FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB WARGA BINAAN USIA DEWASA MENJADI GELANDANGAN DAN PENGEMIS DI UPT. PELAYANAN SOSIAL GELANDANGAN DAN PENGEMIS BINJAI.

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmatNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul
“Faktor-Faktor Penyebab Warga Binaan Usia Dewasa Menjadi Gelandangan Dan
Pengemis di UPT. Pelayanan Sosial Gelandangan dan Pengemis Binjai”
Oleh karena itu skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana. Untuk penyelesaian skripsi ini penulis berusaha, baik
itu dalam tenaga maupun pikiran namun karena keterbatasan kemampuan
pengetahuan dan pengalaman penulis menyadari bahwa skripsi ini belum
sempurna. Oleh Karena itu dengan segenap kerendahan hati

penulis

mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk penyempurnaan skripsi
ini.
Penulis berharap kiranya skripsi ini berguna bagi semua yang
membacanya dalam usaha peningkatan mutu pendidikan dimasa mendatang.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan para pembaca pada
umumnya. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.


Medan, Agustus 2014
Penulis

Frisna Wati Hutagalung
NIM. 1103171008

ii

ABSTRAK

Frisna W. Hutagalung. NIM. 1103171008 : Faktor-Faktor Penyebab
Warga Binaan Usia Dewasa Menjadi Gelandangan dan Pengemis Di
UPT. Pelayanan Sosial Gelandangan Dan Pengemis Binjai Skripsi
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Medan. 2014.
Permasalahan dalam penelitian ini adalah (1)Berfluktuasinya jumlah
gelandangan dan pengemis di jalanan, (2)Belum pahamnya masyarakat pedesaan
usia dewasa akan situasi kehidupan dan daya saing yang sebenarnya diperkotaan,
(3)Belum meratanya lapangan pekerjaan yang tersedia serta belum sesuainya
lapangan pekerjaan yang ada dengan kemampuan masayarakat, (4)Tingkat
perpindahan penduduk dari desa kekota yang belum terkontrol dengan baik,

(5)Faktor-faktor penyebab gelandangan dan pengemis pada usia dewasa.
Penelitian ini bertujuan untuk: mengetahui berbagai faktor-faktor penyebab warga
binaan usia dewasa menjadi gelandangan dan pengemis di UPT. Pelayanan
Gelandangan dan Pengemis Binjai dari Aspek Internal dan Eksternal.
Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif. Sampel dalam
penelitian ini adalah warga binaan usia dewasa di UPT. Pelayanan Gelandangan
dan Pengemis Binjai sebanyak 78 orang. Metode pengumpulan data dilakukan
dengan cara penyebaran angket dan studi dokumentasi. Analisis data dilakukan
dengan cara deskriptif dengan menggunakan rumus P = F/Nx100%.
Hasil penelitian menunjukkan uraian faktor penyebab terjadinya gelandangan
dan pengemis secara rangking dari faktor internal yaitu sikap 1)Mental, 2)Sifat
Malas, 3)Cacat Fisik. Sedangkan dari factor eksternal adalah 1)Kemiskinan,
2)Ekonomi, 3)Pendidikan, 4)Labil/Ikut-Ikutan,5) Keterampilan Kerja, 6)Letak
Geografis, 7)Sudah Tidak Berdaya.

i

DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ………………………………………………………………... i

KATA PENGANTAR …………………………………………………… ii
UCAPAN TERIMAKASIH ……………………………………………... iii
DAFTAR ISI …………………………………………………………….. vi
DAFTAR TABEL……..………………………………………………….. xi
BAB I

PENDAHULUAN……………………………………………… 1
1.1 Latar Belakang Masalah…………………………….……….
1.2 Identifikasi Masalah ………………………………………...
1.3 Batasan Masalah …………………………………………….
1.4 Rumusan Masalah …………………………………………..
1.5 Tujuan Penelitian ……………………………………………
1.6 Manfaat Penelitian …………………………………………..

