Peranan Pemeriksaan Internal Dalam Menunjang Efektivitas Pengendalian Internal Piutang Usaha (Studi Kasus PAda PT (Persero) Angkasa Pura II Bandar Udara Soekarno Hatta).

(1)

Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK

Pada PT. (Persero) Angkasa Pura II Bandar Udara Soekarno Hatta, masalah yang timbul adalah ketidakstabilan persentase piutang tak tertagih dari tahun 2004 sampai dengan pertengahan tahun 2006. Penurunan piutang tak tertagih sebesar 8,4 %, disebabkan karena adanya sanksi yang kurang tegas terhadap para debitur yang melanggar peraturan perusahaan, perputaran transaksi yang semakin padat tidak didukung dengan peningkatan teknologi informasi yang memadai, dan terjadinya kenaikan nilai tukar Dollar Amerika terhadap Rupiah.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengendalian internal atas piutang usaha yang dilaksanakan , pemeriksaan internal atas piutang usaha, dan menguji seberapa besar pemeriksaan internal berperan dalam menunjang efektivitas pengendalian internal piutang usaha di perusahaan tersebut.

Pada penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptis analitis. Untuk teknik pengumpulan data penulis menggunakan studi kepustakaan dan penelitian lapangan dengan observasi, kuesioner serta wawancara dengan staf terkait.

Berdasarkan, hasil pengujian hipotesis diperoleh besarnya peranan pemeriksaan internal dalam menunjang efektivitas pengendalian internal piutang usaha adalah sebesar 47.2 % yang artinya cukup berperan. Untuk hasil uji-t diperoleh t hitung sebesar 3.179 dan t tabel 2.074 hal tersebut menunjukan bahwa t hitung lebih besar dari t tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima, dengan demikian hipotesis yang penulis ajukan yaitu “pemeriksaan internal yang dilaksanakan dengan memadai dapat menunjang efektivitas pengendalian internal piutang usaha”, dapat diterima. Faktor-faktor yang menunjang hipotesis tersebut adalah kemampuan profesional, lingkup pekerjaan, program kerja pemeriksaan, pelaksanaan kegiatan pemeriksaan, dan penindaklanjutan, unsur-unsur pengendalian, serta tercapainya tujuan umum dan khusus dari pengendalian internal.

Meskipun demikian masih terdapat kelemahan dalam pelaksanaan pemeriksaan internal dalam menunjang efektivitas pengendalian internal piutang usaha pada perusahaan tersebut diantaranya, kebijakan dalam pencatatan piutang usaha masih menggunakan semi computerized system, sanksi yang kurang tegas terhadap debitur yang melanggar peraturan, dan teknologi informasi kurang ditingkatkan dalam mengimbangi transaksi yang padat. Untuk mengatasi masalah tersebut disarankan agar menggunakan full computerized system untuk pencatatan akuntansi, menetapkan sanksi yang tegas kepada debitur, meningkatkan teknologi informasi untuk menghasilkan data dengan cepat dan akurat, dan memberikan pelatihan mengenai teknologi informasi kepada petugas bagian akuntansi cara menggunakannya dengan baik.


(2)

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK………...i

KATA PENGANTAR………....ii

DAFTAR ISI………...…………v

DAFTAR TABEL……….ix

DAFTAR LAMPIRAN……….x

BAB I PENDAHULUAN……….….……....1

1.1 Latar Belakang Masalah……….….………...1

1.2 IdentifikasiMasalah……….….………..6

1.3 Tujuan Penelitian……….….……….6

1.4 Manfaat Penelitian………...………….…….….…...7

1.5 Kerangka Pemikiran………….………....……….….……7

1.6 Metode Penelitian……….…………15

1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian………….……….…...17

BAB II TINJAUAN PUSTAKA……….…...18

2.1 Konsep Peranan……….…... 18

2.2 Konsep Efektivitas……….…... 18

2.3 Pengendalian Internal………...……….…….19


(3)

Universitas Kristen Maranatha 2.3.2 Tujuan Pengendalian

Internal………..20

2.3.3 Jenis-Jenis Pengendalian Internal……… ………….. 22

2.3.4 Unsur-Unsur Pengendalian Internal……….. 24

2.3.5 Pentingnya Pengendalian Internal………. 29

2.3.6 Keterbatasan Pengendalian Internal……….. 30

2.4 Pemeriksaan……….………32

2.4.1 Jenis-Jenis Pemeriksaan……….35

2.4.2 Jenis-Jenis Auditor……….35

2.5 Pemeriksaan Internal……….37

2.5.1 Pengertian Pemeriksaan Internal………37

2.5.2 Fungsi dan Tanggung Jawab Pemeriksaan Internal………...40

2.5.3 Sasaran dan Ruang Lingkup Pemeriksaan Internal…………42

2.5.4 Pelaksanaan Kegiatan Pemeriksaan Internal………..44

2.5.5 Norma-Norma Praktek Profesional Pemeriksaan Internal...49

2.6 Piutang Usaha………54

2.6.1 Pengertian Piutang Usaha………...54

2.6.2 Klasifikasi Piutang………..55

2.6.3 Prosedur Pencatatan Piutang ……..………56

2.6.4 Prosedur Pernyataan Piutang………..61

2.6.5 Piutang Usaha Tak Tertagih………...62

2.6.6 Metode Penyisihan Piutang Tak Tertagih…...………62


(4)

Universitas Kristen Maranatha

2.7.1 Instrumen Pengendalian Internal Piutang Usaha………64

2.8 Pemeriksaan Internal Piutang Usaha………65

2.9 Peranan Pemeriksaan Internal Dalam Menunjang Efektivitas Pengendalian Internal Piutang Usaha………. 66

BAB III METODE PENELITIAN DAN OBJEK PENELITIAN………….67

3.1 Objek Penelitian………..…..68

3.2 Metode Penelitian……….…69

3.2.1 Tipe Penelitian………...69

3.2.2 Populasi………...71

3.2.3 Operasionalisasi Variabel………...…...72

3.3 Rancangan dan Pengujian Hipotesis………....78

3.3.1 Penetapan Hipotesis Nol dan Hipotesis Alternatif…….…....79

3.3.2 Pengujian Validitas Dan Reliabilitas Instrumen……….……79

3.3.3 Pemilihan Dan Pengujian Statistik……….81

3.3.4 Penetapan Tingkat Signifikansi……….…….83

3.4 Teknik Pengumpulan Data………...84

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………...86

4.1 Gambaran Umum Perusahaan………..86

4.1.1 Sejarah Umum perusahaan………86

4.1.2 Kegiatan Utama Perusahaan………..88


(5)

Universitas Kristen Maranatha

4.1.1 Struktur Organisasi dan Uraian Tugas………..91

4.2 Pengendalian Internal Piutang Usaha Pada PT. (Persero) Angkasa Pura II Bandar Udara Soekarno Hatta……….94

4.2.1 Penggolongan Pendapatan………94

4.2.2 Pengakuan Piutang Usaha……….96

4.2.3 Pengendalian Internal Piutang Usaha di PT. (Persero) Angkasa Pura II Bandar Udara Soekarno Hatta………...96

4.3 Standar Pemeriksaan Internal Pada PT. (Persero) Angkasa Pura II Bandar Udara Soekarno Hatta………104

4.4 Pembahasan Hasil Kuesioner……….117

4.4.1 Hasil Tanggapan Responden………...…117

4.4.2 Pengujian Validitas dan Reliabilitas………121

4.4.3 Pengujian Hipotesis……….124

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN……….………133

5.1 Kesimpulan…...……….………133

5.2 Saran…………...……….………..135

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(6)

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Data Piutang Tak Tertagih……….……… ..…...5

