PEMBINGKAIAN BERITA PENCALONAN NURDIN HALID SEBAGAI KETUA UMUM PSSI DI SURAT KABAR JAWA POS ( Studi Analisis Framing Pencalonan Nurdin Halid Sebagai Ketua Umum PSSI Di Surat Kabar Harian Jawa Pos Periode Februari - Maret 2011).

(1)

( Studi Analisis

Framing

Pencalonan Nurdin Halid Sebagai Ketua Umum

PSSI Di Surat Kabar Harian Jawa Pos Periode Februari – Maret 2011)

SKRIPSI

Oleh :

Firdausi Anidah

NPM. 0743010190

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWATIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

SURABAYA

2011

 


(2)

dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang bejudul “

Pembingkaian Berita Pencalonan Nurdin Halid Sebagai Ketua Umum PSSI Di

Surat Kabar Harian Jawa Pos”

Penyusunan penelitian ini berguna memberikan wawasan pandangan serta

dapat menerapkan dan membandingkan teori yang diterima dengan kenyataan

yang ada di lapangan. Disamping itu juga dapat digunakan sebagai persiapan

mental dan bekal untuk memasuki dunia kerja yang sebenarnya.

Atas selesainya penyusunan penelitian ini, penulis ingin mengucapkan

terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu kelancaran penulis dalam

menyusun dan menyelesaikan penelitian ini, antaranya :

1.

Tuhan ku ALLAH SWT, yang telah memberikan rahmat dan

hidayah-NYA kepada penulis sehingga dapat mengerjakan dan menyelesaikan

penelitian.

2.

Drs.Dyva Claretta M,Si selaku dosen Pembimbing yang dengan sabar

membimbing penulis.

3.

Segenap Bapak - Ibu Dosen Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik UPN “VETERAN” Jawa Timur.

4.

Abah dan Ibu tersayang yang telah memberikan doa restu, fasilitas,

dan dukungan terutama dalam hal meteri, kakak ku Farik dan keluarga


(3)

6.

Mas Adhit dan keluarga yang selalu mendukung dan membantu cari

refrensi.

7.

Pak Tom dan Pak Didik Puji yang talah membantu memberikan

informasi.

8.

Para penghuni C-100, terutama Bapak kost yang bersedia muluangkan

waktu untuk shering.

Dalam penyusunan penelitian ini penulis menyadari banyak kekurangan,

untuk itu segala masukan dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan

demi kesempurnaan dalam penulisan selanjutnya sehingga dapat bermanfaat bagi

semuanya.

Surabaya,

Juni

2011


(4)

DAFTAR TABEL ...iii

DAFTAR LAMPIRAN ... iv

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1

Latar Belakang Masalah... 1

1.2

Rumusan Masalah ... 11

1.3

Tujuan Penelitian ... 11

1.4

Manfaat penelitian ... 12

1.4.1

Manfaat Teorotis ... 12

1.4.2 Manfaat

Praktis ... 12

BAB II KAJIAN PUSTAKA... 13

2.1

Landasan Teori... 13

2.1.1 Media dan Konstruksi Realitas ... 13

2.1.2 Ideologi Media ... 14

2.1.3 Berita dan Nilai Berita ... 16

2.1.4 PSSI (Persatuan Sepak bola Seluruh Indonesia)... 20

2.1.5 Framing dan Proses Produksi Berita... 21

2.1.6 Analisis Framing ... 23

2.1.7 Model Analisis Framing ... 24


(5)

3.1.1 Definisi Konseptual ... 34

3.1.2 Subyek dan Obyek Penelitian ... 36

3.1.3 Unit Analisis ... 36

3.1.4 Populasi dan Korpus ... 37

3.1.5 Teknik Pengumpulan Data... 39

3.1.6 Teknik Analisis Data... 39

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 41

4.1

Gambaran Obyek Penelitian ... 41

4.1.1 Sejarah Perkembangan Surat Kabar Jawa Pos ... 41

4.1.2 Kebijakan Redaksional ... 46

4.2

Analisis Berita... 51

4.2.1 Frame Jawa Pos,”Nurdin Melaju,KSAD Terjegal” ... 51

4.2.2 Frame Jawa Pos,”Hurdin : Jadi Presiden Saya Bisa” ... 55

4.2.3 Frame Jawa Pos,” Pendemo Pro-Nurdin Dibayar Rp 25 Ribu”... 60

4.2.4 Frame Jawa Pos,” Nurdin Tak Sanggup Penuhi FIFA”... 65

4.2.5 Frame Jawa Pos,” FIFA Larang Nurdin Maju Lagi” ... 69

4.2.6 Frame Jawa Pos,” Waspadai Nurdin Cs Sebelum Kongres” ... 73

4.2.7 Frame Jawa Pos,” Nurdin Cs Pemicu Kisruh Kongres” ... 77


(6)

DFTAR PUSTAKA... 87

LAMPIRAN


(7)

(Studi Analisis

Framing

Pencalonan Nurdin Halid Sebagai Ketua Umum PSSI

Di Surat Kabar Harian Jawa Pos Periode Februari – Maret 2011)

Dari tujuan dan sikap media dalam melihat suatu peristiwa, media cetak tidak

lepas dari perspektif yang dibangun dalam memuat berita. Begitu pula dalam

pemberitaan pencalonan Nurdin Halid sebagai ketua umum PSSI. Ingin diketahui

bagaimana media membingkai peristiwa tersebut dalam pemberitaan di surat kabar

harian Jawa Pos. peneliti juga ingin mengetahui bagaimana media ini dalam

membangun sebuah realitas. Masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah

bagaimana Jawa Pos membingkai berita Pencalonan Nurdin Halid Sebagai Ketua

Umum PSSI pada Surat Kabar Harian Jawa Pos Periode Februari – Maret 2011.

Analisis framing adalah salah satu metode analisis teks dalam kategori

penelitian kontruksionis. Analisis framing membongkar bagaimana realitas dibingkai

oleh media. Pada penelitian ini peneliti menggunakan analisis framing dari Zhondang

Pan dan M Gerald Kosicky, karena model ini banyak diadaptasi pendekatan linguistic

dengan memasukkan elemen retoris, seperti metafora, leksikon, grafis, sementara

model ini meskipun dalam tingkat analisisnya menunjukkan adanya unsure retoris,

tetapi mereka tidak mengajukan gambaran detail mengenai elemen retoris. Teori yang

digunakan adalah teori ilmu politik yaitu teori untuk mendeteksi kegiatan positif dan

negative kalangan pemerintahan.

Metode yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif dengan analisis

framing. Korpus yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagian dari berita

yang menjadi laporan utama pada harian Jawa Pos tentang pencalonan Nurdin Halid

sebagai ketua umum PSSI. Data analisis yang menggunakan pendekatan Pan dan

Kosicky yang mengoprasionalisasikan empat dimensi teks berita sebagai perangkat

framing : Sintaksis (cara wartawan menyususn berita), Skrip (cara wartawan

mengisahkan berita), Tematik (cara wartawan mengisahkan fakta), Retoris (cara

wartawan menekankan berita).


(8)

persepakbolaan Indonesia dan dia juga mantan narapidana kasus korupsi. Dari

analisis dapat disimpulkan bahwa surat kabar harian Jawa Pos tampaknya mengambil

posisi kontra pada Nurdin Halid, dengan mengklaim Nurdin cs sebagai pemicu kisruh

kongres PSSI.


(9)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Media massa merupakan suatu bidang kajian yang sangat kompleks. Media massa bukan berarti hanya satu variasi media yang menyajikan informasi pada kelompok khalayak, tetapi khalayak juga menggunakan media massa dalam cara yang beragam. Dari media massa mereka mendapatkan informasi tentang berbagai hal dan peristiwa yang dianggap penting tersebut disajikan dalam bentuk berita.

Media massa dalam kehidupan sosial memiliki peran yang kerap dipandang secara berbeda-beda, namun tidak ada yang menyangkal atas perannya yang signifikan dalam masyarakat modern. Media dipandang sebagai cendela yang mungkin khalayak “melihat” apa yang terjadi di luar sana. Selain itu media massa sebagai “filter” atau “gate keeper” yang menyeleksi berbagai hal untuk diberi perhatian atau tidak.

Media massa juga memiliki wewenang untuk menentukan fakta apa yang akan diambil, bagian mana yang akan ditonjolkan dan dihilangkan serta hendak dibawa kemana berita tersebut. Hal ini berkaitan dengan cara pandang atau perspektif yang digunakan oleh masing-masing media massa.

Tidak setiap peristiwa dapat dijadikan berita, hanya berita yang mempunyai ukuran-ukuran tertentu saja yang layak dan bisa disebut sebagai berita. Nilai berita tersebut menyediakan standar dan ukuran bagi wartawan


(10)

sebagai kriteria dalam praktik kerja jurnalis. Sebuah peristiwa yang tidak mempunyai unsur nilai berita atau setidaknya nilai beritanya tidak akan dibuang.

Berita adalah hasil akhir dari proses kompleks yang menyortir (memilah-milah) dan menentukan peristiwa dan tema-tema tertentu dalam satu kategori tertentu. Peristiwa harus dinilai terlebih dahulu apakah peristiwa tersebut memenuhi kriteria nilai berita, nilai-nilai berita menetukan bukan hanya peristiwa apa saja yang akan diberikan, melainkan juga bagaimana peristiwa tersebut dikemas.Mereka mendapatkan informasi tentang berbagai peristiwa yang dianggap penting dan disajikan dalam bentuk berita.

Berita-berita yang disajikan media massa merupakan hasil seleksi dari berbagai peristiwa yang terjadi dan berkembang baik dimasyarakat atau bahkan di dalam pemerintahan, sehingga masyarakat mengetahui informasi yang terjadi disekitar dan di dalam pemerintahan. Dalam hal ini dibutuhkan kejujuran dari pihak pers dalam menyampaikan berita-berita yang akan disampaikan pada khalayak agar masyarakat mengetahui kejadian yang sebenarnya. Sebagai alat untuk menyampaikan berita penilaian atau gambaran umum untuk banyak hal, media mempunyai kemampuan untuk berperan sebagai institusi yang dapat membentuk opini publik.

Berangkat dari tujuan dan sikap media dalam melihat suatu peristiwa, media tidak lepas dari perspektif yang dibangun dalam membuat berita. Begitu pula dalam pemberitaan pencalonan Nurdin Halid sebagai ketua PSSI, ingin


(11)

diketahui bagaimana memaknai kasus tersebut dalam pemberitaan surat kabar Jawa Pos.

Berita pencalonan Nurdin Halid sebagai ketua PSSI diambil sebagai objek penelitian karena pada saat tersebut banyak masyarakat protes dan berdemo maka berbagai media memuat berita yang menyangkut pencalonan Nurdin Khalid sebagai ketua PSSI pada surat kabar Harian Jawa Pos yang secara konsisten menghadirkan wacana berita pencalonan Nurdin Khalid sebagai ketua PSSI berdasarkan sebab-sebab tertentu seperti : Pro kontra pencalonan Nurdin Khalid sebagai ketua PSSI.

Masyarakat yang pro terhadap pencalonan Nurdin Khalid sebagai ketua PSSI karena kemampuannya membangun jaringan sosial yang kokoh di sekitarnya. Nurdin menciptakan barisan yang seperti tembok baja dan setia di bawah kepemimpinannya. Terdapat begitu banyak orang yang tersebar di pusat hingga daerah yang ikhlas dipimpin Nurdin. Barisan orang-orang ini adalah barisan yang tidak peduli dengan apa kata media massa. Nurdin pun bisa menjadi contoh hidup atas dinamika politik tanah air yang pasang surut. Sosok Nurdin adalah sosok yang timbul tenggelam di sekitar kita. Saat ini Nurdin dicaci namun pada saat lain, Nurdin bisa bersanding bersama presiden untuk menyaksikan pertandingan sepakbola. Satu lagi kelebihan Nurdin adalah kemampuan menghadapi semua tudingan, serta kemampuan bertahan tengah iklim politik kita yang didominasi para anggota keluarga bangsawan, atau sosok-sosok kaya-raya atau pejabat masa silam, Nurdin benar-benar memulai semuanya dari bawah.


(12)

Nurdin adalah contoh sebuah ketidak sempurnaan yang sukses menempatkan dirinya pada posisi penting.

