PEMBINGKAIAN BERITA PEMBEKUAN PSSI OLEH PEMERINTAH (Studi Analisis Framing Tentang Berita Pembekuan PSSI Oleh Pemerintah pada Surat Kabar Kompas dan Jawa Pos Edisi 29 s.d 30 Maret 2011).

PEMBINGKAIAN BERITA PEMBEKUAN PSSI OLEH PEMERINTAH
(Studi Analisis Fr aming Tentang Ber ita Pembekuan PSSI Oleh Pemerintah
pada Surat Kabar Kompas dan J awa Pos Edisi 29 s.d 30 Maret 2011)

SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi sebagian per syaratan memperoleh Gelar
Sar jana Sosial pada FISIP UPN “Veteran” J awa Timur

Disusun Oleh :
WAHYUDI CAHYO UTOMO
NPM 0743010155

YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL " VETERAN" J AWA TIMUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
SURABAYA
2011

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.


KATA PENGANTAR

Dengan mengucap syukur Alhamdulillahirabbil’alamiin, atas kehadirat
Allah SWT yang telah melimpahkan berkah, rahmat dan hidayah-Nya kepada
peneliti. Sehingga peneliti dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan judul
“Pembingkaian Berita Pembekuan PSSI Oleh Pemer intah Pada Surat Kabar
Kompas dan J awa Pos”, guna melengkapi syarat wajib tugas akhir dalam
menempuh program Strata Satu jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Dengan selesainya Skripsi ini peneliti sangat berterima kasih banyak
kepada bapak Drs. Saiffuddin Zuhr i,M.Si

selaku dosen pembimbing yang

sangat baik dan sabar dalam membimbing peneliti. Ucapan terima kasih ini
peneliti sampaikan khususnya kepada :
1. Prof.Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP selaku Rektor UPN “Veteran” Jawa
Timur
2. Ibu Dra. Ec. Hj. Suparwati, M.Si selaku dekan FISIP UPN “Veteran” Jawa

Timur.
3. Bapak Juwito, S.Sos, M.Si selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi
atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menyelesaikan
skripsi.

iii

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4. Kedua Orang Tua peneliti yang telah membesarkan dan membimbing dari
kecil dengan penuh kasih sayang, tak lupa kakak penulis, Dan Sang
Kekasih Eka Cahya Kartika yang selalu memberikan semangat.
5. Bapak Drs. Saiffuddin Zuhri,M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah
meluangkan waktu dan mengarahkan peneliti dengan baik dan sabar
hingga terselesaikannya skripsi ini.
6. Bapak Dra. Dyva Claretta,M.Si selaku Dosen Wali yang selalu
mendukung dan memperhatikan mahasiswa didiknya dengan baik dan
sabar.
7. Teman-teman : Yoyo, Ogilvy, Yanuar, Reza Zakaria A, Rezha , David,

Nugraha, Icha, Pako, dan yang tidak bisa disebutkan satu – persatu.
8. Seluruh keluarga besar KINNE dan X-PHOSE ( eXpresi PHOtography
Seni ) yang memberi berbagai macam informasi serta memberi wadah
untuk berkreasi seputar dunia fotografi dan film.
Peneliti sadar bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat banyak
kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran membangun dari semua pihak sangat
peneliti harapkan demi perbaikan-perbaikan selanjutnya. Akhirnya peneliti
berharap semoga hasil skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Surabaya, 27 April 2011
Peneliti

iv

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR ISI

Halaman
J UDUL ................................................................................................................. i

PERSETUJ UAN UJ IAN SKRIPSI ……………….......................................... ii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... iii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL …………………………………………………………… viii
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………… ix
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................................ 1
1.2 Perumusan Masalah ............................................................................... 13
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................... 13
14 Manfaat Penelitian ................................................................................. 13.
1.4.1 Manfaat Teoritis ……………………………...………………….. 13
1.4.2 Manfaat Praktis …………………………………………………. 14
BAB II KAJ IAN PUSTAKA .......................................................................... 15
2.1 Landasan Teori …………………..................................................... 15
2.1.1 Surat kabar dan Konstruksi Realitas ….......................................... 15
2.1.2 Surat Kabar Sebagai Kontrol Sosial ……………........................... 17
2.1.3 Berita Sebagai Hasil Konstruksi Realitas …………...................... 19
2.1.4 Ideologi Media .............................................................................. 23
2.1.5 Analisis Framing …………………………………........................ 27
2.1.6 Proses Framing …………………………………………………… 30

v

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2.1.7 Konsep Analisis Framing
Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki ………………………….. 33
2.1.8 Pemberitaan tentang Pembekuan PSSI Oleh Pemerintah ………... 44
2.2 Kerangka Berfikir ............................................................................ 45
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................. 48
3.1 Metode Penelitian ............................................................................ 48
3.1.1 Definisi Operasional ............................................................. 51
3.2 Subyek dan Obyek Penelitian ……................................................... 51
3.3 Unit analisis ….. ............................................................................... 52
3.4 Korpus ……..................................................................................... 52
3.5 Teknik Pengumpulan Data ……….................................................. 53
3.6 Teknik Analisis Data ……............................................................... 53
3.7 Langkah-Langkah Analisis Framing …........................................... 54
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ……………………………............... 56
4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian ……………………….............. 56

4.1.1 Profil Perusahaan Kompas ….. …………………………….... 56
4.1.2 Kebijakan Redaksional Kompas ………………………............... 59
4.1.3 Profil Perusahaan Jawa Pos ……………………………………… 63
4.1.4 Kebijakan Redaksional Jawa pos ……………………………….. 68
4.2 Pembahasan ………………………………………………………... 73
4.2.1 Berita edisi 29 Maret 2011 ………………………………………. 75
4.2.1.1 Frame Kompas edisi 29 Maret 2011 …………………... 75
4.2.2. Berita edisi 30 Maret 2011 ……………………………...……..... 81
4.2.2.1 Frame Kompas edisi 30 Maret 2011 …………............... 81

vi

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4.2.3 Berita edisi 31 Maret 2011 …...……………………………......... 85
4.2.3.1 Frame Kompas edisi 31 Maret 2011 ….…….………......85
4.2.4 Berita edisi 29 Maret 2011 ……………………………………..... 89
4.2.4.1 Frame Jawa Pos edisi 29 Maret 2011 ………………….. 89
4.2.5. Berita edisi 30 Maret 2011 ………………….……………........... 95

