank masing - masing sebesar 15,96 persen dan 30,45 persen. Sementara itu, persentase kredit yang disalurkan terhadap dana yang dihimpun oleh bank yang mengalami peningkatan dari 45,22 persen pada tahun 2002 menjadi 50,87 persen pada tahun 2003. Membaiknya sektor ini memberikan peluang dan harapan pada sektor riil untuk mengembangkan usahanya.

Pada tahun 2004, pertumbuhan ekonomi sumatera utara lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah 2003. Salah satu indikator membaiknya ekonomi sumatera utara adalah meningkatnya laju pertumbuhan ekonomi. Perekonomian sumatera utara pada tahun 2004 tumbuh sebesar 5,74 persen, yaitu meningkat dari 78,81 triliun rupiah pada tahun 2003 sebesar 4,81 persen.

Pertumbuhan ekonomi tertinggi dicapai oleh sektor pengangkutan dan komunikasi yang tumbuh sebesar 13,49 persen. Pertumbuhan yang cukup tinggi juga dicapai sektor konstruksi sebesar 7,66 persen.

Sementara itu, sektor pertanian yang menyumbang sekitar 24,47 persen mampu mendongkrak perekonomian sumatera utara sebesar 3,75 persen. Pertumbuhan tersebut lebih tinggi daripada pada tahun sebelumnya dimana pertumbuhan perekonomian sumatera utara hanya mencapai 2,51 persen.

Menutup tahun 2005, perkembangan perekonomian Sumatera Utara diwarnai dengan perkembangan perekonomian yang cukup ketat. Kebijakan pemerintah untuk menaikkan harga BBM ternyata memberikan tekanan yang luar biasa sehingga terjadi ledakan ( overshooting ) ekspektasi masyarakat terhadap


(56)

tingkat harga dan pada akhirnya mendorong inflasi yang sangat tinggi ( high inflasion ). Secara musiman hal tersebut juga diperkuat pola konsumsi yang meningkat menjelang perayaan hari - hari besar keagamaan yang secara musiman menjadi pemicu inflasi.

Hingga posisi Desember 2005, inflasi kalender Provinsi Sumatera Utara telah mencapai 22,41 persen, jauh meningkat dibandingkan periode yang sama tahun 2004 yang hanya sebesar 6,81 persen. Sepertinya pada inflasi, kegiatan ekonomi di Sumatera Utara selama tahun 2005 turut mengalami berbagai tantangan yang terjadi pada tahun 2005

4.1.3 Perkembangan Devisa Sumatera Utara 2001 – 2005

Pada tahun 2002 Devisa Sumatera Utara meningkat sebesar 116,67% dibandingkan dari tahun sebelumnya tahun 2001 yaitu dari US$ 443022 menjadi US$ 959921 pada tahun 2002 ( lihat Tabel 4.1 ).

Begitu juga dengan tahun 2003 devisa Sumatera Utara meningkat sebesar 1,61 % dibandingkan dengan tahun 2002 menjadi US$ 975356. Kejadian seperti ini terus berlanjut, yakni devisa Sumatera Utara setiap tahun mengalami peningkatan, dan pada tahun 2004 mengalami peningkatan sebesar 1,93 % dibanding tahun sebelumnya menjadi US$ 975356.

Demikian pula dengan tahun 2005 devisa Sumatera Utara juga mengalami peningkatan dibanding tahun lalu sebesar 1,80% yaitu menjadi US$1012184 (Lihat Tabel 4.1)


(57)

` Tabel 4.1

Perkembangan Devisa Sumatera Utara tahun 2001-2005 Tahun Devisa Sumatera Utara (US $) (Y)

2001 443022 2002 959921 2003 975356 2004 994219 2005 1012184 Sumber : Badan Pusat Statistik Sumatera Utara

4.1.4 Perkembangan Perdagangan Luar Negeri Sumatera Utara

Pada tahun 2004, perekonomian nasional mulai stabil dan krisis ekonomi yang dulu pernah melanda mulai pulih. Khusus untuk propinsi Sumatera Utara, kestabilan ini terlihat dari meningkatnya pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara.