Tidak sedikit pula massa yang kontra terhadap pencalonan Nurdin Halid sebagai ketua umum PSSI karena Banyak terjadi suap dan makelar pertandingan. Bahkan, banyak yang melibatkan petinggi PSSI lainnya seperti Kaharudinsyah dan Togar Manahan Nero. menghabiskan uang tanpa ada prestasi PSSI atau timnas, Nurdin jaga membohongi FIFA dengan menggelar Munaslub di Makassar pada tahun 2008 untuk memperpanjang masa jabatannya. Selain itu Nurdin tidak menjelaskan laporan keuangan terutama dana Goal Project dari FIFA yang diberikan setiap tahunnya. Tentang keluar masuknya keuangan PSSI pun Nurdin tidak terbuka pada public, sehingga masyarakat memiliki pandangan negatif terhadap kepemimpinan Nurdin Halid.

massa pro dan kontra ketua Umum PSSI Nurdin Halid menggelar unjuk rasa. Pada awalnya, massa pro-Nurdin berunjuk rasa di flyover Makassar. Tapi kemudian, massa pro-Nurdin yang tidak berorasi dan hanya membawa spanduk bertuliskan “maling teriak maling”, Menpora jangan mengintervensi PSSI, bergeser ke DPRD Sulawesi Selatan dan melanjutkan aksi di tangga kantor tersebut. Ratusan massa yang mengatasnamakan diri Forum masyarakat peduli PSSI pun kemudian yang datang dari dua arah bergabung di flyover. Mereka berorasi bergantian, membakar keranda kematian dan foto Nurdin Halid. Bahkan


(13)

mereka juga membakar sebuah motor metik yang tidak dikenal pemiliknya. Tidak hanya itu, sebagai simbol agar Nurdin melepaskan diri dari PSSI, para pengunjuk rasa tersebut melepaskan seekor kerbau yang badannya ditempeli foto Nurdin Halid dan dilepaskan di tengah jalan agar Nurdin juga lepas dari PSSI. Keributan terjadi kemudian saat massa kontra Nurdin berpindah dari flyover ke kantor DPRD Sulsel yang sudah ditongkrongi massa pro-Nurdin. Massa pro-Nurdin menyambut massa kontra Nurdin dengan kalimat makian yang membuat massa kontra-Nurdin tersinggung dan akhirnya pendukung Nurdin yang jumlahnya tak seberapa dibandingkan massa yang ingin Revolusi PSSI lari tunggang langgang diburu massa kontra-Nurdin. Alhasil seorang orator pro-Nurdin bernama Haris dipukuli massa hingga babak belur. Massa baru tenang setelah polisi mengamankan Haris dan aparat kepolisian dari Polsek Rappocini melepaskan tembakan peringatan ke udara. Metronews.com/Kamis, 24 Februari 2011 14:54 WIB

Apakah ada yang salah dengan pencaloan Nurdin Halid sebagai ketua

umum PSSI? Itulah pertanyaan Nurdin Halid dalam menyikapi pro kontra pencalonan kembali sebagai ketua umum PSSI. Meskipun pernah menghuni penjara yang kemudian mencap Nurdin Halid sebagai mantan narapidana. Kasus yang menjerat Nurdin Halid bukan kasus kriminal biasa tapi kasus luar biasa, yakni kasus korupsi. Negeri ini memang sudah dipenuhi oleh para koruptor. Pemberantasan korupsi tidak menjamin para pejabat untuk tidak melakukan korupsi. Buktinya, kasus korupsi masih menghiasi kehidupan di negeri ini.


(14)

Pejabat rendah saja bisa menghasilakan duit banyak. Bagaimana dengan pejabat tinggi, tentu bisa lebih banyak menghasilkan uang haram. Rakyat lelah dengan para koruptor yang masih merajalela dan masih mengisi kursi-kursi kepemimpinan di negeri ini.

Rakyat marah melihat para koruptor kembali menduduki kursi organisasi yang di biayai dengan uang rakyat. Begitulah rupanya penolakan publik terhadap pencalonan kembali Nurdin Halid sebagai ketua umum PSSI. Bukannya publik tidak mau menerima kesalahan masa lalu Nurdin Halid yang telah ditebus dengan menunaikan kesalahannya di dalam penjara. Rakyat sudah bosan dengan para koruptor di negeri ini. Meskipun Nurdin Halid menilai undang-undang membolehkan mantan narapidana mengisi kursi ketua umum PSSI atau menjadi presiden sekalipun. Tetap saja rakyat tidak menerima narapidana korupsi. Jikalau Nurdin Halid bukan mantan narapidana korupsi mungkin publik masih bisa menerima kepemimpinan Nurdin di PSSI, tapi dengan catatan harus berpresatasi. Sayangnya Nurdin Halid adalah mantan narapidana korupsi. Apalagi PSSI miskin prestasi semenjak kepemimpinan Nurdin Halid. Kalaupun PSSI berprestasi, tetap saja publik menolak kepemimpinan di PSSI di duduki oleh narapidana korupsi. Itulah penyebab maraknya tuntutan agar Nurdin Halid mundur dan tidak lagi mencalonkan diri sebagai ketua umum PSSI.

Nurdin Halid adalah seorang pengusaha dan politikus Indonesia lahir di Watampone, Sulawesi Selatan, 17 November 1958 umur 52 tahun.


(15)

Nurdin Halid adalah Ketua Umum PSSI dan pernah menjadi anggota DPR-RI dari partai Golkar pada tahun 1999-2004.

Pada 16 Juli 2004, dia ditahan sebagai tersangka dalam kasus penyelundupan gula impor ilegal. kemudian juga ditahan atas dugaan korupsi dalam distribusi minyak goreng. Hampir setahun kemudian pada tanggal 16 Juni 2005, dia dinyatakan tidak bersalah atas tuduhan tersebut oleh Pengadilan Negeri Jakarta Selatan dan dibebaskan. Putusan ini lalu dibatalkan Mahkamah Agung pada 13 September 2007 yang memvonis Nurdin dua tahun penjara. Kemudian dituntut dalam kasus yang gula impor pada September 2005, namun dakwaan terhadapnya ditolak majelis hakim pada 15 Desember 2005 karena berita acara pemeriksaan (BAP) perkaranya cacat hukum. Selain kasus ini, Nurdin juga terlibat kasus pelanggaran kepabeanan impor beras dari Vietnam dan divonis penjara dua tahun 6 bulan oleh Pengadilan Negeri Jakarta Utara pada 9 Agustus 2005. Tanggal 17 Agustus 2006 Nurdin dibebaskan setelah mendapatkan remisi dari pemerintah bertepatan dengan Hari Kemerdekaan Indonesia.

Nurdin terpilih sebagai Ketua PSSI pada tahun 2003. Ia dikenal sebagai ketua PSSI yang kontroversial. Dia menjalankan organisasi dari balik terali besi penjara, mengumumkan ide menaturalisasikan pemain asing, menambah jumlah peserta Liga Indonesia tiap tahun sehingga tidak ada klub yang terdegradasi, menentang penghentian pengucuran dana APBD untuk klub, dan mengurangi sanksi Persebaya yang sebelumnya terlibat kerusuhan pertandingan secara besar-besaran (dari larangan main di kandang selama dua tahun menjadi hanya larangan


(16)

sebanyak 3 kali pertandingan kandang). Sayangnya, oleh karena kekhilafannya itu, banyak pihak yang tidak mendukungnya.

Sekilas dalam mengkontruksi atau membingkai berita salah satunya dikarenakan adanya cara pandang wartawan dalam mempersepsikan peristiwa tersebut. Ideologi masing-masing media pun turut mempengaruhi media tersebut dalam membuat topik permasalahan pada sebuah peristiwa, meskipun peristiwa itu sama. Tentunya perbedaan ini dapat diuraikan secara mendetail lewat analisis framing dalam penelitian ini. Maka dengan adanya penelitian framing ini akan diungkapkan secara mendalam mengenai isu utama yang ingin dikemukakan pada surat kabar harian Jawa Pos, Isu itu tentu saja yang berkaitan tentang pencalonan Nurdin Halid sebagai ketua umum PSSI.

Framing : pendekatan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunjakan oleh wartawan ketika menyeleksi isu dan menulis berita. Cara pandang atau berspektif itu pada akhirnya menentukan fakta apa yang diambil, bagian mana yang ditonjolkan dan dihilangkan dan hendak dibawa kemana berita tersebut. Framing seperti dikatakan Todd Gitlin (Eriyanto : 2002) adalah sebuah strategi bagaimana realitas atau dunia dibentuk dan disederhanakan sedemikian rupa untuk ditampilkan kepada khalayak pembaca. Melalui frame, jurnalis mengemas peristiwa yang kompleks itu terjadi peristiwa yang dapat dipahami, dengan perpektif tertentu dan lebih menarik perhatian khalayak. Laporan berita yang akhirnya ditulis oleh wartawan pada akhirnya menampilkan


(17)

apa yang dianggap penting, apa yang perlu ditonjolkan dan apa yang perlu disampaikan oleh wartawan kepada khlayak pembaca.

Untuk melihat perbedaan media dalam mengungkap suatu peristiwa (realitas) peneliti memilih analisis framing sebagai metode penelitian. Alasannya adalah analisis framing merupakan metode analisis isi media yang tergolong baru (Sobur, 2002 :161). Sebagai satu bentuk analisis teks media, analisis framing mempunyai perbedaan yang mendasar dibandingkan dengan analisis isi kuantitatif. Prinsip analisis framing menyatakan bahwa terjadi proses seleksi isu dan fakta tertentu yang diberikan media. Fakta tidak ditampilkan apa adanya, namun diberi bingkai (frame) sehingga menghasilkan konstruksi makana yang spesifik. Dalam hal ini biasanya media menyeleksi sumber berita, memanipulasi pernyataan, dan mengedepankan perspektif tertentu sehingga suatu interpretasi menjadi lebih menyolok (noticeable) dari pada interpretasi yang lain (Sobur, 2002 : 165).

Mengutip pendapat Huda dalam Eriyanto bahwa “Analisis Framing merupakan salah satu model analisis alternative yang bisa mengungkapkan fakta. Analisi membongkar bagaimana realitas dibingkai oleh media. Melalui analisis framing dapat diketahui mana lawan dan mana kawan, mana patron mana klien, siap diuntungkan siap dirugikan, siap dibentuk siap membentuk dan seterusnya.”(Eriyanto, 2004 VI).

Sedangkan proses framing itu sendiri dalam hal ini didefinisikan sebagai proses membuat suatu pesan lebih menonjol, menempatkan informasi lebih dari


(18)

pada yang lain sehingga khalayak lebih tertuju pada pesan tersebut. Hal ini seperti yang dinyatakan oleh Pan & Kosicky (Eriyanto, 2002 : 252). Pan & Kosicky merupakan salah satu alternatif dalam menganalisis teks media dasamping analisis isi kuantitatif, dengan cara apa wartawan menonjolkan pemaknaan mereka terhadap suatu peristiwa yaitu wartawan melihat dari strategi : kata, kalimat, lead, foto, grafik dan hubungan antar kalimat (Eriyanto : 2002 : 254)

Subyek dalam penelitian ini adalah surat kabar harian umum Jawa Pos. Sedangkan obyek dalam penelitian ini adalah berita kisruh pencalonan Nurdin Halid sebagai ketua PSSI, karena Nurdin Halid adalah pemicu dari permasalahan yang cukup ramai akhir-akhir ini serta Nurdin Halid menjadi orang yang pertama kali membawa persepak bolaan ke ranah politik dan sosok Nurdin Halid dianggap masyarakat sebagai sosok yang arogan dan keras kepala. Penelitian ini dilakukan pada halaman depan surat kabar harian umum Jawa Pos periode februari sampai dengan maret 2011. Karena pada periode tersebut banyak media yang bersaing untuk memberikan informasi atau berita teraktual. Dipilihnya sebuah berita dimuat pada halaman depan surat kabar, karena berita tersebut dianggap penting, berbobot dan memiliki news value (nilai berita).

Beberapa minggu ini, seluruh surat kabar memberitakan tentang pencalonan Nurdin Halid sebagai ketua PSSI. Dipilihnya harian Jawa Pos sebagai obyek penelitian, karena Jawa Pos merupakan surat kabar pertama dan sampai sekarang satu-satunya yang berkembang menjadi konglomerat pers melalui konsentrasi secara eksklusif di pasar provinsi. Mantan pimpinan redaksi Jawa Pos


(19)

Dahlan Iskan yang kini menjadi Direktur utama PLN, pernah menjabat sebagai manajer klub sepak bola Persebaya periode 2008 – 2012. Sehingga, Jawa Pos mempunyai kedekatan dengan persepakbolaan di Jawa Timur khususnya di Surabaya. Dari sini terdapat suatu relevansi antara pemberitaan Jawa Pos yang kontra terhadap pencalonan Nurdin Halid sebagai ketua PSSI. Selain itu juga Nurdin Halid pernah menjadi pengurus PSSI di Surabaya yang di kala kepemimpinannya saat itu tidak kalah buruknya dengan yang dialami PSSI saat ini.

Jawa Pos juga memiliki misi adiil dan misi bisnis sebagai pilar utama untuk kelangsungan hidup perusahaan. Oleh karena itu dalam menyampaikan berita menghendaki dan diarahkan pada suatu yang lain dari pada yang lain dengan menampilkan rubrik-rubrik tertentu sebagai nominal unggulan ( Eduardus, 2001 : 33)

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas maka perumusan masalah yang akan diteliti adalah : “Bagaimana surat kabar Jawa Pos membingkai berita pencalonan Nurdin Khalid sebagai ketua PSSI?”

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah diatas, maka tujuan diadakan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana harian Jawa Pos membingkai berita pencalonan Nurdin Khalid sebagai ketua PSSI.


