Pendekatan Job Order Costin Method dalam Menentukan Harga Pokok Produk (Studi Kasus pada PT Micro Garment).

(1)

ABSTRAK

PT Micro Garment sebagai objek penelitian penulis merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang industri pakaian jadi (garmen), yang memusatkan seluruh kegiatannya untuk memproduksi pakaian rajut. Produksi dilakukan berdasarkan pesanan, dimana tiap pesanan memiliki spesifikasi yang berbeda, baik dalam jumlah, ukuran maupun modelnya.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan cara perusahaan dalam menghitung harga pokok produk dan untuk mengaplikasikan penerapan Job Order Costing dalam perusahaan. Metoda akumulasi biaya pesanan merupakan suatu metoda pengumpulan biaya produksi yang digunakan oleh perusahaan yang memproduksi barang sesuai dengan spesifikasi pesanan dari pelanggan.

Perbedaan perhitungan biaya produksi yang ditetapkan perusahaan dibandingkan dengan yang diusulkan penulis menyebabkan selisih undercosted. Biaya produksi per unit yang ditetapkan perusahaan untuk produk KA-V-12 GG yaitu sebesar Rp 42.901,90 dan untuk KA-JDL-12 GG yaitu sebesar Rp 39.155,53 sedangkan yang diusulkan oleh penulis untuk KA-V-12 GG sebesar Rp 45.746,04 dan untuk KA-JDL-12 GG sebesar Rp 39.428,23. Hal ini dikarenakan dalam menghitung biaya produksinya perusahaan menetapkan biaya konversi sebesar 27,5% dari biaya bahan baku langsung, biaya operasi ditetapkan sebesar 10% dari biaya bahan baku langsung. Sedangkan pada pendekatan pengkosan pekerjaan (job-order costing), biaya-biaya yang dikonsumsi oleh tiap pesanannya dihitung menggunakan dasar alokasi yaitu jumlah unit yang diproduksi, jam kerja mesin, dan jam kerja bagian produksi.

Penghitungan biaya produksi dengan pendekatan pengkosan pekerjaan (job order costing) diterapkan pada perusahaan dengan mengelompokkan semua biaya termasuk dalam biaya produksi (biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya produksi tidak langsung). Untuk biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung dapat ditelusuri secara langsung pada tiap pesanan. Sedangkan untuk biaya produksi tidak langsung dikelompokkan menjadi tiga pool dan dialokasikan pada tiap pesanan dengan menggunakan tiga dasar alokasi yaitu jumlah unit yang diproduksi, jam kerja mesin, dan jam kerja bagian produksi. Selain biaya produksi, biaya operasi (biaya pemasaran dan administrasi & umum) juga dibebankan pada tiap pesanan berdasarkan jumlah unit yang diproduksi. Biaya produksi dan biaya operasi digabungkan menjadi biaya produksi yang digunakan untuk menentukan harga pokok produk.

Untuk pesanan selanjutnya, sebaiknya perusahaan menggunakan perhitungan biaya produksi dengan pendekatan pengkosan pekerjaan (job order costing) yang diusulkan penulis sebagai dasar penetapan harga pokok produk karena dengan perhitungan biaya produksi tersebut yaitu dengan cara driver tracing yang menghasilkan pembebanan biaya yang akurat, karena pembebanan biaya ini menggunakan basis yang mencerminkan hubungan sebab-akibat antara sumber daya dengan aktivitas.


(2)

DAFTAR ISI ABSTRAK……….... KATA PENGANTAR………. DAFTAR ISI……… DAFTAR GAMBAR……… DAFTAR TABEL……… DAFTAR PUSTAKA………...

BAB I PENDAHULUAN……… 1.1 Latar Belakang Penelitian………... 1.2 Identifikasi Masalah………... 1.3 Tujuan Penelitian... 1.4 Kegunaan Penelitian... 1.5 Rerangka Pemikiran... 1.6 Metoda Penelitian... 1.7 Waktu dan Lokasi Penelitian...

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 2.1 Konsep, Pengertian dan Klasifikasi Biaya... 2.1.1 Konsep Biaya... 2.1.2 Pengertian Biaya... 2.1.3 Klasifikasi Biaya... 2.2 Biaya Produksi... 2.2.1 Pengertian Biaya Produksi...

i ii iv vii viii x 1 1 6 6 7 7 12 13 14 14 14 15 17 34 34


(3)

2.2.2 Unsur-unsur Biaya Produksi... 2.2.2.1 Biaya Bahan Baku Langsung... 2.2.2.2 Biaya Tenaga Kerja Langsung... 2.2.2.3 Biaya Overhead Pabrik……… 2.2.2.4 Biaya Konversi... 2.2.3 Pembebanan Biaya Produksi………... 2.2.3.1 Penelusuran Biaya Produksi………... 2.2.3.2 Pengalokasian Biaya Produksi………... 2.3 Prosedur Akumulasi Biaya... 2.3.1 Prosedur Akumulasi Biaya Proses... 2.3.2 Prosedur Akumulasi Biaya Pesanan... 2.3.2.1 Pengertian Job Order Costing……… 2.3.2.2 Karakteristik Job Order Costing………. 2.3.3 Metode Operasi... 2.4 Harga Pokok Produksi... 2.4.1 Pengertian Harga Pokok Produksi………... 2.4.2 Tujuan Penetapan Harga Pokok Produk... 2.4.3 Sistem Penetapan Harga Pokok Di Muka... 2.4.3.1 Sistem Harga Pokok Taksiran... 2.4.3.2 Sistem Harga Pokok Standar... 2.5 Hubungan Antara Job Order Costing dengan

Perhitungan Harga Pokok Di Muka...

BAB III OBJEK DAN METODA PENELITIAN………... 3.1 Objek Penelitian... 3.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan... 3.1.2 Struktur Organisasi Perusahaan... 3.1.3 Proses Produksi Kegiatan Garmen... 3.1.4 Mesin-mesin yang Digunakan... 3.1.5 Produk yang Dihasilkan Perusahaan... 3.2 Metoda Penelitian...

