Unjuk kerja kincir angin propeler berbahan kayu berlapis seng dari potongan selimut kerucut dengan diameter besar 30 cm dan diameter kecil 15 cm sepanjang 36,5 cm.
UNJUK KERJA KINCIR ANGIN PROPELER BERBAHAN
KAYU BERLAPIS SENG DARI POTONGAN SELIMUT
KERUCUT DENGAN DIAMETER BESAR 30 CM DAN
DIAMETER KECIL 15 CM SEPANJANG 36,5 CM
TUGAS AKHIR
Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1
Program Studi Teknik Mesin
Oleh :
AGUSTINUS KURNIAWAN NIM : 115214061
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA 2015
(2)
INTISARI
Energi mempunyai peranan yang penting untuk memenuhi semua kebutuhan manusia baik dari segi ekonomi, sosial, dan lingkungan. Pemanfaatan energi terbarukan saat ini sangat dibutuhkan dengan produksi bahan bakar minyak yang semakin terbatas. Keterbatasan produksi bahan bakar minyak menjadikan harga bahan bakar naik. Salah satu energi terbarukan yang dapat dikembangkan di Indonesia adalah energi angin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui unjuk kerja terbaik atau koefisien daya tertinggi kincir angin poros horizontal yang terbuat dari bahan kayu berlapis seng.
Model kincir angin yang digunakan dalam penelitian ini adalah kincir angin propeler tiga sudu yang terbuat dari bahan kayu berlapis seng dari potongan selimut kerucut dengan diameter besar 30 cm dan diameter kecil 15 cm sepanjang 36,5 cm. Penelitian dilakukan dengan menggunakan sebuah terowongan angin (wind tunnel) di laboratorium konversi energi Universitas Sanata Dharma. Variasi yang diambil dalam penelitian adalah lebar dari sudu-sudu kincir dari sektor busur 70º, 80º, dan 90º. Data yang diambil pada saat penelitian adalah kecepatan angin, putaran poros kincir, dan gaya pengimbang torsi.
Hasil penelitian kincir angin dengan variasi sudu dari sektor busur 70º menghasilkan koefisien daya terbaik dari semua variasi yaitu dengan koefisien daya maksimal (CPmax) sebesar 31,72% pada tip speed ratio (tsr) 3,59, sedangkan
kincir angin dengan variasi sudu dari sektor busur 80º menghasilkan koefisien daya maksimal sebesar 28,57% pada tip speed ratio 3,33, dan kincir angin dengan variasi sudu dari sector busur 90º menghasilkan koefisien daya maksimal sebesar 27,33% pada tip speed ratio 3,32.
(3)
ABSTRACT
Energy has an important role to fill all human needs in economic, social, and environmental sector. Nowadays, the utilization of renewable energy is needed with increasingly limited fuel production. Limited production of fuel makes increment of fuel prices. One of the renewable energy that can be developed in Indonesia is wind energy. This study aims to find out the best performance or highest power coefficient horizontal axis windmills made of zinc-plated wood.
A three- blade propeller windmill made of zinc-coated wood material from blanket pieces cone were used as the model windmills in this study. The windmild is 30 cm of diameter length and 15 cm of small diameter length along 36.5 cm. The study was conducted by using a wind tunnel in the energy conversion laboratory of the University of Sanata Dharma. The variations which taken in the study was the width of the blades of the windmill of the arc sector 70º, 80º, and 90º. Data which taken at that time was the wind speed, wheel rotation axis and ballast style torque.
Results of windmill research with a variation of 70º arc sector produces the best power of all of coefficient variation. It was the maximum power coefficient (CPmax). The amount was 31.72 % at the tip speed ratio (tsr) of 3.59, while the
windmill blade with a variety of sectors 80º arc produces a maximum power coefficient of 28.57 % on a tip speed ratio of 3.33, and a windmill with a blade variation of 90º arc sector produces maximum power coefficient of 27.33 % on a tip speed ratio of 3.32.
(4)
i
UNJUK KERJA KINCIR ANGIN PROPELER BERBAHAN
KAYU BERLAPIS SENG DARI POTONGAN SELIMUT
KERUCUT DENGAN DIAMETER BESAR 30 CM DAN
DIAMETER KECIL 15 CM SEPANJANG 36,5 CM
TUGAS AKHIR
Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1
Program Studi Teknik Mesin
Oleh :
AGUSTINUS KURNIAWAN NIM : 115214061
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA 2015
(5)
ii
THE PERFORMANCE OF PROPELLER WINDMILL MADE
OF ZINC PLATED WOOD FROM PART OF CONE WITH 30
CM LARGE DIAMETER, 15 CM SMALL DIAMETER AND
36,5 CM LENGTH
FINAL PROJECT
Presented as partitial fulfilment of the requirement to obtain the Sarjana Teknik degree
in Mechanical Engineering
By :
AGUSTINUS KURNIAWAN NIM : 115214061
MECHANICAL ENGINEERING STUDY PROGRAM MECHANICAL ENGINEERING DEPARTMENT
FACULTY OF SCIENCE AND TECHNOLOGY SANATA DHARMA UNIVERSITY
YOGYAKARTA 2015
(6)
iii
UNJUK KERJA KINCIR ANGIN PROPELER BERBAHAN
KAYU BERLAPIS SENG DARI POTONGAN SELIMUT
KERUCUT DENGAN DIAMETER BESAR 30 CM DAN
DIAMETER KECIL 15 CM SEPANJANG 36,5 CM
Disusun Oleh:
AGUSTINUS KURNIAWAN NIM : 115214061
Telah Disetujui Oleh: Dosen Pembimbing : Pada tanggal 18 Juni 2015
(7)
iv
UNJUK KERJA KINCIR ANGIN PROPELER BERBAHAN
KAYU BERLAPIS SENG DARI POTONGAN SELIMUT
KERUCUT DENGAN DIAMETER BESAR 30 CM DAN
DIAMETER KECIL 15 CM SEPANJANG 36,5 CM
Yang dipersiapakan dan disusun oleh:
NAMA : AGUSTINUS KURNIAWA
NIM : 115214061
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 18 Juni 2015
Susunan Dewan Penguji
Nama Lengkap Tanda tangan
Ketua : R.B. Dwiseno Wihadi, S.T., M.Si. ___________
Sekretaris : Wibowo Kusbandono, S.T., M.T. ___________
Anggota : Ir. Rines, M.T. ___________
Tugas Akhir ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik
Yogyakarta, Juni 2015
Dekan
(8)
v
PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR
Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam Tugas Akhir dengan judul:
UNJUK KERJA KINCIR ANGIN PROPELER BERBAHAN
KAYU BERLAPIS SENG DARI POTONGAN SELIMUT
KERUCUT DENGAN DIAMETER BESAR 30 CM DAN
DIAMETER KECIL 15 CM SEPANJANG 36,5 CM
Yang dibuat untuk melengkapi persyaratan yang wajib ditempuh untuk
menjadi Sarjana Teknik pada Program Strata-1, Jurusan Teknik Mesin, Fakultas
Sains dan Teknologi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Sejauh yang saya
ketahui bukan merupakan tiruan dri tugas akhir yang sudah dipublikasikan di
Universitas Sanata Dharma maupun Perguruan Tinggi manapun. Kecuali bagian
informasinya dicantumkan dalam daftar pustaka.
Dibuat di : Yogyakarta
Pada : 18 Juni 2015
Yogyakarta, 18 Juni 2015 Penulis
(9)
vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yamg bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :
Nama : Agustinus Kurniawan
Nomor Mahasiswa : 115214061
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah yang berjudul :
UNJUK KERJA KINCIR ANGIN PROPELER BERBAHAN
KAYU BERLAPIS SENG DARI POTONGAN SELIMUT
KERUCUT DENGAN DIAMETER BESAR 30 CM DAN
DIAMETER KECIL 15 CM SEPANJANG 36,5 CM
Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikanya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Yogyakarta
Pada : 18 Juni 2015
Yogyakarta, 18 Juni 2015 Penulis
(10)
vii
INTISARI
Energi mempunyai peranan yang penting untuk memenuhi semua kebutuhan manusia baik dari segi ekonomi, sosial, dan lingkungan. Pemanfaatan energi terbarukan saat ini sangat dibutuhkan dengan produksi bahan bakar minyak yang semakin terbatas. Keterbatasan produksi bahan bakar minyak menjadikan harga bahan bakar naik. Salah satu energi terbarukan yang dapat dikembangkan di Indonesia adalah energi angin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui unjuk kerja terbaik atau koefisien daya tertinggi kincir angin poros horizontal yang terbuat dari bahan kayu berlapis seng.
Model kincir angin yang digunakan dalam penelitian ini adalah kincir angin propeler tiga sudu yang terbuat dari bahan kayu berlapis seng dari potongan selimut kerucut dengan diameter besar 30 cm dan diameter kecil 15 cm sepanjang 36,5 cm. Penelitian dilakukan dengan menggunakan sebuah terowongan angin (wind tunnel) di laboratorium konversi energi Universitas Sanata Dharma. Variasi yang diambil dalam penelitian adalah lebar dari sudu-sudu kincir dari sektor busur 70º, 80º, dan 90º. Data yang diambil pada saat penelitian adalah kecepatan angin, putaran poros kincir, dan gaya pengimbang torsi.
