PERBEDAAN PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN MENGGUNAKAN LEAFLEAT DENGAN AUDIOVISUAL TERHADAP Perbedaan Pengaruh Pendidikan Kesehatan Menggunakan Leafleat Dengan Audiovisual Terhadap Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Bahaya Minuman Keras Di Desa Wates Simo B

(1)

i

TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG BAHAYA MINUMAN KERAS DI DESA WATES SIMO BOYOLALI

NASKAH PUBLIKASI

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Gelar Derajat Sarjana

S-1 Keperawatan

Disusun oleh: DESI PERMATASARI

J210 110 227

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013


(2)

Website : http://www.ums.ac.id Email : ums@ums.ac.id

Surat Persetujuan Artikel Publikasi Ilmiah

Yang bertanda tangan dibawah ini pembimbing skripsi/tugas akhir : Nama : Irdawati, S.Kep, Ns., MSi.Med

NIP/NIK : -

Nama : Kartinah, A.Kep.,S.Kep

NIP/NIK : -

Telah membaca dan mencermati naskah artikel publikasi ilmiah, yang merupakan ringkasan skripsi/tugas akhir dari mahasiswa :

Nama : DESI PERMATASARI NIM : J210 110 227

Program Studi : S1 KEPERAWATAN TRANSFER

Judul Skripsi : PERBEDAAN PENGARUH PENDIDIKAN

KESEHATAN MENGGUNAKAN LEAFLEAT DENGAN AUDIOVISUAL TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG BAHAYA MINUMAN KERAS DI DESA WATES SIMO BOYOLALI

Naskah artikel tersebut, layak dan dapat disetujui untuk dipublikasikan. Demikian persetujui dibuat, semoga dapat dipergunakan seperlunya.

Surakarta, 24 Juli 2013 Pembimbing I

Irdawati, S.Kep, Ns., MSi.Med

Pembimbing II


(3)

PERBEDAAN PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN MENGGUNAKAN LEAFLEAT DENGAN AUDIOVISUAL TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA

TENTANG BAHAYA MINUMAN KERAS DI DESA WATES SIMO BOYOLALI

Desi Permatasari *

Irdawati, S.Kep, Ns, M.Si.,Med ** Kartinah, A.Kep, S.Kep***

Abstrak

Remaja masa kini lebih banyak menghadapi tuntutan dan harapan, serta bahaya dan godaan yang lebik kompleks. Banyak dari remaja yang menghadapi masalah atau menghindari masalah dengan mencari ketenangan melalui minum minuman keras. Berbagai upaya dapat dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan remaja tentang bahaya minuman keras. Salah satu metode yang dapat diterapkan adalah pemberian pendidikan kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pengaruh pendidikan kesehatan menggunakan leafleat dengan audiovisual terhadap tingkat pengetahuan remaja tentang bahaya minuman keras di desa Wates Simo Boyolali. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif menggunakan rancangan eksperimental dengan desain two group pre-test-post-test. Populasi penelitian adalah seluruh remaja yang berada di desa Wates Simo, sedangkan sampel penelitian sebanyak 74 orang yang dibagi dalam 2 kelompok yaitu pemberian pendidikan kesehatan menggunakan metode leaflet dan audiovisual. Instrumen penelitian berupa kuesioner pengetahuan tentang bahaya minum minuman keras. Teknik pengujian hipotesis adalah uji t-test. Berdasarkan analisis dan pembahasan maka penelitian ini menyimpulkan bahwa: (1) tingkat pengetahuan sebelum pemberian pendidikan kesehatan baik menggunakan metode leaflet maupun audiovisual sebagian besar memiliki pengetahuan kurang, (2) tingkat pengetahuan sesudah pemberian pendidikan kesehatan menggunakan metode leaflet sebagian besar memiliki pengetahuan sedang, sedangkan pada pendidikan kesehatan menggunakan metode audiovisual sebagian besar memiliki pengetahuan baik, dan (3) terdapat pengaruh pendidikan kesehatan menggunakan metode leaflet dan audiovisual terhadap tingkat pengetahuan tentang bahaya minuman keras pada remaja di desa Wates Simo. Pendidikan kesehatan menggunakan metode audiovisual lebih efektif meningkatkan pengetahuan tentang bahaya minuman keras dibandingkan metode leaflet.


(4)

DIFFERENCE EFFECT OF HEALTH EDUCATION WITH USING LEAFLEAT AND AUDIOVISUAL ADOLESCENT ON THE LEVEL OF KNOWLEDGE ABOUT

THE DANGERS OF LIQUOR IN THE VILLAGE WATES SIMO BOYOLALI

Desi Permatasari *

Irdawati, S.Kep, Ns, M.Si.,Med ** Kartinah, A.Kep, S.Kep***

Abstract

Adolescent today face more demands and expectations, as well as the dangers and temptations that more dangerously. Many of the adolescent who have problems or avoid problems with finding tranquility through drinking. Various measures can be done to increase knowledge about the dangers of teen drinking. One method that can be applied was the provision of health education. This study aims to determine the effect of differences in health education using audiovisual and leafleat to the level of knowledge of adolescent about the dangers of liquor in the village of Wates Simo Boyolali. This research was a quantitative study using an experimental design with the design of the two group pre-test-post-test. Population were all adolescent in the village Wates Simo, while the study sample as many as 74 people were divided into 2 groups: the provision of health education leaflets and audiovisual methods. The research instrument in the form of questionnaires knowledge about the dangers of drinking. Hypothesis testing techniques are t-test. Based on the analysis and discussion of the study concluded that: (1) the level of knowledge before granting good health education leaflets and audiovisual methods most have less knowledge, (2) the level of knowledge after giving health education leaflets using mostly had moderate knowledge, while on health education using audiovisual methods mostly have good knowledge, and (3) there was the influence of health education leaflets and audiovisual methods on the level of knowledge about the dangers of alcohol on adolescent in the village Wates Simo. Health education audiovisual method more effective in improving knowledge about the dangers of alcohol compared methods leaflet.

Keyword: knowledge, health education, leaflets, audiovisual


(5)

PENDAHULUAN

Masa remaja (Adolescence) adalah masa terjadi transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa, biasanya antara usia 13 dan 20 tahun. Terdapat banyak variasi dalam perkembangan fisik, kognitif dan psikososial demikian juga dengan kesempatan, tantangan, perubahan, ketrampilan dan tekanan (Potter & Perry, 2005). Remaja masa kini lebih banyak menghadapi tuntutan dan harapan, serta bahaya dan godaan yang lebik kompleks. Banyak dari remaja yang menghadapi masalah atau menghindari masalah dengan mencari ketenangan melalui minum minuman keras (Santrock, 2003).

Salah satu upaya untuk menanggulangi permasalahan tersebut adalah dengan dilakukan pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan menurut Machfoed (2005) adalah proses perubahan yang bertujuan untuk mengubah individu kelompok dan masyarakat menuju hal-hal positif secara terencana melalui proses belajar. Pendidikan kesehatan pada prinsipnya bertujuan agar masyarakat berperilaku sesuai dengan nilai-nilai kesehatan (Notoatmodjo, 2005).

Contoh-contoh metode untuk melakukan pendidikan kesehatan tersebut adalah dengan metode leafleat dan metode audiovisual. Leafleat adalah lembaran kertas berukuran kecil mengandung pesan tercetak untuk disebarkan kepada umum sebagai informasi mengenai suatu hal (Efendy, 2012). Sedangkan media audiovisual adalah media perantara atau penggunaan materi dan penyerapannya melalui pandangan dan pendengaran sehingga membangun kondisi yang dapat membuat siswa mampu memperoleh

pengetahuan, keterampilan, atau sikap.

Di desa Gunung Wates jumlah remaja yang menyalahgunakan alkohol berumur antara 15-20 tahun. Berdasarkan wawancara terhadap kepala desa, di desa ini hampir seluruh remaja mengkonsumsi minuman keras. Kebiasaan ini dilakukan ketika ada acara hajatan dan pada saat malam minggu. Berdasarkan wawancara terhadap 8 remaja di daerah tersebut jumlah penyalahgunaan alkohol di daerah tersebut semakin bertambah. Ini dilihat dari jumlah orang pengguna alkohol sebelumnya hanya berjumlah sekitar 35 orang.

