Analisis Sosial Ekonomi Gelandangan Dan Pengemis Di Kota Medan Dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah

ANALISIS SOSIAL EKONOMI GELANDANGAN DAN
PENGEMIS DI KOTA MEDAN DALAM PELAKSANAAN
OTONOMI DAERAH

TESIS

Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains
Dalam Program Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan Pada
Program Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

OLEH :

NURMAYANA SIREGAR
017003013 / PWD

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2003
Nurmayana Siregar : Analisis Sosial Ekonomi Gelandangan Dan Pengemis Di Kota Medan Dalam…, 2003
USU Repository © 2007


RINGKASAN
Nurmayana Siregar, 017003013 / PWD; Analisis Sosial Ekonomi
Gelandangan dan Pengemis di Kota Medan dalam Pelaksanaan Otonomi D a e r a h , d i
b a w a h b i m b i n g a n : B a p a k P r o f . D r . M . A r i e f N a s u t i o n , M A sebagai Ketua
Komisi, Bapak Dr. Ir. Chairul Muluk, MSc dan Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec
sebagai Anggota Komisi Pembimbing.
Pembangunan nasional merupakan pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan bagi
seluruh rakyat Indonesia. Pembangunan merupakan u s a h a u n t u k m e n c a p a i
k e s e j a h t e r a a n s o s i a l m a s y a r a k a t b a n g s a d a n negara kesatuan Republik Indonesia
tercinta ini.
K e s e j a h t e r a a n s o s i a l a d a l a h : s u a t u t a t a k e h id u p a n d a n p e n g h i d u p a n s o s i a l
m a t e r i a l m a u p u n s p i r i t u a l d e n g a n a d a n y a r a s a k e s e l a m a t a n , k esu si la an d an
k e t e n t r a m a n l a h i r d a n b a t i n y a n g m e m u n g k i n k a n b ag i seluruh warga negara
untuk berusaha memenuhi kebutuhan jasmaniah dan rohani serta sosialnya baik
bagi diri, keluarga serta masyarakat. Hal ini sesuai dengan Pancasila dan UUD
1945 pasal 27 ayat (2) berbunyi “Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan
dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.”
Kondisi sosial ekonomi yang belum mencapai taraf kesejahteraan sosial y a n g b a i k ,
m e n y e l u r u h d a n m e r a t a a k a n b e r a k i b a t m e n i n g k a t k a n gelandangan dan pengemis

terutama di kota-kota besar.
Masalah gelandangan dan pengemis (disingkat menjadi GEPENG) adalah merupakan
salah satu masalah sosial sebagai dampak (side effect) dari proses pembangunan
nasional itu sendiri. Dapat dikatakan bahwa kotalah seb en a rn y a y an g meru p ak an
te mp at as a l g ej al a g e lan d an g an , h al in i disebabkan oleh adanya push and full factors.
Masalah GEPENG perlu mendapat penanganan sedini mungkin secara
konsepsional dan pragmatik, agar tidak membawa dampak negatif yang l e b i h r a w a n
serta dapat mengganggu stabilitas di bidang : politik, ekonomi, sosial
budaya, keamanan dan ketertiban masyarakat, maupun dapat menimbulkan
c i t r a n e g a t i f t e r h a d a p k e b e r h a s i l a n pembangunan nasional dewasa ini.
Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1) Karakteristik dan mekanisme kerja GEPENG di Kota Medan.
2) Pengaruh Faktor Sosial Ekonomi Terhadap Alasan Mengapa menjadi GEPENG.
3) Solusi penanggulangan GEPENG di kota Medan dalam pelaksanaan otonomi
daerah.

Nurmayana Siregar : Analisis Sosial Ekonomi Gelandangan Dan Pengemis Di Kota Medan Dalam…, 2003
USU Repository © 2007

Metode analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: metode d e s k r i p t i f

u n t u k m e n g a n a l i s a p e r m a s a l a h a n p e r t a m a d a n k e t i g a , sedangkan untuk
masalah kedua dipakai metode regresi linear berganda. B e r d a s a r k a n d a t a y a n g
d i p e r o l e h d a r i p e n y e b a r an a n g k e t p e n e l i t i a n , k e m u d i a n d i i n t e r p r e t a s i k a n
s e s u a i d e n g a n k e b u t u h a n u n t u k d a p a t menjawab permasalahan yang telah dirumuskan.
Dari 75 responden, hasil penelitian menunjukkan bahwa para GEPENG umumnya
adalah usia produktif dengan usia 15-64 tahun. Namun dengan tingkat pendidikan
yang relatif rendah yakni: SD = 38,67%, mereka tidak mampu bersaing dalam pasar
tenaga kerja, baik di sektor formal maupun informal. Dan ternyata mereka bukanlah
warga kota Medan seluruhnya, tetapi berasal dari berbagai kota lainnya seperti
kota Belawan sebanyak 16,00%.
Dengan mengadakan cross tabulation atas karakteristik GEPENG di kota M e d a n ,
d a p a t d i i n t e r p r e s t a s i k a n b a h w a : h a n y a 4 , 0 0 % y a n g m a m p u berpenghasilan
Rp.26.000 - Rp. 30.000 per hari dengan tingkat usia 40-44 tahun. Dan yang paling
menyedihkan lagi adalah terdapatnya 6,70% yang berpenghasilan Rp. 11.000 –
Rp.15.000 per hari, padahal usia mereka sudah 60-64 tahun. Walau mereka telah
bekerja selama 9-12 jam per hari, dan hal ini telah berlangsung sekitar 9-12 tahun. Di
usia senja seperti ini sangatlah tidak mungkin lagi bagi mereka untuk bekerja
sebagai buruh bangunan, tukang becak dan pekerjaan berat dan kasar lainnya.
Sehingga m e r e k a t e t a p b e r t a h a n d e n g a n p o l a h i d u p G E P E N G - n y a d e n g a n
k e b u d a y a a n k e m i s k i n a n d a n m e w a r i s k a n n y a k e p a d a a n a k c u c u n y a , sehingga