Ekspor Sumatera Utara pada tahun 2004 yang bernilai 4,2 milyar US$ adalah nilai ekspor Sumatera Utara yang terbesar selama tujuh tahun terakhir sejak terjadinya krisis ekonomi pada pertengahan tahun 1997. Naiknya nilai ekspor ini lebih disebabkan membaiknya nilai tukar rupiah dan meningkatnya volume ekspor Sumatera Utara.

Pada tahun 2004 volume ekspor Sumatera Utara mencapai 7,51 juta ton dan volume impor sebesar 3,22 juta ton. Hal ini berarti terjadi kenaikan 57,72 persen pada ekspor, dan 40,24 persen pada impor (Tabel 4.2).

Nilai ekspor Sumatera Utara pada tahun yang sama mencapai 4.239,41 juta dollar Amerika dan nilai impor mencapai 953,36 juta dollar Amerika. Dengan


(58)

demikian Sumatera Utara mempunyai surplus perdagangan luar negeri sebesar 63,64 persen dibandingkan tahun lalu.

Komoditi utama ekspor Sumatera Utara adalah minyak / lemak nabati dan hewani yang mencapai 1.720,35 juta dollar Amerika (40,58 persen) dan diikuti oleh bahan baku sebesar 927,45 juta dollar Amerika serta barang hasil industri sebesar 591,18 juta dollar Amerika.

Sumatera Utara umumnya mengekspor komoditinya ke Jepang, yang mencapai 575,02 juta dollar Amerika (13,56 persen) dan India yang mencapai 471,16 juta dollar Amerika (11,11 persen). Nilai impor Sumatera Utara yang bernilai 953,36 juta dollar Amerika mengalami kenaikan sebesar 40,24 persen dari tahun 2003.

Untuk lebih jelasnya, volume dan nilai perdagangan luar negeri Sumatera Utara selama periode 1990 - 2004, dapat dilihat dalam tabel 4.1 berikut:


(59)

Tabel 4.2

Perdagangan Luar Negeri Sumatera Utara Tahun 1990 – 2004 Tahun Year Ekspor Export Impor Import Neraca Balance (000 US $) Berat Bersih Net Weight (Ton) Nilai FOB FOB Value (000 US $)

Berat Bersih Net Weight (Ton) Nilai CIF CIF Value (000 US $)

1990 3.021.622 1.542.409 1.537.463 832.424 718.985 1991 3.478.838 1.792.000 1.390.363 797.952 994.048 1992 3.711.040 2.012.498 1.405.989 908.406 1.104.452 1993 3.949.733 2.228.378 1.875.391 956.951 1.271.427 1994 4.083.824 2.689.353 1.727.141 990.880 1.698.473 1995 3.633.140 3.107.163 2.128.075 1.014.223 2.092.940 1996 3.920.002 3.102.431 2.302.568 1.062.885 2.039.546 1997 4.886.759 3.443.555 2.139.307 1.024.559 2.418.996 1998 4.401.819 2.713.611 959.311 415.830 2.297.781 1999 5.150.993 2.606.216 2.601.042 699.577 1.906.639 2000 5.166.654 2.437.764 2.620.166 775.287 1.662.477 2001 5.492.341 2.294.796 2.830.242 860.758 1.434.038 2002 6.622.573 2.891.996 2.684.055 819.298 2.072.698 2003 5.490.113 2.687.877 2.343.112 679.811 2.008.067 2004 7.512.890 4.239.409 3.221.858 953.359 3.286.050


(60)

4.1.5 Perkembangan Perkebunan kelapa Sawit Sumatera Utara

Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu penghasil utama komoditi dengan areal perkebunan di Sumatera Utara tahun 2001 seluas lebih kurang 771.038,95 Ha dengan total produksi 11.215.800.02 ton. menurut jenis pengusahaannya tanaman kelapa Sawit di Sumatera Utara dibagi atas 4 ( empat ) bagian yaitu :

1.Perkebunan Rakyat : 181.664.65 Ha

2.Perkebunan Negara (PTP Nusantara II,III,dan IV) : 76.946,25 Ha 3.Perkebunan Besar swasta asing : 76.946,25 Ha

4.Perkebunan Besar swasta nasional : 242.684,70 Ha

Pertanaman kelapa Sawit di Propinsi Sumatera utara tersebar dibeberapa kabupaten, untuk perkebunan rakyat rakyat tersebar di 12 ( dua belas )kabupaten.

