Penilaian Tingkat Kesehatan PT. Bank Nusantara Parahyangan, Tbk dengan Menggunakan Metode CAMEL.

(1)

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kesehatan PT.Bank Nusantara Parahyangan, Tbk selama tahun 2001-2006 dengan menggunakan metode CAMEL.

Metode CAMEL merupakan salah satu alat analisis yang memudahkan dalam menilai tingkat kesehatan bank karena memberikan penilaian yang terbuka terhadap faktor-faktor penting dalam usaha perbankan. Faktor-faktor yang dianggap penting tersebut diantaranya adalah : faktor permodalan (capital), faktor kualitas aktiva produktif (assets), faktor manajemen, faktor rentabilitas (earnings), dan faktor likuiditas bank.

Metode penelitian yang digunakan penulis adalah metode penelitian deskriptif analisis, yaitu metode yang mengumpulkan, menyajikan, serta menganalisis data-data yang berkaitan dengan masalah yang diteliti sesuai dengan keadaan sebenarnya, kemudian menarik kesimpulan dan membuat saran.

Untuk melakukan analisis dengan metode CAMEL, diperlukan data laporan keuangan bank. Data laporan keuangan bank yang dipergunakan antara lain : perhitungan kewajiban penyediaan modal minimum, neraca, laporan laba-rugi, dan laporan kualitas aktiva produktif dengan periode yang dipergunakan adalah tahun 2001-2006.

Dari data laporan keuangan tersebut kemudian dihitung rasio-rasio yang berkaitan dengan faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam metode CAMEL. Hasil dari rasio-rasio tersebut kemudian dipergunakan untuk menambah nilai jumlah kredit (credit point) yang bertujuan untuk penilaian tingkat kesehatan bank yang bersangkutan / diteliti guna memperoleh predikat atau rating di mata Bank Indonesia, yaitu sehat, cukup sehat, kurang sehat atau tidak sehat. Dalam kesempatan ini bank yang diteliti adalah PT. Bank Nusantara Parahyangan, Tbk. Dari perhitungan yang dilakukan, maka diperoleh nilai CAMEL PT. Bank Nusantara Parahyangan, Tbk dari tahun 2001-2006 secara berturut-turut adalah 87,5; 87,5; 87,5; 87,5; 87,25; 86,85.

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, penulis menarik kesimpulan bahwa PT. Bank Nusantara Parahyangan, Tbk memiliki tingkat kesehatan yang baik, karena memiliki tingkat kesehatan berada diatas 80 sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia.


(2)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR... ii

DAFTAR ISI... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2Identifikasi Masalah ... 6

1.3Tujuan Penelitian ... 6

1.4Kegunaan Penelitian ... 6

1.5Kerangka Pemikiran... 7

1.6Lokasi Penelitian... 10

Bab II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bank ... 11

2.1.1 Pengertian Bank ... 11

2.1.2 Fungsi dan Manfaat Bank ... 11

2.1.3 Jenis dan Usaha Bank ... 12

2.1.3.1 Jenis Bank Berdasarkan Undang-Undang... 13

2.1.3.2 Jenis Bank Berdasarkan Kepemilikannya... 17

2.2 Dana, Jasa, dan Risiko Usaha Bank ... 18


(3)

2.2.2 Jasa-Jasa Perbankan ... 22

2.2.3 Risiko Usaha Bank... 23

2.3 Kredit Bank ... 25

2.3.1 Pengertian Kredit ... 25

2.3.2 Fungsi dan Manfaat Kredit... 26

2.3.3 Penggolongan Kredit... 27

2.3.4 Tujuan Kredit ... 28

2.3.5 Penggunaan Kredit ... 29

2.3.6 Prinsip-prinsip Perkreditan ... 30

2.4 Laporan Keuangan Bank... 31

2.4.1 Neraca Bank ... 32

2.4.2 Laporan Komitmen dan Kontinjensi... 33

2.4.3 Laporan Laba Rugi... 34

2.4.4 Laporan Perubahan Posisi Keuangan... 34

2.4.5 Catatan Atas Laporam Keuangan ... 34

2.5 Tingkat Kesehatan Bank Berdasarkan Metode CAMEL ... 35

2.5.1 Faktor Permodalan ... 38

2.5.2 Faktor Kuantitas Aktiva Produktif ... 41

2.5.3 Faktor Manajemen ... 44

2.5.4 Faktor Rentabilitas ... 45

2.5.5 Faktor Likuiditas ... 46

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1Metode Penelitian ... 48


(4)