(20)

1.4 Manfaat penelitian

1.4.1 Manfaat Teorotis

Penelitian ini diharapkan dapat memperoleh pengetahuan dalam pemikiran bagi perkembangan ilmu komunikasi khususnya mengenai analisis framing. 1.4.2 Manfaat praktis

Hasil dari penelitian ini daharapkan dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran pasa institusi surat kabar, terutama pada harian Jawa Pos khususnya dalam membingkai atau mengkonstruksi suatu realitas.


(21)

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori

2.1.1 Media dan Konstruksi Realitas

Menurut pandangan konstruksionis, media dilihat bukanlah sekedar saluran yang bebas , melainkan juga subyek yang mengkonstruksi realitas,lengkap dengan pandangan, bias, dan keberpihakkannya. Media bukan hanya memilih peristiwa dan menentukan sumer berita, tetapi juga berperan dalam mendefinisikan actor dan peristiwa lewat bahasa serta melalui isi pemberitaan yang dimuat. Media dapat membingkai dengan bingkai tertentu yang pada akhirnya menentukan bagaimana khalayak harus melihat dan memahami peristiwa dalam kaca mata tertentu (Eriyanto, 2004 :24)

Isi media merupakan hasil dari para pekerja dalam mengkonstruksi berbagairealitas yang dipilihnya untuk dijadikan sebagai sebuah berita, diantaranya realitas politik. Disebabkan sifst dan faktanya bahwa pekerjaan media massa adalah menceritakan peristiwa-peristiwa, maka dapat dikatakan bahwa seluruh isi media adalah realitas yang dikonstruksi (contructed reality). Pembuatan berita dimedia pada dasarnya tidak lebih dari penyusun realitas-realitas hingga membentuk sebuah cerita (Tuchman dalam Sobur,2001 : 83)

Isi media pada hakikatnya adalah hasil konstruksi realitas dengan menggunakan bahasa sebagai perangkat dasarnya. Sedangkan naghasa bunkan hanya sebagai alat realitas, namun juga bisa menentukan relief massa memiliki


(22)

Eriyanto, 2004, Analisis Framing, Jogjakarta : LKIS

Eriyanto, 2002, Analisis Framing, Konstruksi, Ideologi dan Politik Media, Jakarta

: LKIS

Eriyanto, 2005, Analisis Framing, Konstruksi, Ideologi dan Politik Media, Jakarta

: LKIS

Sobur Alex, 2002, Analisi Teks Media, Bandung : PT. Remaja Rodakarya

Sumadiria, Drs.As Haris, Msi. 2005, Menulis Artikel dan Tajuk Rencana,

Bandung : Simbiosa Rekata Media.

Meleong, Lexy J, 2002 Metode Penelitian Kualitatif, Bandung : PT. Remaja

Rodakarya

Non Buku :

http:/ / www.jpnn.com/ index.php?mib=berita.detail&id=865

http://olahraga.kompas.com/bola/2010/12/23/terimakasih-nurdin-halid/

Metronews.com/Kamis, 24 Februari 2011 14:54 WIB

Artikel Surat Kabar Jawa Pos Halaman Depan :

-

Edisi minggu, 20 februari 2011, Nurdin melaju, KSAD terjegal

-

Edisi rabu, 23 februari 2011, Nurdin “ jadi presiden pun saya bisa”

-

Edisi sabtu, 26 februari 2011, Nurdin-Nirwa dianulir

-

Edisi sabtu, 5 maret 2011, Nurdin tak sanggup penuhi FIFA

-

Edisi rabu, 9 maret 2011, FIFA larang Nurdin Maju lagi

-

Edisi jumat, 11 maret 2011, Waspada Nurdin CS sebelum kongres

-

Edisi senin, 28 maret 2011, Nurdin CS pemicu kisruh kongres


(23)

peluang yang sangat besar untuk mempengaruhi gambar yang dihasilkan dari realitas yang dikonstruksikannya (Sobur, 2001 :88)

Setiap upaya “menceritakan” sebuah peristiwa, keadaan, benda atau apapun, pad hakekatnya dalah usaha mengkonstruksikan realitas. Penggunaan bahasa tertentu jelas berimplikasi terhadap kemunculan makna tertentu. Pilihan kata dan cara penyajian suatu realitas ikut menentukan bantuk konstruksi realitas yang sekaligus menentukan makna yang muncul darinya. Bahkan menurut Hamad, bahasa bukan Cuma mampu mencerminkan realitas tetapi sekaligus menciptakan realitas (Sobur, 2001 : 90)

Dalam rekonstruksi realitas, bahasa dapat dikatakan sebagai unsure utama. Bahasa merupakan insrtumen pokok untuk mencerminkan reakitas. Sehingga dapat dikatakan bahwa bahasa adalah alat konseptualisasi dan alatnarasi media (Sobur, 2001 : 91)

2.1.2 Ideologi Media

Pemahaman terhapad media sebagai agen konstruksi sosial mengakibatkan pemahaman tertentu pula pada berita hasil keja wartawan. Media tidak hanya sekedar sebagai mekanisme penyebaran informasi yang ampuh, tetapi lebih dari itu, media merupakan suatu organisasi yang kompleks dan institusi sosial yang penting dalam masyarakat. Struktur ideology dominan dianut media akan lebih banyak diabadikan oleh medi melalui berita-beritanya. (Little John, 1991)

Teori tentang ideology media diatas termasuk dalam teori kritik Marxist dan aliran Frankfurt. Teori ini melihat media sebagai alatkonstruksi budaya dan


(24)

menempatkan lebih banyak perhatian pad aide dari pada benda yang bersifat material. Dengan cara berpikir seperti ini, media menunjuk pada dominasi ideology para elit yang diraih dengan manipulasi cerita dan symbol, yang pada dasarnya menguntungkan kepentingan kelas dominan tertentu. (Ibid, 1991 : 131)

Seperti disebutkan diatas, dalam pembuatan berita selalu melibatkan pandangan dan ideology wartawan atau bahkan media yang bersangkutan. Ideologo ini menentukan aspek fakta dipilih dan membuang apa yang ingin dibuang. Artinya jika seorang wartawa menulis berita dari salah satu sisi, menampilkan sumber dari satu sisi pihak dan memasukkan opininya pada berita, semua itu dilakukan dalam rangka pembenar tertentu. Dapat dikatakan media bukanlah merupakan sarana yang netral dalam menampilkan kekuatan dan kelompok dalam masyarakat secara apa adanya, tetapi kelompok dan ideology yang domonan dalam media itulah yang akan ditampilkan dalam berita-beritanya. (Eriyanto, 2000 : 90)

Pada kenyataannya, berita di media massa tidak perna netral dan obyektif. Jika kita lihat bahasa jurnalistik yang digunakan mediapun selalu dapat ditemikan adanya pemilihan fakta tertentu dan membuang aspek fakta yang lain yang mencerminkan pemihakan media pada salah satu kelompok atau ideology tertentu. Bahasa ternyata tidak lepas dari subyektivitas sang wartawan dalam mengkonstruksi realitas. Dengan mengetahui bahasa yang digunakan dalam berita, pada saat itu juga kita dapat menemukan ideology yang dianut oleh wartawan dan media yang bersangkutan.


(25)

Konsep ideology bisa membantu menjelaskan mengapa wartawan memilih fakta tertentu untuk ditonjolkan dari pada fakta yang lain, walaupun hal itu merugikan pihak lain, menempatkan sumber berita yang satu lebih menonjol dari pada sumber yang lain, ataupun secara nyata atau tidak melakukan pemihakan kepada pihak tertentu. Artinya ideology wartawan dan media bersangkutanlah yang secara strategis menghasilkan berita-berita seperti itu. Di sini dapat dikatakan media merupakan inti instrument ideology yang tidak dipandang sebagai zona netral dimana berbagai kelompok dan kepentingan ditampung, tetapi media lebih sebagai subyek yang mengkonstruksikan realitas atas penafsiran wartawan atau media sendiri untuk disebarkan kepada khalayak.(Eriyanto, 2000:92)

Media massa sebagai pendefinisi, tidak dapat dipisahkan dari saling keterkaitan bahasa, pengetahuan dan kekuasaan yang beroperasi dibalik bahasa yang digunakan media dalam pemberitaannya. Dengan kata lain, perbincangan tentang media selalu berkaitan dengan ideology yang membentuknya, yang pada akhirnya ideology tersebut akan mempengaruhi bahasa (gaya, ungkapan, kosakata) yang digunakan dan pengetahuan (kebenaran, realitas) yang dihasilkan.( Piliang, 2000)

2.1.3 Berita dan Nilai Berita

Kriteria umum nilai berita (news value) merupakan acuan yang dapat digunakan wartawan untuk memutuskan fakta yang pantas dijadikan berita dan memilih mana yang lebih baik. Dengan criteria tersebut, wartawan dapat dengan


(26)

muda mendeteksi peristiwa mana yang harus diliput dan diabaikan, memilih peristiwa mana yang penting dan terbaik untuk dimuat, disiarkan melalui medianya kepada khalayak. (Sumadiria, 2005:80)

Criteria umum nilai berita menurut Brian S. Books, George Keneddy, Darly R.Moen don Ranly dalam Sumardiria (2005 :80)

1. Keluarbiasaan (unssualness)

Berita adalah suatu yang luar biasa. Dalam pandangan jurnalistik brita bukanlah suatu peristiwa biasa tetapi berita adalah peristiwa luar biasa. Semakin besar suatu peristiwa semakin besar pula nilai berita yang ditimbulkan. Nilai berita peristiwa luar biasa tidak dapat dilihat dari lima aspek : lokasi perostiwa, waktu peristiwa, jumlah korban, daya kejut peristiwa dan dampak yang dihasilkan

2. Kebaruan (newness)

Berita adalah semua yang terbaru. Berita apa saja yang disebut hasil karya terbaru, apa saja perubahan penting yang terjadi pada khalayak dan dianggap berarti adalah berita.

3. Akibat (impact)

Berita adalah sesuatu yang berdampak luas. Suatu peristiwa tidak jarang menimbulkan dampak besar dalam kehidupan masyarakat. Dampak pemberitaan bergantung pada seberapa banyak khalayak yang terpengaruh pemberitaan itu langsung mengena khalayak atau tidak dan setidaknya efek berita itu menyentuk khalayaknya.


(27)

4. Actual (timeliness)

Berita adalah peristiwa yang sedang atau baru terjadi. Secara sederhana actual berarti menunjukan pada peristiwa yang baru atau sedang terjadi. Sesuai dengan definisi jurnalistik media massa haruslah memuat atau menyiarkan berita-berita teraktual yang sangat dibutuhkan masyatakat. Aktualitas dibagi menjadi tiga kategori yaitu : Aktualitas kalender, aktualitas waktu, aktualitas peristiwa.

5. Kedekatan (proximity)

Kedekatan disini mengandung dua arti yaitu kedekatan geografis dan kedekatan psikologis. Kedekatan goegrafis adalah kedekatan yang menunjuk pada peristiwa yang terjadi di tempat tinggal kita. Sedangkan kedekatan psikologis adalh kedekatan yang lebih banyak ditentukan oleh tingkat ketertarikan pikiran, perasaan, atau kejiwaan seseorang dengan suatu objek peristiwa atau berita.

6. Informasi (information)

Tidak semua informasi memiliki nilai berita, setiap informasi yang tidak memiliki nilai berita, menurut pandangan jurnalistik tidak layak untuk dimuat. Hanya informasi yang bermanfaat bagi khalayak yang layak dimuat. Informasi yang banyak memberikan manfaat yang layak mendapat perhatian.


(28)

Berita adalh konflik atau segala seduatu yang mengandung unsure atau sarat dengan dimensi pertentangan, komflik merupakan sumber berita yang tak pernah kering dan tak kan pernah habis.

8. Orang penting (Public figure, News maker)

Berita adalah orang-orang yang penting, orang ternama, pesohor, selebriti, figure public. Orang-orang tersebut dimanapun selalu membuat berita. Jangankan ucapan dan tingkah lakunya namanya saja sudah membuat berita.

9. Kejutan (Surprising)

Nilai berita dari krjutan adalah sesuatu yang datangnya tiba-tiba diluar dugaan dan tidak direncanakan. Kejutan bisa menunjukan pada ucapan dan perbuatan manusia.bisa juga menyangkut binatang dan perubahan yang terjadi pada lingkungan alam dan benda-benda mati. Semuanya bisa mengandung dan menciptakan informasi serta tindakan yang mengejutkan. 10.Ketertarikan manusiawi (Human Interest)

Human Interest banyak mengaduk-ngaduk perasaan dari pada mengundang pemikiran. Aspek kejiwaan, emosi, empati, diutamakan dalam nilai beita ini. Hanya kerana naluri dan suasana hati kita merasa terusik maka peristiwa tersebut mendapat nilai berita. Apa saja dinilai mengandung minat insane, menimbulkan ketertarikan manusiawi, mengembangkan hasrat dan naluri ingin tahu merupakan unsure human interest yang tinngi.