Berdasarkan uraian diatas, untuk lebih meningkatkan pengetahuan remaja dalam menanggulangi penyalahgunaan minum minuman keras maka peneliti mencoba melakukan penelitian tentang perbedaan pengaruh pendidikan kesehatan menggunakan leafleat dengan audiovisual terhadap tingkat pengetahuan remaja tentang bahaya minuman keras di desa Wates Simo Boyolali.

LANDASAN TEORI Remaja

Menurut Pieter (2010) masa remaja adalah masa peralihan dari masa pubertas menuju masa dewasa. Tahap remaja adalah masa transisi antara masa anak dan dewasa, dimana terjadi pacu tumbuh (growth spurt), timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapai fertilitas dan terjadi perubahan-perubahan psikologik serta kognitif (Soetjiningsih, 2007). Remaja adalah sebuah tahapan dalam kehidupan seseorang yang berada di antara tahap kanak-kanak dengan tahap dewasa (Geldrad, 2011). Masa remaja merupakan masa transisi


(6)

dari masa kanak-kanak ke masa dewasa (Willis, 2005).

Tahapan remaja menurut Hockenberry (2008) dibagi menjadi 3, yaitu (1) remaja awal berumur antara 11-14 tahun, (2) remaja tengah berumur antara 14-17 tahun, remaja akhir berumur antara 17-20 tahun.

a. Perkembangan Psikososial Remaja

Tugas perkembangan psikososial adolesens antara lain:

(1) Identitas Seksual

Pencapaian identitas seksual ditingkatkan dengan adanya perubahan fisik pubertas.

(2) Identitas Kelompok

Adolesens mencari identitas kelompok karena mereka membutuhkan harga diri dan penerimaan.

(3) Identitas Keluarga

Beberapa adolenses dan keluarga mengalami kesulitan selama masa ini daripada masa yang lain. Adolesens perlu membuat pilihan, bersikap mandiri dan mengalami konsekuensi dari sikapnya ini.

(4) Identitas Pekerjaan

Pilihan pekerjaan atau arah kejuruan dalam kehidupan membentuk suatu tujuan bagi adolesens. (5) Identitas Kesehatan

Komponen lain dari identitas adalah persepsi kesehatan.

(6) Identitas Moral

Perkembangan

penilaian moral bergantung sekali pada ketrampilan kognitf dan komunikasi serta interksi sebaya.

b. Tugas Perkembangan Remaja

Tugas perkembangan remaja menurut Havighurst (1961, dalam Willis 2005) dibagi menjadi 9 tugas, antara lain: (1) memperoleh sejumlah norma-norma dan nilai-nilai, (2) belajar memiliki peranan sosial sesuai dengan jenis kelamin masing-masing, (3) menerima kenyataan jasmaniah serta dapat menggunakannya secara efektif dan merasa puas terhadap keadaan tersebut, (4) mencapai kebebasan dan kebergantungan terhadap orangtua dan orang dewasa lainnya, (5) mencapai kebebasan ekonomi, (6) mempersiapkan diri untuk menentukan suatu pekerjaan yang sesuai dengan bakat dan

kesanggupannya, (7) mengembangkan kecakapan

intelektual dan konsep-konsep

tentang kehidupan bermasyarakat, (8) memiliki

konsep-konsep tentang tingkah laku sosial yang perlu unuk kehidupan bermasyarakat. c. Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Remaja dalam Mengkonsumsi Minuman Keras

Menurut Wong (2003) faktor-faktor yang mempengaruhi remaja dalam mengkonsumsi minuman keras antara lain:

(1) Faktor Sosial

Orangtua, saudara kandung, dan teman mempunyai pengaruh yang penting kepada remaja untuk mengkonsumsi alkohol. (2) Faktor Sosiodemografi

Frekuensi

penggunaan alkohol dipengaruhi oleh beberapa

faktor sosiodemografi. (3) Faktor Psikososial

Remaja yang mengkonsumsi minuman


(7)

keras juga dipengaruhi oleh faktor psikososial.

(4) Faktor Biologi Hubungan antara kematangan seksual dini dan rokok pada remaja perempuan adalah penting. Ini mungkin merupakan manifestasi eksternal dari reaksi emosional yang terjadi pada anak perempuan yang merasa secara fisik berbeda karena pematangan biologis awal.

Minuman keras / beralkohol

Minuman keras adalah minuman yang mengandung alkohol dan menyebabkan perilaku negative seperti perampokan, tidak kekerasan, seks bebas dan masalah lain yang mengganggu ketertiban dan keamanan pada pengkonsumsinya (Nurwidodo, 2006). Alkohol sendiri merupakan zat yang paling umum disalahgunakan berhubung fungsinya sebagai suatu unsur sosial

dan rekreasi, alkohol sebagai suatu sedativum yang bersifat short-acting (Tjay dan Rahardja, 2007). Alkohol yaitu cairan yang tidak berwarna yang memiliki bau khusus (Ansharullah, 2011). Sedangkan menurut Widodo (2004) alkohol adalah zat yang bekerja secara selektif, terutama pada otak, dapat menimbulkan perubahan pada perilaku, emosi, kognitif, persepsi, kesadaran seseorang apabila digunakan dapt menimbulkan kecanduan atau ketergantungan . Beberapa faktor penyebab penyalahgunaan alkohol oleh remaja adalah keturunan, pengaruh keluarga, aspek-aspek tertentu dalam hubungannya dengan teman sebaya, etnis dan karakteristik

kepribadian, faktor genetik maupun lingkungan yang sama-sama berperan (Santrock, 2003).

Macam-macam alkohol menurut Snyder (2007) antara lain

(1) Minuman keras golongan 1 Contoh minuman keras golongan 1 adalah bir. Bir biasanya mengandung 3-5% alkohol dan anggur 14%.

(2) Minuman keras golongan 2. Contoh minuman keras golongan 2 adalah sherry, port, muscatel. Ini

mengandung kadar alkohol 20%, dry wine 8-14 %, cocktail wine 20-21 %.

(3) Minuman keras golongan 3. Minuman keras golongan 3 adalah Wisky, rum, gin, vodka dan brendi. Ini berkadar alkohol 40-50% Bahaya minuman keras bagi tubuh antara lain peminum minuman keras pada dosis sedang dapat terjadi ganguan tidur, cepat tertidur tetapi tidak nyenyak, gangguan neuropati perifer karena penurunan fungsi saraf pusat dilengan dan kaki, dan keaadan ini diperberat dengan kekurangan vitamin B1 dengan gejala kesemutan. Terjadi degenarasi serebelum yaitu otak kecil mengalami degenerasi sehingga menimbulkan gangguan gaya berjalan dan gangguan keseimbangan (Soetjiningsih, 2007)

Penggunaan alkohol dapat terjadi gangguan perilaku serius yang mempengaruhi hubungan otak sampai 50-79%, kehilangan ingatan, depresi akut atau kronik, tingkat bunuh diri yang tinggi, fluktuasi emosi, dan kehilangan kesadaran selama mabuk. Alkoholisme kronis dapat terjadi infeksi pankreas dengan kegagalan sistem endokrin pankreas (kadang-kadang diabetes) dan kelenjar eksokin (kurang gizi). Hal ini menimbulkan kekurangan


(8)

protein yang dapat menyebabkan pengurangan produksi hormon testosteron yaitu membuat impotensi pada laki-laki (Hasan, 2008).

Dampak panyalahgunaan alkohol menurut Suddarth (2002) :

(1) Etanol (alkohol) adalah toksin multisistem langsung dan depresan sistem saraf pusat yang menyebabkan mengantuk, tidak terkoordinasi, bicara tidak jelas, perubahan alam perasaan tiba-tiba, agresi, menyerang, waham, koma, dan kematian jika mengkonsumsi berlebihan. (2) Delirium akibat gejala putus

alkohol

Delirium akibat gejala putus alkohol (delirium tremens) adalah keadan toksik akut yang terjadi sebagai akibat kondisi penderita yang berhenti mengkonsumsi zat secara tiba-tiba, peminum berat atau yang biasa disebut penggunaan alkohol yang memanjang. Beratnya gejala bergantung pada berapa banyak alkohol yang dikonsumsi dan berapa lama. Ini mungkin dipicu oleh cedera akut atau infeksi.

