PEMBINGKAIAN BERITA BOM BUNUH DIRI DI SOLO PADA SURAT KABAR JAWA POS DAN SURYA (Studi Analisis Framing berita bom bunuh diri di Solo pada Surat kabar Jawa Pos dan Surya edisi 26-29 September 2011).

PEMBINGKAIAN BERITA BOM BUNUH DIRI DI SOLO
PADA SURAT KABAR J AWA POS DAN SURYA
(Studi Analisis Framing berita bom bunuh diri di Solo pada Surat kabar Jawa Pos dan
Surya edisi 26-29 September 2011)

SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar
Sarjana Program studi Ilmu Komunikasi

Oleh :

NURMA AYU BUDI UTAMI
0743010259

YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL”VETERAN”J AWATIMUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
Sur abaya
2011
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR ISI
HALAMAN J UDUL.............................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJ UAN DAN HALAMAN PENGESAHAN
SKRIPSI…………………………………………………………….…………….ii
KATA PENGANTAR………………………………………………..………….iii
DAFTAR ISI……………………………………………………………..………vi
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………….........ix
DAFTAR TABEL...………………………………………………………….......x
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………….xi
ABSTRAKSI……………………………………………………………………xii

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………..1
1.1 Latar Belakang Masalah ………………………………………………………1
1.2 Perumusan Masalah…………………………………………………...............8
1.3 Tujuan Penelitian ………………………………….……………………….....8
1.4 Manfaat Penelitian………………………………………………….…………9
1.4.1 Secara Teoritis…………………………………………………………...9
1.4.2 Manfaat praktis………………………………………...………………...9

Bab II KAJ IAN PUSTAKA……………………………………………………10
2.1 Landasan Teori ………………………………………………………………10
2.1.1 Surat kabar sebagai tanggung jawab social………………………….10
2.1.2 Surat kabar sebagai kontrol social……………………………...……10
2.1.3 Media dan konstruksi realitas………………………………………..13

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

vi

2.1.4 Ideologi media………………………………………………………..14
2.1.5 Produksi berita……………………………………………………….15
2.1.6 Berita sebagai hasil konstruksi realitas……...……………………….21
2.1.7 Teori Hierarchy of Influence…………………….………...................23
2.1.8 Analisis framing ……………………...………………………………30
2.1.9 Model framing Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki…………..…..33
2.2 Kerangka berpikir…………………………………………………………….39
BAB III METODE PENELITIAN ……………………………………………42
3.1 Metode penelitian ……………………………………………………………42

3.1.1 Definisi operasional…. ………………...……………….......................44
3.2 Subyek dan Obyek Penelitian ……………………………………………….45
3.3 Unit Analisis …………………………………………....................................45
3.4 Populasi dan Korpus…………………………………………………………45
3.5 Teknik Pengumpulan Data…………………………………..........................47
3.6 Teknik Analisis Data………………………………………………...............47
3.7 Langkah- langkah Analisis Framing…………………………………………48
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN………………………………………49
4.1Gambaran Umum Obyek Penelitian………………………………………….49
4.1.1 Profil perusahaan Jawa Pos………..…………………………………..49
4.1.2 Kebijaksanaan Redaksional Jawa Pos ……………………………….55
4.1.3 Profil perusahaan Surya………………………………………………61

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

vii

4.1.4 Kebijakan Redaksional Surya…………………………………………65
4.2


Pembahasan…………………………………………………………...70

4.2.1 Analsis Framing Surat Kabar Jawa Pos dan Surya………………...72
4.2.1.1 Frame Jawa Pos 26 September 2011……………………..72
4.2.1.2 Frame Jawa Pos 29 September 2011……………………..76
4.2.1.3 Frame Surya 26 September 2011………………………...80
4.2.1.4 Frame Surya 29 September 2011………………………...84
4.2.2 Frame Keseluruhan dari Jawa Pos dan Surya………………...……87
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan……………………………………..……………………………91
5.2 Saran……………………………………………..…………………………...91
Daftar Pustaka…………………………………………………………………..93
Lampir an………………………………………………………………………..94

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

viii


DAFTAR GAMBAR
1. Gambar 1 Model Hierarchy of Influence………………………………..24
2. Gambar 2 Faktor interensik dari komunikator yang mempengaruhi isi
media…………………………………………………………………….26

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kerangka Framing Pan dan Kosicki ............................................... …..34
Tabel 4.1

Deskripsi halaman surat kabar Jaw a Pos…………………………………………58

Tabel 4.2. Deskripsi halaman surat kabar Surya……………………............................67
Tabel 4.3. Korpus Penelitian…………………………………………………………………………….71
Tabel 4.4. St rukt ur Frame Jaw a Pos 26 Sept ember 2011…………………………………75

Tabel 4.5. St rukt ur Frame Jaw a Pos 29 Sept ember 2011…………………………………79
Tabel 4.6. St rukt ur Frame Surya 26 Sept ember 2011…………….………………………..83
Tabel 4.7. St rukt ur Frame Surya 29 Sept ember 2011……………….……………………..86
Tabel 4.8. Pembahasan Frame Keseluruhan Jaw a Posdan Surya…………... .... …..87

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

x

DAFTAR LAMPIRAN
1. Lampiran 1 Bomber Solo Jaringan Cirebon……………………..95
2. Lampiran 2 Densus Buron Lain ke Surabaya……………………96
3. Lampiran 7 Bomber Gereja dibantu Warga Solo………………...97
4. Lampiran 8 Teroris Bondo Nekat Ngebom Gereja………………98
5. Lempira 9 Teroris………………………………...……………..99
6. Lampiran 12 polisi : Jaringan Bom Solo Kabur ke Jatim………100

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.


xi

ABSTRAC
NURMA AYU BUDI UTAMI, PEMBINGKAIAN BERITA BOM
BUNUH DIRI DI SOLO PADA SURAT KABAR J AWA POS DAN SURYA
( Studi analisis fr aming ber ita bom bunuh dir i di Solo pada surat kabar J awa
Pos dan Sur ya edisi 26-29 Septmber 2011)
The exist ence of reporting a suicide bombing at Bet hel Gospel Church in Jebres,
Solo, Cent ral Java. In t his t ragedy t he bombing suspect named Ahmad Hayat Yosepa t he
scene w ere killed and dozens w ounded jema'at Bet hel Gospel church. This st udy aim ed
t o find out how new spapers framed t he Sun Java Post and new s. Because, basically, t he
new s media is pengkonst ruksi realit y t hat t hey serve, it can happen because t here are
loads of polit ical int erest s, economic as w ell as t he int erest s of t he ow ners of t he new s
media.
To see t he difference of t he media in const ruct ing a realit y, penelitih choose
framing analysis as a met hod of research using t he model of Pan and Kosicki framing. To
analyze t he differences in new s coverage and cont ent of each new spaper, researchers
used a device ow ned by Pan and Kosicki w hich examined t he four st ructur es of syntax,
script , t hemat ic, and rhet orical.