3.2 Objek Penelitian ... 49

3.2.1 Sejarah Singkat Bank Nusantara Parahyangan ... 49

3.2.2 Kegiatan Usaha Bank Nusantara Parahyangan ... 51

3.2.3 Struktur Organisasi Bank Nusantara Parahyangan ... 56

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Tingkat Kesehatan PT. Bank Nusantara Parahyangan... 57

4.1.1 Faktor Permodalan ... 57

4.1.2 Faktor Kuantitas Aktiva Produktif... 59

4.1.3 Faktor Manajemen ... 66

4.1.4 Faktor Rentabilitas ... 68

4.1.5 Faktor Likuiditas ... 71

4.2 Perhitungan Nilai CAMEL PT. Bank Nusantara Parahyangan, Tbk 78 4.3 Analisis Tingkat Kesehatan PT. Bank Nusantara Parahyangan, Tbk ... 87

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 92

5.2 Saran... 94

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(5)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Tabel CAR PT. Bank Nusantara Parahyangan,

Tbk tahun 2001-2006 ... 58 Tabel 4.2 Tabel Aktiva Produktif yang Diklasifikasikan

CAR PT. BNP, Tbk tahun 2001... 60 Tabel 4.3 Tabel Aktiva Produktif yang Diklasifikasikan

CAR PT. BNP, Tbk tahun 2002... 61 Tabel 4.4 Tabel Aktiva Produktif yang Diklasifikasikan

CAR PT. BNP, Tbk tahun 2003... 61 Tabel 4.5 Tabel Aktiva Produktif yang Diklasifikasikan

CAR PT. BNP, Tbk tahun 2004... 62 Tabel 4.6 Tabel Aktiva Produktif yang Diklasifikasikan

CAR PT. BNP, Tbk tahun 2005... 62 Tabel 4.7 Tabel Aktiva Produktif yang Diklasifikasikan

CAR PT. BNP, Tbk tahun 2006... 63 Tabel 4.8 Tabel BDR & CAD

PT. Bank Nusantara Parahyangan, Tbk tahun 2001-2006 ... 65 Tabel 4.9 Tabel Faktor Manajemen PT. Bank Nusantara Parahyangan,

Tbk tahun 2001-2006 ... 68 Tabel 4.10 Tabel ROA & BOPO PT. Bank Nusantara Parahyangan,

Tbk tahun 2001-2006 ... 71


(6)

Tabel 4.11 Tabel NCM to CA PT. Bank Nusantara Parahyangan,

Tbk tahun 2001-2006 ... 73 Tabel 4.12 Tabel LDR PT. Bank Nusantara Parahyangan,

Tbk tahun 2001-2006 ... 76 Tabel 4.13 Tabel Perhitungan CAMEL

PT. Bank Nusantara Parahyangan, Tbk tahun 2001 ... 81 Tabel 4.14 Tabel Perhitungan CAMEL

PT. Bank Nusantara Parahyangan, Tbk tahun 2002 ... 82 Tabel 4.15 Tabel Perhitungan CAMEL

PT. Bank Nusantara Parahyangan, Tbk tahun 2003 ... 83 Tabel 4.16 Tabel Perhitungan CAMEL

PT. Bank Nusantara Parahyangan, Tbk tahun 2004 ... 84 Tabel 4.17 Tabel Perhitungan CAMEL

PT. Bank Nusantara Parahyangan, Tbk tahun 2005 ... 85 Tabel 4.18 Tabel Perhitungan CAMEL


(7)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Kerangka Pemikiran... 9 Gambar Struktur Organisasi... 56


(8)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Penelitian

Kepercayaan masyarakat terhadap industri nasional merupakan salah satu kunci untuk memelihara stabilitas industri perbankan. Perkembangan industri perbankan di Indonesia sampai sekarang telah terjadi perubahan yang sangat pesat. Jumlah bank dan kantor bank baru telah tumbuh dengan pesat. Ini tentunya merupakan suatu penambahan suplai jasa perbankan lainnya.