Tabel 4.3

Persebaran Perkebunan Kelapa Sawit Rakyat Sumatera Utara NO Nama Kabupaten Luas Areal(Ha) Produksi (Ton)

1 Labuhan batu 97.000,50 1.356.231,00

2 Asahan 17680,00 232,826,00

3 Simalungun 25.610,30 498.313,60

4 Langkat 19.626,00 205.454,00

5 Deli serdang 13.742,50 150.997,42

6 Tapanuli selatan 21.168,47 157.224,00

7 Tapanuli tengah 1.785,00 19.623,90

8 Dairi 194.00 25.00

9 Karo 1.143,00 10.200,00

10 Mandailing natal 310.88 76.49

11 Tapanuli utara 286.00 1.013,00


(61)

Pada perkebunan negara (PTP Nusantara II,III,dan IV) areal tanaman kelapa Sawit tersebar di kabupaten :

Tabel 4.4

Persebaran Perkebunan Kelapa Sawit Negara Sumatera Utara No. Nama Kabupaten Luas areal (Ha) Produksi (ton)

1 Langkat 45.067,00 684.461,50

2 Deli Serdang 30.828,36 407.178,00

3 Simalungun 62.136,96 884.124,87

4 Asahan 40.682,39 645.726,00

5 Labuhan batu 83.645,74 1.307.363,00

6 Tapanuli Selatan 7.382,90 163.579,00

4.1.6 Perkembangan perkebunan Kelapa Sawit Indonesia A. Luas Areal dan Produksi

Sebelum tahun 1979, perkebunan kelapa sawit masih diusahakan hanya oleh perusahaan perkebunan besar milik negara dan swasta. Sejak dekade 1980, sejalan dengan kebijaksanaan pengembangan perekonomian rakyat, telah terjadi perkembangan yang sangat pesat dari usaha perkebunan kelapa sawit rakyat yang bermitra dengan perkebunan besar sebagaimana terlihat pada tabel berikut ini.


(62)

Tabel 4.5

Perkembangan Areal dan Produksi Kelapa Sawit Indonesia Tahun 1968 -2000

o Uraian 1968 1979 1996 1997 1998 1999 2000* I. Luas Areal

(000 Ha)

1 Perk. Rakyat 0 3 739 813 891 972 1.053 TBM 0 0 302 321 350 328 361 TM 0 0 437 492 541 644 692 2 Perk. Besar

Negara

79 174 427 449 489 494 501 TBM 51 78 43 50 71 90 84 TM 28 96 384 399 418 404 417 3 Perk. Besar

Swasta

41 87 1.084 1.254 1.409 1.509 1.621 TBM 27 39 477 570 669 637 634 TM 14 48 607 684 740 872 987 Jumlah 120 261 2.250 2.516 2.789 2.975 3.175 TBM 78 117 822 941 1.090 1.055 1.079 TM 42 144 1.428 1.575 1.699 1.920 2.096 II. Produksi (000

Ton )

a Minyak Sawit/CPO

1 Perk. Rakyat 0 0 1.134 1.293 1.348 1.441 1.503 2 Perk. Besar

Negara

122 439 1.707 1.800 1.857 1.995 2.056 3 Perk. Besar

Swasta

59 202 2.058 2.287 2.435 2.553 2.658 Jumlah 181 641 4.899 5.380 5.640 5.989 6.217 b Inti Sawit 1 Perk. Rakyat 0 0 233 280 292 313 335 2 Perk. Besar

Negara

24 85 397 423 432 469 491 3 Perk. Besar

Swasta

13 36 456 526 560 587 607 Jumlah 37 121 1.085 1.229 1.284 1.369 1.433

Sumber: Ditjen Bina Produksi Perkebunan *) Sementara


(63)

Dari tabel tersebut terlihat bahwa perkembangan pesat perkebunan kelapa sawit terlihat semenjak tahun 1979 yaitu pada perkebunan rakyat ( PR ) dan perkebunan besar swasta ( PBS ), sedangkan pada perkebunan besar negara perkembangannya relatif lebih rendah dibandingkan PR dan PBS.

