Pengembangan modul fisika berbasis inkuiri terbimbing pada materi fluida dinamis untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa sma JURNAL. JURNAL

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

PENGEMBANGAN MODUL FISIKA BERBASIS INKUIRI
TERBIMBING PADA MATERI FLUIDA DINAMIS UNTUK
MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA
Dardiri1, Sarwanto2 dan Soeparmi3
1

Magister Pendidikan Sains, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret
Surakarta, 57126, Indonesia
masdardiri@student.uns.ac.id

2

Magister Pendidikan Sains, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret
Surakarta, 57126, Indonesia
sarwanto@staff.fkip.uns.ac.id

3


Magister Pendidikan Sains, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret
Surakarta, 57126, Indonesia
soeparmi@staff.uns.ac.id

Abstrak
Modul fisika berbasis inkuiri terbimbing pada materi fluida dinamis perlu dikembangkan untuk
meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Penelitian pengembangan ini bertujuan untuk: (1)
mendeskripsikan karakteristik modul fisika berbasis inkuiri terbimbing pada materi fluida dinamis; (2)
memperoleh modul fisika berbasis inkuiri terbimbing pada materi fluida dinamis yang telah
memenuhi kriteria kelayakan; (3) meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa setelah mengikuti
pembelajaran menggunakan modul fisika berbasis inkuiri terbimbing hasil pengembangan. Penelitian
ini merupakan Research and Development (R&D) dengan mengacu model 4-D (four D model) yang
dikemukakan oleh Thiagarajan (1974). Modul tersebut disusun dengan tahapan inkuiri terbimbing
yang terdiri dari merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menguji
hipotesis, dan menyimpulkan. Selain itu, modul juga dilengkapi dengan kemampuan berpikir kritis.
Modul ini dinilai berdasarkan kelayakan isi, bahasa, penyajian, dan kegrafikan, serta uji coba kelas
kecil dan kelas besar pada siswa, dan tahap penyebaran kepada guru fisika. Pengumpulan data
penelitian menggunakan angket dan lembar observasi, lembar validasi, tes kemampuan berpikir kritis,
angket psikomotorik, angket afektif, angket respon, dan angket Disseminate. Analisis data yang

digunakan pada tahap define adalah analisis data deskriptif, pada tahap design dengan analisis data
kualitatif, pada tahap develop untuk data validasi modul menggunakan nilai cut off dan data
kemampuan berpikir kritis siswa dianalisis menggunakan uji t berpasangan dan dihitung dengan Ngain ternormalisasi, dan pada tahap Disseminate menggunakan analisis data deskriptif yang
dikonversi menjadi kategori kualitas dengan skala 3. Hasil penelitian ini adalah: (1) karakteristik
modul fisika yang dikembangkan memuat tahapan inkuiri terbimbing pada setiap kegiatan belajar
disertai dengan komponen kemampuan berpikir kritis yang terdapat pada soal evaluasi; (2) modul
dikategorikan layak berdasarkan ahli materi, ahli media, guru fisika, dan peer review yang
ditunjukkan dengan nilai rata-rata 82,92 lebih besar dari nilai minimum kelayakan 81,57. Serta
didukung dengan respon baik dari siswa dan hasil Disseminate yang mengkategorikan modul sangat
baik; (3) kemampuan berpikir kritis siswa setelah mengikuti proses pembelajaran menggunakan
modul fisika berbasis inkuiri terbimbing materi fluida dinamis mengalami peningkatan dalam kategori
sedang dengan N-gain sebesar 0,65, untuk aspek membuat inferensi mengalami peningkatan tertinggi
sedangkan untuk peningkatan terendah pada aspek mengatur strategi dan teknik.
Kata Kunci: modul fisika berbasis inkuiri terbimbing, kualitas modul, kemampuan berpikir
kritis.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id


digilib.uns.ac.id

manusia. Setiap manusia memiliki potensi
untuk tumbuh dan berkembang menjadi pemikir
Pendidikan adalah usaha sadar dan
yang kritis karena sesungguhnya kegiatan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar
berpikir memiliki hubungan dengan pola
dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif
pengelolaan diri (self organization) yang ada
mengembangkan potensi dirinya untuk
pada diri manusia itu sendiri (Liliasari, 2001:
memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
55). Oleh karena itu, pengembangan
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
kemampuan berpikir kritis menjadi sangat
akhlak mulia, serta keterampilan yang
penting bagi siswa di setiap jenjang pendidikan.
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
Kemampuan berpikir kritis dapat dilatih

negara (Depdiknas, 2003: 3). Pengertian
pada siswa dalam proses pembelajaran di kelas.
tersebut memberikan gambaran bahwa proses
Masalahnya adalah dalam proses pembelajaran
pembelajaran diarahkan untuk membentuk
saat ini, siswa kurang didorong untuk
kecakapan hidup dalam diri siswa.
mengembangkan kemampuan berpikir kritis.
Salah satu kecakapan hidup (life skill)
Rofi’udin (2000) dan Guilford
(dalam
yang perlu dikembangkan melalui proses
Munandar, 2009: 31) menyatakan bahwa
pendidikan adalah kemampuan berpikir.
rendahnya kemampuan berpikir kritis-kreatif
Kecakapan hidup adalah kecakapan yang
yang dimiliki oleh lulusan pendidikan dasar
dimiliki seseorang untuk berani menghadapi
sampai perguruan tinggi karena pendidikan
masalah kehidupan dengan wajar tanpa merasa

belum ditangani dengan baik dan masih kurang
tertekan, kemudian secara proaktif dan kreatif
mendapatkan perhatian.
mencari serta menemukan solusi untuk
Kualitas pendidikan di Indonesia masih
mengatasinya. Secara umum kecakapan hidup
rendah. Hal ini berdasarkan dari hasil penilaian
diklasifikasikan menjadi empat jenis, yaitu: (1)
TIMSS (Trend in International Mathematics
kecakapan personal (personal skill) yang
and Science Study) dan PISA (Programme for
mencakup kecakapan mengenal diri (self
International Student Assessment). Survei
awareness) dan kecakapan berpikir (thinking
TIMSS tahun 2011 untuk bidang sains,
skill), (2) kecakapan sosial (social skill), (3)
Indonesia berada di urutan ke-40 dari 42 negara
kecakapan akademik (academic skill), dan (4)
dengan skor 406, jauh berada dibawah negara
kecakapan vokasional (vocational skill)