(29)

11.Seks (sex)

Sex adalah berita, sepanjang sejarah peradapan menusia sesuatu yang berkaitan dengan perempuan , hubungan pria dan wanita pasti menarik dan menjadi sumber berita.

2.1.4 PSSI (Persatuan Sepak bola Seluruh Indonesia)

Persatuan Sepak bola Seluruh Indonesia atau yang biasa disebut PSSI adalah satu-satunya pengendali otoritas persepakbolaan nasional, kantor pusatnya berada di Jakarta dan beralamat di Pintu X-XI ring-road Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) Senayan, Jakarta. Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia atau PSSI, adalah organisasi induk yang bertugas mengatur kegiatan olah raga sepak bola di Indonesia. PSSI berdiri pada tanggal 19 April 1930 dengan nama awal Persatuan Sepak Raga Seluruh Indonesia. Ketua umum pertamanya adalah Ir. Soeratin Sosrosoegondo. PSSI bergabung dengan FIFA pada tahun 1952, kemudian dengan AFC pada tahun 1954. PSSI menggelar kompetisi Liga Indonesia setiap tahunnya, dan sejak tahun 2005, diadakan pula Piala Indonesia. Ketua umumnya saat ini adalah Nurdin Halid yang sempat diusulkan untuk diganti karena tersandung masalah hokum. PSSI di masa kepemimpinan Nurdin Halid memiliki beberapa hal yang dianggap kontroversi, antara lain mudahnya Nurdin Halid memberikan ampunan atas pelanggaran, kukuhnya Nurdin Halid sebagai Ketua Umum meski dia dipenjara, isu tidak sedap yang beredar pada masa pemilihan Ketua Umum tahun 2010, dan reaksi berlebihan atas


(30)

diselenggarakannya Liga Primer Indonesia. 13 Maret 2011 , 00:43:00. http://www.jpnn.com/index.php?mib=berita.detail&id=865

Kongres akan diadakan dalam waktu dekat ini, dan tidak lama lagi pemilihan Ketua dan Wakil Ketua Umum PSSI sendiri akan dihelat pada 29 April mendatang. Kongres pemilihan komite pemilihan dan komite banding sendiri dilakukan untuk memilih orang-orang yang bakal menyaring siapa-siapa saja yang akan duduk di dalam EXCO PSSI termasuk di dalamnya adalah Ketua Umum dan Wakil Ketua Umum PSSI.

2.1.5 Framing dan Proses Produksi Berita

Framing berhubungan dengan proses produksi berita, yang meliputi kerangka kerja dan rutinitas organisasi media. Suatu peristiwa yang di bingkai dan dipahami dalam kerangka tertentu dan bukan bingkai yang lain, bukan hanya disebabkan oleh sruktur skeme wartawan, tatapi juga rutinitas kerja dan institusi media, yang secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi pemaknaan terhadap suatu peristiwa. Institusi media dapat mengontrol pola kerja tertentu yang mengharuskan wartawan melihat peristiwa kedalam kemasan tertentu,atau bisa juga wartawan sebagai dari komunitasnya. Jadi wartawan hidup dan bekerja dalam suatu institusi yang mempunyai pola kerja, kebiasaan, aturan, norma, etika, dan rutinitas tersendiri, dimana semua elemen proses produksi berita tersebut mempengaruhi cara pandang wartawan dalam memaknai suatu peritiwa (Eriyanto, 2005:99-100)


(31)

Wartawan adalah profesi yang dituntut untuk mengungkap kebenaran dan menginformasikan ke public seluas mungkin temuan-temuan dari fakta-fakta yang berhasil digalinya, selain semata-mata demi pembangunan kehidupan dan peradaban manusia yang lebih baik. Sekalipun dampak dari pelaksanaan profesinya itu akan memakan korban-korbannya tersendiri, seperti pejabat yang korupsi, dokter yang melanggar etika profesi, perusahaan yang menyamarkan lingkungan dan sebagainya, peranan itu harus dilakukannya karena pers bukanlah petugas hubungan masyarakat (humas) sebuah departemen, yang hanya berbicara sisi-sisi positif dan keberhasilan dari departemennya serta menyimpan dalam-dalam keburukan dan kebobrokan lembaganya (Djatmika,2004:25)

Framing adalah bagian tak terpisahkan dari bagaimana awak media mengkonstruksi realitas. Framing berhubungan erat dengan proses editing (penyuntingn) yang melibatkan semua pekerja dibagian keredaksian. Reporter di lapangan menetukan siapa yang diwawancarainya dan siapa yang tidak, serta pertanyaan apa yang akan diajukan dan pap yang tidak. Redaktur yang bertugas di desk yang bersangkutan, dengan maupun tanpa berkonsultasi dengan redaktur pelaksana atau redaktur umum, menentukan apakah laporan si reporter akan dimuat atau tidak, dan mengarang judul apa yang akan diberikan. Petugas tatap muka dengan atau tanpa berkonsultasi dengan redaktur menetukan apakah teks berita itu perlu diberi aksentuasi oleh suatu foto, karikatur, atau bahkan ilustrasi mana yang dipilih.(Eriyanto, 2005:187-188)


(32)

2.1.6 Analisis Framing

Analisis framing dapat digambarkan sebagai analisis untuk mengetahui bagai mana realitas (peristiwa, actor, kelompok, atau apa saja) dibingkai oleh media.pembingkaian tersebut tentu saja melalui proses konstruksi. Disini realitas sosial dimaknai dandikonstruksi dengan makana tertentu. (Eriyanto, 2002:3). Jadi, dalam penelitian framing yang terjadi titik persoalan adalah bagaimana realitas atau peristiwa dikonstruksi oleh media. Lebih spesifik, bagaiman media membingkai peristiwa dalam rekonstruksi tertentu. Sehingga yang terjadi titik perhatian bukan apakah media memberikan negative atau positif, meliankan bagaimana bingkai yang dikembangkan oleh media. (Eriyanto, 2002:7)

Menurut pan dan kosicky dalam Eriyanto (2002:251) analiss framing ini dapat menjadi salah satu alternative dalam menganalisis teks media disamping analisis isi kuantitatif. Konsep framing selalu berkaitan dengan proses seleksi isu dan bagaimana menonjolkan aspek dari isu atau realitas tersebut kedalam berita. Framing dipandang sebagai penempatan informasi-informasi dalam konteks yang khas sehingga isu tertentu tersebut mendapat alokasi yang besar dari pada alokasi lain. Dalam membuat berita wartaawan memutuskan apa yang akan ia berikan, apa yang akan diliput dan apa yang harus dibuang. Wartawan juga akan menentukan apa yang akan ditonjolkannya dan apa yang akan disembunyikannaya kepada khalayak.


(33)

2.1.7 Model Analisis Framing

Penelitian ini akan menggunakan model Zhongdang Pan dan Gerald M.Kosicky dalam menganalisis bagaimana surat kabar Jawa Pos membingkai berita pencalonan Nurdin Halid sebagai ketua umum PSSI.

Bagi Pan dan Kosicky, Analisis framing dapat menjadi salah satu alternative dalam menganalisis media. Mereka menilai dalam analisis framing, teks berita dilihat dari symbol yang disusun lewat perangkat simbolik yang akan dipakai dan yang akan dikonstruksi dalam memori khalayak. Jadi, tidak ada pesan atau stimuli yang bersifat objektif, sebaliknya teks brita merupakan seperangkat kode yang membutuhkan interpretasi. Oleh karena itu maka tidak dimaknai sebagai sesuatu yang dpat diidentifikasi dengan menggunakan ukuran yang objektif, sebaliknya ai merupakan hasil dari proses konstruksi dan penafsiran khalayak. Masih menurut Pan dan Kosicky, analisis framing ini tidak melihat teks berita sebagai suatu pesan yang hadir begitu saja, tetapi sebagai teks yang dibentuk lewat stuktur dan formasi tertentu yang melihat proses produksi dan konsumsi dari suatu teks barita. Pan dan Kosicky juga menilai bahwa validitas dari analisis framing tidakkalah diukur dari objektifitas dari pembacaan penelitian atas teks berita. Tetapi dilihat dari bagaiman teks menyimpan kode-kode yang dapat ditafsirkan dengan jalan tertentu oleh peneliti. Jadi dalam analisis framing tidak ada ukuran valid, karena tergantung bagaiman seseorang menafsirkan pesan dari teks berita tersebut. (Eriyanto, 2002:251-252)


(34)

Menurut Pan dan Kosicky, ada dua konsepsi framing yang saling berkaitan. Pertama, dalam konsepsi psikologi. Framing dalam konsepsi ini lebih menekankan pada nagaimana sesorsng memproter informasi dalam dirinya. Hal ini berkaitan dengan stuktur dan proses kognitif, yaitu bagai mana seseorang mengelola sejumlah informasi dan ditunjukkan dalam skema tertentu. Framing disini dilihat sebagai penempatan informasi dalam suatu konteks yang unik atau khusus dan menempatkan elemen tertentu dalam suatu isu dengan penempatan lebih menonjol dalam kognisi seseorang, sehingga elemen-elemen yang diseleksi dari suatu isu atau peristiwa itu menjadi penting dalam mempengaruhi pertimbangan dalam membuat keputusan tentang realitas. Kedua, konsepsi sosiologis. Pada pandangan sosiologis ini lebih melihat pada bagaiman konstruksi sosial atas realitas. Framing disini dipahami sebagai bagaimana seseorang mengklasifikasikan, dan menafsirkan pengalaman sosialnya untuk mengerti dirinya dan realitas diluar dirinya, sehingga fram disini berfungsi untuk membuat suatu realitas menjadi teridentifikasi, dipahami dan dapat dimengerti karena sudah dilabeli dengan label tertentu. (Eriyanto, 2002:252-253)

Konsep psikologi dan sosiologo dapat dibangun dalam satu model dapat dilihat bagaimana suatu berita diproduksi dan peristiwa dikonstruksi oleh wartawan. Wartawan bukanlah agen tunggal yang menafsirkan peristiwa, sebab setidaknya ada tiga pihak yang saling berhubungan yaitu wartawan, sumberdan khalayak.


(35)

2.1.8 Perangakat Framing

Analisis yang digunakan ddalam penelitian ini dikembangkan dari model Pan dan Kosicky dalm Eriyanto. Model ini berasumsi bahwa setiap berita mempunyai frame yang berfungsi sebagai pusat dari orgsnisasi ide. Frame ini adalah suatu ide yang dihubungkan dengan elemen yang berbeda dalam teks berita (seperti kutipan sumber, latar informasi, pemakaian kata atau kalimat tertentu) kedalam teks secara keseluruhan.

Dalam pendekatan ini, perangkat framing dapat dibagi menjadi empat struktur basar yaitu:

1. Sintaksi : berhubungan bagaiman media menyusun peristiwa kedalam berita. Ini dapat diartikan bahwa penempatan berita dalam halaman surat kabar termasuk dalam dimensi ini. Penempatan berita dianggap penting dengan landasan pemikiran bahwa semakin penting suatu berita akan semakin ditonjolkan dalam struktur penempatannya. Perlakuan tersebut dilakukan dengan harapan akan mendapat alokasi perhatian yang lebih besar dari khalayaknya. Segi sintaksis yang paling popular muncul dalam bentuk piramida terbalik. Struktur sintaksis dapat member petunjuk yang berguna tentang bagaimana wartawan memaknai dan hendak kemana peristiwa tersebut akan dibawa.

a. Headline : Disebut juga judul berita, inti suatu berita yang ditulis dengan huruf berukuran besar dan mencolok dengan menarik perhatian khalayak.


(36)

b. Lead : Disebut juga teras berita, memberikan sudut pandang dari berita menunjukkan perspektif tertentu dari peristiwa yang diberikan.

c. Latar : Latar belakang atas peristiwa yang ditulis, merupakan bagian berita yang dapat mempengaruhi semantic (arti kata) yang ingin disampaikan. Umumnya ditampilkan diawal sebelum pendapat komunikator yangsebenarnya muncul dengan maksud mempengaruhi dan member kesan bahwa pendapat komunikator sangat beralasan.

d. Pengutipan sumber berita : pengutipan yang dilakukan

terhadap pendapat orang-orang yang berhubungan dengan peristiwa yang dijadikan berita. Dengan tujuannya untuk membangun objektifitas, prinsip keseimbangan, dan tidak memihak agar khalayak memahami bahwa yang ditulis oleh wartawan bukan pendapat wartawan semata tetapi pendapar dari orang yang mempunyai otoritas tertentu.

2. Skrip : berhubungan bagaimana media mengisahkan atau menceritakan peristiwa masuk dalam bentuk berita. Erat kaitannya dengan kaidah jurnalistik. Pola pengorganisasian peristiwa dapat dilihat dari hadirnya komponen-komponen yang sejalan dengan kaidah-kaidah jurnalistik yaitu bentuk 5W + 1H, struktur skrip :


(37)

b. What : berita tentang apa

c. When : kapan peristiwa yang diberikan terjadi

d. Where : dimana peristiwa yang diberikan tersebut terjadi e. Why : mengapa peristiwa yang diberikan terjadi

f. How : bagamana terjadinya peristiwa yang diberikan tersebut. Struktur ini melihat bagaimana cara bercerita atau bertutur yang dipakai oleh wartawan dalam mengemas peristiwa kedalam bentuk berita.