Pengaruh terhadap pengguna alkohol menurut Joewana (2005) antara lain:

(1) Pengaruh terhadap hepar (hati)

Penyakit hati merupakan komplikasi medis yang paling umum dari penyalahgunaan alkohol, diperkirakan bahwa sekitar 15-30% peminum berat yang kronis pada akhirnya akan menderita penyakit hati yang parah. (2) Pengaruh terhadap

pankreas

Alkohol dapat menyebabkan nekrosis akut, edema akut, pankreatitis akut, maupun pakreatitis kronis.

(3) Pengaruh terhadap saluran cerna

Alkohol merupakan faktor predisposisi terjadinya kanker esofagus. Selain itu alkohol juga merusak selaput lendir lambung sehingga terjadi gastritis dan perdarahan lambung.

(4) Pengaruh terhadap otot Dapat menyebabkan nyeri pada otot karena turunnya kadar kalium dan fosfat dalam darah, serta defisiensi magnesium.

(5) Pengaruh terhadap darah Pada penggunaan alkohol yang kronis dapat terjadi anemia, ini disebabkan karena kurang gizi dan anemia hemolitik yang terjadi akibat kerusakan hepar. Alkohol secara langsung juga menghambat pembenukan serta mempengaruhi fungsi

trombosit sehingga memperpanjang waktu perdarahan.

(6) Pengaruh terhadap jantung

Alkohol merupakan salah satu faktor penyebab penyakit gagal jantung.

(7) Alkohol dan imunitas

Kemungkinan menderita penyakit infeksi pada peminum alkohol bertambah besar karena derajat imunitas tubuh menurun.

(8) Pengaruh terhadap sistem pernafasan

Peradangan pada selaput lender saluran nafas bagian atas disebabkan oleh efek langsung uap alkohol sehingga terjadi bronkitis.

(9) Pengaruh terhadap elektrolit

Gangguan keseimbangan elektrolit sering terjadi pada


(9)

peminum alkohol kronis. Gangguan tersebut bisa disebabkan oleh pengaruh langsung alkohol terhadap elektrolit, akibat gizi yang buruk.

Pendidikan Kesehatan

Menurut Mubarak (2009), pendidikan kesehatan merupakan proses perubahan perilaku yang terencana pada diri individu, kelompok, atau masyarakat untuk dapat lebih mandiri dalam mencapai tujuan hidup sehat. Menurut Machfoedz (2005), pendidikan kesehatan adalah kegiatan yang dilakukan dengan menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan.

Tujuan dari pemberian pendidikan kesehatan adalah meningkatkan kemampuan individu, kelompok, dan masyarakat dalam membina dan memelihara perilaku sehat secara fisik, mental dan sosial untuk mencapai tujuan hidup sehat (Mubarak, 2009).

Menurut Notoatmodjo (2007), media/alat bantu dalam pendidikan adalah alat yang digunakan oleh pendidik dalam menyampaikan bahan pendidikan/pengajaran. Alat bantu ini lebih sering disebut sebagai alat peraga karena berfungsi untuk membantu dan memperagakan sesuatu di dalam proses pendidikan/pengajaran.

Menurut Notoatmodjo (2007), manfaat alat peraga antara lain; menimbulkan minat sasaran pendidikan, mencapai sasaran yang lebih banyak, membantu dalam mengatasi banyak hambatan dalam pemahaman, merangsang sasaran pendidikan untuk meneruskan pesan-pesan yang diterima kepada

orang lain, mempermudah

penyampaian bahan pendidikan/informasi oleh para

pendidik/pelaku pendidikan, mempermudah penerimaan informasi oleh sasaran pendidikan,

mendorong keinginan orang untuk mengetahui, kemudian lebih mendalami, dan akhirnya mendapatkan pengertian yang lebih baik, membantu menegakkan perhatian yang diperoleh.

Macam-macam alat bantu pendidikan kesehatan:

a. Leafleat

Menurut Depkes (2004b) leafleat merupakan selembar kertas yang berisi tulisan cetak tentang suatu masalah khusus untuk suatu sasaran dan tujuan tertentu dan isi harus dapat ditangkap sekali baca. Leafleat merupakan bentuk penyampaian informasi kesehatan dalam bentuk kalimat maupun gambar atau kombinasi melalui lembaran yang dilipat (Machfoedz, 2009). Leafleat merupakan bentuk penyampaian informasi atau pesan-pesan kesehatan melalui lembaran yang dilipat, isi informasi dapat dalam bentuk kalimat maupun gambar, atau kombinasi (Notoatmodjo, 2007). Leafleat merupakan media berbentuk selembar kertas yang diberi gambar dan tulisan pada kedua sisi kertas serta dilipat sehingga berukuran kecil dan praktis dibawa, media ini berisikan suatu gagasan secara langsung ke pokok persoalan dan memaparkan secara pendek dan lugas.

Kelebihan menggunakan leafleat sebagai media pendidikan menurut Depkes (2004b) antara lain; (a) dapat disimpan lama, (b) dapat digunakan sebagai referensi, (c)


(10)

jangkauan dapat jauh, (d) jika diperlukan isi dapat dicetak kembali, (e) dapat digunakan sebagai bahan diskusi pada kesempatan berbeda

b. Audiovisual

Audiovisual adalah sebuah alat bantu seseorang dalam menerima suatu pesan, sehingga dapat memperoleh ilmu dan pengalaman yang bermanfaat untuk meraih tujuan dan ilmu yang ingin dicapai (dalam hal ini adalah latihan otak dan daya ingat). Penyebutan

audiovisual sebenarnya mengacu pada indra yang menjadi sasaran dari media tersebut. Media audiovisual mengandalkan pendengaran dan penglihatan dari khalayak sasaran. Sehingga, seorang anak yang ingin daya ingat dan otaknya tajam dapat dilakukan dengan cara menggunakan media pendengaran (telinga) dan penglihatan (mata). Maka dari itu, media audiovisual merupakan alat yang digunakan untuk meningkatkan kemampuan otak, khususnya ketajaman otak dan daya ingat, melalui media yang dapat didengar dan dilihat (Cahyo,2011).

Kriteria-kriteria dalam pemilihan media audiovisual antara lain; ketersediaan sumber setempat. Artinya bila media yang bersangkutan tidak terdapat pada sumber-sumber yang ada, maka harus dibeli atau dibuat sendiri, efektifitas biaya, tujuan serta suatu teknis media pengajaran, harus luwes, kepraktisan, dan ketahan lamaan media yang bersangkutan untuk waktu yang lama, artinya bisa digunakan dimanapun dengan peralatan yang ada disekitarnya dan kapanpun serta mudah

dijinjing dan dipindahkan (Sadiman, 2002).

Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terhadap objek terjadi melalui pancaindera manusia yakni indera

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba dengan

sendiri.Pada waktu pengideraan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian persepsi terhadap objek.Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Wawan, 2011). Menurut Chaplin (2006), dalam kamus psikologi bahwa pengetahuan merupakan sebuah berita atau informasi yang disampaikan kepada orang lain, agar orang lain dapat mengetahui kebenaran atau kejelasan dari suatu informasi.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan menurut Mubarak (2009) adalah pendidikan, pengalaman, informasi, pekerjaan, usia, minat, dan kultur budaya.

Pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari berbagai macam sumber informasi seperti media massa, media elektronik, buku, petugas kesehatan, poster, kerabat dekat dan sebagainya. Sumber-sumber pengetahuan tersebut dapat mempengaruhi dan digunakan seseorang sebagai dasar utuk berperilaku. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan kuesionar yang berisi pertanyaan dan diserahkan kepada responden untuk dikerjakan atau dengan wawancara yang berisi pertanyaan atau pernyataan yang dilakukan oleh peneliti atau asisten


(11)

peneliti dengan cara bertanya kepada responden (Machfoedz, 2005).

Kerangka Konsep

V.Bebas V. Terikat

Gambar 1 Kerangka Konsep

Pendidikan kesehatan Dengan leaflet

Pengetahuan Pendidikan

kesehatan dengan audiovisual


(12)

Hipotesis

Ho : Ada perbedaan pengaruh pendidikan kesehatan menggunakan leafleat dengan

audiovisual terhadap tingkat pengetahuan remaja tentang bahaya minuman keras di desa Wates Simo Boyolali. Ha : Tidak ada perbedaan

pengaruh pendidikan kesehatan menggunakan leafleat dengan audiovisual terhadap tingkat pengetahuan remaja tentang bahaya minuman keras di desa Wates Simo Boyolali.