tetangga seperti Singapura, Malaysia dan
(Suyono dan Hariyanto, 2011: 178).
Thailand. Sedangkan survei PISA tahun 2012,
Kemampuan seseorang untuk dapat
Indonesia berada di urutan ke-64 dari 65 negara
berhasil dalam kehidupannya antara lain
peserta dengan skor 382, jauh dari skor rata-rata
ditentukan oleh kecakapan atau kemampuan
yaitu 501. Berdasarkan hasil penilaian TIMSS
berpikir (thinking skill). Kemampuan berpikir
dan PISA tampak bahwa prestasi siswa di
dibagi menjadi beberapa bentuk yaitu: berpikir
Indonesia masih rendah dibandingkan negarareflektif, berpikir kreatif, berpikir kritis,
negara lain.
berpikir logis, dan berpikir metakognitif (King,
Rendahnya
prestasi
siswa
juga
1997: 1). Dari bentuk-bentuk kemampuan

mengindikasikan
rendahnya
kemampuan
berpikir tersebut, salah satu kemampuan
berpikir kritis siswa. Hal ini sesuai dengan
berpikir yang perlu dikembangkan adalah
pendapat Novak dan Levinger cit Maria (2011),
berpikir kritis.
“how to learn atau thinking to learn, learn to
Ennis (1985) mengungkapkan bahwa
think”. Belajar adalah proses berpikir. Jadi
berpikir kritis adalah berpikir reflektif yang
proses
belajar
bukanlah
memindahkan
berfokus pada pola pengambilan keputusan
pengetahuan dari guru pada siswa, melainkan
tentang apa yang harus diyakini dan harus
suatu aktivitas yang memungkinkan siswa dapat

dilakukan
(dalam
Hassoubah,
2004).
membangun sendiri pengetahuannya (Sanjaya,
Kemampuan berpikir kritis merupakan salah
2008: 3) sehingga siswa akan memiliki
satu modal dasar atau modal intelektual yang
kemampuan berpikir kritis yang tinggi dan
sangat penting bagi setiap orang dan merupakan
commit
to
user
memperoleh
hasil belajar yang lebih baik. Pada
bagian yang fundamental dari kematangan

Pendahuluan

2


perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

rendah. Rendahnya kemampuan berpikir siswa
kenyataannya, proses pembelajaran di sekolah
karena
proses
pembelajaran
belum
diarahkan kepada kemampuan siswa untuk
menggunakan pendekatan ilmiah, inkuiri salah
menghafal informasi tanpa dituntut untuk
satunya.
memahami informasi yang diingatnya dan
Permasalahan yang muncul di SMA
menghubungkannya dengan kehidupan sehariNegeri 1 Piyungan, salah satu alasan fisika
hari. Hal ini yang mengakibatkan kemampuan
belum diajarkan menggunakan pendekatan

berpikir dan daya analisis siswa kurang
inkuiri pada proses pembelajaran fisika adalah
berkembang.
karena tidak adanya buku pegangan/modul
Data yang diperoleh melalu hasil
yang memuat materi fisika yang telah berisi
observasi di SMA Negeri 1 Piyungan, nilai UN
panduan pembelajaran dengan pendekatan
Tahun Ajaran 2013/2014 diketahui bahwa pada
inkuiri yang memfasilitasi kemampuan berpikir
pokok bahasan fluida dinamis, siswa
kritis siswa. Hal tersebut dapat diamati dengan
mendapatkan nilai lebih rendah dari nilai ratamemperhatikan buku-buku referensi yang saat
rata kabupaten Bantul, propinsi DI Yogyakarta
ini masih digunakan di sekolah. Padahal sumber
dan nasional. Pada indikator menjelaskan
dan media pembelajaran merupakan sesuatu
hukum-hukum yang berhubungan dengan fluida
yang sangat penting dalam proses pembelajaran
statik dan fluida dinamik dan penerapannya

karena menjadi salah satu faktor penentu
dalam kehidupan sehari-hari, rata-rata yang
keberhasilan
mempelajari
ilmu
fisika.
diperoleh SMAN 1 Piyungan adalah 31,34, jauh
Akibatnya
adalah
pembelajaran
yang
lebih kecil dibandingkan nilai rata-rata
berlangsung di kelas sifatnya verbal,
kabupaten Bantul 42,85 dan rata-rata propinsi
kekurangsiapan siswa dalam mengikuti
DI Yogyakarta 47,66 serta nasional sebesar
pembelajaran menyebabkan komunikasi antara
61,68.
guru dan siswa seringkali mengalami
Berdasarkan hasil angket pengungkap
penyimpangan sehingga produk belajarnya
kebutuhan siswa di SMA Negeri 1 Piyungan
tidak efektif dan efisien (Suparwoto, 2007: 36).
menunjukkan aktivitas keterlibatan siswa dalam
Di sinilah perlunya penerapan media dalam
pembelajaran di kelas masih rendah. Siswa
pembelajaran, yang didesain khusus untuk
kurang mendapatkan pengalaman langsung
membantu siswa agar mampu mencapai
dalam menemukan konsep. Guru kurang
kemampuan berpikir kritis yang diharapkan.
memfasilitasinya
karena
metode
yang
Salah satu media belajar yang dirasa
digunakan dalam pembelajaran di kelas adalah
dapat membantu siswa maupun guru dalam
ceramah. Padahal, penyampaian materi fluida
proses pembelajaran fisika untuk meningkatkan
dinamis
membutuhkan
pemikiran
dan
kemampuan berpikir kritis adalah modul
penjelasan
melalui
penalaran.
Dengan
pembelajaran berbasis inkuiri terbimbing.
penalaran tersebut kemampuan berpikir kritis
Modul
merupakan
salah
satu
media
siswa SMA akan terasah. Berdasarkan hasil
pembelajaran dalam bentuk buku paket mandiri
observasi aktivitas kemampuan berpikir kritis
yang meliputi serangkaian pengalaman belajar
siswa kelas XI MIA 1 pada saat pembelajaran,
yang direncanakan dan disusun secara
dari kelima aspek kemampuan berpikir kritis,
sistematis dengan tujuan membantu siswa.
semuanya menunjukkan tingkat yang rendah.
Menurut Putri (2014), dengan menggunakan
Melalui observasi didapatkan 16% dari total
modul berbasis inkuiri terbimbing dapat
siswa memberikan penjelasan sederhana dan
meningkatkan prestasi belajar siswa.
membuat inferensi. Sedangkan pada aspek
Pengajaran
berdasarkan
inkuiri
membangun keterampilan dasar, membuat
terbimbing merupakan suatu proses bagaimana
penjelasan lebih lanjut dan mengatur strategi
pengetahuan yang diperoleh siswa menjadi
dan teknik hanya 8% dari keseluruhan siswa.
bermakna melalui keterampilan berpikir.
Hal itu diperkuat dari hasil wawancara dengan
Menurut Mathew (2013: 147) metode
guru mata pelajaran fisika di SMAN 1
pengajaran ini memungkinkan siswa untuk
Piyungan yang menyatakan bahwa rata-rata
commit to bergerak
user
langkah demi langkah dari
kemampuan berpikir siswa memang masih