34 35 35 36 37 37 38 38 41 42 44 44 47 52 52 53 54 56 56 61 62 65 65 65 66 69 70 70 71


(4)

3.2.1 Metoda penelitian yang digunakan... 3.2.2 Teknik Pengumpulan Data... 3.2.3 Analisis Data dan Langkah-langkah Penelitian... 3.2.3.1 Analisis Data... 3.2.3.2 Langkah-langkah Penelitian...

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 4.1 Gambaran Umum Kegiatan Perusahaan... 4.2 Pengelompokkan Biaya………. 4.2.1 Biaya-biaya yang Terjadi pada Perusahaan... 4.2.2 Pengelompokkan Berdasarkan Fungsi Operasi... 4.3 Perhitungan Biaya Produksi... 4.3.1 Perhitungan Biaya Produksi Menurut Perusahaan... 4.3.2 Perhitungan Biaya Produksi dengan Pendekatan

Pengkosan Pekerjaan( Job Order Costing)... 4.3.2.1 Perhitungan Biaya Bahan Baku... 4.3.2.2 Perhitungan Biaya Tenaga Kerja langsung... 4.3.2.3 Perhitungan Biaya Produksi tidak Langsung... 4.3.2.4 Perhitungan Biaya Produksi Tiap Pesanan... 4.3.3 Perbandingan Biaya Produksi Menurut Perusahaan dan Menurut Job Order Costing……….. 4.4 Pembahasan...

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 5.1 Kesimpulan... 5.2 Saran... 71 71 72 73 73 77 77 80 80 81 81 84 84 90 93 98 98 99 110 116 116 120 122


(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Rerangka Pemikiran... Gambar 3.1 Struktur Organisasi PT Micro Garment... Gambar 3.2 Proses Produksi Kegiatan Garmen...

11 68 69


(6)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Tahapan Waktu Penyelesaian Penelitian... Tabel 4.1 Pengelompokkan biaya menurut Perusahaan... Tabel 4.2 Pengelompokan biaya berdasarkan fungsi operasi... Tabel 4.3 Perhitungan Biaya Produksi Produk KA-V-12 GG

Menurut Perusahaan... Tabel 4.4 Perhitungan Biaya Produksi Produk KA-JDL-12 GG

Menurut Perusahaan... Tabel 4.5 Perhitungan Biaya Bahan Baku... Tabel 4.6 Total Biaya Bahan Baku... Tabel 4.7 Perhitungan Biaya Bahan Baku Produk KA-V-12 GG... Tabel 4.8 Perhitungan Biaya Bahan Baku Produk KA-JDL-12 GG... .

Tabel 4.9 Perhitungan Biaya Tenaga kerja Produksi Langsung

Produk KA-V-12 GG... Tabel 4.10 Perhitungan Biaya Tenaga kerja Produksi Langsung

Produk KA-JDL -12 GG... Tabel 4.11 Pengelompokkan Biaya Produksi Tidak Langsung... Tabel 4.12 Pembebanan Biaya dengan Dasar Alokasi Jam Kerja

Bagian Produksi... Tabel 4.13 Pembebanan Biaya dengan Dasar Alokasi Jam Kerja Mesin ... Tabel 4.14 Pembebanan Biaya dengan Dasar Alokasi Jumlah Unit Yang diproduksi...

Tabel 4.15 Pembebanan Biaya Overhead dengan Dasar Alokasi... Tabel 4.16 Total Biaya Produksi Tidak Langsung...

13 85 87 89 90 94 95 96 97 98 99 93 100 103 108 109 110


(7)

Tabel 4.17 Perhitungan Biaya Produksi Tiap Pesanan... Tabel 4.18 Perhitungan Biaya Produksi Menurut Perusahaan... Tabel 4.19 Perhitungan Biaya Produksi Menurut Perhitungan... Tabel 4.20 Pembebanan Biaya Operasi... Tabel 4.21 Perbandingan Biaya Produksi... Tabel 5.1 Perbandingan Biaya Produksi...

111 112 113 114 116 124


(8)

Bab I Pendahuluan 1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Penelitian

Kelancaran dan keberhasilan suatu perusahaan bergantung pada kemampuan manajemen dalam mengambil keputusan. Agar operasi perusahaan dapat berjalan dengan baik, maka manajemen memerlukan informasi yang dapat dipercaya sebagai dasar pengambilan keputusan. Sejalan dengan semakin berkembangnya volume perusahaan, maka manajemen dituntut untuk mampu mengatasi aneka ragam masalah yang dihadapi.

Suatu manajemen yang baik tidak hanya mampu menjalankan fungsi-fungsi manajerial, tetapi juga dituntut untuk mampu menghasilkan keputusan yang tepat. Oleh karena itu, untuk mendapat keputusan yang tepat, manajer harus mampu mengukur dan mengevaluasi pelaksanaan kegiatan yang telah dilaksanakan dalam organisasinya.

Semakin berkembangnya suatu perusahaan yang diiringi dengan semakin kompleksnya aktivitas yang dijalankan akan menuntut adanya pelaksanaan aktivitas yang efektif dan efisien. Hal ini mengingat para manajer tidak dapat lagi memonitor secara langsung aktivitas yang dijalankan oleh para bawahannya. Namun di lain pihak, perusahaan harus mampu menghasilkan produk yang berkualitas baik dengan harga jual yang wajar, sehingga produk yang dihasilkan dapat bersaing di pasaran. Dalam keadaan ini perusahaan harus membuat suatu perencanaan yang matang agar sumber daya yang dimilikinya dapat dimanfaatkan


(9)

Bab I Pendahuluan 2

untuk mencapai tujuan perusahaan yaitu mendapatkan laba, atau jika terjadi kerugian maka diusahakan kerugian tersebut dapat ditekan seminimal mungkin.

