Efektivitas bermain aktif [Cooperative play] dan pasif dalam menumbuhkan sikap sosial yang positif pada anak usia sekolah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRAK
Efektivitas Bermain Aktif (Cooperative Play) dan Pasif dalam Menumbuhkan
Sikap Sosial yang Positif pada Anak Usia Sekolah
Oleh: Euriska S. Wiyanto
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas bermain aktif dan
pasif dalam menumbuhkan sikap sosial yang positif pada anak usia sekolah.
Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui kategori bermain
manakah di antara bermain aktif dan pasif yang lebih efektif dalam menumbuhkan
sikap sosial tersebut. Bermain mengajarkan banyak hal pada anak, termasuk
bagaimana anak harus bersikap dalam situasi sosial tertentu. Sikap sosial,
khususnya pada anak usia sekolah, terdiri dari tiga komponen objek sikap, yaitu
keluarga, teman sebaya, dan orang asing lainnya.
Penelitian ini menggunakan desain eksperimen kuasi dengan bermain aktif
dan pasif sebagai variabel bebas, sikap sosial sebagai variabel tergantung, dan
pre-test serta frekuensi bermain anak di luar jam eksperimen sebagai variabel
ekstra di SD Tarakanita Bumijo dengan sampel subjek kelas IIA2 sebagai
kelompok eksperimen bermain pasif, IIA3 sebagai kelompok eksperimen bermain
aktif, dan IIB3 sebagai kelompok kontrol. Tiap kelompok diberi pre-test dan posttest dengan skala sikap sosial, sedangkan kedua kelompok eksperimen masingmasing diberi empat perlakuan. Skala sikap sosial yang digunakan dalam
penelitian ini merupakan skala model Thurstone dan terdiri dari 20 item. Angka

reliabilitas skala ini adalah 0,7159. Namun, setelah penelitian, skala ini diketahui
memiliki cacat dalam pemilihan item sehingga mengalami ralat. Setelah ralat,
skala ini terdiri dari 9 item. Analisis data penelitian dilakukan dengan anakova.
Uji hipotesis baik pada skala dengan 20 item maupun 9 item,
menunjukkan bahwa bermain aktif dan pasif tidak efektif dalam menumbuhkan
sikap sosial yang positif pada anak usia sekolah (20 item: Sig. = 0,71; 9 item: Sig.
= 0,228). Hal ini antara lain mungkin dipengaruhi oleh skala yang kurang baik,
resistensi sikap sosial terhadap perubahan, dan kejadian-kejadian khusus selama
penelitian yang tidak dapat dikontrol oleh peneliti.
Kata kunci: anak usia sekolah, sikap sosial, bermain aktif, bermain pasif

vii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRACT
The Effectiveness of Active (Cooperative Play) and Passive Play in Fostering
Positive Social Attitude in School-aged Children
By: Euriska S. Wiyanto
The goal of this research is to know the effectiveness of active and passive

play in fostering positive social attitude in school-aged children. This research is
also meant to know which of the two category of play is more effective in
fostering social attitude as mentioned above. Play can teach children many things,
including how to behave in certain social situations. Social attitude, especially in
school-aged children, has three object components, namely family, peers, and
other strangers.
This research uses the quasi experiment design with active and passive
play as independent variable, social attitude as dependent variable, and play
frequency outside the experiment hours as extraneous variable in Tarakanita
Bumijo elementary school with class IIA2, IIA3, and IIB3 as the subject samples.
Class IIA2 is used as the passive play experiment group, class IIA3 as the active
play experiment group, and class IIB3 as the control group. Each group is given a
pre-test and post-test, while the two experiment groups each receive four
treatments. The social attitude scale used in this research uses the Thurstone
model and consists of 20 items. The reliability score of this scale is 0,7159. But
after the research has been done, this scale is known to have a mistake in the
process of selecting the items so that this scale has to be corrected. After the
correction, this scale only has 9 items left. The data in this research are analyzed
using analysis of covariance.
Results using both the 20 items scale and 9 items scale show that neither