Hasil penelitian kincir angin dengan variasi sudu dari sektor busur 70º menghasilkan koefisien daya terbaik dari semua variasi yaitu dengan koefisien daya maksimal (CPmax) sebesar 31,72% pada tip speed ratio (tsr) 3,59, sedangkan
kincir angin dengan variasi sudu dari sektor busur 80º menghasilkan koefisien daya maksimal sebesar 28,57% pada tip speed ratio 3,33, dan kincir angin dengan variasi sudu dari sector busur 90º menghasilkan koefisien daya maksimal sebesar 27,33% pada tip speed ratio 3,32.
(11)
viii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat, rahmat dan bimbinganNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas
akhir ini. penyusunan Tugas akhir ini dimasudkan untuk melengkapi mata Kuliah
Tugas akhir sebagaimana halnya tugas ini merupakan aplikasi dari teori yang
telah diberikan diperkuliahan dengan keadaan yang sesungguhnya dilapangan.
Selain itu Tugas akhir ini merupakan mata kuliah wajib yang harus dipenuhi oleh
mahasiswa jurusan Teknik Mesin, Fakultas Sains dan Teknologi Sanata Dharma
dalam rangka memenuhi sebagian persyaratan menempuh kesarjanaan strata 1
teknik mesin.
Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan Tugas akhir ini tidak
lepas dari peran berbagai pihak yang telah banyak memberikan bantuan, nasehat,
bimbingan dan dukungan. Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan
terima kasih yang tak terhingga khususnya kepada:
1. Paulina Heruningsih Prima Rosa, S.Si., M.Sc. Selaku Dekan Fakultas
Sains dan Teknologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Ir. PK. Purwadi, M.T. selaku Ketua Program Studi Teknik Mesin Fakultas
Sains dan Teknologi.
3. Ir. Rines, M.T. selaku Dosen Pembimbing TA sekaligus Dosen
Pembimbing Akademik.
4. Kedua orang tua saya tercinta, Bapak Suroso dan Ibu Indah yang telah
(12)
ix
5. Seluruh jemaat GMII Tiranus Yogyakarta yang telah senantiasa
membimbing pertumbuhan rohani penulis dan mendukung dalam doa.
6. Rekan - rekan mahasiswa Jurusan Teknik Mesin Universitas Sanata
Dharma.
7. Seluruh Dosen dan karyawan Jurusan Teknik Mesin Fakultas Sains dan
Teknologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulis sangat menyadari bahwa penulisan laporan tugas akhir ini masih
jauh dari sempurna, baik ditinjau dari segi bobot materi maupun bentuk
penyajianya. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari semua pihak sebagai masukan dan koreksi atas kekurangan isi
dari laporan tugas akhir ini.
Akhir kata semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi para pembaca
penulis pun berharap semoga setidak – tidaknya Laporan tugas akhir ini dapat membantu dan berguna bagi mahasiswa pada umumnya. Terima Kasih.
Yogyakarta, 18 Juni 2015
Penulis,
(13)
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
TITLE PAGE ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
DAFTAR DEWAN PENGUJI ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR ... v
LEMBAR PRNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vi
INTISARI ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR SIMBOL ... xv BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 2
1.3 Batasan Masalah ... 2
1.3 Tujuan Penelitian ... 3
1.5 Manfaat Penelitian ... 4
BAB II DASAR TEORI ... 6
2.1 Konsep Dasar Angin ... 6
2.2 Kincir Angin ... 6
2.2.1 Kincir Angin Poros Horisontal ... 6
2.2.2 Kincir Angin Poros Vertikal ... 9
2.3 Rumus-rumus Perhitungan ... 12
2.3.1 Daya Angin ... 12
2.3.2 Torsi Kincir Angin ... 13
2.3.3 Daya Kincir Angin ... 14
2.3.4 tip speed ratio ... 16
(14)
xi
BAB III METODE PENELITIAN ... 18
3.1 Bahan ... 18
3.2 Alat-alat ... 19
3.3 Desain Kincir ... 26
3.4 Variabel Penelitian ... 31
3.5 Variabel yang Diukur ... 31
3.6 Variabel yang Dihitung ... 31
3.7 Langkah Percobaan ... 32
3.6 Langkah Pengolahan Data ... 33
BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA ... 35
4.1 Data Percobaan ... 35
4.2 Perhitungan ... 37
4.2.1 Daya Angin ... 37
4.2.2 Daya Kincir ... 38
4.2.3 Tip speed ratio ... 39
4.2.4 Koefisien Daya Kincir ... 39
4.3 Data Hasil Perhitungan ... 40
4.4 Grafik Hasil Perhitungan ... 43
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 52
4.1 Kesimpulan ... 52
4.2 Saran ... 53
DAFTAR PUSTAKA ... 54
(15)
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kincir angin propeller
Gambar 2.2 Kincir angin American multiblade
Gambar 2.3 Kincir angin Savonius Gambar 2.4 Kincir angin Darrieus Gambar 2.5 Hubungan antara F dan r
Gambar 2.6 Diagram Cp vs tsr untuk berbagai jenis yang banyak dikenal
Gambar 3.1 Terowongan angin Gambar 3.2 Blower
Gambar 3.3 Anemometer
Gambar 3.4 Tachometer
Gambar 3.5 Neraca pegas
Gambar 3.6 Mekanisme pengereman Gambar 3.7 Bentuk kincir yang diteliti Gambar 3.8 Bentuk sudu kincir
Gambar 3.9 Garis potongan pada permukaan kerucut
Gambar 3.10 Perbedaan ukuran dari setiap variasi sudu kincir Gambar 3.11 Bentuk mal yang digunakan dalam pembuatan kincir Gambar 3.12 Desain rotor yang digunakan
Gambar 3.13 Skema susunan alat-alat pengujian
Gambar 4.1 Hubungan antara putaran poros dan torsi untuk sudu dari sektor busur 700
Gambar 4.2 Hubungan daya kincir dan putaran poros untuk sudu dari sektor busur 700
Gambar 4.3 Hubungan koefisien daya dan tip speed ratio untuk sudu dari sektor busur 700
Gambar 4.4 Hubungan antara putaran poros dan torsi untuk sudu dari sektor busur 800
Gambar 4.5 Hubungan daya kincir dan putaran poros untuk sudu dari sektor busur 800
(16)
xiii
Gambar 4.6 Hubungan koefisien daya dan tip speed ratio untuk sudu dari sektor busur 800
Gambar 4.7 Hubungan antara putaran poros dan torsi untuk sudu dari sektor busur 900
Gambar 4.8 Hubungan daya kincir dan putaran poros untuk sudu dari sektor busur 900
Gambar 4.9 Hubungan koefisien daya dan tip speed ratio untuk sudu dari sektor busur 900
Gambar 4.10 Hubungan koefisien daya dan tip speed ratio untuk tiga variasi sudu dari sektor busur 700, 800, dan 900
Gambar L.1 Model kincir angin propeler sektor sudut dari sektor busur 70º Gambar L.2 Model kincir angin propeler sektor sudut dari sektor busur 80º Gambar L.3 Model kincir angin propeler sektor sudut dari sektor busur 90º Gambar L.4 Penjepit pada sistem pengereman
Gambar L.5 Kincir angin yang terpasang pada terowongan angin Gambar L.6 Pengujian kincir angin
(17)
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1. Hasil pengambilan data kincir sudu dari sektor busur 700
Tabel 4.2. Hasil pengambilan data kincir sudu dari sektor busur 800
Tabel 4.3. Hasil pengambilan data kincir sudu dari sektor busur 900
Tabel 4.4. Data perhitungan untuk variasi sudu dari sektor busur 700
Tabel 4.5. Data perhitungan untuk variasi sudu dari sektor busur 800
(18)
xv
DAFTAR SIMBOL
Simbol Keterangan
v Kecepatan angin (m/s)
n Kecepatan putar kincir (rpm)
F Gaya pengimbang (N)
A Luas penampang (m2)
T Torsi (N.m)
ω Kecepatan sudu (rda/s)
Pin Daya angin (watt)
Pout Daya kincir (watt)
tsr tip speed ratio
Cp Koefisien daya (%)
r Panjang lengan torsi (m)
d Diameter kincir (m)
R Jari-jari
Ek Energi kinetik (joule)
m Massa (kg)
ṁ Massa udara yang mengalir per satuan waktu (kg/s)
(19)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kehidupan manusia tidak terlepas dari kebutuhannya terhadap energi.
Energi mempunyai peranan yang penting untuk memenuhi semua kebutuhan
manusia baik dari segi ekonomi, sosial, dan lingkungan. Kebutuhan energi di
dunia terus meningkat, hal ini terjadi karena disebabkan oleh pertambahan
penduduk, pertumbuhan ekonomi dan pola konsumsi energi itu sendiri yang
senantiasa meningkat.