Tabel 2.1 Perbandingan Konsep Kunci Pengertian Pemeriksaan Internal…… .39

Tabel 3.1 Pemeriksaan Internal (Variabel X)……… ...72

Tabel 3.2 Efektivitas Pengendalian Internal Piutang Usaha……… ...…...75

Tabel 4.1 Penyisihan Piutang Tak tertagih……… ...98

Tabel 4.2 Piutang Usaha Aeronautika……… ...…100

Tabel 4.3 Piutang Usaha Non-Aeronautika……… ...102

Tabel 4.4 Cadangan Piutang Usaha Tak Tertagih……… …...102

Tabel 4.5 Variabel Pemeriksaan Internal (X)……….……… ...….118

Tabel 4.6 Variabel Efektivitas Pengendalian Internal Piutang usaha (Y)…..119

Tabel 4.7 Variabel Pemeriksaan Internal (X)……… ...…..121

Tabel 4.8 Variabel Efektivitas pengendalian Internal Piutang Usaha (Y)… 122 Tabel 4.9 Correlation……… ……….124

Tabel 4.10 Korelasi Rank Spearman……… ..125

Tabel 4.11 Data Piutang Tak Tertagih……… ……… …....131


(7)

Daftar Pernyataan Penelitian

Bapak/ ibu yang terhormat, saya sebagai mahasiswa Universitas Kristen Maranatha

Bandung jurusan Ekonomi-Akuntansi sedang melakukan penelitian untuk mengetahui

tentang peranan pemeriksaan internal dalam menunjang efektivitas pengendalian internal

atas piutang usaha di PT. (Persero) ANGKASA PURA II Cabang Bandara Udara

Soekarno Hatta. Untuk itu saya mohon kesediaan bapak/ibu untuk mengisi kuesioner ini.

Berilah tanda

(checklist) untuk menjawab pertanyaan berikut ini:

I. Data tentang Responden

1. Jenis Kelamin : ( ) pria ( ) Wanita

2. Jabatan :

3. Umur :

A. Pernyataan Kuesioner Untuk Variabel Independen (Pemeriksaan Internal)

Sangat

Tidak Setuju Tidak Setuju Netral Setuju Sangat Setuju

(1)---(2)---(3)---(4)---(5)

No.

Pernyataan

STS

TS

N

S

SS

I

1.

2.

3.

Independensi Auditor Internal

Struktur Organisasi

Pimpinan audit internal bertanggung jawab

secara langsung kepada Dewan Direktur

Pimpinan Audit internal di perusahaan

saudara selalu melakukan koordinasi yang

teratur dengan dewan direktur tentang rencana

pemeriksaan yang akan dilaksanakan

Pimpinan audit internal di perusahaan

saudara selalu memberikan laporan tahunan

tentang berbagai kegiatan kepada dewan

direksi.


(8)

4.

5.

Obyektivitas

Dalam penugasan pemeriksaan bagian audit

internal selalu memperhatikan konflik

kepentingan yang akan terjadi (misalnya: ada

seorang staf yang ditugaskan untuk

memeriksa bagian dimana karyawan yang

diperiksa mempunyai hubungan keluarga

dengannya .

Dalam melaksanakan pekerjaannya bagian

audit internal selalu melakukan review

terhadap hasil pemeriksaan.

II

6.

7.

8.

Kemampuan Profesional

Staf audit internal memiliki dan mendapatkan

pengetahuan, kecakapan dan berbagai ilmu

yang dibutuhkan oleh bagian audit internal

Staf audit internal dalam melakukan tugas

pemeriksaan selalu diawasi ole staf yang

ditunjuk atau oleh pimpinan audit internal

Para staf selalu mendapatkan pendidikan

berkelanjutan (misalnya kursus, seminar, dan

pelatihan pemeriksaan) yang dapat

meningkatkan keterampilan dalam

melaksanakan pemeriksaan

III

9.

10.

11.

12.

13.

Lingkup Pekerjaan

dalam melaksanakan pemeriksaan internal

haruslah memeriksa keandalan (reliabilitas

dan integritas) informasi keuangan.

Pemeriksaan internal haruslah memeriksa

sistem yang telah ditetapkan dalam

perusahaan.

Pemeriksaan internal haruslah memeriksa alat

atau cara yang dipergunakan untuk

melindungi harta

Pemeriksaan internal harus menilai

keekonomisan dan efisiensi penggunaan

sumber daya yang ada.


(9)

pekerjaan, operasi dan program telah

mencapai tujuan dan sasaran yang ditetapkan.

IV

14.

15.

16.

17.

18.

19.

20.

21.

22.

23.

Pelaksanaan Kegiatan Pemeriksaan

(Perencanaan Pemeriksaan)

Dalam perencanaan pemeriksaan internal

terlebih dahulu ditetapkan tujuan dan ruang

lingkup pemeriksaan

Dalam perencanaan pemeriksaan selalu

ditentukan berbagai tenaga kerja yang

dibutuhkan

Dalam perencanaan pemeriksaan selalu

ditentukan bagaimana, kepada siapa, dan

kapan hasil pemeriksaan akan disampaikan

(Pengujian dan Pengevaluasian)

Keharusan mengumpulkan informasi yang

menyeluruh

Prosedur yang dibuat oleh bagian audit

internal bersifat fleksibel dan dapat

disesuaikan dengan keadaan obyek yang

diperiksa.

(Penyampaian Laporan Pemeriksaan)

Setelah proses pengujian dan pengevaluasian

selalu dibuat laporan pemeriksaan baik lisan

maupun tulisan

Rekomendasi selalu dicantumkan dalam

laporan pemeriksaan.

Terdapat pandangan dari pihak yang diperiksa

mengenai kesimpulan dan rekomendasi

laporan pemeriksaan.

(Tindak Lanjut)

Adanya tindak lanjut terhadap hasil temuan

pemeriksaan internal.


(10)

review terhadap hasil temuan

B. Pernyataan Kuesioner Untuk Variabel dependen (Pengendalian Internal dalam

Menunjang Efektivitas Piutang Usaha)

No.

Pernyataan

STS

TS

N

S

SS

I

1.

2.

3.

4.

Lingkungan Pengendalian

Struktur organisasi yang mengelola piutang

usaha di perusahaan saudara pada saat ini

sudah memadai

Bagian piutang usaha hanya melaksanakan

tugasnya sesuai wewenang dan tanggung

jawabnya.

Pengelolaan piutang usaha seluruhnya

dilakukan oleh pegawai yang memiliki

keahlian khusus untuk mengelola piutang

usaha.

Dalam mengelola piutang usaha dilakukan

pengelolaan sumber daya manusia yang baik

misalnya dengan adaya pelatihan pegawai.

II

5.

6.

Penetapan Risiko

Manajemen telah menetapkan risiko dari

perancangan pengendalian internal

Auditor internal menetapkan risiko untuk

memutuskan bukti yang dibutuhkan dalam

suatu tugas pemeriksaan

III

7.

8.

Sistem Informasi dan Komunikasi

Seluruh transaksi piutang usaha yang terjadi

adalah sah


(11)

9.

10

11.

12.

13.

diotorisasi oleg bagian kredit sesuai tanggung

jawab dan wewenang.

Seluruh transaksi piutang usaha telah dicatat

ke dalam buku besar dengan benar.

Seluruh transaksi piutang usaha, penyisihan

piutang usaha, piutang usaha tak tertagih dan

penghapusan piutang usaha dinilai secara

wajar.

Piutang usaha diklasifikasikan atau

digolongkan dengan tepat sesuai jenis piutang

dalam laporan keuangan

Seluruh transaksi piutang dicatat sesuai

dengan pada terjadinya piutang usaha

tersebut.

Piutang usaha telah dimasukan ke dalam buku

pembantu dan telah diringkas dengan benar

dalam pembukuan perusahaan.

IV

14.

15.

16.

17.

18.

Aktivitas Pengendalian

Dalam sistem akuntansi perusahaan saudara

terdapat pengendalian pengolahan informasi

yang meliputi: organisasi pusat pengolahan

data, prosedur dan standar pengolahan

program, pengembangan sistem dan

pengoperasian data.

Terdapat prosedur dan otorisasi yang

memadai atas transaksi dan aktivitas dalam

mengelola piutang usaha .

Dalam mengelola piutang usaha digunakan

dokumen dan catatan yang memadai

(misalnya: adanya nomor urut yang tercetak)

Dalam mengelola piutang usaha dilakukan

pengecekan secara independen atas piutang

usaha.

Dalam aktivitas pengendalian piutang usaha

terdapat pemisahan fungsi yang jelas.


(12)

19.

20.