4.2.5.1 Frame Jawa Pos edisi 30 Maret 2011 ……..………….. 95
4.2.6 Berita edisi 31 Maret 2011 …… . …………………………...… 99
4.2.6.1 Frame Jawa Pos edisi 31 Maret 2011 …………………. 99
4.2.7 Pembahasan Pemberitaan edisi 29 Maret 2011 …………………101
4.2.8 Pembahasan Pemeberitaan edisi 30 Maret 2011 ………………. 103
4.2.9 Pembahasan Pemberitaan edisi 31 Maret 2011 ……………….. 105
4.2.10 Frame Keseluruhan Kompas ………………………………….. 107
4.2.11 Frame Keseluruhan Jawa Pos ………………………………… .108
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ……………………….……………. 111
5.1 Kesimpulan ………………………………………………….…...………. 111
5.2 Saran ……………………………………………………….……………... 112
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vii

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

ABSTRAKSI

Wahyudi Cahyo Utomo. Pembingkaian Ber ita Pembekuan PSSI Oleh Pemer intah
(Studi Analisis Framing Tentang Berita Pembekuan PSSI Oleh Pemerintah Surabaya
Pada Surat Kabar Kompas dan Jawa Pos edisi 29 Maret s.d 31 Maret 2011)
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pembingkaian berita pada
surat kabar Kompas dan Jawa Pos dalam berita putusan Pembekuan PSSI Oleh
Pemerintah
Landasan teori yang dipakai dalam penelitian ini adalah Surat kabar dan
Konstruksi Realitas, Surat kabar sebagai kontrol sosial, Berita Sebagai Hasil Konstruksi
Realitas, Ideologi Media dan Analisis Framing.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif,
yang menggunakan analisis framing dari Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki.
Korpus dari pemberitaan tersebut yaitu : berita-berita yang membahas tentang
Pembekuan PSSI Oleh Pemerintah pada surat kabar Kompas dan Jawa Pos, 29 - 31
Maret 2011.
Hasil penelitian dari Kompas, yaitu pemberitaanya tidak memihak kepada salah
satu tokoh hanya menyebutkan institusi tersebut. Sedangkan pada Jawa Pos diperoleh
hasil penelitian yaitu lebih membicarakan kepada Tokoh dari pemerintahan, dan yang
dipermasalahkan
Kata Kunci : Pembingkaian Berita Pembekuan PSSI Oleh Pemerintah, Kompas, Jawa
Pos,


ABSTRACT
Wahyudi Cahyo Utomo. The Fr aming of PSSI Inflexible News by the Gover ment
(The Study of Framing Analysis about PSSI Inflexible news by Government at Kompas
and Jawa Pos newspaper on March 29 till 31, 2011 edition)

The purpose of this research is for knowing the framing news at Kompas and
Jawa Pos newspaper in PSSI decisive news by the government.
The theory base that used in this research is newspaper and reality construction,
the newspaper as a social control, the news as a result of reality construction, media of
ideology and the framing analysis.
The method that used in this research is a qualitative of research method, that
used in the framing analysis from Zhongdang Pan and Gerald M. Kosicki. The corpus
from those news are: the news that studied about PSSI Inflexible by the Government at
Kompas and Jawa Pos newspaper on March 29 – 31 2011.
The results from Kompas is the news is not side with one of the person, they
only mentioned the institution it self, At Jawa Pos newspaper, the result of the research
is more talk about the person and the problems from the Government
Keywords:The Framing of PSSI Inflexible news by the Government, Kompas, Jawa pos


Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Masalah

PSSI di masa kepemimpinan Nurdin Halid memiliki beberapa hal yang
dianggap kontroversi, antara lain mudahnya Nurdin Halid memberikan ampunan atas
pelanggaran, kukuhnya Nurdin Halid sebagai Ketua Umum meski dia dipenjara, isu
tidak sedap yang beredar pada masa pemilihan Ketua Umum tahun 2010, reaksi
berlebihan atas diselenggarakannya Liga Primer Indonesia, reaksi penyelenggaraan
Kongres PSSI di Pekanbaru, Riau yang kacau . Dan akhirnya Nurdin Halid dan
pengurus PSSI di bekukan oleh Pemerintah dengan tidak mengakui Nurdin halid
sebagi ketua umum PSSI dan kepengurusannya, semua fasilitas negara dicabut,
APBN di hentikan sementara, dan mengkosongkan Kantor PSSI .


Informasi tersebut ramai di berbagai media massa di Indonesia, karena selama
ini masyarakat Indonesia menunggu ketegasan pemerintah untuk membekukan
Nurdin Halid dan pengurus PSSI . Dan Informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat
umumnya yang dapat dipercaya, aktual dan bertanggung jawab. Pada mulanya
jurnalistik hanya mengolah hal-hal yang sifatnya informasi saja dengan kata lain,
jurnalistik adalah suatu berita yang dapat disebarluaskan pada masyarakat.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

1

2

Ketika produk media massa sampai kepada masyarakat sesungguhnya
merupakan hasil “rekonstruksi realita”. bahwa peristiwa yang disaksikan ataupun
dialami oleh reporter dan juru kamera maupun editor dan redaktur atau pemimpin
redaksi. Suatu proses yang cukup unik meskipun berlangsung begitu cepat. Ini yang
disebut sebagai proses rekonstruksi atas realita (Pareno, 2005 : 4).
Media memiliki kemampuan dalam membeberkan suatu fakta bahkan
membentuk opini masyarakat. Salah satu media yang secara gamblang dan lebih rinci
dalam pemberitaannya adalah surat kabar. Assegaf mengatakan bahwa :
“Surat kabar adalah penerbitan yang berupa lembaran-lembaran yang berisi
berita-berita karangan-karangan dan iklah yang dicetak dan terbit secara tetap dan
periodik dan dijual untuk umum.” (Assegaf, 1991 : 140).
Dalam perkembangan selanjutnya, surat kabar yang bisa mencapai rakyat
secara massal itu dipergunakan untuk melakukan sosial kontrol, sehingga surat kabar
tidak hanya bersifat informatif tetapi juga bersifat persuasif. Bukan saja hanya
sekedar

menyampaikan

informasi,

tetapi

juga

mendidik,

menghibur,

dan

mempengaruhi khalayak agar khalayak melakukan kegiatan tertentu (Effendy;
1993:93)
Untuk membuat informasi menjadi lebih bermakna biasanya sebuah media
cetak melakukan penonjolan-penonjolan terhadap suatu berita. Dalam pengambilan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