Energi terbarukan adalah hal yang sangat penting sebagai pengganti bahan
bakar minyak. Seiring berjalannya waktu, ketersediaan bahan bakar minyak
tersebut kini semakin menipis. Kelangkaan yang terjadi dikarenakan adanya
ketidakpedulian dan pemborosan dalam penggunaan bahan bakar minyak tersebut.
Keterbatasan produksi bahan bakar minyak juga menjadikan harga bahan bakar
naik. (ESDM, 2010).
Indonesia sebagai negara kepulauan yang dua per tiga wilayahnya adalah
lautan dan mempunyai garis pantai terpanjang di dunia yaitu ± 80.791,42 km
merupakan wilayah potensial untuk pengembangan pembangkit listrik tenaga
angin., demikian juga potensi kecepatan angin yang dimiliki berkisar 5-8 m/s.
(20)
Pemanfaatan dan pengembangan energi angin di Indonesia dirasa masih
belum maksimal. Salah satu pemanfaatan energi angin yang paling efisien adalah
mengubahnya menjadi energi listrik. (Wibowo, 2012)
1.2 Perumusan Masalah
Masalah yang ingin dipecahkan dalam Tugas Akhir ini adalah :
1. Angin merupakan sumber energi yang berlimpah dan terdapat hampir
diseluruh permukaan bumi yang pemanfaatannya masih sangat minim
sehingga masih perlu dimaksimalkan.
2. Desain kincir yang tepat akan dapat menghasilkan listrik dengan
efisiensi yangi tinggi.
3. Pengaruh sudut bagian kelengkungan bagian kerucut kincir angin
poros horizontal terhadap torsi dan koefisien daya.
1.3 Batasan Masalah
Batasan-batasan dalam penelitian kincir angin ini adalah sebagai berikut :
1. Model kincir angin yang digunakan adalah kincir angin poros
horizontal dengan jumlah tiga sudu berbahan dasar perpaduan antara
kayu dan seng.
2. Bentuk kincir diambil dari potongan selimut kerucut dengan diameter
besar 30 cm dan diameter kecil 15 cm sepanjang 36,5 cm.
3. Data yang diambil pada saat penelitian adalah kecepatan angin,
(21)
4. Putaran poros di ukur dengan menggunakan tachometer.
5. Dalam penelitian ini ada tiga variasi yang di ambil. tiga variasi yang
diambil dalam penelitian adalah lebar dari sudu-sudu kincir dari sektor
busur 70º, 80º, dan 90º.
6. Penelitian dilakukan dengan menggunakan sebuah terowongan angin
(wind tunnel) di laboratorium konversi energi Universitas Sanata
Dharma.
7. Kecepatan udara dalam wind tunnel dianggap uniform.
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan-tujuan yang ingin dicapai pada Tugas Akhir ini adalah :
1. Merancang dan membuat kincir angin poros horizontal tiga sudu
terbuat dari bahan kayu berlapis seng dari potongan selimut kerucut
dengan diameter besar 30 cm dan diameter kecil 15 cm sepanjang 36,5
cm.
2. Mengetahui unjuk kerja terbaik atau koefisien daya tertinggi dari tiga
variasi ukuran kincir angin poros horizontal dari bahan kayu berlapis
seng dari potongan selimut kerucut dengan diameter besar 30 cm dan
diameter kecil 15 cm sepanjang 36,5 cm.
3. Mengetahui kemampuan kerja yang paling efisien dari tiga variasi
(22)
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi penulis
a. Mempelajari lebih mendalam mengenai energi terbarukan
khususnya energi angin dan pemanfaatannya di Indonesia,
sehingga dapat memaksimalkan pemanfaatannya.
b. Mempelajari pembuatan kincir yang baik dengan bahan kayu dan
seng yang mudah ditemukan dimana-mana.
c. Menemukan desain kincir yang baik untuk memaksimalkan
pemanfaatan energi terbarukan yang murah dan ramah
lingkungan.
2. Bagi Akademik
a. Merupakan pustaka tambahan untuk menunjang proses perkuliahan. Terutama dalam mata kuliah pengembangan
rekayasa tenaga angin.
b. Sebagai referensi dasar untuk dilakukannya penelitian lebih mendalam tentang kincir angin pada jenjang yang lebih tinggi.
3. Bagi masyarakat/Industri
a. Menghemat penggunaan bahan bakar fosil yang semakin menipis.
Memberikan solusi terhadap masalah penyediaan energi yang
(23)
b. Memberikan solusi terhadap masalah penyediaan energi yang
murah dan tidak mencemari lingkungan. sehingga dapat
mengurangi penggunaan energy yang tidak ramah lingkungan,
baik dalam penggunaannya maupun dalam proses pembuatannya.
c. Sebagai kontribusi positif bagi dunia industri dalam mengurangi
(24)
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Konsep Dasar Angin
Angin adalah udara yang bergerak yang diakibatkan oleh rotasi bumi dan
juga karena adanya perbedaan tekanan udara di sekitarnya. Angin bergerak dari
tempat bertekanan udara tinggi ke tempat bertekanan udara rendah. Perbedaan
tekanan udara disebabkan oleh perbedaan suhu udara akibat pemanasan atmosfer
yang tidak merata oleh sinar matahari. (Simbolon, 2012)
2.2 Kincir Angin
Kincir angin adalah sebuah alat yang didesain sedemikian rupa dan
digunakan untuk menangkap energi angin dan mengubahnya menjadi energi
mekanik sehingga dapat dimanfaatkan untuk berbagai pekerjaan seperti
menumbuk biji-bijian, memompa air, dan yang saat ini paling banyak
dikembangkan adalah sebagai pembangkit listrik. (Hoesin, 1976)
Kincir angin dibedakan menjadi dua kelompok besar berdasarkan porosnya,
yaitu kincir angin poros horizontal dan kincir angin poros vertikal.
2.2.1 Kincir angin poros horizontal
Kincir angin poros horizontal adalah kincir angin yang memiliki poros rotor
utama di puncak menara. Kincir berukuran kecil biasanya menggunakan ekor
untuk menjaga kincir tetap mengarah pada arah angin, sedangkan kincir berukuran
besar biasanya digerakan oleh motor listrik dengan sensor untuk menjaga agar
(25)
sumbu vertikal untuk menyesuaikan arah angin. Sebagian besar kincir berukuran
besar memiliki sebuah gearbox yang mengubah perputaran kincir yang pelan
menjadi lebih cepat.
Ada beberapa kincir angin poros horizontal yang paling sering
dikembangkan yaitu kincir angin propeler seperti yang dinyatakan pada Gambar
2.1 dan kincir angin American multiblade pada Gambar 2.2.
Gambar 2.1. Kincir angin propeler (Sumber: lintas.me.com, diakses 21 April 2015)
(26)
Gambar 2.2. Kincir angin American multiblade
(Sumber: news.okezone.com, diakses 21 April 2015)
Ada beberapa kelebihan atau keunggulan yang dimiliki kincir angin poros
horizontal jika dibandingkan dengan kincir angin poros vertikal diantaranya
adalah:
a. Menara yang tinggi membuat kincir angin dapat mendapat akses angin
yang lebih baik.
b. Mampu mengkonversikan energi angin pada kecepatan tinggi.
c. Kecepatan putar kincir relatif lebih tinggi jika dibanding sumbu vertikal
(27)
Meskipun memiliki beberapa kelebihan, kincir angin poros horizontal juga
memiliki kekuranga atau kelemahan diantaranya adalah:
a. Menara relatif tinggi sehingga memerlukan banyak material. Hal ini
menyebabkan biaya pembuatan menjadi besar.
b. Kincir dipasang pada puncak menara sehingga pemasangannya
memerlukan crane yang tinggi.
c. Kincir tidak dapat mererima angin dari segala arah sehingga
membutuhkan perangkat tambahan untuk menjaga kincir tetap mengarah
pada angin.
2.2.2 Kincir angin poros vertikal
Kincir angin poros vertikal adalah kincir angin yang memiliki poros rotor
utama yang tegak lurus terhadap sumbu horizontal. Menara atau tiang penyangga
kincir ini biasanya juga berfungsi sebagai poros utamanya. Kincir angin sumbu
vertikal dapat menerima angin dari segala arah..
Ada beberapa kincir angin poros vertikal yang paling sering dikembangkan
untuk kebutuhan industri maupun kepentingan penelitian, diantaranya adalah
kincir angin Savonius seperti pada Gambar 2.3 dan kincir angin Darrieus seperti
(28)
Gambar 2.3. Kincir Angin Savonius (Sumber: flickr.com, diakses 25 Febuari 2015)
Gambar 2.4. Kincir Angin Darrieus (Sumber: brighthub.org, diakses 25 Febuari 2015)
(29)
Kincir angin poros vertikal juga memiliki beberapa kelebihan dan
keunggulan jika dibanding dengan kincir angin poros horizontal, diantaranya
adalah:
a. Dapat menerima angin dari segala arah.
b. Tidak membutuhkan struktur menara yang besar.
c. Secara teoritis tidak menggunakan banyak material.
d. Komponen-komponennya dapat dipasang dekat dengan tanah
sehingga mudah dirawat dan diperbaiki.
