HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI POLA ASUH OTORITER IBU DENGAN PERILAKU AGRESI PADA SISWA SD Hubungan Antara Persepsi Pola Asuh Otoriter Ibu Dengan Perilaku Agresi Pada Siswa Sd.

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI POLA ASUH OTORITER IBU DENGAN
PERILAKU AGRESI PADA SISWA SD

Naskah Publikasi
Diajukan kepada Fakultas Psikologi
Untuk Memenuhi Sebagian Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana ( S-1 ) Psikologi

Diajukan Oleh :
NIKE KURNIA HATI
F 100 090 203

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI POLA ASUH OTORITER IBU DENGAN
PERILAKU AGRESI PADA SISWA SD

Naskah Publikasi
Diajukan kepada Fakultas Psikologi

Untuk Memenuhi Sebagian Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana ( S-1 ) Psikologi

Diajukan Oleh :
NIKE KURNIA HATI
F 100 090 203

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI POLA ASUH OTORITER IBU
DENGAN PERILAKU AGRESI PADA SISWA SD
Nike Kurnia Hati
Zahrotul Uyun
Fakultas Psikologi
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Nicke.kurniahati@gmail.com
ABSTRAKSI
Agresi terjadi pada hampir semua tingkat pendidikan. Perilaku agresi yang

terjadi pada akhir-akhir ini sudah sangat memprihatinkan dari sudut pandang
perkembangan suatu bangsa yang memiliki nilai-nilai luhur kebangsaan dan
ketimuran. Setiap siswa yang melakukan perilaku agresi dipengaruhi oleh pola asuh
otoriter yang dilakukan oleh ibu sehingga perilaku tersebut terbawa sampai ke
lingkungan sekolah. Perilaku tersebut dapat berupa kekerasan verbal (mencaci maki)
maupun kekerasan fisik (memukul, meninju). Aksi kekerasan tersebut, juga dapat
dilakukan di suatu instutusi pendidikan seperti sekolah. Tujuan yang ingin dicapai
dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui: hubungan antara persepsi pola asuh
otoriter Ibu dengan perilaku agresi pada siswa Sekolah Dasar, peran persepsi pola
asuh otoriter Ibu terhadap perilaku agresi pada siswa Sekolah Dasar, tingkat persepsi
pola asuh otoriter Ibu pada siswa Sekolah Dasar, dan tingkat perilaku agresi pada
siswa Sekolah Dasar.
Metode penelitian yang digunakan kuantitatif, sampel berjumlah 76 dari
siswa-siswi kelas 5 dan 6 yang ditentukan dengan study populasi. Metode
pengumpulan data menggunakan skala persepsi pola asuh otoriter ibu dan skala
perilaku agresi. Analisis data yang digunakan adalah korelasi product moment.
Berdasarkan hasil analisis diperoleh data koefisien korelasi (r) sebesar 0.412
dengan Signifikansi p = 0.000 (p≤0.01). Ada hubungan positif yang sangat signifikan
antara persepsi pola asuh otoriter ibu dengan perilaku agresi pada siswa sekolah
dasar, yang berarti hipotesis diterima. Sumbangan efektif persepsi pola asuh otoriter

ibu 17%. Hal ini berarti masih terdapat 83% variabel-variabel lain yang dapat
mempengaruhi perilaku agresi. Berdasarkan hasil analisis diatas dapat disimpulkan
bahwa ada hubungan yang sangat signifikan antara persepsi pola asuh otoriter ibu
dengan perilaku agresi pada siswa sekolah dasar.
Kata Kunci : persepsi pola asuh otoriter ibu dan perilaku agresi