BAB II

1
7
7
7

8
8

TINJAUAN PUSTAKA ….…………………………………… 9
2.1 Kerangka Teori………………………………………………
2.1.1 Pengertian Gelandangan dan Pengemis ………………….
2.2 Pengertian Warga Binaan ………………………………......
2.3 Karakteristik Gelandangan dan Pengemis …………………
2.4 Pengertian Usia Dewasa ……………………………….......
2.5 Faktor-faktor Penyebab Gelandangan dan Pengemis …….
2.5.1 Faktor Internal Penyebab Gelandangan dan Pengemis......
2.5.2 Faktor Eksternal Penyebab Gelandangan dan Pengemis…
2.6 Kerangka Berpikir …………………………………………..

9
9
11
12
15
18

21
25
36

BAB III METODE PENELITIAN ……………………………….......... 39
3.1 Jenis Penelitian ……………………………………………..
3.2 Populasi dan Sampel………………………………………..
3.2.1 Populasi……………………………………………………
3.2.2 Sampel …………………………………………………….
3.3 Defenisi Operasional Variabel Penelitian …………….……
3.4 Tehnik Pengumpulan Data ……………………………..….
3.5 Tehnik Analisis Data ……………………………………….
3.6 Lokasi dan Waktu Penelitian ……………………………….

vi

39
39
39
40

41
42
43
44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………………

47

4.1 Deskripsi Data Hasil Penelitian …………………………….. 47
4.2 Faktor Internal Penyebab Gelandangan dan Pengemis…... 47
4.3 Faktor Eksternal Penyebab Gelandangan dan Pengemis…
51
4.4 Pembahasan Hasil Penelitian...…………………….....
58
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN ……………………………….. 59
5.1 Kesimpulan ………………………………………………… 59
5.2 Saran ……………………………………………………….. 59


DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………….. 61
LAMPIRAN ………………………………………………………………. 63

vii

DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 : Klasifikasi Warga Binaan Menurut Usia…..............................

40

Tabel 3.2 : Kisi-Kisi Angket .....................................................................

43

Tabel 3.3 : Waktu Penelitian.………………………………………..…….

46

Tabel 4.1: Komposisi Responden Menurut Jenis Kelamin ………………


47

Tabel 4.2: Mental Responden …………………………………………….

48

Tabel 4.3: Kondisi Fisik Renponden ……………………………………... 59
Tabel 4.4: Sifat Malas Dalam Diri Responden …………………………… 50
Tabel 4.5: Kemiskinan yang Dialami Responden ……………………….... 51
Tabel 4.6: Keadaan Ekonomi Responden ………………………………… 52
Tabel 4.7: Pendidikan Responden ………………………………………… 53
Tabel 4.8: Ketetapan Pendirian Responden ……………………………....

54

Tabel 4.9: Letak Geografis Tempat Tinggal Responden …………………

55


Tabel 4.10: Responden yang Sudah Tidak Berdaya ……………………... 56
Tabel 4.11: Keterampilan Kerja yang Dimiliki Responden ………………

57

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1

Skema Kerangka Konseptual...................................... ……….38

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1

: Angket ……………………………………………………

60


Lampiran 2

: Daftar Nama-Nama Warga Binaan………………………

64

Lampiran 3

: Foto Penelitian …………………………………………...

67

1

BAB I
PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang
Kota merupakan tempat yang padat penduduk memiliki fasilitas umum yang