METODELOGI PENELITIAN Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif. Rancangan yang digunakan adalah

Experimental dengan desain yang digunakan Two group pre-test-post-test.

Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah remaja yang berada di desa Wates Simo. Sampel sebanyak 74 remaja dengan teknik proporsional random sampling.

Instrumen Penelitian

Penelitian ini menggunakan alat ukur berupa kuesioner.

Analisis Data

Pengujian hipotesis dilakukan dengan teknik t-test.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Analisis Univariat

Tingkat Pengetahuan tentang

bahaya minuman keras

Pre test Tingkat Pengetahuan

Tabel 1. Distribusi Pre test Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan Leaflet Audiovisual

Frek % Frek %

Rendah 24 65 26 70

Sedang 12 32 11 30

Tinggi 1 3 0 0

Jumlah 37 100 37 100

Berdasarkan tabel 1 tentang

Pre test tingkat pengetahuan tentang bahaya minuman keras pada kelompok leaflet menunjukkan bahwa distribusi tertinggi pengetahuan adalah rendah yaitu sebanyak 24 responden (65%), selanjutnya pada kelompok audiovisual distribusi tertinggi juga rendah yaitu sebanyak 26 responden (70%).

Post test Tingkat Pengetahuan

Tabel 2 Distribusi Post test Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan Leaflet Audiovisual

Frek % Frek %

Rendah 8 22 1 3

Sedang 19 51 11 30

Tinggi 10 27 25 68

Jumlah 37 100 37 100

Berdasarkan tabel 2 tentang

Post test tingkat pengetahuan tentang bahaya minuman keras pada kelompok leaflet menunjukkan distribusi tertinggi adalah sedang yaitu sebanyak 51 responden (51%), sedangkan pada kelompok audiovisual distribusi tertinggi adalah tinggi yaitu sebanyak 25 responden (68%).


(13)

Analisis Bivariat

Uji Paired sample t-test

Tabel 3. Hasil Uji Paired sample t-test Pengetahuan

Variabel thitung p-v Kes

Pre test-Post test

pengetahuan Kelompok leaflet

11,606 0,000 H0

ditolak

Pre test-Post test

pengetahuan kelompok audiovisual

12,119 0,000 H0

ditolak

Berdasarkan tabel 3 tersebut, maka dapat dijelaskan bahwa: 1) Hasil uji paired sample t-testPre

test dan Post test pengetahuan Kelompok leaflet diperoleh nilai

thitung 11,606 dengan nilai

signifikansi (p-value) 0,000 yang lebih kecil dari 0,05 (0,000 < 0,05) disimpulkan H0 tolak,

sehingga disimpulkan pemberian pendidikan kesehatan dengan metode leaflet efektif untuk meningkatkan pengetahuan remaja tentang minuman keras. 2) Hasil uji paired sample t-testPre

test dan Post test pengetahuan Kelompok audiovisualdiperoleh nilai thitung 12,119 dengan nilai

signifikansi (p-value) 0,000 yang lebih kecil dari 0,05 (0,000 < 0,05) disimpulkan H0 tolak,

sehingga disimpulkan pemberian pendidikan kesehatan dengan metode audiovisual efektif untuk meningkatkan pengetahuan remaja tentang minuman keras.

Uji Independent sample t-test

Tabel 4. Hasil Uji Independent sample t-test Pengetahuan

Variabel thitung p-v Kes

Pre test

pengetahuan

0,925 0,358 H0

diterima

Post test

pengetahuan

4,788 0,000 H0

ditolak

Berdasarkan tabel 4 tersebut, selanjutnya perbedaan pengetahuan antara Kelompok leaflet dan audiovisual dijelaskan sebagai berikut:

1) Hasil uji independent sample t-test Pre test pengetahuan diperoleh nilai thitung 0,925

dengan nilai signifikansi ( p-value) 0,358 yang lebih besar dari 0,05 (0,358 > 0,05) sehingga disimpulkan H0 diterima,

sehingga disimpulkan tidak

terdapat perbedaan pengetahuan Pre test antara

kelompok leaflet dengan kelompok audiovisual, artinya bahwa pengetahuan awal kedua kelompok adalah sama (matching).

2) Hasil uji independent sample t-test Post test pengetahuan diperoleh nilai thitung 4,788

dengan nilai signifikansi ( p-value) 0,000 yang lebih kecil dari 0,05 (0,000 < 0,05) sehingga disimpulkan H0 ditolak, sehingga

disimpulkan terdapat perbedaan pengetahuan post test antara kelompok leaflet dengan kelompok audiovisual. Berdasarkan nilai rata-rata post

test pengetahuan, nampak bahwa rata-rata post test

kelompok audiovisual memiliki rata-rata lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok leaflet (17,08 > 14,62).

Pembahasan

Tingkat Pengetahuan tentang bahaya minuman keras

Distribusi tingkat pengetahuan awal (pre test) tentang

minuman keras pada kedua kelompok menunjukkan sebagian besar adalah rendah. Pengetahuan remaja tentang bahaya minuman keras meliputi pemahaman remaja


(14)

tentang minuman keras, jenis-jenis minuman keras, efek dan bahaya konsumsi minuman keras terhadap kesehatan. engetahuan seseorang biasanya diperoleh dari berbagai macam sumber informasi seperti media massa, media elektronik, buku, petugas kesehatan, poster, kerabat dekat dan sebagainya. Sumber-sumber pengetahuan tersebut dapat mempengaruhi dan digunakan seseorang sebagai dasar utuk berperilaku. Tingkat pengetahuan tentang bahaya minuman keras pada awal yang rendah tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain faktor informasi dan budaya.

Tingkat pengetahuan tentang bahaya minuman keras sebelum pemberian pendidikan kesehatan adalah rendah yang disebabkan oleh faktor informasi yaitu minimnya informasi yang diterima oleh remaja tentang minuman keras. Remaja mendapatkan informasi tentang minuman keras melalui jalur-jalur nonformal, misalnya media massa dan teman sebaya atau sepermainan. Hal tersebut sebagaimana hasil penelitian Rahayu (2009) yang melakukan penelitian tentang perilaku konformitas pada remaja yang berada di lingkungan peminum alcohol. Penelitian ini menunjukkan bahwa lingkungan merupakan sumber informasi remaja tentang minuman keras. Adanya anggapan-anggapan dalam kelompok peminum alkohol tentang cara-cara mengkonsumsi minuman keras yang tidak membahayakan walaupun sebenarnya itu tetap membahayakan, menyebabkan pengetahuan yang salah pada diri remaja tentang bahaya minuman keras. Kesalahan informasi yang diterima remaja tersebut berdampak pada sikap remaja terhadap perilaku

minum minuman keras yang buruk, dan akhirnya menyebabkan remaja berperilaku mengkonsumsi minum-minuman keras.

Faktor lain adalah budaya, dimana pada masyarakat Boyolali, khususnya pada wilayah-wilayah yang berdekatan dengan kabupaten Sragen, budaya minum-minuman keras merupakan tindakan yang masih ditolelir oleh masyarakat jika dilakukan pada kegiatan-kegiatan tertentu, misalnya pada saat hajatan. Pengaruh budaya terhadap tingkat

pengetahuan seseorang sebagaimana hasil penelitian Jalil

(2010) tentang pengaruh perubahan budaya terhadap pengetahuan dan perilaku seks remaja. Penelitian ini menunjukkan bahwa budaya memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pengetahuan dan perilaku seks remaja.

Pengaruh Pendidikan Kesehatan terhadap Pengetahuan tentang bahaya minuman keras

Berdasarkan hasil uji Paired sample t-test pengetahuan pada masing-masing kelompok penelitian menunjukkan terdapat perbedaan

Pre test pengetahuan dengan Post

test pengetahuan, sehingga

disimpulkan terdapat pengaruh pemberian pendidikan kesehatan menggunakan metode leaflet dan audiovisual terhadap peningkatan pengetahuan tentang bahaya minuman keras.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pendidikan kesehatan pada kedua kelompok penelitian baik menggunakan leaflet maupun audiovisual terbukti meningkatkan pengetahuan respoden, sehingga disimpulkan pendidikan kesehatan berpengaruh terhadap peningkatan pengetahuan remaja tentang bahaya minuman keras.