1

2

PENDAHULUAN

Sekolah merupakan salah satu tempat bertumbuh dan berkembangnya anakanak. Anak menghabiskan hampir separuh harinya di sekolah, baik untuk kegiatan
pembelajaran di kelas, ekstrakurikuler, maupun aktivitas lain. Setiap anak harus
berlajar untuk mengelola emosi, perilaku dan permasalahan di rumah agar anak
mampu menjalani harinya dengan baik di sekolah.
Sekolah menjadi salah satu lingkungan terdekat dari seorang anak. Hal inilah
seorang anak berinteraksi langsung dengan lingkungan sosial, yaitu dengan teman
sebaya atau guru. sekolah, masih banyak gangguan yang menyebabkan proses
pembelajaran tidak bisa optimal. Sesama murid sering tidak terjadi relasi yang

harmonis. Siswa yang lebih kecil, lebih muda, perempuan, dan difabel tidak jarang
menjadi bahan ejekan, pemerasan, dan kekerasan. Agresi terjadi pada hampir semua
tingkat pendidikan. Perilaku agresi yang terjadi pada akhir-akhir ini sudah sangat
memprihatinkan dari sudut pandang perkembangan suatu bangsa yang memiliki nilainilai luhur kebangsaan dan ketimuran. Setiap hari aksi-aksi kekerasan baik yang
dilakukan oleh individu maupun massal sudah merupakan berita harian di media
massa, baik media cetak maupun media elektronik. Aksi-aksi kekerasan dapat terjadi
di mana saja, seperti di jalan-jalan maupun di sekolah. Aksi tersebut dapat berupa
kekerasan verbal (mencaci maki) maupun kekerasan fisik (memukul, meninju). Aksi
kekerasan tersebut, juga dapat dilakukan di suatu instutusi pendidikan seperti sekolah.
Perkembangan intelektual anak pada usia 6 - 12 tahun dapat mereaksi rangsangan
intelektual serta mampu melaksanakan tugas-tugas belajar seperti membaca,
menghitung, dan menulis. Perkembangan sosial pada anak ditandai dengan adanya
perluasan hubungan dengan teman sebaya sehingga ruang gerak hubungan sosial
bertambah luas. Perkembangan emosi yang dialami anak cenderung kurang stabil
seperti marah, iri, takut, cemburu, rasa ingin tahu, dan kegembiraan (Yusuf, 2008).
Orang tua memiliki pengaruh dalam mengendalikan emosi anak, apabila orang tua

3

dapat mengendalikan kemampuan anak secara stabil maka emosi anak cenderung

stabil. Orang tua yang tidak dapat mengendalikan serta mengekspresikan emosi maka
emosi anak kurang stabil dan kurang dapat mengkontrol sehingga menimbulkan sikap
agresif.
Peneliti melakukan interview dengan siswa SD N Trangsan 3, dari wawancara
yang dilakukan penulis dan angket terbuka terhadap guru-guru wali kelas dari SD N
Trangsan 3, didapat hasil dari 4 guru wali kelas menyatakan kelas yang banyak
perilaku agresi yaitu kelas 5. Tindakan agresi dari tahun ketahun semakin meningkat,
data yang diperoleh dari catatan di buku BK (bimbingan konseling) SD N Trangsan 3
terdapat siswa bermasalah tahun 2011 ada 4 anak , tahun 2012 ada 7 anak, tahun
2013 ada 11 anak sampai bulan April. Rata rata dari tahun ke tahun agresi siswa
hampir ± 50% peningkatannya, dari ± 244 siswa di SD N Trangsan 03.
Beberapa wali kelas mengungkapkan bahwa, anak-anak itu semakin bandel,
suka menjahili teman dikelas dan susah dinasehati. Perilaku anak saat ini banyak
ngomong dikelas, tidak menghargai guru, tidak sopan, banyak yang melanggar
peraturan sekolah: seperti baju tidak dimasukkan, menyangkal bila dinasehati, lebih
aktif dan menjengkelkan. yang dilakukan dikelas : ada juga yang membuat gaduh
kelas saat pelajaran, ramai sendiri, bermain didalam kelas, mengerjakan PR saat
istirahat. Pelanggaran yang sering dilakukan: Tidak mengerjakan PR, rambut meniru
artis, tidak memakai seragam dengan benar, baju tidak dimasukkan, bermain dikelas
saat istirahat, membuat gaduh kelas, biasanya sering mengejek teman dengan katakata yang menyakiti, memanggil nama dengan ejekan misal iteng, oon, cebol, dll.