Dalam pengelolaan piutang usaha dilakukan

pengendalian fisik atas catatan dan dokumen

yang digunakan yang berhubungan dengan

transaksi piutang usaha.

Dalam mengelola piutang usaha selalu

dilakukan review atas kinerja bagian piutang

usaha.

V

21.

22.

Pemantauan

Perusahaan selalu melakukan penilaian

terhadap sistem pengendalian internal piutang

usaha yang ditetapkan dan melakukan

perbaikan-perbaikan yang dianggap perlu.

Hasil pemantauan diberikan pada

bagian-bagian terkait untuk direview hasil kinerjanya

VI

23.

24.

25.

Tujuan Umum Pengendalian Internal

(Keandalan Laporan Keuangan)

Manajemen bertanggung jawab secara hukum

dan profesional dalam menyiapkan laporan

keuangan.

(Efisiensi dan Efektivitas Operasional)

Kendali dalam suatu organisasi dimaksudkan

untuk mendorong penggunaan sumber daya

yang efektif dan efisien.

(Pemenuhan Ketentuan Hukum Regulasi

yang bisa Ditetapkan)

Organisasi harus mengikuti peraturan dan

hukum yang berlaku.


(13)

TABULASI JAWABAN KUESIONER

Pernyataan Responden

a1 a2 a3 a4 a5 b1 b2 b3 c1 c2 c3 c4 c5 d1 d2 d3 d4 d5 d6 d7 d8 d9 d10

1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 3 4 4 4 3 4 4 4

2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4

3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4

4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 5 4 5 5 4 5 4 4 4

5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4

6 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4

7 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 5 4 4 4 4 4 5 4 5 4 5

8 4 5 4 4 5 5 4 5 5 4 4 5 4 4 5 4 4 5 4 4 4 4 4

9 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5

10 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4

11 4 5 4 5 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4

12 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 5 5 5 4 5 4 4

13 4 4 4 4 5 4 4 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5

14 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4

15 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3

16 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 5 4 3 3

17 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4

18 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4

19 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3

20 5 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

21 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4

22 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4

23 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4


(14)

Pernyataan Responden

e1 e2 e3 e4 f1 f2 g1 g2 g3 g4 g5 g6 g7 h1 h2 h3 h4 h5 h6 h7 i1 i2 j1 j2 j3

1 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 3 4 4 4 5 4 3 4 4 4 4 4 4 4

2 4 5 4 5 4 4 4 3 4 4 5 4 4 3 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 5

3 4 5 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

5 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4

6 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 5 4 4 4 4 4 4 5 5 5

7 4 4 4 5 4 5 4 4 4 5 5 5 4 5 4 5 4 5 4 5 5 5 5 4 4

8 5 5 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

9 4 3 3 4 4 4 5 5 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 5

10 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4

11 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4

12 4 5 5 5 4 5 4 4 5 4 4 5 4 5 4 4 5 4 5 5 5 5 5 5 4

13 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4

14 5 5 4 5 4 4 4 3 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5

15 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4

16 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4

17 4 4 3 4 4 3 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5

18 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 5 5

19 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 5

20 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4

21 4 4 4 4 4 4 3 4 4 5 4 3 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 3 3

22 3 3 3 3 3 3 4 4 4 5 5 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 3 3

23 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4


(15)

Lampiran hasil Pengujian Validitas dan Reliabilitas

Factor Analysis

Rotated Component Matrix(a)

Component

1 2

a3 .652

a4 .868 a5 .655

b1 .868 b2 .652

b3 .868 c1 .906 c2 .785 c3 .892 c4 .811 c5 .892 d1 .868 d2 .652

d3 .868 d4 .906 d6 .892 d7 .811 d8 .892 d10 .793

e1 .555

e2 .511

e3 .601

e4 .553

f1 .480

f2 .630

g1 .572

g2 .656

g3 .821

g4 .800

g5 .872

g6 .716

g7 .823

h3 .657


(16)

h5 .649

h7 .752

i1 .752

i2 .696

j1 .540

j2 .890 j3 .696

Extraction Method: Principal Component Analysis. Rotation Method: Varimax with Kaiser Normalization. a Rotation converged in 3 iterations.

Reliability

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items .990 19

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Corrected Item-Total Correlation Cronbach's Alpha if Item

Deleted a3 73.54 94.259 .883 .990 a4 73.54 93.303 .978 .989 a5 73.46 94.433 .772 .986 b1 73.54 93.303 .978 .989 b2 73.54 94.259 .883 .990 b3 73.54 93.303 .978 .989 c1 73.46 92.868 .911 .990 c2 73.50 94.957 .895 .990 c3 73.46 92.607 .934 .989 c4 73.50 93.391 .910 .990 c5 73.46 92.607 .934 .989 d1 73.54 93.303 .978 .989 d2 73.54 94.259 .883 .990 d3 73.54 93.303 .978 .989 d4 73.46 92.868 .911 .990 d6 73.46 92.607 .934 .989 d7 73.50 93.391 .910 .990 d8 73.46 92.607 .934 .989 d10 73.46 92.694 .828 .990


(17)

Reliability Statistics

Cronbach' s

Alpha N of Items .965 22

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach' s Alpha if Item

Deleted e1 84.75 109.413 .778 .962 e2 84.71 107.259 .756 .963 e3 84.92 109.819 .736 .963 e4 84.71 108.563 .729 .963 f1 84.75 110.283 .799 .962 f2 84.75 109.239 .791 .962 g1 84.67 109.797 .737 .963 g2 84.71 111.085 .684 .963 g3 84.62 109.984 .858 .962 g4 84.42 114.514 .566 .965 g5 84.46 112.085 .714 .963 g6 84.62 110.332 .734 .963 g7 84.71 112.129 .685 .963 h3 84.42 109.732 .708 .963 h4 84.54 108.955 .847 .962 h5 84.62 108.766 .854 .962 h7 84.54 108.346 .894 .961 i1 84.54 108.346 .894 .961 i2 84.58 108.428 .837 .962 j1 84.42 108.688 .861 .962 j2 84.42 108.688 .861 .962 j3 84.25 108.325 .822 .962


(18)

Nonparametric Correlations

Correlations

RATAX RATAY Correlation

Coefficient 1.000 .687(**) Sig. (2-tailed) . .000 RATAX

N 24 24

Correlation

Coefficient .687(**) 1.000 Sig. (2-tailed) .000 . Spearman' s rho

RATAY


(19)

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Rine Dewi Mustikasari

NRP : 0351308

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Tugas Akhir / Skripsi ini adalah hasil karya

sendiri dan bukan duplikasi dari orang lain.

Apabila dikemudian hari diketahui ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi

berupa pencabutan gelar dan pembatalan ijazah yang telah dikeluarkan.

Bandung, Januari 2007

Yang menyatakan,


(20)

BAB I PENDAHULUAN

Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Pemberlakuan AFTA (Asean Free Trade Area) di kawasan Asia menjadi bukti bahwa dunia usaha menjadi faktor penting berkembangnya suatu Negara. AFTA menjadikan perdagangan antar Negara Asia semakin mudah terjangkau, hal tersebut mengakibatkan tingkat persaingan dunia usaha semakin tinggi. Perusahaan-perusahaan di setiap Negara dituntut untuk dapat menghasilkan produk yang berkualitas dan dapat bersaing. Setiap Perusahaan berlomba-lomba menyuguhkan segala keunggulan dari produknya yang menjadi kekuatan dalam bersaing.

Tingkat penjualan menjadi tolok ukur keberhasilan perusahaan dalam rangka pencapaian tujuannya. Dengan adanya perdagangan bebas sebagai wujud berkembangnya dunia usaha, tingkat penjualan lebih memerlukan perhatian yang mendalam agar dapat efisien dan efektif. Komponen-komponen penting yang menunjang seperti daerah pemasaran, sumber daya yang digunakan, modal investasi, dan sumber daya manusia mengalami perkembangan, akibatnya aktivitas perusahaan semakin bertambah, tanggung jawab manajemen dalam mengendalikan kegiatan perusahaan semakin luas.

