KECERNAAN NUTRIEN DAN ENERGI METABOLIS SEMU PUYUH (Coturnix coturnix japonica) YANG DISUPLEMENTASI METIONIN DALAM RANSUM DENGAN LEVEL ENERGI METABOLIS BERBEDA.

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Energi metabolis (EM) merupakan energi yang siap untuk dimanfaatkan
oleh ternak dalam berbagai aktivitas seperti aktivitas fisik, mempertahankan suhu
tubuh, metabolisme, pembentukan jaringan, produksi dan reproduksi (McDonald
et al., 1994). Standar kebutuhan EM untuk puyuh petelur menurut Standar
Nasional Indonesia (2006) yaitu minimal 2.700 kkal/kg sedangkan menurut
National Research Council (1994) yaitu 2.900 kkal/kg. Energi memegang peranan
penting dalam ransum unggas karena energi dapat memengaruhi kebutuhan
nutrien lain (Mona dan Osman, 2011). Level energi dalam ransum secara
proporsial akan memengaruhi konsumsi ransum.
Regulasi konsumsi ransum dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain
level EM, protein, lemak dan temperatur yang dapat dirangkum dalam teori
glukostatik, aminostatik, lipostatik dan termostatik (Gleaves, 1989; Ferket dan
Gernat, 2006). Berdasarkan teori glukostatik puyuh mengonsumsi ransum untuk
memenuhi kebutuhan energi terlebih dahulu (Ferket dan Gernat, 2006), sehingga
akan berpengaruh terhadap konsumsi nutrien lainnya, seperti protein dan mineral
(Pond et al., 1995; Mahmood et al., 2014). Namun, Smith dan Taylor (1974)
menyatakan bahwa teori glukostatik tidak efektif pada unggas. Pernyataan

tersebut tersebut didukung pula oleh Mahmood et al. (2014) bahwa unggas
mengonsumsi ransum untuk memenuhi kebutuhan protein dan asam amino
terlebih dahulu.
Level EM dalam ransum dapat memengaruhi absorpsi nutrien lainnya,
apabila EM terlalu tinggi maka konsumsi akan menurun dan terjadi defisiensi
nutrien lain. Sebaliknya ketika EM dalam ransum terlalu rendah, konsumsi akan
meningkat dan konsumsi nutrien lain menjadi berlebih selain itu terjadi perubahan
asam amino sebagai sumber EM dan dikhawatirkan terjadi defisiensi protein atau
nutrien lain (MacLeod, 2004). Level EM yang berlebih juga akan menyebabkan
inefisiensi karena banyak nutrien yang tidak diabsorpsi, melainkan diekskresikan

1

2

dari dalam tubuh (Moosavi et al., 2011). Pengaturan metabolisme energi dalam
tubuh dan peningkatan efisiensi penggunaan nutrien dapat dilakukan dengan
penyesuaian level EM dalam ransum (Ferket dan Gernat, 2006; Ghazvinian et al.,
2011) dan suplementasi bahan aditif yang berperan dalam metabolisme energi dan
protein, misalnya metionin (Eklund et al., 2005; Arslan, 2006).

Metionin adalah salah satu aditif sebagai donor metil (CH3) yang berperan
pada metabolisme energi dan protein (Metzler-Zebeli et al., 2009; Ratriyanto et
al., 2009). Metil diperlukan dalam transmetilasi untuk membentuk karnitin,
kreatin, fosfatidilkolin dan epinefrin yang penting dalam proses metabolisme
energi dan protein (Eklund et al., 2005). Adanya peningkatan dalam proses
metabolisme akan berpengaruh terhadap jumlah nutrien yang diabsorpsi di dalam
saluran pencernaan (Ratriyanto et al., 2010). Metionin juga dapat meningkatkan
pembentukan glukosa dan glikogen, sehingga apabila puyuh kekurangan energi,
metionin akan dikonversi menjadi energi (MacLeod, 2004; Piliang dan
Djodjosoebagio, 2006).
Penelitian Hemid et al. (2010) menunjukkan bahwa penurunan level EM
ransum puyuh tanpa suplementasi metionin dari 3.050 menjadi 2.900 kkal/kg
meningkatkan kecernaan protein kasar. Namun, penelitian Kusharini (2016)
menyatakan bahwa suplementasi metionin sebesar 0,06 dan 0,12% dalam ransum
puyuh dengan energi metabolis 2.800 kkal/kg tidak meningkatkan kecernaan
nutrien puyuh. Berdasarkan uraian di atas, maka diperlukan kajian mengenai
pengaruh suplementasi metionin dalam ransum dengan energi metabolis yang
berbeda terhadap kecernaan nutrien dan energi metabolis semu puyuh.