3. Tematik : berhubungan bagaimana media mengungkapkan

pandangannya atas peristiwa kedlam proposisi, kalimat, atau hubungan antara kalimat yang membentuk teks secara keseluruhan.

Struktur Tematik :

a. Detail : berhubungan dengan control informasi yang

ditampilkan seseorang (komunikator). Informasi yang menguntungkan komunikator akan diuraikan secara detail serta lengkap dan apanjang lrbar bi;pa perlu dangan data-data merupakan penonjolan yang dilakukan secara sengaja untuk menciptakn citratertentu pada khalayak. Demikian juga sebaliknya, bila informasi tersebut menyangkut kegagalan dari kelemahan komunikator maka informasi akan ditampilkan dalam jumlah sedikit bahkan kalau perlu tidak disampaikan.


(38)

b. Maksud : Melihat bahwa informasi yang mengutungkan komunikator akan diuraikan secara eksplisit dan jelas, sedangkan yang merugikan akan diuraikan secara tersamar, implicit dan tersembunyi.

c. Nominalisasi : Caranya memandang komunikator dalam

memandang suatu objek sebagai suatu yang tunggal sebagai suatu kelompok (komunitas)

d. Koherensi : pertalian atau jalinan antar kata, proposisi atau kalimat sehinggan fakta tidak berhubungan sekalipun dapat menjadi kaliamat.

e. Bentuk Kalimat : Berhubungan denagn cara berpikir logis, yaitu prinsip kausalitas, dimana ia menyatakan apakah A yang menjelaskan B, atauakah B yang menjelaskan A. logika kausalitas ini kalau diterjemahkan kedalm bahasa menjadi susunan subyek (yang menerangkan) dan predikat (yang ditersngkan). Bentuk kalimat ini bukan hanya persoalan teknis kebenaran tata bahasa, tapi menetukan makna yang dibentuk oleh susunan kalimat.

f. Kata ganti : alat yang digunakan komunikator untuk


(39)

4. Retoris : Menggambarkan pilihan gaya atau kata yang dipilih oleh wartawan untuk menekankan arti yang ingin ditonjolkan wartawan. Struktur retoritas terdiri atas :

a. Leksikon : pilihan kata yang yang dipakai dari berbagai kemungkinan kata yang tersedia. Secara ideologis, menunjukkan bagaimana pemaknaan seseorang terhadap fakta atau realitas.

b. Gaya : berhubungan denga bagaimana pesan yang disampaikan dibungkus dengan bahasa tertentu untuk menimbulkan efek tertentu kepada khalayak.

c. Grafis : untuk memerikssa apa yang ditekankan atau yang ditonjolkan (bersrti dianggap penting). Biasanya muncul lewat bagaian tulisan yang dibuat lain disbandingkan dengan tulisan lain. Pemakain huruf tebal, huruf miring, pemakaian garis tebal, huruf yang dibuat dengan ukuran lebih besar. Termasuk gambar, grafik, table, Foto, penempatan teks, tipe huruf dan elemen grafis lain yang dapat memenipulasi secara tidak langsung paendapat ideologis yang muncul.

d. Pengandaian : upaya mendukung atau menetang pandapat

dengan memberikan pernyataan yang dipercaya kebenarannya.

e. Metafora : kiasan, ungkapan yang dimaksudkan sebagai


(40)

tertentu bisa menjadi petunjuk utama untuk mengerti makna suatu teks berita.

Keempat struktur pendekatan itu dapat digambarkan kedalam bentuk skema sebagai berikut :

STRUKTUR PERANGKAT FREMING UNIT YANG DIAMATI

SINTAKSIS Head line, Lead, Latar Cara

wartawan 1. Skema Berita Informasi, Kutipa Sumber

menyusun fakta Pernyataan, Penutup

SKRIP

Cara wartawan 2. Kelengkapan Berita 5W + 1H

Mengisahkan fakta

3. Detail Paragraf, Proposisi,

TEMATIK 4. Koherensi Hub Antar Kalimat,

Cara wartawan 5. Bentuk Kalimat Kalimat.

Menulis fakta 6. Kata Ganti

RETORIS 7. Leksikon Kata, Idom, Gambar

Cara wartawan 8. Grafis Foto, Grafik.


(41)

2.2 Kerangka Berfikir

Penelitian ini berangkat dari adanya fenomena media, dimana pada periode februari sampai dengan maret 2011 surat kabar Jawa Pos memuat pemberitaan tentang adanya pencalonan Nurdin Halid sebagai ketua umum PSSI. Jawa Pos sebagai surat kabar nasional memuat pembaritaan tentang “pencalonan Nurdin Halid sebagai ketua umum PSSI” yang terdiri dari 17 berita.

Berita tersebut dianalisis menggunakan analisis framing model Pan dan Kosicki, dalam model ini banyak diadaptasi pendekatan linguistic dengan memasukkan elemen seperti pemakaian kata, pemilihan stuktur dan bentuk kalimat yang mengarahkan bagaimana peristiwa dibingkai media. Pan dan Kosicki mengoprasionalisasikan beberapa dimensi struktur teks berita sebagai perangkat analisis framing, antara lain, sintaksis, skrip, tematik dan retoris.

Media pada dasarnya adalah berhubungan dengan pembentukan realitas. Realitas bukan sesuatu yang sudah tersedia, yang kemudian ditampilkan wartawan dalam pesan-pesan berbentuk berita. Wartawan dengan ideology medianya yang kemudian membuat cerita-cerita tertentu dalam berita dengan cara mengurutkan, membuat teratur, menjadi mudah dipahami, dengan memilih aktor-aktor dan sumber-sumber yang diwawancarai sehingga ia membentuk suatu kisah yang dibaca khalayak. Dari latar belakang tersebut diatas, maka paradikma konsep dan secara teoritis, tetapi juga digunakan sebagai kerangka berfikir kajian dalam penelitian ini.


(42)

Pola pikir dalam penelitian ini bartolak dari konstruksi sosial, dimana wartawan dalam mengkostruksi berita pencalonan Nurdin Halid sebagai ketua umum PSSI dituangkan dalam bentuk berita yang disebarkan melalui surat kabar yakni Jawa Poas yang dibaca oleh khalayak atau sekelompok masyarakat. Ketika berita tersebut dibaca maka berita tersebut bukan sekedar informasi, hiburan, ataupun edukasi, namun juga proses konstruksi oleh wartawan terhadap realitas peristiwa pencalonan Nurdin Halid sebagai ketua umum PSSI.


(43)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan analisis framing. Analisis framing digunakan untuk mengetahui bagaimana realitas (peristiwa, aktor, kelompok dan lain sebagainya) dikonstruksi oleh media. Metode ini merupakan suatu metode yang memberikan gambaran atau fenomena atau fakta tertentu secara terperinci yang akhirnya diperoleh hasil pemaknaan yang lebih jelas mengenai fenomena atau fakta yang diteliti. Sedangkan metode kualitatif digunakan karena metode ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama dan terhadap pola-pola nilai yang dihadapi. (moleong, 2002 : 5) Dengan cara apa, teknik apa, peristiwa ditekankan dan ditonjolkan wartawan. Apakah ada bagian dari berita itu dihilangkan, luput atau malah disembunyikan dalam pemberitaan. Semua elemen tersebut tidak hanya bagian dari teknis jurnalistik, tetapi menandakan bagaimana peristiwa dimaknai dan ditampilkan. (Eriyanto, 2007: 3)

3.1.1 Definisi Konseptual

Sebelumnya dijelaskan bahwa framing adalah pendekatan untuk

mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan ketika menyeleksi isu dan menulis berita tentang pencalonan Nurdin Halid sebagai ketua umum PSSI pada periode februari sampai dengan maret 2011 pada surat kabar Jawa Pos. Dengan cara pandang atau perspektif itu pada akhirnya


(44)

menentukan fakta apa yang diambil, bagian mana yang ditonjolkan dan dihilangkan, serta hendak dibawa kemana berita tersebut (Nugroho, Eriyanto, Surdiasis, 1999:21).

Dalam model Zhongdang Pan dan Gerald M.Kosicky ini, perangkat framing dapat dibagi menjadi empat struktur basar yaitu:

1. Sintaksi : berhubungan bagaiman media menyusun peristiwa kedalam berita. Struktur sintaksis dapat member petunjuk yang berguna tentang bagaimana wartawan memaknai dan hendak kemana peristiwa tersebut akan dibawa seperti headline, lead, latar, Pengutipan sumber berita. 2. Skrip : berhubungan bagaimana media mengisahkan atau menceritakan

peristiwa masuk dalam bentuk berita. Erat kaitannya dengan kaidah jurnalistik. Pola pengorganisasian peristiwa dapat dilihat dari hadirnya komponen-komponen yang sejalan dengan kaidah-kaidah jurnalistik yaitu bentuk 5W + 1H.

3. Tematik : berhubungan bagaimana media mengungkapkan

pandangannya atas peristiwa kedlam proposisi, kalimat, atau hubungan antara kalimat yang membentuk teks secara keseluruhan.

Struktur Tematik yaitu Detail, Maksud, Nominalisasi, Koherensi, Bentuk Kalimat, Kata ganti.

4. Retoris : Menggambarkan pilihan gaya atau kata yang dipilih oleh wartawan untuk menekankan arti yang ingin ditonjolkan wartawan.


(45)

Struktur retoritas terdiri dari Leksikon, Gaya, Grafis, Pengandaian, Metafora.

Penelitian ini akan memaparkan bagaimana cara media dalam membingkai berita pencalonan Nurdin Halid sebagai ketua umum PSSI di harian Jawa Pos. yang meliputi penyeleksian isu dan penulisan berita. Penulis akan menganalisa berita mengenai pencalonan Nurdin Halid sebagai ketua umum PSSI di harian Jawa Pos , periode februari sampai dengan maret dalam berita-beritanya yang dianalisis dengan menggunakan perangkat framing dari model Zhongdang Pan dan Gerald M.Kosicky. Analisis ini menggunakan model Zhongdang Pan dan Gerald M.Kosicky karena merupakan salah satu alternatif dalam menganalisis teks media disamping analisis isi kuanlitatif, dengan cara wartawan menonjolkan pemaknaan mereka terhadap suatu peristiwa yaitu wartawan melihat dari strategi : kata, kalimat, lead, foto, grafik dan hubungan antar kalimat

3.1.2 Subyek dan Obyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah surat kabar harian umum Jawa Pos. sedangkan Obyek penelitian adalah berita tantang pencalonan Nurdin Halid sebagai ketua umum PSSI pada surat kabar Jawa Pos yang dimuat dihalaman depan pada periode februari – maret 2011.

3.1.3 Unit Analisis

Unit analisis dalam penelitian ini adalah berita pencalonan Nurdin Halid sebagai ketua umum PSSI yang dianalisis secara referensia, yaitu berdasarakan satuan kata dan kalimat yang ada pada harian Jawa Pos.


(46)

3.1.4 Populasi dan Korpus

Populasi dalam penelitian ini adalah berita-berita yang dimuat pada surat kabar Jawa Pos periode februari - maret 2011. periode februari - maret dipilih dalam penelitian ini, karena pada periode tersebut media-media bersaing untuk memberikan informasi atau berita teraktual mengenai pencalonan Nurdin Halid sebagai ketua umum PSSI. Berikut populasi yang terdapat pada surat kabar Jawa Pos, dengan judul sebagai berikut :

a. Nurdin melaju, KSAD terjegal (minggu, 20 februari 2011) b. Nurdin “ jadi presiden pun saya bisa” (rabu, 23 februari 2011) c. Kian santer, Nirwan ban serep Nurdin (kamis, 24februari 2011) d. Nurdin “ Menpora tak paham bola” (jumat, 25 februari 2011) e. Pendemo pro-Nurdin dibayar Rp.25 ribu (sabtu,26 februari 2011) f. Nurdin-Nirwa dianulir (sabtu, 26 februari 2011)

g. Pemilik suara gembosi Nurdin CS (selasa, 1 maret 2011) h. Nurdin maen drama di DPR (rabu, 2 maret 2011)

i. Nurdin tak sanggup penuhi FIFA (sabtu, 5 maret 2011)

j. Nurdin CS dilaporkan suap pemilik suara (senin, 7 maret 2011) k. FIFA larang Nurdin Maju lagi (rabu, 9 maret 2011)

l. Waspada Nurdin CS sebelum kongres (jumat, 11 maret 2011) m. Kisruh kongres PSSI batal (minggu, 27 maret 2001)

n. Nurdin CS pemicu kisruh kongres (senin, 28 maret 2011) o. SBY – Menpora tak akui Nurdin CS (selasa, 29 maret 2011)


(47)

p. Nurdin CS keluar dari kantor PSSI (rabo, 30 maret 2011) q. Sekjen PSSI dilaporkan ke Bareakrim (kamis, 31 maret 2011)

Korpus dalam penelitian ini adalah suatu himpunan terbatas atau berbatas dari unsur yang memiliki sifat bersama atau tunduk pada aturan yang sama. Pendapat lain juga ada yang mengatakan bahwa korpus adalah sekumpulan bahan yang berbatas, yang ditentukan pada perkembangan oleh analisis dengan semacam kesemenaan, bersifat se-homogen mungkin (Kurniawan, 2001: 70). Sifat yang homogen itu diperlukan untuk memberi harapan yang beralasan bahwa unsur-unsurnya dapat dianalisis secara keseluruhan. Sedangkan korpus dalm penelitian ini adalah berita-berita yang membahas tentang pencalonan Nurdin Halid sebagai ketua umum PSSI.