Karena semakin luas tanggung jawab manajemen, maka manajer tingkat atas akan mendelegasikan wewenang kepada bawahannya. Walaupun wewenang dapat dilimpahkan kepada bawahannya , namun tanggung jawab masih berada di


(21)

BAB I PENDAHULUAN

Universitas Kristen Maranatha 2

tangan manajer tingkat atas. Untuk meminimalisasi terjadinya kecurangan dan penyelewengan akibat dari semakin luasnya tanggung jawab manajemen. Manajer membutuhkan alat Bantu pengendalian untuk mengawasi jalannya aktivitas perusahaan.

Pengendalian internal meliputi kebijakan, prosedur, teknik, peralatan fisik, dokumentasi, dan manusia dalam perusahaan tersebut. Pengendalian internal berperan dalam mengamankan dan melindungi baik aktiva maupun catatan perusahaan . Dengan adanya pengendalian internal dapat memberikan keyakinan bahwa hasil laporan yang diperoleh dari bawahan dapat dipercaya dan dipertanggungjawabkan, yang nantinya akan berpengaruh dalam pengambilan keputusan.

Dari sekian banyak pengendalian internal, untuk Perusahaan yang melakukan penjualan secara kredit dibutuhkan pengendalian internal piutang usaha. Karena penjualan kredit itu sendiri akan menimbulkan piutang usaha dan uang akan diterima pada waktu yang telah ditentukan sesuai dengan syarat kredit yang telah disepakati, misalnya: 2/10-n/30, artinya uang kas akan diterima bulan berikutnya ( 30 hari setelah tanggal penjualan ) akan tetapi bila pelanggan dapat melunasi dalam waktu 10 hari setelah tanggal penjualan akan mendapatkan potongan harga sebesar 2 %. Melihat contoh diatas, adanya tenggang waktu antara tanggal penjualan dengan tanggal penerimaan kas, perusahaan perlu menetapkan kebijakan dan prosedur yang akan digunakan. Hal tersebut dikarenakan berhubungan dengan penerimaan uang kas yang sangat fundamental bagi perusahaan.


(22)

BAB I PENDAHULUAN

Universitas Kristen Maranatha 3

Kecurangan dan penyelewengan dalam setiap transaksi piutang usaha mungkin saja terjadi. Adapun istilah-istilah yang biasa digunakan adalah lapping, yaitu mengendurkan pencatatan penerimaan piutang, kitting, yaitu kecurangan yang berhubungan dengan transaksi antar bank (memanfatkan jeda antar bank),

window dressing, yaitu membuat persekongkolan antar pegawai dalam membuat gambaran yang bagus dan bukan yang sebenarnya. Kecurangan dan penyelewengan tersebut jelas menghambat perusahaan dalam penerimaan kas yang nantinya akan disalurkan untuk transaksi lain, seperti pembayaran gaji, dan pembayaran hutang perusahaan. Bila dibiarkan terus menerus tidak menutup kemungkinan perusahaan akan bangkrut. Oleh karena itu perusahaan perlu melakukan pemeriksaan yang memadai terhadap jalannya pengendalian internal piutang usaha. Pengendalian internal akan berjalan dengan baik apabila ditunjang dengan pemeriksaan internal yang baik. Peran suatu badan independen dibutuhkan dalam perusahaan. Badan ini berwenang melakukan pemeriksaan terhadap pengendalian piutang usaha yang telah ditetapkan. Badan ini akan menguji dan menilai apakah pelaksanaan transaksi piutang usaha dari mulai timbulnya piutang dengan ditetapkannya persetujuan kredit oleh manajer divisi kredit sampai diterima dalam bentuk uang kas dilaksanakan sesuai kebijakan dan prosedur yang sudah ditetapkan oleh perusahaan. Selain itu badan tersebut berhak memberikan rekomendasi dan saran mengenai tindakan lain yang juga diperlukan oleh manajer dalam mengendalikan transaksi piutang, Sehingga kecurangan dan penyelewengan dapat diminimalisasi dan ditemukan dengan segera.


(23)

BAB I PENDAHULUAN

Universitas Kristen Maranatha 4

PT. (Persero) Angkasa Pura II merupakan perusahaan milik negara yang bergerak dibidang jasa penerbangan (Aeronautika) serta pelayanan jasa penunjang bandar udara (Non-Aeronautika). PT. (Persero) Angkasa Pura II berperan dalam mengelola bandar udara di Indonesia . Perusahaan ini membawahi 10 bandar udara di Indonesia, yaitu bandar udara Soearno Hatta, bandar udara Halim Perdanakusuma, bandar udara Husein Sastranegara, bandar udara Polonia, bandar udara Sultan Iskandarmuda, bandar udara Sultan Mahmud Badarrudin II, bandar udara Supadio, bandar udara Sultan Syarif Kasim II, bandar udara Tabing, bandar udara Kijang.

Sumber pendapatan utamanya dibagi ke dalam dua kategori, yaitu pendapatan aeronautika (berhubungan dengan jasa penerbangan) dan pendapatan non-aeronautika (di luar usaha jasa penerbangan). Pendapatan yang diperoleh dalam bentuk tunai dan non-tunai. Untuk pendapatan non-tunai diterima dalam bentuk piutang usaha yang nantinya ditagihkan ke setiap masing-masing airlines,

setelah itu baru diserahkan ke bagian komersil perusahaan.

PT. (Persero) Angkasa Pura II merupakan pembina dalam pengendalian piutang usaha untuk cabang-cabang bandar udara yang dibawahinya. Perusahaan melakukan pengendalian terhadap piutang usaha yang mencakup segala kebijakan dan prosedur yang memadai, seperti menerapkan skedul umur piutang (aging schedule) dan menetapkan jangka waktu penagihan (Days sales outstanding). Salah satu bandar udara yang dibawahi oleh PT. (Persero) Angkasa Pura II adalah bandara udara Soekarno Hatta. Bandar udara Soekarno Hatta merupakan bandar terbesar di Indonesia. Transaksi yang terjadi begitu banyak dan kompleks


(24)

BAB I PENDAHULUAN

Universitas Kristen Maranatha 5

termasuk transaksi piutang usahanya. Pendapatan terbesar PT. (Persero) Angkasa Pura II diperoleh dari bandar udara tersebut, yaitu sekitar 75 % nya. Berikut adalah data piutang usaha dan piutang ragu-ragu yang diperoleh di bandar udara Soekarno Hatta:

POSISI PER PIUTANG USAHA

PIUTANG RAGU-RAGU

% PIUTANG

RAGU-RAGU TERHADAP

PIUTANG USAHA 31 DES 2004 237.238.930.736.00 37.756.084.774.00 15.9 % 31 DES 2005 274.026.934.573.00 66.717.220.706.00 24.3 % 31 AGTS 2006 383.747.997.933.91 51.979.275.868.78 13.5 % Sumber: PT. (Persero) Angkasa Pura II Bandar Udara Soekarno Hatta

Pengendalian internal terhadap piutang usaha memerlukan perhatian khusus oleh manajemen. Transaksi piutang usaha berhubungan dengan pendapatan yang diterima oleh perusahaan. Segala bentuk penyelewengan atau piutang ragu-ragu yang meningkat harus dapat dianalisa penyebabnya. Di tempat penulis melakukan penelitian sudah terdapat pengendalian internal piutang usaha yang memadai. Namun apakah pengendalian yang diterapkan sudah benar-benar berjalan efektif. Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian guna menyusun skripsi dengan judul: “ PERANAN PEMERIKSAAN INTERNAL


(25)

BAB I PENDAHULUAN

Universitas Kristen Maranatha 6

DALAM MENUNJANG EFEKTIVITAS PENGENDALIAN INTERNAL PIUTANG USAHA (Studi kasus pada PT. (Persero) Angkasa Pura II bandar udara Soekarno Hatta Jakarta.

1.2Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian yang diuraikan di atas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimanakah pengendalian internal atas piutang usaha yang dilaksanakan di PT. (Persero) Angkasa Pura II Bandar Udara Soekarno Hatta.

2. Bagaimanakah pemeriksaan internal atas piutang usaha yang dilaksanakan di PT. (Persero) Angkasa Pura II Bandar Udara Soekarno Hatta.

3. Seberapa besar peranan pemeriksaan internal dalam menunjang efektivitas pengendalian internal piutang usaha di PT. (Persero) Angkasa Pura II Bandar Udara Soekarno Hatta.