3

keputusan mengenai sisi mana yang ditonjolkan tentu melibatkan nilai dan ideologi
para wartawan yang terlibat dalam proses produksi sebuah berita (Sobur,2001:163).
Realitas yang disajikan secara menonjol atau mencolok mempunyai peluang
besar untuk diperhatikan dan mempunyai khalayak dalam memahami realitas karena
itu dalam praktiknya, framing dijalankan oleh media dengan menyeleksi isu tertentu
dan mengabaikan isu lain, serta menonjolkan aspek isu tersebut dengan menggunakan
pelbagai strategi wacana (Sobur,2001:164).
Untuk melihat perbedaan media dalam mengungkap suatu peristiwa (realitas)
peneliti memilih analisis framing sebagai metode penelitian kualitatif. Framing
adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang
digunakan oleh wartawan ketika menyeleksi isu dan menulis berita. Cara pandang
atau perspektif itu pada akhirnya menentukan fakta apa yang diambil, bagian mana
yang ditonjolkan dan dihilangkan, dan hendak dibawa kemana berita tersebut
(Eriyanto,2004:224).
Analisis framing juga merupakan pendekatan untuk mengetahui bagaimana
perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan ketika menyeleksi isu
dan menulis berita. Cara pandang atau perspektif itu pada akhirnya menentukan fakta
apa yang diambil, bagian mana yang ditonjolkan dan dihilangkan dan hendak dibawa
kemana berita tersebut (Eriyanto, 2004 :68)

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4

Analisis framing merupakan salah satu model analisis alternatif yang bisa
mengungkapkan rahasia dibalik perbedaan, bahkan pertentangan media dalam
mengungkapkan fakta. Analisis framing membongkar bagaimana realitas dibingkai
oleh media, akan dapat diketahui siapa mengendalikan siapa, mana kawan mana
lawan, mana patron mana klien, siapa diuntungkan dan siapa dirugikan, siapa
membentuk dan siapa dibentuk dan seterusnya (Eriyanto, 2004 : 15).
Dalam analisis framing tidak lepas tokoh-tokohnya, antara lain Murray
Edelman, Robert N. Entman, William Gamson, Zhongdang Pan dan Gerald M.
Kosicki (Eriyanto, 2004 : 16).
Dalam penelitian ini penulis menggunakan analisis framing milik Zhondang
pan dan Gerald M. Kosicki. Prinsip analisis framing menyatakan bahwa terjadi proses
seleksi isu dan fakta yang diberitakan oleh media. Fakta ini ditampilkan apa adanya,
namun di beri bingkai (frame) sehingga menghasilkan konstruksi makna yang
spesifik. Dalam hal ini biasanya media menyeleksi sumber berita, memanipulasi
pernyataan dan mengedepankan perspektif tertentu sehingga suatu interpretasi
menjadi lebih menyolok (noticeable) daripada interpretasi yang lain (Sobur, 2001 :
165).
Sedangkan proses framing itu sendiri dalam hal ini didefinisikan sebagai
proses membuat suatu pesan lebih menonjol, menempatkan informasi lebih daripada

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

5

yang lain. sehingga khalayak lebih tertuju pada pesan tersebut hal ini seperti yang
dinyatakan oleh Pan dan Kosicki (Eriyanto, 2004 : 252).
Pan dan Kosicki merupakan salah satu alternatif dalam menganalisis teks
media disamping analisis isi kualitatif, dengan cara apa wartawan menonjolkan
permaknaan mereka terhadap suatu peristiwa yaitu wartawan melihat dari strategi,
kata, kalimat, lead, foto, grafik, dan hubungan antara kalimat (Eriyanto, 2004 : 254).
Dalam pendekatan ini perangkat framing dibagi menjadi empat bagian sturuktur
besar. Pertama, struktur sintaksis, Kedua, struktur skrip, Ketiga, struktur tematik dan
Keempat, struktur retoris untuk mengetahui bagaimana Surat Kabar Kompas dan
Surat Kabar Jawa Pos mengkonstruksi berita mengenai pembekuan PSSI oleh
pemerintah.
Di Indonesia banyak sekali lembaga -

lembaga olahraga Negara yang

bernaung dibawah pemerintahan. Salah satunya PSSI ( Persatuan Sepak bola Seluruh
Indonesia) Lembaga Sepak bola tersebut berdiri sejak 1930 - sampai sekarang tetap
berdiri, dan terkhir dibawah kepemipinan Nurdin Halid. Pada mulai kepemimpinan
PSSI yang pertama Soeratin Sosro Soegondo sampai kepemimpinan Agum Gumelar
jarang bahkan dibilang tidak ada masalah besar kepada rakyat Indonesia. Para
pemimpin tersebut merasa sudah mengerjakan tugasnya sesuai pekerjaanya yaitu
membina para pemain dan memfasilitasi para pemain Tim Nasional ( Timnas )
Indonesia dan tentunya bisa mengharumkan nama Indonesia di lapangan hijau.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

6

Tetapi pada bulan April 2007 semua kepengurusan PSSI di bawah
kepemimpinan Nurdin Halid semakin menunjukkan sifat yang tidak baik. Nurdin
Halid terpilih sebagai Ketua Umum PSSI dalam Musyawarah Nasional Klub dan
Musyawah Nasional di Makasar. Dalam musyawah tersebut Nurdin Halid diakui
sebagai ketua PSSI 2007 – 2011. Pada bulan September 2007 selisih beberapa bulan
sesudah menjabat sebagai Ketua Umum PSSI. Nurdin Halid ditangkap dan divonis
bersalah dalam kasus Korupsi penyaluran Minyak Goreng Bulog.
Dengan kejadian tersebut nama Nurdin Halid sebagai Ketua Umum PSSI,
sudah tercoreng buruk di mata masyarakat pecinta sepak bola di Indonesia. Apalagi
kasus Korupsi. Karena sikap Nurdin Halid sebagai Ketua Umum tidak menunjukan
sikap baik malah sikap buruk. Presiden FIFA Sepp Blatter menegaskan individu
dengan catatan kriminal tidak boleh di calonkan sebagai ketua. Itu salah satu
pernyataan presiden FIFA Seep Blatter pada bulan Maret 2011 sebelum Kongres
PSSI di Pekanbaru belangsung. Presiden FIFA mengaskan pernyataan tersebut
dikarenakan Nurdin Halid yakin bisa menjabat kembali sebagai Ketua Umum PSSI.
Menteri Pemuda dan Olahraga Andi Mallarangeng didampingi Ketua Umum
Komite Olah Raga Nasional / Komite Olimpiade Indonesia Rita Subowo
manyampaikan kepada wartawan di Kemenpora, Jakarta, Senin (28/3).