memadai serta merupakan pusat dari roda pemerintahan. Anggapan penduduk
desa tentang kota yaitu: di kota banyak lapangan pekerjaan dan mudah mencari
uang, di kota lebih banyak kesempatan mendirikan perusahan industri, kelebihan
modal lebih banyak di kota ketimbang di desa, pendidikan lebih banyak di kota,
kota yang dianggap mempunyai tingkat kebudayaan yang lebih tinggi dan
merupakan tempat pergaulan dengan segala macam orang dan dari segala lapisan,
kota merupakan suatu tempat yang lebih menguntungkan untuk mengembangkan
jiwa dengan sebaik-baiknya dan dengan seluas-luasnya.
Konsekuensi logis dari gejala ini adalah munculnya berbagai problem sosial
di daerah perkotaan yang disebabkan kehadiran kaum pendatang dengan
karakteristik sosial ekonomi rendah. Ketidak berdayaan kondisi ekonomi kaum ini
pada gilirannya melahirkan sebuah fenomena sosial yang banyak mendapat
perhatian, baik dari kalangan pemerintah maupun akademisi. Fenomena sosial
yang tampak adalah munculnya komunitas tertentu yakni pemukiman kumuh,
perkampungan melarat dan kaum gelandangan dan pengemis. Fenomena semacam
ini terdapat di kota-kota besar seperti Jakarta, Medan, Bandung, Semarang,
Surabaya dan Yogyakarta.
Masyarakat pedesaan di sekitar Sumatera Utara lebih memilih ke daerah
perkotaan dengan harapan mendapatkan penghasilan yang lebih baik ketimbang di
desa. Arus urbanisasi, khususnya yang menuju kota Medan dan kota-kota lainnya
1

2

di sekitar kota Medan seperti Pematang Siantar, Deli Serdang maupun Binjai
semakin besar seiring dengan pertumbuhan ekonomi regional. Kota Medan yang
sebagai Ibukota Provinsi Sumatera Utara menjadi daerah yang tepat menurut
penduduk pedesaan di sekitar Sumatera Utara khususnya untuk mendapatkan
pekerjaan. Di sisi lain, kesempatan kerja yang tersedia dan peluang berusaha di
kota Medan termasuk kota-kota lainnya di Sumatera Utara (Pematang Siantar,
Deli Serdang maupun Binjai) ternyata belum mampu menampung pelaku-pelaku
urbanisasi karena keterbatasan pekerjaan yang tersedia di daerah tujuan.
Namun pada kenyataannya, masyarakat desa yang belum dibekali dengan
keterampilan maupun kompetensi tertentu ini akan sulit bersaing dengan
masyarakat yang memiliki ilmu pengetahuan dan penguasaan teknologi tinggi.
Dengan situasi yang demikian untuk memenuhi kebutuhan hidupnya maka banyak
orang tua bahkan anak-anak sekalipun yang rela melakukan apa saja demi
bertahan hidup. Secara biologis manusia mempunyai dua kebutuhan yang
fundamental yaitu kebutuhan makan dan hidup (Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu
Antropologi 1980: 313). Dengan terpenuhinya kebutuhan hidup tersebut maka
masyarakat dapat dikatakan sejahtera. Kualitas sumber daya manusia di pedesaan
dalam penguasaan teknologi maupun ilmu pengetahuan masih rendah sehingga
produktivitas kerjanya masih kurang baik. Dengan arus urbanisasi yang belum
terkendali maka memunculkan masalah-masalah sosial baru di masyarakat yakni
munculnya gelandangan dan pengemis. Jumlah pengemis ini berfluktuasi di setiap
tahun menghitung situasi dan kondisi modernisasi, urbanisasi serta globalisasi dan
pasar bebas yang menghimpit gerak perekonomian masyarakat di hampir setiap
negara dan terus meningkatnya jumlah penduduk yang tidak sesuai dengan