3

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

Desain eksperimen yang digunakan
adalah one group pretest and posttest, sehingga
penelitian hanya melibatkan sekelompok
subjek yang diberi pretest sebelum dikenai
perlakuan, dan posttest setelah dikenai
perlakuan untuk diketahui hasil akibat
perlakuan tersebut.
Pada tahap define, metode pengumpulan
data yang digunakan adalah angket dan
observasi.
Teknik
angket
dilakukan
menggunakan instrumen angket kebutuhan
guru dan siswa. Teknik observasi dilakukan
untuk mengetahui aktivitas berpikir kritis siswa
saat pembelajaran. Lembar angket dan
observasi telah divalidasi oleh pembimbing.
Data yang diperoleh dari angket dan lembar
observasi dianalisis menggunakan analisis
deskriptif yang kemudian diperoleh skor ratarata yang dikonversi menjadi persetase.
Pada tahap Design, data yang diperoleh
dianalisis menggunakan analisis data kualitatif
model Spradley (dalam Sugiyono, 2009).
Data yang diperoleh pada tahap develop
adalah data validasi ahli (materi dan media),
guru fisika dan peer review, nilai pretest
posttest dan angket respon. Teknik analisis data
untuk data validasi modul menggunakan nilai
cut off dan data kemampuan berpikir kritis
siswa dianalisis menggunakan uji t berpasangan
dan dihitung dengan N-gain ternormalisasi
menggunakan persamaan Meltzer (2002).
Angket respon dianalisis menggunakan kategori
skala empat menurut teori Mardapi (2004).
Pada tahap disseminate, data yang
diperoleh adalah data angket respon guru fisika.
Data yang diperoleh dari angket dianalisis
menggunakan
analisis
deskriptif
yang
kemudian diperoleh skor rata-rata, dengan
pengkategorian menggunakan skala tiga
menurut Azwar (2005).

mengidentifikasi
masalah,
merumuskan
masalah, membuat hipotesis, mengumpulkan
data dan menganalisis data serta menarik
kesimpulan. Hal itu dapat membuat perubahan
perilaku dari dalam diri siswa. Kofka (dalam
Sanjaya, 2008: 195) melalui teori belajar
Gestalt menjelaskan bahwa perubahan perilaku
disebabkan karena adanya pengetahuan dalam
diri siswa, sehingga tugas guru adalah
menyediakan sarana yang dapat memungkinkan
setiap
siswa
dapat
menangkap
dan
mengembangkan pengetahuan itu sendiri. Hal
tersebut memberikan gambaran bahwa belajar
bukan hanya mengingat sejumlah fakta, akan
tetapi belajar adalah proses mengembangkan
potensi seluruh otaknya.
Berdasarkan uraian di atas, kemampuan
berpikir kritis tidak hanya melibatkan siswa
saja tapi juga perlu kesiapan modul yang
digunakan. Untuk itu, dilakukan penelitian
pengembangan modul fisika berbasis inkuiri
terbimbing pada materi fluida dinamis untuk
meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa
SMA. Tujuan penelitian ini adalah untuk (1)
mendeskripsikan karakteristik modul fisika
berbasis inkuiri terbimbing pada materi fluida
dinamis untuk siswa kelas XI SMA, (2)
memperoleh modul fisika berbasis inkuiri
terbimbing pada materi fluida dinamis untuk
siswa kelas XI SMA yang telah memenuhi
kriteria kelayakan, (3) mengetahui peningkatan
kemampuan berpikir kritis siswa setelah
mengikuti pembelajaran menggunakan modul
fisika berbasis inkuiri terbimbing hasil
pengembangan.

Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode
penelitian dan pengembangan (research and
development).
Pada
penelitian
dan
pengembangan ini produk yang dihasilkan
adalah modul fisika berbasis inkuiri terbimbing
untuk siswa SMA kelas XI pada materi fluida
dinamis. Model penelitian yang digunakan
merupakan hasil adaptasi model 4-D (four-D
model) dari Thiagarajan (1974), langkahlangkahnya:
define,
design,
develop,
disseminate atau model 4-P (pendefinisian,
perancangan, pengembangan, dan penyebaran).

Hasil Penelitian dan Pembahasan
Deskripsi Data
Penelitian dan pengembangan modul

fisika berbasis inkuiri terbimbing pada materi
fluida dinamis dilakukan dengan model 4-D
yang meliputi 1) define, 2) design, 3) develop,
commit to 4)
user
disseminate. Setiap tahapan menunjukkan
hasil sebagai berikut.