1.3Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pengendalian internal atas piutang usaha yang dilaksanakan di PT. (Persero) Angkasa Pura II Bandar Udara Soekarno Hatta.

2. Untuk mengetahui pemeriksaan internal atas piutang usaha yang dilaksanakan di PT. (Persero) Angkasa Pura II (Persero) Bandar Udara Soekarno Hatta. 3. Untuk menguji apakah pemeriksaan internal berperan dalam menunjang

efektivitas pengendalian intern piutang usaha di PT. (Persero) Angkasa Pura II Bandar udara Soekarno Hatta.


(26)

BAB I PENDAHULUAN

Universitas Kristen Maranatha 7

1.4Manfaat Penelitian

1. Memberikan pemahaman sampai sejauh mana pemeriksaan intern berperan dalam menunjang efektivitas pengendalian intern piutang usaha yang dilaksanakan oleh perusahaan.

2 Untuk mengetahui penerapan teori yang diperoleh dalam perkuliahan dengan praktek di lapangan.

3 Sebagai bahan referensi atau perbandingan bagi pihak-pihak yang memerlukan dalam melakukan penelitian lebih lanjut.

1.5Kerangka Pemikiran

Perkembangan dunia usaha, menjadikan setiap perusahaan bersaing untuk menjadi yang terbaik. Transaksi menjadi semakin meningkat, khususnya untuk tingkat penjualan. Meningkatnya penjualan produk, meluasnya daerah pemasaran dan bertambahnya sumber daya yang digunakan, semakin memperluas tanggung jawab manajemen dalam mengendalikan segala aktivitas perusaha

Struktur organisasi yang mencerminkan pemisahan atas fungsi-fungsi antar departemen operasional, penyimpanan dan akuntansi menyebabkan tanggung jawab manajemen semakin luas. Agar manajer tingkat pusat tidak kehilangan kendali, maka dalam aktivitasnya manajer tingkat pusat harus memonitor segala aktivitas bawahannya. Melihat hal tersebut setiap perusahaan harus memiliki suatu pengendalian internal yang memadai, dimana pengendalian tersebut dapat memberikan jaminan bahwa kondisi dan kejadian yang dilaporkan


(27)

BAB I PENDAHULUAN

Universitas Kristen Maranatha 8

setiap departemen adalah benar. Pelaporan tersebut akan berpengaruh terhadap peran manajer tingkat pusat dalam mengambil keputusan.

Untuk lebih memperjelas tentang pengendalian internal, berikut pengertian pengendalian internal menurut beberapa sumber:

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia ( IAI ) dalam Standar Profesional Akuntan Publik (2000,319.2):

“Pengendalian internal adalah suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen dan personel lain, yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini:

Keandalan laporan keuangan .

Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku. Efektivitas dan efisiensi operasi “

Menurut COSO (Committee of Sponsoring Organization) yang dikutip oleh Arens Loebeccke (2000,287) pengendalian internal adalah:

Internal control includes five categories of control that management design and implementationto provide reasonable assurance that managements control objectives will be met. These are called the components of nternal control and are: (1) the control environment, (2) risk assessment, (3) control activities, (4) information and communication, (5) and monitoring.”

Pengendalian internal akan berjalan dengan efektif apabila ditunjang dengan pemeriksaan internal yang baik dan memadai. Pemeriksaan internal merupakan bidang yang lebih kompleks dan menantang daripada profesi lain pada umumnya. Pemeriksaan internal berkewajiban untuk memberikan informasi tentang kelengkapan dan keefektifan pengendalian internal suatu perusahaan dan kualitas tanggung jawab yang ditugaskan. Orang-orang yang menjalankan pemeriksaan ini tergabung dalam suatu badan independensi dalam perusahaan yang memiliki akses untuk melakukan pemeriksaan. Seorang auditor internal


(28)

BAB I PENDAHULUAN

Universitas Kristen Maranatha 9

harus memiliki kegiatan yang terpisah dengan kegiatan yang diperiksanya. Berikut adalah pengertian pemeriksaan internal Menurut Boyton, Jhonson, Kell dalam bukunya Modern Auditing, yang dikutip oleh Ichsan Setyo Budi dan Herman Wibowo (2003: 491) menjelaskan bahwa:

“Pemeriksaan internal adalah aktivitas pemberian keyakinan sistem konsultasi yang independen dan objektif, yang dirancang untuk menambah nilai dan memperbaiki operasi organisasi. Pemeriksaan internal membantu organisasi mencapai tujuannya dengan memperkenalkan pendekatan yang sistematis dan berdisiplin untuk mengevaluasi serta meningkatkan efektivitas proses manajemen resiko, pengendalian dan pengelolaan”.

Adapun tujuan dari pemeriksaan internal menurut Hiro Tugiman (2006: 11), yaitu:

“Membantu para anggota organisasi agar mereka dapat melaksanakan tanggung jawabnya secara efektif. Untuk hal tersebut pemeriksaan internal akan melakukan analisa-analisa dan penilaian-penilaian serta memberikan rekomendasi dan saran-saran. Tujuan pemeriksaan mencakup pula pengembangan dan pengawasan yang efektif dengan biaya yang wajar.”

Berdasarkan uraian di atas pemeriksaan internal yang dilaksanakan secara tepat terangkum dalam tiga kata kunci, yaitu:

• Memastikan (menentukan, memverifikasi)

• Menilai (mengevaluasi, menaksir)

• Merekomendasi (memberi saran)

Ketiga hal diatas dilakukan dalam keadaan independen dalam organisasi. Menurut Hiro Tugiman (2006:53), mengemukakan bahwa proses pemeriksaan internal yang harus dilakukan yaitu:


(29)

BAB I PENDAHULUAN

Universitas Kristen Maranatha 10

1. Perencanaan Pemeriksaan

Perencanaan pemerksaan internal harus didokumentasikan dan meliputi hal-hal berikut ini.

a. Penetapan tujuan pemeriksaan dan lingkup pekerjaan.

b. Memperoleh informasi dasar ( background information ) tentang kegiatan yang diperiksa.

c. Penentuan berbagai tenaga yang diperlukan.

d. Pemberitahuan kepada para pihak yang dipandang perlu.

e. Melaksanakan survai suntuk lebih mengenali kegiatan yang diperlukan, risiko-risiko, dan pengawasan-pengawasan.

f. Penulisan program pemeriksaan.

g. Menetukan bagaimana, kapan, dan kepada siapa hasil-hasil pemeriksaan akan disampaikan.

h. Memperoleh persetujuan bagi rencana kerja pemeriksaan. 2. Pengujian dan pengevaluasian informasi

Pemeriksaan internal haruslah mengumpulkan, menganalisis, menginterprestasi, dan membuktikan kebenaran informasi untuk mendukung hasil pemriksaan. 3. Penyampaian hasil pemeriksaan

Pemeriksa internal harus melaporkan hasil pemeriksaan yang telah dilakukannya. 4. Tindak lanjut hasil pemeriksaan.

Pemeriksa internal harus terus-menerus meninjau dan melakukan tindak lanjut (Follow up ) untuk memastikan bahwa terhadap temuan pemeriksaan yang dilaporkan telah dilakukan tindakan tepat.


(30)

BAB I PENDAHULUAN

Universitas Kristen Maranatha 11

Diantara sekian banyak pengendalian internal yang membutuhkan pemeriksaan dalam perusahaan, terdapat pengendalian internal piutang usaha. Berikut ini menurut munawir (2005:39) mengenai pengetian piutang usaha Pengertian piutang usaha dalam arti luas tidak hanya tagihan perusahaan kepada pihak lain ( langganan) yang timbul karena adanya penyerahan barang dan jasa, melainkan termasuk berbagai macam piutang, misalnya pembayaran dimuka kepada pegawai, peminjaman, kepada direksi, piutang pemesanan modal saham, dan lain-lain. Sedangkan pengertian piutang usaha dalam arti sempit adalah tagihan kepada langganan yang timbul sebagai akibat adanya penjualan barang dagangan atau jasa yang tidak disertai janji tertulis yang diatur undang-undang untuk pembayrannya. yang dikemukakan oleh Mulyadi, adalah sebagai berikut:

“Piutang usaha merupakan klaim kepada pihak lain atas uang, barang atau jasa yang dapat diterima dalam jangka waktu satu tahun, atau dalam satu siklus kegiatan perusahaan. Pada umumnya disajikan di neraca dalam dua kelompok yaitu piutang usaha dan piutang non usaha. Piutang usaha adalah piutang yang timbul dari transaksi penjualan barang atau jasa dalam kegiatan normal perusahaan. Piutang non usaha timbul dari transaksi selain penjualan barang dan jasa kepada pihak luar misalnya: piutang kepada karyawan, piutang penjualan saham, piutang klaim asuransi, piutang pengembalian pajak, piutang deviden dan bunga”( 2:1998:85).