Dengan menjamurnya bank-bank di berbagai tempat, maka persaingan untuk menarik nasabah tidak dapat dihindari. Perang merebut dana masyarakat makin menjadi. Akibatnya, bank-bank dituntut untuk mampu menciptakan

produk-produk baru dengan segala kelebihan dan kemudahan. Produk-produk

baru itu merupakan pengembangan produk yang sudah ada, seperti deposito, giro dan tabungan. Dalam hal ini kreativitas para banker sangat dibutuhkan. Pola hadiah dan suku bunga yang diberikan merupakan daya tarik yang masih efektif dalam menarik perhatian calon nasabah. Akibatnya, uang nasabah makin cepat berpindah dari suatu produk ke produk lainnya.

Tetapi pada prakteknya banyak bank yang “salah langkah”, kurang berhati-hati, ataupun menyimpang dari aturan-aturan serta ketentuan yang berlaku bagi bisnis perbankan, sehingga seringkali merugikan para deposan dan investor


(9)

serta berdampak pada perekonomian negara, seperti kecenderungan meningkatnya kredit bermasalah dan kredit macet.

Pada pertengahan 1997 industri perbankan akhirnya terpuruk sebagai imbas dari terjadinya krisis moneter dan krisis ekonomi yang melanda perekonomian Indonesia. Sebanyak 16 bank swasta yang “tidak sehat” dilikuidasi atau dicabut izin usahanya (yakni : Bank Harapan Sentosa, Bank Guna Internasional, Bank Andromeda, Bank Astria Raya, Bank Sejahtera B. Umum, Bank Dwipa, Bank Kosagraha Semesta, Bank Jakarta, Bank Citrahasta, South East Asia Bank, Bank Pinesaan, Bank Mataram Dhanasta, Bank Anrico, Bank Pasific, Bank Industri, dan Bank Majapahit Raya) karena tidak dapat memenuhi kewajiban-kewajiban yang diwajibkan oleh Bank Indonesia seperti yang tercatat dalam PP No. 68 / 1996 yang berisi tiga unsur yang harus dipenuhi oleh industri perbankan nasional, yaitu :

a. Peningkatan rasio kecukupan modal (CAR) minimal 8% dari aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR) menjadi 10% pada akhir tahun 1997 dan 12% pada tahun 2001;

b. Peningkatan modal disetor menjadi Rp.50 miliar bagi bank umum non devisa dan Rp. 150 miliar bagi bank devisa;

c. Peningkatan Giro Wajib Minimum (GWM) dari 3% menjadi 5% per April 1997.

Sebagai akibat dari likuidasi terhadap 16 bank nasional swasta tersebut, paling sedikit terdapat 5 pihak yang menderita atau dirugikan, yaitu :


(10)

1. Nasabah deposan

Uang nasabah deposan dalam berbagai bentuk seperti giro, tabungan, deposito, dan lain-lain terancam keselamatannya. Ketika bank-bank tersebut dilikuidasi, pemerintah (Bank Indonesia) mengumumkan bahwa deposan hanya diperbolehkan mengambil simpanannya paling banyak Rp. 20 juta, sedangkan sisanya menunggu pemberitahuan lebih lanjut (menunggu ketentuan dari tim likuidasi bank yang akan dibentuk).

2. Nasabah kredit

Sebagian dari nasabah kredit ini sudah menandatangani perjanjian kredit, namun belum seluruhnya dicairkan atau ditarik nasabah. Hal ini disebabkan adanya klausal dalam perjanjian kredit bahwa pencairan kredit harus dilakukan secara bertahap disesuaikan dengan kebutuhan proyek yang dibiayai kredit bank, hal ini menyebabkan proyek menjadi terkatung-katung karena tidak ada kepastian dan nasabah kredit yang bersangkutan secara potensial bisa menjadi nasabah kredit macet atau bermasalah.

3. Bank-bank baik dalam maupun luar negeri, yang menjadi kreditor dari bank yang dilikuidasi.

4. Karyawan bank yang dilikuidasi terkena PHK. 5. Pemilik bank yang dilikuidasi.

Likuidasi 16 bank swasta nasional tersebut telah mengakibatkan hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap rupiah dan perbankan Indonesia. Penarikan


(11)

dana oleh masyarakat secara besar-besaan (rush) telah mengakibatkan bank-bank swasta mengalami kesulitan likuiditas yang sangat parah. Padahal sehat tidaknya perbankan nasional akan sangat mempengaruhi iklim usaha nasional.