The result s of t he analysis t he researchers not e t hat t he frame coverage Java Pos daily
new spaper has t he view t hat suicide bombing in Solo associat ed w it h cases of suicide
bombings earlier, namely in Cirebon Police mosque. M eanw hile, according t o daily
new spaper Sur ya, t he case of suicide bombing is linked t o t he unrest in Ambon. In spit e
of it all, t he media should be able t o posit ion it self as a neut ral part y, and can pr esent a
valid message t o t he communit y.
Key w ords: Analysis of framing, suicide bombings

ABSTRAKSI
NURMA AYU BUDI UTAMI, PEMBINGKAIAN BERITA BOM
BUNUH DIRI DI SOLO PADA SURAT KABAR J AWA POS DAN SURYA
( Studi analisis fr aming ber ita bom bunuh dir i di Solo pada surat kabar J awa
Pos dan Sur ya edisi 26-29 Septmber 2011)

Adanya pemberitaan bom bunuh diri di Gereja Bethel Injil di Jebres, Solo,
Jawa Tengah. Dalam tragedi ini tersangka pengeboman yang bernama Ahmad
Yosepa Hayat tewas ditempat kejadian dan berhasil melukai puluhan jema’at
gereja Bethel Injil. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui bagaimana surat
kabar Jawa Pos dan Surya membingkai berita tersebut. Karena pada dasarnya
media merupakan pengkonstruksi realitas berita yang mereka sajikan, hal itu

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

xii

dapat terjadi karena ada muatan kepentingan politik, ekonomi maupun
kepentingan pemilik terhadap pemberitaan media tersebut.
Untuk melihat perbedaan media dalam mengkonstruksi suatu realitas,
penelitih memilih analisis framing sebagai metode penelitian dengan
menggunakan perangkat framing model Pan dan Kosicki. Untuk menganalisis
perbedaan pemberitaan dan isi berita masing-masing surat kabar, peneliti
menggunakan perangkat milik Pan dan Kosicki yang meneliti pada empat struktur
yaitu sintaksis, skrip, tematik, dan retoris.
Hasil analisis peneliti diketahui bahwa frame pemberitaan surat kabar
harian Jawa Pos mempunyai pandangan bahwa bom bunuh diri di Solo terkait
dengan kasus bom bunuh diri sebelumnya, yakni di masjid Polres Cirebon.
Sedangkan menurut surat kabar harian Surya, kasus bom bunuh diri ini terkait
dengan kerusuhan di Ambon. Terlepas dari itu semua, media hendaknya dapat
memposisikan diri sebagai pihak yang netral, dan dapat menyajikan berita yang
valid kepada masyarakat.

Kata kunci : Analisis framing, bom bunuh diri

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

xiii

ABSTRACT

NURMA AYU BUDI UTAMI, PEMBINGKAIAN BERITA BOM
BUNUH DIRI DI SOLO PADA SURAT KABAR J AWA POS DAN SURYA
( Studi analisis framing ber ita bom bunuh dir i di Solo pada surat kabar J awa
Pos dan Sur ya edisi 26-29 Septmber 2011)

The exist ence of report ing a suicide bombing at Bethel Gospel Church in Jebr es,
Solo, Cent ral Java. In t his t ragedy t he bombing suspect named Ahmad Hayat Yosepa t he
scene w ere killed and dozens w ounded jema'at Bet hel Gospel church. This st udy aim ed
t o find out how new spapers framed t he Sun Java Post and new s. Because, basically, t he
new s media is pengkonst ruksi realit y t hat t hey serve, it can happen because t here ar e
loads of polit ical int erest s, economic as w ell as t he int erest s of t he ow ners of t he new s

media.
To see t he diff erence of t he media in const ruct ing a realit y, penelitih choose
framing analysis as a method of r esearch using t he model of Pan and Kosicki framing. To
analyze t he differences in new s coverage and cont ent of each new spaper, researchers
used a device ow ned by Pan and Kosicki w hich examined t he four st ructur es of syntax,
script , t hemat ic, and rhet orical.
The result s of t he analysis t he researchers not e t hat t he fram e coverage Java Pos
daily new spaper has t he view t hat suicide bombing in Solo associat ed w it h cases of
suicide bombings earlier, namely in Cirebon Police mosque. M eanw hile, according t o
daily new spaper Sur ya, t he case of suicide bombing is linked t o t he unrest in Ambon. In
spit e of it all, t he media should be able t o posit ion it self as a neut ral part y, and can
present a valid message t o t he communit y.

Key w ords: Analysis of framing, suicide bombings

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

xii

ABSTRAKSI
NURMA AYU BUDI UTAMI, PEMBINGKAIAN BERITA BOM
BUNUH DIRI DI SOLO PADA SURAT KABAR J AWA POS DAN SURYA
( Studi analisis framing ber ita bom bunuh dir i di Solo pada surat kabar J awa
Pos dan Sur ya edisi 26-29 Septmber 2011)

Adanya pemberitaan bom bunuh diri di Gereja Bethel Injil di Jebres, Solo,
Jawa Tengah. Dalam tragedi ini tersangka pengeboman yang bernama Ahmad
Yosepa Hayat tewas ditempat kejadian dan berhasil melukai puluhan jema’at
gereja Bethel Injil. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui bagaimana surat
kabar Jawa Pos dan Surya membingkai berita tersebut. Karena pada dasarnya
media merupakan pengkonstruksi realitas berita yang mereka sajikan, hal itu
dapat terjadi karena ada muatan kepentingan politik, ekonomi maupun
kepentingan pemilik terhadap pemberitaan media tersebut.
Untuk melihat perbedaan media dalam mengkonstruksi suatu realitas,
penelitih memilih analisis framing sebagai metode penelitian dengan
menggunakan perangkat framing model Pan dan Kosicki. Untuk menganalisis
perbedaan pemberitaan dan isi berita masing-masing surat kabar, peneliti
menggunakan perangkat milik Pan dan Kosicki yang meneliti pada empat struktur
yaitu sintaksis, skrip, tematik, dan retoris.
Hasil analisis peneliti diketahui bahwa frame pemberitaan surat kabar
harian Jawa Pos menjabarkan bahwa jaringan yang terkait aksi bom bunuh diri di
Solo diduga jaringan teroris yang sebelumnya telah melakukan aksinya di masjid
mapolresta Cirebon yang telah terjadi beberapa pekan lalu.. Sedangkan menurut
surat kabar harian Surya, kasus bom bunuh diri ini terkait dengan kerusuhan di
Ambon.
Kata kunci : Analisis framing, bom bunuh diri