active nor passive play is effective in fostering positive social attitude in schoolaged children (20 items scale: Sig. = 0,71; 9 items scale: Sig. = 0,228). This result
is perhaps influenced by a number of things, for example the scale that is not good
enough, the resistance of social attitude to change, and certain incidents during the
experiment that could not be controlled by the experimenter.
Key words: school-aged children, social attitude, active play, passive play

viii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

EFEKTIVITAS BERMAIN AKTIF (COOPERATIVE PLAY) DAN PASIF
DALAM MENUMBUHKAN SIKAP SOSIAL YANG POSITIF
PADA ANAK USIA SEKOLAH

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi


Oleh:
Euriska Sulistyaningtyas Wiyanto

NIM: 02 9114 079

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2006

i

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

SKRIPSI

EFEKTIVITAS BERMAIN AKTIF (COOPERATIVE PLAY) DAN PASIF
DALAM MENUMBUHKAN SIKAP SOSIAL YANG POSITIF
PADA ANAK USIA SEKOLAH


Oleh:
Euriska Sulistyaningtyas Wiyanto

NIM: 02 9114 079

Telah disetujui oleh:

Pembimbing

V. Didik Suryo Hartoko, S. Psi

tanggal ....................................

ii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

SKRIPSI


EFEKTIVITAS BERMAIN AKTIF (COOPERATIVE PLAY) DAN PASIF
DALAM MENUMBUHKAN SIKAP SOSIAL YANG POSITIF
PADA ANAK USIA SEKOLAH

Dipersiapkan dan ditulis oleh

Euriska Sulistyaningtyas Wiyanto
NIM: 02 9114 079

Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji
pada tanggal 19 Januari 2007
dan dinyatakan memenuhi syarat

Susunan Panitia Penguji

Nama Lengkap
Ketua
Sekretaris
Anggota


Tanda Tangan

V. Didik Suryo Hartoko, S. Psi
Dr. A. Supratiknya
Y. Agung Santoso, S. Psi

Yogyakarta, ................................
Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma
Dekan,

P. Eddy Suhartanto, S. Psi, M. Si

iii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Skripsi ini aku persembahkan untuk …

Mama dan Papa yang senantiasa memberikan

dukungan, perhatian, dan cinta yang tidak
terbatas

Emak yang selalu mendoakan cucu-cucunya dengan
sepenuh hati

iv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

v

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 18 Desember 2006


Penulis

Euriska Sulistyaningtyas Wiyanto

vi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRAK
Efektivitas Bermain Aktif (Cooperative Play) dan Pasif dalam Menumbuhkan
Sikap Sosial yang Positif pada Anak Usia Sekolah
Oleh: Euriska S. Wiyanto
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas bermain aktif dan
pasif dalam menumbuhkan sikap sosial yang positif pada anak usia sekolah.
Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui kategori bermain
manakah di antara bermain aktif dan pasif yang lebih efektif dalam menumbuhkan
sikap sosial tersebut. Bermain mengajarkan banyak hal pada anak, termasuk
bagaimana anak harus bersikap dalam situasi sosial tertentu. Sikap sosial,
khususnya pada anak usia sekolah, terdiri dari tiga komponen objek sikap, yaitu

