TINJAUAN YURIDIS MENGENAI PENINJAUAN KEMBALI YANG DIAJUKAN OLEH PENUNTUT UMUM TERHADAP PUTUSAN PENINJAUAN KEMBALI YANG TELAH DIAJUKAN LEBIH DAHULU OLEH TERPIDANA DI MAHKAMAH AGUNG.

TINJAUAN YURIDIS MENGENAI PENINJAUAN KEMBALI YANG DIAJUKAN
OLEH PENUNTUT UMUM TERHADAP PUTUSAN PENINJAUAN KEMBALI
YANG TELAH DIAJUKAN LEBIH DAHULU OLEH TERPIDANA DI MAHKAMAH
AGUNG
Berry Wira Praja
NPM. 110110070327
Lembaga Peninjauan Kembali (herziening) sebagai salah satu upaya hukum
luar biasa yang dapat digunakan oleh setiap orang (terpidana) untuk memperoleh
suatu keadilan dimana lembaga ini mempunyai sifat rekorektif terhadap putusan
pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap. Namun dalam sejarah
perkembangan hukum Indonesia, lembaga peninjauan kembali pernah dihebohkan
oleh suatu kasus di dunia hukum pidana, yaitu "terobosan hukum" yang dilakukan
oleh Penuntut Umum dengan pengajuan Peninjauan Kembali sebagai Upaya Hukum
Luar Biasa dalam kasus Mochtar Pakpahan dan Drs. Erik Mulia Wijaya.
Dalam penelitian ini yang menjadi masalah adalah Apakah Peninjauan
Kembali yang diajukan terhadap putusan Peninjauan Kembali dalam kasus hukum
tersebut bisa dibenarkan secara hukum? dengan Bagaimana sebaiknya ketentuan
Peninjauan Kembali pada masa akan datang apabila jaksa ternyata dapat
membuktikan adanya kesalahan dalam suatu putusan Peninjauan Kembali yang
sebelumnya telah diajukan oleh terpidana? Metode penelitian yang digunakan
adalah metode pendekatan secara yuridis normatif dengan spesifikasi penelitian

deskriptif analitis, dilanjutkan dengan metode pengumpulan data dengan cara studi
kepustakaan dan wawancara.
Kesimpulan dari penelitian yang penulis lakukan yakni Peninjauan Kembali
yang diajukan terhadap putusan Peninjauan Kembali yang diajukan oleh Terpidana
atau ahli warisnya dapat dibenarkan. Pemberian hak kepada jaksa untuk dapat
mengajukan Peninjauan Kembali dalam perkara pidana, dipandang tidak berlebihan
apabila diingat dari tujuan hukum itu sendiri, yaitu selain diharapkan mendapatkan
kepastian hukum seperti dalam doktrin hukum positif normative, juga mendapatkan
kemanfaatan seperti dalam doktrin sosiologi hukum, dan terwujudnya rasa keadilan
seperti dalam ajaran filsafat hukum. pemberlakuan hak pengajuan Peninjauan
Kembali perkara pidana akan menjadi ketentuan yang bijaksana, mempunyai nilai
manfaat dan berkeadilan, apabila diberikan kepada pihak-pihak yang
berkepentingan secara berimbang, bukan hanya kepada pihak tertentu.