terjadilah pembibitan GEPENG. Adanya patron klien relationship membuat mereka
semakin betah dan nyaman hidup di daerah kumuh.
Bagi GEPENG y ang cacat lepra 10,70% yang berpenghasilan per hari Rp.16.000
– Rp.20.000. dan yang cacat netra 5,30% dengan penghasilan R p . 2 6 . 0 0 0 –
R p . 3 0 . 0 0 0 s e d a n g k a n G E P E N G y a n g s e h a t f i s i k t a p i mentalnya yang tidak
sehat, penghasilannya hanya Rp.21.000–Rp.25.000 p e r h a r i . T e r d a p a t 6 8 , 1 0 %
GEPENG laki-laki yang menikah harus menanggung 1-4 orang anggota
k e l u a r g a n y a , p a d a h a l p e n g h a s i l a n mereka sangat minim.
Dalam menganalisa permasalahan kedua diperoleh persamaan regresi linear
berganda:
Y = 0,789 + 0,147 X1 + 0,382 X2 + 0,109 X3 + 0,07676 X4 + 0,470 X5 + 0,0973 X6
t hitung : X 1 = 2,842; X 2 = 13,449; X 3 = 3,069; X 4 = 2,279; X 5 = 14,419; X 6 = 2,591 ttabel :
1,667

Nurmayana Siregar : Analisis Sosial Ekonomi Gelandangan Dan Pengemis Di Kota Medan Dalam…, 2003
USU Repository © 2007

Keterangan :
Y = Alasan mengapa menjadi GEPENG
X = Faktor sosial ekonomi yang terdiri dari :

X1 = agama,
X2 = kesehatan,
X3 = lingkungan
X4 = penegakan hukum
X5 = pendapatan
X6 = pendidikan
Dari uji parsial diketahui bahwa : Faktor sosial ekonomi benar-benar
b e r p e n g a r u h s e c a r a s i g n i f i k a n t e r h a d a p a l a s a n m e n g a p a m e n j a d i GEPENG
(terima H 1 ). Sebab : semua nilai t hitung lebih besar dari .tabel, dan probabilitas/ significance
jauh di bawah 0,05.
U j i s e r e m p a k m e n u n j u k k a n b a h w a : A d j u s t e d R 2 = 0 , 8 1 6 b e r a r t i 8 1 % alasan
mengapa seseorang menjadi GEPENG adalah disebabkan oleh faktor sosial
ekonomi, sedangkan 19% lagi disebabkan oleh faktor-faktor lain di luar faktor sosial
ekonomi.
Penanggulangan
GEPENG
bukan saja
menjadi
tanggung
jawab

pemerintah semata, tapi peran serta masyarakat sangat diharapkan,
pemberdayaan Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial (PSKS) yang lebih optimal.
UPTD Panti Karya Binjai dengan program kerjanya telah berhasil
mentransmigrasikan para GEPENG ke berbagai daerah di luar kota Medan,
n a m u n d e n g a n k e t e r b a t a s a n d a n a m a u p u n f a s i l i t a s s e r t a sumberdaya manusia
yang dimiliki, sampai saat ini masih dirasa kurang o p t i m a l d a l a m
p e n a n g g u l a n g a n G E P E N G d i k o t a M e d a n . K a r e n a kemampuan Panti tidak
sebanding dengan cepatnya laju pertambahan jumlah GEPENG.
Di samping itu perlunya penegakan hukum, yakni diterapkannya KUHP Pasal 504
dan pasal 505. Untuk ini diperlukan adanya PERDA (Peraturan Daerah) yang
mengatur dan mendukung dalam pelaksanaan penegakan hukum tersebut.
Dalam pelaksanaan Otonomi Daerah, penanggulangan GEPENG telah d iser a h k a n
sep enuhny a p ad a K ant or So s i al P e m k o M e d a n d an Di n as s o s i a l y a k n i U P T D
P a n t a i K a r y a B i n j a i . N a m u n m a s i h d i p e r l u k a n kerjasama lintas sektoral seperti
dengan Poltabes Medan, Kodim 0201/BS, Mawil Hansip maupun Dinas Kebuday aan
dan Pariwisata Kota Medan. Demi terentasnya para GEPENG sehingga mampu
melaksanakan fungsi sosialnya dalam tata kehidupan masyarakat, serta
terwujudnya “Medan BESTARI” dan penuh “PESONA”.

Nurmayana Siregar : Analisis Sosial Ekonomi Gelandangan Dan Pengemis Di Kota Medan Dalam…, 2003

USU Repository © 2007