keluarga, teman sebaya, dan orang asing lainnya.
Penelitian ini menggunakan desain eksperimen kuasi dengan bermain aktif
dan pasif sebagai variabel bebas, sikap sosial sebagai variabel tergantung, dan
pre-test serta frekuensi bermain anak di luar jam eksperimen sebagai variabel
ekstra di SD Tarakanita Bumijo dengan sampel subjek kelas IIA2 sebagai
kelompok eksperimen bermain pasif, IIA3 sebagai kelompok eksperimen bermain
aktif, dan IIB3 sebagai kelompok kontrol. Tiap kelompok diberi pre-test dan posttest dengan skala sikap sosial, sedangkan kedua kelompok eksperimen masingmasing diberi empat perlakuan. Skala sikap sosial yang digunakan dalam
penelitian ini merupakan skala model Thurstone dan terdiri dari 20 item. Angka
reliabilitas skala ini adalah 0,7159. Namun, setelah penelitian, skala ini diketahui
memiliki cacat dalam pemilihan item sehingga mengalami ralat. Setelah ralat,
skala ini terdiri dari 9 item. Analisis data penelitian dilakukan dengan anakova.
Uji hipotesis baik pada skala dengan 20 item maupun 9 item,
menunjukkan bahwa bermain aktif dan pasif tidak efektif dalam menumbuhkan
sikap sosial yang positif pada anak usia sekolah (20 item: Sig. = 0,71; 9 item: Sig.
= 0,228). Hal ini antara lain mungkin dipengaruhi oleh skala yang kurang baik,
resistensi sikap sosial terhadap perubahan, dan kejadian-kejadian khusus selama
penelitian yang tidak dapat dikontrol oleh peneliti.
Kata kunci: anak usia sekolah, sikap sosial, bermain aktif, bermain pasif

vii


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRACT
The Effectiveness of Active (Cooperative Play) and Passive Play in Fostering
Positive Social Attitude in School-aged Children
By: Euriska S. Wiyanto
The goal of this research is to know the effectiveness of active and passive
play in fostering positive social attitude in school-aged children. This research is
also meant to know which of the two category of play is more effective in
fostering social attitude as mentioned above. Play can teach children many things,
including how to behave in certain social situations. Social attitude, especially in
school-aged children, has three object components, namely family, peers, and
other strangers.
This research uses the quasi experiment design with active and passive
play as independent variable, social attitude as dependent variable, and play
frequency outside the experiment hours as extraneous variable in Tarakanita
Bumijo elementary school with class IIA2, IIA3, and IIB3 as the subject samples.
Class IIA2 is used as the passive play experiment group, class IIA3 as the active
play experiment group, and class IIB3 as the control group. Each group is given a
pre-test and post-test, while the two experiment groups each receive four
treatments. The social attitude scale used in this research uses the Thurstone
model and consists of 20 items. The reliability score of this scale is 0,7159. But
after the research has been done, this scale is known to have a mistake in the
process of selecting the items so that this scale has to be corrected. After the
correction, this scale only has 9 items left. The data in this research are analyzed
using analysis of covariance.
Results using both the 20 items scale and 9 items scale show that neither
active nor passive play is effective in fostering positive social attitude in schoolaged children (20 items scale: Sig. = 0,71; 9 items scale: Sig. = 0,228). This result
is perhaps influenced by a number of things, for example the scale that is not good
enough, the resistance of social attitude to change, and certain incidents during the
experiment that could not be controlled by the experimenter.
Key words: school-aged children, social attitude, active play, passive play