Persaingan yang terus meningkat menyebabkan Bank Nusantara Parahyangan (BNP) sebagai salah satu Bank Umum meningkatkan skala usahanya. BNP harus dapat menerapkan kebijakan strategi yang tepat. Dalam hal ini BNP meningkatkan jasa-jasa perbankan khususnya jasa-jasa transaksi Luar Negeri. Ditengah krisis moneter dan dampak dari restrukturisasi perbankan, BNP telah membuktikan sebagai Bank kelas A yang sehat dan tidak ikut dalam program rekapitalisasi.

Sebuah perbankan dapat dikatakan berkembang apabila kinerja keuangan bank tersebut meningkat dari tahun ke tahun. Peningkatan tersebut dapat dilihat dari jumlah laba yang semakin besar. Dengan kondisi keuangan yang baik, bank dapat mengambil beberapa kebijakan seperti ekspansi atau membuka cabang baru di berbagai tempat atau wilayah di Indonesia. Sebuah perbankan dapat dikatakan sehat apabila kinerja keuangannya telah sesuai dengan atau lebih baik dari yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.

Untuk menilai kinerja usaha perbankan dapat dilihat dari laporan keuangannya. Laporan keuangan dapat digunakan sebagai dasar untuk menilai posisi keuangan perbankan dan hasilnya dapat digunakan oleh pihak-pihak yang membutuhkan. Dalam menilai kinerja perbankan kita dapat mengetahuinya dengan berbagai cara, salah satunya dengan analisis rasio atau dengan analisis CAMEL. Analisis rasio keuangan perusahaan perbankan berbeda dengan analisis


(12)

rasio keuangan perusahaan nonperbankan. Analisis rasio perbankan antara lain meliputi perhitungan : Rasio Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) atau Capital Adequacy Ratio (CAR), Rasio Laba terhadap Total Aktiva atau Return on Assets (ROA), Rasio Laba terhadap Modal atau Return on Equity (ROE), Rasio Pinjaman terhadap Dana atau Loan to Deposits Ratio (LDR), Rasio Kualitas Kredit atau Non Performing Loans Ratio (NPL).

Hasil dari analisis rasio tersebut kita bandingkan dengan standar-standar yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia. Bila hasilnya sama dengan atau lebih baik dari yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia berarti kondisi keuangan bank tersebut dalam keadaan sehat, tapi sebaliknya bila hasil dari analisis rasio tersebut berada di bawah standar yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia maka kondisi keuangan bank tersebut dalam keadaan tidak sehat atau buruk.

Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, maka dapat diketahui bahwa sehat atau tidaknya suatu bank dapat dilakukan dengan melihat laporan keuangan yang menggunakan analisis rasio keuangan dan analisis CAMEL. Oleh karena itu, penyusunan dalam menyusun makalah ini akan membahas lebih lanjut mengenai ” Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Nusantara Parahyangan dengan menggunakan metode CAMEL. ”


(13)

1.2Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis mencoba melakukan penelaahan dan merumuskan masalah yang ada sebagai berikut :

a. Bagaimana tingkat kesehatan PT. Bank Nusantara Parahyangan, Tbk selama tahun 2001-2006 ?

1.3Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

a. Mengetahui bagaimana tingkat kesehatan pada PT. Bank Nusantara Parahyangan, Tbk pada tahun 2001-2006.

1.4Kegunaan Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi berbagai pihak yang berkepentingan dan membutuhkannya :

a. Bagi BNP

Memberikan informasi mengenai kinerja keuangan BNP dilihat dari laporan keuangannya yang telah dianalisis menggunakan metode CAMEL. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumbangan pemikiran dan bahan pertimbangan dalam mengevaluasi tingkat kesehatan bank sehingga dapat membantu pihak manajemen bank dalam menjaga tingkat kesehatan bank pada posisi yang diharapkan.


(14)

b. Bagi penulis

Memberikan wawasan dalam penulisan laporan keuangan dan penerapan teori khususnya mengenai metode CAMEL yang telah dipelajari selama kuliah ke dalam kenyataan. Selain itu, penelitian ini merupakan salah satu syarat dalam menempuh ujian sidang guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen di Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Maranatha.

c. Pihak-pihak lain yang mungkin membutuhkan informasi mengenai manajemen perbankan khususnya.