Persaingan yang cukup ketat ini memerlukan usaha untuk dapat mempertahankan dan merebut pangsa pasar. Salah satu faktor yang harus diperhatikan manajemen untuk dapat bertahan dan berkembang dalam industrinya adalah dengan memperhatikan keinginan konsumen. Produk yang ditawarkan kepada konsumen harus memiliki kualitas yang baik dan tentunya dengan harga yang dapat dijangkau oleh konsumen. Untuk dapat menetapkan harga yang dapat bersaing dan terjangkau oleh konsumen, manajemen harus melakukan perhitungan yang akurat atas biaya-biaya yang terjadi sehubungan dengan proses produksi barang tersebut. Manajemen harus mempunyai sistem penghitungan biaya yang dapat menghasilkan informasi biaya yang relevan dalam proses penetapan harga pokok produk.

Biaya yang telah dikeluarkan untuk suatu produk dapat diartikan sebagai harga pokok dari produk itu sendiri. Dalam perusahaan industri yang menghasilkan produk atas dasar pesanan, maka pengendalian produknya dapat dilakukan dengan membandingkan antara standar cost dengan actual cost.

Pada perusahaan manufaktur, biaya produksi merupakan elemen biaya yang penting. Maka perhitungan biaya produksi perlu dilakukan secara akurat. Perhitungan biaya produksi akan tepat jika prosedur akumulasi biaya yang digunakan juga tepat. Prosedur akumulasi biaya terdiri atas Process Costing, Job Order Costing dan Operation Costing. Prosedur akumulasi biaya ini yang digunakan bergantung pada karakteristik proses produksi perusahaan tersebut.


(10)

Bab I Pendahuluan 3

Metode akumulasi biaya pesanan merupakan suatu metode pengumpulan biaya produksi yang digunakan oleh perusahaan yang memproduksi barang sesuai dengan spesifikasi pesanan dari pelanggan. Pengertian Job Costing System menurut Atkinson, Banker, Kaplan, dan Young (2001: 114) adalah:

“A job order costing system estimates the costs of manufacturing products for different jobs required for specific customer orders. It is applicable in organizations that treat each individual job as a single unit of output.” Horngren, Foster dan Datar (2003: 98) mendefinisikan job order costing sebagai berikut:

“...in this system, costs are assigned to a distinct unit, batch, or lot of product or service. A job is a task for which resources are expanded in bringing a distinct product or service to market. The product or service is often custom made such as an audit by accounting firm.”

Sedangkan menurut Horngren, Sundem dan Stratton (2002: 528), job order costing adalah:

“Job order costing (or simply job costing) allocates costs to product that are readily identified by individual unit or batches, each of which requires varying degrees of attention and skill.”

Jadi, dapat disimpulkan bahwa metode akumulasi biaya pesanan ini digunakan oleh perusahaan yang proses produksinya berdasarkan pesanan dan produk yang dihasilkan sesuai dengan permintaan konsumen. Dimana setiap pesanan memiliki karakteristik yang berbeda-beda baik pada proses produksinya maupun pada produk jadinya, maka biaya produksi antara satu pesanan dengan pesanan lainnya dapat ditelusuri dan dibebankan pada setiap pesanan.

Prosedur akumulasi biaya yang digunakan untuk menghitung harga pokok produk dalam perusahaan yang menghasilkan produk atas dasar pesanan adalah


(11)

Bab I Pendahuluan 4

Job Order Costing method. Menurut kalkulasi biaya pesanan, biaya-biaya diakumulasikan oleh barang pesanan atau barang atas spesifikasi pelanggan. Metode ini digunakan pada saat produk yang dihasilkan dalam sebuah departemen atau pusat biaya beraneka ragam, dan hal ini mensyaratkan kemungkinan mengidentifikasikan secara fisik barang yang diproduksi dan membebankan masing-masing barang dengan biayanya sendiri.

Untuk mencatat biaya-biaya yang timbul diperlukan adanya kartu-kartu biaya untuk masing-masing produk yang dikenal dengan Job Order Cost Sheet (Kartu Harga Pokok Pesanan). Kartu-kartu ini merupakan catatan tambahan yang dikendalikan oleh perkiraan barang dalam proses yang harus ditangani secara cermat untuk menghindari kesalahan dalam menghitung harga pokok produksinya. Menurut Mulyadi (1999: 40-41), karakteristik perusahaan yang produknya berdasarkan pesanan adalah sebagai berikut:

1. Proses pengolahan produk terjadi secara terputus-putus. Jika pesanan yang satu selesai dikerjakan, proses produksi dihentikan, kemudian mulai dengan pesanan berikutnya.

2. Produk dihasilkan sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan oleh pemesan. Dengan demikian pesanan yang satu dapat berbeda dengan pesanan yang lain.

3. Produksi ditujukan untuk memenuhi pesanan, bukan untuk memenuhi persediaan di gudang.

Sedangkan karakteristik metode akumulasi biaya pesanan menurut Mulyadi (1999: 40-41) adalah sebagai berikut:


(12)

Bab I Pendahuluan 5

1. Perusahaan memproduksi berbagai macam produk sesuai dengan spesifikasi pemesan dan setiap jenis produk perlu dihitung harga pokok produknya secara individual.

2. Biaya produksi harus digolongkan berdasarkan hubungannya dengan produk menjadi dua kelompok berikut ini: biaya produksi langsung dan biaya produksi tidak langsung.

3. Biaya produksi langsung terdiri dari bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung, sedangkan biaya produksi tidak langsung disebut dengan istilah biaya overhead pabrik.

4. Biaya produksi langsung diperhitungkan sebagai harga pokok produk pesanan tertentu berdasarkan biaya yang sesungguhnya terjadi, sedangkan biaya overhead pabrik diperhitungkan ke dalam harga pokok pesanan berdasarkan tarif yang ditentukan di muka.

Menyadari pentingnya perhitungan harga pokok bagi manajemen, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian atas pembebanan unsur-unsur harga pokok ke dalam setiap produk pesanan dengan menggunakan Job Order Costing Method, sehingga dapat dihitung harga pokok produk dari setiap pesanan yang dihasilkan. Adapun perusahaan yang penulis teliti merupakan perusahaan yang bergerak di bidang garmen. PT Micro Garment melakukan proses produksinya berdasarkan pesanan. Produk yang dihasilkan oleh PT Micro Garment yaitu misalnya girl sweater dengan zipper dan slim cardigan dengan hood, maka perusahaan paling tepat menggunakan Job Order Costing.