4

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

Deskripsi data hasil angket kebutuhan
guru dan siswa pada tahap define menunjukkan
hanya 12% guru menggunakan sumber belajar
berbasis inkuiri terbimbing. Dari angket juga
diperoleh informasi tidak digunakannya modul
dalam proses pembelajaran. Sebanyak 84%
guru membutuhkan modul yang dapat
menjelaskan materi secara jelas menggunakan
bahasa yang mudah dipahami siswa. Beberapa
pertanyaan dalam angket memiliki aspek dasar
kemampuan berpikir kritis dan hanya 22%
siswa yang telah memenuhi kemampuan
berpikir kritis. Data tersebut didukung juga dari
observasi aktivitas siswa dalam proses
pembelajaran, yang menunjukkan untuk setiap
aspek kemampuan berpikir kritis siswa
dibawah 16%.
Tahap
design
dilakukan
dengan
pengumpulan materi kemudian penyusunan
pola keterkaitan antara kegiatan dimodul
dengan sintaks inkuiri terbimbing dan
kemampuan berpikir kritis, SK, KD dan
indikator materi fluida dinamis disesuaikan
dengan KTSP.
Tahap Develop dilakukan validasi modul
untuk mengetahui kebenaran isi dan format
modul. Proses validasi melibatkan dua ahli
materi dan ahli media, dua guru fisika, dan tiga
peer review. Validasi materi pada komponen
kelayakan isi diperoleh rata-rata 75,5 dari skor
maksimum 100 dengan kategori “Sangat
Baik”. Validasi materi pada komponen
kelayakan bahasa diperoleh rata-rata 30,5 dari
skor maksimum 40 dengan kategori “Sangat
Baik”. Validasi media pada komponen
penyajian diperoleh rata-rata 49 dari skor
maksimum 60 dengan kategori “Sangat Baik”.
Validasi media pada komponen kegrafikan
diperoleh rata-rata 65,5 dari skor maksimum 80
dengan kategori “Sangat Baik”. Validasi guru
fisika diperoleh rata-rata 251 dari skor
maksimum 280 dengan kategori “Sangat
Baik”. Validasi oleh peer review diperoleh
rata-rata 242,3 dari skor maksimum 280
dengan kategori “Sangat Baik”.
Berdasarkan hasil validasi kemudian
dilakukan
perhitungan
cut
off
yang
menunjukkan rata-rata sebesar 82,92 lebih
besar dari nilai minimum kelayakan 81,57,

sehingga modul dikategorikan layak digunakan
dalam pembelajaran.
Tahap uji kelas kecil dilakukan kepada
12 siswa dari kelas MIA 2 SMAN 1 Piyungan.
Pada tahap ini bertujuan untuk mendapatkan
penilaian, saran, dan tanggapan dari siswa
terhadap modul fisika yang dikembangkan,
data yang didapatkan kemudian dirata-rata.
Hasil penilaian diperoleh skor sebesar 8,7,
berada pada kategori “Sedang”.
Tahap uji kelas besar dilakukan kepada
24 siswa dari kelas XI MIA 1 SMAN 1
Piyungan.
Sebelum
modul
fisika
diimplementasikan dalam pembelajaran, siswa
diberikan pretest terlebih dahulu. Kemudian
siswa diberikan soal posttest setelah melakukan
pembelajaran menggunakan modul fisika
berbasis inkuiri terbimbing. Deskripsi data
pretest dan posttest disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Deskripsi Data Kemampuan Berpikir Kritis
Jumlah
Standar
Jenis Tes
Mean
Siswa
Deviasi
Pretest
24
40,21
13,63
Posttest
24
77,29
11,61

Hasil pretest dan posttest diuji prasyarat
yaitu uji normalitas dan uji homogenitas. Uji
prasyarat ini digunakan sebagai dasar untuk uji
selanjutnya akan menggunakan uji parametrik
atau nonparametrik. Hasil uji menunjukkan
data pretest dan data posttest berdsitribusi
normal dan homogen. Keputusan uji
selanjutnya yaitu digunakan uji parametrik
untuk mengetahui peningkatan kemampuan
berpikir kritis. Uji parametrik yang digunakan
yaitu uji t untuk dua kelompok berpasangan
pada data pretest dan posttest. Pengolahan data
statistik menggunakan SPSS 16 diperoleh hasil
Sig. (2-tailed) di bawah 0,05 yaitu 0,000.
Dapat disimpulkan bahwa terdapat terdapat
perbedaan rata-rata kemampuan berpikir kritis
siswa sebelum dan sesudah menggunakan
modul fisika berbasis inkuiri terbimbing.
Dari hasil pretest dan posttest kemudian
dihitung N-Gain setiap aspek kemampuan
berpikir kritis yang ditunjukkan Tabel 2.

commit to user

5

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

Tabel 2. Deskripsi Data N-Gain Setiap Aspek
Kemampuan Berpikir Kritis
Aspek
N-Gain Kategori
Memberikan penjelasan
0,73
Tinggi
sederhana
Membangun keterampilan dasar
0,69
Sedang
Membuat inferensi
0,75
Tinggi
Membuat penjelasan lebih lanjut
0,56
Sedang
Mengatur strategi dan teknik
0,51
Sedang

Pembahasan

Karakteristik Modul Fisika Berbasis Inkuiri
Terbimbing
Hasil angket pengungkap kebutuhan
guru dan siswa, serta observasi aktivitas siswa
yang telah dilakukan diperoleh kesimpulan
bahwa dalam proses pembelajaran tidak
menggunakan modul dan sebagian besar siswa
mengalami kesulitan dalam memahami materi
Peningkatan kemampuan berpikir kritis
fluida dinamis. Oleh karena itu, guru dan siswa
siswa juga didukung dari proses kegiatan
setuju bila dikembangkan modul yang dapat
pembelajaran di kelas. Keterlaksanaan sintaks
meningkatkan kemampuan berpikir kritis
pembelajaran inkuiri terbimbing berdasarkan
siswa.
aktivitas guru diperoleh rata-rata 90,11% dan
Penyusunan modul fisika mengadaptasi
aktivitas siswa sebesar 89,13% yang
dari format Depdiknas (2008) yang terdiri dari
dikategorikan “Sangat Baik”. Kategori sangat
tiga bagian utama, meliputi pendahuluan, isi,
baik berarti aktivitas guru dan siswa pada
dan penutup. Bagian-bagian tersebut kemudian
proses pembelajaran menggunakan modul
dijabarkan menjadi beberapa komponen
fisika sudah sesuai dengan sintaks inkuiri
sehingga dihasilkan desain modul. Desain awal
terbimbing yang digunakan.
modul lalu menjadi draf modul dengan
Angket respon siswa diberikan setelah
karakteristik sebagai berikut:
siswa selesai melaksanakan posttest. Angket
Pada bagian pendahuluan modul
respon siswa terdiri dari 4 aspek yaitu
disesuaikan dengan data analisis kebutuhan.
perhatian,
keterkaitan,
keyakinan,
dan
Karakteristik
modul
berbasis
inkuiri
kepuasan. Data angket menunjukkan nilai rataterbimbing terdapat pada bagian pendahuluan
rata 59,46 dalam kategori “Baik”.
modul. Tahapan inkuiri terbimbing mulai dari
Data penilaian psikomotorik siswa
merumuskan masalah, merumuskan hipotesis,
dilakukan pada saat siswa melakukan
mengumpulkan data, menguji hipotesis sampai
percobaan dan diperoleh rata-rata sebesar
menyimpulkan ditampilkan pada modul. Hal
88,69 dengan kategori “Sangat Baik”. Data
ini dimaksudkan untuk memudahkan dalam
penilaian afektif siswa dilakukan pada saat
penyusunan modul sesuai dengan karakteristik
siswa melakukan percobaan dan diperoleh ratayang akan digunakan. Selain itu, pada bagian
rata sebesar 86,62 dengan kategori “Sangat
pendahuluan juga ditampilkan prasyarat
Baik”.
konsep yaitu syarat kemampuan awal siswa
Tahap Disseminate modul
fisika
sebelum mempelajari modul dalam bentuk soal
berbasis inkuiri terbimbing pada materi fluida
uraian. Juga terdapat petunjuk penggunaan
dinamis dilakukan kepada 5 guru fisika
modul baik petunjuk untuk siswa maupun guru.
SMA/MA di kabupaten Bantul yaitu SMA
Akhirnya ditampilkan tujuan akhir yang
Negeri 1 Sedayu, SMA Negeri 1 Kasihan,
diharapkan dapat dicapai oleh siswa setelah
SMA Negeri 1 Pleret, SMA Negeri 1 Pajangan,
melakukan kegiatan dan mempelajari modul.
dan MA Ibnul Qoyyim Putra. Penyebaran
Penyusunan isi modul meliputi rincian
dilakukan kepada SMA/MA yang memiliki
dan urutan penyajian materi harus sesuai
karakteristik sama dengan sekolah tempat
dengan desain awal yang dibuat. Untuk bagian
penelitian. Data respon guru fisika diperoleh
isi terdapat 4 kegiatan belajar yang telah
rata-rata sebesar 32,8 dari skor maksimum 40
disusun berdasarkan submateri yang akan
dengan kategori “Sangat Baik”.
dipelajari siswa. Setiap kegiatan belajar berisi
tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat
dicapai siswa setelah mempelajari KB tersebut.
commit to Lalu
user terdapat penyajian permasalahan,
percobaan sederhana dengan langkah-langkah

