PENYELESAIAN KREDIT MACET MELALUI PARATE EKSEKUSI PADA OBJEK HAK TANGGUNGAN YANG MASIH TERIKAT PERJANJIAN SEWA MENYEWA.
PENYELESAIAN KREDIT MACET MELALUI PARATE EKSEKUSI
PADA OBJEK HAK TANGGUNGAN YANG MASIH TERIKAT
PERJANJIAN SEWA MENYEWA
ABSTRAK
Perbankan berperan dalam mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi dan
memperluas kesempatan kerja melalui penyediaan sejumlah dana pembangunan
dan memajukan dunia usaha, kredit erat kaitanya dengan jaminan yang dalam
tesis ini diatur dalam Undang-Undang Hak Tanggungan. Penelitian ini bertujuan
untuk menambah wawasan dan pengetahuan serta pemahaman terhadap
pelaksanaan eksekusi objek jaminan hak tanggungan menurut Undang-Undang
Hak Tanggungan serta untuk mengetahui akibat hukum bagi pihak ketiga selaku
pihak yang telah membeli dan penyewa objek hak tanggungan yang telah
berpindah tangan kepemilikan objek hak tanggungan melalui parate eksekusi
padahal masih dalam masa sewa menyewa.
Metode penelitian yang digunakan untuk membahas permasalahan dalam
penelitian ini adalah yuridis normatif, yaitu metode yang menitikberatkan pada
pemahaman dan analisis Undang-Undang Hak Tanggungan dengan mengkaji dan
dan menguji secara logis aspek-aspek hukum hak tanggungan yang melibatkan
pihak pembeli objek jaminan hak tanggungan dan pihak penyewa objek jaminan
hak tangungan selaku pihak ketiga. Spesifikasi penelitian bersifat deskriptif
analitis yaitu menggambarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku secara
menyeluruh dan sistematis yang kemudian dilakukan analisis pemecahan
masalahnya
Hasil dari penelitian yang dilakukan penulis menunjukan bahwa
mekanisme pelaksanaan penyelesaian kredit bermasalah menurut Undang-Undang
Hak Tanggungan dalam pelaksanaanya tidak wajib melalui fiat eksekusi
pengadilan untuk kemudia di lelang secara umum melalui Kantor Pelayanan
Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) berdasarkan Pasal 6 UUHT, karena
apabila dirasakan lebih menguntungkan parate eksekusi dapat melalui penjualan
dengan cara dibawah tangan sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 20 ayat (2)
UUHT. Dalam pelaksanaannya akibat hukum bagi pihak ketiga selaku pihak yang
telah membeli dan penyewa objek hak tanggungan yang masih terikat perjanjian
sewa menyewa maka bagi pihak yang telah membeli objek Hak Tanggungan
tersebut dia berhak atas kepemilikan objek tersebut, akan tetapi belum dapat
menggunakanya dikarenakan objek tersebut masih dalam sewa oleh pemilik
sebelumnya. Hal itu sesuai asas jual beli tidak memutus sewa-menyewa itu adalah
asas yang tersirat dalam ketentuan pasal 1576 ayat (1) KUHPerdata.
ii
PADA OBJEK HAK TANGGUNGAN YANG MASIH TERIKAT
PERJANJIAN SEWA MENYEWA
ABSTRAK
Perbankan berperan dalam mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi dan
memperluas kesempatan kerja melalui penyediaan sejumlah dana pembangunan
dan memajukan dunia usaha, kredit erat kaitanya dengan jaminan yang dalam
tesis ini diatur dalam Undang-Undang Hak Tanggungan. Penelitian ini bertujuan
untuk menambah wawasan dan pengetahuan serta pemahaman terhadap
pelaksanaan eksekusi objek jaminan hak tanggungan menurut Undang-Undang
Hak Tanggungan serta untuk mengetahui akibat hukum bagi pihak ketiga selaku
pihak yang telah membeli dan penyewa objek hak tanggungan yang telah
berpindah tangan kepemilikan objek hak tanggungan melalui parate eksekusi
padahal masih dalam masa sewa menyewa.
Metode penelitian yang digunakan untuk membahas permasalahan dalam
penelitian ini adalah yuridis normatif, yaitu metode yang menitikberatkan pada
pemahaman dan analisis Undang-Undang Hak Tanggungan dengan mengkaji dan
dan menguji secara logis aspek-aspek hukum hak tanggungan yang melibatkan
pihak pembeli objek jaminan hak tanggungan dan pihak penyewa objek jaminan
hak tangungan selaku pihak ketiga. Spesifikasi penelitian bersifat deskriptif
analitis yaitu menggambarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku secara
menyeluruh dan sistematis yang kemudian dilakukan analisis pemecahan
masalahnya
Hasil dari penelitian yang dilakukan penulis menunjukan bahwa
mekanisme pelaksanaan penyelesaian kredit bermasalah menurut Undang-Undang
Hak Tanggungan dalam pelaksanaanya tidak wajib melalui fiat eksekusi
pengadilan untuk kemudia di lelang secara umum melalui Kantor Pelayanan
Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) berdasarkan Pasal 6 UUHT, karena
apabila dirasakan lebih menguntungkan parate eksekusi dapat melalui penjualan
dengan cara dibawah tangan sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 20 ayat (2)
UUHT. Dalam pelaksanaannya akibat hukum bagi pihak ketiga selaku pihak yang
telah membeli dan penyewa objek hak tanggungan yang masih terikat perjanjian
sewa menyewa maka bagi pihak yang telah membeli objek Hak Tanggungan
tersebut dia berhak atas kepemilikan objek tersebut, akan tetapi belum dapat
menggunakanya dikarenakan objek tersebut masih dalam sewa oleh pemilik
sebelumnya. Hal itu sesuai asas jual beli tidak memutus sewa-menyewa itu adalah
asas yang tersirat dalam ketentuan pasal 1576 ayat (1) KUHPerdata.
ii