Kadang sampai bertengkar gara-gara ejekan seperti itu tadi. Beberapa wali kelas
menyatakan banyak anak yang nakal dan cenderung meningkat dan terutama pada
kelas V. Ormrod (2008), perilaku agresi (aggressive behavior ) adalah tindakan yang
secara sengaja dilaksanakan untuk menyakiti orang lain, secara fisik (misalnya
memukul, mendorong atau berkelahi) ataupun psikologis (misalnya mempermalukan,
menghina, atau mengucilkan orang lain).

4

Perilaku agresi sebagai gejala sosial cenderung dipengaruhi oleh beberapa
faktor. Pertama, pengaruh keluarga. Kedua, pengaruh subkultural. Ketiga, modelling
(vicarious leaming), merupakan sumber tingkah laku agresi secara tidak langsung

yang didapat melalui media masa, misalnya tv, majalah, koran, video atau bioskop.
Mengingat perilaku agresi merupakan hasil proses belajar dalam interaksi sosial maka
tingkah laku agresi juga dipengaruhi oleh lingkungan sosial.
Baumrind (Ormrod, 2008) menyatakan keluarga yang suka melakukan
hukuman terutama hukuman fisik menyebabkan anak mempunyai sifat pemarah dan
untuk sementara ditekan karena norma sosial (barier ), namun suatu saat akan
meluapkan amarahnya sebagai perilaku yang agresi. Anantasari (2007) berpendapat

bahwa orang tua yang melakukan otoriter membuat anak merasa lebih nyaman
dengan menunjukkan superioritasnya untuk menekan anak lain sehingga orang tua
dituntut untuk memiliki kemampuan dalam menciptakan hubungan yang baik
didalam keluarga.
Hubungan

yang

kondusif menimbulkan

tercipta
perasaan

antara
aman

dan

anak


dan

kebahagiaan

orang
dalam

tua
diri

secara
anak.

Sebaliknya hubungan yang buruk akan mendatangkan akibat yang sangat buruk
pula, perasaan aman dan kebahagiaan yang seharusnya dirasakan anak tidak
lagi dapat terbentuk, anak akan mengalami trauma emosional yang kemudian
dapat ditampilkan anak dalam berbagai bentuk tingkah laku seperti menarik
diri dari lingkungan, bersedih hati, pemurung, temperamen dan sebagainya.
Berdasarkan dari pemaparan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian adalah
apakah ada hubungan antara persepsi pola asuh otoriter Ibu dengan perilaku agresi?

mengacu pada permasalah tersebut peneliti tertarik untuk mengkaji secara empiris
dengan mengadakan penelitian yang berjudul tentang “ Hubungan Antara Persepsi
Pola Asuh Otoriter Ibu dengan Perilaku Agresi pada siswa Sekolah Dasar ”.

5

TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian adalah mengetahui hubungan antara persepsi pola asuh
otoriter Ibu dengan perilaku agresi pada siswa Sekolah Dasar, mengetahui sumbangan
efektif persepsi pola asuh otoriter Ibu terhadap perilaku agresi pada siswa Sekolah
Dasar, mengetahui tingkat persepsi pola asuh otoriter Ibu pada siswa Sekolah Dasar,
mengetahui tingkat perilaku agresi pada siswa Sekolah Dasar.
MANFAAT PENELITIAN

a. Orang tua, penelitian ini dapat memberikan suatu informasi mengenai
keterkaitan antara persepsi pola asuh otoriter dengan perilaku agresi pada
siswa Sekolah Dasar, terutama keluarga.
b. Guru, penelitian ini dapat memberikan sumbangan pengetahuan mengenai
keterkaitan antara persepsi pola asuh otoriter dengan perilaku agresi pada

siswa Sekolah Dasar.
c. Masyarakat,

penelitian

ini

dapat

memberikan

informasi

mengenai

keterkaitan antara persepsi pola asuh otoriter dengan perilaku agresi pada
siswa Sekolah Dasar
d. Siswa, penelitian ini dapat memberikan sumbangan pengetahuan dan
wawasan mengenai keterkaitan antara persepsi pola asuh otoriter dengan
perilaku agresi pada siswa Sekolah Dasar

e. Ilmuwan psikologi, penelitian ini dapat membangun dan mengembangkan
khasanah keilmuwan psikologi dalam bidang perkembangan, pendidikan,
keluarga, dan sosial.