6

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

berdasarkan inkuiri terbimbing yang dilakukan
siswa secara berkelompok. Kegiatan diskusi
kelompok dilakukan ketika siswa mengerjakan
kolom merumuskan hipotesis, mengumpulkan
data sampai merumuskan kesimpulan. Hal ini
sesuai dengan pendapat Steffen Peter
Ballstdaedt dalam Majid (2006) yang
menjelaskan bahwa bahan ajar yang baik akan
dapat memotivasi pembaca untuk melakukan
aktivitas.
Pada bagian isi terdapat uraian materi,
contoh soal, penyajian tokoh fisika, konsepkonsep penting dalam setiap uraian materi,
kilas balik, dan tes formatif. Pada bagian tes
formatif, soal disusun dengan berdasarkan
indikator berpikir kritis. Hal itu dimaksudkan
untuk melatih kemampuan berpikir kritis
siswa. Kemudian setelah mengerjakan tes
formatif, siswa dapat melihat tingkat
penguasaan materi untuk tiap KB dengan
mencocokan jawabannya dengan kunci yang
telah disediakan. Setelah itu, siswa dapat
melihat pada bagian tindak lanjut. Jika nilai
yang diperoleh sudah diatas 79, maka siswa
diperbolehkan
melanjutkan
pada
KB
berikutnya.
Pada bagian penutup terdapat soal
evaluasi yang disusun berdasarkan lima
indikator berpikir kritis dari Robert H Ennis,
yang meliputi: memberikan penjelasan
sederhana, membangun keterampilan dasar,
membuat inferensi, membuat penjelasan lebih
lanjut, dan mengatur strategi dan teknik. Soal
evaluasi
digunakan
untuk
mengetahui
kemampuan berpikir kritis siswa setelah
mempelajari modul. Selain itu, terdapat juga
glosarium, kunci jawaban, dan daftar pustaka.

modul yang dikembangkan. Hasil validasi
menunjukkan
bahwa
modul
yang
dikembangkan pada kelayakan isi dan bahasa
oleh ahli materi berkategori “sangat baik”.
Penilaian kelayakan penyajian dan kegrafikan
oleh ahli media berkategori “sangat baik”.
Penilaian oleh guru fisika dan peer review
berkategori “sangat baik”. Validasi guru fisika
dan peer review dilakukan karena seperti yang
dinyatakan Dick dan Carey (2005: 282) bahwa
akan sangat membantu bila draf produk
pengajaran diberi masukan oleh kolega atau
rekan kerja yang sudah mengenal baik dengan
target sasaran yaitu siswa.
Saran dari para validator adalah pada
gambar asap rokok sebagai contoh aliran pada
fluida sejati dan fluida ideal diganti dengan
gambar yang lain dengan arti yang sama yaitu
gambar asap obat nyamuk. Selanjutnya, pada
percobaan Teorema Toricelli data kelajuan
fluida dapat diperoleh secara tidak langsung
dari jarak pancaran air, semakin jauh jarak
pancarannya maka kelajuan air semakin besar.
Jadi, uraian langkah kerja pada percobaan 5
perlu dirubah menyesuaikan saran yang telah
diberikan. Pembahasan tentang tabung venturi
dengan memberikan contoh pada PLTU harus
menggunakan contoh gambar tabung venturi
pada PLTU. Bahasa yang digunakan pada
modul harus lebih komunikatif dengan
penggunaan kalimat yang lebih mudah
dimengerti siswa. Telah dilakukan perbaikan
sesuai saran namun untuk kebahasaan tidak
dilakukan perbaikan, bahasa disusun berbeda
dengan tinjauan yang lebih mendalam.
Sehingga untuk tahap validasi, modul
dinyatakan layak untuk digunakan setelah
revisi sesuai saran. Selain modul fisika berbasis
inkuiri terbimbing disusun juga silabus, RPP,
Kelayakan Modul Fisika Berbasis Inkuiri
dan kisi-kisi tes kemampuan berpikir kritis
Terbimbing
yang mendukung dalam pembelajaran yang
Setelah draf modul fisika disusun,
divalidasi oleh 1 dosen, 2 guru fisika, dan 3
kemudian modul dikonsultasikan kepada dosen
peer review.
pembimbing I dan dosen pembimbing II.
Uji coba kelas kecil diberikan kepada 12
Setelah mendapatkan masukan dan perbaikan
siswa kelas XI diluar sampel yang terdiri dari
dari dosen pembimbing I dan II, kemudian draf
empat siswa mempunyai kemampuan tinggi,
modul tersebut dilakukan validasi. Validasi
empat siswa mempunyai kemampuan rata-rata,
modul dilakukan meliputi validasi 2 ahli
dan empat siswa mempunyai kemampuan
materi, 2 ahli media, 2 guru fisika, dan 3 peer
rendah. Setiap tiga siswa yang terdiri dari satu
review. Validasi ini untuk melihat kelayakan
to siswa
user mempunyai kemampuan tinggi, satu
isi, bahasa, penyajian, dan kegrafikan commit
dari