Terlepas dari beberapa kelebihan yang dimiliki, kincir angin poros
vertikal juga memiliki kekurangan-kekurangan, diantaranya adalah:
a. Karena umum dipasang dekat dengan permukaan tanah, maka
angin yang diperoleh kurang maksimal..
b. Untuk tipe Darrieus kurang mampu mengawali putaran sendiri
sehingga memerlukan alat bantu untuk memulai putaran
c. Untuk mengganti bantalan keseluruhan rotor harus dilepas.
d. Kincir angin poros vertikal yang menggunakan tali baja untuk
menyangganya.
e. Tekanan pada bantalan dasarnya besar karena semua berat rotor
(30)
2.3 Rumus-Rumus Perhitungan
Adapun Rumus-rumus yang digunakan dalam menghitung dan menganalisa
unjuk kerja kincir angin ini adalah sebagai berikut:
2.3.1 Daya Angin
Untuk menghitung energi kinetik pada angin secara umum dinyatakan
sebagai:
Ek = 1 2mv
2
,
dengan:
Ek adalah energi kinetik (J).
m adalah massa udara (kg).
v adalah kecepatan angin (m/s).
Daya merupakan energi per satuan waktu, maka dari itu Pers.(1) dapat
dituliskan:
Pin = 1 2 v
2
dengan:
�� adalah daya yang dihasilkan angin, J/s (watt).
ṁ adalah massa udara yang mengalir per satuan waktu, kg/s.
v adalah kecepatan angin, m/s.
(1)
(31)
massa udara yan mengalir per satuan waktu adalah:
ṁ
=
ρA
v,
dengan:
ρ adalah massa jenis udara (kg/ 3)
A adalah luas penampang yang membentuk sebuah lingkaran (m2).
Dengan menggunakan Pers.(3), maka daya angin (Pin) dapat dirumuskan
menjadi:
Pin= 1 2(ρAv)v
2
,
yang dapat disederhanakan menjadi :
Pin = 1 2ρAv
3 ,
2.3.2 Torsi Kincir Angin
Torsi adalah gaya yang bekerja pada poros yang dihasilkan oleh gaya
dorong pada sumbu kincir dan gaya dorong tersebut akan dikalikan dengan jarak
yang telah ditentukan. Persamaannya adalah:
T = rF
,
Hubungan antara F dan r ditunjukan pada Gambar 2.5.
(3)
(4)
(32)
Gambar 2.5. Hubungan antara F dan r.
dengan:
T adalah torsi dinamis yang dihasilkan dari putaran poros (Nm).
F adalah gaya pada poros akibat dari puntiran (N).
r adalah jarak lengan torsi ke poros (m).
2.3.3 Daya Kincir Angin
Daya kincir angin adalah daya yang dibangkitkan oleh rotor kincir angin
akibat mendapatkan daya dari hembusan angin. Daya kincir angin tidak sama
dengan daya angin karena daya kincir angin terpengaruh oleh koefisien daya.
Daya efektif yang dapat diambil kincir angin adalah sebesar 59%. Angka
59% adalah batas Betz. Gambar 2.6 merupakan karakteristik dari beberapa kincir.
(33)
Gambar 2.6. Diagram Cpvstsr untuk berbagai jenis kincir angin yang
banyak dikenal
(Sumber: Johnson, 2006, hal. 18)
Untuk perhitungan daya gerak melingkar dapat dituliskan dengan
persamaan:
P = Tω,
dengan:
T adalah torsi dinamis (Nm).
ω adalah kecepatan sudut (rad/s).
(6)
American multiblade
(34)
Kecepatan sudut (ω) didapat dari:
ω = n rpm
= putaran
menit =
2 πn rad 60 s ω = nπ
30
rad/s
,Dengan demikian daya yang dihasilkan oleh kincir dinyatakan dengan
persamaan :
Pout = Tω
atau:
Pout = T
�
30
dengan:
pout adalah daya yang dihasilkan kincir angin (watt).
n adalahputaran poros (rpm).
2.3.4 Tip Speed Ratio
Tip speed ratio (tsr) adalah perbandingan kecepatan linier ujung sudu
(blade tip speed) terhadap kecepatan angin.
tsr = ��
(8)
(9) (7)
(35)
dengan:
� adalah kecepatan sudut (rad/s).
�adalah jari-jari kincir (m).
v adalah kecepatan angin (m/s).
2.3.5 Koefisien Daya
Koefisien daya (� ) adalah perbandingan antara daya yang dihasilkan oleh kincir (� ) dengan daya yang disediakan oleh angin (�� ), sehingga dapat dirumuskan:
Cp =
�
��
100 %
dengan :
� adalah koefisien daya.
� adalah daya yang dihasilkan oleh kincir (watt).
�� adalah daya yang dihasilkan oleh angin (watt).
(36)
BAB III
METODE PENELITIAN
Pembuatan kincir dan penelitian dilakukan dengan dua tahap, yaitu pembuatan
kincir dan pelaksanaan penelitian. Pembuatan dan penelitian dilakukan di
Laboratorium Konversi Energi Universitas Sanata Dharma.
3.1 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Sudu dan rotor kincir
Bahan yang digunakan untuk membuat sudu dan rotor kincir dalam penelitian
ini adalah kayu yang kemudian dilapisi dengan plat seng setebal ¼ inci.
Sedangkan pada bagian pangkal sudu yang menempel pada rotor terbuat dari
resin.
b. Poros kincir
Poros yang digunakan pada kincir ini terbuat dari besi silindris pejal
berdiameter ¾ inci.
c. Bahan perekat
Bahan perekat yang digunakan untuk membuat sudu kincir ini adalah lem
kayu sebagai perekat antara plat seng dan kayu. Sedangkan bahan perekat
yang digunakan untuk membuat lengkungan pada sudunya adalah lem G yang
(37)
d. Bahan-bahan lainnya
1. Baut dan mur berdiameter 4mm dan 6mm digunakan untuk mengikat sudu
pada rotor.
2. Pipa aluminium berdiameter ½ inci digunakan untuk memperpanjang
poros sekaligus menghubungkan poros dengan system pengereman.
3.2 Alat-alat
Peralatan yang digunakan untuk pembuatan maupun penelitian adalah sebagai
berikut:
a. Alat-alat yang digunakan dalam pembuatan kincir meliputi:
1. Mesin bor duduk
Mesin ini digunakan untuk membuat lubang – lubang untuk baut pengikat. 2. Gergaji
Gergaji digunakan untuk memotong bagian – bagian yang terbuat dari kayu.
3. Mesin gerinda duduk
Mesin ini digunakan untuk menghaluskan bagian tepi dari kayu maupun
plat seng.
4. Amplas
Amplas digunakan untuk menghaluskan permukaan kayu setelah diberi
(38)
5. Penggaris baja
Penggaris digunakan untuk membantu saat menarik garis dengan
penggores pada proses pelipatan seng.
6. Ragum
Ragum digunakan untuk menjepit / merapatkan bagian – bagian setelah di beri lem.
7. Gunting seng
Gunting seng digunakan untuk memotong seng pelapis permukaan sudu
kincir.
8. Paku kecil
Paku kecil digunakan untuk membuat lubang – lubang untuk jalur memasukan lem pada lipatan tepi sudu kincir.
9. Pisau Cutter
Pisau cutter digunakan untuk membelah bagian – bagian kayu supaya bisa di tekuk.
10.Mal
Mal digunakan untuk membuat kelengkungan pada sudu. Tujuan
(39)
b. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian meliputi:
1. Terowongan Angin
Terowongan angin adalah lorong yang berfungsi untuk menangkap
angin yang dihisap oleh blower, dan menjadi tempat untuk pengujian
kincir angin. didalam terowongan angin terdapat pipa besi tempat untuk
memasang kincir angin yang letaknya tepat di tengah-tengah trowongan
angin, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.1.
Gambar 3.1. Terowongan angin.
2. Blower
Blower berfungsi untuk menghisap angin didalam terowongan angin,
sehingga angin akan mengalin melalui terowongan. Blower digerakkan
(40)
angin dengan kecepatan angin antara 8-9 m/s, seperti yang ditunjukkan
pada Gambar 3.2.
Gambar 3.2. Blower
3. Anemometer
Anemometer berfungsi sebagai pengukur kecepatan angin yang
diletakkan di depan terowongan angin, untuk mengetahui kecepatan angin
yang masuk ke terowongan angin. Anemometer yang digunakan dalam
(41)
Gambar 3.3. Anemometer
4. Tachometer
Tachometer digunakan untuk mengukur kecepatan putar poros
kincir. Tachometer ini diarahkan pada piringan pengereman yang telah
diberi titik hologram sehingga dapat dibaca oleh Tachometer. Tachometer
yang digunakan dalam penelitian ini seperti yang ditunjukan pada Gambar
(42)
Gambar 3.4. Tachometer
5. Neraca Pegas
Neraca pegas digunakan untuk mengukur pembebanan yang
diberikan pada saat pengereman yang diasumsikan sebagai pengimbang
torsi dinamis. Neraca pegas yang digunakan dalam penelitian ini seperti
yang ditunjukkan pada Gambar 3.5.