1.5Kerangka Pemikiran

Kondisi keuangan sebuah perbankan dapat diketahui dari laporan keuangannya. Laporan keuangan sebuah bank terdiri dari Neraca (Balance Sheet), Laporan Laba Rugi (Statement of Income), Laporan Perubahan Ekuitas (Statement

of Change in Stockholder’s Equity) serta Laporan Arus Kas (Statement of Cash Flow). Dengan mengadakan analisis terhadap pos-pos neraca akan dapat diketahui

atau diperoleh gambaran tentang posisi keuangannya, sedangkan analisis terhadap laporan laba rugi akan memberikan gambaran tentang hasil atau perkembangan bank tersebut. Laporan keuangan melaporkan baik posisi bank pada suatu waktu tertentu maupun operasinya selama beberapa periode yang lalu. Akan tetapi, nilai riil dari laporan keuangan adalah fakta bahwa laporan keuangan dapat digunakan untuk membantu memprediksi laba dan deviden masa depan. Posisi keuangan suatu bank tersebut dianalisis. Analisis yang digunakan untuk menganalisis posisi


(15)

keuangan bank tersebut adalah metode CAMEL. Hasil dari analisis CAMEL tersebut kemudian dibandingkan dengan standar yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia, dan yang pada akhitnya akan menentukan sehat atau tidaknya suatu bank.

Bank Indonesia mengeluarkan Surat Keputusan No. 30 / 11 / KEP / DIR tanggal 30 april 1997 yang berisikan tata cara penilaian tingkat kesehatan bank. Tata cara penilaian kesehatan bank yang digunakan oleh Bank Indonesia dalam menetukan tingkat kesehatan bank adalah metode CAMEL, dimana ada 5 faktor yang dinilai, diantaranya : faktor permodalan, faktor kualitas aktiva produktif, faktor manajemen, faktor rentabilitas, dan faktor likuiditas. Hasil dari perhitungan ke-5 faktor tersebut adalah nilai kredit (credit point) CAMEL yang menentukan tingkat kesehatan bank yang bersangkutan, apakah sehat, cukup sehat, kurang sehat, atau tidak sehat.


(16)

Gambar Kerangka Pemikiran

Laporan keuangan Bank

Laporan Komitmen dan Kontinjensi

Laporan

Perubahan Posisi Keuangan

Catatan Atas Laporan Keuangan Neraca Laporan

Laba Rugi

Standar yang ditetapkan Bank Indonesia

Analisis CAMEL Posisi keuangan Bank

Tingkat Kesehatan Bank


(17)

1.6Lokasi Data Penelitian

Lokasi pengambilan data untuk penelitian ini berada di Jln. Ir. H. Juanda No. 95, Bandung 40132.


(18)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1Kesimpulan

1. Penilaian kesehatan bank berdasarkan metode CAMEL mengandung lima unsur komponen yaitu : faktor permodalan (capital), faktor kualitas aktiva produktif (assets), faktor manajemen, faktor rentabilitas (earnings), dan faktor likuiditas bank. Dengan menggunakan metode CAMEL hampir seluruh hal yang mempengaruhi jalannya perusahaan atau bank dapat diukur dan diperbandingkan. Metode CAMEL memberikan standar-standar perhitungan sehingga memudahkan dalam menilai tingkat kesehatan bank dan dianggap lebih terbuka dan syarat-syaratnya diketahui secara umum.

2. Dilihat dari faktor permodalan, PT. Bank Nusantara Parahyangan, Tbk ternyata memiliki struktur permodalan yang sangat baik. Hal tersebut diindikasikan oleh nilai rasio CAR yang diperoleh bank selama tahun penelitian berlangsung cukup tinggi di atas nilai CAR atau kewajiban penyediaan modal minimum yang diwajibkan oleh Bank Indonesia sebesar 8%. Hal ini pula yang menunjukkan bahwa bank mampu menutupi setiap kerugian dari adanya tagihan yang tidak tertagih dengan modal yang dimilikinya.