Surat kabar Jawa Pos menempatkan berita tentang pencalonan Nurdin Halid sebagai ketua umum PSSI dikolom halaman depan namun bukan headline. Korpus yang terdapat pada surat kabar Jawa Pos, adalah berita – berita dengan judul sebagai berikut :

a. Nurdin melaju, KSAD terjegal (minggu, 20 februari 2011) b. Nurdin “ jadi presiden pun saya bisa” (rabu, 23 februari 2011) c. Nurdin-Nirwa dianulir (sabtu, 26 februari 2011)

d. Nurdin tak sanggup penuhi FIFA (sabtu, 5 maret 2011) e. FIFA larang Nurdin Maju lagi (rabu, 9 maret 2011)

f. Waspada Nurdin CS sebelum kongres (jumat, 11 maret 2011) g. Nurdin CS pemicu kisruh kongres (senin, 28 maret 2011)


(48)

h. Nurdin CS keluar dari kantor PSSI (rabo, 30 maret 2011)

3.1.5 Teknik Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dan diperoleh secara langsung dan mengidentifikasikan berita yang berpedoman pada model analisis Zhondang Pan dan Gerald M.Kosicki. data hasil identifikasi tersebut digunakan untuk menemukan cara pandang atau perspektif media dalam membingkai suatu fakta. Data dalam penelitian ini adalah berita pencalonan Nurdin Halid sebagai ketua umum PSSI pada surat kabar Jawa Pos.

3.1.6 Teknik Analisis Data

Teknik yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah analisis framing. Analisis framing adalah analisis yang memusatkan perhatian pada bagaimana media mengemas dan membingkai berita. Proses itu umumnya dilakukan dengan memilih peristiwa tertentu untuk diberitakan dan menekankan aspek tertentu dari peristiwa dengan bantuan kata, aksentuasi, kalimat, gambar, dan perangkat lainnya, framing juga digunakan untuk mengetahui bagaimana media mengkonstruksi realitas. Disisni realitas dimaknai dan dikonstruksi dengan makna tertentu. Dengan demikian akan menghasilkan pemberitaan media pada sisi tertentu atau wawancara dengan orang-orang tertentu. (Eriyanto, 2004:3)

Framing bukan hanya berkaitan dengan skeme individu (wartawan). Melaikan juga berhubungan dengan proses produksi berita, kerangka kerja dan rutinitas organisasi media. Hal ini berkaitan dengan bagaimana wartawan


(49)

mempersepsi peristiwa atau fakta, menyeleksi dan menentukan peristiws atau fakta yang dianggap mengandung berita.bagaimana peristiwa dipahami, dimaknai dan dibimgkai semata-mata bukan disebabkan oleh struktur skeme wartawan, melainkan juga rutinitas kerja dan institusi media yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi pemaknaan peristiwa.(Eriyanto, 2004:102). Berpedoman pada analisis framing penulis akan menganalisis berita-berita pencalonan Nurdin Halid sebagai ketua umum PSSI pada surat kabar Jawa Pos dengan menggunakan perangkat framing Zhondhang Pan dan Gerald M.Kosicki.


(50)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Obyek Penelitian

4.1.1 Sejarah Perkembangan Surat Kabar Jawa Pos

Surat kabar Jawa Pos pertama kali diterbitkan pada tanggal 10 juli 1949 oleh suatu perusahaan yang bernama PT. Java Post Concern Ltd, yang bertempat dijalan Kembang Jepun 166-169, perusahaan ini didirikan oleh WNI keturunan kelahiran Banka yang bernama The Cung Sen alias Soeseno Tenjo pada tanggal 1 Juli 1949, Soeseno Tedjo merupakan perintis berdirinya Jawa Pos ini. Pada awalnya Soesno Tedjo ini bekerja di kantor film Surabaya. Pada mulanya beliau bertugas menghubungi surat kabar agar pemuatan iklan filmnya lancer, Dari situ Soesno Tedjo mengetahui bahwa memiliki surat kabar ternyata menguntungkan, maka beliau kemudian mendirikan perusahaan surat kabar dengan nama Java Pos pada tanggal 1 Juli 1949. Harian Jawa Pos saat itu dikenal sebagai harian melayu-Tionghoa, perusahaan penerbitnya waktu itu ada PT.Java Post Concern Ltd, yang bertempat di Jln. Kembang Jepun. Pemimpin redaksi yang pertamanya adalah Goh Tjing Hokn, Selanjutnya sejak 1951 pemimpinredaksi adalah Thio Oen Sik, keduanya dikenal sebagai orang-orang republiken tak pernah goyah.

Pada saat The Cung Sen dikenal sebagai raja Koran karena memiliki tiga buah surat kabar yang diterbitkan dalam tiga bahasa berbeda, Surat kabar yang berbahasa Indonesia bernama Java pos, yang berbahsa Tionghoa adalah Hou


(51)

Chiau Wan, sedangkan De Vrije adalah surat kabar yang terbit dengan menggunakan bahasa belanda.

Surat kabar De Vrije Pers yang berbahasa Belanda tersebut awalnya dimiliki oleh Vit Geres maatschappij, De Vrije Pers yang berlokasi di Jln. Kaliasin 52 Surabaya, tetapi selanjutnya dibeli PT. Java Post Concern Ltd. Pada bulan April 1954. Pada bulan dan tahun yang sama Java Post mulai dicetak di percetakan Agil di jalan K.H Mansyur Surabaya.

Pada tahun 1962 harian De Vrije Pers dilarang terbit oleh pemerintahan Republik Indonesia sehubungan dengan peristiwa Trikora untuk merebut kembali Irian Barat dari tangan Belanda. Sebagai gantinya diterbitkan surat kabar harian inggris dengan nama Indonesia Daily News, Meskipun harian ini dihentikan penerbitannya karena minimnya pemasangan iklan pda tahun 1981.

Sedangkan munculnya kemelut yang disebabkan oleh meletusnya G30 S PKI ternyata tidak saja menimpa harian kompas tetapi menimpa harian Huo Shin Wan, sehingga pada tahun pada tahun kejadian itu harian harian Huo Shin Wan juga dilarang terbit, karena itu sejak tahun 1981 praktis hanya harian Java Pos yang bertahan tetap terbit meskipun dengan kondisi memprihatinkan karena oplahnya yang sangat kecil yakni hanya 10.000 eksemplar.

Dan lebih parah lagi pada tahun 1982 oplah Java Post tinggal 6700 eksemplar. Pendistribusiannya pun di Surabaya hanya 2000 eksemplar, sedangkan lainnya di beberapa kota di jatim, di malang yang beredar hanya 350 eksemplar. Penurunan jumlah oplah ini dikarenakan system manajemen yang deterapkan


(52)

semakin kacau, ketiga anak The Cung Sen yang diharapkan dapat melanjutkan usaha penerbitan ini, tidak satu pun tinggal di Indonesia. Terlebih lagi teknologi cetak juga kian sulit diikuti kemajuannya. Rendahnya oplah yang dperoleh penerbit yang berkaitan pada kecilnya pendapatan, menyebabkan The Cung Sen sebagai pemilik perusahaan menerima tawaran untuk mrnjual mayoritas saham perusahaan kepada PT. Graffiti Pers (yang menerbitkan Tempo) pada tanggal 1 april 1982. Pak The (begitu panggilan untuk The Cung Sen), menyatakan tidak mungkin lahi untuk mengembangkan jawa pos. Tapi pak The tidak ingin surat kabar yang didirikannya mati begitu saja. Itulah mengapa sebabnya Java Post diserahkan kepada pengelolah yang baru. Pada tanggal itu juga Dahlan Iskan ditunjuk sebagai pemimpin utama dan pimpinan redaksi oleh dirut PT. Grafiti Pers, Eric Samola SH untuk membenahi kondisi PT. Java Post Concern Ltd. Hanya dengan waktu dua tahun oplah Jawa Pos Mencapai 250.000 eksemplar, dan sejak saat itulah perkembangan Jawapos semakin menakjubkan dan menjadi surat kabar terbesar yang terbit di Surabaya pada tahun 1999 oplahnya meningkat lagi menjadi 320.000 eksemplar.

Pada tanggal 29 Mei 1985 sesuai dengan akta notaries Liem Shien Hwa SH No.8 pasal 4 menyatakan nama PT. Java Post Concern Ltd diganti menjadi nama PT. Jawa Pos dan sesuai dengan surat MENPEN No.1/per1/Menpen/84 mengenai SIUPP, khususnya pemilikan saham maka 20% dari saham harus dimiliki karyawan untuk mencipyakan rasa saling memiliki.


(53)

Meskipun telah terjadi perubahan kepemilikan Jawa Pos tidak berubah secara esensial isi pemberitaan yang menyajikan berita-berita umum, Berita-berita umum ini meliputi peristiwa nasional yang menyangkut peristiwa ekonomi, polotik, hokum, sosial dan budaya, pemerintah, olahraga disamping pemberitaan peristiwa yang terjadi di daerah Jawa Timur dan Indonesia Timur.

Melejitnya oplah Jawa Pos ini, tidak terlepas dari perjuangan dan kepopuleran Jawa Pos dalam mengubah budaya mansyarakat Surabaya pada khususnya dan masyarakat Jawa Timur pada umumnya. Saat itu budaya masyarakat membaca Koran adlah sore hari, ketika Jawa Pos mempelopori terbit pagi, banyak agen dan loper yang menolak menjual. Manajemen Jawa Pos akhirnya meminta istri-istri atau keluarga wartawan menjadi agen atau loper ter masuk istri Dahlan Iskan sendiri, sebab kendala utama adalah di pemasaran. Sampai pada tahun 1985 strategi manejemen Jawa Pos tersebut membuahkan hasil termasuk perubahan mendasar di keredaksian dan warga Surabaya lebih memilih Koran jawa pos sehingga mampu menembus oplah 250.000 eksemplar per harinya.

Salah satu hal yang benar-benar membuat Jawa Pos menjadi sebuah

kelompok media yang sangat besar adalah dengan JPNN (Jawa Pos News

Networking) yang dibentuk sebagai sarana untuk menampung berita dari seluruh daerah dalam satu naungan dalam kelompok Jawa Pos. hal ini menyebabkan berita di satu daerah di luar Surabaya tidak perlu dikerjakan layout –nya di Surabaya dan berita tersebut dapat dikerjakan di kota bersangkutan lalu hasulnya


(54)

dikirim ke JPNN untuk diambil oleh redaksi yang ada di Surabaya. Saat ini Jawa

Pos juga memiliki fasilitas media online yang bisa diakses di situs

www.jawapos.co.id

Ketika dalam waktu singkat Jawa pos mampu menembus oplah siatas 100.000 eksemplar yang semula dianggap sebagai mimpi akhirnya Jawa Pos “bermimpi” lagi dengan ambisi menembur oplah 1.000.000 eksemplar. Berbagai upaya dilakukan baik dari redaksi pemasaran maupun lainnya untuk menembus tersebut. Jawa Pos tetap bertahan oplah 4000.000 eksemplar. Manejemen lantas melakukan ekspansi dengan membuat Koran-koran di daerah-daerah di Indonesia. Strategi tersebut muncul dari Dahlan Iskan yang berasumsi bahwa di kota-kota besar di Indonesia bisa didirikan satu Koran. Hal tersebut dilakukan dengan menghidupkan usaha koran yang gulung tikar atau tinggal SIUPPnya.

Beberapa media yang dikelolah oleh Jawa Pos di berbagai daerah di Indonesia diantaranya adalah Suara Indonesia yang telah berganti nama menjadi Radar Surabaya, Dharma Nyata, Manuntung, Ackhyar, Fajar, Riu Pos, Menado Pos, Suara Nusa, Memorandum, Karya Dharma, Bhirawa, Mercusuar, Cenderawasih Pos, Kompetisi, Komputek, Agrobis, Liberty, Mentari, Oposisi, Gugat, Posmo, Harian Rakyat, Merdeka, Amanat, Demokrat, Harian Duta Masyarakat Baru, media itu bisa berupa bantuan modal, baik berupa uang maupun mesin cetak ataupun daya manusia.