(15)

Pendidikan kesehatan merupakan proses perubahan perilaku yang terencana pada diri individu, kelompok, atau masyarakat untuk dapat lebih mandiri dalam mencapai tujuan hidup sehat. Pendidikan kesehatan berbentuk kegiatan yang dilakukan dengan menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan. Hasil dari pendidikan kesehatan adalah meningkatnya kemampuan individu, kelompok, dan masyarakat dalam membina dan memelihara perilaku sehat secara fisik, mental dan sosial untuk mencapai tujuan hidup sehat (Mubarak, 2009).

Pemberian pendidikan kesehatan kepada remaja baik melalui metode leaflet maupun audiovisual berhasil menyalurkan informasi-informasi tentang bahaya minum minuman keras kepada remaja. Peningkatan informasi yang dimiliki oleh remaja terhadap bahaya minuman keras berdampak pada peningkatan pengertian dan pemahaman remaja tentang bahaya minuman keras dan akhirnya meningkatkan pengetahuan remaja tentang bahaya minuman keras.

Faktor-faktor yang turut mempengaruhi pencapaian peningkatan pengetahuan remaja

tentang bahaya minuman keras pada penelitian ini antara lain adalah tingkat pendidikan remaja. Distribusi tingkat pendidikan remaja menunjukkan sebagian besar remaja berpendidikan SMA. Tingkat pendidikan yang dimiliki oleh remaja tersebut membantu kemampuan remaja dalam memahami dan mencerna informasi yang diberikan selama pelaksanaan pendidikan kesehatan. Semakin baik

kemampuan remaja dalam memahami informasi, maka kemampuan menyerap informasi semakin baik dan membantu remaja

dalam meningkatkan pengetahuannya tentang bahaya

minuman keras.

Selanjutnya hasil uji

Independent sample t-test antara Kelompok leaflet dan audiovisualmenunjukkan bahwa pengetahuan awal kedua kelompok (Pre test) adalah seimbang (matching). Selanjutnya pada pengetahuan akhir (Post test) terbukti terdapat perbedaan yang signifikan, dimana bahwa pendidikan kesehatan menggunakan metode audiovisual memiliki nilai rata-rata lebih tinggi dibandingkan dengan metode leaflet, sehingga disimpulkan pendidikan kesehatan menggunakan metode audiovisual lebih efektif dibandingkan pendidikan kesehatan menggunakan metode leaflet dalam meningkatkan pengetahuan tentang bahaya minuman keras.

Metode pembelajaran audiovisual adalah sebuah alat bantu seseorang dalam menerima suatu pesan, sehingga dapat memperoleh ilmu dan pengalaman yang bermanfaat untuk meraih tujuan dan ilmu yang ingin dicapai (dalam hal ini adalah latihan otak dan daya ingat) (Kamil, 2010). Penyebutan audiovisual sebenarnya mengacu pada indra yang menjadi sasaran dari media tersebut. Media

audiovisual mengandalkan pendengaran dan penglihatan dari

khalayak sasaran. Sehingga, seorang anak yang ingin daya ingat dan otaknya tajam dapat dilakukan dengan cara menggunakan media pendengaran (telinga) dan penglihatan (mata). Maka dari itu, media audiovisual merupakan alat yang digunakan untuk meningkatkan


(16)

kemampuan otak, khususnya ketajaman otak dan daya ingat, melalui media yang dapat didengar dan dilihat (Cahyo,2011).

Pemberian pendidikan kesehatan menggunakan metode audiovisual memiliki keuntungan berupa responden memahami bentuk-bentuk bahaya dari minuman keras yang benar, tidak hanya sebatas teori saja. Keuntungan dari pendidikan kesehatan menggunakan metode audiovisual sebagaimana dikemukakan oleh Kamil (2010) yang menyatakan bahwa metode audiovisual adalah bahwa peserta dapat secara langsung melihat bahwa pekerjaan tertentu itu betul-betul mungkin dilakukan dan fleksibel, hal ini menjadikan materi pembelajaran betul-betul nyata dan positif.

Penelitian menunjukkan bahwa pendidikan kesehatan menggunakan metode audiovisual memiliki pengaruh lebih besar terhadap peningkatan pengetahuan remaja tentang bahaya minuman keras dibandingkan pendidikan kesehatan dengan metode leaflet. Hasil ini mendukung hasil penelitian Kumboyono (2011) tentang Perbedaan Efek Penyuluhan Kesehatan Menggunakan Media Cetak dengan Media Audio Visual terhadap Peningkatan Pengetahuan Pasien Tuberkulosis. Penelitian ini menyimpulkan bahwa kedua metode penyuluhan terbukti berpengaruh terhadap peningkatan pengetahuan responden, dan metode media audio visual terbukti lebih besar efeknya terhadap peningkatan pengetahuan.

Kesimpulan

1. Tingkat pengetahuan sebelum pemberian pendidikan kesehatan baik menggunakan metode leaflet maupun audiovisual

sebagian besar memiliki pengetahuan kurang.

2. Tingkat pengetahuan sesudah pemberian pendidikan kesehatan menggunakan metode leaflet sebagian besar memiliki pengetahuan sedang, sedangkan pada pendidikan

kesehatan menggunakan metode audiovisual sebagian besar memiliki pengetahuan baik.

3. Terdapat pengaruh pendidikan kesehatan menggunakan metode leaflet dan audiovisual terhadap tingkat pengetahuan tentang bahaya minuman keras pada remaja di desa Wates Simo. Pendidikan kesehatan

menggunakan metode audiovisual lebih efektif meningkatkan pengetahuan tentang bahaya minuman keras dibandingkan metode leaflet.

Saran

1. Remaja

Remaja hendaknya senantiasa

untuk meningkatkan pengetahuan tentang bahaya

minum-minuman keras yaitu dengan mengikuti pendidikan

kesehatan terutama pengetahuan tentang bahaya

minuman keras, serta remaja dapat lebih berhati-hati dalam bergaul dan memilih teman. 2. Orang tua

Diharapkan masyarakat khususnya orang tua lebih

meningkatkan pengawasan terhadap remaja agar tidak terjerumus dalam pergaulan pengkonsumsi minuman keras. 3. Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini hanya meneliti pengaruh pendidikan kesehatan

dengan peningkatan pengetahuan remaja tentang


(17)

peneliti selanjutnya, hendaknya menambahkan faktor-faktor lain yang turut mempengaruhi pengetahuan dan perilaku minuman keras, misalnya pendidikan, umur, pekerjaan dan sebagainya.

DAFTAR PUSTAKA

Ansharullah, M (2011), Beralkohol tapi Halal. Surabaya : Pustaka Arafah

Arikunto. S (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi 10. Jakarta ; Rineka Cipta.

Arikunto. S (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi 10. Jakarta ; Rineka Cipta.

Cahyaningsih, (2008). Efektivitas Penyampaian Informasi Seks Bebas Melalui Metode Audiovisual dan Leafleat terhadap Peningkatan Pengetahuan Remaja di Sma

Muhammadiyah 1

Yogyakarta . Skirpsi.

Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada

Cahyo, A. N (2011). Berbagai Cara Latihan Otak dan Daya Ingat dengan Menggunakan Ragam Media Audio Visual. Jogjakarta : Diva Press Chaplin, J. P (2006). Kamus

Lengkap Psikologi. Jakarta : Raja Grafindo Persada

Departemen Kesehatan. R. I (2004b). Pengembangan Media Promosi Kesehatan dalam Upaya Pemberdayaan Keluarga. Jakarta : Depkes RI

Etik, R 2003. Hubungan Tingkat Pengetahuan Remaja dengan Perilaku Minumminuman Keras Di desa Senden Klaten. Skripsi. Tidak

diterbitkan. Yogyakarta : Fakultas Kedokteran UGM Geldard, K., &Geldard, D (2011).

Konseling Remaja.

Yogyakarta : Pustaka Pelajar Hasan, A (2008). Pengantar

Psikologi Kesehatan Islami. Jakarta : Rajawali Pers

Hockbenberry, Wilson (2008).

Clinical of Pediatric Nursing. Amerika : Mosby Elsever Jalil, Abdul. 2010. Pengaruh Sosial

terhadap Perilaku Seks Remaja dan Pengetahuan tentang Kespro sebagai Alternatif Penangkalnya.