Perkebunan kelapa sawit tersebut saat ini tersebar di 16 propinsi dari 32 propinsi di Indonesia. Areal terluas di pulau Sumatera (2.243.501 ha), khususnya di propinsi Sumatera Utara (614.617 ha) dan propinsi Riau (606.492 ha). Di pulau Kalimantan luas areal perkebunan kelapa sawit padatahun 1999 adalah 562.901 ha. Disamping pulau Sumatera dan Kalimantan, perkebunan kelapa sawit terdapat diberbagai propinsi di pulau lainnya yaitu di propinsi Jawa Barat (21.502 ha), Sulawesi Selatan (80.934 ha), Sulawesi Tengah (36.427 ha), dan Irian Jaya (29.855 ha). Kedepan, pengembangan kelapa sawit diarahkan ke Kawasan Timur Indonesia.

Sejalan dengan perkembangan luas areal, perkembangan produksi minyak sawit juga telah berkembang pesat. Jika pada tahun 1968 produksi minyak sawit baru sekitar 182 ribu ton, pada tahun 1999 produksinya telah mencapai 5.989 ribu ton, atau meningkat sebesar hampir 32 kali lipat (Tabel 1). Produksi tersebut sebesar 24,1% dihasilkan oleh perkebunan rakyat, 33,3% perkebunan negara dan 42,6% perkebunan besar swasta. Dimasa mendatang produksi tersebut akan terus meningkat karena masih luasnya Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) yaitu 1.055 ribu ha atau 35,5% dari total areal. Di pulau Sumatera yang saat ini merupakan sentra produksi kelapa sawit, produksi tertinggi terdapat di propinsi


(64)

Sumatera Utara (2.394 ribu ton pada tahun 1999) dan di propinsi Riau (1.272 ribu ton).(www.Harian bisnis.com).

4.1.7 Perkembangan ekspor Minyak kelapa sawit sumatera utara

A. Kebijakan Ekspor Minyak Kelapa Sawit dan Turunannya

Kebijakan ekspor dan impor kelapa sawit (CPO, produk ikitan dan turunannya) di indonesia tidak dapat dalam satu paradigma yang konsisten.Sejak tahun 1979 pemerintah mengendalikan ekspor minyak kelapa sawit Indonesia dengan dikeluarkannya surat keputusan bersama (SKB) Tiga menteri, yaitu menteri perdagangan dan koperasi No.275/KPB/XII/1978, Menteri Pertanian No.264/kpts/Um/12/1978, dan menteri perindustrian No.282/XII/978 tentang sistem pemasaran minyak Kelapa Sawit tertanggal 21 Desember 1978.

Campur tangan pemerintah atas perkembangan ekspor minyak kelapa sawit indonesia dan turunannya pada akhirnya bersifat kontroversial dan terkesan menghambat perkembangan ekspor minyak kelapa sawit Indonesia. Sejak september 1994 pemerintah telah mengenakan pajak ekspor (PE) terhadap ekspor CPO indonesia. Pemerintah sempat menurunkan PE CPO dari sekitar 10% - 12% melalui paket deregulasi Juli 1997.

Sejak krisis moneter ( pertengahan ) 1997 ekspor CPO Indonesia Meningkat pesat, menyebabkan pasokan CPO dalam negeri karena produsen lebih senang melakukan Ekspor.


(65)

B. Perkembangan Ekspor CPO

Perkembangan Ekspor CPO Indonesia mengalami pertumbuhan rata-rata 26 % pertahun dalam kurun waktu 27 tahun (1975 – 2002). Volume Ekspor CPO meningkat dari 386 ribu ton (US$152) di tahun 1975 menjadi 6,33 juta ton ditahun 2002. Ekspor CPO Indonesia mengalami perkembangan pesat sejak tahun 1991 sebesar 1,17 juta ton (US$335 juta, sejalan dengan meningkatnya pasar global.tingginya harga CPO dipasar global mendorong produsen minyak sawit meningkatkan ekspor produknya, akibatnya kebutuhan domestik tidak mencukupi harga CPO dan minyak goreng dalam negeri melonjak tajam perkembangan Ekspor CPO Indonesia dapat dilihat pada tabel berikut:


(66)

Tabel 4.6

Ekspor CPO Indonesia 1977-2002 Tahun Volume (Ton) Pertumbuhan (%) Nilai(US$ 000) pertumbuhan (%) Rata-Rata (US $/Ton)

1975 386.187 0 151.639 0 392.66

1976 405.647 5 135.517 -10.6 334.08

1977 404.638 -0.2 183.604 35.5 453.75

1978 412.153 1.9 208.805 13.7 506.62

1978 351.28 -17.8 204.403 -2.1 581.88

1980 505.902 43.2 254.739 24.6 506.44

1981 196.364 -61 106.938 -58 544.59

1982 259.476 32.1 96.147 -10 370.92

1983 345.777 33.3 111.642 15.8 322.35

1984 127.938 -63 63.278 -43.2 494.6

1985 518.762 305.5 189.407 199.3 365.11 1986 566.885 9.3 112.918 -40.4 199.19 1987 551.118 -2.8 143.615 27.2 260.59 1988 852.843 54.7 333.868 135.5 391.81 1989 781.844 -8.3 244.639 -26.7 312.9 1990 815.381 4.3 203.507 -16.8 249.59 1991 1.167.689 43.2 335.481 64.8 287.33 1992 1.030.689 -11.7 356.494 6.3 345.88 1993 1.632.012 59.3 582.629 63.4 357.01

1994 1.631.202 0 717.81 23.2 440.05

1995 1.265.024 -22.4 747.414 4.1 590.83 1996 1.671.955 32.2 825.414 10.4 493.68 1997 2.967.588 77.5 1.446.099 75.2 487.3 1998 1.479.277 -50 745.277 -48.5 503.81 1999 3.298.985 123 1.114.242 49.5 337.75 2000 4.110.027 24.6 1.087.278 -2.4 264.54 2001 4.903.217 19.3 1.080.906 -0.6 220.45 2002 6.333.708 29.2 2.092.404 93.6 330.36

Sumber : Badan Pusat statistik Indonesia

Untuk mengatasi kekurangan pasokan domestik, pemerintah mengambil kebijakan kontroversial dengan pengenaan pajak ekspor (PE) terhadap produk CPO dan turunannya. Kebijakan pemerintah tersebut berhasil meredam laju ekspor CPO Indonesia. Hal ini terlihat dari volume ekspor CPO turun menjadi 1.26 juta ton dibandingkan dengan tahun 1994 sebesar 1.63 juta ton. Namun nilai ekspor justru naik dari US $ 717 di tahun 1994 menjadi US$747 juta ditahun 1995


(67)

hal ini disebabkan melonjaknya harga CPO dipasar global, karena kekurangan pasokan CPO global akibat anjloknya ekspor dari Indonesia.

Krisis Ekonomi yang mulai terjadi sejak Juli 1997, menyebabkan terjadinya depresiasi rupiah secara signifikan sehingga ekspor CPO melonjak 77,5% menjadi 2,96 juta ton (US$ 1,44 milyar ) pada tahun 1997.

Pada akhir Juni 1998, pemerintah melakukan pelarangan Ekspor CPO untuk menjamin pasokan CPO dalam negeri. Pelarangan ekspor ini terjadi sampai april 1998. akibatnya volume ekspor CPO anjlok menjadi 1.48 juta ton (US$ 745 juta ) pada tahun 1998. Pada tahun - tahun berikutnya volume ekspor Indonesia meningkat secara signifikan sejalan dengan meningkatnya permintaan global.

C. Perkembangan Ekspor CPO Sumatre Utara

Sumatera Utara merupakan propinsi penghasil CPO terbesar di Indonesia. Hampir sebagian besara ekspor CPO Indonesia berasal dari Sumatera Utara.