viii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Kata Pengantar

Puji syukur pada Tuhan karena akhirnya penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan baik. Skripsi ini penulis susun sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana psikologi di Universitas Sanata Dharma. Dalam segala
keterbatasan skripsi ini, penulis berharap bahwa skripsi ini dapat menyumbangkan
pengetahuan yang berguna bagi pembacanya.
Dalam menyusun skripsi ini, tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih
pada berbagai pihak yang telah membantu penulis selama proses penyusunan
skripsi ini. Secara khusus, penulis ingin mengucapkan terima kasih pada beberapa
pihak berikut.
1. Ibu Ratri Sunar Astuti, S.Psi, M. Si, yang telah membimbing penulis selama
dua semester pertama dalam penyusunan skripsi ini. Terima kasih atas semua
masukan dan pertimbangan yang telah Ibu berikan.
2. Bapak V. Didik Suryo Hartoko, S.Psi, yang telah membimbing penulis selama
semester ketiga penulisan skripsi ini. Terima kasih atas semua pertimbangan
serta kesabaran yang telah Bapak berikan pada penulis selama bimbingan.
3. Bapak Y. Agung Santoso, S. Psi, selaku (mantan) dosen pembimbing
akademik sekaligus dosen penguji, yang telah bersedia meluangkan banyak
waktu untuk menjawab berbagai pertanyaan penulis. Terima kasih atas semua
pertimbangan dan jawaban atas kebingungan penulis yang telah Bapak
berikan pada penulis selama penulis berkuliah.
4. Bapak Dr. A. Supratiknya, selaku dosen penguji. Terima kasih atas semua
masukan yang telah Bapak berikan pada penulis.
5. Terima kasih pula pada Ibu Sylvia C. M. Y. M, M. Si, Ibu M. L. Anantasari,
M. Si, serta dosen-dosen lain yang juga telah memberikan pertimbangan dan
masukan pada penulis.
6. Drs. Y Agus Purnama selaku Koordinator TK-SD Tarakanita Bumijo, Dra.
Asteria Rinawati selaku Wakil Kepala Sekolah bagian Kurikulum SD
Tarakanita Bumijo, Ibu R. Sri Sihmani selaku wali kelas IIA2, Ibu Em. Wiji

ix

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lestari selaku wali kelas IIA3, Ibu Lusia Wiratni selaku wali kelas IIB3, serta
karyawan TU SD Tarakanita Bumijo. Terima kasih atas segala bantuan,
kemudahan, dan izin yang telah diberikan sehingga penulis bisa melaksanakan
uji coba serta penelitian di SD Tarakanita Bumijo.
7. Bapak Purwantana, S. Pd selaku kepala sekolah SD BOPKRI Gondolayu.
Terima kasih karena telah memberikan izin dan kemudahan sehingga penulis
bisa melakukan uji coba skala di SD BOPKRI Gondolayu.
8. Ibu Milka Then dan guru-guru Sekolah Minggu GKI Ngupasan. Terima kasih
atas izin yang telah diberikan sehingga penulis bisa melakukan uji coba di
GKI Ngupasan.
9. Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh karyawan
fakultas psikologi yang telah membantu dan mempermudah penulis dalam
berbagai hal selama penulis berkuliah, khsususnya selama penulis menyusun
skripsi ini.
10. Mama, Papa, Emak, dan seluruh keluarga penulis yang tidak dapat penulis
sebutkan satu per satu. Terima kasih atas semua dukungan, doa, dan bantuan
dalam berbagai hal yang kalian berikan selama ini.
11. Chacha, Tina, Sisil, Cahya, Laora, Iput, Ohaq, Ina, Mita, Fika, Mei, dan Elvin,
yang telah membantu penulis dalam melakukan penelitian. Terima kasih, ya,
karena telah meluangkan waktu kalian yang berharga itu ☺.
12. Teman-teman lain (termasuk Meme, yang minta namanya ditulis di sini ☺)
yang dengan sabar bertanya “Gimana skripsinya?” atau “Kapan lulus?” setiap
kali bertemu dengan penulis. Sungguh, terima kasih karena sudah bertanya.
Terkadang pertanyaan dan perhatian sesederhana itu berarti banyak bagi
semangat yang sedang turun dan pikiran yang sedang tertekan ☺.

Penulis sadar bahwa skripsi ini memiliki banyak kekurangan dan
kelemahan. Untuk itu, penulis terbuka terhadap segala kritik dan saran yang
diberikan oleh para pembaca skripsi ini.