Kini hampir seluruh propinsi Indonesia terdapat Jawa Pos Group ter kecuali di Aceh dan NTT. Bisnisnya tidak hanya Koran namun juga percetakan,


(55)

pabrik kertas, perumahan, hotel sampai travel agent yang kesemuanya berada di tangan Dahlan Iskan.

4.1.2 Kebijakan Redaksional

Dalam penulisan berita Jawa Pos harus melalui penyeleksian dengan melihat situasi, kondisi, toleransi, pandangan dan jangkauan. Pemuatan berita tergantung dari bobot berita tersebut. Secara tidak langsung bahwa berita yang mendapat perhatian masyarakat banyak akan mendapatkan porsi yang lebih banyak untuk dimuat dan diulas dari berbagai aspek oleh Jawa Pos hal itu dilakukan untuk memenuhi keinginan untuk memberikan kepuasan akan informasi kepada masyarakat. Untuk itu pada halaman pertama Jawa Pos menyajikan satu tema berita dengan berbagai ukasan dari berbagai aspek atau sudut pandang.

Dibidang keredaksian kepopuleran Jawa Pos adalah membuat berita besae yang disajikan dengan membuat dalamukuran besar judul-judul berita yang terbagi menjadi empat sampai lima kolom bahkan memenuhi seluruh kolom.

Pemberitaan Jawa Pos pun berangel-angel sehingga pembaca mendapatkan

informasi yang dalam dengan berbagai perspektif. Tidak kalah radikalnya, Jawa Pos mempelopori penulisan feature yang berisi berita-berita unik dan human interest.

Menurit Jawa Pos, dibutuhkan kemampuan untuk menyajikan fakta yang sama sekaligus mengaduk-aduk emosi pembaca, semua itu tergantung dari cara wartawan atau teporter dalam mencari berita, menemukan sumber berita yang


(56)

tepat sesuai dengan criteria, seperti kredibilitas, kompetensitas narasumber serta kemapuan menuliskan ke dalam sebuah teks berita. Selanjutnya adalah kemampuan redaktur dalam kesanggupan menyeleksi, mengedit berita yang layak muat. Begitulah proses sebuah berita dalam institusi Jawa Pos, selain itu Jawa Pos Juga mengalami perubahan dalam halaman sambungan dari halaman satu, sambung ke halaman yang lain diberi judul lagi untuk memudahkan pembaca mencari sambungan berita sebelumnya.

Pemuatan halaman Metropolis disebabkan sebagai basar pasar Jawa Pos ada di Surabaya. Metropolis juga memuat brita-berita yang sedang berkembang di masyarakat Surabaya. Yang dimaksud dengan berita Surabaya oleh Jawa Pos adalah berita yang tempat kejadiannya di kota Surabaya dan berkaitan dengan manfaatnya untuk kepentingan masyarakat Surabaya, namun jika pokok bahasabnnya terlalu menesional maka berita itu bukan disebut sebagai berita Surabaya.

Dalam mengejar berita terdapat kerjasama antara wartawan dan redaktur berita. Bisa jadi satu berita diliput karena perintah redaktur atau inisiatif wartawan sendiri yang menganggap bahwa peristiwa tersebut memang layak muat, cara mendapatkan berita dilakukan dengan menempatkan wartawan di pos masing-masing ada pos criminal, pos Pemda, pos Hankam dan lain-lain. Pemberitaan Jawa Pos berkanaan dengan peristiwa sangatlah fleksibel, baik yang sifatnya terencana maupun mendadak. Dalam memperkuat fakta pemberitaanya disertakan pula berbagai narasumber, para pakar serta pihak-pihak terkait dengan cara


(57)

investigasi langsung. Setiap hari Jawa Pos melakukan rapat perencanaan yang mengevaluasi apa yang telah dikerjakan, juga menentukan apa yang diberikan besok atau tentang kelanjutan berita sebelumnya.

Sampai dengan tahun 1985, Jawa Pos terbit dengan 16 halaman dan ditamabah suplemenronce tiap hari senin, rabu dan sabtu. Pada perkenbangan selanjutnya di awal tahun 1996, Jawa Pos terbit 20 halaman. Untuk menarik minat pembaca dan menemangkan persaingan antar lembaga media, Jawa Pos melakukan berbagai terobosan termasuk diantaranya terbit 24 halaman tiap harinya bahkan sekarang telah mencapai 44 halaman. Secara garis besar surat kabar Jawa Pos terbagi atas tiga sesi, antara lain :

Koran I (bagian umum) : memuat liputan-liputan utama mengenai peristiwa nasional maupun internasional

Koran II (olahraga) : memuat berita olahraga dan hiburan

Koran III (metropolis) : memuat berita tentang kota Surabaya dan daerah lain di Jawa Pos.

Table 4 : Deskripsi halaman surat kabar harian Jawa Pos

Koran I (bagian umum) Halaman 1 – 16

Halaman 1 Memuat brita-berita utama yang bernilai berita

tinggi dan menyangkut kepentingan nasional ditambah kolom feacure.


(58)

Jawa Timur, Surabaya.

Halaman 3 Memuat berita-berita seputar kota Jakarta

Halaman 4 Memuat jati diri, opini, surat pembaca dan

pojok

Halaman 5-11 Memuat berita-berita Jawa Timur selain

Surabaya, karikatur dan iklan

Halaman 12-13 Memuat berita-berita internasional

Halaman 14 Memuat berita-berita nusantara

Halaman 15 Memuat berita-berita sambungan dari halaman

satu

Halaman 16 Berisi berita-berita, foto tokoh berbagai

peristiwa nasional dan internasional Koran II

(bagian olahraga)

Halaman 17-32

Halaman 17-20 Memuat berita-berita seputar peristiwa

olahraga dunia internasional

Halaman 21-28 Memuat berbagai jenis iklan komersil (iklan

jitu) yang dimuat secara rutin, terutama hari sabtu, antara lain mengenai lowongan pekerjaan, jual beli kendaraan, rumah, serta


(59)

aneka kebutuhan

Halaman 29 Halaman “visite” yang mengulas berita-berita

seputar kesehatan

Halaman 30 Memuat berita olahraga basket

Halaman 31 Memuat berita olahraga nasional

Halaman 32 Halaman “motor sport” yang mengulas tentang

olahraga otomotif Koran III

(metropolis)

Halaman 32-44

Halaman 33-35 Berisi berita-berita seputar daerah Surabaya,

beserta feature yang berkaitan dengan kejadian di wilayah Surabaya

Halaman 36 Berisi ulasan mengenai peristiwa seputar kota

Gresik dan Sidoarjo

Halaman 37 Halaman “deteksi” berisi mengenai berbagai

kehidupan muda-mudi Surabaya dan tanggapan mereka melalui polling

Halaman 39-40 Halaman “komunikasi bisnis” yang mengulas

tentang barbagai peluang usaha

Halaman 41 Berisi iklan-iklan komersil


(60)

informasi selebritis dan jadwal acara TV

Halaman 43 Berisi berita sambungan dari halaman 33

Halaman 44 Halaman “festifal seni budaya”

4.2 Analisis Berita

Dalam bab 4 ini penulis akan menguraikan analisis berita tentang Pencalonan Nurdin Halid Sebagai Ketua Umum PSSI yang dimuat dengan judul berita “Nurdin Melaju, KASAD Terjegal” pada surat kabar harian Jawa Pos. Surat kabar Jawa Pos menurunkan pemberitaan mengenai Pencalonan Nurdin Halid Sebagai Ketua Umum PSSI pada periode 20 februari sampai 31 maret 2011,yang dimuat pada halaman pertama, dengan menggunakan perangkat framing Zhondhang Pan dan Gerald M.Kosicky.

4.2.1 Frame Jawa Pos, Judul : “Nurdin Melaju, KSAD Terjegal”

Berita ini dimuat Jawa Pos tanggal 20 februari 2011. Analisis sintaksis unit yang diamati adalah headline, judul diatas menyiratkan bahwa Nurdin halid lolos verifikasi calon ketua umum PSSI selanjutnya sedangkan KSAD jendral George dan Arifin panigoro tidak lolos dari verifikasi. Jawa Pos menggunakan judul yang demikian menegaskan bahwa komite pemilihan hanya meloloskan dua calon yaitu Nurdin Halid dan Nirwan Bakri dengan demikian keduanya berpeluang kembali memimpin PSSI. Judul tersebut didukung dengan kalimat leadnya :


(61)

“Sulit mengharapkan perubahan dari PSSI. Hal itu tercermin dari calon ketua umum yang lolos verifikasi untuk bertarung dalam kongres PSSI di Bali 26 maret mendatang. Dua nama anyar yang meramaikan bursa pencalonan, yakni KSAD jendral George dan pengusaha Arifin panigoro ternyata terpental”.

Lead ini menunjukkan bahwa tidak adanya harapan KSAD jendral George dan Arifin panigoro untuk bertarung dikongres PSSI 26 maret nanti apalagi untuk menjadi ketua umum PSSI, karena pencalonan telah dikuasai oleh Nurdin Halid dan Nirwan Bakri.

Dalam teks berita ini terdapat pernyataan dari Syarif Bastaman (ketua komite pemilihan). Pernyataan yang datang dari Syarif Basman menyiratkan bahwa pemilihan sudah sesuai dengan peraturan PSSI dengan menggunakan dasar statute FIFA.

“Dasar yang kami gunakan adalah statuta FIFA, electoral code FIFA, statuta PSSI, peraturan organisasi PSSI, serta directive surat dari FIFA”

“itu bersifat pribadi”

Syarif mengatakan bahwa hal tersebut telah dituangkan dalam surat keputusan (SK) yang sifatnya rahasia dan dikirm kepada dua calon. Dan komite pemilihan tidak berhak mengungkapakan pada publik karena hal tersebut bersifat pribadi.

Tidak lolosnya KSAD jendral George dan Arifin panigoro membuat para pendukungnya meradang, Saleh Mukadar (anggota tim sukses George dan Arifin) menyatakan akan menempuh jalur hokum.


(62)

“bagi kami hal ini bikan hal yang mengejutkan. Sejak awal kami sudah memprediksinya. Kami akan melaporkan ke FIFA (federasi sepak bola dunia) dan juga CAS (pengadilan Arbitrase Olahraga). Pemerintah juga seharusnya tahu bahwa kita saat ini menghadapi krjahatan sepak bola”.

Lolosnya Nurdin dan Nirwan Bakri dalam verifikasi dan terjegalnya George dan Arifin ditanggapi oleh Jawa Pos sebagai keputusan yang kurang adil. Mengingat Nurdin sebagai mantan narapidana dan tak ada prestasi PSSI selama dalam kepemimpianan Nurdin, sedangkan disini tidak adanya kesempatan untuk kepemimpinan baru. Segala pemberitaan dalam porsi yang cukup banyak mengenai pancalonan nurdin halid ini, berkaitan dengan kurang berpihaknya Jawa Pos dengan kelolosan Nurdin ke dalam verifikasi.

Sedangkan pada stuktur skrip insur 5W + 1H adalah who (Nurdin Halid), what (lolonya Nurdin dalam verifikasi), when (sabtu, 19 februari 2011), where (studio utama gelora bung karno), why (mengapa Nurdin diloloskan verifikasi), how (bagaimana Nurdin bisa lolos dalam verifikasi),

Stuktur tematik, tema yang ditampilkan ada dua tentang kelolosan Nurdin halid dan Nirwan Bakri dan tidak lolosnya George dan Arifin. Elemen wacana yang dipakai dianataranya adalah elemen koherensi sebab akibat dan koherensi penjelas. Pada koherensi sebab akibatnya terlatak pada lolosnya Nurdin halid dan Nirwan Bakri dalam verifikasi dan dugaan adanya rekayasa yang menyebabkan tidak lolosnya George dan Arifin. Sedangkan pada koherensi penjelas terletak pada pernyataan Syarif Bastaman bahwa keputusan yang diambil berdasarkan statuta FIFA dan peraturan organisasi PSSI.


(63)

Elemen retoris teks berita ini Jawa Pos menggunakan kalimat “komite pemilihan tidak mengungkapakan alasan detail terkait tidak lolosnya George dan Arifin” yang menjelesksn bahwa Jawa Pos tidak puas dengan pernyataan komite pemilihan sebelumnya yang sengaja tidak mau menginformasikan alasan tidak lolosnya George dan Arifin dan menggunakan kata “tidak mengungkapakan alasan detail” untuk menggambarkan kekecewaan Jawa Pos.

TABEL 1

Frame Jawa Pos, Judul : ‘Nurdin Melaju, KSAD Terjegal”

ELEMEN UNSUR STRETEGI PENULISAN

Sintaksis Headline

Lead

Sumber

Latar

Menjelaskan bahwa Nurdin halid lolos verifikasi calon ketua umum PSSI selanjutnya sedangkan KSAD jendral George dan Arifin panigoro tidak lolos dari verifikasi.