(13)

Bab I Pendahuluan 6

Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian mengenai penerapan metoda harga pokok pesanan dalam menentukan harga pokok produk dengan mengambil judul: “PENDEKATAN JOB ORDER COSTING METHOD DALAM MENENTUKAN HARGA POKOK PRODUK (Studi Kasus Pada PT Micro Garment)”

1.2Identifikasi Masalah

Biaya produksi merupakan salah satu unsur penting dalam penetapan harga jual. Oleh karena itu sangat diperlukan informasi yang tepat dan untuk memperoleh informasi yang tepat perlu sistem akumulasi biaya produksi yang tepat. Sistem akumulasi biaya yang akan digunakan bergantung pada karakteristik proses produksi perusahaan. Pada PT Micro Garment yang menghasilkan produk yang beragam sesuai pesanan dari pelanggan maka sistem akumulasi biaya yang paling tepat adalah Job Order Costing. Berdasarkan uraian masalah tersebut, maka dapat diidentifikasikan pokok-pokok masalahnya yaitu sebagai berikut:

1. Bagaimana perusahaan menghitung harga pokok produknya?

2. Bagaimana metoda Job Order Costing diterapkan dalam perusahaan?

1.3Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mendeskripsikan cara perusahaan dalam menghitung harga pokok produk.


(14)

Bab I Pendahuluan 7

1.4Kegunaan Penelitian

Dengan dilakukannya penelitian ini, maka diharapkan akan diperoleh manfaat bagi penulis sendiri maupun bagi perusahaan yang bersangkutan serta bagi para pembaca. Adapun manfaat atau kegunaan dari penelitian ini adalah :

1. Bagi perusahaan, hasil penelitian ini berguna sebagai input berupa informasi dalam menetapkan harga pokok produknya berdasarkan Job Order Costing method yang diharapkan pula akan memudahkan manajemen dalam mengendalikan biaya produksi dan menetapkan harga jual di masa yang akan datang.

2. Bagi penulis, hasil dari penelitian ini bermanfaat untuk mengembangkan dan mempraktekkan teori secara nyata khususnya untuk mengetahui secara pasti sampai sejauh mana peranan Job Order Costing method berguna dalam menetapkan harga pokok produk atas dasar pesanan.

3. Bagi pihak-pihak lain, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk melakukan penelitian lebih mendalam.

1.5Rerangka Pemikiran

Tujuan perusahaan yaitu mendapatkan laba yang optimal, agar perusahaan dapat bertahan hidup dan mengembangkan usahanya. Namun dengan kondisi persaingan yang semakin ketat, usaha untuk mendapat laba menjadi lebih sulit. Oleh karena itu, untuk memenangkan persaingan usaha, manajemen harus mampu membuat keputusan dan bertindak cepat, benar dan tepat. Hal tersebut dapat dicapai jika


(15)

Bab I Pendahuluan 8

manajemen mendapat informasi yang cukup, relevan dan tepat waktu. Informasi ini bisa didapat baik dari dalam maupun luar perusahaan.

Dalam mengelola informasi tersebut, manajemen menggunakan Akuntansi Biaya sebagai alat bantu untuk perencanaan dan pengendalian biaya sehingga jalannya operasi perusahaan menjadi lebih efisien. Akuntansi Biaya merupakan alat manajemen dalam memonitor dan merekam transaksi biaya secara sistematis

serta menyajikan informasi biaya dalam bentuk laporan biaya (Supriyono, 1999: 12).

Pada perusahaan manufaktur, biaya produksi merupakan elemen biaya yang penting. Maka perhitungan biaya produksi perlu dilakukan secara akurat. Akuntansi Biaya dalam Akuntansi Manajemen berfungsi memberikan informasi mengenai taksiran biaya yang akan terjadi dan yang sedang terjadi agar manajemen dapat segera bertindak jika terjadi penyimpangan. Oleh karena itu, informasi biaya yang diungkapkan pada pihak luar dan informasi biaya yang akurat dan relevan dengan keputusan tertentu merupakan informasi yang penting bagi manajemen untuk pengambilan keputusan perencanaan dan pengendalian (Bambang Hariadi, 2002: 14). Perhitungan biaya produksi akan tepat jika prosedur akumulasi biaya yang digunakan juga tepat. Prosedur akumulasi biaya terdiri atas Process Costing, Job Order Costing dan Operation Costing. Prosedur akumulasi biaya ini yang digunakan bergantung pada proses produksi yang dilakukan oleh perusahaan tersebut (Mulyadi, 2000: 40).

PT Micro Garment merupakan perusahaan yang menghasilkan produknya berdasarkan spesifikasi yang diminta pelanggan dan membebankan biaya


(16)

Bab I Pendahuluan 9

produksi terhadap pesanan tertentu, oleh karena itu prosedur akumulasi biaya yang tepat digunakan adalah Job Order Costing. Horngren, Foster dan Datar (2003: 98) mendefinisikan job order costing sebagai berikut:

“...in this system, costs are assigned to a distinct unit, batch, or lot of product or service. A job is a task for which resources are expanded in bringing a distinct product or service to market. The product or service is often custom made such as an audit by accounting firm.”

Dalam Job Order Costing, biaya produksi dikumpulkan untuk suatu pesanan tertentu dan kemudian harga pokok produk yang dihasilkan dihitung dengan cara membagi total biaya produksi untuk pesanan tersebut dengan jumlah satuan produk yang dipesan. Metoda ini biasanya digunakan oleh perusahaan yang berproduksi berdasarkan pesanan dan menghasilkan produk yang berbeda-beda. (Mulyadi, 2000: 18).

Departemen produksi melaksanakan kegiatan produksi dengan menetapkan objek kos terlebih dahulu, yaitu menetapkan produk apa yang akan dihasilkan oleh perusahaan sehingga kelak dapat dihitung kos produksinya. Objek kos yang menjadi pusat perhatian manajemen dan dilekatkan pada kos, biasanya menjadi basis klasifikasi kos.