Penulis

x

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING.................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN.............................................................................iii
HALAMAN PERSEMBAHAN.......................................................................... iv
HALAMAN MOTTO.......................................................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA.............................................................. vi
ABSTRAK........................................................................................................... vii
ABSTRACT.........................................................................................................viii
KATA PENGANTAR......................................................................................... ix
DAFTAR ISI........................................................................................................xi
DAFTAR BAGAN.............................................................................................. xiv
DAFTAR TABEL................................................................................................xv
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................xvi
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................... 1
A. Latar belakang.......................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 7
C. Tujuan................................................................................................... 7
D. Manfaat Penelitian................................................................................ 7
1. Manfaat Praktis............................................................................... 7
2. Manfaat Teoretis............................................................................. 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................... 9
A. Anak Usia Sekolah................................................................................9
1. Tugas Perkembangan Anak Usia Sekolah...................................... 9
2. Perkembangan Sosial Anak Usia Sekolah...................................... 11
B. Sikap Sosial...........................................................................................13
1. Definisi Sikap Sosial....................................................................... 13
2. Komponen Sikap Sosial dan Komponen Objek Sikap Sosial......... 15
3. Pembentukan Sikap Sosial.............................................................. 17

xi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap Sosial pada Anak......... 21
C. Bermain................................................................................................. 24
1. Definisi Bermain............................................................................. 24
2. Fungsi Bermain............................................................................... 24
3. Kategori Bermain............................................................................ 27
4. Hierarki Pola Bermain.................................................................... 31
5. Jenis Bermain yang Sesuai untuk Anak Usia Sekolah....................33
D. Hubungan Antara Sikap Sosial dengan Bermain Aktif dan Pasif.........34
1. Bermain dan Sikap Sosial............................................................... 34
2. Permainan....................................................................................... 37
3. Membaca Buku dan Menonton Film.............................................. 38
E. Hipotesis............................................................................................... 41
BAB III METODE PENELITIAN...................................................................... 42
A. Jenis Penelitian......................................................................................42
B. Identifikasi Variabel..............................................................................44
C. Definisi Operasional............................................................................. 45
D. Subjek Penelitian.................................................................................. 47
E. Alat Ukur.............................................................................................. 48
1. Isi Skala...........................................................................................48
2. Penyekoran Item............................................................................. 49
3. Uji Coba I........................................................................................53
4. Uji Coba II...................................................................................... 54
5. Uji Coba III..................................................................................... 56
6. Reliabilitas dan Validitas Skala Penelitian..................................... 59
F. Materi Eksperimen................................................................................ 61
1. Bermain Aktif (di Kelas IIA3)........................................................ 61
2. Bermain Pasif (di Kelas IIA2)........................................................ 66
G. Prosedur Perlakuan dan Pengambilan Data.......................................... 69
1. Bermain Aktif (di Kelas IIA3)........................................................ 71
2. Bermain Pasif (di Kelas IIA2)........................................................ 79
H. Metode Analisis Data............................................................................89

xii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN..................................... 90
A. Hasil Observasi Penelitian.................................................................... 90
B. Analisis Data Statistik I........................................................................ 98
1. Data Deskriptif................................................................................ 98
2. Uji Asumsi...................................................................................... 99
3. Uji Hipotesis................................................................................... 103
C. Analisis Data Statistik II....................................................................... 106
1. Ralat terhadap Skala....................................................................... 106
2. Data Deskriptif................................................................................ 108
3. Uji Asumsi...................................................................................... 109
4. Uji Hipotesis................................................................................... 112
D. Pembahasan...........................................................................................113
E. Keterbatasan Penelitian.........................................................................119
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................. 126
A. Kesimpulan........................................................................................... 126
B. Saran..................................................................................................... 127
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 130
LAMPIRAN.........................................................................................................134

xiii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR BAGAN

Bagan 1. Hubungan antara permainan serta membaca buku
dan menonton film dengan sikap sosial positif..................................... 40
Bagan 2. Rangkaian kegiatan di ketiga kelompok penelitian.............................. 88