Jurnal Penelitian. Medan:

Fakultas Kesehatan Universitas Sumatera Utara

Junita (2009). Perbedaan Pendidikan Kesehatan Antara Media Leafleat Dengan Audiovisual Terhadap Perilaku Ibu Balita

Gizi Kurang dan Gizi Buruk Di Kabupaten Bireuen Aceh.

www.usu.id. Diakses tanggal

13 Desember 2012

Juwana, S (2005). Gangguan Mental Dan Perilaku Akibat Penggunaan Zat Psikoaktif. Jakarta : EGC

Kamil, Mustofa. 2010. Model Pendidikan Dan Pelatihan (Konsep Dan Aplikasi). Bandung : Alfabeta.

Kumboyono. 2011. Perbedaan Efek Penyuluhan Kesehatan Menggunakan Media Cetak dengan Media Audiovisual terhadap Peningkatan Pengetahuan Pasien Tuberkulosis. Malang: Jurnal

Ilmiah Kesehatan Keperawatan Fakultas Kesehatan Universitas Brawijaya.

Machfoedz, I (2005). Pendidikan Kesehatan Bagian dari


(18)

Promosi Kesehatan. Yogyakarta : Fitramaya Machfoed, I., & Suryani, E (2009).

Pendidikan Kesehatan Bagian dari Promosi Kesehatan. Yogyakarta : Fitramaya

Mintarsih, P.W (2007). Pendidikan Kesehatan Menggunakan Leafleat dan Audiovisual dalam Meningkatkan Pengetahuan dan Sikap Remaja tentang Kesehatan Reproduksi di Kabupaten Tasikmalaya.Tesis (tidak dipublikasi). Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada Mubarak, W. I & Chayati, N ( 2009),

Ilmu Keperawatan Komunitas dan Teori. Jakarta : Salemba

Medika

Nursalam, (2011). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan,

Jakarta : Salemba Medika. Notoatmodjo, S (2005). Promosi

Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta : PT. Rineka Cipta

Notoatmodjo, S (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta

Notoatmodjo, S (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

Pieter, H. Z., & Lubis, N. L (2010).

Pengantar Psikologi dalam Keperawatan. Jakarta : Kencana Lubis

Potter, P. A., & Perry, A. G (2005).

Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan Praktik, Edisi 4. Jakarta : EGC

Puspitasari (2012). Perbedaan Promosi Kesehatan Dengan Media Leafleat Dan Media Audiovisual Terhadap Peningkatan Pengetahuan Dan Sikap Mahasiswa Dalam

Pencegahan Hepatitis B Dengan Imunisasi Di Akademi Kebidanan PKU Muhammadiyah Surakarta.

Surakarta : Universitas Sebelas Maret

Rahayu, Eka Prasetya Budi. 2009.

Pengaruh Penyuluhan pada Wanita usia subur (WUS) terhadap Peningkatan Pengetahuan tentang Keluarga Berencana di Desa

Sine Sragen. Publikasi Penelitian. Surakarta: Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Rini SH, Max, JH, dan Sudibyo S. 2009. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Perilaku anak dan Remaja dengan Status Ekonomi

Marginal yang Mengkonsumsi Minuman

Keras. Jurnal Penelitian.

Jakarta: Universitas Indonesia, Buletin Penelitian

Kesehatan Vol. 7 No. 3 Tahun 2009.

Riwidikdo,H (2008). Statistika Kesehatan. Yogyakarta : Mitra Cendikia

Sabri, L & Hastono, S. P (2009).

Statistik Kesehatan. Jakarta : Rajawali Press

Sadiman (2002). Pendekatan Pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL). Jakarta : Rajawali Press Santrock, J. W (2003). Adolescence

(Perkembangan Remaja). Terjemahan. Jakarta : Erlangga

Snyder, G (2007). Remaja dan Alkohol. Bandung : PT. Intan Sejati

Soetjiningsih, (2007). Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta : Sagung Seto


(19)

Suddarth & Brunner (2002), Buku Ajar Keperawatan Bedah. Jakarta : EGC

Sugiyono, (2006). Statistika untuk

Penelitian. Bandung :

Alfabeta

Sugiyono, (2009). Metode Penelitian Kuantitatif Kulitatif dan R &

D. Bandung : Alfabeta

Tjay, H. T & Raharja, K (2007).

Obat-obat Penting Edisi 6 Departemen Kesehatan RI. Jakarta : Gramedia

Wawan, (2011), Teori & Pengukuran Pengetahuan, Sikap. Yogyakarta : Nuha Medika Widodo, A (2004). Tinjauan

Sosiologi Kesehatan Mengenai Kebiasaan Minum

Minuman Keras (“Ciu Bekonang”) dan Upaya Penanggulangannya di Sukoharjo. Journal Info Kes. Vol 8. No. 1

Willis, S.S (2005). Remaja dan masalahannya : Mengupas Berbagai Bentuk Kenakalan Remaja seperti Narkoba,

Freesex, dan Pemecahannya. Jakarta :

Alfabeta

Wong, D. L (2003). Nursing Care of

Infants and Children.

Amerika : Mosby

* Desi Permatasari: Mahasiswa S1 Keperawatan FIK UMS. Jln A Yani Tromol Post 1 Kartasura

** Irdawati, S.Kep, Ns, M.Si.,Med:

Dosen Keperawatan FIK UMS. Jln A Yani Tromol Post 1 Kartasura.

** Kartinah, A.Kep, S.Kep: Dosen Keperawatan FIK UMS. Jln A Yani Tromol Post 1 Kartasura


(1)

tentang minuman keras, jenis-jenis minuman keras, efek dan bahaya konsumsi minuman keras terhadap kesehatan. engetahuan seseorang biasanya diperoleh dari berbagai macam sumber informasi seperti media massa, media elektronik, buku, petugas kesehatan, poster, kerabat dekat dan sebagainya. Sumber-sumber pengetahuan tersebut dapat mempengaruhi dan digunakan seseorang sebagai dasar utuk berperilaku. Tingkat pengetahuan tentang bahaya minuman keras pada awal yang rendah tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain faktor informasi dan budaya.

Tingkat pengetahuan tentang bahaya minuman keras sebelum pemberian pendidikan kesehatan adalah rendah yang disebabkan oleh faktor informasi yaitu minimnya informasi yang diterima oleh remaja tentang minuman keras. Remaja mendapatkan informasi tentang minuman keras melalui jalur-jalur nonformal, misalnya media massa dan teman sebaya atau sepermainan. Hal tersebut sebagaimana hasil penelitian Rahayu (2009) yang melakukan penelitian tentang perilaku konformitas pada remaja yang berada di lingkungan peminum alcohol. Penelitian ini menunjukkan bahwa lingkungan merupakan sumber informasi remaja tentang minuman keras. Adanya anggapan-anggapan dalam kelompok peminum alkohol tentang cara-cara mengkonsumsi minuman keras yang tidak membahayakan walaupun sebenarnya itu tetap membahayakan, menyebabkan pengetahuan yang salah pada diri remaja tentang bahaya minuman keras. Kesalahan informasi yang diterima remaja tersebut berdampak pada sikap remaja terhadap perilaku

minum minuman keras yang buruk, dan akhirnya menyebabkan remaja berperilaku mengkonsumsi minum-minuman keras.

Faktor lain adalah budaya, dimana pada masyarakat Boyolali, khususnya pada wilayah-wilayah yang berdekatan dengan kabupaten Sragen, budaya minum-minuman keras merupakan tindakan yang masih ditolelir oleh masyarakat jika dilakukan pada kegiatan-kegiatan tertentu, misalnya pada saat hajatan. Pengaruh budaya terhadap tingkat

pengetahuan seseorang sebagaimana hasil penelitian Jalil

(2010) tentang pengaruh perubahan budaya terhadap pengetahuan dan perilaku seks remaja. Penelitian ini menunjukkan bahwa budaya memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pengetahuan dan perilaku seks remaja.

Pengaruh Pendidikan Kesehatan terhadap Pengetahuan tentang bahaya minuman keras

Berdasarkan hasil uji Paired sample t-test pengetahuan pada masing-masing kelompok penelitian menunjukkan terdapat perbedaan Pre test pengetahuan dengan Post test pengetahuan, sehingga disimpulkan terdapat pengaruh pemberian pendidikan kesehatan menggunakan metode leaflet dan audiovisual terhadap peningkatan pengetahuan tentang bahaya minuman keras.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pendidikan kesehatan pada kedua kelompok penelitian baik menggunakan leaflet maupun audiovisual terbukti meningkatkan pengetahuan respoden, sehingga disimpulkan pendidikan kesehatan berpengaruh terhadap peningkatan pengetahuan remaja tentang bahaya minuman keras.