Bahwa

Pemerintah tidak mengakui kepemimpinan Nurdin Halid dan sekretaris Jendral
Nugraha Besoes. Semua fasilitas Negara yang digunakan para pejabat structural PSSI
dibawah kepemimpinan Nurdin Halid di cabut.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

7

Pernyataan itu di sampaikan setelah Menpora dan unsure pimpinan KONI /
KOI melakukan rapat kurang lebih 4 jam. Andi mengatakan, laporan pengamatan tim
peninjau KONI / KOI yang hadir dalam kongres PSSI di Pekanbaru, Riau (26/3)
menyebutkan kongres tidak jelas. Ketidak jelasan itu meliputi ditribusi undangan, hak
suara, peraturan organisasi, agenda, dan jalannya kongres yang tidak transparan. Andi
megtakan, bahwa pemerintah dan KONI / KOI beranggapan bahwa persiapan
penyelenggaraan kongres tidak mengikuti prosedur dan mekanisme sesuai peraturan
yang berlaku serta tidak dilakukan dengan professional.
Acara Konferensi pers di Kemenpora, Jakarta selatan. Menpora menyatakan
Nurdin Halid dan kepengurusannya sudah tidak diakui oleh Pemerintah. Hal ini lebih
ditanggapi dengan sangat antusias oleh masyarakat luas. Hampir semua media cetak
terutama surat kabar harian memuat berita tentang Pembekuan PSSI Oleh
Pemerintah, bahkan menjadi headline beberapa surat kabar, tak terkecuali harian
Kompas dan Jawa Pos. Semua media berlomba-lomba untuk menyajikan berita yang
terbaik

dan menarik mengenai ketegasan pemerintah terhadap PSSI dibawah

kepemimpinan Nurdin Halid, karena ketegasan ini menjadi suguhan yang bernilai
berita tinggi dalam dunia pers. Dan berita ini yang dinanti oleh masyarakat Indonesia.
Akan tetapi dalam membingkai atau mengkonstruksi suatu realitas, antara
media cetak satu dengan yang lain memiliki perbedaan, seperti halnya pada surat
kabar Kompas dan Jawa Pos. Pada headline harian Kompas edisi 29 Maret 2011

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

8

memberi judul “Pemerintah Tak Akui Nurdin”, sedangkan headline harian Jawa Pos
pada edisi yang sama memberi judul “SBY-Menpora Tak akui Nurdin Cs”.
Seperti halnya isi berita mengenai Pernyataan Menpora pertama pada harian
Kompas dan Jawa Pos, keduanya menulis pernyataan dari Menpora, Ketua Koni /
KOI, dan tim FIFA. Pada harian Kompas edisi 30 Maret 2011 memuat tentang Ketua
PSSI Dipilih pada 29 April di Surabaya, secara keseluruhan lebih ke arah lain tidak
membahas Nurdin Halid lebih dalam. Karena masyarakat sudah mengetahui di hari
pertama bahwa Nurdin Halid bersikap tidak baik pada saat kepemimpinannya.
Sedangkan di Jawa Pos di edisi yang sama memuat tentang Nurdin Cs keluar dari
kantor PSSI, secara keseluruhan bahwa lebih banyak membahas Nurdin Halid yang
sudah keluar dari kantor PSSI. Dan tanggapan 78 pemilik suara ( pada saat Kongres
di Riau ) memilih kongres di Surabaya.
Selain itu isi berita pada harian Kompas edisi 31 Maret 2011 yang memuat
mengenai PSSI menolak kosongkan kantor, secara keseluruhan lebih banyak memuat
bahwa Pengurus PSSI pimpinan Nurdin Halid menolak mengosongkan kantor di
Kompleks stadion gelora Bung Karno. Sedangkan harian Jawa Pos pada edisi yang
sama lebih banyak memuat Sekjen PSSI Nugraha Besoes di laporkan ke Mabes Polri
diduga melakukan pembohongan publik atas pernyataannya seputar penundaan
Kongres PSSI di Pekanbaru, Riau. Dan memuat tanggapan dari mantan Ketua Umum
partai Golkar Jusuf Kalla yang berusaha melindungi Nurdin Halid.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

9

Hal ini membuat media berlomba-lomba untuk menyajikan berita yang aktual
dan menarik pembaca, sehingga wacana yang ditimbulkan penuh sensasi dan
kontradiksi. Karena hal tersebut peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai
bagaimana surat kabar Jawa Pos dan Kompas dalam membingkai berita terutama
dalam menyusun, mengisahkan, menulis dan menekankan fakta-fakta mengenai
Pembekuan PSSI oleh Pemerintah.
Alasan peneliti memilih surat kabar Kompas dan Jawa Pos dikarenakan media
tersebut memiliki versi pemberitaan yang berbeda. Pada surat kabar Jawa Pos Dalam
pemberitaannya selama tiga hari membahas berita pembekuan PSSI Oleh Pemerintah
lebih mengarah ke salah satu tokoh Yaitu SBY - Andi Mallarangeng. Sehingga isu
yang ditampilkan juga mengalami perbedaan. Selain itu, surat kabar Jawa Pos
memberitakan berita tersebut masuk pada halaman Utama. Surat kabar ini mampu
mengadakan kebebasan pers dan tidak hanya mengungkapkan berita-berita umum,
melainkan juga berita yang bersifat olahraga. Oleh karena itu dalam penyampaian
berita menghendaki dan mengarahkan pada sesuatu yang lain daripada yang lain,
dengan menampilkan rubrik tertentu sebagai nominasi unggulan, berita-berita,
reportase, gambar kartun, hiburan yang bersifat kreatif, juga tidak ketinggalan berita
yang bersifat kesenangan.
Sedangkan untuk perbandingan, alasan lain memilih surat kabar Kompas yang
mana berita tersebut menjadi salah satu headline dan merupakan harian yang
memiliki gaya penulisan cenderung “terbuka” dan bersahaja dalam menggambarkan
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

10

realitas yang terjadi di masyarakat, dan Kompas juga memiliki reputasi kedalam
analitis dan gaya penulisan yang rapi. Harian Kompas sangat diakui keberadaanya di
Indonesia dan tegas dalam menulis realitas. Kompas termasuk media yang
menyajikan berita dari dua sisi yang berbeda. media tersebut memiliki versi
pemberitaan yang berbeda. Pada surat kabar Kompas dalam Headline pemberitaannya
selama tiga hari membahas berita pembekuan PSSI Oleh Pemerintah lebih
menjelaskan ke Pemerintah Atau Lembaga Sepak Bola Indonesia yaitu PSSI tidak
menjelaskan tokoh Yaitu SBY atau Nurdin Halid. Sehingga isu yang ditampilkan
juga mengalami perbedaan. Selain itu, surat kabar Kompas memberitakan berita
tersebut masuk pada halaman Utama dan halaman Olahraga.
Pada penelitian ini penulis membingkai pemberitaan dari dua media cetak,
yaitu Kompas dan Jawa Pos. Framing dapat dipandang sebagai penempatan
informasi-informasi dalam konteks yang khas sehingga isu tertentu mendapatkan
alokasi lebih besar daripada isu yang lain. Framing juga menekankan pada
penonjolan teks komunikasi, sehingga membuat informasi yang disajikan menjadi
lebih menarik dan mudah diingat oleh masyarakat. Penonjolan berita dimaksudkan
agar proses membuat informasi menjadi lebih bermakna, lebih menarik, atau lebih
diingat oleh khalayak. Framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana
perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan ketika menyeleksi isu
dan menulis berita (Eriyanto, 2004 : 186-187).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