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

xiii

BAB II
KAJ IAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teor i
2.1.1. Surat Kabar sebagai Tanggung J awab Sosial
Surat kabar merupakan kumpulan dari berita, cerita, artikel, iklan, dan
sebagainya yang dicetak kedalam lembaran kertas ukuran plano yang diterbitkan
secara teratur (Djuroto, 2002:11). Pada ilmu komunikasi khususnya studi
komunikasi massa, surat kabar merupakan salah satu kajiannya. Dalam buku
“Enslikopedia Pers Indonesia” disebutkan bahwa pengertian surat kabar sebagai
sebutan bagi penerbit pers yang masuk dalam media massa cetak yaitu berupa
lembaran-lembaran berisi berita-berita, karangan-karangan, dan iklan yang
diterbitkan secara berkala dan diedarkan secara umum (Junaedhi, 1991:257).
Pada perkembangannya, surat kabar menjelma sebagai salah satu bentuk
dari pers yang memiliki kekuatan dan kewenangan untuk menjadi sebuah kontrol
sosial dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Hal ini disebabkan adanya
falsafah pers yang selalu identik dengan kehidupan sosial, politik, dan budaya.
Pengertian tanggung jawab sosial sendiri adalah peran atau tugas yang
dibawa oleh pers surat kabar dalam memberikan suatu berita pada khalayak
umum. Menurut Encip, secara ekplisit tanggung jawab sosial itu menyangkut

10

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

11

kualitas penerbitan, tidak hanya tentang obyektifitas berimbang, ketepatan,
kejelasan, kejujuran, dan kelengkapan, tetapi juga mengenai nilai-nilai berita yang
dikandung oleh suatu peristiwa yang menjadi berita. Untuk objektifitas berita
banyak ditentukan oleh cover both side dan oleh ketidak berpihakan (Encip dalam
jurnal ISKI, edisi 5 Oktober 2 000:48).
2.1.2. Surat Kabar sebagai Kontr ol Sosial
Idealisme yang melekat pada pers dijabarkan dalam pelaksanaan
fungsinya, sela menyiarkan informasi yang objektif dan edukatif, menghibur,
melakukan kontrol sosial yang konstruktif dengan menyalurkan segala aspirasi
masyarakat, serta mempengaruhi masyarakat dengan melakukan komunikasi dan
peran positif dari masyarakat itu sendiri (Efendi,2003:149).
Sementara dalam Jurnalistik Indonesia ( Sumadiria, 2005:32-35)
menunjukkan 5 (lima) fungsi dari pers, yaitu :
1. Fungsi informasi, sebagai sarana untuk menyampaikan informasi secepatcepatnya kepada masyarakat yang seluas-luasnya, yang aktual, akurat,
tajam, dan terpercaya.
2. Fungsi edukasi, informasi yang disebarluaskan pers hendaknya dalam
rangka mendidik. Dalam istilah sekarang pers harus mau dan mampu
memerankan dirinya sebagai guru pers.
3. Fungsi hiburan, pers harus mampu memerankan dirinya sebagai wahana
hiburan yang menyenangkan bagi semua lapisan masyarakat.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

12

4. Fungsi kontrol sosial atau koreksi, pers mengembang fungsi sebagai
pengawas pemerintah dan masyarakat. Pers akan senantiasa menyalahkan
ketika melihat penyimpangan dan ketidak adilan dalam suatu masyarakat
atau negara.
5. Fungsi mediasi, dimaksudkan disini adalah pers mampu menjadi fasilitator
atau mediator yang menghubungkan tempat yang satu dengan yang lain,
peristiwa yang satu dengan peristiwa yang lain.
Kontrol sosial menurut J. S. Roucek dalam pengadilan sosial (1987:2)
adalah sekelompok proses yang direncanakan atau tidak yang mana individu
diajarkan atau dipaksa tidak menerima cara-cara dan nilai kehidupan kelompok.
Dari definisi ini menonjolkan sifat kolektif dan usaha kelompok untuk
mempengaruhi individu agar tidak menyimpang dari apa yang oleh kelompok
dimulai dengan baik. Dalam hubungan ini individu bahkan kalau diperlukan dapat
dipaksa untuk bertindak bertentangan dengan keinginannya untuk mengikuti nilainilai yang benar menurut kepentingan bersama.
Sedangkan pengertian lain dari kontrol sosial adalah tekanan mental
terhadap individu dalam bersikap dan bertindak sesuai penilaian kelompok.
Dalam hal ini sebenarnya kontrol sosial bertujuan untuk :
1. Menyadarkan individu tentang apa yang sedang dilakukannya.
2. Mengadakan himbauan kepada individu untuk mengubah sikap diri.
3. Perubahan sikap yang kemudian diusahakan untuk menjadi norma
baru.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

13

2.1.3. Media dan Kontr uksi Realitas
Dalam pandangan kontruksionis, media dilihat bukan hanya sekedar
saluran yang bebas, tapi juga subyek yang ,memgkonstruksi realitas lengkap
dengan pandangan, bias, dan pemihaknya. Media bukan hanya memilih peristiwa
dan menentukan sumber berita, melainkan juga berperan dalam mendefinisikan
aktor dengan bingkai tertentu yang pada akhirnya menentukan bagaimana
khalayak harus melihat dan memahami peristiwa dalam kaca mata tertentu
(Eriyanto, 2005:24).
Isi media merupakan hasil para pekerja dalam mengkontruksi berbagai
realitas yang dipilihnya untuk dijadikan sebagai berita, diantaranya realitas
politik. Hal ini disebabkan sifat dan faktanya bahwa pekerjaan media massa
adalah menceritakan peristiwa-peristiwa, maka dapat dikatakan bahwa seluruh isi
media adalah realitas yang dikonstruksi (constructed reality). Pembuatan berita di
media pada dasarnya tak lebih dari penyusunan realitas-realitas hingga
membentuk sebuah cerita (Tuchman dalam Sobur, 2001:88). Isi media pada
hakikatnya adalah hasil konstruksi realitas dengan menggunakan bahasa sebagai
perangkat

dasarnya.