6

Relasi antara persepsi pola asuh otoriter ibu dengan perilaku agresi pada siswa
SD
Perkembangan intelektual anak pada usia 6-12 tahun dapat mereaksi
rangsangan intelektual serta mampu melaksanakan tugas-tugas belajar seperti
membaca, menghitung, dan menulis. Perkembangan sosial pada anak ditandai dengan
adanya perluasan hubungan dengan teman sebaya sehingga ruang gerak hubungan
sosial bertambah luas. Perkembangan emosi yang dialami anak cenderung kurang
stabil seperti marah, iri, takut, cemburu, rasa ingin tahu, dan kegembiraan (Yusuf,
2008). Orang tua yang tidak dapat mengendalikan serta mengekspresikan emosi maka
emosi anak kurang stabil dan kurang dapat mengkontrol sehingga menimbulkan sikap
agresif.
Perilaku agresif anak di tunjukkan dengan Agresi verbal/nonfisik meliputi
tingkah laku seperti mengejek dan memaki yang menyebabkan lawan bicara
tersinggung, emosi marah. Agresi nonverbal/fisik meliputi tingkah laku seperti
menampar, memukul, menendang, merusak fasilitas umum (mencoret halte dan
tembok pagar). Agresi dengan alat adalah perilaku kekerasan dengan menggunakan
alat atau senjata, seperti melempar dengan batu, memukul dengan kayu, menusuk
dengan pisau.
Pola asuh orang tua memiliki pengaruh yang amat besar dalam
membentuk kepribadian anak yang tangguh sehingga anak berkembang menjadi
pribadi yang percaya diri, berinisiatif, berambisi, beremosi stabil, bertanggung
jawab, mampu menjalin hubungan interpersonal yang positif dan lain‐lain.
Kepribadian tersebut dapat dikembangkan dalam keluarga. Pola asuh
yang salah dapat menyebabkan seorang anak melakukan perilaku agresif.
Orang tua

yang terlalu mendominasi akan membuat anak tidak dapat

mengembangkan kreativitasnya yang akhirnya anak akan melakukan perilaku
agresif diluar lingkungan keluarga.

7

Pola asuh otoriter adalah suatu gaya membatasi dan menghukum yang
menuntut anak untuk mengikuti perintah‐perintah orang tua dan menghormati
pekerjaan dan usaha. Orang tua yang otoriter menetapkan batas‐batas yang
tegas dan tidak memberi peluang yang besar kepada anak‐anak untuk berbicara
(bermusyawarah) (Santrock, 2002).
Orang tua yang menerapkan pola asuh otoriter mempunyai ciri antara lain:
kaku, tegas, suka menghukum, kurang ada kasih sayang serta simpatik. Orang tua
memaksa anak-anak untuk patuh pada nilai-nilai mereka, serta mencoba membentuk
lingkah laku sesuai dengan tingkah lakunya serta cenderung mengekang keinginan
anak. Orang tua tidak mendorong serta memberi kesempatan kepada anak untuk
mandiri dan jarang memberi pujian. Hak anak dibatasi tetapi dituntut tanggung jawab
seperti anak dewasa. Orang tua yang otoriter cenderung memberi hukuman terutama
hukuman fisik. Orang tua yang otoriter amat berkuasa terhadap anak, memegang
kekuasaaan tertinggi serta mengharuskan anak patuh pada perintah-perintahny
dengan berbagai cara, segala tingkah laku anak dikontrol dengan ketat. Keluarga yang
suka melakukan hukuman terutama hukuman fisik menyebabkan anak mempunyai
sifat pemarah dan untuk sementara ditekan karena norma sosial (barier ), namun suatu
saat akan meluapkan amarahnya sebagai perilaku yang agresif.