11

Tema-tema , penulisan judul serta pemakaian kata atau kalimat yang
dipakai oleh Kompas dan Jawa Pos memiliki perbedaan yang bisa menimbulkan
makna konotasi dan denotasi. Harian Kompas dalam menyajikan berita Pembekuan
PSSI Oleh Pemerintah menggunakan kata-kata atau kalimat yang lebih bersahaja dan
tidak mempunyai makna konotasi yang buruk. Sedangkan Jawa Pos terkadang
menggunakan kata-kata atau kalimat yang mempunyai makna konotasi seperti pada
Jawa Pos edisi 29 Maret 2011, contohnya : “ Pemerintah benar – benar kehabisan
kesabaran melihat sepak terjang Nurdin Halid dan antek – anteknya di PSSI…”.
Dan ada pula “ Nurdin Halid dan kroninya kini tidak bisa lagi berkutit “
Perbedaan Kompas dan Jawa Pos dalam mengkonstruksi atau membingkai
berita dikarenakan adanya perbedaan cara pandang wartawan dari kedua media dalam
mempersepsikan peristiwa tersebut. Perbedaan dari cara kedua harian tersebut dalam
mengemas berita disebabkan adanya perbedaan kebijakan redaksi dan juga perbedaan
visi dan misi dari masing-masing surat kabar. Dipilihnya surat kabar Jawa Pos dan
Kompas sebagai subyek penelitian dengan alasan bahwa keduanya merupakan pers
umum, pers nasional yang sama-sama terbit dan yang paling berpengaruh di
Surabaya, bahkan di Jawa Timur. Serta mendapat pangsa pasar yang tersebar di
Surabaya. Jawa Pos misalnya merupakan surat kabar regional terbesar di Jawa Timur
yang terbit secara nasional. Dimana visi dan misi harian Jawa Pos adalah menyajikan
surat kabar yang menginformasikan berita kepada khalayak paling baru. Pemilihan
berita Jawa Pos dalam penelitian ini, karena Jawa Pos merupakan perusahaan pers
terbesar kedua dan merupakan Koran terbesar ketiga di Indonesia. Harian Jawa Pos
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

12

ini memiliki misi idiil dan misi bisnis sebagai pilar utama untuk kelangsungan hidup
perusahaan. Oleh karena itu dalam penyampaian berita menghendaki dan diarahkan
pada sesuatu yang lain daripada yang lain dengan menampilkan rubrik-rubrik tertentu
sebagai nominasi unggulan, berita-berita yang paling actual, reportase, gambar
kartun, hiburan-hiburan yang bersifat kreatif, juga tidak ketinggalan berita yang
bersifat kesenangan (Human Interest) (Totok, 2001 : 33).
Sedangkan Kompas merupakan salah satu surat kabar yang termasuk dalam
10 surat kabar besar nasional dan menjadi surat kabar terbesar kedua di Jawa Timur
setelah Jawa Pos. Kompas merupakan pers nasional yang mempunyai visi dalam
keredaksionalnya yaitu kemanusiaan dan manusia, sehingga harian ini berusaha untuk
senantiasa peka akan nasib manusia dan mengingatkan yang mapan (Oetama, 2001 :
147). Dipilihnya harian Kompas karena merupakan harian yang paling prestisius dan
paling laku di Indonesia dan merupakan surat kabar berkualitas terbesar di Asia
Tenggara, selain itu Kompas juga memiliki kerajaan bisnis yang terdiri dari 38
perusahaan yang dikenal sebagai Kompas-Gramedia Group. Melalui berbagai buku,
majalah dan surat kabar, Kompas-Gramedia Group mendominasi industry penerbitan.
Kedua surat kabar ini juga sama-sama menganggap berita PSSI mempunyai nilai
berita (News Value) yang tinggi karena sesuai dengan pangsa pasar terbesar mereka
yaitu masyarakat pecinta bola di Indonesia.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

13

1.2`Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka
perumusan masalah yang akan diteliti adalah :
" Bagaimana pembingkaian berita Pembekuan PSSI Oleh Pemerintah pada
surat kabar Kompas dan Jawa Pos edisi 29 Maret, 30 Maret, 31 Maret 2011 “
1.3. Tujuan Penelitian
Mengacu pada latar belakang masalah serta perumusan masalah yang telah
diajukan, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimanakah surat
kabar Jawa Pos dan Kompas membingkai berita tentang putusan Pembekuan PSSI
oleh Pemerintah berdasarkan perangkat framing Zhongdang Pan dan Gerald M.
Kosicki.
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Manfaat Teoritis
Untuk memberikan ciri ilmiah pada sebuah penelitian ilmiah dengan
mengaplikasikan teori-teori khususnya teori komunikasi tentang pemahaman pesan
yang dikemas melalui analisis framing.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

14

1.4.2. Manfaat Praktis
1. Sebagai bahan evaluasi bagi pihak media dalam menyajikan berita dan
sebagai referensi, bahan kajian dan sumber informasi bagi pihak-pihak yang
tertarik dalam kajian untuk melakukan penelitian.
2. Memberikan edukasi bagi masyarakat bahwa sesungguhnya berita tidaklah
subyektif

seperti

pandangan

umum.

Diperlukan

pandangan

yang

komprehensif untuk bisa menelaah isi berita dengan benar agar tidak terjadi
kesalahpahaman di masyarakat yang bisa menyebabkan konflik.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB II
KAJ IAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1. Surat Kabar dan Konstruksi Realitas
Surat kabar adalah penerbitan yang berupa lembaran-lembaran yang
berisi berita-berita karangan-karangan dan iklah yang dicetak dan terbit secara
tetap dan periodik dan dijual untuk umum. (Assegaf, 1991 : 140).
Dalam perkembangan selanjutnya, surat kabar yang bisa mencapai rakyat
secara massal itu dipergunakan untuk melakukan sosial kontrol, sehingga surat
kabar tidak hanya bersifat informatif tetapi juga bersifat persuasif. Bukan saja
hanya sekedar menyampaikan informasi, tetapi juga mendidik, menghibur, dan
mempengaruhi khalayak agar khalayak melakukan kegiatan tertentu (Effendy;
1993:93)
Untuk membuat informasi menjadi lebih bermakna biasanya sebuah
media cetak melakukan penonjolan-penonjolan terhadap suatu berita. Dalam
pengambilan keputusan mengenai sisi mana yang ditonjolkan tentu melibatkan
nilai dan ideologi para wartawan yang terlibat dalam proses produksi sebuah
berita (Sobur,2001:163).