Piutang usaha timbul dari transaksi penjualan barang dagangan atau jasa secara kredit. Piutang usaha semacam ini normalnya akan tertagih pada periode waktu 30 atau 60 hari. Walaupun perusahaan sudah menetapkan periode penagihan piutang, sebagai salah satu alat pengendalian piutang usaha, namun pada kenyataannya masih banyak piutang yang tidak dapat tertagih. Tidak ada ketentuan umum yang digunakan untuk menentukan kapan suatu piutang menjadi


(31)

BAB I PENDAHULUAN

Universitas Kristen Maranatha 12

tidak tertagih. Makin lama peredaran piutang semakin kecil kemungkinan piutang tersebut dapat tertagih. Karena itulah perusahaan-perusahaan mengestimasi berapa besar piutang ragu-ragu yang harus ditetapkan setiap tahunnya.

Salah satu alat pengendalian lain yang berfungsi memudahkan dalam memilah-milah piutang sesuai umurnya, adalah penggunaan skedul umur piutang (aging schedule), yaitu suatu laporan yang menunjukan berapa lama piutang usaha telah beredar. Skedul tersebut harus dikembangkan dari buku tambahan piutang usaha. Akan tetapi, bagi perusahaan yang telah maju umumnya mengkomputerisasi catatan piutang mereka, sehingga mudah untuk menentukan umur dari setiap faktur. Skedul umur piutang harus terus dipantau oleh manajemen, untuk mengetahui sejauh mana departemen kredit dapat berjalan dengan efektif . Bila skedul umur piutang memperlihatkan pertambahan persentase piutang yang telah lewat jatuh tempo, kebijakan penjualan kredit mungkin perlu diperketat.

Pengendalian internal atas piutang usaha berhubungan dengan fungsi pengesahan kredit dan melibatkan penyelidikan kredibilitas pelanggan dengan menggunakan referensi dan pemeriksaan atas latar belakang pelanggan. Berikut langkah-langkah pengendalian internal atas piutang usaha yang memadai yang harus diterapkan dalam suatu perusahaan menurut Amin Widjaja Tunggal, adalah sebagai berikut :

a. Semua penjualan kredit harus mendapatkan persetujuan dari pejabat yang berwenang.


(32)

BAB I PENDAHULUAN

Universitas Kristen Maranatha 13

c. Pemisahan fungsi pegawai yang menangani bagian piutang harus dipisahkan dari bagian penagihan dan penerimaan kas. Pejabat yang berwenang untuk mengahapus piutang tidak diperkenankan untuk menangani bagian piutang ataupun bagian penerimaan kas.

d. Pencatatan atas data harus dilaksanakan oleh petugas pencatatan piutang dan data tersebut diperoleh dari sumber yang independen. Jumlah pencatatan ke perkiraan pelanggan secara berkala harus dicocokan dengan jumlah yang dinyatakan dalam buku besar.

e. Petugas pencatatan piutang tidak boleh turut serta dalam kegiatan yang ada hubungannya dengan piutang tersebut.

f. Seluruh kegiatan harus dicatat secepat mungkin sehingga dengan demikian saldo perkiraan piutang dapat tersedia secepat mungkin.

g. Kesalahan yang dilaporkan atau ditemukan harus diselidiki dengan segera. h. Promes harus disimpan di tempat yang aman di bawah pengawasan pejabat

yang berwenang dan harus diperiksa secara berkala.

Pengendalian internal atas piutang usaha harus diperiksa kefektifannya. Mengingat bahwa pada kenyataannya suatu pengendalian memiliki keterbatasan. Pengendalian internal atas piutang usaha yang efektif akan tercapai apabila tujuan pemeriksaan internal atas piutang usaha dapat tercapai. Menurut Arens, Elder, dan Beasley (2003: 221) tujuan pemeriksaan terkait dengan saldo piutang usaha, adalah sebagai berikut :

a. Keberadaan- Nilai yang tercantum memang benar-benar terjadi.


(33)

BAB I PENDAHULUAN

Universitas Kristen Maranatha 14

c. Akurasi- Nilai-nilai yang tercantum adalah benar.

d. Klasifikasi- Nilai-nilai yang tercantum dalam daftar klien telah diklasifikasikan dengan tepat.

e. Cutoff- Berbagai transaksi yang terjadi di sekitar tanggal neraca telah dicatat pada periode yang tepat.

f. Kaitan Rinci- Berbagai rincian dalam saldo akun sesuai dengan nilai-nilai dalam master file yang terkait, tercakup dalam nilai total saldo akun, dan sesuai dengan nilai total dalam buku besar.

g. Nilai yang terealisasi- Berbagai aktiva dicantumkan dalam sejumlah nilai yang diperkirakan akan terealisasi.

h. Hak dan Kewajiban.

i. Penyajian dan Pengungkapan- Saldo-saldo akun dan berbagai ketentuan pengungkapan yang terkait dengan saldo akun tersebut telah disajikan dengan tepat dalam laporan keuangan.

Selain tujuan pemeriksaan internal atas piutang usaha, dibawah ini terdapat unsur-unsur pengendalian internal menurut COSO (Committee of Sponsoring Organization) yang dikutip oleh Arens Loebeccke (2000,287), dimana unsur-unsur tersebut juga mendukung tercapainya pengendalian internal yang efektif, diantaranya adalah sebagai berikut:

1. the control environment. 2. risk assessment.

3. control activities.


(34)

BAB I PENDAHULUAN

Universitas Kristen Maranatha 15

5. and monitoring.”

Berdasarkan uraian diatas dan penelaahan terhadap penelitian-penelitian terdahulu yang mempunyai topik penelitian serupa, yaitu Persepsi Staf Internal Audit dan Staf Bagian Akuntansi mengenai Peranan Pemeriksaan Internal dalam Menunjang Efektivitas Pengendalian Internal Piutang Usaha oleh Andri Maulana. Dapat dikemukakan hipotesis sebagai berikut : “ Pemeriksaan internal yang dilaksanakan dengan memadai, akan berperan dalam menunjang efektivitas pengendalian internal piutang usaha “.

1.6Metode Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif analitis dengan pendekatan studi kasus, dimana data-data yang diperoleh selama penelitian akan diolah dan dianalisis lebih lanjut dengan menggunakan dasar-dasar teori yang ada guna memenuhi tujuan penelitian untuk keperluan pengujian diperlukan serangkaian langkah-langkah, dimulai dari penentuan populasi dan sample, operasionalisasi variabel, rancangan pengujian hipotesis dan teknik pengumpulan data.

Berikut penjelasan singkat dari langkah-langkah tersebut di atas: 1.Penentuan Populasi Penelitian.

Populasi meliputi seluruh staf pemeriksaan internal yang ada di bagian internal audit. Sedangkan penentuan sampel dilakukan secara acak sederhana.


(35)

BAB I PENDAHULUAN

Universitas Kristen Maranatha 16

Operasional variabel sesuai dengan judul penelitian adalah sebagai berikut: a.Peranan pemeriksaan internal sebagai Variabel Independen (X).

b.Efektivitas Pengendalian Internal piutang usaha sebagai variabel Dependen m (Y).