METODE PENELITIAN
Variabel dalam penelitian ini Perilaku agresi merupakan suatu bentuk perilaku
yang bertujuan untuk menyakiti atau melukai orang lain, baik secara fisik, maupun
verbal. Bentuk-bentuk agresi yaitu agresi fisik (memukul, menendang, berkelahi,
mendorong, mengganggu teman), agresi verbal (menghina, berteriak, berbicara kasar,
marah-marah, menolak berbicara).
Persepsi pola asuh otoriter ibu dapat diartikan suatu penilaian yang
menggunakan alat indera mengenai cara atau metode orang tua melakukan
pembatasan dan hukuman (kekerasan) agar sesuai dengan kehendak orang tua. Orang

8

tua disini yang di maksud adalah ibu, di karenakan ibu memiliki ikatan psikisemosional kepada anaknya, yang berupa reaksi-reaksi emosional yang khas, baik

yang bersifat positif maupun bersifat negatif. Aspek-aspek persepsi pola asuh otoriter
yaitu pedoman perilaku, kualitas hubungan emosional antara orang tua dan anak,
perilaku yang mendukung, tingkat konflik antara orang tua dan anak.

SUBJEK PENELITIAN
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa-siswi Sekolah
Dasar yang berada di wilayah desa Trangsan, kecamatan Gatak, Sukoharjo. sampel
yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa SD N Trangsan 03. Jumlah
siswa±244, terdiri dari 6 kelas yang masing-masing setiap kelas terdiri dari ±40
siswa. teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan study populasi.

METODE ANALISIS DATA
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dengan menggunakan skala
yaitu skala persepsi pola asuh otoriter ibu, dan skala perilaku agresi. Teknik analisis
data yang digunakan dalam penelitian ini yakni teknik analisis yang digunakan dalam
penelitian ini adalah korelasi product moment. Penghitungan analisis data dengan
menggunakan bantuan SPSS 15.

HASIL PENELITIAN
Berdasarkan hasil analisa data diatas dengan teknik analisis product moment
diperoleh nilai korelasi (r xy) sebesar 0.412 dengan p sebesar 0.000 (p≤ 0.01). Hal ini
berarti ada hubungan positif yang sangat signifikan antara pola asuh otoriter ibu
dengan perilaku agresi.
Sumbangan efektif dari variabel persepsi pola asuh otoriter ibu terhadap
variabel perilaku agresi yaitu 17%, ditunjukkan dari nilai koefisien korelasi (r) 0,17
sumbangan efektif di dapat dari nilai r² x 100%. Hal ini berarti masih terdapat 83%

9

variabel-variabel lain yang dapat mempengaruhi perilaku agresi selain persepsi pola
asuh otoriter yakni modelling, interaksi teman sebaya, media masa, dan frustasi.
Tingkat persepsi pola asuh otoriter ibu terhadap perilaku agresi pada siswa SD
tergolong tinggi dan tingkat perilaku agresi tergolong rendah.

PEMBAHASAN
Hasil perhitungan teknik statistik parametrik dengan analisis product momen
dari Pearson diperoleh nilai koefisien korelasi r