15

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

16

``

Isi media pada hakekatnya adalah hasil konstruksi realitas dengan
menggunakan bahasa sebagai parangkatnya. Sedangkan bahasa bukan hanya
sebagai alat realitas, namun juga menentukan relief seperti apa yang diciptakan
oleh bahasa asing tentang realitas. Akibatnya media massa memiliki peluang
yang sangat besar untuk mempengaruhi gambar yang dihasilkan dari realitas
yang dikonstruksinya (Sobur, 2001 : 88).
Setiap upaya menceritakan sebuah peristiwa, keadaan, benda atau apapun,
pada hakikatnya adalah usaha mengkonstruksikan realitas, begitu pula dengan
profesi wartawan. Pekerjaan utama wartawan adalah mengisahkan hasil
reportasenya kepada khalayak. Dengan demikian mereka selalu terlibat dengan
usaha-usaha

mengkonstruksi

realitas,

yakni

menyusun

fakta

yang

dikumpulkannya ke dalam suatu bentuk laporan jurnalistik berupa berita (News),
karangan khas (Feature), atau gabungan keduanya (News Feature). Dengan
demikian berita pada dasarnya adalah realitas yang telah dikonstruksikan.
Dengan rekonstruksi realitas, bahasa dapat dikatakan sebagai unsur
utama. Bahasa merupakan instrument pokok untuk menceritakan realitas.
Sehingga dapat dikatakan bahwa bahasa adalah alat konseptualisasi dan alat
narasi media (Sobur, 2001 : 91).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

17

Peneliti mengemukakan tentang Surat Kabar dan Konstruksi Realitas
adalah semua surat kabar yang akan memberitakan sebuah berita tentunya
harus menyeleksi terlebih dahulu tentang berita tersebut. Karena dalam
pemberitaan yang akan di beritakan nanti harus benar-benar fakta tidak ada
pembohongan publik. Dalam dunia jurnalistik mengkonstruksi realitas berita
sangat diperlukan. Dan dengan sebuah fakta publik akan mempercayai
pemberitaan tersebut. Media Massa selalu ada pada setiap peristiwa, dengan
mengamati, merekam, mencatat, dan kemudian melaporkan kepada publik.
2.1.2. Surat Kabar Sebagai Kontrol Sosial
Idealisme yang melekat pada pers dijabarkan dalam pelaksanaan
fungsinya, selain menyiarkan informasi yang objektif dan edukasi, menghibur,
melakukan kontrol sosial yang konstruktif dengan menyalurkan segala
aspirasi masyarakat, serta mempengaruhi masyarakat dengan melakukan
komunikasi dan peran positif dari masyarakat itu sendiri (Effendy, 2003 :
149).
Sementara

dalam

jurnalistik

Indonesia

(Sumadiria,

2005

:

32-35)

menunjukkan empat fungsi dari pers, yaitu :
1. Fungsi Informasi, sebagai sarana untuk menyampaikan informasi secepatcepatnya kepada masyarakat yang seluas-luasnya, yang aktual dan akurat,
faktual dan bermanfaat.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

18

2. Fungsi Edukasi, informasi yang disebarluaskan pers hendaknya dalam
kerangka mendidik. Dalam istilah sekarang pers harus mampu dan mau
memerankan dirinya sebagai guru pers.
3. Fungsi hiburan, pers harus mampu memerankan dirinya sebagai wahana
hiburan yang menyenangkan sekaligus menyehatkan bagi semua lapisan
masyarakat.
4. Fungsi kontrol sosial atau koreksi, pers mengemban fungsi sebagai pengawas
pemerintah dan masyarakat. Pers akan senantiasa merugikan pihak lain,
menempatkan sumber berita yang satu lebih menonjol dari pada sumber yang
lain, ataupun secara nyata atau tidak melakukan pemihakkan kepada golongan
tertentu. Artinya ideologi wartawan dan media yang bersangkutan yang secara
strategis menghasilkan berita-berita seperti itu. Disini dapat dikatakan bahwa
media merupakan inti instrumen ideologi yang tidak dipandang sebagai zona
netral dimana berbagai kelompok dan kepentingan ditampung, tetapi media
lebih sebagai subyek yang mengkonstruksi realitas atas penafsiran wartawan
atau media sendiri untuk disebarkan kepada khalayak (Eriyanto, 2005 : 92).
Peneliti mengemukakan tentang Surat Kabar sebagai Kontrol Sosial
dikarenakan dalam setiap media massa tentunya mempunyai sebuah kontrol
sosial yang nantinya berfungsi untuk mengetahui bagaimana respon dari
publik mengenai pemberitaan yang diberitakan oleh media massa sebelum di

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

19

laporkan. Respon tersebut bisa berbuah positif dan negatif sesuai berita yang
dilaporkan. Tugas wartawan yang menyeleksi pemberitaan tersebut dan
sampai dibaca oleh publik. Terutama Media Cetak, karena media cetak lebih
jelas penulisannya dan visualnya, karena surat kabar merupakan alat media
massa yang mudah diterima oleh publik dikarenakan bisa dibaca dimanapun
dan diingat oleh publik.
Lain halnya dengan media elektronik. Publik hanya bisa melihat dari
laporan yang berupa audio visual dan hanya bisa didengar. Dengan kondisi
seperti tersebut publik kadang kala tidak tahu bahkan lupa dengan berita yang
dilaporkan. Dengan keadaan seperti itu lah surat kabar sebagai kontrol sosial.
2.1.3 Berita Sebagai Hasil Konstruksi Realitas
Dalam buku Analisis Framing, Eriyanto menuliskan bahwa media
massa bukanlah sekedar alat untuk menyalurkan pesan saja, didalamnya ia
juga subjek yang mengkonstruksi realitas, lengkap dengan pandangan, bias,
dan pemihakannya (Eriyanto, 2004 : 23). Disini berita dihasilkan bukan hanya
menggambarkan realitas saja, tetapi juga merupakan hasil dari konstruksi
media itu sendiri. Media massa dipandang sebagai agen konstruksi yang
mendefinisikan realitas. Lewat berbagai instrumen yang dimilikinya, media
ikut membentuk realitas yang tersaji dalam pemberitaan. Karena itulah, fakta