3.Rancangan Pengujian Hipotesis

Rancangan hipotesis dimulai dengan ditetapkannya hipotesis sebagai berikut : Ho = tidak terdapat peranan yang positif dari pemeriksaan internal dalam menunjang efektivitas pengendalian internal piutang usaha. H1 = terdapat hubungan yang positif dari pemeriksaan internal dalam menunjang efektivitas pengendalian internal piutang usaha Kemudian dilakukan pengujian statistik dengan menggunakan analisa korelasi Rank Spearman untuk melihat hubungan antara variabel independen dengan variabel dependennya. Disini penulis menggunakan program SPSS dalam pengolahan data. Terakhir dilakukan pengambilan kesimpulan untuk menentukan apakah hipotesis yang dibuat diterima atau ditolak.

Rumus :

6 d i 2

1

_ i = 1

n 3 _ n

n = Banyaknya sampel

d = Selisih range dari variabel X dan variabel Y yang ke- i Rs = Koefisien Korelasi Rank Spearman


(36)

BAB I PENDAHULUAN

Universitas Kristen Maranatha 17

4. Teknik Pengumpulan Data.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian lapangan untuk memeperoleh data primer dan penelitian kepustakaan untuk memperoleh data sekunder guna mendukung data-data primer yang diperoleh selama penelitian.

1.7Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan penulis di PT. Angkasa Pura II (Persero) Kantor Pusat-Jakarta. Bandara Soekarno-Hatta. Tlp. (021) 5505856. Waktu penelitian dilakukan dari bulan September sampai dengan selesai.


(37)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Universitas Kristen Maranatha

133 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Pelaksanaan pemeriksaan internal yang diterapkan di PT. (Persero) Angkasa Pura II Bandar Udara Soekarno Hatta sudah diterapkan secara memadai dan cukup berperan dalam menunjang efektivitas pengendalian internal piutang usaha. Diantaranya meliputi:

1. Standar Profesional, yang terdiri atas: a. Independensi.

b. Status Organisasi. c. Obyektivitas.

d. Kecakapan Profesional.

2. Standar Lingkup Kerja Pemeriksaan.

3. Program kerja pemeriksaan tahunan

4. Standar Pelaksanaan dan Pelaporan Pemeriksaan, diantaranya meliputi

pemeriksaan terhadap : Keberadaan, kelengkapan, akurasi, pengklasifikasian, cut-off , kaitan rinci, nilai yang terealisasi, dan penyajian dan pengungkapan.

5. Penindaklanjutan.

Pengendalian internal piutang usaha yang ditetapkan oleh PT. (Persero) Angkasa Pura II Bandar Udara Soekarno Hatta sudah memadai. Perusahaan menetapkan unsur-unsur pengendalian dalam menunjang efektivitas pengendalian internal piutang usaha, adalah sebagai berikut:


(38)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Universitas Kristen Maranatha

134 1. Lingkungan Pengendalian

2. Penetapan Risiko

3. Aktivitas Pengendalian, yang terdiri atas: a. Pemisahan Tugas

b. Dokumen dan Catatan yang memadai

c. Pengamanan Fisik Catatan

d. Pengecekan Kinerja

4. Sistem Informasi dan Komunikasi. 5. Pemantauan.

Selain itu efektivitas pengendalian internal piutang usaha ditunjang dengan tercapainya tujuan umum pengendalian internal, yang meliputi:

1. Keandalan Laporan Keuangan. 2. Efisiensi dan Efektivitas Operasional.

3. Pemenuhan Ketentuan Hukum dan Regulasi yang bisa Ditetapkan.

Berdasarkan hasil statistik dengan menggunakan pengujian Korelasi

Spearman, diperoleh t hitung lebih besar dari t tabel, (3,179 > 2,074), yang artinya Ho

ditolak dan Ha diterima, maka hipotesis penulis dapat diterima, yaitu bahwa

“ Pemeriksaan internal yang dilaksanakan dengan memadai, akan berperan

dalam menunjang efektivitas pengendalian internal piutang usaha “ pada PT.

(Persero) Angkasa Pura II Bandar Udara Soekarno Hatta.

Kedua variabel di atas memiliki hubungan yang cukup kuat dan positif yaitu sebesar 0,687, apabila pemeriksaan internal ditingkatkan maka efektivitas pengendalian internal piutang usaha pun akan meningkat. Besarnya peranan


(39)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Universitas Kristen Maranatha

135

pemeriksaan internal dalam menunjang efektivitas pengendalian internal piutang usaha adalah sebesar 47,2 % yang artinya cukup berperan sedangkan sisanya yaitu sebesar 52,8 % dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti sistem akuntansi piutang, kebijakan akuntansi untuk piutang, pelaksanaan tindak lanjut yang dilaksanakan dengan konsisten, dan sanksi hukum yang ditegakan dalam perusahaan.

5.2 Saran

Meskipun demikian, masih terdapat kelemahan dalam pelaksanaan pemeriksaan internal dalam menunjang efektivitas pengendalian internal piutang usaha pada PT. (Persero) Angkasa Pura II Bandar Udara Soekarno Hatta, antara lain kebijakan dalam pencatatan akuntansi untuk piutang usaha masih kurang

tepat, dan masih menggunakan semi computerized system. Meningkatnya piutang

usaha tak tertagih dari tahun 2004 ke 2005. Hal tersebut disebabkan karena penindaklanjutan terhadap sanksi perusahaan kurang tegas diterapkan kepada debitur yang melanggar ketentuan perusahaan, perputaran transaksi yang begitu padat setiap tahunnya tidak didukung dengan penambahan teknologi yang memadai, dan adanya kenaikan nilai tukar kurs Amerika Dollar terhadap Rupiah. Untuk mengatasi kelemahan tersebut, penulis menyatakan saran sebagai berikut:

1. Sebaiknya perusahaan melakukan penyempurnaan sistem pencatatan


(40)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Universitas Kristen Maranatha

136

2. Sebaiknya perusahaan menetapkan sanksi yang tegas terhadap debitur, yang

melanggar ketentuan dan peraturan perusahaan, tanpa memandang bulu.

3. Sebaiknya perusahaan lebih meningkatkan teknologi informasi (CBIS) untuk

mempercepat proses pengolahan data akurat dan tepat waktu.

4. Sebaiknya perusahaan memberikan pelatihan (Training) kepada para petugas

akuntansi untuk menambah pengetahuan dan keterampilan mengenai teknologi untuk kepentingan bagian akuntansi.


(41)

DAFTAR PUSTAKA

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Arens, Elder, Beasley. 2006. Auditing and Assurance Service: Unintegrated

Approach. Elevent 11th. Prentice Hall Ing. New Jearsey.

Boyton, Jhonson, and Kell. 2003. Modern Auditing. Alih Bahasa Ichsan Setyo

Budi, dan Herman Wibowo.Jilid 2. Erlangga. Jakarta.

Brigham, Houston. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Erlangga. Jakarta. 2001.

Cooper, Donald R., William Emory, 1996, Metode Penelitian Bisnis. Jilid 1. edisi

5. Jakarta.Erlangga.

Dewan SPAP; Ikatan Akuntan Indonesia. 2001. Standar Profesi Akuntan Publik.

Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YPKN. Yogyakarta.

Hartadi, Bambang. 2004. Auditing. BPFE. Yogyakarta.

Indriantoro, Supomo. 2002. Metodologi Penelitian Bisnis. Edisi 1. BPFE.

Yogyakarta.

Joseph F. Hair Jr.,Ralph E. Andersen, Ronald L. Tatham, and William

L.Black.,1998. Multivariate Data Analysis. 5th edition. New Jersey.

Prentice Hall International.

Kuncoro, Suhardjono. 2002. Manajemen Perbankan. BPFE. Yogyakarta.

Kieso, Weygandt, Warfield. 2002. Intermediate Accounting. Edisi 10. Erlangga.

Jakarta.

Komarudin. 1994. Ensiklopedia manajemen. Edisi 2. Jakarta. Bumi Aksara.

Mardiasmo. 2002. Akuntansi Sektor Publik. Andi. Yogyakarta.

Mulyadi, Puradiredja. 2001. Auditing. Salemba Empat. Jakarta.

Mulyadi. 2001. Sistem Akuntansi. Edisi 3. Salemba Empat. Jakarta.

Munawir. 2005. Auditing Modern. BPFE. Yogyakarta.

Ratliff, Wallace, Loebbecke, and Mcfarland. 1996. Internal Auditing Principles

and Techniques. The Institute Of Internal Auditors Altamonte Springs. Florida.