7

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

terbimbing pada materi fluida dinamis,
dilakukan pretest yang diikuti oleh 24 siswa.
Hasil pretest menunjukkan bahwa kemampuan
berpikir semua siswa rendah sehingga
menunjukkan semua siswa dalam kategori
kurang kritis. Hal ini mendukung penemuan
Rofi’udin (2000) dan Guilford cit Munandar
(2009: 31) menyatakan bahwa rendahnya
kemampuan berpikir kritis-kreatif yang
dimiliki oleh lulusan pendidikan dasar sampai
perguruan tinggi. Sanjaya (2008: 94) juga
mengungkapkan
penyebab
rendahnya
kemampuan berpikir siswa adalah pada saat
pembelajaran, guru tidak berusaha mengajak
siswa untuk berpikir. Padahal, mengajar bukan
hanya menyampaikan materi pelajaran,
melainkan juga melatih kemampuan siswa
untuk berpikir. Sesuai dengan penelitian Holt
(2015) yang menjelaskan bahwa kemampuan
berpikir kritis dapat dicapai apabila
pembelajaran dikelas lebih aktif yang berpusat
pada siswa.
Setelah dilakukan pretest, siswa
diberikan pembelajaran menggunakan modul
fisika berbasis inkuiri terbimbing pada materi
fluida dinamis. Pertemuan pertama dalam
pembelajaran diawali dengan penyampaian
topik, tujuan pembelajaran, hasil belajar yang
diharapkan dapat dicapai oleh siswa,
menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan
belajar dalam rangka memberikan motivasi
belajar siswa. Setelah itu, guru membagi siswa
Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis
menjadi 4 kelompok secara heterogen. Satu
Tes kemampuan berpikir kritis yang
kelompok terdiri dari 6 siswa. Menurut
akan diberikan kepada siswa diujicobakan
Sudjana (1989), bekerja dalam kelompok dapat
terlebih dahulu kepada 24 siswa kelas XI MIA
meningkatkan cara berpikir siswa sehingga
2 di SMAN 1 Piyungan. Tes kemampuan
dapat memecahkan suatu permasalahan dengan
berpikir kritis berupa tes pilihan berjumlah 28
lebih baik dan lancar. Sedangkan menurut
soal. Soal tes kemudian diuji validitas,
Suparwoto (2007) belajar berkelompok sangat
reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat
cocok untuk belajar aspek kognitif tingkat
kesukaran soal. Hasil uji soal tes kemampuan
tinggi, meningkatkan kemampuan kerja sama,
berpikir kritis diperoleh 25 butir soal dalam
meningkatkan keterampilan berkomunikasi,
kategori valid, soal dalam kategori reliabel, 23
dan mengembangkan aspek afektif. Guru
soal mempunyai daya pembeda yang baik, dan
membimbing siswa saat melakukan percobaan
23 soal mempunyai tingkat kesukaran sedang.
bersama kelompoknya. Pada pertemuan
Untuk mengukur kemampuan berpikir kritis
pertama dilakukan 2 percobaan yang terdapat
siswa, digunakan 20 soal dalam bentuk pretest
pada kegiatan belajar 1. Setelah selesai dalam
dan posttest.
pengampilan data, bersama masing-masing
Sampel uji coba kelas besar adalah siswa
kelompoknya mengikuti arahan guru dan
commit to secara
user tertib menganalisis data hasil percobaan
kelas X MIA 1 di SMAN 1 Piyungan. Sebelum
siswa diberikan modul berbasis inkuiri
siswa mempunyai kemampuan rata-rata, dan
satu siswa mempunyai kemampuan rendah
mempelajari satu kegiatan belajar dalam
modul, melakukan percobaan pada LKS, dan
mengerjakan tes formatif. Uji coba kelas kecil
ini bertujuan untuk melihat keterbacaan modul
fisika berbasis inkuiri terbimbing pada materi
fluida dinamis sebelum diujicobakan kelas
besar. Uji coba kelas kecil juga digunakan
untuk mengumpulkan informasi yang dapat
digunakan sebagai bahan untuk memperbaiki
produk dalam revisi berikutnya. Kemudian
siswa mengisi angket keterbacaan modul
fisika. Keterbacaan modul fisika berbasis
inkuiri terbimbing yang dikembangkan pada
kategori “Sedang”.
Tahap penyebaran modul fisika berbasis
inkuiri terbimbing pada materi fluida dinamis
dilakukan kepada 5 guru fisika SMA/MA di
kabupaten Bantul. Penyebaran dilakukan
kepada SMA/MA yang memiliki karakteristik
sama dengan sekolah tempat penelitian. Pada
Rata-rata respon 5 guru terhadap modul fisika
berbasis inkuiri terbimbing pada materi fluida
dinamis yang dikembangkan dalam kategori
“Sangat Baik”. Sesuai dengan penelitian
Wulandari (2013) yang menjelaskan bahwa
apabila respon guru pada tahap penyebaran
pada kategori baik artinya modul yang
dikembangkan dapat diimplementasikan di
sekolah.