Sedangkan

bahasa

bukan

hanya

sebagai

alat

mempresentasikan realitas, namun juga bisa menentukan relief seperti apa yang
diciptakan oleh bahasa tentang realitas. Akibatnya media massa memiliki peluang
yang sangat besar untuk mempengaruhi gambar yang dihasilkan dari realitas yang
dikonstruksikannya (sobur, 2001;84).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

14

2.1.4. Ideologi Media
Konsep ideologi dalam sebuah institusi media massa ikut berpengaruh
dalam menentukan arah dan isi pemberitaan yang akan disampaikan kepada
pembaca. Hal ini disebabkan karena teks, percakapan dan lainnya adalah bentuk
dari praktek ideologi atau pencerminan ideologi tertentu (Eriyanto, 2005:75)
Dalam pembuatan berita selalu melibatkan pandangan dan ideologi
wartawan atau bahkan media yang bersangkutan. Ideologi ini menentukan aspek
fakta dipilih dan membuang apa yang ingin dibuang. Artinya jika seorang
wartawan menulis berita dari satu sisi, menampilkan sumber dari satu pihak dan
memasukkan opininya pada berita, semua itu dilakukan dalam rangka pembenaran
tertentu. Dapat dikatakan media bukanlah merupakan sarana yang netral dalam
menampilkan kekuatan dan kelompok dalam masyarakat secara apa adanya, tetapi
kelompok dan ideologi yang dominan dalam media itulah yang akan ditampilkan
dalam berita-beritanya.
Pada kenyataannya, berita di media massa tidak pernah netral dan objektif.
Diliha dari bahasa jurnalistik, dalam media selalu dapat ditemukan adanya
pemilihan fakta tertentu dan membuang aspek fakta lain yang mencerminkan
pemilihan media pada salah satu kelompok atau ideologi tertentu. Bahasa ternyata
tidak pernah lepas dari subyektifitas wartawan dalam mengkonstruksi realitas.
Dengan mengetahui bahasa yang digunakan oleh berita, pada saat itu juga kita
menemukan ideologi yang dianut oleh wartawan dan media yang bersangkutan.
Konsep ideologi bisa membantu menjelaskan mengapa wartawan memilih fakta

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

15

tertentu untuk ditonjolkan dari pada fakta yang lain, walaupun hal itu merugikan
pihak lain, menempatkan sumber berita yang satu lebih menonjol dari pada
sumber yang lain, ataupun secara nyata atau tidak melakukan pemihakan kepada
pihak tertentu artinya ideologi wartawan dan media yang bersangkutanlah yang
secara strategis menghasilkan berita-berita seperti itu. Disini dapat dikatakan
bahwa media merupakan inti instrumen ideologi yang tidak dipandang sebagai
zona netral dimana berbagai kelompok dan kepentingan ditampung, tetapi media
lebih sebagai subyek yang mengkonstruksi realitas atas penafsiran wartawan atau
media sendiri untuk disebarkan kepada khalayak (Eriyanto, 2005:95).
2.1.5. Pr oduksi Ber ita
Tahap paling awal dari produksi berita adalah bagaimana wartawan
mempersepsi peristiwa atau fakta yang akan diliput. Tahap ini melibatkan
konsepsi wartawan yang menentukan batasan-batasan mana yang dianggap berita
dan mana yang tidak. Peristiwa dalam lapangan jurnalistik bukanlah realitas yang
nyata. Ia adalah fenomena interpretasi yang melibatkan aktivitas yang kompleks.
Peristiwa adalah bagian dimana seseorang mendefinisikan sesuatu dan
menyatakan bahwa ini adalah kenyataan (Eriyanto, 2002:102). Individu dan
sesama jurnalis mempunyai pandangan yang sama, sehingga ia bisa menentukan
mana peristiwa dan mana yang bukan peristiwa. Oleh karena itu, berita melalui
proses produksi merupakan peristiwa yang telah ditentukan sebagai berita, bukan
peristiwa itu sendiri.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

16

Rutinitas organisasi ada banyak faktor kenapa peristiwa tertentu
diberitakan sementara dan lainnya tidak. Lebih banyak proses seleksi dan sortir itu
terjadi dalam rutinitas kerja redaksi. Setiap hari institusi media secara teratur
memproduksi berita dan proses seleksi itu adalah bagian dari ritme dan
keteraturan kerja yang dijalankan setiap harinya sebagai bagian untuk
mengefektifkan organisasi media mengkategorisasikan peristiwa dalam kategori
atau bidang tertentu. Wartawan dibagi dalam berbagai departemen, dari ekonomi
sampai olahraga supaya mereka menghasilkan laporan yang berhubungan dengan
bidangnya tersebut. Wartawan juga diklasifikasikan sebagai koresponden daerah
dan nasional. Praktek organisasi semacam ini yang semula dimaksudkan sebagai
pembagian kerja, efektivitas dan pelimpahan wewenang akhirnya berubah
menjadi bentuk seleksi tersendiri.
Nilai ber ita. Seperti kerja profesional lainnya, wartawan dan orang yang
bekerja di organisasi media juga memiliki batasan profesional untuk menilai
kualitas pekerjaan mereka. Peristiwa yang disajikan oleh wartawan harus
memenuhi nilai berita untuk dianggap sebagai berita. Nilai-nilai berita bukan
hanya menentukan peristiwa apa saja yang diberitakan, melainkan juga bagaimana
berita itu dikemas. Hanya peristiwa yang memeiliki aturan-aturan tertentu saja
yang layak dan bisa disebut sebagai berita. Ini adalah prosedur pertama dari
bagaimana peristiwa dikonstruksi (Eriyanto,2002:104).
Sebuah peristiwa yang mempunyai unsur nilai berita paling banyak dan
paling tinggi lebih memungkan untuk ditempatkan sebagai headline. Sedangkan
berita yang tidak memiliki unsur nilai berita akan dibuang. Jadi nilai berita itu

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

17

bukan hanya menjadi ukuran dan standar kerja, melainkan juga telah menjadi
ideologi dari kerja wartawan.
Berhubungan dengan orientasi media dengan khalayak, shoemaker dan
Reese mengungkapkan bahwa nilai berita adalah elemen yang ditujukan kepada
khalayak (Eriyanto, 2006:105). Memproduksi

berita tidak berbeda dengan

memproduksi barang, keduanya ditujukan pada khalayak. Nilai berita adalah
produk dari konstruksi wartawan. Secara umum, nilai berita sebagai berikut :
1. Prominace, nilai berita diukur dari kebesaran peristiwanya atau arti
pentingnya. Peristiwa yang diberitakan adalah peristiwa yang dipandang
penting. Misalnya kecelakaan pesawat adalah berita, sementara kecelakaan
sepeda motor bukanlah berita.
2. Human Inter est, peristiwa yang diberitakan lebih banyak mengandung
unsur haru, sedih dan mengurus emosi khalayak. Misalnya abang becak
yang mengayuh becaknya dari Surabaya ke Jakarta merupakan berita,
sementara abang becak yang mengayuh becak keliling Surabaya bukan
berita.
3. Conflict/Controver cy,

peristiwa

yang mengandung konflik lebih

potensial disebut berita dari pada peristiwa yang biasa-biasa saja. Misalnya
kerusuhan antara etnis Madura dan etnis Dayak disebut berita, sementara
pertengkaran antar ibu-ibu bukan berita.
4. Unusual, berita harus mengandung peristiwa yang tidak biasa dan jarang
terjadi. Seorang ibu melahirkan 5 bayi kembaradalah berita, sementara ibu
yang melahirkan 1 bayi itu sudah umum dan wajar, jadi hanya beita biasa.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