xiv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Pengaruh dan pengontrolan variabel ekstra........................................... 44
Tabel 2. Blue-print skala sikap sosial.................................................................. 48
Tabel 3. Susunan 60 item skala sikap sosial untuk panelis..................................50
Tabel 4. Nilai S dan Q item-item skala sikap sosial............................................ 52
Tabel 5. Susunan 40 item skala sikap sosial untuk uji coba I.............................. 53
Tabel 6. Susunan 10 item skala sikap sosial untuk uji coba II............................ 55
Tabel 7. Susunan 60 item skala sikap sosial untuk uji coba III........................... 57
Tabel 8. Susunan 20 item skala sikap sosial untuk penelitian............................. 59
Tabel 9. Susunan 9 item skala sikap sosial setelah ralat...................................... 107

xv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I. Skala sikap sosial, wawancara, dan angket..................................... 134
Lampiran II. Nilai S dan Q berdasarkan penilaian panelis.................................. 142
Lampiran III. Analisis data untuk seleksi item.................................................... 151
Lampiran IV. Reliabilitas skala sikap sosial........................................................163
Lampiran V. Analisis data I (20 item)................................................................. 167
Lampiran VI. Analisis data II (9 item).................................................................176
Lampiran VII. Surat keterangan uji coba dan penelitian..................................... 185

xvi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap

individu

memiliki

tugas-tugas

perkembangan

yang

harus

dipenuhinya agar dapat berkembang menjadi pribadi yang matang, baik di bidang
sosial, kognitif, fisik, dan lain sebagainya. Tugas-tugas perkembangan ini berbeda
pada tiap rentang usia, yaitu sesuai dengan tingkat perkembangan yang harus
dicapai pada rentang usia tertentu. Bagi anak usia sekolah, khususnya, salah satu
tugas perkembangan yang perlu dikuasainya terkait erat dengan perkembangan
sosialnya, yaitu mengembangkan sikap sosial yang positif (Hurlock, 1972;
Hurlock, 1980). Artinya, anak harus mengembangkan pikiran, perasaan, serta
perilaku yang positif terhadap orang lain, kelompok-kelompok sosial, dan
aktivitas-aktivitas sosial yang dijalaninya.
Selain sebagai salah satu tugas perkembangan, menurut Hurlock (1972),
pengembangan sikap sosial yang positif merupakan salah satu unsur penting yang
sangat mempengaruhi kemampuan anak untuk berperilaku sesuai norma dan
harapan masyarakat di sekitarnya. Hal ini akan sangat mempengaruhi penerimaan
masyarakat terhadap anak. Anak yang kurang dapat berperilaku sesuai harapan
masyarakat tentu akan kurang diterima dalam lingkungannya sehingga relasinya
dengan orang lain juga jadi kurang. Hal ini harus dihindari, sebab menjalin relasi
sosial adalah unsur yang penting baik bagi anak maupun orang dewasa. Bagi
anak-anak, khususnya, relasi sosial ini menjadi sangat penting, sebab relasi sosial

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2

pada masa kanak-kanak akan sangat mempengaruhi perkembangan perilakunya
sampai pada masa dewasa (Social Skills Enhancement). Jadi, sikap sosial yang
positif merupakan unsur penting yang harus ditumbuhkan sejak masa kanakkanak.
Sikap sosial anak dapat tercermin melalui perilaku sosialnya, yaitu
perilakunya terhadap orang lain. Perilaku memang merupakan salah satu
komponen sikap. Perilaku juga merupakan satu-satunya petunjuk mengenai sikap
anak yang dapat dilihat secara nyata. Komponen kognitif dan afektif dari perilaku
tidak akan dapat kita lihat secara nyata bila tidak ditampakkan melalui perilaku
overt.
Berikut ini terdapat beberapa pendapat dan penelitian mengenai perilaku
sosial anak yang negatif dan dapat menjadi petunjuk mengenai pentingnya
menumbuhkan sikap sosial yang positif pada anak.
Bali Post (Menghadapi berbagai karakter, 2002) mengingatkan para orang
tua untuk mengawasi anak-anaknya yang sering berperilaku negatif di sekolah dan
terhadap teman-temannya. Hal yang serupa diungkapkan oleh Soejanto (dalam
Membangun Karakter, 2006). Ia mengungkapkan bahwa guru-guru Sekolah Dasar
saat ini sering mengeluhkan perilaku anak yang kurang baik di sekolah. Anakanak SD ini antara lain sering bersikap kurang sopan di kelas, suka mengganggu
dan menggertak teman, serta suka berkelahi dengan teman. Perilaku anak yang
negatif seperti ini dapat membawa akibat yang negatif pada perkembangan sosial
anak itu sendiri maupun pada teman sebaya yang diganggunya. Hal ini terungkap
melalui berbagai penelitian yang telah dilakukan mengenai perilaku negatif anak.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3