Sulit mengharapkan perubahan dari PSSI. Hal itu tercermin dari calon ketua umum yang lolos verifikasi untuk bertarung dalam kongres PSSI di Bali 26 maret mendatang. Dua nama anyar yang meramaikan bursa pencalonan, yakni KSAD jendral George dan pengusaha Arifin panigoro ternyata terpental

Jawa Pos mewawancarai Saleh Mukadar dan Bernard Limbong yang mempermasalahkan lolosnya Nurdin dan Nirwan Bakri

Mengenai Lolosnya Nurdin dan Nirwan Bakri, tidak lolosnya George dan Arifin dalam verifikasi


(64)

Skrip Who What

Whene Where Why how

Nurdin Halid

lolosnya Nurdin dalam verifikasi sabtu, 19 februari 2011

studio utama gelora bung karno mengapa Nurdin diloloskan verifikasi bagaimana Nurdin bisa lolos dalam verifikasi

Tematik Koherensi Dan menggunakan kata “tidak

mengungkapakan alasan detail” untuk menggambarkan kekecewaan Jawa Pos.

4.2.2 Frame Jawa Pos, Judul : “Nurdin : Jadi Presiden pun Saya Bisa”

Berita ini dimuat tanggal 23 februari 2011. Analisis sintaksis unit yang diamati adalah headline, judul diatas menyiratkan Nurdin menyatakan bahwa dirinya mampu untuk menjadi Presiden tidak hanya jadi ketua umum PSSI saja. Jawa pos menggunakan judul yang demikian menegaskan bahwa Nurdintetap ngotot mencalonkan diri di kongres. Judul tersebut didukung dengan kalimat pada leadnya :

“Nurdin Halid diduga menjadi dalang pencoratan nama George dan Arifin dari bursa pencalonan ketua umum PSSI. Namun, Nurdin tidak menggubris Dia makin mantap mencalonkan diri sebagai ketum PSSI periode 2011-2015.”

Lead ini menunjukkan bahwa Nurdin tidak perduli dengan apa yang

terjadi disekelilingnya. Kemantapan untuk tetap menjabat sebagai ketua umum PSSI sangat kuat hingga menghalalkan segala cara. Tidak hanya itu saja bahkan


(1)

How bagaimana membawa tumpukan dokumen

Tematik Koherensi - penjelas

- sebab akibat

diterangkan bahwa kantor sekertariat PSSI akan pindah ke BLI kuningan

pemerintah yang tidak mau lagi mengakui PSSI dibawa kepemimpinan Nurdin Halid dan akan mengambil fasilitas negara

Retoris Gambar grafis gambar karikatur yang menggambarkan dua sosok pria yaitu Nurdin Halid, mengibaratkan gambar ini sebagai dua tokoh yang saling berebut untuk mempertahankan kekuasaan

Pembahasan di atas menunjukan bagaimana peristiwa yang sama bisa dimaknai dan didefinisikan secara berbeda. Pendefinisian yang berbeda tersebut menyebabkan peristiwa bisa berubah secara total. Jika ditarik kedimensi yang lebih luas, yakni seleksi isu dan penonjolan aspek-aspek tertentu, maka terlihat bahwa masing-masing media memiliki frame sendiri dalm menyeleksi isu tertentu dan menonjilkannya sehingga lebih diperhatikan dan dimaknai.

Dari penelitian dengan menggunakan analisis framing model Zhondang Pan dan Kosicky tersebut, maka dapat diambil konkulasi secara umum konstruksi berita tentang pencalonan Nurdin Halid sebagai ketua umum PSSI dari harian Jawa Pos adalah sebagai berikut :


(2)

Berita pencalonan Nurdin Halid sebagai ketua umum PSSI merupakan sebuah berita nasional, karena Nurdin Halid merupakan calon ketua umum PSSI yang diajukan oleh komite. Sebuah hal yang menjadi magnitude dari peristiwa ini adalah adanya indikasi seorang Nurdin Halid yang kemungkinan terlibat kerja sama dalam verifikasi. Hal ini tentu saja menimbulkan pro-kontra di masyrakat meskipun oleh komite, Nurdin tetap deberi catatan yang menjadi point yang mesti diingat oleh Nurdin selama memimpin PSSI.

Pro-kontra ini juga terjadi di media massa, media cetak khususnya yaitu Jawa Pos. pada harian Jawa Pos keredaksiannya cenderung kontra dan pesimis pada sosok Nurdin Halid karena dalam pemberitaan, proses pemilihan yang dibahas tentang uraian keterlibatan Nurdin dalam kasus korupsi yang telah merugikan negara.

Pemilihan angel yang dipilih Jawa Pos lebih mendekati dari sudut pandang masyrakat yang masih awam dengan sosok Nurdin Halid. Dengan mengetahui latar belakang Nurdin seakan-akan Jawa Pos ingin membangun anggapan bahwa sosok Nurdin perlu dipertanyakan karena adanya catatan yang mengikuti langkahnya menjadi orang nomer satu di PSSI. Jawa Pos secara tersirat menggambarkan Nurdin masih cacat untuk memimpin PSSI dan istilah pesimis lebih tepat untuk menggambarkan sikap frame yang dibangun pada pemberitaan selama pencalonan Nurdin Halid sebagai ketua umum PSSI.


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Dari data-data yang ada kemudian dianalisis dengan analisis framing Zhondang Pan dan Gerald M. Kosicky tentang berita pencalonan Nurdin Halid sebagai ketua umum PSSI maka dapat ditarik kesimpulan :

1. Elemen Sintaksis yang ada pada surat kabar Jawa Pos adalah gagasan utama yang ditampilkan dan ditekankan sejak awal, melalui pemilihan judul dan lead. Berita yang ditampilkan banyak yang mengacu pada pencalonan Nurdin Halid sebagai ketua umum PSSI.

2. Elemen Skrip yang ada pada surat kabar Jawa Pos lebih menekankan isu terhadap Tindakan yang dilakukan Nurdin Halid untuk tetap maju pada verifikasi calon ketua umum PSSI.

3. Elemen Tematik pada surat kabar Jawa Pos meliputi pencalonan ketua umum PSSI telah dikuasai oleh Nurdin Halid, usaha Nurdin untuk tetap mencalonkan diri pada kongres mendatang cukup panjang dan rumit. Sedangkan selama dalam kepemimpianan Nurdin tak ada prestasi PSSI dan Nurdin halid juga mantan narapidana. Itulah mengapa masyarakat menolak Nurdin Halid untuk tetap maju sebagai calon ketua umum PSSI selanjutnya.

4. Dalam unsure Retoris surat kabar Jawa Pos lebih menonjolkan pada segi penulisan berita dengan gaya bahasa yang mudah dimengerti oleh


(4)

khalayak, dengan gaya bahasa yang cenderung bombastis. Jawa Pos juga menggunakan elemen grafis berupa foto untuk mendukung pemberitaanya. Disimpulakan harian Jawa Pos memframe beritanya dengan bersifat kontra dan cenderung kurang mendukung kepada Nurdin Halid dalam memberitakan kasus ini, headline yang ditampilkan pun berkesan memojokkan dan tidak mendukung. Penjelasan yang disampaikan mengesankan bahwa wartawan Jawa Pos berusahan mengajak pembaca untuk lebih mendalami kasus dan menanamkan pada pihak pembaca bahwa Nurdin Halid adalah dalang dari kisruhnya PSSI. Penjelasan mengenai pencalonan Nurdin Halid lebih banyak dengan menampilkan pendapat atau opini yang kontra terhadap kepemimpinan Nurdin Halid.

5.2 Saran

Hasil kesimpulan diatas dapat diketahui bahwa proses pemberitaan dimedia massa tak terkecuali surat kabar, sering kali dipengaruhi berbagai kepentingan ekonomis dan politik. Hal ini terlihat dari condongnya surat kabar terhadap salah satu pihak yang berakibat kurang berimbang dalam hal pengutipan sumber berita serta konstannya isu yang ditampilkan dari suatu peristiwa tanpa mempengaruhi isu lain yang berkembang. Media juga sering menonjolkan satu isu dan cenderung mengemasnya dengan bahasa yang bombastis atau terkesan membesar-besarkan. Bahkan tidak jarang menunjukkan keberpihakkannya dengan menyembunyikan atau menyampaikan dengan implicit informasi-informasi yang diketahui oleh masyrakat.


(5)

Sebagai salah satu sarana informasi, surat kabar seharusnya berimbang dan tidak melibatkan kepentingan apapun, baik politis atau ekonomis, dalam penyajian beritanya. Sehingga kedepannya surat kabar mampu memberitakan suatu peristiwa secara jujur dan apa adanya. Terutama pada harian Jawa Pos, apa pun yang ditonjolkan dan disembunyikan media dalam pemberitaan suatu peristiwa dapat mempengaruhi pola pikir opini public.


(6)

Eriyanto, 2004, Analisis Framing, Jogjakarta : LKIS

Eriyanto, 2002, Analisis Framing, Konstruksi, Ideologi dan Politik Media, Jakarta

: LKIS

Eriyanto, 2005, Analisis Framing, Konstruksi, Ideologi dan Politik Media, Jakarta

: LKIS

Sobur Alex, 2002, Analisi Teks Media, Bandung : PT. Remaja Rodakarya

Sumadiria, Drs.As Haris, Msi. 2005, Menulis Artikel dan Tajuk Rencana,

Bandung : Simbiosa Rekata Media.

Meleong, Lexy J, 2002 Metode Penelitian Kualitatif, Bandung : PT. Remaja

Rodakarya

Non Buku :

http:/ / www.jpnn.com/ index.php?mib=berita.detail&id=865

http://olahraga.kompas.com/bola/2010/12/23/terimakasih-nurdin-halid/

Metronews.com/Kamis, 24 Februari 2011 14:54 WIB

Artikel Surat Kabar Jawa Pos Halaman Depan :

-

Edisi minggu, 20 februari 2011, Nurdin melaju, KSAD terjegal

-

Edisi rabu, 23 februari 2011, Nurdin “ jadi presiden pun saya bisa”

-

Edisi sabtu, 26 februari 2011, Nurdin-Nirwa dianulir

-

Edisi sabtu, 5 maret 2011, Nurdin tak sanggup penuhi FIFA

-

Edisi rabu, 9 maret 2011, FIFA larang Nurdin Maju lagi

-

Edisi jumat, 11 maret 2011, Waspada Nurdin CS sebelum kongres


Dokumen yang terkait

BINGKAI MEDIA DALAM PEMBERITAAN TENTANG TUNTUTAN MUNDUR NURDIN HALID SEBAGAI KETUA UMUM PSSI”Analisis Framing pada Surat Kabar Sindo dan Jawa Pos Edisi 13 Februari – 2 Maret 2008

0 7 3

KONSTRUKSI MEDIA DALAM PEMBERITAAN DESAKAN MUNDUR KETUA UMUM PSSI NURDIN HALID(Analisis Wacana pada Script Berita di Radio Citra Malang 87,9 FM Periode Siar Februari-April 2008)

0 9 3

PENDAHULUAN Analisis Berita Liga Primer Indonesia (LPI) dan Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) (Analisis Framing LPI dan PSSI dalam Surat Kabar Jawa Pos Periode Januari - Maret 2011).

0 0 44

DAFTAR PUSTAKA Analisis Berita Liga Primer Indonesia (LPI) dan Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) (Analisis Framing LPI dan PSSI dalam Surat Kabar Jawa Pos Periode Januari - Maret 2011).

0 0 4

PENDAHULUAN MAJAS SARKASME DALAM PENULISAN KOMENTAR PADA GRUP FACEBOOK “1.000.000 FACEBOOKER MENUNTUT NURDIN HALID MUNDUR SEBAGAI KETUA UMUM PSSI”.

0 0 5

PEMBINGKAIAN BERITA PEMBEKUAN PSSI OLEH PEMERINTAH (Studi Analisis Framing Tentang Berita Pembekuan PSSI Oleh Pemerintah pada Surat Kabar Kompas dan Jawa Pos Edisi 29 s.d 30 Maret 2011).

0 0 121

PEMBINGKAIAN BERITA RUU NIKAH SIRI DI SURAT KABAR KOMPAS DAN JAWA POS (Studi Analisis Framing RUU Nikah Siri di Surat Kabar Kompas dan Jawa Pos).

1 3 115

KATA PENGANTAR - PEMBINGKAIAN BERITA RUU NIKAH SIRI DI SURAT KABAR KOMPAS DAN JAWA POS (Studi Analisis Framing RUU Nikah Siri di Surat Kabar Kompas dan Jawa Pos)

0 0 17

PEMBINGKAIAN BERITA PEMBEKUAN PSSI OLEH PEMERINTAH (Studi Analisis Framing Tentang Berita Pembekuan PSSI Oleh Pemerintah pada Surat Kabar Kompas dan Jawa Pos Edisi 29 s.d 30 Maret 2011)

0 0 21

PEMBINGKAIAN BERITA PENCALONAN NURDIN HALID SEBAGAI KETUA UMUM PSSI DI SURAT KABAR JAWA POS ( Studi Analisis Framing Pencalonan Nurdin Halid Sebagai Ketua Umum PSSI Di Surat Kabar Harian Jawa Pos Periode Februari - Maret 2011)

0 0 20