xy

sebesar 0.412 dengan signifikansi

(p) = 0.000 (p≤0.01) artinya ada hubungan positif yang sangat signifikan antara
persepsi pola asuh otoriter ibu dengan perilaku agresi. Hal tersebut menyatakan
bahwa hipotesis penelitian yang diajukan diterima, bahwa ada hubungan positif
antara persepsi pola asuh otoriter ibu dengan perilaku agresi.
Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan kesamaan dengan pendapat dari
Aisyah (2010) mengatakan “Lingkungan keluarga merupakan lingkungan terdekat
bagi anak, sehingga keluarga juga merupakan sumber bagi timbulnya agresi. Salah
satu faktor yang menjadi sebab timbulnya tingkah laku agresif adalah kecenderungan
pola asuh tertentu dari orang tua. Pola asuh orang tua merupakan interaksi antara
orang tua dengan anaknya selama mengadakan pengasuhan.
Menurut Baumrind (Santrock 2007) pengasuhan otoritarian adalah gaya yang
membatasi dan menghukum, dimana orang tua mendesak anak untuk mengikuti
arahan mereka dan menghormati pekerjaan dan upaya mereka. Anak dari orang tua
yang otoriter sering kali tidak bahagia, ketakutan, minder ketika membandingkan diri
dengan orang lain, tidak mampu memulai aktivitas, dan memiliki kemampuan
komunikasi yang lemah.
Lestari (2008) pola asuh otoriter adalah setiap orang tua dalam mendidik anak
mengharuskan setiap anak patuh tunduk terhadap setiap kehendak orang tua. Anak
tidak diberi kesempatan untuk menanyakan segala sesuatu yang menyangkut tentang
tugas, kewajiban dan hak yang diberikan kepada dirinya.

10

Berdasarkan hasil analisis diketahui Variabel persepsi pola asuh otoriter ibu
diketahui rerata empirik (RE) sebesar 51.18 dan rerata hipotetik (RH) sebesar 45 yang
berarti persepsi pola asuh otoriter ibu pada subjek tergolong tinggi. Diiterpretasikan
bahwa subjek penelitian persepsi subjek mengenai pola asuh otoriter yang dilakukan
oleh ibu tergolong tinggi. Variabel perilaku agresi mempunyai rerata empirik (RE)
sebesar 50,25 dan rerata hipotetik (RH) sebesar 77,5 yang berarti perilaku agresi pada
subjek tergolong rendah. Kondisi ini menggambarkan bahwa subjek penelitian
memiliki kecenderungan agresi yang rendah. Sesuai perkembangan anak sekolah
dasar dimana secara sosial, anak mulai mampu mengontrol emosi negatif, semakin
mandiri, mencapai relasi dengan teman, keluarga juga lingkungan dengan baik
(Nuryanti, 2008).
Sumbangan efektif dari variebel persepsi pola asuh otoriter ibu terhadap
variebel perilaku agresi yaitu sebesar 17%. Hal ini berarti 83% faktor-faktor lain
yang mempengaruhi perilaku agresi selain persepsi pola asuh otoriter ibu yakni
modelling, interaksi teman sebaya, media masa, dan frustasi.

KESIMPULAN
1. Nilai koefisien korelasi (rxy) sebesar 0,412: dengan Signifikansi p = 0,000
(p≤0,01) artinya Ada hubungan positif yang sangat signifikan antara persepsi pola
asuh otoriter ibu dengan perilaku agresi berarti semakin tinggi persepsi pola asuh
otoriter maka semakin tinggi perilaku agresi, sebaliknya semakin rendah persepsi
pola asuh otoriter ibu maka semakin rendah perilaku agresi.
2. Tingkat persepsi pola asuh otoriter ibu pada subyek tergolong tinggi ditunjukkan
dengan rerata empiric (RE) sebesar 51.18 dan rerata hipotetik (RH) sebesar 45.
3. Tingkat perilaku agresi subyek tergolong rendah ditunjukkan dengan rerata
empirik (RE) sebesar 50,25 dan rerata hipotetik (RH) sebesar 77,5.

11

4. Sumbangan efektif persepsi pola asuh otoriter ibu 17%. Hal ini berarti masih
terdapat 83% variabel-variabel lain yang dapat mempengaruhi kecenderungan
perilaku agresi di luar variabel persepsi pola asuh otoriter ibu.