18

5. Proximity, peristiwa yang lebih dekat lebih layak diberitakan daripada
peristiwa yang jauh, baik dari segi fisik maupun emosional dengan
khalayak.
Nilai berita tersebut merupakan produk dari konstruksi sosial, ia
menentukan apa yang layak dan apa yang tidak layak disebut berita. Nilai berita
membatasi peristiwa mana yang layak disebut berita dan mana yang tidak.

Kategor i Ber ita. Selain nilai berita, hal prinsip lain dalam proses produksi
berita adalah apa yang disebut sebagai kategori berita. Secara umum, menurut
Tuchman, wartawan memakai lima kategori berita : hard news, soft news, spot
news, developing news, dan continuing news (Eriyanto,2002:109) :
1. Hard news : kategori ini merupakan berita mengenai peristiwa yang
terjadi saat itu sehingga sangat dibatasi oleh waktu dan aktualisasi.
Ukuran keberhasilannya adalah seberapa cepat berita ini disampaikan.
Peristiwa yang masuk dalam kategori ini bisa peristiwa yang
direncanakan (Sidang Paripurna, Penyidikan oleh KPK), bisa juga
peristiwa yang tidak direncanakn (bencana alam, kerusuhan).
2. Soft news (featur e) : kategori ini berhubungan dengan kisah manusiawi
(human interst). Soft news tidak dibatasi waktu dan aktualitas ia bisa
diceritakan kapan saja, karena ukurannya bukan kecepatan penyampaian
berita melainkan apakah informasi yang disajikan menyentuh emosi
khalayak. Peristiwa yang diberitakan adalah peristiwa yang menarik

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

19

seperti hariamu langka yang melahirkan atau orang buta yang
menyelesaikan studi Strata tiga.
3. Spot news : spot news merupakan bagian dari hard news. Dalam spot
news peristiwa yang akan diliput tidk bisa direncanakan, misalnya
bencana alam dan tindak kriminal.
4. Developing news : Developing news juga merupakan bagian dari hard
news. Ia juga memberitakan peristiwa yang tidak direncanakan. Namun,
developing news merupakan berita lanjutan dari berita sebelumnya yang
telah

ditambahi

elemen-elemen

lain.

Misalnya

berita

pertama

menceritakan kecelakaan bis yang menewaskan 23 penumpangnya di
Tuban, kemudian dilanjutkan oleh berita selanjutnya yang mencantumkan
daftar nama-nama korban, dan seterusnya.
5. Continuing news : Continuiting news juga bagian dari hard news. Ia
memberitakan peristiwa mana yang direncanakan. Satu peristiwa bisa
terjadi kompleks dan tidak terduga tapi mengarah padasatu tema tertentu.
Misalnya peristiwa Sidang Istimewa.
Kategori berita tersebut diatas dipakai untuk mebedakan jenis isi berita
dan subyek peristiwa yang menjadi berita. Wartawan memakai kategori berita
untuk menggambarkan peristiwa

yang akan digunakan sebagai berita.

Berdasarkan kategori tersebut, wartawan kemudian menentukan apa yang harus
dilakukan, persiapan yang dibutuhkan untuk menghasilkan dan menangkap
peristiwa tersebut.setiap kategori tersebut menentukan kontrol kerja.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

20

Ideologi Profesional/Obyektifitas. Standard professional berhubungan
dengan jaminan yang ditekankan kepada khalayak bahwa apa yang disajikan
adalah suatu kebenaran. Obyektifitas dalam proses produksi berita secara umum
digambarkan sebagai tidak mencampur adukkan antara fakta dan opini. Berita
adalah fakta dan karenanya dalam proses pencarian berita dan penulisan berita
sama sekalitidak terdapat opini. Upaya memisahkan fakta dan opini ini biasanya
dijabarkan dengan beberapa prosedur. Pertama, dengan melakukan repotase baik
lewat pengamatan maupun dengan wawancara. Seringkali pengamatan itu
ditekankan dengan kata-kata, seperti langsung dari lapangan. Sedangkan
wawancara dengan sumber diberi tanda kutip untuk menekankan bahwa apa yang
tersaji adalah tergambar di lapangan, bukan rekaan dari wartawan. Kedua,
pendapat antara satu sumber dikontraskan dengan sumber lain ini seringkali
dikatakan sebagai liputan dua sisi ( cover both side). Wartawan mewawancarai
sumber yang saling bersebrangan untuk menekankan bahwa berita ini tidak
memiliki satu sisi.
Perangakat seperti obyektifitas ini adalah ideologi yang dipercaya
wartawan, bahwa apa yang mereka lakukan itu adalah upaya untuk mencapai
kebenaran. Setelah seluruh prosedur dilakukan bisa jadi tetap tidak ada kebenaran
yang pasti. Hal ini seperti kerja dokter yang telah melakukan seluruh prosedur
namun tidak ada jaminan diagnose yang dokter katakana benar adanya. Tuchman
menyebut prosedur ini sebagai ‘ritual’ karena ia dikonstruksi untuk dipercaya dan
harus dilakukan oleh wartawan ketika ia menulis berita. Serangkaian prosedur

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

21

harus dilakukan wartawan agar apa yang ditulis dapat disebut sebagai subyektif
(Eriyanto, 2002:111).
Berbagai prosedur itu terinternalisasi dalam pikiran dan diperaktekkan
dalam produksi berita oleh wartawan. Tuchman menyebut ada empat strategi
dasar. Pertama, menampilkan semua kemungkinan konflik yang muncul. Kedua ,
menampilkan fakta-fakta pendukung. Ketiga, pemakaian kutipan pendapat.
Keempat, menyusun informasi dalam tata urutan tertentu. Format yang paling
umum adalah piramida terbalik, diaman informasi yang penting disjaikan lebih
dulu.
Prosedur tersebut semacam jaminan dan pertanggung jawaban kepada
khalayak. Sebuah peristiwa bisa disajikan dan dibingkai dengan jalan yang
berbeda oleh wartawan yang berbeda. Oleh karena itu, dalam melakukan analisis
framing, peneliti harus menjauh dari terminalogi seperti bias atau distorsi. Dengan
praktek objektivitasseperti yang disebut sebelumnya, media hendak menyatakan
bahwa peristiwanya memang benar-benar terjadi.
2.1.6. Berita Sebagai Hasil Konstr uksi Realitas
Pada dasrnya berita merupakan laporan dari peristiwa. Peristiwa dsini
adalah realitas atau fakta yang diliput oleh wartawan dan pada gilirannya akan
diliput oleh wartawan dan pada gilirannya akan dilaporkan secara terbuka melalui
media massa (Birowo, 2004:168).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