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

20

yang terkandung didalamnya sudah mengalami penyaringan dari media itu
sendiri.
Peristiwa-peristiwa yang dijadikan berita oleh media massa tertentu
melalui proses penyeleksian terlebih dahulu, hanya peristiwa yang memenuhi
kriteria kelayakan informasi yang akan diangkut oleh media massa kemudian
ditampilkan kepada khalayak (Eriyanto, 2004 : 26).
Setelah proses penyeleksian tersebut, maka peristiwa itu akan
dibingkai sedemikian rupa oleh wartawan. Pembingkaian yang dilakukan oleh
wartawan tentunya melalui proses konstruksi. Proses konstruksi atau suatu
realitas ini dapat berupa penonjolan dan penekanan pada aspek tertentu atau
dapat juga berita tersebut ada bagian yang dihilangkan, luput, atau bahkan
disembunyikan dalam pemberitaan (Eriyanto, 2004 : 3).
Peristiwa atau realitas yang sama dapat dibingkai secara berbeda oleh
masing-masing media. Hal ini terkait dengan visi, misi dan ideologi yang
dipakai oleh masing-masing media. Sehingga kadangkala dari hasil
pembingkaian tersebut dapat diketahui bahwa media lebih berpihak kepada
siapa (jika yang diberitakan adalah seorang tokoh, golongan, atau sekelompok
tertentu). Keberpihakan pemberitaan terhadap salah satu kelompok atau
golongan dalam masyarakat, dalam banyak hal tergantung etika, moral dan
nilai-nilai tertentu tidak mungkin dihilangkan dalam pemberitaan media. Hal

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

21

ini merupakan bagian integral dan tidak terpisahkan dalam membentuk dan
mengkonstruksi suatu realitas. Media menjadi tempat pertarungan ideologi
antara kelompok-kelompok yang ada dimasyarakat.
Wartawan adalah profesi yang dituntut untuk mengungkapkan
kebenaran dan menginformasikan kepada publik seluas mungkin tentang
temuan dari fakta-fakta yang berhasil diketahuinya tanpa rekayasa dan tanpa
tujuan subyektif tertentu, semata-mata demi pembangunan kehidupan dan
peradaban kemanusiaan yang lebih baik. Wartawan dari masing-masing media
bisa jadi mempunyai pandangan dan konsepsi yang berbeda ketika melihat
suatu realitas, dan hal itu dapat dilihat dari bagaimana para pekerja media ini
mengkonstruksikan peristiwa tersebut, yang diwujudkan dalam bentuk teks
media. Dari anggapan itulah, maka sangat potensial terjadi peristiwa yang
sama dikonstruksi berbeda antara media yang satu dengan media yang
lainnya.
Meski demikian media massa tetap memiliki karakteristik, yaitu :
a. Bersifat melembaga
Pihak yang mengelola media terdiri dari banyak orang, yakni mulai dari
pengumpulan, pengelolaan sampai pada penyajian informasi.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

22

b. Bersifat satu arah
Komunikasi yang dilakukan kurang memungkinkan terjadinya dialog antara
pengirim dan penerima. Jika terjadi feedback, biasanya memerlukan waktu dan
tertunda.
c. Meluas dan serempak
Dapat mengatasi rintangan waktu dan jarak, karena ia memiliki kecepatan.
Bergerak secara simultan, dimana informasi yang disampaikan diterima oleh
banyak orang pada saat yang sama.
d. Memakai peralatan teknis atau mekanis
Media yang digunakan untuk menyampaikan informasi seperti radio, televisi,
surat kabar dan semacamnya.
e. Bersifat terbuka
Pesannya dapat diterima oleh siapa saja dan dimana saja tanpa mengenal usia,
jenis, dan suku bangsa (Cangara, 2000:134).
Peneliti mengungkapkan tentang berita sebagai hasil Konstruksi Realitas karena
berita sebagai alat informasi yang di sampaikan kepada masyarakat. Sehingga
masyarakat mengetahui apa yang terjadi di luar. Disini berita dihasilkan bukan
hanya menggambarkan realitas saja, tetapi juga merupakan hasil dari konstruksi
media itu sendiri. Media massa dipandang sebagai agen konstruksi yang

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

23

mendefinisikan realitas. Lewat berbagai rangkaian pemilihan berita yang
dimilikinya, media ikut membentuk realitas yang tersaji dalam pemberitaan.
Karena itulah, fakta yang terkandung didalamnya sudah mengalami penyaringan
dari media itu sendiri.
2.1.4 Ideologi Media
Ideologi diartikan sebagai kerangka berpikir yang dipakai oleh
individu untuk melihat realitas dan bagaimana mereka menghadapinya. Ia
berhubungan dengan konsepsi atau posisi seseorang dalam menafsirkan
realitas (Sudibyo, 2001:12).
Konsep ideologi dalam sebuah institusi media massa ikut berpengaruh
dalam menentukan arah pemberitaan yang akan disampaikan kepada
pembaca. Hal ini disebabkan karena teks, percakapan dan lainnya adalah
bentuk dari praktek ideologi atau pencerminan dari ideologi tertentu
(Eriyanto, 2004 : 13).
Dalam pembuatan berita selalu melibatkan pandangan dan ideologi
wartawan atau bahkan media yang bersangkutan. Ideologi ini menentukan
aspek fakta dipilih dan membuang apa yang ingin dibuang. Artinya jika
seorang wartawan menulis berita dari salah satu sisi, menampilkan sumber
dari satu pihak dan memasukkan opininya pada berita semua itu dilakukan
untuk pembenaran tertentu. Dapat dikatakan media bukanlah saran yang netral

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

24

dalam menampilkan kekuatan dan kelompok dalam masyarakat secara apa
adanya, tetapi kelompok dan ideologi yang dominan dalam media itulah yang
akan ditampilkan dalam berita-beritanya (Eriyanto, 2004 : 90).
Konsep ideologi bisa membantu menjelaskan mengapa wartawan
memilih fakta tertentu untuk ditonjolkan daripada fakta yang lain, walaupun
hal itu merugikan pihak lain, menempatkan sumber berita yang satu lebih
menonjol daripada sumber yang lain, ataupun secara nyata atau tidak
melakukan pemihakan kepada pihak tertentu. Artinya ideologi wartawan dan
media yang bersangkutanlah yang secara strategis menghasilkan berita-berita
seperti itu. Dalam hal ini dapat dikatakan media merupakan inti instrument
ideologi yang tidak dipandang sebagai zona netral yaitu sebagai kelompok dan
kepentingan

ditampung,

tetapi

media

lebih

sebagai

subyek

yang

mengkonsumsi realitas atas penafsiran wartawan atau media sendiri untuk
disebarkan kepada khalayak (Eriyanto, 2004 : 92).
Disini pemberitaan tertentu tidak dianggap sebagai bias atau distorsi
tetapi semata-mata sebagai akibat dari ideologi tertentu dari media tersebut.
Kecenderungan atau ideologi itulah yang menentukan bagaimana fakta itu
dipahami, fakta diambil dan yang mana dibuang. Semua proses ini dipandang
sebagai konsekuensi dari ideologi, bukan sebagai bias atau kesalahan
wartawan (Sudibyo, 2001 : 55-56).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

25

Kecenderungan atau perbedaan setiap media dalam memproduksi
informasi kepada khalayak dapat diketahui dari pelapisan-pelapisan yang
melingkupi institusi media. Pamela Shoemaker dan Stephen D. Reese,
membuat model “Hierarchy of Influence” yang menjelaskan hal ini :
1. Pengaruh

individu-individu

pekerja

media.