SARAN
Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini, peneliti memberikan
saran yang dapat dipertimbangkan oleh berbagai pihak, yaitu:
1. Bagi pihak sekolah diharapkan dapat mengadakan acara dalam rangka
memperingati hari ibu, dengan cara memberikan himbauan kepada orang tua
untuk berpartisipasi dalam acara memperingati hari ibu tersebut.
2. Bagi orang tua diharapkan dapat memberikan arahan-arahan pada anak dalam
menjalankan kegiatannya sehari-hari. Arahan yang diberikan oleh orang tua
hendaknya bersifat tidak terlalu membatasi dan menuntut anak, serta tidak
menggunakan hukuman untuk dapat mengakibatkan perilaku agresi tersebut
muncul.
3. Bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian yang berkaitan dengan tema
perilaku agresi diharapkan dapat mengungkap lebih luas lagi mengenai
munculnya perilaku agresi. Penulis menyarankan untuk mengukur perilaku agresi
selain dari variabel persepsi pola asuh otoriter ibu, sehingga dapat mengungkap
lebih banyak faktor-faktor lain yang mempengaruhi perilaku agresi. Peneliti
berharap semoga dari penelitian ini dapat menjadi bermanfaat, serta kekurangan
yang terdapat pada penelitian ini dapat dijadikan pelajaran sehingga dapat
dioptimalkan pada penelitian selanjutnya.

12

DAFTAR PUSTAKA
Aisyah, S. 2010. Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Terhadap Tingkat Agresivitas
Anak. Jurnal Medtek, Volume 2, Nomor 1, April : 1-7
Amriyah, C.2008. Perilaku Agresi di Masyarakat. Komunitas. Vol. 26, 1 : 57-61
Angela.RYU. 2008. Perilaku menonton film kartun hero ditelevisi dengan perilaku
agresi pada anak-anak sekolah dasar. Skripsi. Fakultas psikologi universitas
khatilok soegajapranata. Semarang.
Antasari. 2007. Menyikapi Perilaku Anak Agresif. Bandung : PT. Familia
Avin dan Soedardjo.1998. Buletin Psikologi. Tahun VI. No. 2 Desember
Azwar, S. 2012. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta : Pustaka pelajar
. 2010. Metode Penelitian. Yogyakarta : Pustaka pelajar
Baron, R.A. & Byrne, D. 1991. Psikologi Sosial. Jilid 2. Edisi Kesepuluh. Jakarta :
Erlangga
Berkowitz. L. 1995. Agresi Sebab Dan Akibat. Jakarta : PT. Pustaka Binaman
Pressindo.
Chaplin. J.P. 1981. Kamus Lengkap Psikologi. Terjemah Oleh Kartini Kartono. 2011.
Jakarta : PT Rajagrafindo Persada.
Hadi. S. 2000. Statistik Jilid 2. Yogyakarta : Andi.
Hurlock, E B. 2012. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan. Jakarta: Erlangga
Ibrahim, F. 2013. Lempari Teman Hingga Kepala Bocor, Siswa Kelas 1 Sd
Dipolisikan.Http://News.Detik.Com/Read/2013/01/17/193914/2145627/10/Le
mpari-Teman-Hingga-Kepala-Bocor-Siswa-Kelas-1-Sd-Dipolisikan. (Pada
Tanggal 29 Mei 2013 Pukul 10.00 WIB)
Kartono, K. 1992. Psikologi Wanita : Mengenal Wanita Sebagai Ibu & Nenek.
Bandung : Mandar Maju