22

Peristiwa-peristiwa yang dijadikan berita oleh media massa tentunya
melalui proses penyeleksian terlebih dahulu, hanya peristiwa yang memenuhi
criteria kelayakan informasi yang menjadi berita. Peristiwa yang layak menjadi
beritaakan diangkat oleh media massa kemudian ditampilkan khalayak (Eriyanto,
2005:26).
Setelah proses penyeleksian tersebut, maka peristiwa itu akan dibingkai
sedemikian rupa oleh wartawan. Pembingkaian yang dilakukan wartawan
tentunya melalui proses konstruksi atau realitas ini dapat berupa penonjolan dan
penekanan pada aspek tertentu atau dapat juga berita tersebut ada bagian yang
dihilangkan, luput, atau bahkan disembunyikan dalam pemberitaan (Eriyanto,
2005:3).
Berita merupakan hasil konstruksi social dimana selalu melibatkan
pandangan, ideology dan nilai-nilai dari wartawan ataupun dari institusi media,
tempat dimana wartawan tersebut bekerja. Bagaimana realitas tersebut dan
dimaknai (Bhirowo, 2004:176).
Peristiwa atau realitas yang sama dapat dibingkai secara berbeda oleh
maasing-masing media, hal ini terkait dengan visi, misi dan ideology yang dipakai
oleh masing-masing media (Sobur, 2001:vi). Sehingga kadangkala dari hasil
pembingkaian tersebut dapat diketahui bahwa media lebih berpihak kepada siapa
(jika yang diberitakan adalah seorang tokoh, golongan atau kelompok tertentu).
Keberpihakan pemberitaan media terhadap salah satu kelompok atau golongan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

23

dalam masyarakat tergantung pada banyak gal seperti pada etika, moral, dan nilainilai.
Aspek;aspek etika, moral dan nilai-nilai tertentu tidak mungkin dihilngkan
dalam pemberitaan media. Hal ini merupakan bagian dari integral dan tidak
terpisahkan dalam membentuk dan mengkonstruksi suatu realitas. Media menjadi
tempat pertarungan ideologi antara kelompok-kelompok yang ada di masyarakat.

2.1.7 Teor i Hierarchy of Influence
Pamele J. Soemaker dan Steven D. Rese menyajikan suatu konsep yang
sangat menarik. Mereka memberikan ringkasan bagaimana sebuah media
membentuk berita mereka. Kedua ahli ini membaginya dalam lima faktor, yang
pertama adalah faktor individual, yang kedua faktor rutinitas, ketiga faktor
organisasi, keempat adalah ekstra media dan yang terakhir adalah faktor ideologi
(Sudibyo,2001:7). Kelima faktor ini tidak hanya melihat media dalam cakupan
internal media saja, namun juga pada tatanan eksternal media.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

24

Gambar 1
Model Hierarchy of Influence
Tingkat Ideologis
Tingkat Ekstramedia
Tingkat Organisasi
Tingkat Rutinitas Media
Tingkat Individu

(Sumber : Shoemaker and Reese, 1993:64)
Model tersebut menggambarkan beberapa pengaruh faktor internal media, yaitu :
1. Tingkat Individu ( Individual Level )
Tingkat individu mengarah pada faktor-faktor yang mempengaruhi isi
media yang berasal dari individu pekerja media. Shoemaker dan Resse
menjelaskan

adanya

hubungan

antara

beberapa

faktor

personal

yang

mempengaruhi isi media. Shoemaker dan Resse mengungkapkan bahwa
karakteristik komunikator (jenis kelamin dan etnis) serta latar belakang personal
dan pengalaman komunikator (agama dan status sosial ekonomi orang tua) tidak
hanya membentuk sikap, nilai dan kepercayaan personal komunikator. Namun

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

25

juga menunjukkan latar belakang profesional dan pengalaman (seperti latar
belakang pendidikan). Pada tingkatan selanjutnya pengalaman profesional seperti
pengalaman kerja dibidang komunikasi (jurnalistik) akan membentuk aturan dan
etika profesional komunikator. Etika dan aturan profesional ini akan berdampak
langsung pada isi media massa (Shoemaker dan Resse,2004:65).
Sikap, nilai, agama, individu tidak secara langsung mempengaruhi isi
media. Dalam bukunya politik media dan pertarungan wacana (Sudibyo)
mengatakan bahwa latar belakang individu mempengaruhi apa yang akan
ditampilkan media. Hal ini disebabkan karena aspek personal dari wartawan yang
akan mempengaruhi pemberitaan (Sudibyo,2001:8).
Namun seperti apa yang diungkapkan Shoemaker dan Resse, “....the efect
of personal attitudes, value believe on mask media content is indirect, operating
only to the eksten that individual power within their media organisation....”. jadi
sebenarnya sikap nilai dan kepercayaan individu tidak berefek langsung pada isi
media. Lebih lanjut Shoemaker dan Resse menjelaskan bahwa hal tersebut akan
berpengaruh langsung pada media. Jika individu yang memegang sikap, nilai, dan
agama tersebut adalah orang-orang yang memiliki kekuasaan dalam media
tersebut. Bisa jadi wartawan yang dimaksudkan oleh sudibyo adalah pemegang
jabatan penting dalam media. Maupun profesinya berada diluar profesi wartawan
seperti pemilik media, dan penanaman modal serta pemimpin bagian iklan.
Kekuasaan mereka inilah bahkn bisa menegesampingkan nilai professional
maupun rutinitas organisasi yang dijalankan media.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

26

Gambar 2
Factor Inter insik dari komunikator yang mempengar uhi isi media

karakterist ik, latar belakang personal dan pengalaman kom unikat or

lat ar belakang profesi dan pengalaman
komunikat or

Sikap, nilai, dan kepercayaan
komunikat or

at uran dan et ika profesional komunikat or

kekuatan/ kekuasaan kom unikat or
dalam organisasi

efek dari karakterist ik, lat ar belakang,
pengalaman, sikap, nilai, agama, at uran, et ika,
dan kekuasaan kom unikat or dalam isi media

2. Tingkat Rutinitas Media (Media Routine Level)
Pengaruh rutinitas media apa yang dihasilkan oleh media massadi
pengaruhi oleh kegiatan-kegiatan seleksi yang dilakukan oleh komunikator,
termasuk deadline dan rintangan waktu yang lain, keterbatasan tempat (space),
struktur piramida terbalik dalam penulisan berita dan kepercayaan reporter pada
sumber-sumber resmi dalam berita yang dihasilkan.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

27

Pada tingkatan ini dijelaskan tentang mekanisme dan proses penentuan
berita. Media umumnya mempunyai ukuran tersendiri tentang apa yang disebut
berita dan juga cirri-ciri berita yang baik (kritria kelayakan berita). Ukuran-ukuran
ini menjadi prosedur bagi pengelola media dalam menjalankan produksi berita
setiap

harinya

(Sudibyo, 2001:8).