3. Dari faktor asset (Kualitas Aktiva Produktif) dapat diketahui bahwa PT. Bank Nusantara Parahyangan, Tbk telah berhasil menempatkan dana


(19)

kreditnya dengan baik. Hal ini ditunjukkan oleh nilai rasio BDR (bad debt

ratio) yang kecil yaitu di bawah 7,5% sebagaimana telah ditetapkan

sebagai batas agar bank tetap memperoleh predikat yang sempurna dalam komponen tersebut. Disusul dengan perolehan rasio CAD di atas 100% sebagai tanda bahwa bank memiliki cadangan penghapusan bagi aktiva produktif yang diperkirakan tidak dapat diambil kembali atau tidak dapat ditagih lebih besar daripada yang diwajibkan oleh Bank Indonesia.

4. Dari faktor earnings/rentabilitas, PT. Bank Nusantara Parahyangan, Tbk memiliki pergerakan yang fluktuatif baik dari segi nilai ROA maupun BOPO. ROA merupakan indikator untuk mengukur kemampuan bank dalam menghasilkan laba, PT. Bank Nusantara Parahyangan, Tbk mendapat nilai ROA tertinggi pada tahun 2004 yaitu sebesar 1,73%, dengan mendapatkan nilai kredit sebesar 100, sedangkan pada tahun 2005 rasio ROA turun menjadi 1,43% nilai kreditnya sebesar 95 dan pada tahun 2006 kembali mengalami penurunan menjadi 1,30% dengan nilai kredit sebesar 87. Sedangkan pada rasio BOPO, PT. Bank Nusantara Parahyangan, Tbk telah berhasil menekankan beban operasionalnya dengan baik. Dalam komponen rasio BOPO, PT. Bank Nusantara Parahyangan, Tbk mendapat nilai kredit yang sempurna bagi nilai CAMEL-nya karena berada dibawah 92% sebagaimana yang telah diwajibkan oleh Bank Indonesia.

5. Pada faktor likuiditas ini terdapat dua rasio yang diteliti yaitu LDR dan NCM to CA. Sama halnya dengan rasio CAR yang diperoleh, PT. Bank


(20)

Nusantara Parahyangan, Tbk secara garis besar memiliki rasio LDR yang baik karena berada dibawah 85%, sehingga bank berhasil memperoleh nilai kredit yang sempurna bagi nilai CAMEL-nya pada rasio komponen tersebut. Begitu pula yang terjadi pada rasio NCM to CA, PT. Bank Nusantara Parahyangan, Tbk tidak menghadapi masalah dalam hal melunasi tagihan jangka pendeknya terutama pada bank lain, karena selama tahun penelitian bank menghasilkan rasio NCM to CA yang negative yang artinya bank tidak memiliki kewajiban jangka pendek yang harus segera dilunasi terhadap bank lain.

6. Berdasarkan hasil perhitungan CAMEL yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa PT. Bank Nusantara Parahyangan, Tbk merupakan bank yang memiliki predikat sehat.

5.2Saran

1. Penggunaan metode CAMEL dalam menilai keadaan keuangan bank dapat diperbandingkan antar periode yang diteliti dan dapat pula memperbandingkan antara bank yang satu dengan yang lain. Tetapi kelemahan metode CAMEL adalah tidak memberikan informasi yang cukup mendalam untuk menggambarkan keadaan internal suatu bank. Metode CAMEL tidak membandingkan pos-pos yang dominan yang ada pada bank.

2. Metode CAMEL memiliki kelemahan yaitu yang terletak pada faktor manajemen yang dinilai berdasarkan pertanyaan. Hal ini memungkinkan


(21)

pihak yang terkait dapat memberikan penilaian yang subjektif atau berlebihan untuk kepentingan pribadi untuk meningkatkan rating kesehatan banknya. Oleh sebab itu disarankan untuk mendelegasikan nilai faktor manajemen pada orang yang khusus menangani bidang manajemen bank dan berasal dari pihak yang netral, dalam hal ini dapat berasal dari Bank Indonesia untuk melakukan wawancara langsung dengan pihak bank yang bersangkutan.

3. Bank sebaiknya meningkatkan keadaan seperti tahun-tahun sebelumnya karena di tahun 2005 dan 2006 bank mengalami penurunan nilai kredit yang berasal dari ROA. Walaupun tidak mempengaruhi penilaian CAMEL secara signifikan karena ROA mempunyai nilai CAMEL sebesar 5% dari nilai keseluruhan yang ada.