(43)
6. Mekanisme Pengereman
Mekanisme pengereman berfungsi sebagai pengerem atau
penghambat putaran kincir dalam melakukan pengambilan data torsi dan
daya kincir. Mekanisme pengereman yang digunakan mirip dengan rem
cakram pada sepeda motor. Mekanisme pengereman yang digunakan
dalam penelitian ini seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.6.
(44)
3.3 Desain Kincir
Model kincir angin Propeler poros horizontal tiga sudu. Bentuk kincir
diambil dari potongan selimut kerucut dengan diameter besar 30 cm dan
diameter kecil 15 cm sepanjang 36,5 cm, yang dapat dilihat pada Gambar 3.7.
Kincir ini memiliki dua bagian utama yaitu sudu dan rotor.
Gambar 3.7. Kincir angin propeler poros horizontal tiga sudu yang diamati dalam penelitian ini.
(45)
1. Sudu
Sudu berfungsi untuk menangkap angin, sudu kincir angin terbuat dari
bahan perpaduan kayu yang dilapisi dengat seng. Bentuk sudu seperti pada
Gambar 3.8.
Gambar 3.8. Bentuk sudu kincir
Ada tiga variasi seperti pada Gambar 3.9 lebar sudu yang diambil dari potongan
selimut kerucut berdiameter besar 30 cm dan diambil hingga sepanjang 36,5 cm
kearah ujung berdiameter 15 cm. Sendangkan Ukuran lebar yang diambil adalah
dari sudut busur 70 ̊ , 80 ̊ , dan 90 ̊.
(46)
Dari hasil potongan di atas maka akan diperoleh lengkungan sudu yang
berupa puntiran. Jika dilihat dari teori aerodinamika, sisi lengkung sudu yang
membentuk puntiran akan dapat memberikan sudut serang (attack angle) angin
yang merata di sepanjang sudu. Dengan demikian akan diperoleh keseimbangan
dari kecepatan angin yang berbeda di sepanjang sudu kincir. Gambar 3.10
adalah ukuran detail dari ketiga variasi sudu kincir :
Gambar 3.10. Perbedaan setiap variasi hanya pada lebar yang diambil dari sudut
(47)
Garis-garis yang terdapat pada permukaan sisi lengkung sudu merupakan
garis pembentuk kelengkungan sudu. Garis ini juga merupakan penentu arah
puntiran dari lengkungan sudu. Garis ini diambil dari pembagian segmen antar
garisnya, setiap segmen memiliki sudut 10º sehingga terdapat 7 segmen pada
sudu 70º, 8 segmen pada sudu 80º, dan 9 segmen pada sudu 90º.
Pembagian segmen-segmen sudu kincir dibentuk berdasar pada mal yang
telah dibuat sebelumnya. Mal yang digunakan merupakan potongan dari ¼
selimut kerucut dengan diameter kecil = 15 cm dan diameter besar = 30 cm.
seperti pada Gambar 3.11.
(48)
2. Rotor
Rotor adalah bagian yang berfungsi sebagai tempat sudu dan sebagai
pengikat sudu. Rotor juga berfungsi sebagai poros (pusat) kincir angin ini.
Rotor yang digunakan berbentuk prisma segi tiga dengan luas setiap sisinya
adalah p x l = 10 cm x 8 cm, dengan pengikat di masing – masing sisinya. Desain rotor yang digunakan dalam penelitian ini adalah seperti yang
ditunjukan pada Gambar 3.12.
(49)
3.4 Variabel Penelitian
Variabel penelitian yang harus ditentukan sebelum melakukan penelitian adalah
variasi lebar sudu kincir yang diambil dari potongan sudut kerucut. Pada penelitian
ini potongan sudut yang ditetapkan adalah: 700, 800 dan 900.
3.5 Variabel yang Diukur
Sesuai dengan tujuan penelitian, variabel yang diukur dalam penelitian ini, yaitu
gaya pengimbang (F), dengan satuan (N).
3.6 Parameter yang Dihitung
Beberapa parameter yang dihitung dalam penelitian ini untuk mendapatkan
karakteristik kincir angin adalah sebagai berikut:
1. Daya angin (�� ), dengan satuan (watt). 2. Daya kincir (� ), dengan satuan (watt).
3. Perbandingan kecepatan linier ujung sudu (blade tip speed) terhadap
kecepatan angin Tip Speed Ratio (tsr).
(50)
3.7 Langkah Percobaan
Dalam penelitian ini ada beberapa tahapan yang harus dilakukan. Pengambilan
data kecepatan angin, beban pengimbang, dan kecepatan putar poros kincir dilakukan
secara bersama-sama. Pengambilan data ini mengunakan alat bantu berupa
terowongan angin yang dilengkapi blower dengan berkapasitas 5,5kW. Kecepatan
angin dapat diatur dengan mengatur jarak celah antara terowongan angin dengan
blower. Berikut skema alat-alat yang digunakan pada pengujian ini adalah sebagai
berikut pada Gambar 3.13.
Gambar 3.13. Skema susunan alat-alat pengujian.
Cara kerja blower adalah dengan menghisap angin yang masuk melalui
terowongan angin yang didalamnya telah dipasang kincir angin yang akan di uji.
Setelah blower menyala, kecepatan angin akan nampak pada anemometer yang
terpasang didalam terowongan angin. proses ini harus ditunggu beberapa saat sampai
kecepatan angin benar-benar stabil pada + 8,5 m/s.
Motor Listrik
Blower Kincir Angin
Terowongan Angin
Anemometer Neraca Pegas
(51)
Pengambilan data dilakukan dengan mengukur setiap variable seecara
bersamaan. Untuk pengukuran kecepatan angin dapat dilihat pada anemometer yang
terpasang sekitar satu meter didepan kincir. Untuk mengukur kecepatan putaran
kincir digunakan tachometer yang diarahkan pada piringan pengereman yang telah
diberi titik hologram. Sedangkan untuk mengukur beban pengimbang dapat dilihat
pada neraca pegas yang telah dihubungkan dengan tali ke mekanisme pengereman.
Jarak pemasangan tali dari sumbu poros adalah 20 cm. Beban pengimbang ini adalah
parameter yang akan divariasikan. Dengan mengikatkan karet pada penjepit yang
terdapat pada mekanisme pengereman, beban yang berkerja pada kincir akan terus
bertambah sesuai banyaknya karet yang diikatkan. Dari sini beban torsi akan dapat
diketahui.
Pengujian ini dilakukan satu-persatu untuk semua variasi kincir. Untuk satu
jenis kincir pengambilan data dilakukan sebanyak tiga siklus pengujian. Pada awal
siklus pengambilan data dilakukan tanpa beban pengimbang, baru kemudian beban
ditambahkan secara bertahap sedikit demi sedikit sampai beban membuat kincir
benar-benar berhenti berputar.
3.8 Langkah Pengolahan Data
Data-data yang diperoleh dari hasil pengukuran diolah melalui beberapa
tahapan berikut:
1. Dari data kecepatan angin dan luasan kincir angin didapatkan daya angin
(52)
2. Data dari beban yang tampak pada neraca pegas dapat digunakan untuk
mencari torsi dengan menggunakan Pers.(5)
3. Data putaran poros dan torsi dapat digunakan untuk mencari daya yang
dihasilkan kincir angin dengan menggunakan Pers.(8)
4. Dengan membandingkan kecepatan keliling di ujung sudu dan kecepatan
angin, maka tsr dapat diperoleh dengan menggunakan Pers.(9)
5. Dari data daya kincir dan daya angin maka koefisien daya dapat diketahui
(53)
BAB IV
PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Percobaan
Data pengujian kincir angin meliputi kecepatan angin (m/s), putaran poros
(rpm), dan gaya pengimbang (N). Pengambilan data dengan variasi sudu dari
sektor busur 70º, 80º, dan 90º. Data - data yang diperoleh dalam pengujian ini
seperti ditunjukan pada Tabel 4.1, Tabel 4.2, dan Tabel 4.3.
Tabel 4.1. Hasil pengambilan data kincir sudu dari sektor busur 700.
No Siklus percobaan
Putaran Kincir
n (rpm)
Gaya Pengimbang
F (gram)
Kec. Angin (m/s) 1
1
1150 0
8,5
2 1062 90
3 1004 180
4 931 220
5 844 320
6 740 375
7 611 400
8 562 430
9 561 440
1
2
1148 0
2 1073 90
3 994 180
4 933 220
5 838 320
6 733 375
7 608 400
8 553 430
9 553 440
1
3
1158 0
2 1086 90
3 1017 180
4 940 220
5 856 320
6 730 375
7 601 400
8 552 430
(54)
Tabel 4.2. Hasil pengambilan data kincir sudu dari sektor busur 800.