3

lapangaan pekerjaan yang tersedia. Masalah sosial seperti gelandangan dan
pengemis ini tidak dapat dipungkiri keberadaannya apalagi pada kehidupan
masyarakat di perkotaan bahkan sampai kepedesaan.
Keadaan para gelandangan dan pengemis yang hidup di jalanan
mengakibatkan kondisi mereka mengalami berbagai penyakit dan jauh dari
kebersihan. Tidak jarang pula ditemukan para gelandangan dan pengemis yang
mengalami penyakit kulit akibat dari pakaian yang tidak bersih dan selalu melekat
pada tubuhnya sepanjang hari. Gelandangan dan pengemis yang hidup di jalanan
juga sering tidak membersihkan dirinya, jikalau membersihkan pun hanya
menggunakan air seadanya. Mereka juga tak jarang mengalami gizi buruk pada
tingkat anak-anak.
Masalah gelandangan dan pengemis merupakan salah satu dari masalahmasalah sosial yang ada di masyarakat. Jumlah gelandangan dan pengemis
di Indonesia di setiap tahunya selalu berjumlah banyak/ribuan orang terlihat
dari Pusat Data Informasi Kesejahteraan Sosial (Pusdatin Kesos)
Departemen Sosial RI Tahun 2004 populasi gelandangan dan pengemis
seluruh Indonesia berjumlah 87.365, Tahun 2006 berjumlah 68.648 orang
dan tahun 2007 berjumlah 61.090 orang, sedangkan di tahun 2010 tercatat
201.140 orang. (DepSos RI 2011:1).
Sedangkan di Sumatera Utara sesuai data tahun 2006 jumlah gelandangan
dan pengemis 7.813 orang dengan rincian gelandangan sebanyak 4.373 orang,
sementara pengemis sebanyak 3.440 orang. Sedangkan pada tahun 2007 yang
diperoleh dari Dinas Sosial Sumatera Utara menunjukkan jumlah gelandangan dan
pengemis 8.123 orang. Rinciannya, 3.300 pengemis, 4.823 gelandangan.
Mengalami peningkatan sekitar 3,98% dari tahun 2006 berjumlah 7.813 orang
hingga 2007 berjumlah 8.123 orang. Sedangkan pada tahun 2013 gelandangan dan
pengemis Sekabupaten Kota Sesumatera Utara mencapai 4.158 orang dengan

4

rincian 2.454 orang gelandangan dan 1.704 pengemis. (Sumber: Dinas Sosial
Medan).
Terlihat juga dari jumlah gelandangan dan pengemis yang ada di UPT.
Pelayanan Sosial Gelandangan Dan Pengemis Binjai tempat peneliti melakukan
penelitian data dari unit ini menunjukan jumlah warga binaan keseluruhan
berjumlah 215 orang pada tahun 2014 dengan rincian usia dewasa bulan Januari
103 orang, pada bulan Februari 95 orang, dan bulan Maret 93 dan April 104
orang. Jumlah warga binaan di UPT. Pelayanan Sosial Gelandangan Dan
Pengemis Binjai terdiri dari para gelandangan dan pengemis yang dirazia Satpol
Pamong Praja dan orang-orang yang rentan terhadap masalah kemiskinan, yang
datang dengan kemauan sendiri, diserahkan oleh keluarga, mengungsi karena
adanya bencana alam. Jumlah gelandangan dan pengemis di UPT. Pelayanan
Sosial Gelandangan Dan Pengemis Binjai ini keseluruhan 215 orang karena
memang daya tampung di sana adalah 215 orang warga binaan dengan system
terminasi selama 2 tahun masa binaan.
Dalam penelitian ini diangkat judul yang terfokus pada usia dewasa karena
masa dewasa adalah periode yang paling penting dalam masa kehidupan, masa ini
dibagi dalam 3 periode yaitu: masa dewasa awal dari umur 21 tahun sampai umur
40 tahun. Masa dewasa pertengahan, dari umur 40 tahun sampai umur 60 tahun,
dan masa akhir atau usia lanjut, dari umur 60 tahun sampai mati. Masa dewasa
awal adalah masa pencaharian kemantapan dan masa reproduktif yaitu suatu masa
yang penuh dengan masalah dan ketegangan emosional, periode isolasi sosial,
periode komitmen dan masa ketergantungan, perubahan nilai-nilai, kreativitas dan
penyesuaian diri pada pola hidup yang baru. Pada masa dewasa ini pulalah banyak