4. Sebaiknya untuk menilai kesehatan bank sebaiknya jangan menggunakan hanya berdasarkan metode CAMEL saja, tetapi dapat juga digunakan beberapa metode yang lainnya seperti metode ALMA, rasio keuangannya, dan juga memperhatikan faktor ekonomi seperti inflasi.


(22)

DAFTAR PUSTAKA

Buku Laporan Tahunan 2005 PT. Bank Nusantara Parahyangan, Tbk.

Dahlan Siamat. (1999). Manajemen Lembaga Keuangan. Edisi kedua. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Dendawijaya, Lukman. (2003). Manajemen Perbankan. Jakarta: Galhia Indonesia. Kasmir. (2002). Dasar-dasar Perbankan. PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta. Kuncoro, Mudrajat; dan Suhardjono (2002) Manajemen Perbankan. Edisi pertama.

Yogyakarta: BPFE.

Ruddy Tri Santoso. (1996). Mengenal Dunia Perbankan. Edisi kedua, cetakan pertama – Yogyakarta: Andi.

Slamet Riyadi. (2003). Banking Asets and Liability Management. Jakarta : Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Thomas Suyatno. (1993) Kelembagaan Perbankan. Edisi kedua. PT Gramedia Pustaka Utama.


(1)

1.6Lokasi Data Penelitian

Lokasi pengambilan data untuk penelitian ini berada di Jln. Ir. H. Juanda No. 95, Bandung 40132.


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1Kesimpulan

1. Penilaian kesehatan bank berdasarkan metode CAMEL mengandung lima unsur komponen yaitu : faktor permodalan (capital), faktor kualitas aktiva produktif (assets), faktor manajemen, faktor rentabilitas (earnings), dan faktor likuiditas bank. Dengan menggunakan metode CAMEL hampir seluruh hal yang mempengaruhi jalannya perusahaan atau bank dapat diukur dan diperbandingkan. Metode CAMEL memberikan standar-standar perhitungan sehingga memudahkan dalam menilai tingkat kesehatan bank dan dianggap lebih terbuka dan syarat-syaratnya diketahui secara umum.

2. Dilihat dari faktor permodalan, PT. Bank Nusantara Parahyangan, Tbk ternyata memiliki struktur permodalan yang sangat baik. Hal tersebut diindikasikan oleh nilai rasio CAR yang diperoleh bank selama tahun penelitian berlangsung cukup tinggi di atas nilai CAR atau kewajiban penyediaan modal minimum yang diwajibkan oleh Bank Indonesia sebesar 8%. Hal ini pula yang menunjukkan bahwa bank mampu menutupi setiap kerugian dari adanya tagihan yang tidak tertagih dengan modal yang dimilikinya.

3. Dari faktor asset (Kualitas Aktiva Produktif) dapat diketahui bahwa PT. Bank Nusantara Parahyangan, Tbk telah berhasil menempatkan dana


(3)

kreditnya dengan baik. Hal ini ditunjukkan oleh nilai rasio BDR (bad debt ratio) yang kecil yaitu di bawah 7,5% sebagaimana telah ditetapkan sebagai batas agar bank tetap memperoleh predikat yang sempurna dalam komponen tersebut. Disusul dengan perolehan rasio CAD di atas 100% sebagai tanda bahwa bank memiliki cadangan penghapusan bagi aktiva produktif yang diperkirakan tidak dapat diambil kembali atau tidak dapat ditagih lebih besar daripada yang diwajibkan oleh Bank Indonesia.

4. Dari faktor earnings/rentabilitas, PT. Bank Nusantara Parahyangan, Tbk memiliki pergerakan yang fluktuatif baik dari segi nilai ROA maupun BOPO. ROA merupakan indikator untuk mengukur kemampuan bank dalam menghasilkan laba, PT. Bank Nusantara Parahyangan, Tbk mendapat nilai ROA tertinggi pada tahun 2004 yaitu sebesar 1,73%, dengan mendapatkan nilai kredit sebesar 100, sedangkan pada tahun 2005 rasio ROA turun menjadi 1,43% nilai kreditnya sebesar 95 dan pada tahun 2006 kembali mengalami penurunan menjadi 1,30% dengan nilai kredit sebesar 87. Sedangkan pada rasio BOPO, PT. Bank Nusantara Parahyangan, Tbk telah berhasil menekankan beban operasionalnya dengan baik. Dalam komponen rasio BOPO, PT. Bank Nusantara Parahyangan, Tbk mendapat nilai kredit yang sempurna bagi nilai CAMEL-nya karena berada dibawah 92% sebagaimana yang telah diwajibkan oleh Bank Indonesia.