13

Krahe, B. 2005. Perilaku Agresif : Buku Panduan Psikologi Sosial. Penerjemah :
Soetjipto, H. P. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Kumara, A. 2012. Psikologi Untuk Kesejahteraan Masyarakat. Yogyakarta. Fakultas
Psikologi UGM
Kurniasih, W. 2013. Regulasi Emosi Ditinjau dari Pola Asuh Otoriter. Skripsi.
Surakarta : Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Surakarta
Lestari. 2006. Hubungan Antara Persepsi Terhadap Pola Asuh Otoriter Orang Tua
Dengan Kecenderungan Pemalu (Shyness) Pada Remaja Awal. Jurnal Insan.
Vol8 No 3: 212-219
Mantiri, G. B& Fitri. A. 2012. Pengaruh Konformitas Dan Persepsi Mengenai Pola
Asuh Otoriter Orangtua Terhadap Kenakalan Remaja (Juvenile Deliquency).
Jurnal Psikologi Perkembangan Dan Pendidikan, Vol 1 No 2: 1-8
Margaretha. 2013.kejahatan anak.http://Psikologiforensik.Com/2013/04/27/
Myers, D, G. 2012. Psikologi Sosial Buku 2. Jakarta: Salemba Humanika
Nando & Pandjaitan, N K. 2012. Hubungan Antara Perilaku Menonton Film
Kekerasan. Jurnal Sosiologi Pedesaan. Vol. 6, No.1 :1-18
Nurmala K. Pandjaitan.2012. Hubungan antara Perilaku Menonton Film Kekerasan
Dengan Perilaku Agresif Remaja. Jurnal Sosiologi Pedesaan. Vol 06, No. 01,
6 Januari
Omrod, J E. 2008. Psikologi Pendidikan Edisi VI. Jakarta. PT Erlangga
Santrock, J.W. 2002. Life-Span Development ( Perkembangan Masa-Hidup). Jilid 1.
Edisi Ketigabelas. Jakarta : Erlangga
. 2009. Psikologi Pendidikan ( Educational Psychology). Buku Kesatu.
Edisi Ketiga. Jakarta : Salemba Humanika
Sarwono, S. W. 2009. Psikologi Sosial. Jakarta : Salemba Humanika
Setiawan, E. 2013. “Bocah SD, Di Tusuk Paku Teman Sekelasnya”
(Http;//M.Sindonews.Com/Read/2013/06/06.Html, Diakses 06 Juni 2013)

14

Sinuraya, doni. 2009. “Hubungan kepribadian ekstrovet dengan perilaku agresi
remaja”. Skripsi. Surakarta: Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
Tim Penyusun. 2009. Buku Pedoman Penulisan Skripsi. Surakarta : Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Walgito, B. 2009. Psikologi Sosial (Suatu Pengantar). Edisi Revisi. Yogyakarta :
Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi UGM
Yusuf, S. 2008. Psikologi Perkembangan Anak & Remaja . Bandung : Pt. Remaja
Rosdakarya

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH OTORITER DENGAN PERILAKU BULLYING PADA SISWA SMP N 24 SURAKARTA Hubungan Antara Pola Asuh Otoriter Dengan Perilaku Bullying Pada Siswa Smp N 24 Surakarta.

0 3 16

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH OTORITER DENGAN PERILAKU Hubungan Antara Pola Asuh Otoriter Dengan Perilaku Bullying Pada Siswa Smp N 24 Surakarta.

0 2 17

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH OTORITER DENGAN KEMANDIRIAN Hubungan Antara Pola Asuh Otoriter Dengan Kemandirian.

0 3 15

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH OTORITER DENGAN PERILAKU KEDISIPLINAN PADA SISWA SMP Hubungan Antara Pola Asuh Otoriter dengan Perilaku Disiplin Akademik Pada Siswa SMP.

0 6 14

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH OTORITER DENGAN PERILAKU DISIPLIN AKADEMIK PADA SISWA SMP Hubungan Antara Pola Asuh Otoriter dengan Perilaku Disiplin Akademik Pada Siswa SMP.

0 2 15

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP POLA ASUH OTORITER DENGAN KECENDERUNGAN PERILAKU BULLYING PADA SISWA SMP Hubungan Antara Persepsi Terhadap Pola Asuh Otoriter Dengan Kecenderungan Perilaku Bullying Pada Siswa SMP.

0 1 18

PENDAHULUAN Hubungan Antara Persepsi Terhadap Pola Asuh Otoriter Dengan Kecenderungan Perilaku Bullying Pada Siswa SMP.

0 2 10

DAFTAR PUSTAKA Hubungan Antara Persepsi Terhadap Pola Asuh Otoriter Dengan Kecenderungan Perilaku Bullying Pada Siswa SMP.

0 1 4

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI POLA ASUH OTORITER IBU DENGAN PERILAKU AGRESI PADA SISWA SD Hubungan Antara Persepsi Pola Asuh Otoriter Ibu Dengan Perilaku Agresi Pada Siswa Sd.

0 0 17

PENDAHULUAN Hubungan Antara Persepsi Pola Asuh Otoriter Ibu Dengan Perilaku Agresi Pada Siswa Sd.

1 1 8