Rutinitas

media

ini pada

akhirnya

mempengaruhi konstruksi berita, tidak terkecuali berita politik. Rutinitas media
ini meliputi apa yang kita sebut sebagai nilai berita dan objektifitas yang
keduanya berhubungan sangat erat dengan pemberitann.
3. Tingakat Or ganisasi (Organizasation Level)
Pengaruh organisasional, yaitu bahwa media mencari keuntungan materi.
Tujuan dari media akan berpengaruh pada isi yang dihasilkan. Dalam organisasi
media terdapat bagian-bagian seperti bagian redaksi, bagian sirkulasi, bagian
pemasaran dan bagian umum. Semua bagian-bagian ini memiliki kepentingan,
tujuan dan target masing-masing dan mempengaruhi bagaimana sebuah berita
ditata serta perkembangan berita itu sendiri (Sudibyo,2001:19). Besar kecilnya
organisasi media akan berpengaruh pada kerja jurnalistik.
Menurut Shoemaker da Reese, jurnalis yang bekerja di organisasi berita
terkemuka akan lebih liberal disbanding media biasa. Kebanyakan organisasi
media berorientasi pada ekonomi dan mendapatkan keuntungan. Dengan
memperhitungkan keuntungan dan dampak bagi pertumbuhan ekonominya, media
akan membuat berita yang menguntungkan pihak-pihak yang menyokong
perekonomiannya seperti penegiklan (Shoemaker dan Resse,1996:147-157).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

28

Bagi media yang berorientasi pasar, media akan mengedepankan berita
berdasarkan apa yang diinginkan khalayak dan juga pengiklan, dan media
cenderung menyuguhkan apa yang disukai publik. Dalam menentukan isi media,
tidak hanya pimpinan redaksi dan sifatnya yang menetukan, namun pemimpin
bagian sirkulasi dan pemimpin gabian iklan juga dilibatkan sebab ini menyangkut
kelangsungan hidup media. Karena isi media ditentukan lebih banyak pihak
pastinya berita akan dikonstruksi sesuai dengan kepentingan pihak-pihak yang
bersangkutan.
4. Tingkat Extramedia (Extramedia Level)
Yang dimaksudkan disisni adalah penagruh dari luar organisasi media.
Lingkungan diluar organisasi media sedikit banyak mempengaruhi pemberitaan
media. Faktor-faktor tersebut adalah sumber berita, sumber penghasilan media
dan pihak eksternal lainnya. Sumber berita memiliki pengaruh yang besar pada isi
media, sebab jurnalis tidak dapat memasukkan laporan berita yang tidak mereka
ketahui, jadi keberadaan narasumber sangatlah penting (Shoemaker dan Reese,
1996:178).
Pengaruh narasumber terhadap pembentukan berita sangatlah jelas.
Namun sumber berita mungkin juga mempengaruhi berita dengan cara yang lebih
halus dalam menyediakan semua informasi yang dibutuhkan wartawan. Sehingga
sumber berita dapat dengan leluasa membentuk opini dan citra positif bagi
kelompoknya

dengan

memberikan

informasi-informasi

yang mendukung

kepentingannya dan menjatuhkan lawannya. Hal ini sering dilakukan politikus

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

29

dalam membentuk citra melalui media. Namun, wartawan juga bisa memilih
narasumber lain, bukan hanya mereka yang terlibat langsung dengan peristiwa,
sumber-sumber tidak langsungpun, seperti ahli dan juga reaksi dan opini dari
orang-orang dijalan juga dapat dimasukkan ke dalam berita. Menurut Gans dalam
Shoemaker dan Reese, sumber berita yang memiliki kekuatan ekonomi maupun
politik lebih mungkin untuk mempengaruhi kekuatan. Selain itu pihak eksternal
seperti kelompok kepentingan, media lain (saingan) dan pemerintah juga
mempengaruhi konstruksi berita (Shoemker dan Reese, 1996:189).
5. Tingkat Ideologi (Ideological Level)
Pengaruh ideology merupakan sebuah pengaruh yang paling menyeluruh
dari semua pengaruh. Ideology disini diartikan sebagai mekanisme simbolik yang
menyediakan kekuatan kohesif yang mempersatukan di dalam masyarakat.
Ideology diartikan sebagai kerangka berfikiryang dipakai oleh individu untuk
melihat realitas dan bagaimana mereka menghadapinya (Sudibyo,2001:12).
Dunia jurnalistik menurut Daniel Hallin terbagi menjadi tiga bidng :
bidang menyimpang, bidang kontrversi dan bidang konsesus. Ketiga hal tersebut
dapat dipakai untuk menjelaskan bagaimana perilaku dan realitas yang sama bisa
dijelaskan secara berbeda, karena memakai kerangka yang berbeda. Masyarakat
atau komuniats dengan ideologi yang berbeda akan menjelaskan dan meletakkan
peristiwa yang sama tersebut ke dalam pemahaman yang berbeda, sebab ideology
masing-masing

pihaklah

yang

digunakan

(Eriyanto,2002:127-128).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

untuk

menilai

rutinitas

30

Antonio Gramsci Alex Sobour melihat “media sebagai ruang dimana
bebagai ideology dipresentasikan. Disatu sisi media bisa menjadi sarana
penyebaran ideology penguasa, alat legitimasi dan control atas wacana publik.
Namun di sisi lain, media juga bisa menjadi alat resistensi terhadap kekuasaan.
Media bisa menjadi alat untuk membangun kultur dan ideology dominan bagi
kepentingan kelas dominan, sekaligus juga bisa jadi instrument perjuangan bagi
kaum tertindas untuk membangun kulturnya dan ideology tandingan.”
Motif-motif itulah yang akan membentuk laporan berita akan mengarah,
laporan berita tidak sekedar mengkonstruksikan realitas, Tetapi dipercaya
membungkus satu atau sejumlah kepentingan.

