Isra Miraj Dalam Dimensi Sosial Politik.

-----

Pikiran Rakyat
C

~

E

18

~~.!.~~

Setasa

0

Rabu

0


Kamis

0

Jumat

. Sabtu 0 Minggu
12
13
14
15
16
27
28
29
30
31

319 4 20 5 21 6
227

82~ 9 24 10 25 11 26
~:_~e.~ Q!!.~, Q_~E~S2_Me~_Q_!.~_.~ Jut 0 Ags OSep
_

.

OOkt

ONov

ODes

Isra
Miraj
-Dalam Dimensi Sosial' Politik
-

o.o,.,;;,.~_

Oleh LUfHFI

ElAIN perintah salat lima waktu, dimensi sosial politik dalam peristiwa Isra Miraj tidak banyak dibahas para mubalig dan ahli sejarah. Prof. Dr. M. Rawwas
Qol'ahji dalam sirah Nabawiyyah-nya dengan sangat jelas
mengungkap maksud politis di
balik berbagai perilaku Rasulullah saw., termasuk di antaranya peristiwa Isra Miraj. Setidaknya ada tiga kejadian penting yang dialami dan dilakukan RaSulullah saw. ketika itu.
Pertama, ketika Isra ke Baitul
Maqdis, beliau mendirikan salat di sana. Kedua, Rasulullah
menjadi imam ketika beliau salat bersama para nabi, dan para nabi mengikutinya. Ketiga,
Rasulullah saw. memilih gelas
yang berisi susu dan mengabai~
kan gelas yang berisi khamr
(minuman keras) sehingga Malaikat Jibril berkata, "Kamu telah membimbing menuju fitrah, kamu telah '!!..em~mbing

AFANDI

S

- --- - --

,


umatmu".
Terhadap kejadian tersebut,
setidaknya ada empat maksud
sosial politik di balik peristiwa
luar biasa yang menggemparkan masyarakat kala itu. Pertama, hingga terjadinya peristiwa
Isra dan Miraj, kepemimpinan
dunia ada dalam kekuasaan
B~i Isr.ail. Akan tetapi, karena

K lip i n 9 Hum QsUn

--

~

pod

mereka telah menyia-nyiakan
ideologi, menjual ideologi dengan harga yang murah, dan
mendistorsi agama, tongkat kepemimpinan dari tangan mereka diserahkan kepada komunitas yang layak untuk mengemban amanah kepemimpinan

dunia saat itu.
Sebagaimana diketahui, peristiwa Isra Miraj terjadi satu
tahun s.ebelum peristiwa hijrah
dari Mekah ke Yatsrib (Madi-.
nah' untuk mendirikan daulah
(negara) disana. Tentunya keputusan
Rasulullah
untuk
membangun negara di Madinah t'idak mungkin sempurna
kecuali dipenuhinya dua hal,
yakni ideologi dan sistem yang
dibangun haruslah kuat, akurat, dan sejalan dengan fitrah
manusia. Tangan-tangan yang
bersih, terpercaya, dan tulus
ikhlaslah yang akan diserahi
kekuasaan untuk menjalankan
sistem tersebut. Dari sini, pilihan Rasulullah terhadap gelas yang berisi susu mencerminkan fitrah dan perkataan
Jibril, "Kamu telah membimbl~ me_nujujitrah, kamu telah

_


2 009

-

membimbing umatmu". Ini
mengandung maksud bahwa
sistem yang akan diturunkan
kepada Nabi Muhammad agar
dibangun negara di atas sistem
itu, adalah fitrah yang menjadikan manusia tidak akan
mendapatkan
kesulitan dengan mengambilnya dan kemashlahatan ketika menegakkannya.
Kedua, tampilnya Rasulullah
saw. menjadi imam para nabi
merupakan indikasi akan teIjadinya perubahan politik yang
mendasar. Sebab, dengan kejadian tersebut, berarti telah beraIih kepemimpinan dari tangan
Bani Israil untuk selanjutnya
diserahkan kepada umat Nabi
Muhammad saw. Perubahan

tersebut merupakan perubahan
yang konstitusionaI (masyru'),
sebab yang melakukannya adalah orang-orang yang benar-benar mewakili umat.
Ketiga, sesungguhnya Isra
beliau ke BaitulMaqdis dan
menjadi imam salat bersama
para nabi menunjukkan bahwa
Baitul Maqdis termasuk bagian
dari 2ae!ahk~~~asaan ~~

Islam yang akan datang. Sebab,
tuan rumahlah yang berhak
menjadi imam salat. Dengan
demikian, tampilnya Rasulullah sebagai imam salat menjadi
bukti pengakuan mereka bahwa Baitul Maqdis merupakan
wilayah di antara beberapa wilayah Islam yang nantinya akan
berkibar bendera syariat Islam
di sana.
Keempat, sesungguhnya salat beliau dengan para nabi, padahal mereka berbeda bangsa
dan warna kUlitnya, menjadi

isyarat bahwa kekuasaan Islam
dengan ideologinya akan menaungi semua kaum Mukminin
dengan tidak membeda-bedakan antara yang hitam dan putih, antara bangsa Arab dan
non-Arab. Bangsa-bangsa yang
berbeda-beda tersebut semuanya akan dilebur daIam wadah
keimanan, kemudian dituang
dalam cetakan dalam bentuk
penerapan
syariat
Allah
SWT.***
Penulis, Humas HTI Jabar, dosen MKU agama Islam,
2!!!ive.rsitas l'ildjadjaran.