Biaya produksi ini terdiri dari biaya langsung (direct cost) dan biaya tidak langsung (indirect cost). Biaya langsung merupakan biaya yang terjadi akibat adanya sesuatu yang dibiayai, terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung. Sebaliknya, biaya tidak langsung merupakan biaya yang terjadi tidak harus disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai dan terdiri atas biaya overhead pabrik. Biaya bahan baku adalah jumlah rupiah yang melekat pada bahan baku


(17)

Bab I Pendahuluan 10

yang dimasukkan dalam produksi, sedangkan biaya tenaga kerja langsung merupakan biaya yang melekat pada atau berkaitan dengan tenaga kerja langsung. Biaya overhead pabrik merupakan jumlah rupiah yang melekat pada fasilitas fisik dan penunjang dalam memproduksi barang (Mulyadi, 2000: 14-16).

Biaya bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung ditentukan dengan menghitung biaya yang sesungguhnya terjadi sedangkan biaya overhead pabrik ditentukan dengan membebankan produk atau pekerjaan (job) pada suatu tarif overhead, dimana pembebanannya biasanya ditentukan dengan mengalikan tarif tersebut dengan jumlah produk yang dihasilkan.

Bon permintaan barang atau formulir permintaan barang (material requisition) merupakan media untuk merunut aliran fisik dan biaya material yang masuk proses pada saat terjadinya. Bila bagian produksi memerlukan barang, pegawai bagian produksi akan menyiapkan formulir permintaan barang tersebut rangkap tiga dan setelah ditandatangani oleh yang berwenang, formulir tersebut dibawa ke gudang barang untuk mengeluarkan barang yang dibutuhkan. Barang-barang yang diperlukan ini akan dihitung sebagai biaya bahan baku. Dalam menentukan biaya tenaga kerja langsung, kartu jam pekerjaan dapat dihitung dan dibebankan pada biaya produksi.

Tarif overhead ditentukan dengan cara membagi biaya taksiran total dengan perata atau denominator yang merefleksikan tingkat penyerapan overhead. Perata tersebut dikenal dengan istilah cost driver, yang digunakan sebagai dasar dari alokasi biaya overhead yang akan dialokasikan. Dasar alokasi biaya yang dapat digunakan dalam menentukan tarif overhead antara lain: jumlah jam mesin,


(18)

Bab I Pendahuluan 11

jumlah mesin tenaga kerja, rupiah bahan baku, volume produksi, rupiah tenaga kerja langsung. Taksiran overhead maupun tingkat aktivitas dapat didasarkan atas data anggaran perusahaan dan pengalaman kegiatan sebelumnya.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk memilih PT Micro Garment sebagai objek penelitian dalam penyusunan skripsi yang berjudul

”PENDEKATAN JOB ORDER COSTING METHOD DALAM

MENENTUKAN HARGA POKOK PRODUK (Studi Kasus Pada PT Micro Garment)”

Secara garis besar penerapan Job Order Costing dapat dijelaskan dalam gambar berikut di bawah ini.

Gambar 1.1 Rerangka Pemikiran

Pembebanan = Tarif x Dasar Alokasi Biaya Tidak Langsung Biaya Langsung

Tarif Biaya Overhead = Biaya Taksiran Total Overhead Total Taksiran Dasar Alokasi Biaya

Tenaga Kerja Langsung Bahan Baku

Langsung


(19)

Bab I Pendahuluan 12

1.6 Metoda Penelitian

Metoda penelitian yang digunakan adalah metoda deskriptif analisis yang bertujuan untuk menggambarkan objek penelitian sebenarnya dengan penelitian lapangan (Field Research) dan penelitian kepustakaan (Library Research) guna mengumpulkan data yang relevan dan kemudian disusun, diolah, dipelajari, dan dianalisis lebih lanjut.

1. Penelitian Lapangan (Field Research)

Yaitu penelitian dengan mengadakan penelitian langsung ke perusahaan yang dipilih sebagai objek penelitian dengan cara melakukan wawancara langsung dengan pimpinan perusahaan dan staf perusahaan yang diberi wewenang untuk memberikan keterangan sehubungan dengan data yang diperlukan dalam penyusunan skripsi.

2. Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Yaitu penelitian dengan membaca literatur baik berupa buku-buku teks maupun dokumen atau bahan-bahan lain yang dapat digunakan dalam penyusunan skripsi.

1.7Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada PT Micro Garment, sebuah perusahaan pakaian jadi yang berlokasi di daerah Majalaya dengan waktu penelitian yang dimulai pada bulan Maret 2008 sampai dengan selesai. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 1.1 di halaman 13.


(20)

Bab I Pendahuluan 13

Tabel 1.1

Tahapan Waktu Penyelesaian Penelitian

No Kegiatan Feb Mar Apr Mei Juni Juli

1 Briefing Skripsi

2 Mengajukan proposal skripsi 3 Mengajukan permohonan

mengadakan penelitian kepada perusahaan dan dosen

pembimbing

4 Menetapkan kegunaan, latar belakang penelitian dan rerangka pemikiran

5 Menentukan tujuan penelitian, masalah yang akan diidentifikasi, dan analisis data yang akan digunakan dalam mengolah data 6 Mengidentifikasi sistem biaya

yang dianut perusahaan

7 Mengumpulkan data sejarah, struktur organisasi, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan perusahaan serta teori-teori yang berhubungan dengan penelitian 8 Mengumpulkan data-data yang

dipakai dalam pembahasan masalah & wawancara mengenai hal-hal yang berhubungan dengan perhitungan Job Order Costing

9 Mengolah data,

mengklasifikasikan biaya, menghitung harga pokok produk 10 Membuat kesimpulan dan saran


(21)

Bab V Kesimpulan dan Saran

120

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan pada PT Micro Garment, maka ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Perhitungan yang dilakukan perusahaan dalam menentukan harga pokok produk, perusahaan mengakumulasikan biaya bahan baku langsung, biaya konversi dan biaya operasi. Biaya bahan baku langsung terdiri dari biaya bahan baku dan biaya bahan pembantu, dimana biaya bahan pembantu ditetapkan sebesar 7,5% dari biaya bahan baku. Untuk biaya konversi ditetapkan sebesar 27,5% dari biaya bahan baku langsung, sedangkan biaya operasi ditetapkan sebesar 10% dari biaya bahan baku langsung. Perbandingan biaya produksi yang ditetapkan perusahaan dan menurut penulis (job order costing) dapat dilihat pada tabel 5.1.