No Siklus percobaan
Putaran Kincir
n (rpm)
Gaya Pengimbang
F (gram)
Kec. Angin (m/s) 1
1
1133 0
8,5
2 1011 90
3 1007 150
4 896 200
5 837 240
6 803 290
7 737 330
8 672 375
9 520 410
1
2
1097 0
2 1016 90
3 978 150
4 897 200
5 823 240
6 796 290
7 712 330
8 668 375
9 512 410
1
3
1108 0
2 1018 90
3 982 150
4 921 200
5 830 240
6 796 290
7 756 330
8 662 375
(55)
Tabel 4.3. Hasil pengambilan data kincir sudu dari sektor busur 900.
No Siklus percobaan
Putaran Kincir
n (rpm)
Gaya Pengimbang
F (gram)
Kec. Angin (m/s) 1
1
1031 0
8,5
2 987 90
3 920 150
4 881 215
5 807 250
6 787 260
7 733 310
8 708 350
9 570 400
1
2
1047 0
2 962 90
3 927 150
4 872 215
5 807 250
6 783 260
7 740 310
8 708 350
9 578 400
1
3
1032 0
2 969 90
3 918 150
4 856 215
5 803 250
6 781 260
7 732 310
8 689 350
9 562 400
4.2 Perhitungan
Langkah-langkah perhitungan dapat dilihat pada contoh sampel yang
diambill dari tabel. Data yang digunakan dalam contoh perhitungan di bawah
menggunakan data pecobaan kincir sudu 700 , pada siklus percobaan pertama
langkah ke 6.
4.2.1 Daya Angin
Daya yang dihasilkan angin pada kincir angin dengan A= 0,5026 2 dan
(56)
dengan diketahui :
ρ =1.18 kg/m3
r kincir = 0.4 m
angin = 8,5 m/s
maka,
Pin = 1 2 �
3
= 1
2. 1,18 . ( . 0,4
2). (8,53)
= 182 watt
4.2.2 Daya Kincir
Untuk mendapatkan daya kincir harus diketahui kecepatan sudut dan torsi,
maka perlu dicari terlebih dahulu menggunakan Persamaan (7) dan (5). Setelah
kecepatan sudut dan torsi diketahui, daya yang dihasilkan oleh kincir angin dapat
dicari dengan menggunakan Persamaan (8).
Berikut ini adalah perhitungan kecepatan sudut kincir:
ω = nπ
30 rad/s
= 740 .π
30 rad/s
= 77,5 rad/s
Untuk mencari torsi digunakan rumus :
(57)
Dengan diketahui
F = 3,68 N
r = 0,2 m
maka,
T = F . r
= 3,68 N. 0,2 m
= 0,735 Nm
Pout = T . ω
= 0,735 Nm . 77,5 rad/s
= 57 watt
4.2.3 Tip Speed Ratio
Untuk mengetahui besarnya perbandingan kecepatan ujung kincir dengan
kecepatan angin atau tip speed ratio dapat dicari dengan menggunakan
Persamaan (9): tsr = �
= 77,5 .0,4
8,5
= 3,65
4.2.4 Koefisien Daya Kincir
Koefisien daya kincir dapat dicari dengan menggunakan Persamaan (10):
Cp = �
��
.
100 %= 57
182
.
100 %(58)
4.3 Data Hasil Perhitungan
Parameter yang diperoleh dari penelitian diolah dengan menggunakan
Microsoft Excell, hasil perhitungan masing-masing posisi sudu kincir dapat dilihat
pada gambar grafik.
Tabel 4.4. Data perhitungan untuk variasi sudu dari sektor busur 700.
No Gaya pengimbang Gaya pengimbang Putaran kincir (n) Torsi (T) Kec, Sudut ω Daya output
Po tsr
CP
gram N rpm Nm rad/s watt (%)
1 0 0,00 1150 0,000 120,4 0,0 5,67 0,0
2 90 0,88 1062 0,176 111,2 19,6 5,23 10,8
3 180 1,76 1004 0,353 105,1 37,1 4,95 20,4
4 220 2,16 931 0,431 97,5 42,0 4,59 23,1
5 320 3,14 844 0,627 88,4 55,4 4,16 30,5
6 375 3,68 740 0,735 77,5 57,0 3,65 31,3
7 400 3,92 611 0,784 64,0 50,2 3,01 27,6
8 430 4,21 562 0,843 58,9 49,6 2,77 27,2
9 440 4,31 561 0,862 58,7 50,7 2,76 27,8
1 0 0,00 1148 0,000 120,2 0,0 5,66 0,0
2 90 0,88 1073 0,176 112,4 19,8 5,29 10,9
3 180 1,76 994 0,353 104,1 36,7 4,90 20,2
4 220 2,16 933 0,431 97,7 42,1 4,60 23,1
5 320 3,14 838 0,627 87,8 55,0 4,13 30,2
6 375 3,68 733 0,735 76,8 56,4 3,61 31,0
7 400 3,92 608 0,784 63,7 49,9 3,00 27,4
8 430 4,21 553 0,843 57,9 48,8 2,73 26,8
9 440 4,31 553 0,862 57,9 49,9 2,73 27,4
1 0 0,00 1158 0,000 121,3 0,0 5,71 0,0
2 90 0,88 1086 0,176 113,7 20,1 5,35 11,0
3 180 1,76 1017 0,353 106,5 37,6 5,01 20,6
4 220 2,16 940 0,431 98,4 42,4 4,63 23,3
5 320 3,14 856 0,627 89,6 56,2 4,22 30,9
6 375 3,68 730 0,735 76,4 56,2 3,60 30,9
7 400 3,92 601 0,784 62,9 49,3 2,96 27,1
8 430 4,21 552 0,843 57,8 48,7 2,72 26,8
(59)
Tabel 4.5. Data perhitungan untuk variasi sudu dari sektor busur 800. No Gaya pengimbang Gaya pengimbang Putaran kincir (n) Torsi (T) Kec, Sudut ω Daya output
Po tsr
CP
gram N rpm Nm rad/s watt (%)
1 0 0,00 1133 0,000 118,6 0,0 5,58 0,0
2 90 0,88 1011 0,176 105,9 18,7 4,98 10,3
3 150 1,47 1007 0,294 105,5 31,0 4,96 17,0
4 200 1,96 896 0,392 93,8 36,8 4,42 20,2
5 240 2,35 837 0,470 87,7 41,2 4,12 22,6
6 290 2,84 803 0,568 84,1 47,8 3,96 26,3
7 330 3,23 737 0,647 77,2 49,9 3,63 27,4
8 375 3,68 672 0,735 70,4 51,7 3,31 28,4
9 410 4,02 520 0,804 54,5 43,8 2,56 24,0
1 0 0,00 1097 0,000 114,9 0,0 5,41 0,0
2 90 0,88 1016 0,176 106,4 18,8 5,01 10,3
3 150 1,47 978 0,294 102,4 30,1 4,82 16,5
4 200 1,96 897 0,392 93,9 36,8 4,42 20,2
5 240 2,35 823 0,470 86,2 40,5 4,06 22,3
6 290 2,84 796 0,568 83,4 47,4 3,92 26,0
7 330 3,23 712 0,647 74,6 48,2 3,51 26,5
8 375 3,68 668 0,735 70,0 51,4 3,29 28,2
9 410 4,02 512 0,804 53,6 43,1 2,52 23,7
1 0 0,00 1108 0,000 116,0 0,0 5,46 0,0
2 90 0,88 1018 0,176 106,6 18,8 5,02 10,3
3 150 1,47 982 0,294 102,8 30,2 4,84 16,6
4 200 1,96 921 0,392 96,4 37,8 4,54 20,8
5 240 2,35 830 0,470 86,9 40,9 4,09 22,5
6 290 2,84 796 0,568 83,4 47,4 3,92 26,0
7 330 3,23 756 0,647 79,2 51,2 3,73 28,1
8 375 3,68 662 0,735 69,3 51,0 3,26 28,0
(60)
Tabel 4.6. Data perhitungan untuk variasi sudu dari sektor busur 900. No Gaya pengimbang Gaya pengimbang Putaran kincir (n) Torsi (T) Kec, Sudut ω Daya output
Po tsr
CP
gram N rpm Nm rad/s watt (%)
1 0 0,00 1031 0,000 108,0 0,0 5,08 0,0
2 90 0,88 987 0,176 103,4 18,2 4,86 10,0
3 150 1,47 920 0,294 96,4 28,3 4,53 15,6
4 215 2,11 881 0,421 92,3 38,9 4,34 21,4
5 250 2,45 807 0,490 84,6 41,4 3,98 22,7
6 260 2,55 787 0,510 82,5 42,0 3,88 23,1
7 310 3,04 733 0,608 76,8 46,6 3,61 25,6
8 350 3,43 708 0,686 74,1 50,9 3,49 27,9
9 400 3,92 570 0,784 59,7 46,8 2,81 25,7
1 0 0,00 1047 0,000 109,6 0,0 5,16 0,0
2 90 0,88 962 0,176 100,7 17,8 4,74 9,8
3 150 1,47 927 0,294 97,1 28,5 4,57 15,7
4 215 2,11 872 0,421 91,4 38,5 4,30 21,1
5 250 2,45 807 0,490 84,5 41,4 3,98 22,7
6 260 2,55 783 0,510 82,0 41,8 3,86 23,0
7 310 3,04 740 0,608 77,6 47,1 3,65 25,9
8 350 3,43 708 0,686 74,1 50,9 3,49 27,9
9 400 3,92 578 0,784 60,6 47,5 2,85 26,1
1 0 0,00 1032 0,000 108,1 0,0 5,09 0,0
2 90 0,88 969 0,176 101,5 17,9 4,78 9,8
3 150 1,47 918 0,294 96,2 28,3 4,52 15,5
4 215 2,11 856 0,421 89,7 37,8 4,22 20,8
5 250 2,45 803 0,490 84,2 41,2 3,96 22,6
6 260 2,55 781 0,510 81,8 41,7 3,85 22,9
7 310 3,04 732 0,608 76,7 46,6 3,61 25,6
8 350 3,43 689 0,686 72,2 49,5 3,40 27,2
(61)
4.4 Grafik Hasil Perhitungan
Data yang telah diperoleh kemudian diolah kembali ke dalam bentuk grafik.