Diantaranya

adalah

karakteristik pekerja komunikasi, latar belakang personal dan professional
2. Pengaruh rutinitas media. Apa yang dihasilkan oleh media massa
dipengaruhi oleh kegiatan seleksi-seleksi yang dilakukan oleh komunikator,
termasuk tenggat (deadline) dan rintangan waktu yang lain, keterbatasan
tempat (space), struktur piramida terbalik dalam penulisan berita dan
kepercayaan reporter pada sumber-sumber resmi dalam berita yang
dihasilkan.
3. Pengaruh organisasional. Salah satu tujuan yang penting dari media adalah
mencari keuntungan materiil. Tujuan-tujuan dari media akan berpengaruh
pada sisi yang dihasilkan.
4. Pengaruh dari luar organisasi media. Pengaruh ini meliputi lobi dari
kelompok kepentingan terhadap isi media, pseudoevent dari praktisi public
relations dan pemerintahan yang membuat peraturan-peraturan di bidang pers.
5. Pengaruh ideologi. Ideologi merupakan sebuah pengaruh yang paling
menyeluruh dari semua pengaruh. Ideologi disini diartikan sebagai

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

26

mekanisme

simbolik

yang

menyediakan

kekuatan

koherensif

yang

mempersatukan di dalam masyarakat (Shoemaker, Rees, 1991).
Media selalu mempunyai kecenderungan untuk menampilkan tokoh
dua sisi, untuk dipertentangkan diantara kedua teks berita, kalau dibedah dari
sudut narasinya terdapat dua sisi yang saling bertolak belakang (oposisi).
Dalam peliputan selalu ditekankan bahwa liputan yang baik adalah liputan dua
sisi. Ketika ada peristiwa dicari komentar dari dua orang yang kontras, yang
saling bertolak belakang. Ini bukan untuk menunjukkan bahwa dua pendapat
tersebut sama-sama benarnya, tetapi untuk menekankan liputan yang bersifat
dua sisi tersebut (Eriyanto, 2002 : 131).
Setiap Media massa mempunyai ideologi yang tercermin dari visi dan
misi yang ada . Visi dan Misi tersebut pada akhirnya akan terlihat dari produk
jurnalistik yang dihasilkan. Kompas dan Jawa Pos sebagai media massa juga
mempunyai ideologinya masing-masing. Kompas sebagai media massa yang
memiliki ideologi Nasionalis, sedangkan Jawa Pos sebagai media massa yang
memiliki ideologi menyajikan surat kabar yang menginformasikan berita
kepada khalayak paling baru.
Dengan menggunakan metode analisis framing model Pan Dan
Kosicki, Peniliti ingin mengetahui ideologi pemberitaan surat kabar Kompas
dan Jawa Pos dalam pemberitaan tentang Pembekuan PSSI Oleh Pemerintah.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

27

Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Ideologi yang berbeda akan
mengarahkan masing-masing media massa pada bingkai berita yang berbeda
pula, karena berita yang dihasilkan merupakan hasil dari subjektivitas –
subjektivitas masing – masing redaksi. Ideologi mengkonstruksi subjektivitas
redaksi di dalam melakukan framing sebuah berita.
Peneliti mengemukakan bahwa setiap media massa memliki ideologi
media. Setiap media berbeda visi dan misi, karakter pemberitaan meliputi teks
dan foto. Dan wartawan memilih fakta tertentu untuk ditonjolkan daripada
fakta yang lain, walaupun hal itu merugikan pihak lain, menempatkan sumber
berita yang satu lebih menonjol daripada sumber yang lain, ataupun secara
nyata atau tidak melakukan pemihakan kepada pihak tertentu.
2.1.5 Analisis Framing
Pada dasarnya, analisis framing merupakan versi terbaru

Dokumen yang terkait

PENDAHULUAN Analisis Berita Liga Primer Indonesia (LPI) dan Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) (Analisis Framing LPI dan PSSI dalam Surat Kabar Jawa Pos Periode Januari - Maret 2011).

0 0 44

DAFTAR PUSTAKA Analisis Berita Liga Primer Indonesia (LPI) dan Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) (Analisis Framing LPI dan PSSI dalam Surat Kabar Jawa Pos Periode Januari - Maret 2011).

0 0 4

PEMBINGKAIAN BERITA PENCALONAN NURDIN HALID SEBAGAI KETUA UMUM PSSI DI SURAT KABAR JAWA POS ( Studi Analisis Framing Pencalonan Nurdin Halid Sebagai Ketua Umum PSSI Di Surat Kabar Harian Jawa Pos Periode Februari - Maret 2011).

1 3 98

PEMBINGKAIAN BERITA BOM BUNUH DIRI DI SOLO PADA SURAT KABAR JAWA POS DAN SURYA (Studi Analisis Framing berita bom bunuh diri di Solo pada Surat kabar Jawa Pos dan Surya edisi 26-29 September 2011).

0 0 94

PEMBINGKAIAN BERITA TENTANG SKANDAL M. NAZARUDDIN ( Analisis Framing Berita tentang M. Nazaruddin pada Surat Kabar Jawa Pos dan Kompas Edisi 25-31 Juli 2011 ).

0 0 119

PEMBINGKAIAN BERITA RUU NIKAH SIRI DI SURAT KABAR KOMPAS DAN JAWA POS (Studi Analisis Framing RUU Nikah Siri di Surat Kabar Kompas dan Jawa Pos).

1 3 115

PEMBINGKAIAN BERITA KISRUH PILKADA DI MOJOKERTO PADA SURAT KABAR KOMPAS DAN JAWA POS EDISI, 22 -23 MEI 2010. ( STUDI ANALISIS FRAMING KISRUH PILKADA DI MOJOKERTO PADA SURAT KABAR KOMPAS DAN JAWA POS EDISI 22-23 MEI 2010).

0 0 22

PEMBINGKAIAN BERITA PEMBEKUAN PSSI OLEH PEMERINTAH (Studi Analisis Framing Tentang Berita Pembekuan PSSI Oleh Pemerintah pada Surat Kabar Kompas dan Jawa Pos Edisi 29 s.d 30 Maret 2011)

0 0 21

PEMBINGKAIAN BERITA TENTANG SKANDAL M. NAZARUDDIN ( Analisis Framing Berita tentang M. Nazaruddin pada Surat Kabar Jawa Pos dan Kompas Edisi 25-31 Juli 2011 )

0 0 20

PEMBINGKAIAN BERITA PENCALONAN NURDIN HALID SEBAGAI KETUA UMUM PSSI DI SURAT KABAR JAWA POS ( Studi Analisis Framing Pencalonan Nurdin Halid Sebagai Ketua Umum PSSI Di Surat Kabar Harian Jawa Pos Periode Februari - Maret 2011)

0 0 20