2. Dengan menggunakan metode job order costing (pengkosan pekerjaan) dalam menghitung biaya produksi memiliki manfaat yaitu jika pekerjaan pesanan menghasilkan sejumlah persediaan yang spesifik, maka metode biaya produk pesanan dapat digunakan untuk menghitung biaya per unit produk dalam rangka kalkulasi harga pokok persediaan. Selain itu, jika pekerjaan dilaksanakan atas dasar spesifikasi dari pelanggan, maka metode job order costing (pengkosan pekerjaan) dapat digunakan untuk menghitung laba atau rugi dari setiap pesanan. Karena jumlahnya ini dapat


(22)

Bab V Kesimpulan dan Saran

121

diketahui sepanjang proses produksi, maka biaya ini dapat dibandingkan dengan taksiran yang telah dibuat ketika pesanan tersebut diterima. Dengan demikian metode pengkosan pekerjaan memberi kemungkinan untuk mengendalikan biaya

3. Dari hasil perbandingan antara biaya produksi yang dihitung oleh perusahaan dan yang diusulkan oleh penulis dengan menggunakan pendekatan pengkosan pekerjaan (job-order costing), terdapat selisih undercosted. Biaya produksi per unit yang ditetapkan perusahaan untuk produk KA-V-12 GG yaitu sebesar Rp 42.901,90 dan yang diusulkan oleh penulis sebesar Rp 45.746,04. Jadi terdapat undercosted sebesar Rp 2.844,14 sedangkan untuk produk KA-JDL-12 GG, biaya produksi per unit yang ditetapkan perusahaan yaitu sebesar Rp 39.155,53 dan yang diusulkan penulis yaitu sebesar Rp 39.428,23. Jadi terdapat undercosted sebesar Rp 272,70. Selisih ini didapat, karena dalam menghitung biaya produksinya perusahaan menggunakan cara alokasi yaitu dengan menetapkan biaya konversi sebesar 27,5% dari biaya bahan baku langsung, biaya operasi ditetapkan sebesar 10% dari biaya bahan baku langsung. Alokasi menghasilkan pembebanan biaya yang tidak akurat, karena cara pembebanan ini menggunakan basis yang bersifat taksiran. Sedangkan pada pendekatan pengkosan pekerjaan (job-order costing), biaya-biaya yang dikonsumsi oleh tiap pesanannya dihitung menggunakan dasar alokasi yaitu jumlah unit yang diproduksi, jam kerja mesin, dan jam kerja bagian produksi. Sehingga perhitungan biaya produksi dengan


(23)

Bab V Kesimpulan dan Saran

122

pendekatan pengkosan pekerjaan (job-order costing) lebih akurat dibandingkan perhitungan yang dilakukan perusahaan. Kelebihan perhitungan biaya produksi dengan metode job order costing yaitu karena dengan cara driver tracing menghasilkan pembebanan biaya yang akurat, karena pembebanan biaya ini menggunakan basis yang mencerminkan hubungan sebab-akibat antara sumber daya dengan aktivitas.

Dengan informasi biaya yang akurat¸ maka perusahaan dapat mengambil keputusan yang tepat. Terutama keputusan yang menyangkut keputusan penetapan harga jual karena sangat mempengaruhi pendapatan dan kelangsungan hidup perusahaan.

5.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis mencoba untuk memberikan beberapa saran yang diharapkan dapat menjadi masukan yang bermanfaat bagi perusahaan. Adapun saran yang penulis ajukan adalah sebagai berikut :

1. Untuk pengelompokkan biaya produksi, sebaiknya biaya-biaya yang berkaitan dengan kegiatan produksi dikelompokkan ke dalam biaya produksi. Contohnya untuk biaya penyusutan mesin, sebaiknya dikelompokkan dalam biaya produksi tidak langsung (biaya overhead) karena manfaatnya digunakan oleh bagian produksi. Dan yang berkaitan dengan kantor serta biaya-biaya digunakan oleh kantor, diklasifikasikan ke dalam biaya operasi. Biaya operasi pun diklasifikasikan lagi menjadi biaya pemasaran dan biaya administrasi dan umum. Dengan


(24)

Bab V Kesimpulan dan Saran

123

pengelompokkan biaya yang jelas, perusahaan dapat mengetahui biaya apa saja yang membutuhkan pengendalian, atau menekan biaya-biaya yang terlalu besar.

2. Dalam melakukan perhitungan biaya produksi untuk keputusan penetapan harga pokok produknya, sebaiknya perusahaan mengakumulasikan biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung dan biaya produksi tidak langsung untuk tiap pesanannya. Kemudian mengalokasikan biaya operasi untuk menghitung biaya produksinya. Untuk biaya produksi tidak langsung sebaiknya dialokasikan menggunakan dasar alokasi yang sesuai untuk setiap jenis biaya, lalu mengelompokkan ke dalam pool-pool yang homogen dan menghitung tarif per pool. Biaya produksi tidak langsung dibebankan dengan mengalikan besarnya tarif tiap cost pool dengan jumlah dasar alokasi yang dikonsumsi tiap pesanan. Perhitungan seperti ini akan menghasilkan perhitungan yang lebih akurat.

Untuk pesanan selanjutnya, sebaiknya perusahaan menggunakan perhitungan biaya produksi dengan pendekatan pengkosan pekerjaan (job order costing) yang diusulkan penulis sebagai dasar penetapan harga pokok produk karena dengan perhitungan biaya produksi tersebut yaitu dengan cara driver tracing menghasilkan pembebanan biaya yang akurat, karena pembebanan biaya ini menggunakan basis yang mencerminkan hubungan sebab-akibat antara sumber daya dengan aktivitas.