B. Rumusan Masalah


Level EM dalam ransum secara proporsial akan memengaruhi konsumsi
ransum harian. Puyuh akan berhenti makan apabila konsumsi energi sudah
terpenuhi, sehingga akan berpengaruh terhadap konsumsi nutrien lainnya seperti
protein dan mineral. Level energi yang tidak tepat akan menyebabkan terjadinya
kekurangan atau kelebihan konsumsi nutrien lainnya, bahkan menyebabkan

3

inefisiensi karena banyak nutrien yang tidak diabsorpsi, tetapi diekskresikan dari
dalam tubuh. Peningkatan efisiensi penggunaan nutrien dapat dilakukan dengan
penyesuaian level EM dalam ransum dan suplementasi aditif ransum yang
berperan dalam metabolisme energi dan protein, misalnya metionin.
Metionin berperan sebagai donor gugus metil (CH3). Metionin diperlukan
dalam reaksi transmetilasi untuk membentuk karnitin, kreatin, fosfatidilkolin dan
epinefrin yang penting dalam metabolisme energi dan protein, sehingga
diharapkan suplementasi metionin dalam ransum dengan level EM yang berbeda
dapat meningkatkan kecernaan nutrien dan energi metabolis semu (EMS) puyuh.

C. Tujuan Penelitian


Tujuan penelitian ini adalah:
1.

Mengetahui interaksi antara level EM dan suplementasi metionin terhadap
kecernaan nutrien dan EMS puyuh puyuh.

2.

Mengetahui pengaruh level EM dalam ransum terhadap kecernaan nutrien
dan EMS puyuh.

3.

Mengetahui pengaruh level suplementasi metionin dalam ransum terhadap
kecernaan nutrien dan EMS puyuh puyuh.

Dokumen yang terkait

PENGARUH PENAMBAHAN METIONIN DALAM RANSUM DENGAN LEVEL PROTEIN YANG BERBEDA TERHADAP BERAT TELUR DAN PERSENTASE BAGIAN-BAGIAN TELUR BURUNG PUYUH (Coturnix coturnix japonica).

0 0 6

Pengaruh Kandungan Energi Metabolis dan Suplementasi Metionin dalam Ransum Terhadap Performa Puyuh (Coturnix coturnix japonica).

0 0 4

PENGARUH LEVEL ENERGI METABOLIS DAN SUPLEMENTASI BETAIN DALAM RANSUM TERHADAP KUALITAS FISIK TELUR PUYUH (Coturnix coturnix japonica).

0 3 3

PERFORMA PUYUH (Coturnix coturnix japonica) YANG DISUPLEMENTASI DONOR METIL DALAM RANSUM DENGAN KANDUNGAN PROTEIN 16,5%.

0 1 3

PENGARUH SUPLEMENTASI BETAIN DALAM RANSUM RENDAH METIONIN TERHADAP KECERNAAN NUTRIEN PADA PUYUH (Coturnix coturnix japonica).

0 2 12

PENGARUH SUPLEMENTASI BETAIN TERHADAP KECERNAAN NUTRIEN PADA PUYUH (Coturnix coturnix japonica).

0 0 13

KECERNAAN NUTRIEN DAN PERSENTASE KARKAS PUYUH (Coturnix coturnix japonica) JANTAN YANG DIBERI AMPAS TAHU FERMENTASI DALAM RANSUM BASAL.

0 0 10

PENGARUH SUPLEMENTASI METIONIN DALAM RANSUM DENGAN KANDUNGAN ENERGI METABOLIS BERBEDA PADA KUALITAS FISIK TELUR PUYUH (Coturnix coturnix japonica)

0 0 15

PERFORMA PUYUH (Coturnix coturnix japonica) YANG DISUPLEMENTASI BETAIN DALAM RANSUM DENGAN LEVEL ENERGI METABOLIS YANG BERBEDA - UNS Institutional Repository

0 0 12

HALAMAN PERSETUJUAN Skripsi yang berjudul KECERNAAN NUTRIEN DAN ENERGI METABOLIS SEMU PUYUH (Coturnix coturnix japonica) YANG DISUPLEMENTASI BETAIN DALAM RANSUM DENGAN KANDUNGAN ENERGI METABOLIS YANG BERBEDA

0 0 14