Bahaya Politik Identitas.

(halama-n)@~

~O~

Rakyat

Pikir..n

Bahaya Politik
Kebebasan demokrasi

Oleh DJASEPUDIN

. -

yang cenderung kebabl.asan amat membah(lyakan. Selain korbanjiwa, keutuhan bangsa
dan negara punjadi taruhan. Apalagi potensi
konfiik di negeri kita
amat pelik. Celakanya,
ihwal perbedaan suku
bangsa, bahasa, budaya, agama, kepercayaan, ras, ideologi, atau

golongan tidak dihadapi sebagai alasan utama guna membangun
Indonesia yang adil
dan sejahtera.

Identitas

p.

OLITIK identitas malah dijadikan dagang-

an. Isu presiden dari

I

Para penyelenggara d"emokrasi tersebut harus jadi wasit
yang adil dalam menghadapi

Jawa versus luar Jawa, partai
para caleg dan partai yang kenasionalis vs religius, penghaluar dari reI.
.

dangan calon perseorangan,
Un sur lain yang bisa mematau pengharaman golput pun, berantas politik identitas adamerupakan isu politik yang te- lah para pemuka agama dan
rus diulik para elite. Dibukamasyarakat. Sebab, masyaranya sayap keagamaan dan ke- kat Indonesia lebih patuh pabangsaan di beberapa partai,
da kiai sepuh ketimbang tunbelum cukup kuat untuk me- duk kepada aparat pemerinredam anak bangsa berbenam
tah.
dalam perpecahan.
Suku-suku bangsa di nusan. Politik identitas memang
tara Iainnya pun nyaris serupa.
ancaman menakutkan saban . Raja, kepala suku, datuk, sesepemilu dilaksanakan. Padahal
puh atau tetua, ucal'>dan tinPemilu 2009 merupakan ujian
dakannya selalu jadi rujukan.
sukses-tidaknya demokrasi se- Bahkan rakyat cenderung takbagai salah satu cara guna me- lid. Sebab, dalam keyakinan
ngelola negara. Oleh karena
masyarakat tradisional sabda
itu, Pemilu 2009 mesti berjapemimpin merupakan kepanIan dengan baik dan benar un- jangan tangan dari titah Tutuk kepentingan semua pihak.
han.
Sayangnya, cita-cita mewuIronisnya, para pemuka majudkan bangs a dan negara
syarakat pun tak Iepas dari beyang lebih baik habis terkikis
lenggu intrik para elite. Mereoleh kepentingan pribadi dan
ka memanfaatkan tokoh bergolongan. Bahkan, pasca-Kepengaruh untuk memuluskan

"
.
.
putusan
. .._" MK tentang
_. suara_ ter- ~.-i.- am b ISIpn b a d mya.
banyak untuk caleg terpilih,
Setegas dan semahir apa
makin menandaskan kepenpun para penegak hukum dan
. tingan pribadidi atas segalakonstitusi dalam melaksanagalanya. Persaingan bukan
kan perannya, secerdik dan semelulu antarcaleg berbeda
licik apa pun para elite dalam
partai, antarcaleg di partai
mengelabui para pemuka mayang sarna pun potensi perpesyarakat dan agama, tak a.kan
cahannya makin menganga.
berpengaruh jika masyarakat
Maka, impian merengkuh
kita cermat dan cerdas dalam
kursi leg1slatif dilakukan dememilih.
t


ngan pelbagai cara. Akhirnya,

Pertanyaannya,sudah secer-

strategi politik yang pbuh intrik dan cenderung licik dipraktikkan. Biarkan yang lain
meradan9, yang penting diriku menang. Begitulah mantranya.
Yang namanya kontes, tentu
ada yang kalah dan ada yang
menang. Karena proses awalnya salah kaprah, hasilnya pun
sulit diharapkan. YaFlg menang membusungkan
dada,
yang kalah berujung memendam dendam berkepanjangan.
Terjadilah tarik-menarik kepentingaq
dan pergolakan
atau kerusuhan sosial tak terelakkan.
Di sinilah Panwaslu- Bawas-

das apa rakyat Indonesia dalam menghadapi hajat politik
~009? Masalah kecerdasan,

Jangankan masyarakat awam,
para pelaku politik (caleg) sekalipun, masih terlihat kekanak-kanakan. Terbuki, mereka
masih melakukan politik uang,
politik diskriminasi, kampanye
hitam, mencari kambing hitam, juga menjadikan isu kedaerahan dap. kebangsaan sebagai bagian dari memenangi
perlombaan.
Jelas, politik identitas ada di
antara kita. Lantas, akankah
kita larung dalam pusaran
yang menibahayakan itu?***

Penulis,

alumnus Prodi

Iu, KPU, MK, serta para'pe;e:Sastra Sunda Unpad, bergiat
gak konstitusi dan hukum
di Institut Nalar Jatinangor.
--lainnya, dituntut keberailian , ~
dan ketegasannya dalam men


...k.ksanakan beragam atura~

Klip i n 9 Hum 0 sUn
---

pod

2 009
--