Grafik hubungan antara torsi (N.m) dengan kecepatan putar kincir (rpm) dari
setiap variasi dapat dilihat pada Gambar 4.1, 4.4, dan 4.7. Grafik hubungan antara
daya yang dihasilkan kincir (Pout) dengan kecepatan putar kincir (rpm) dapat
dilihat pada Gambar 4.2, 4.5, dan 4.8. Grafik hubungan antara koefisien daya
kincir (CP) dengan Tip Speed Ratio (tsr) dapat dilihat pada Gambar 4.3, 4.6, dan
4.9.
1. Pembahasan grafik untuk variasi sudu dari sektor busur 700.
Dari pengolahan data variasi sudu 700 , diperoleh grafik-grafik sebagai
berikut:
Gambar 4.1. Hubungan antara putaran poros dan torsi untuk variasi sudu dari sektor busur 700.
550 650 750 850 950 1050 1150 1250
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9
Pu tar an Por o s, n ( rp m )
(62)
Gambar 4.2. Hubungan antara daya kincir dan torsi untuk variasi sudu dari sektor busur 700.
Gambar 4.3. Hubungan antara CP dan tsr untuk variasi sudu dari sektor busur
700.
0 10 20 30 40 50 60
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9
D ay a Ou tp u t, P out (w att )
Torsi, T (Nm)
Cp = -7.320tsr2+ 52.52tsr - 62.48 0 5 10 15 20 25 30 35
0 1 2 3 4 5 6
K o e fi si e n Day a ,Cp (% )
(63)
Gambar 4.1. menunjukan bahwa semakin besar kecepatan putar kincir maka
semakin kecil torsi yang dihasilkan. Percobaan ini menggunakan kecepatan angin
8,5 m/s, maka diperoleh torsi maksimal sebesar 0,862 N.m dan kecepatan putar
maksimal mencapai 1158 rpm.
Gambar 4.2. memperlihatkan bahwa semakin besar kecepatan putar kincir
maka semakin besar daya yang dihasilkan, sampai kondisi tertentu (maksimal)
kemudian daya mengecil. Untuk kecepatan angin 8,5,m/s, daya maksimal yang
dicapai pada torsi 0,735 N.m sebesar 57 watt.
Seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.3 dapat dilihat bahwa semakin
besar tsr maka semakin besar CP yang dihasilkan, sampai kondisi tertentu
(maksimal) kemudian CP mengecil. Dari grafik pada Gambar 4.3 diperoleh
persamaan:
Cp = -7,320tsr2 + 52,52tsr – 62,48
untuk mendapatkan tsr optimal persamaan tersebut dideferensialkan menjadi:
��
� = 2(-7,320tsr)+ 52,52=0
tsroptimal = − 52,52
2×(−7,320)= 3,59
tsr optimal yang didapat kemudian disubtitusikan kedalam persamaan menjadi:
Cpmax = -7,320× 3,592 + 52.52× 3,59– 62,48
(64)
2. Pembahasan grafik untuk variasi sudu dari sektor busur 800.
Dari pengolahan data variasi sudu 800 , diperoleh grafik-grafik sebagai
berikut:
Gambar 4.4. Hubungan antara putaran poros dan torsi untuk variasi sudu dari sektor busur 800.
Gambar 4.5. Hubungan antara daya kincir dan torsi untuk variasi sudu dari sektor busur 800.
550 650 750 850 950 1050 1150 1250
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8
Pu tar an Por o s, n ( rp m )
Torsi, T (Nm)
0 10 20 30 40 50 60
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9
D ay a Ou tp u t, P out (w att )
(65)
Gambar 4.6. Hubungan antara CP dan tsr untuk variasi sudu dari sektor busur
800.
Seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.4, bahwa semakin besar kecepatan
putar kincir maka semakin kecil torsi yang dihasilkan. Dalam percobaan ini
menggunakan kecepatan angin 8,5 m/s, torsi maksimal yang dihasilkan 0,804 N.m
dan kecepatan putar maksimal yang tercapai adalah 1133 rpm.
Gambar 4.5. memperlihatkan bahwa semakin besar kecepatan putar kincir
maka semakin besar daya yang dihasilkan, sampai kondisi tertentu (maksimal)
kemudian daya mengecil. Untuk kecepatan angin 8,5 m/s, daya maksimal yang
dicapai pada Torsi 0,735 N.m sebesar 51,7 watt.
Seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.6 dapat dilihat bahwa semakin
besar tsr maka semakin besar CP yang dihasilkan, sampai kondisi tertentu
(maksimal) kemudian CP mengecil. Dari grafik pada Gambar 4.6 diperoleh
persamaan:
Cp= -5.398tsr2+ 35.95tsr - 32.28 0 5 10 15 20 25 30
0 1 2 3 4 5 6
K o e fi si e n d ay a, Cp ( % )
(66)
Cp = -5.398tsr2 + 35.95tsr - 32.28
untuk mendapatkan tsr optimal persamaan tersebut dideferensialkan menjadi:
��
� = 2(-5,398tsr)+ 35,95=0
tsroptimal = − 35,95
2×(−5,398)= 3,33
tsr optimal yang didapat kemudian disubtitusikan kedalam persamaan menjadi:
Cpmax = -5.398× 3,332 + 35.95× 3,33 - 32.28
Cpmax = 28,57 %
3. Pembahasan grafik untuk variasi sudu dari sektor busur 900.
Dari pengolahan data variasi sudu 900 , diperoleh grafik-grafik sebagai
berikut:
Gambar 4.7. Hubungan antara putaran poros dan torsi untuk variasi sudu dari sektor busur 900.
350 450 550 650 750 850 950 1050 1150
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9
Pu tar an Por o s, n ( rp m )
(67)
Gambar 4.8. Hubungan antara daya kincir dan torsi untuk variasi sudu dari sektor busur 900.
Gambar 4.9. Hubungan antara CPdan tsr untuk variasi sudu dari sektor busur
900.
0 10 20 30 40 50
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9
D ay a Ou tp u t, P out (w att )
Torsi, T (Nm)
Cp = -8.095tsr2+ 53.71tsr - 61.76 0 5 10 15 20 25 30
0 1 2 3 4 5 6
K o e fi si e n d ay a, Cp ( % )
(68)
Seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.7, bahwa semakin besar kecepatan
putar kincir maka semakin kecil torsi yang dihasilkan. Dalam percobaan ini
menggunakan kecepatan angin 8,5 m/s, torsi maksimal yang dihasilkan 0,784 N.m
dan kecepatan putar maksimal yang tercapai adalah 1047 rpm.
Gambar 4.8. memperlihatkan bahwa semakin besar kecepatan putar kincir
maka semakin besar daya yang dihasilkan, sampai kondisi tertentu (maksimal)
kemudian daya mengecil. Untuk kecepatan angin 8,5,m/s, daya maksimal yang
dicapai pada Torsi 0,686 N.m sebesar 50,9 watt.
Seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.9. dapat dilihat bahwa semakin
besar tsr maka semakin besar CP yang dihasilkan, sampai kondisi tertentu
(maksimal) kemudian CP mengecil. Dari grafik pada Gambar 4.9 diperoleh
persamaan:
Cp = -8.095tsr2 + 53.71tsr - 61.76
untuk mendapatkan tsr optimal persamaan tersebut dideferensialkan menjadi:
��
� = 2(-8,095tsr)+ 53,71=0
tsroptimal = − 53,71
2×(−8,095)= 3,32
tsr optimal yang didapat kemudian disubtitusikan kedalam persamaan menjadi:
Cpmax = -8,095× 3,322 + 53,71× 3,32– 61,76
(69)
Gambar 4.10 menunjukan grafik perbandingan antara Cp dan tsr dari ketiga
variasi kincir angin yang diteliti, yaitu variasi sudu dari sektor busur 70º, 80º, dan
90º.
Gambar 4.10 Hubungan Koefisien daya dan Tip speed ratio untuk tiga variasi sudu dari sektor busur 700, 800, dan 900.