5

masalah yang dihadapi oleh seseorang antara lain masalah pemenuhan kebutuhan
dan masalah-masalah sosial lainnya yang menuntutnya untuk terus bisa bertahan
hidup dan memenuhi kebutuhannya. Masa dewasa erat hubungannya dengan
meningkatnya kebutuhan manusia kebutuhan tersebut antara lain kebutuhan
biologis yaitu kebutuhan makan dan hidup selain untuk memenuhi kebutuhan diri
sendiri orang dewasa akan memikirkan untuk menikah dan mencari nafkah untuk
memenuhi kebutuhan dirinya sendiri dan keluarganya. Kebutuhan orang dewasa
juga merupakan perpaduan yang bersumber dari dirinya sendiri dan tuntutan dari
lingkungannya. Diantara kebutuhan utama yang kuat mendorong individu orang
dewasa untuk berkeluarga adalah kebutuhan material.
Gelandangan dan pengemis adalah seorang yang hidup mengelandang dan
sekaligus mengemis. Oleh karena tidak mempunyai tempat tinggal tetap dan
berdasarkan berbagai alasan harus tinggal di bawah kolong jembatan, taman
umum, teras-teras toko, jempatan layang (fly over), pinggir jalan, pinggir sungai,
stasiun kereta api, atau berbagai fasilitas umum lain untuk tidur dan menjalankan
kehidupan sehari-hari. Untuk tetap bertahan hidup dan demi memenuhi kebutuhan
hidupnya gelandangan dan pengemis yang kebanyakan menghabiskan waktunya
di jalanan ini memenuhi kebutuhan hidunya dengan cara mengemis, mengamen,
menjadi pencari/ pengutip sampah plastik, mencari nasi sisa pada tempat-tempat
sampah (untuk dijadikan nasi aking dan dimasak kembali untuk dimakan),
menjual dagangan songan, jasa semir sepatu, menjual Koran, tukang sapu angkot,
tukang parkir. Ada juga dari mereka yang berpura-pura sakit (cacat) secara fisik
nya dan meminta-minta di jalan-jalan dan di lampu-lampu merah. Hal ini
dilakukan oleh para gelandangan dan pengemis menghitung sangat sulitnya untuk

6

mencari pekerjaan di kota serta kurang meratanya jumlah lapangan pekerjaan
dengan jumlah masyarakat dan tidak sesuainya latar belakang pendidikan dengan
lapangan pekerjaan yang ada.
Menjadi gelandangan dan pengemis adalah profesi yang dilakukan sebagian
masyarakat di perkotaan baik itu masyarakat yang berasal dari desa yang
berubanisasi kekota atau masyarakat kota itu sendiri untuk memenuhi kebutuhan
hidup sehari-hari. Dampak dari meningkatnya gelandangan dan pengemis adalah
munculnya ketidak teraturan sosial (sosial disorder) yang ditandai dengan
kesemberawutan,

ketidak-nyamanan,

ketidak-tertiban

serta

mengganggu

keindahan kota. Padahal di sisi lain mereka adalah warga negara yang memiliki
hak dan kewajiban yang sama, sehingga mereka perlu diberikan perhatian yang
sama untuk mendapatkan penghidupan yang layak.
Seperti tertulis dalam UUD 1945 pasal 34 ayat 1, 2, dan 3 yang isinya fakir
miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara (1) negara mengembangkan
sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat
yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan(2)
negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan
fasilitas pelayanan umum yang layak(3).

Kita dapat lihat begitu banyaknya jumlah penduduk yang ada di kota dan
dari jumlah penduduk itu pulalah kita dapat menafsirkan banyaknya jumlah
gelandangan dan pengemis yang ada dalam suatu kota atau bahkan dalam satu
negara baik itu negara yang sedang berkembang atau bahkan negara yang maju
sekalipun.
Sehubungan dengan masalah-masalah di atas maka diangkatlah judul
penelitian tentang Faktor-Faktor Penyebab Warga Binaan Usia Dewasa

7

Menjadi Gelandangan dan Pengemis di UPT. Pelayanan Sosial Gelandangan
dan Pengemis Binjai.

