STUDI KASUS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NO. 183 PK/PID/2010 TENTANG PENINJAUAN KEMBALI YANG DIAJUKAN OLEH TERPIDANA ATAS PUTUSAN PENINJAUAN KEMBALI YANG DIAJUKAN OLEH JAKSA PENUNTUT UMUM.

ABSTRAK

Permasalahan tentang adanya pertimbangan Majelis Hakim Mahkamah Agung
pada tingkat peninjauan kembali (PK) yang menerima permintaan peninjauan kembali
yang diajukan oleh terpidana atas putusan peninjauan kembali yang diajukan oleh jaksa
penuntut umum. Padahal diketahui ketentuan mengenai peninjauan kembali yang diatur
dalam Pasal 268 ayat (3) menyebutkan bahwa peninjauan kembali hanya dapat
dilakukan satu (1) kali saja. Akan tetapi disisi lain Pasal 263 ayat (1) menyebutkan
bahwa peninjauan kembali merupakan hak terpidana atau ahli warisnya. Permasalahan
lain yang perlu dianalisis adalah terkait pertimbangan majelis hakim yang memeriksa
dan membenarkan permintaan peninjauan kembali diluar alasan – alasan yang diajukan
oleh pemohon peninjauan kembali. Sedangkan, dalam hal memeriksa peninjauan
kembali, majelis hakim dengan kewenangannya hanya dapat memeriksa atas dasar
alasan – alasan yang diajukan oleh pemohon dan tidak diperkenankan membuat alasan
sendiri. Oleh karenanya menjadi hal yang menarik untuk dianalisis lebih lanjut apakah
majelis hakim dengan pertimbangannya sudah tepat dan benar dalam menerima dan
membenarkan permintaan peninjauan kembali yang diajukan oleh terpidana.
Metode penelitian yang digunakan dalam menganalisa dan meneliti studi kasus
ini adalah melalui pendekatan data yuridis normatif dengan data utama berupa data
sekunder yang diperoleh dengan studi kepustakaan.
Hasil penelitian yang diperoleh dalam penyusunan studi kasus ini menunjukkan

bahwa, pertama pertimbangan Majelis Hakim PK yang menerima permintaan
peninjauan kembali yang diajukan oleh terpidana atas putusan peninjauan kembali
yang diajukan oleh jaksa penuntut umum, merupakan pertimbangan hukum yang tepat
dan benar karena hal tersebut sesuai dengan ketentuan Pasal 263 ayat (1) KUHAP
yang esensinya hak untuk mengajukan peninjauan kembali memang diperuntukan bagi
terpidana; kedua, pertimbangan Majelis Hakim PK yang membenarkan permintaan
peninjauan kembali yang diajukan oleh terpidana, merupakan pertimbangan hukum
yang tepat dan dapat dibenarkan karena majelis hakim dalam pertimbangannya
mendasarkan pada alasan – alasan yang dimohonkan, yang mana keseluruhan
pertimbangan hakim telah sesuai dan saling berkaitan dengan alasan – alasan yang
diajukan oleh pemohon peninjauan kembali (terpidana). Oleh karena itu, Majelis Hakim
dianggap telah sesuai dengan wewenang dan jabatannya dalam memeriksa permintaan
peninjauan kembali.

iv