(70)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Pengujian model kincir angin poros horizontal tiga sudu terbuat dari bahan
kayu berlapis seng dari potongan selimut kerucut dengan diameter besar 30 cm
dan diameter kecil 15 cm sepanjang 36,5 cm. dengan tiga variasi lebar sudu-sudu
kincir dari sektor busur 70º, 80º, 90º dan kecepatan angin rata-rata sebesar 8,5 m/s
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Telah berhasil dibuat kincir angin poros horizontal tiga sudu berbahan
dasar kayu berlapis seng dari potongan selimut kerucut dengan diameter
besar 30 cm dan diameter kecil 15 cm sepanjang 36,5 cm termodifikasi
dengan diameter kincir 80 cm.
2. Kincir angin dengan variasi sudu dari sektor busur 70º menghasilkan
koefisien daya maksimal (CPmax) sebesar 31,72% pada tip speed ratio
(tsr) 3,59. Kincir angin dengan variasi sudu dari sektor busur 80º
menghasilkan koefisien daya maksimal sebesar 28,57% pada tip speed
ratio 3,33. Kincir angin dengan variasi sudu dari sektor busur 90º
menghasilkan koefisien daya maksimal sebesar 27,33% pada tip speed
(71)
3. Dari tiga variasi kincir angin yang telah diteliti, variasi kincir angin
dengan sektor busur 70º menghasilkan koefisien daya yang paling tinggi
yaitu sebesar 31,72% pada tip speed ratio 3,59.
5.2 Saran
Setelah dilakukan penelitian ada beberapa hal yang dapat menjadi saran
untuk penelitian selanjutnya :
1. Lebih teliti dalam proses pembuatan kincir agar memperoleh bentuk
yang lebih presisi dan seragam sesuai keinginan.
2. Uji kincir dengan sektor sudut yang lebih kecil lagi, untuk memastikan
kemungkinan memperoleh efisiensi yang lebih baik, karena efisiensi
terbaik dalam penelitian ini belum tentu merupakan efisiensi puncak dari
kincir jenis ini.
3. Perbanyak variasi untuk pembuatan sudu dan pengambilan data, agar
hasil perhitungan yang didapat lebih akurat.
4. Kondisikan blower dan trowongan angin yang digunakan agar mendapat
kecepatan angin yang lebih stabil.
5. Untuk mendapatkan kincir angin yang lebih seimbang, usahakan
sudu-sudu kincir memiliki berat bentuk yang sama.
6. Gunakan alat ukur yang lebih akurat guna menambah keakuratan data
(72)
54
DAFTAR PUSTAKA
Betz, A. 1966 : Introduction to the Theory of Flow Machines. (D. G. Randall, Trans.) Oxford: Pergamon Press.
Hoesin, H. 1976 : “Kincir Angin dan Prospeknya”. Bulletin Esence – Fisika Teknik ITB. Oktober 1979, hal 6 – 8, 11.
Johnson, Gary.L. 2006. “Wind Energy System”. Wind Energi.
Energiatalgud. 2014. Darrieus Wind Turbines, http://www.brighthub.org., Diakses pada 11 Maret 2015.
Flick. 2013. Kincir Angin Poros Vertikal, http://www.flickr.com., Diakses pada 11 Maret 2015.
Kementrian Energi dan Sumberdaya Mineral. 2010, Rencana Strategis Kementrian ESDM 2010-2014, http://www.esdm.go.id., Diakses 31 Oktober 2014.
Simbolon, L. 2012. Angin Darat dan Angin Laut, http://www.blogs.unpad.ac.id., Diakses pada 31 Oktober 2014.
Tri, H. 2014. Pemanfaatan angin sebagai sumber energi alternative. Alamat web : https://www.bersosial.com., Diakses pada 11 Maret 2015.
Orbit. 2013. Sejarah Pengunaan Kincir Angin, https://www.lintas.me., Diakses pada 11 Maret 2015.
Puspitarini, M. 2013. Manfaatkan Kincir Angin untuk Olah Pertanian, http://www.news.okezone.com., Diakses pada 11 Maret 2015.
Wibowo, A,S. 2012 : Makalah Energi Angin menjadi Energi Listrik, http://anangsetiyowibowo.blogspot.com., Diakses pada 30 Oktober 2014.
Winda. 2014. Pemanfaatan Energi Angin Belum Optimal. Alamat web: http://www.technology-indonesia.com., Diakses pada 11 Maret 2015.
(73)
55
LAMPIRAN
Gambar L.1 Model kincir angin propeler sektor sudut 70º.
(74)
56 Gambar L.3 Model kincir angin propeler sektor sudut 90º.
(75)
57 Gambar L.5 Kincir angin yang terpasang pada terowongan angin.
(1)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Pengujian model kincir angin poros horizontal tiga sudu terbuat dari bahan kayu berlapis seng dari potongan selimut kerucut dengan diameter besar 30 cm dan diameter kecil 15 cm sepanjang 36,5 cm. dengan tiga variasi lebar sudu-sudu kincir dari sektor busur 70º, 80º, 90º dan kecepatan angin rata-rata sebesar 8,5 m/s dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Telah berhasil dibuat kincir angin poros horizontal tiga sudu berbahan dasar kayu berlapis seng dari potongan selimut kerucut dengan diameter besar 30 cm dan diameter kecil 15 cm sepanjang 36,5 cm termodifikasi dengan diameter kincir 80 cm.
2. Kincir angin dengan variasi sudu dari sektor busur 70º menghasilkan koefisien daya maksimal (CPmax) sebesar 31,72% pada tip speed ratio (tsr) 3,59. Kincir angin dengan variasi sudu dari sektor busur 80º menghasilkan koefisien daya maksimal sebesar 28,57% pada tip speed ratio 3,33. Kincir angin dengan variasi sudu dari sektor busur 90º menghasilkan koefisien daya maksimal sebesar 27,33% pada tip speed ratio 3,32.
(2)
3. Dari tiga variasi kincir angin yang telah diteliti, variasi kincir angin dengan sektor busur 70º menghasilkan koefisien daya yang paling tinggi yaitu sebesar 31,72% pada tip speed ratio 3,59.
5.2 Saran
Setelah dilakukan penelitian ada beberapa hal yang dapat menjadi saran untuk penelitian selanjutnya :
1. Lebih teliti dalam proses pembuatan kincir agar memperoleh bentuk yang lebih presisi dan seragam sesuai keinginan.
2. Uji kincir dengan sektor sudut yang lebih kecil lagi, untuk memastikan kemungkinan memperoleh efisiensi yang lebih baik, karena efisiensi terbaik dalam penelitian ini belum tentu merupakan efisiensi puncak dari kincir jenis ini.
3. Perbanyak variasi untuk pembuatan sudu dan pengambilan data, agar hasil perhitungan yang didapat lebih akurat.
4. Kondisikan blower dan trowongan angin yang digunakan agar mendapat kecepatan angin yang lebih stabil.
5. Untuk mendapatkan kincir angin yang lebih seimbang, usahakan sudu-sudu kincir memiliki berat bentuk yang sama.
6. Gunakan alat ukur yang lebih akurat guna menambah keakuratan data yang diperoleh.
(3)
54
DAFTAR PUSTAKA
Betz, A. 1966 : Introduction to the Theory of Flow Machines. (D. G. Randall, Trans.) Oxford: Pergamon Press.
Hoesin, H. 1976 : “Kincir Angin dan Prospeknya”. Bulletin Esence – Fisika Teknik ITB. Oktober 1979, hal 6 – 8, 11.
Johnson, Gary.L. 2006. “Wind Energy System”. Wind Energi.
Energiatalgud. 2014. Darrieus Wind Turbines, http://www.brighthub.org., Diakses pada 11 Maret 2015.
Flick. 2013. Kincir Angin Poros Vertikal, http://www.flickr.com., Diakses pada 11 Maret 2015.
Kementrian Energi dan Sumberdaya Mineral. 2010, Rencana Strategis Kementrian ESDM 2010-2014, http://www.esdm.go.id., Diakses 31 Oktober 2014.
Simbolon, L. 2012. Angin Darat dan Angin Laut, http://www.blogs.unpad.ac.id., Diakses pada 31 Oktober 2014.
Tri, H. 2014. Pemanfaatan angin sebagai sumber energi alternative. Alamat web : https://www.bersosial.com., Diakses pada 11 Maret 2015.
Orbit. 2013. Sejarah Pengunaan Kincir Angin, https://www.lintas.me., Diakses pada 11 Maret 2015.
Puspitarini, M. 2013. Manfaatkan Kincir Angin untuk Olah Pertanian, http://www.news.okezone.com., Diakses pada 11 Maret 2015.
Wibowo, A,S. 2012 : Makalah Energi Angin menjadi Energi Listrik, http://anangsetiyowibowo.blogspot.com., Diakses pada 30 Oktober 2014.
Winda. 2014. Pemanfaatan Energi Angin Belum Optimal. Alamat web: http://www.technology-indonesia.com., Diakses pada 11 Maret 2015.
(4)
55
LAMPIRAN
Gambar L.1 Model kincir angin propeler sektor sudut 70º.
(5)
56 Gambar L.3 Model kincir angin propeler sektor sudut 90º.
(6)
57 Gambar L.5 Kincir angin yang terpasang pada terowongan angin.