(2)

Pendidikan kesehatan merupakan proses perubahan perilaku yang terencana pada diri individu, kelompok, atau masyarakat untuk dapat lebih mandiri dalam mencapai tujuan hidup sehat. Pendidikan kesehatan berbentuk kegiatan yang dilakukan dengan menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan. Hasil dari pendidikan kesehatan adalah meningkatnya kemampuan individu, kelompok, dan masyarakat dalam membina dan memelihara perilaku sehat secara fisik, mental dan sosial untuk mencapai tujuan hidup sehat (Mubarak, 2009).

Pemberian pendidikan kesehatan kepada remaja baik melalui metode leaflet maupun audiovisual berhasil menyalurkan informasi-informasi tentang bahaya minum minuman keras kepada remaja. Peningkatan informasi yang dimiliki oleh remaja terhadap bahaya minuman keras berdampak pada peningkatan pengertian dan pemahaman remaja tentang bahaya minuman keras dan akhirnya meningkatkan pengetahuan remaja tentang bahaya minuman keras.

Faktor-faktor yang turut mempengaruhi pencapaian peningkatan pengetahuan remaja

tentang bahaya minuman keras pada penelitian ini antara lain adalah tingkat pendidikan remaja. Distribusi tingkat pendidikan remaja menunjukkan sebagian besar remaja berpendidikan SMA. Tingkat pendidikan yang dimiliki oleh remaja tersebut membantu kemampuan remaja dalam memahami dan mencerna informasi yang diberikan selama pelaksanaan pendidikan kesehatan. Semakin baik

kemampuan remaja dalam memahami informasi, maka kemampuan menyerap informasi semakin baik dan membantu remaja

dalam meningkatkan pengetahuannya tentang bahaya

minuman keras.

Selanjutnya hasil uji Independent sample t-test antara Kelompok leaflet dan audiovisualmenunjukkan bahwa pengetahuan awal kedua kelompok (Pre test) adalah seimbang (matching). Selanjutnya pada pengetahuan akhir (Post test) terbukti terdapat perbedaan yang signifikan, dimana bahwa pendidikan kesehatan menggunakan metode audiovisual memiliki nilai rata-rata lebih tinggi dibandingkan dengan metode leaflet, sehingga disimpulkan pendidikan kesehatan menggunakan metode audiovisual lebih efektif dibandingkan pendidikan kesehatan menggunakan metode leaflet dalam meningkatkan pengetahuan tentang bahaya minuman keras.

Metode pembelajaran audiovisual adalah sebuah alat bantu seseorang dalam menerima suatu pesan, sehingga dapat memperoleh ilmu dan pengalaman yang bermanfaat untuk meraih tujuan dan ilmu yang ingin dicapai (dalam hal ini adalah latihan otak dan daya ingat) (Kamil, 2010). Penyebutan audiovisual sebenarnya mengacu pada indra yang menjadi sasaran dari media tersebut. Media

audiovisual mengandalkan pendengaran dan penglihatan dari

khalayak sasaran. Sehingga, seorang anak yang ingin daya ingat dan otaknya tajam dapat dilakukan dengan cara menggunakan media pendengaran (telinga) dan penglihatan (mata). Maka dari itu, media audiovisual merupakan alat yang digunakan untuk meningkatkan


(3)

kemampuan otak, khususnya ketajaman otak dan daya ingat, melalui media yang dapat didengar dan dilihat (Cahyo,2011).

Pemberian pendidikan kesehatan menggunakan metode audiovisual memiliki keuntungan berupa responden memahami bentuk-bentuk bahaya dari minuman keras yang benar, tidak hanya sebatas teori saja. Keuntungan dari pendidikan kesehatan menggunakan metode audiovisual sebagaimana dikemukakan oleh Kamil (2010) yang menyatakan bahwa metode audiovisual adalah bahwa peserta dapat secara langsung melihat bahwa pekerjaan tertentu itu betul-betul mungkin dilakukan dan fleksibel, hal ini menjadikan materi pembelajaran betul-betul nyata dan positif.

Penelitian menunjukkan bahwa pendidikan kesehatan menggunakan metode audiovisual memiliki pengaruh lebih besar terhadap peningkatan pengetahuan remaja tentang bahaya minuman keras dibandingkan pendidikan kesehatan dengan metode leaflet. Hasil ini mendukung hasil penelitian Kumboyono (2011) tentang Perbedaan Efek Penyuluhan Kesehatan Menggunakan Media Cetak dengan Media Audio Visual terhadap Peningkatan Pengetahuan Pasien Tuberkulosis. Penelitian ini menyimpulkan bahwa kedua metode penyuluhan terbukti berpengaruh terhadap peningkatan pengetahuan responden, dan metode media audio visual terbukti lebih besar efeknya terhadap peningkatan pengetahuan. Kesimpulan

1. Tingkat pengetahuan sebelum pemberian pendidikan kesehatan baik menggunakan metode leaflet maupun audiovisual

sebagian besar memiliki pengetahuan kurang.

2. Tingkat pengetahuan sesudah pemberian pendidikan kesehatan menggunakan metode leaflet sebagian besar memiliki pengetahuan sedang, sedangkan pada pendidikan

kesehatan menggunakan metode audiovisual sebagian besar memiliki pengetahuan baik.

3. Terdapat pengaruh pendidikan kesehatan menggunakan metode leaflet dan audiovisual terhadap tingkat pengetahuan tentang bahaya minuman keras pada remaja di desa Wates Simo. Pendidikan kesehatan

menggunakan metode audiovisual lebih efektif meningkatkan pengetahuan tentang bahaya minuman keras dibandingkan metode leaflet. Saran

1. Remaja

Remaja hendaknya senantiasa

untuk meningkatkan pengetahuan tentang bahaya

minum-minuman keras yaitu dengan mengikuti pendidikan

kesehatan terutama pengetahuan tentang bahaya

minuman keras, serta remaja dapat lebih berhati-hati dalam bergaul dan memilih teman. 2. Orang tua

Diharapkan masyarakat khususnya orang tua lebih

meningkatkan pengawasan terhadap remaja agar tidak terjerumus dalam pergaulan pengkonsumsi minuman keras. 3. Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini hanya meneliti pengaruh pendidikan kesehatan

dengan peningkatan pengetahuan remaja tentang


(4)

peneliti selanjutnya, hendaknya menambahkan faktor-faktor lain yang turut mempengaruhi pengetahuan dan perilaku minuman keras, misalnya pendidikan, umur, pekerjaan dan sebagainya.

DAFTAR PUSTAKA

Ansharullah, M (2011), Beralkohol tapi Halal. Surabaya : Pustaka Arafah

Arikunto. S (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi 10. Jakarta ; Rineka Cipta.

Arikunto. S (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi 10. Jakarta ; Rineka Cipta.

Cahyaningsih, (2008). Efektivitas Penyampaian Informasi Seks Bebas Melalui Metode Audiovisual dan Leafleat terhadap Peningkatan Pengetahuan Remaja di Sma

Muhammadiyah 1 Yogyakarta . Skirpsi. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada

Cahyo, A. N (2011). Berbagai Cara Latihan Otak dan Daya Ingat dengan Menggunakan Ragam Media Audio Visual. Jogjakarta : Diva Press Chaplin, J. P (2006). Kamus

Lengkap Psikologi. Jakarta : Raja Grafindo Persada

Departemen Kesehatan. R. I (2004b). Pengembangan Media Promosi Kesehatan dalam Upaya Pemberdayaan Keluarga. Jakarta : Depkes RI

Etik, R 2003. Hubungan Tingkat Pengetahuan Remaja dengan Perilaku Minumminuman Keras Di desa Senden Klaten. Skripsi. Tidak

diterbitkan. Yogyakarta : Fakultas Kedokteran UGM Geldard, K., &Geldard, D (2011).

Konseling Remaja.