8

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

kemudian mempresentasikan hasil percobaan.
menggunakan kegiatan eksperimen dan
Pada tahap ini siswa dilatih untuk mengajukan
terdapat tahapan yang melatih kemampuan
pertanyaan, mengajukan pendapat, dan
berpikir kritis siswa. Ini sesuai dengan
menjelaskan kembali.
penelitian Heinrich (2015) yang menunjukkan
Pertemuan kedua dilakukan 1 percobaan
pembelajaran dengan metode eksperimen yang
pada KB 2. Pertemuan ketiga dilakukan 1
menekankan pada proses mencari dan
menyelesaikan masalah dapat meningkatkan
perobaan pada KB 3. Pertemuan keempat
kemampuan berpikir kritis siswa.
dilakukan 1 percobaan pada KB 4. Setelah
Setelah
dilakukan
pembelajaran
diberi pembelajaran, siswa diberikan posttest
menggunakan modul fisika berbasis inkuiri
untuk mengukur kemampuan berpikir kritis
terbimbing pada materi fluida dinamis, seluruh
siswa.
siswa diberikan angket untuk mengetahui
Dari hasil pretest dan posttest masingrespon dari siswa. Hasil respon siswa pada
masing siswa kemudian dihitung N-Gain setiap
kategori sangat baik.
aspek kemampuan berpikir kritis. Hasil N-Gain
Data penilaian psikomotorik siswa
5 aspek kemampuan berpikir kritis yang
dilakukan pada saat siswa melakukan
disajikan pada Tabel 2 meliputi aspek
percobaan.
Nilai
psikomotorik
siswa
memberikan
penjelasan
sederhana,
mengalami peningkatan pada pertemuan
membangun keterampilan dasar, membuat
pertama, kedua, dan ketiga. Kemudian
inferensi, membuat penjelasan lebih lanjut, dan
mengalami sedikit penurunan pada pertemuan
mengatur strategi dan teknik menunjukkan
keempat. Menurut Ibrahim (2005) hasil belajar
peningkatan dalam kategori sedang. Aspek
psikomotorik merupakan suatu keterampilan
membuat inferensi mengalami peningkatan
yang didapatkan oleh seseorang dengan
tertinggi dibandingkan aspek memberikan
melibatkan koordinasi antara indra dan otot.
penjelasan
sederhana,
membangun
Pada penelitian ini siswa melibatkan koordinasi
keterampilan dasar, membuat penjelasan lebih
indra dan otot karena siswa terlibat langsung
lanjut, dan mengatur strategi dan teknik. Hal
dalam melakukan percobaan. Sedangkan
ini berbeda dengan penelitian Wulandari
menurut Sanjaya (2008) pengalaman langsung
(2013), peningkatan paling tinggi pada aspek
sangat berguna bagi siswa karena semakin
memberikan penjelasan sederhana, kemudian
kongkret siswa mempelajari bahan pengajaran
aspek membangun keterampilan dasar,
maka semakin banyak pengalaman yang
membuat inferensi, membuat penjelasana lebih
diperoleh.
lanjut, dan mengatur strategi dan teknik.
Hasil belajar afektif (sikap) yang diukur
Sedangkan hasil penelitian yang diperoleh
dalam penelitian ini adalah rasa ingin tahu,
Nawawi (2015) aspek yang mengalami
kerja keras, jujur, dan komunikatif. Menurut
peningkatan
tertinggi
adalah
aspek
Sanjaya (2008: 208) bahwa pembelajaran
membangun keterampilan dasar mengungguli
dengan
inkuiri
terbimbing
memiliki
aspek memberikan penjelasan sederhana,
keunggulan yaitu strategi pembelajaran yang
membuat inferensi, membuat penjelasana lebih
menekankan kepada pengembangan aspek
lanjut, dan mengatur strategi dan teknik.
kognitif, psikomotorik, dan afektif secara
Berdasarkan analisis statistik dari nilai
seimbang, sehingga pembelajaran melalui
pretest dan posttest terdapat perbedaan ratastrategi ini dianggap lebih bermakna.
rata kemampuan berpikir kritis siswa sebelum
dan sesudah menggunakan modul fisika
Kesimpulan dan Rekomendasi
berbasis inkuiri terbimbing. Hal ini sejalan
Kesimpulan
dengan
penelitian
Furlong
(2012)
Karakteristik
modul
fisika
yang
menunjukkan bahwa penggunaan modul fisika
dikembangkan memuat tahapan inkuiri
mampu meningkatkan secara signifikan
terbimbing pada setiap kegiatan belajar disertai
kemampuan berpikir kritis siswa.
dengan komponen kemampuan berpikir kritis
Peningkatan kemampuan berpikir kritis
commit to yang
user terdapat pada soal evaluasi. Tahapan
siswa disebabkan
dalam pembelajaran

9

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

inkuiri terbimbing yang dimunculkan meliputi
merumuskan masalah, merumuskan hipotesis,
mengumpulkan data, menguji hipotesis, dan
merumuskan kesimpulan. Selain tahapan inkuiri
terbimbing sebagai konten yang dikembangkan,
modul juga dilengkapi dengan komponen
kemampuan berpikir kritis yang meliputi
memberikan penjelasan sederhana, membangun
keterampilan dasar, membuat inferensi,
membuat penjelasan lebih lanjut, dan mengatur
strategi dan teknik.
Modul fisika berbasis inkuiri terbimbing
layak digunakan sebagai bahan ajar di sekolah,
kelayakan modul didasarkan atas hasil
perhitungan cut off yang menunjukkan rata-rata
82,92 lebih besar dari nilai minimum kelayakan
81,57. Serta didukung dengan respon baik dari
siswa
dan
hasil
Disseminate
yang
mengkategorikan modul sangat baik
Modul fisika berbasis inkuiri terbimbing
pada materi fluida dinamis dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kritis siswa. Peningkatan
kemampuan berpikir kritis pada kategori sedang
dengan N-Gain sebesar 0,65. Aspek membuat
inferensi mengalami peningkatan tertinggi,
sedangkan aspek mengatur strategi dan teknik
mengalami peningkatan terendah.

Daftar Pustaka
Azwar,

S.
(2005).
Penyusunan
Skala
Psikologi.Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Departemen Pendidikan Nasional. (2003). UndangUndang Republik Indonesia Nomor 20
tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional. Jakarta: Dirjen Pendidikan
Dasar dan Menengah.
_________. (2008). Pedoman Penulisan Modul.
Jakarta:
Direktorat
Pendidikan
Menengah Kejuruan.
Dick, W., & Carey, J.O. (2005). The Systematic
Design
of
Instruction.
Boston:
Omegatype Typography, Incoperation.
Furlong, K.P., & Sharma, P. (2012). Effects of
Active Learning on Enhancing Student
Critical Thinking in an Undergraduate
General Science Course. Innov High
Educ, 38(4), 223-235.
Hassoubah, Z. I. (2004). Developing Creative &
Critical Thinking Skills Cara Berpikir
Kreatif & Kritis. Bandung: Nuansa.