(25)

Bab V Kesimpulan dan Saran

124

Tabel 5.1 PT Micro Garment

Tahun 2007

Perbandingan Biaya Produksi (dalam satuan Rupiah)

Jumlah Biaya produksi Selisih Biaya produksi per unit Selisih produk Perusahaan Diusulkan Overcosted Perusahaan Diusulkan Overcosted (unit) Tabel 4.17. Tabel 4.19 (Undercosted) Tabel 4.17. Tabel 4.19. (Undercosted)

[2] - [3] [5] - [6]

[1] [2] [3] [4] [5] [6] [7]

KA-V-12

GG 115,584 4,958,773,688 4,958,889,272

-115,584

42,901.90

45,746.04 -2,844.14

KA-JDL-12 GG 71,568 2,802,282,615

2,802,354,183

-71,568

39,155.53

39,428.23 -272.70 TOTAL 187,152 7,761,056,303 7,761,243,455 -187,152 82,057.43 85,174.27 -3,116.84


(26)

DAFTAR PUSTAKA

1. Atkinson, A.A., Rajiv D. Banker, Robert D. Kaplan, and Mark S. Young. 2001. 3th edition. Management Accounting. Upper Saddle River, New Jersey: Prentice Hall International, Inc.

2. Garrison, Ray H., Eric W. Noreen. 2003. Managerial Accounting. 10

th

edition. Boston: Irwin / Mc. Graw-Hill Co.

3. Hammer, L.H, William K. Carter, and Milton F. Usry. 2002. 13th edition. Cost Accounting. Cincinnati, Ohio: Dame, a division of Thompson Learning.

4. Hansen, Don. R dan Maryanne M. Mowen. 2003. 6th edition. Management Accounting. Cincinnati, South Western Ohio: Thompson Learning.

5. Hansen, Don. R dan Maryanne M. Mowen. 2006. Akuntansi Manajemen. Buku 1. Jakarta: Salemba Empat.

6. Hilton, Ronald W. 2002. 5th edition. Managerial Accounting. Boston: Irwin Mc. Graw. Hill Inc.

7. Horngren, Charles T., Gary L. Sundem, and William O. Stratton. 2002. 12

th

edition. Introduction to Management Accounting. New Jersey: Prentice- Hall, International Inc.

8. Horngren, Charles T., George Foster, and Srikant M. Datar. 2003. Cost Accounting: A Managerial Emphasis. 11th edition. New Jersey: Prentice- Hall, International Inc.

9. IAI. 2000. Standar Akuntansi Keuangan (SAK). Jakarta: Salemba Empat. 10.Kotler, Phillip. 2003.11th edition. Marketing Management. Upper Saddle

River, New Jersey: Prentice Hall International, Inc.

11.Matz, Adolph., Milton F. Usry, dan Lawrence H. Hammer. 1995. Akuntansi Biaya: Perencanaan dan pengendalian. Jakarta: Penerbit Erlangga.


(27)

12.Mulyadi. 2000. Akuntansi Biaya. Yogyakarta: Aditya Media.

13.Polimeni, Ralph S., James A. Cashin. 1986. Akuntansi Biaya. Jilid 1. Jakarta: Penerbit Erlangga.

14.Polimeni, Ralph S., Frank G. Sabozzi, and Arthur H. Adelberg. 1986. Cost Accounting: Concepts and Application for Managerial Decision Making. New York: Mc Graw-Hill Co.

15.Suwardjono. 1989. Teori Akuntansi. Edisi Pertama. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.

16.Suwardjono. 2002. Akuntansi Pengantar. Edisi Ketiga. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.


(1)

diketahui sepanjang proses produksi, maka biaya ini dapat dibandingkan dengan taksiran yang telah dibuat ketika pesanan tersebut diterima. Dengan demikian metode pengkosan pekerjaan memberi kemungkinan untuk mengendalikan biaya

3. Dari hasil perbandingan antara biaya produksi yang dihitung oleh perusahaan dan yang diusulkan oleh penulis dengan menggunakan pendekatan pengkosan pekerjaan (job-order costing), terdapat selisih undercosted. Biaya produksi per unit yang ditetapkan perusahaan untuk produk KA-V-12 GG yaitu sebesar Rp 42.901,90 dan yang diusulkan oleh penulis sebesar Rp 45.746,04. Jadi terdapat undercosted sebesar Rp 2.844,14 sedangkan untuk produk KA-JDL-12 GG, biaya produksi per unit yang ditetapkan perusahaan yaitu sebesar Rp 39.155,53 dan yang diusulkan penulis yaitu sebesar Rp 39.428,23. Jadi terdapat undercosted sebesar Rp 272,70. Selisih ini didapat, karena dalam menghitung biaya produksinya perusahaan menggunakan cara alokasi yaitu dengan menetapkan biaya konversi sebesar 27,5% dari biaya bahan baku langsung, biaya operasi ditetapkan sebesar 10% dari biaya bahan baku langsung. Alokasi menghasilkan pembebanan biaya yang tidak akurat, karena cara pembebanan ini menggunakan basis yang bersifat taksiran. Sedangkan pada pendekatan pengkosan pekerjaan (job-order costing), biaya-biaya yang dikonsumsi oleh tiap pesanannya dihitung menggunakan dasar alokasi yaitu jumlah unit yang diproduksi, jam kerja mesin, dan jam kerja bagian produksi. Sehingga perhitungan biaya produksi dengan


(2)

Bab V Kesimpulan dan Saran

122

pendekatan pengkosan pekerjaan (job-order costing) lebih akurat dibandingkan perhitungan yang dilakukan perusahaan. Kelebihan perhitungan biaya produksi dengan metode job order costing yaitu karena dengan cara driver tracing menghasilkan pembebanan biaya yang akurat, karena pembebanan biaya ini menggunakan basis yang mencerminkan hubungan sebab-akibat antara sumber daya dengan aktivitas.

Dengan informasi biaya yang akurat¸ maka perusahaan dapat mengambil keputusan yang tepat. Terutama keputusan yang menyangkut keputusan penetapan harga jual karena sangat mempengaruhi pendapatan dan kelangsungan hidup perusahaan.