(68)

Tabel 4.7

Ekspor CPO Sumatera Utara 1975-2003 Tahun Volume (Ton) Pertumbuhan (%) Nilai(US$ 000) Pertumbuhan (%) Rata-Rata (US $/Ton)

1975 285.021 0 64.13 0 225

1976 391.292 37.3 95.084 48.3 243

1977 447.822 14.4 97.177 2.2 217

1978 422.428 -5.7 145.738 50 345

1978 429.59 1.7 219.95 50.9 512

1980 419.547 -2.3 179.986 -18.2 429 1981 149.338 -64.4 72.131 -59.9 483

1982 288.218 93 136.904 89.9 475

1983 317.29 10.1 118.349 -13.6 373

1984 162.29 -48.9 147.846 24.9 911

1985 609.228 275.4 229.679 55.3 377

1986 504.497 -17.2 165.475 -28 328

1987 452.025 -10.4 159.565 -3.6 353

1988 633.745 40.2 293.424 83.9 463

1989 624.263 -1.5 327.114 11.5 524

1990 567.944 -9 159.561 -51.4 280

1991 779.461 37.2 259.124 63.2 333

1992 647.054 -17 188.293 -27.5 291

1993 954.92 47.6 388.652 104.4 407

1994 1.027.516 7.6 539.446 38.8 525 1995 969.921 -32.2 452.302 -16.2 469

1996 871.448 25 430.495 -4.8 494

1997 1.542.662 77 746.648 73.4 484

1998 777.894 -49.6 406.468 -45.6 523 1999 1.645.876 111.6 566.733 39.4 344 2000 1.818.328 10.5 495.627 -12.5 273 2001 1.983.950 9.1 443.022 -110.6 223 2002 2.886.260 45.5 959.921 116.7 333 2003 2.986.035 12.2 975.356 78.2 370

Pada tabel terlihat pertumbuhan volume ekspor CPO Sumatera utara rata – rata mencapai 21.7 % pertahun dalam kurun waktu 28 tahun (1975-2002). Volume ekspor CPO Sumatera Utara meningkat dari 285 ribu ton (US$ 64 juta ) ditahun 1975 menjadi 2,98 juta ton (US$ 975 juta) ditahun 2003. Ekspor CPO Sumatera Utara terus berfluktuasi dan sempat menurun pada tahun 1981 sebesar 149 ribu


(1)

83

Amerika Serikat naik US$ 1 terhadap rupiah, maka Y (Devisa Sumatera Utara) akan meningkat sebesar US$ 65.44 (cateris paribus).

3. Dari pengujian asumsi klasik yang dilakukan pada model estimasi devisa Sumatera Utara tidak terdapat multikolinieriti dan dapat disimpulkan. juga tidak terdapat autokorelasi tidak dapat disimpulkan.

5.2 SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh penulis, maka ada beberapa saran dari penulis sebagai berikut:

1. Pemerintah dan eksportir harus terus berupaya mencari daerah pemasaran agar devisa Sumatera Utara dapat ditingkatkan.

2. Guna mendorong kegiatan ekspor, diharapkan adanya kebijakan dari pemeritah mengenai peraturan ekspor yang tidak memberatkan dan juga diharapkan adanya partisipasi pihak lembaga keuangan seperti bank untuk dapay memberi kemudahan dalam hal bantuan modal dan lainnya kepada produsen maupun kepada eksportir.

3. Untuk merangsang peningkatan Devisa Sumatera Utara yang berasal dari ekspor khususnya minyak kelapa sawit, pemerintah diharapkan dapat menghilangkan kendala-kendala ekspor dan mengendalikan laju pertumbuhan ekspor diluar batas kemampuan permintaan dan kebutuhan dalam negeri.

4. Pemerintah agar menjaga hubungan baik dengan negara - negara yang menjadi tujuan ekspor minyak kelapa sawit Sumatera Utara serta berusaha untuk mengembangkan teknologi dalam pengolahan minyak kelapa sawit


(2)

Sumatera Utara sehinga dapat bersaing dengan negara-negara lainnya dalam rangka peningkatan devisa Sumatera Utara.

5. Bagi peneliti - peneliti lain yang ingin melakukan penelitian yang sama dengan penelitian ini agar memasukkan variabel lain sebagai variabel independen,dan memperhatikan interval waktu yang digunakan agar dperoleh pengaruh yang lebih signifikan.


(3)

85

DAFTAR PUSTAKA

Amir M.S. 2003. Strategi Memasuki Pasar Ekspor. PPM. Jakarta.

Badan Pusat Statistik Sumatera Utara. 1986 – 2003. Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor Impor. Medan.