1. 2 Identifikasi Masalah
Dari latar belakang di atas, maka yang perlu diidentifikasi seperti terkait
dalam penelitian ini yang berjudul Faktor-Faktor Penyebab Warga Binaan Usia
Dewasa Menjadi Gelandangan dan Pengemis di UPT. Pelayanan Sosial
Gelandangan dan Pengemis Binjai adalah:
1. Berfluktuasinya jumlah gelandangan dan pengemis di jalanan.
2. Belum pahamnya masyarakat pedesaan usia dewasa akan situasi kehidupan dan
daya saing yang sebenarnya di perkotaan.
3. Tingkat perpindahan penduduk dari desa kekota yang belum terkontrol dengan
baik.
4. Faktor-faktor penyebab gelandangan dan pengemis pada usia dewasa.

1. 3 Batasan Masalah
Melihat luasnya masalah yang terdapat dalam identifikasi masalah, maka
penelitian ini dibatasi hanya pada Faktor-Faktor Penyebab Warga Binaan Usia
Dewasa Menjadi Gelandangan dan Pengemis di UPT. Pelayanan Sosial
Gelandangan Dan Pengemis Binjai.

1. 4 Rumusan Masalah
Rumusan formal dari masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini yakni
Faktor-faktor apa sajakah yang menyebabkan warga binaan usia dewasa menjadi

8

gelandangan dan pengemis di UPT. Pelayanan Sosial Gelandangan Dan Pengemis
Binjai.

1. 5 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah maka yang menjadi tujuan dari penelitian
ini adalah Untuk mendeskripsikan berbagai Faktor-Faktor Penyebab Warga
Binaan Usia Dewasa Menjadi Gelandangan dan Pengemis di UPT. Pelayanan
Sosial Gelandangan Dan Pengemis Binjai dari Aspek Internal dan Eksternal.

1. 6 Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian tersebut di atas, maka yang menjadi manfaat
dalam penelitian ini adalah:
1. Manfaat praktis, Sebagai bahan bacaan untuk memperluas pola pikir penulis
dan pembaca untuk mengetahui faktor-faktor penyebab warga binaan usia
dewasa menjadi gelandangan dan pengemis di UPT. Pelayanan Sosial
Gelandangan Dan Pengemis Binjai
2. Manfaat teoritis, Sebagai bahan referensi bagi perpustakaan UNIMED, Fakultas
Ilmu Pendidikan dan Jurusan Pendidikan Luar Sekolah.
3. Bagi pemerintah agar mengetahui faktor-faktor penyebab terjadinya
gelandangan dan pengemis agar mengetahui solusi yang tepat guna
penanggulangannya.

59

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian ini maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Faktor internal yang menjadi penyebab Warga Binaan Usia Dewasa Menjadi
Gelandangan dan Pengemis di Unit Pelaksana Teknis Daerah Balai Pungai
Sejahtera Binjai adalah factor Mental, Sifat Malas, Cacat Fisik.
2. Faktor eksternal yang menjadi penyebab Warga Binaan Usia Dewasa Menjadi
Gelandangan dan Pengemis di Unit Pelaksana Teknis Daerah Balai Pungai
Sejahtera Binjai adalah factor Kemiskinan, Ekonomi, Pendidikan, Labil/IkutIkutan, Keterampilan Kerja, Letak Geografis, Sudah Tidak Berdaya.

5.2 Saran
1.

Bagi Warga Binaan, agar lebih memotivasi diri dalam membulatkan sikap dan
berbuat untuk hal-hal yang bersifat positif dan terpandang.

2.

Bagi Pemerintah, agar lebih memberdayakan masyarakat dengan pendidikan dan
pekerjaan serta mental agar masayarakat tidak hidup menggelandang dan
mengemis melainkan menjadi masyarakat yang sejahtera.

59

60

3.

Mengingat bahwa penyebab sebagian masyarakat memilih menjadi gelandangan
dan pengemis karena berbagai faktor, maka hendaknya peneliti selanjutnya
meneliti tentang pemberdayaan masyarakat yang termasuk dalam kategori
gelandangan dan pengemis.