2.1.8 Analisis Fr aming
Pada dasrnya analisis framing merupakan versi terbaru dari
pendekatan analisis wacana, khusunya untuk menganalisis teks media.
Gagasan mengenai framing pertama kali dilontarkan oleh Beterson 1955.
Frame pada awalnya dimaknai sebagai struktur konseptual atau perangkat
kepercayaan yang mengorganisir pandangan politik, kebijakan dan
wacana, yang menyediakan kategori-kategori standar untuk mengapresiasi
realitas. Konsep ini kemudian dikembangkan lebih jauh oleh Goffman
pada1974 yang mengandalkan frame sebagai kepentingan-kepentingan
perilaku (strips of behavior) yang membimbing individu dalam mebaca
realitas (sobour, 2004:161).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

31

Todd Gitlin (dalam Eriyanto, 2002:68) mengatakan bahwa
framing adalah sebuah strategi bagaimana realitas atau dunia dibentuk dan
diserderhanakan sedemikian rupa untuk ditampilkan kepada khalayak
pembaca. Peristiwa-peristiwa ditampilkan dalam pemberitaan agartampak
menonjol dan menarik perhatian khalayak pembaca. Frame adalah prinsip
dari seleksi, penekanan dan presentasi dari realitas. Gitlin (dalam
Wolfsfeld, 1993:33) menyatakan media frames are persistent pattern of
cignition, interpretation, andpresentation of

selection, emphasis,

andexclusion, by which symbol-handlers routinely organize discourse,
whether verbal or visual. Frame media adalah bentuk dari kognisi
(pikiran),

interpretasi(penafsiran),

dan

penayjian

melalui

seleksi,

penekanan dan mengesampingkan serta melakukan penyimbolan dan
secararutin membuat wacana, baik verbal maupun visual.
Dalam analisis framing dijelaskan bahwa ada dua aspek yang
adadi dalamnya. Pertama, memilih fakta atau realitas. Dalam memilih
fakta ini selalu terkandung dua kepentingan : apa yang dipilih (included)
dan apa yang dibuang (exckuded). Bagian mana yang ditekankan dalam
membentuk realitas dengan jalan memilih abagian yang harus diberitakan
dan bagaimana yang tidak diberitakan. Hal ini dapat terlihat dari pemilihan
angle tertentu, fakta-fakta pendukung, serta menegsampingkan fakta yang
lain, menuliskan aspek tertentu dan tidak pada aspek yang lain. Semua ini
mengakibatkan perbedaan dalam konstruksi atas suatu peristiwa antara
satu media dengan media yang lain. Kedua, menuliskan fakta. Proses ini

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

32

berhubungan dengan bagaimana fakta yang dipilih itu disajikan kepada
khalayak. Pembentukan sebuah relaitas dalam media dapat didukung
dengan kata, kalimat, proporsisi apa, dengan bantuan foto dan gambar dan
sebagainya yang dianggap dapat membentuk realitas. Fakta yang sudah
dipilih tesebut ditekankan dengan pemakain perangkat tertentu dengan
menempatkan berita secara mencolok (padaheadline), pengulangan,
pemakaian grafis untuk mendukung dan memperkuat penonjolan, label
tertentu ketika menggambarkan orang/peristiwa yangdiberitakan,asosiasi
terhadap symbol budaya, generalisasi, simplifikasi, dan pemakaian kata
yang mencolok, gambar dan sebagainya (Eriyanto, 2002:69-70).
Framing ini pada akhirnya menetukan bagaimana realitas itu
hadapan pembaca. Melalui framing inilah dapat ditentukan bagaimana
realitas itu harus dilihat, dianalisis dan diklrifikasikan dengan kategori
tertentu. Dalam hubungannya dengan penulisan berita, framing dapat
mengakibatkan suatu peristiwa yang sama dengan menghasilkan berita
secara radikal berbeda apabila wartawan mempunyai frame yang berbeda
ketika me

Dokumen yang terkait

KONSTRUKSI BERITA KONFLIK AHMADIYAH DALAM SURAT KABAR (Analisis Framing Pada Pemberitaan Surat Kabar Jawa Pos Edisi 7-11 Februari 2011)

1 39 52

KONSTRUKSI MEDIA MASSA DALAM PEMBERITAAN BOM SOLO (Analisis Framing Berita Harian Jawa Pos dan Republika Edisi 26-29 September 2011)

0 2 43

PEMBINGKAIAN BERITA KERUSUHAN AMBON DI HARIAN JAWA POS DAN SURYA (Studi Analisis Framing Kerusuhan Ambon di Surat Kabar Jawa Pos dan Surya Edisi Tanggal 12 September 2011 – 15 September 2011).

0 0 127

PEMBINGKAIAN BERITA TENTANG TEROR BOM BUKU (Analisis Framing Tentang Peristiwa Bom Buku di Surat Kabar Jawa Pos dan Harian Pagi Surya Edisi 16-24 Maret 2011).

0 0 84

Pembingkaian Berita Isu Reshuffle Kabinet (Studi Analisis Framing Berita Isu Reshuffle Kabinet di Surat Kabar Jawa Pos dan Kompas).

0 0 102

PEMBINGKAIAN BERITA RUU NIKAH SIRI DI SURAT KABAR KOMPAS DAN JAWA POS (Studi Analisis Framing RUU Nikah Siri di Surat Kabar Kompas dan Jawa Pos).

1 3 115

KATA PENGANTAR - PEMBINGKAIAN BERITA RUU NIKAH SIRI DI SURAT KABAR KOMPAS DAN JAWA POS (Studi Analisis Framing RUU Nikah Siri di Surat Kabar Kompas dan Jawa Pos)

0 0 17

PEMBINGKAIAN BERITA TENTANG TEROR BOM BUKU (Analisis Framing Tentang Peristiwa Bom Buku di Surat Kabar Jawa Pos dan Harian Pagi Surya Edisi 16-24 Maret 2011)

0 0 19

PEMBINGKAIAN BERITA BOM BUNUH DIRI DI SOLO PADA SURAT KABAR JAWA POS DAN SURYA (Studi Analisis Framing berita bom bunuh diri di Solo pada Surat kabar Jawa Pos dan Surya edisi 26-29 September 2011)

0 1 11

PEMBINGKAIAN BERITA KERUSUHAN AMBON DI HARIAN JAWA POS DAN SURYA (Studi Analisis Framing Kerusuhan Ambon di Surat Kabar Jawa Pos dan Surya Edisi Tanggal 12 September 2011 – 15 September 2011)

0 0 22