Rekomendasi
Berdasarkan hasil penelitian maka
diajukan beberapa rekomendasi sebagai berikut:
(1)
Guru
seharusnya
memperhatikan
karakteristik model pembelajaran yang
digunakan sebelum menerapkannya dalam
pembelajaran fisika di kelas. Guru hendaknya
mulai untuk mengembangkan modul untuk
pembelajaran fisika di kelas agar sesuai dengan
karakteristik siswa. (2) Penelitian ini dapat
digunakan
sebagai
acuan
untuk
mengembangkan penelitian sejenis, terutama
penelitian pengembangan modul pembelajaran
fisika. Peneliti dapat mengembangkan modul
dengan karakteristik dan materi yang berbeda.
Peneliti harus memahami tentang karakteristik
model pembelajaran yang akan digunakan.
Untuk memperoleh kemampuan berpikir kritis
yang baik, siswa hendaknya dilatih dengan
mengerjakan soal-soal yang dapat mengukur
kemampuan berpikir kritisnya.

Heinrich,

W.F. (2015). Critical Thinking
Assessment Across Four SustainabilityRelated Experiential Learning Settings,
Journal of Experiential Education.
38(4), 373-393.

Holt, E.A., & Young, C. (2015). The Greatest
Learning Return on Your Pedagogical
Investment: Alignment, Assessment or
In-Class Instruction?. PLOS ONE,
10(9), 1-19.
Ibrahim,

M., & Nur. (2005).
Berdasarkan
Masalah.
University Press.

Pengajaran
Surabaya:

King, FJ., et al. (1997). Higher Order Thinking
Skills Definition, Teaching Strategies,
Assessment.
The
Center
for
Advancement
of
Learning
and
Assessment.

(2001). Model Pembelajaran IPA untuk
commit to Liliasari.
user
Meningkatkan

10

Ketrampilan

Berpikir

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

Sanjaya,

Tingkat Tinggi Calon Guru sebagai
Kecenderungan
Baru
pada
Era
Globalisasi. Jurnal Pengajaran MIPA,
2(1), 26-39.

W. (2008). Strategi Pembelajaran
Berorientasi
Standar
Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Sudjana, N. (1989). Cara Belajar Siswa Aktif dalam
Mengajar. Bandung: Sinar Baru.

Majid, A. (2006). Perencanaan Pembelajaran.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif
Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Mardapi, D. (2004). Penyusunan Tes Hasil Belajar.
Yogyakarta: Pasca UNY.

Suparwoto.
Maria, E. (2011). Analisis Kemampuan Berpikir
Kreatif Siswa dan Hubungannya dengan
Hasil Belajar Kimia pada Konsep
Termokimia di Kelas XI IPA SMAN 10
Jambi. Tesis. Universitas Jambi.

Suyono

(2007). Dasar-dasar
Pembelajaran
Fisika.
Fakultas MIPA UNY.

dan Proses
Yogyakarta:

& Hariyanto. (2011). Belajar dan
Pembelajaran Teori dan Konsep Dasar .
Bandung: Rosdakarya.

Matthew, B. (2013). A Study on the Effects of
Guided Inquiry Teaching Method on
Students Achievment in Logic. The
International Research Journal, 2(1),
135-140.

Thiagarajan, D., & Melvyn. (1974). Instructional
Development for Training Teachers of
Exeptional Children . Bloomington:
Indiana University.

Meltzer.

Wulandari,

(2002). The Relationship Between
Mathematics
Preparation
and
Conceptual Learning Gains in Phisics: a
Possible
“Hidden
Variable”
in
Diagnostic Pretest Scores. Iowa: Iowa
State University. American . Journal
Physics, 70(12), 1259-1268.

Munandar, U. (2009). Pengembangan Kreativitas
Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta.
Nawawi, S. (2015). Pengembangan Modul Berbasis
Challenge Based Learning pada Materi
Lingkungan
untuk
Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Kritis Siswa.
Thesis. UNS.
Putri, D.F.S., Suparmi, & Sarwanto. (2014).
Pengembangan
Modul
Interaktif
Berbasis Inkuiri Terbimbing pada
Pokok Bahasan Fluida di SMKN 6
Surakarta. Jurnal Inkuiri, 3(3), 48-58.
Rofi’udin. (2000). Model Pendidikan Berpikir
Kritis-Kreatif Untuk Siswa Sekolah
Dasar. Majalah Bahasa dan Seni, 1(28):
72-94.

commit to user

11

E. (2013). Pengembangan Modul
Pembelajaran Fisika Berorientasi SETS
pada Materi Listrik Dinamis untuk
Meningkatkan Kemampuan Berpikir
Kritis Siswa SMA. Thesis. UNS.

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

Pembimbing I

Pembimbing II

Dr. Sarwanto, M.Si.
NIP 19690901 199403 1 001

Prof. Dra. Soeparmi, M.A., Ph.D.
NIP 19520915 197603 2 001
Reviewer

Dr. Sarwanto, M.Si.
NIP 19690901 199403 1 001

commit to user

12

Dokumen yang terkait

Pengembangan Modul Reaksi Oksidasi Reduksi Berbasis Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas X SMA.

0 3 15

PENGEMBANGAN MODUL FISIKA BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA MATERI FLUIDA DINAMIS SMA/MA KELAS XI.

0 0 15

PENGEMBANGAN MODUL FISIKA BERBASIS INKUIRI TERBIMBING PADA POKOK BAHASAN LISTRIK DINAMIS UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS X SMA/MA.

0 1 17

PENGEMBANGAN MODUL FISIKA BERBASIS INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA/MA KELAS X PADA MATERI LISTRIK DINAMIS.

0 0 14

Pengembangan modul pembelajaran fisika berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan sikap ilmiah siswa sma JURNAL MEGA

1 5 11

Pengembangan Modul Fisika Berbasis CTL pada Fluida Statis dan Fluida DInamis Untuk Meningkatkan Prestasi Fisika SMA Kelas XI IPA jurnal

0 0 14

PENGEMBANGAN MODUL FISIKA BERBASIS MASALAH PADA MATERI LISTRIK DINAMIS UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA | Festiana | Inkuiri 4628 10226 1 SM

0 0 12

PENGEMBANGAN MODUL FISIKA BERBASIS INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA/MA KELAS X PADA MATERI LISTRIK DINAMIS - UNS Institutional Repository

0 0 16

PENGEMBANGAN MODUL FISIKA SMA BERBASIS INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA PADA MATERI LISTRIK DINAMIS

0 0 16

PENGEMBANGAN MODUL FISIKA BERBASIS INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI FLUIDA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA - UNS Institutional Repository

1 2 16