5. Pada faktor likuiditas ini terdapat dua rasio yang diteliti yaitu LDR dan NCM to CA. Sama halnya dengan rasio CAR yang diperoleh, PT. Bank


(4)

Nusantara Parahyangan, Tbk secara garis besar memiliki rasio LDR yang baik karena berada dibawah 85%, sehingga bank berhasil memperoleh nilai kredit yang sempurna bagi nilai CAMEL-nya pada rasio komponen tersebut. Begitu pula yang terjadi pada rasio NCM to CA, PT. Bank Nusantara Parahyangan, Tbk tidak menghadapi masalah dalam hal melunasi tagihan jangka pendeknya terutama pada bank lain, karena selama tahun penelitian bank menghasilkan rasio NCM to CA yang negative yang artinya bank tidak memiliki kewajiban jangka pendek yang harus segera dilunasi terhadap bank lain.

6. Berdasarkan hasil perhitungan CAMEL yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa PT. Bank Nusantara Parahyangan, Tbk merupakan bank yang memiliki predikat sehat.

5.2Saran

1. Penggunaan metode CAMEL dalam menilai keadaan keuangan bank dapat diperbandingkan antar periode yang diteliti dan dapat pula memperbandingkan antara bank yang satu dengan yang lain. Tetapi kelemahan metode CAMEL adalah tidak memberikan informasi yang cukup mendalam untuk menggambarkan keadaan internal suatu bank. Metode CAMEL tidak membandingkan pos-pos yang dominan yang ada pada bank.

2. Metode CAMEL memiliki kelemahan yaitu yang terletak pada faktor manajemen yang dinilai berdasarkan pertanyaan. Hal ini memungkinkan


(5)

pihak yang terkait dapat memberikan penilaian yang subjektif atau berlebihan untuk kepentingan pribadi untuk meningkatkan rating kesehatan banknya. Oleh sebab itu disarankan untuk mendelegasikan nilai faktor manajemen pada orang yang khusus menangani bidang manajemen bank dan berasal dari pihak yang netral, dalam hal ini dapat berasal dari Bank Indonesia untuk melakukan wawancara langsung dengan pihak bank yang bersangkutan.

3. Bank sebaiknya meningkatkan keadaan seperti tahun-tahun sebelumnya karena di tahun 2005 dan 2006 bank mengalami penurunan nilai kredit yang berasal dari ROA. Walaupun tidak mempengaruhi penilaian CAMEL secara signifikan karena ROA mempunyai nilai CAMEL sebesar 5% dari nilai keseluruhan yang ada.

4. Sebaiknya untuk menilai kesehatan bank sebaiknya jangan menggunakan hanya berdasarkan metode CAMEL saja, tetapi dapat juga digunakan beberapa metode yang lainnya seperti metode ALMA, rasio keuangannya, dan juga memperhatikan faktor ekonomi seperti inflasi.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Buku Laporan Tahunan 2005 PT. Bank Nusantara Parahyangan, Tbk.

Dahlan Siamat. (1999). Manajemen Lembaga Keuangan. Edisi kedua. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Dendawijaya, Lukman. (2003). Manajemen Perbankan. Jakarta: Galhia Indonesia. Kasmir. (2002). Dasar-dasar Perbankan. PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta. Kuncoro, Mudrajat; dan Suhardjono (2002) Manajemen Perbankan. Edisi pertama.

Yogyakarta: BPFE.

Ruddy Tri Santoso. (1996). Mengenal Dunia Perbankan. Edisi kedua, cetakan pertama – Yogyakarta: Andi.

Slamet Riyadi. (2003). Banking Asets and Liability Management. Jakarta : Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Thomas Suyatno. (1993) Kelembagaan Perbankan. Edisi kedua. PT Gramedia Pustaka Utama.