5.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis mencoba untuk memberikan beberapa saran yang diharapkan dapat menjadi masukan yang bermanfaat bagi perusahaan. Adapun saran yang penulis ajukan adalah sebagai berikut :

1. Untuk pengelompokkan biaya produksi, sebaiknya biaya-biaya yang

berkaitan dengan kegiatan produksi dikelompokkan ke dalam biaya produksi. Contohnya untuk biaya penyusutan mesin, sebaiknya dikelompokkan dalam biaya produksi tidak langsung (biaya overhead) karena manfaatnya digunakan oleh bagian produksi. Dan yang berkaitan dengan kantor serta biaya-biaya digunakan oleh kantor, diklasifikasikan ke dalam biaya operasi. Biaya operasi pun diklasifikasikan lagi menjadi biaya pemasaran dan biaya administrasi dan umum. Dengan


(3)

pengelompokkan biaya yang jelas, perusahaan dapat mengetahui biaya apa saja yang membutuhkan pengendalian, atau menekan biaya-biaya yang terlalu besar.

2. Dalam melakukan perhitungan biaya produksi untuk keputusan penetapan

harga pokok produknya, sebaiknya perusahaan mengakumulasikan biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung dan biaya produksi tidak langsung untuk tiap pesanannya. Kemudian mengalokasikan biaya operasi untuk menghitung biaya produksinya. Untuk biaya produksi tidak langsung sebaiknya dialokasikan menggunakan dasar alokasi yang sesuai untuk setiap jenis biaya, lalu mengelompokkan ke dalam pool-pool yang homogen dan menghitung tarif per pool. Biaya produksi tidak langsung dibebankan dengan mengalikan besarnya tarif tiap cost pool dengan jumlah dasar alokasi yang dikonsumsi tiap pesanan. Perhitungan seperti ini akan menghasilkan perhitungan yang lebih akurat.

Untuk pesanan selanjutnya, sebaiknya perusahaan menggunakan perhitungan biaya produksi dengan pendekatan pengkosan pekerjaan (job order costing) yang diusulkan penulis sebagai dasar penetapan harga pokok produk karena dengan perhitungan biaya produksi tersebut yaitu dengan cara driver tracing menghasilkan pembebanan biaya yang akurat, karena pembebanan biaya ini menggunakan basis yang mencerminkan hubungan sebab-akibat antara sumber daya dengan aktivitas.


(4)

Bab V Kesimpulan dan Saran

124

Tabel 5.1 PT Micro Garment

Tahun 2007

Perbandingan Biaya Produksi (dalam satuan Rupiah)

Jumlah Biaya produksi Selisih Biaya produksi per unit Selisih produk Perusahaan Diusulkan Overcosted Perusahaan Diusulkan Overcosted (unit) Tabel 4.17. Tabel 4.19 (Undercosted) Tabel 4.17. Tabel 4.19. (Undercosted)

[2] - [3] [5] - [6]

[1] [2] [3] [4] [5] [6] [7]

KA-V-12

GG 115,584 4,958,773,688

4,958,889,272

-115,584

42,901.90

45,746.04 -2,844.14

KA-JDL-12 GG 71,568 2,802,282,615

2,802,354,183

-71,568

39,155.53

39,428.23 -272.70

TOTAL 187,152 7,761,056,303 7,761,243,455 -187,152 82,057.43 85,174.27 -3,116.84

Sumber: PT Micro Garment (data diolah kembali)


(5)

1. Atkinson, A.A., Rajiv D. Banker, Robert D. Kaplan, and Mark S. Young.

2001. 3th edition. Management Accounting. Upper Saddle River, New

Jersey: Prentice Hall International, Inc.

2. Garrison, Ray H., Eric W. Noreen. 2003. Managerial Accounting. 10

th

edition. Boston: Irwin / Mc. Graw-Hill Co.

3. Hammer, L.H, William K. Carter, and Milton F. Usry. 2002. 13th edition. Cost Accounting. Cincinnati, Ohio: Dame, a division of Thompson Learning.

4. Hansen, Don. R dan Maryanne M. Mowen. 2003. 6th edition. Management

Accounting. Cincinnati, South Western Ohio: Thompson Learning.

5. Hansen, Don. R dan Maryanne M. Mowen. 2006. Akuntansi Manajemen.

Buku 1. Jakarta: Salemba Empat.

6. Hilton, Ronald W. 2002. 5th edition. Managerial Accounting. Boston:

Irwin Mc. Graw. Hill Inc.

7. Horngren, Charles T., Gary L. Sundem, and William O. Stratton. 2002.

12 th

edition. Introduction to Management Accounting. New Jersey: Prentice- Hall, International Inc.

8. Horngren, Charles T., George Foster, and Srikant M. Datar. 2003. Cost

Accounting: A Managerial Emphasis. 11th edition. New Jersey: Prentice- Hall, International Inc.

9. IAI. 2000. Standar Akuntansi Keuangan (SAK). Jakarta: Salemba Empat. 10.Kotler, Phillip. 2003.11th edition. Marketing Management. Upper Saddle

River, New Jersey: Prentice Hall International, Inc.

11.Matz, Adolph., Milton F. Usry, dan Lawrence H. Hammer. 1995.

Akuntansi Biaya: Perencanaan dan pengendalian. Jakarta: Penerbit Erlangga.


(6)

12.Mulyadi. 2000. Akuntansi Biaya. Yogyakarta: Aditya Media.

13.Polimeni, Ralph S., James A. Cashin. 1986. Akuntansi Biaya. Jilid 1.

Jakarta: Penerbit Erlangga.

14.Polimeni, Ralph S., Frank G. Sabozzi, and Arthur H. Adelberg. 1986. Cost Accounting: Concepts and Application for Managerial Decision Making. New York: Mc Graw-Hill Co.

15.Suwardjono. 1989. Teori Akuntansi. Edisi Pertama. Yogyakarta: BPFE

Yogyakarta.

16.Suwardjono. 2002. Akuntansi Pengantar. Edisi Ketiga. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.