61

DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku
Arikunto, 2006. Prosedur Penelitian . Jakarta: Rineka Cipta.
Daryanto.1997. Kamus Bahasa Indonesia Lengkap. Apollo: Surabaya
Departemen Sosial RI .2007. Standart Pelayanan Minimal Pelayanan Dan
Rehabilitasi Sosial Gelandangan Dan Pengemis. Jakarta
Dimas. 2013. Pengemis Undercover. Jakarta: Titik Media.
Dinas Sosial Sumatera Utara 2007. Jumlah Gelandangn Dan Pengmis
Dinas Sosial. 2008. Peraturan Daerah Sumatera Utara No. 4 Tahun 2008
Tentang Gelandangan Dan Pengemis. Medan
Fahrudin Adi. 2012. Pengentar Kesejahteraan Sosial. Bandung: Refika Aditama.
Hurlock, E.B..1999. Perkembangan Anak: Jilid1. Erlangga . Jakarta
Kementrian Sosial RI, 2011. Buku Pedoman Program Desaku Menanti
Rehabilitas Sosial Gelandangan Dan Pengemis Terpadu Berbasis Desa.
Jakarta.
Kementrian Social RI. 2010. Modul Pelayanan Dan Rehabilitasi Sosial
Gelandangan Dan Pengemis Dipanti.
Koentjaraningrat, 1980. Pengentar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.
Pusat Data Informasi Kesejahteraan Sosial (Pusdatin Kesos) Departemen Sosial
RI Tahun 2004
Peraturan Daerah Kota Medan No 6 Tahun 2003 Tentanng Gelandangan Dan
Pengemis. Medan
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta
Tim Dosen. 2012.Modul Perkembangan Peserta Didik. UNIMED
Tim Penyusun. 2013. Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Ilmu Pendidikan.
Medan
UUD 1945. Hasil Amandemen Negara Republik Indonesia. Surabaya: Pertiwi
Abdi.
61

62

Sumber Skripsi
Junasti. 2011. Factor-Faktor Penghambat Yang Dialami Warga Belajar Dalam
Proses Belajar Mengajar Pada Kelompok Belajar Paket B Di SKB
Kabupaten Karo. Medan
Natalia lidia. 2011 Faktor penyebab anak usia sekolah bekerja pada sector
informal disekitar terminal amplas medan. Medan
Rasyid munawir. 2012. Faktor-Faktor Penyebab Munurunya Hasil Belajar
Warga Belajar Paket B SKB Asahan. Medan
Yolandha anggie. 2012. Factor-Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Anak-Anak
Usia Sekolah Untuk Bersekolah. Medan

Sumber Internet
http/www.pemkomedan.go.id/news-detailphp218-2468
(http://nafidba.wordpress.com/2011/11/02/penyebab-kriminalitas/).
http://hmpfuntan.wordpress.com/2013/02/11/rendahnya-tingkat-mutu-pendidikandi-daerah-pedesaan/
http://aliseptiansyah.wordpress.com/2013/01/24/sekilas-tentang-gelandanganpengemis-gepeng/
http://riskyariyani91.wordpress.com/2011/12/01/ rendahnya-tingkat pendidikandi-desa -dilihat-dari-perspektif-sosiologi-pendidikan/
http://sosbud.kompasiana.com/2013/09/02/gelandangan-di-perkotaan-dankompleksitas-masalahnya-585936.html
http://mdsutriani.wordpress.com/2012/06/22/karakteristik-perkembangan-masadewasa
Sumber Jurnal
http://www.search.ask.com/web?l=dis&q=pengertian+gelandangan+dan+pengemi
s+pdf&o
https://www.google.co.id/?gws_rd=cr&ei=YGuJU6reLYerrAfck4DYAw#q=peng
ertian+gelandangan+dan+pengemis+menurut+para+ahli+pdf
https://www.google.co.id/?gws_rd=cr&ei=X2uJU7yBLcq4rAennYCoBA#q=peng
ertian+gelandangan+dan+pengemis+pdf
http://www.search.ask.com/web?l=peraturan+daerah+kota +medan+2003#q=pdf