Yogyakarta : Pustaka Pelajar Hasan, A (2008). Pengantar

Psikologi Kesehatan Islami. Jakarta : Rajawali Pers

Hockbenberry, Wilson (2008). Clinical of Pediatric Nursing. Amerika : Mosby Elsever Jalil, Abdul. 2010. Pengaruh Sosial

terhadap Perilaku Seks Remaja dan Pengetahuan tentang Kespro sebagai Alternatif Penangkalnya. Jurnal Penelitian. Medan:

Fakultas Kesehatan Universitas Sumatera Utara

Junita (2009). Perbedaan Pendidikan Kesehatan Antara Media Leafleat Dengan Audiovisual Terhadap Perilaku Ibu Balita

Gizi Kurang dan Gizi Buruk Di Kabupaten Bireuen Aceh. www.usu.id. Diakses tanggal 13 Desember 2012

Juwana, S (2005). Gangguan Mental Dan Perilaku Akibat Penggunaan Zat Psikoaktif. Jakarta : EGC

Kamil, Mustofa. 2010. Model Pendidikan Dan Pelatihan (Konsep Dan Aplikasi). Bandung : Alfabeta.

Kumboyono. 2011. Perbedaan Efek Penyuluhan Kesehatan Menggunakan Media Cetak dengan Media Audiovisual terhadap Peningkatan Pengetahuan Pasien Tuberkulosis. Malang: Jurnal

Ilmiah Kesehatan Keperawatan Fakultas Kesehatan Universitas Brawijaya.

Machfoedz, I (2005). Pendidikan Kesehatan Bagian dari


(5)

Promosi Kesehatan. Yogyakarta : Fitramaya Machfoed, I., & Suryani, E (2009).

Pendidikan Kesehatan Bagian dari Promosi Kesehatan. Yogyakarta : Fitramaya

Mintarsih, P.W (2007). Pendidikan Kesehatan Menggunakan Leafleat dan Audiovisual dalam Meningkatkan Pengetahuan dan Sikap Remaja tentang Kesehatan Reproduksi di Kabupaten Tasikmalaya.Tesis (tidak dipublikasi). Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada Mubarak, W. I & Chayati, N ( 2009),

Ilmu Keperawatan Komunitas dan Teori. Jakarta : Salemba Medika

Nursalam, (2011). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan,

Jakarta : Salemba Medika. Notoatmodjo, S (2005). Promosi

Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta : PT. Rineka Cipta

Notoatmodjo, S (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta

Notoatmodjo, S (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

Pieter, H. Z., & Lubis, N. L (2010). Pengantar Psikologi dalam Keperawatan. Jakarta : Kencana Lubis

Potter, P. A., & Perry, A. G (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan Praktik, Edisi 4. Jakarta : EGC

Puspitasari (2012). Perbedaan Promosi Kesehatan Dengan Media Leafleat Dan Media Audiovisual Terhadap Peningkatan Pengetahuan Dan Sikap Mahasiswa Dalam

Pencegahan Hepatitis B Dengan Imunisasi Di Akademi Kebidanan PKU Muhammadiyah Surakarta. Surakarta : Universitas Sebelas Maret

Rahayu, Eka Prasetya Budi. 2009. Pengaruh Penyuluhan pada Wanita usia subur (WUS) terhadap Peningkatan Pengetahuan tentang Keluarga Berencana di Desa

Sine Sragen. Publikasi Penelitian. Surakarta: Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Rini SH, Max, JH, dan Sudibyo S. 2009. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Perilaku anak dan Remaja dengan Status Ekonomi

Marginal yang Mengkonsumsi Minuman

Keras. Jurnal Penelitian.

Jakarta: Universitas Indonesia, Buletin Penelitian

Kesehatan Vol. 7 No. 3 Tahun 2009.

Riwidikdo,H (2008). Statistika Kesehatan. Yogyakarta : Mitra Cendikia

Sabri, L & Hastono, S. P (2009). Statistik Kesehatan. Jakarta : Rajawali Press

Sadiman (2002). Pendekatan Pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL). Jakarta : Rajawali Press Santrock, J. W (2003). Adolescence

(Perkembangan Remaja). Terjemahan. Jakarta : Erlangga

Snyder, G (2007). Remaja dan Alkohol. Bandung : PT. Intan Sejati

Soetjiningsih, (2007). Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta : Sagung Seto


(6)

Suddarth & Brunner (2002), Buku Ajar Keperawatan Bedah. Jakarta : EGC

Sugiyono, (2006). Statistika untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta

Sugiyono, (2009). Metode Penelitian Kuantitatif Kulitatif dan R & D. Bandung : Alfabeta

Tjay, H. T & Raharja, K (2007). Obat-obat Penting Edisi 6 Departemen Kesehatan RI. Jakarta : Gramedia

Wawan, (2011), Teori & Pengukuran Pengetahuan, Sikap. Yogyakarta : Nuha Medika Widodo, A (2004). Tinjauan

Sosiologi Kesehatan Mengenai Kebiasaan Minum

Minuman Keras (“Ciu Bekonang”) dan Upaya Penanggulangannya di Sukoharjo. Journal Info Kes. Vol 8. No. 1

Willis, S.S (2005). Remaja dan masalahannya : Mengupas Berbagai Bentuk Kenakalan Remaja seperti Narkoba,

Freesex, dan Pemecahannya. Jakarta :

Alfabeta

Wong, D. L (2003). Nursing Care of

Infants and Children.

Amerika : Mosby

* Desi Permatasari: Mahasiswa S1 Keperawatan FIK UMS. Jln A Yani Tromol Post 1 Kartasura

** Irdawati, S.Kep, Ns, M.Si.,Med: Dosen Keperawatan FIK UMS. Jln A Yani Tromol Post 1 Kartasura. ** Kartinah, A.Kep, S.Kep: Dosen Keperawatan FIK UMS. Jln A Yani Tromol Post 1 Kartasura


Dokumen yang terkait

PERBEDAAN PENDIDIKAN KESEHATAN MENGGUNAKAN METODE CERAMAH DAN AUDIOVISUAL TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN Perbedaan Pendidikan Kesehatan Menggunakan Metode Ceramah Dan Audiovisual Terhadap Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Perawatan Karies Gigi Anak Di Wilayah

3 10 20

PERBEDAAN PENDIDIKAN KESEHATAN MENGGUNAKAN METODE CERAMAH DAN AUDIOVISUAL TERHADAP Perbedaan Pendidikan Kesehatan Menggunakan Metode Ceramah Dan Audiovisual Terhadap Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Perawatan Karies Gigi Anak Di Wilayah Puskesmas Wonosegoro

1 7 18

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN CERAMAH MENGGUNAKAN MEDIA AUDIOVISUAL TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN WUS (WANITA Pengaruh Pendidikan Kesehatan Dengan Ceramah Menggunakan Media Audiovisual Terhadap Peningkatan Pengetahuan Wus (Wanita Usia Subur) Da

0 4 15

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN CERAMAH MENGGUNAKAN MEDIA AUDIOVISUAL TERHADAP PENINGKATAN Pengaruh Pendidikan Kesehatan Dengan Ceramah Menggunakan Media Audiovisual Terhadap Peningkatan Pengetahuan Wus (Wanita Usia Subur) Dalam Pemilihan Kontraseps

0 2 17

PERBEDAAN PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN MENGGUNAKAN MEDIA LEAFLET DENGAN BOOKLET Perbedaan Pengaruh Pendidikan Kesehatan Menggunakan Media Leaflet Dengan Booklet Terhadap Tingkat Pengetahuan Masyarakat Tentang Chikungunya Di Desa Trangsan Gatak Sukoharjo

0 2 16

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTRA TENTANG BAHAYA MINUMAN KERAS DI DESA Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putra Tentang Bahaya Minuman Keras Di Desa Blulukan Colomadu Karangayar.

0 1 17

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTRA TENTANG BAHAYA MINUMAN KERAS Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putra Tentang Bahaya Minuman Keras Di Desa Blulukan Colomadu Karangayar.

0 2 15

PERBEDAAN PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN MENGGUNAKAN LEAFLEAT DENGAN AUDIOVISUAL TERHADAP Perbedaan Pengaruh Pendidikan Kesehatan Menggunakan Leafleat Dengan Audiovisual Terhadap Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Bahaya Minuman Keras Di Desa Wates Simo B

0 0 16

PENDAHULUAN Perbedaan Pengaruh Pendidikan Kesehatan Menggunakan Leafleat Dengan Audiovisual Terhadap Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Bahaya Minuman Keras Di Desa Wates Simo Boyolali.

0 1 6

DAFTAR PUSTAKA Perbedaan Pengaruh Pendidikan Kesehatan Menggunakan Leafleat Dengan Audiovisual Terhadap Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Bahaya Minuman Keras Di Desa Wates Simo Boyolali.

0 1 4