__________________2003. Laporan Perekonomian Sumatera Utara. Medan __________________2003. Indikator Ekonomi Sumatera Utara. Medan

Djamin, Zulkarnain. 1993. Peranan Ekspor Non Migas dalam PJP II Prospek & Permasalahan. FE UI. Jakarta.

Gujarati, Damodar. 1995. Ekonometrika Dasar. Erlangga. Jakarta.

Halwani, Hendra R. 1997. Ekonomi Internasional dan Globalisasi Ekonomi. Ghalia Indonesia. Jakarta.

Kamaluddin, Rustian. 1999. Pengantar Ekonomi Pembangunan. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta.

Lubis U, Adlin. 1994. Pengantar Manajemen Perkebunan Kelapa Sawit. Medan.

Meier, G.M, dan Baldwin. 1965. Pembangunan Ekonomi Jilid I. Bharata. Jakarta.

Pappas, James dan Mark H. 1995. Ekonomi Manajerial. Binarupa Aksara. Jakarta.

Purba, R. 1972. Prosedur Impor Dan Ekspor Menurut Peraturan Baru. AMI-GB. Jakarta

Rachbini, Didik. J dan Suwidi Tono, dkk. 2000. Bank Indonesia Menuju Independensi Bank Central. PT. Mardi Mulyo. Jakarta.

Rachman, A. dan Bubun, S. 1999. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Agrobisnis Kelapa Sawit di Indonesia, Agroekonomika No. 1, tahun XXIX Juli 1999. PERHEPPI. Jakarta.

Setyamidjaja Djoehana. 1991. Budidaya Kelapa Sawit. Kanisisus. Yogyakarta. Soekartawi. 1995. Pembangunan Pertanian. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.


(4)

Spillane, James J. 1990. Komoditi CPO Peranannya Dalam Perekonomian Indonesia. Kanisius. Yogyakarta.

Sukirno, Sadono. 1981. Ekonomi Pembangunan. Borta Gorat Medan.. WWW. Harian Bisnis. Com. Desember 2005.

WWW. Pikiran. Rakyat. Com

WWW. Waspada. Com. Oktober 2005. WWW. bi.go.id


(5)

87

Lampiran 1

Tabel data yang digunakan dalam model estimasi Tahun 1986 - 2005

Tahun

Devisa Sumatera Utara (US $)

(Y) Harga Ekspor (US $) (X1) Total Produksi (Ton) (X2) Kurs (US $/rupiah) (X3)

1986 165475 328 1832154 1655 1987 159565 353 1768546 1522 1988 293424 463 2298156 1732 1989 327114 524 2152002 1805 1990 159561 280 1915285 1901 1991 259124 333 1935791 1992 1992 188293 291 2036321 2062 1993 388652 407 2060070 2110 1994 539446 525 2048412 2200 1995 452302 469 2097189 2308 1996 430495 494 2430542 2383 1997 746648 484 2352909 4650 1998 406468 523 2256873 8025 1999 566733 344 4438652 7100 2000 495627 273 4909485 9595 2001 443022 223 4925135 10400 2002 959921 333 3125784 8940 2003 975356 370 4056321 9253 2004 994219 382 4125186 9290 2005 1012184 409 4157812 9260


(6)

Lampiran 2 Hasil Analisis Regresi

Dependent Variable: Y Method: Least Squares Date: 03/05/07 Time: 12:19 Sample: 1986 2005

Included observations: 20

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -332420.4 297928.8 -1.115771 0.2810

Harga Ekspor Minyak Kelapa Sawit (X1)

1183.141 510.8597 2.315980 0.0342 Total produksi Minyak

Kelapa Sawit (X2)

0.016667 0.086896 0.191802 0.0803 Nilai Kurs (X3) 65.44257 26.33600 2.484909 0.0044 R-squared 0.661779 Mean dependent var 498181.5 Adjusted R-squared 0.598362 S.D. dependent var 291441.0 S.E. of regression 184700.4 Akaike info criterion 27.26771 Sum squared resid 5.46E+11 Schwarz criterion 27.46686 Log likelihood -268.6771 F-statistic 10.43544 Durbin-Watson stat 1.606919 Prob(F-statistic) 0.000478