(42)

DAFTAR PUSTAKA

Universitas Kristen Maranatha

Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Bisnis. Cetakan ke-8. CV. Alfabeta. Bandung.

Tugiman ,Hiro. 2006.Pengenalan Manajemen Internal Audit dan Komite Audit.

YPIA. Bandung.

Tugiman, Hiro. 2006. Standar Profesional Audit Internal. Kanisius. Yogyakarta.

Widjaya, Amin. 2005. Internal Auditing. Harvarindo. Jakarta.

Warren, Reeve, Fess. 2005. Prinsip-Prinsip Akuntansi. Edisi 21th. Alih Bahasa


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Pelaksanaan pemeriksaan internal yang diterapkan di PT. (Persero) Angkasa Pura II Bandar Udara Soekarno Hatta sudah diterapkan secara memadai dan cukup berperan dalam menunjang efektivitas pengendalian internal piutang usaha. Diantaranya meliputi:

1. Standar Profesional, yang terdiri atas: a. Independensi.

b. Status Organisasi. c. Obyektivitas.

d. Kecakapan Profesional.

2. Standar Lingkup Kerja Pemeriksaan. 3. Program kerja pemeriksaan tahunan

4. Standar Pelaksanaan dan Pelaporan Pemeriksaan, diantaranya meliputi pemeriksaan terhadap : Keberadaan, kelengkapan, akurasi, pengklasifikasian, cut-off , kaitan rinci, nilai yang terealisasi, dan penyajian dan pengungkapan.

5. Penindaklanjutan.

Pengendalian internal piutang usaha yang ditetapkan oleh PT. (Persero) Angkasa Pura II Bandar Udara Soekarno Hatta sudah memadai. Perusahaan menetapkan unsur-unsur pengendalian dalam menunjang efektivitas pengendalian internal piutang usaha, adalah sebagai berikut:


(2)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Universitas Kristen Maranatha 134

1. Lingkungan Pengendalian 2. Penetapan Risiko

3. Aktivitas Pengendalian, yang terdiri atas: a. Pemisahan Tugas

b. Dokumen dan Catatan yang memadai c. Pengamanan Fisik Catatan

d. Pengecekan Kinerja

4. Sistem Informasi dan Komunikasi. 5. Pemantauan.

Selain itu efektivitas pengendalian internal piutang usaha ditunjang dengan tercapainya tujuan umum pengendalian internal, yang meliputi:

1. Keandalan Laporan Keuangan. 2. Efisiensi dan Efektivitas Operasional.

3. Pemenuhan Ketentuan Hukum dan Regulasi yang bisa Ditetapkan.

Berdasarkan hasil statistik dengan menggunakan pengujian Korelasi Spearman, diperoleh t hitung lebih besar dari t tabel, (3,179 > 2,074), yang artinya Ho ditolak dan Ha diterima, maka hipotesis penulis dapat diterima, yaitu bahwa “ Pemeriksaan internal yang dilaksanakan dengan memadai, akan berperan dalam menunjang efektivitas pengendalian internal piutang usaha “ pada PT. (Persero) Angkasa Pura II Bandar Udara Soekarno Hatta.

Kedua variabel di atas memiliki hubungan yang cukup kuat dan positif yaitu sebesar 0,687, apabila pemeriksaan internal ditingkatkan maka efektivitas pengendalian internal piutang usaha pun akan meningkat. Besarnya peranan


(3)

pemeriksaan internal dalam menunjang efektivitas pengendalian internal piutang usaha adalah sebesar 47,2 % yang artinya cukup berperan sedangkan sisanya yaitu sebesar 52,8 % dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti sistem akuntansi piutang, kebijakan akuntansi untuk piutang, pelaksanaan tindak lanjut yang dilaksanakan dengan konsisten, dan sanksi hukum yang ditegakan dalam perusahaan.

5.2 Saran

Meskipun demikian, masih terdapat kelemahan dalam pelaksanaan pemeriksaan internal dalam menunjang efektivitas pengendalian internal piutang usaha pada PT. (Persero) Angkasa Pura II Bandar Udara Soekarno Hatta, antara lain kebijakan dalam pencatatan akuntansi untuk piutang usaha masih kurang tepat, dan masih menggunakan semi computerized system. Meningkatnya piutang usaha tak tertagih dari tahun 2004 ke 2005. Hal tersebut disebabkan karena penindaklanjutan terhadap sanksi perusahaan kurang tegas diterapkan kepada debitur yang melanggar ketentuan perusahaan, perputaran transaksi yang begitu padat setiap tahunnya tidak didukung dengan penambahan teknologi yang memadai, dan adanya kenaikan nilai tukar kurs Amerika Dollar terhadap Rupiah. Untuk mengatasi kelemahan tersebut, penulis menyatakan saran sebagai berikut:

1. Sebaiknya perusahaan melakukan penyempurnaan sistem pencatatan akuntansi dengan menggunkan full Computerized System.


(4)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Universitas Kristen Maranatha 136

2. Sebaiknya perusahaan menetapkan sanksi yang tegas terhadap debitur, yang melanggar ketentuan dan peraturan perusahaan, tanpa memandang bulu. 3. Sebaiknya perusahaan lebih meningkatkan teknologi informasi (CBIS) untuk

mempercepat proses pengolahan data akurat dan tepat waktu.

4. Sebaiknya perusahaan memberikan pelatihan (Training) kepada para petugas akuntansi untuk menambah pengetahuan dan keterampilan mengenai teknologi untuk kepentingan bagian akuntansi.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Arens, Elder, Beasley. 2006. Auditing and Assurance Service: Unintegrated

Approach. Elevent 11th. Prentice Hall Ing. New Jearsey.

Boyton, Jhonson, and Kell. 2003. Modern Auditing. Alih Bahasa Ichsan Setyo

Budi, dan Herman Wibowo.Jilid 2. Erlangga. Jakarta.

Brigham, Houston. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Erlangga. Jakarta. 2001.

Cooper, Donald R., William Emory, 1996, Metode Penelitian Bisnis. Jilid 1. edisi

5. Jakarta.Erlangga.

Dewan SPAP; Ikatan Akuntan Indonesia. 2001. Standar Profesi Akuntan Publik.

Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YPKN. Yogyakarta.

Hartadi, Bambang. 2004. Auditing. BPFE. Yogyakarta.

Indriantoro, Supomo. 2002. Metodologi Penelitian Bisnis. Edisi 1. BPFE.

Yogyakarta.

Joseph F. Hair Jr.,Ralph E. Andersen, Ronald L. Tatham, and William

L.Black.,1998. Multivariate Data Analysis. 5th edition. New Jersey.

Prentice Hall International.

Kuncoro, Suhardjono. 2002. Manajemen Perbankan. BPFE. Yogyakarta.

Kieso, Weygandt, Warfield. 2002. Intermediate Accounting. Edisi 10. Erlangga.

Jakarta.

Komarudin. 1994. Ensiklopedia manajemen. Edisi 2. Jakarta. Bumi Aksara.

Mardiasmo. 2002. Akuntansi Sektor Publik. Andi. Yogyakarta.

Mulyadi, Puradiredja. 2001. Auditing. Salemba Empat. Jakarta.

Mulyadi. 2001. Sistem Akuntansi. Edisi 3. Salemba Empat. Jakarta.

Munawir. 2005. Auditing Modern. BPFE. Yogyakarta.

Ratliff, Wallace, Loebbecke, and Mcfarland. 1996. Internal Auditing Principles

and Techniques. The Institute Of Internal Auditors Altamonte Springs. Florida.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Universitas Kristen Maranatha

Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Bisnis. Cetakan ke-8. CV. Alfabeta. Bandung.

Tugiman ,Hiro. 2006.Pengenalan Manajemen Internal Audit dan Komite Audit.

YPIA. Bandung.

Tugiman, Hiro. 2006. Standar Profesional Audit Internal. Kanisius. Yogyakarta.

Widjaya, Amin. 2005. Internal Auditing. Harvarindo. Jakarta.

Warren, Reeve, Fess. 2005. Prinsip-Prinsip Akuntansi. Edisi 21th. Alih Bahasa