Sebuah studi di Amerika menunjukkan bahwa sekitar 3 dari 10 anak
dideteksi sebagai pengganggu (bully), korban, atau keduanya (Flynt dan Morton,
2004). Penelitian yang dilakukan oleh Dill dan kawan-kawan (2004)
mengungkapkan akibat negatif dari perilaku mengganggu (bullying) ini. Mereka
mengungkapkan bahwa anak-anak yang cenderung selalu menjadi korban
agresivitas teman-temannya, baik itu yang tampak secara nyata (dipukul, diejek)
maupun yang lebih terkait dengan relasi (tidak diacuhkan oleh teman-teman
bermain), akan cenderung ditolak oleh teman sebayanya. Penolakan ini akan
menyebabkan anak menarik diri dari pergaulannya, dan pada gilirannya hal ini
akan semakin menjadikan anak sebagai target dari agresivitas teman-temannya.
Penelitian Philip Brown (dalam Braverman, 2003) semakin mempertegas akibat
negatif dari perilaku mengganggu ini. Brown mengungkapkan bahwa para korban
dari perilaku mengganggu ini akan cenderung terganggu dalam perkembangan
sosial mereka. Ketika sudah dewasa, lebih banyak dari mereka yang cenderung
gagal dalam membangun relasi sosial yang baik. Selain akibat negatif terhadap
para korban, perilaku agresif dan mengganggu juga berakibat negatif terhadap
para pelaku. Hal ini diungkapkan oleh penelitian yang dilakukan oleh Keane dan
Calkins (2004). Penelitian ini mengungkapkan bahwa anak-anak yang memiliki
masalah dalam perilakunya dan cenderung berperilaku negatif, seperti agresif dan
tidak menurut, akan cenderung ditolak oleh teman-teman sebayanya.
Sebuah penelitian lain oleh Lavallee, Bierman, dan Nix (2005) juga
mengungkapkan pentingnya mengembangkan perilaku sosial yang positif dalam
diri anak. Lavallee, Bierman, dan Nix meneliti pengaruh teman sebaya terhadap

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4

perilaku sosial anak dalam sebuah pelatihan perilaku sosial bagi anak-anak yang
dianggap

berpotensi

mengembangkan

perilaku

agresif.

Penelitian

ini

membuktikan bahwa perilaku teman sekelompok memiliki pengaruh yang
signifikan bagi perilaku anak. Anak yang berada dalam kelompok yang lebih
mengembangkan perilaku prososial juga akan lebih cenderung mengembangkan
perilaku prososial. Sebaliknya, bila teman-teman dalam kelompoknya cenderung
lebih agresif dan memberikan penguatan terhadap perilaku agresif dan
memberontak, anak juga akan lebih cenderung berperilaku negatif. Karena
pengaruh teman sebaya yang cukup besar ini, anak-anak harus dibekali dengan
perilaku dan sikap sosial yang positif. Dengan demikian, anak-anak akan saling
memberikan pengaruh yang positif, sedangkan pengaruh yang negatif dapat
diminimalisasi.
Beberapa hal yang telah diungkapkan di atas mengungkapkan perlunya
usaha untuk mengembangkan perilaku sosial yang positif dalam diri anak sedini
mungkin. Hal ini secara tidak langsung juga mengungkapkan pentingnya
menumbuhkan sikap sosial yang positif pada diri anak, sebab perilaku sosial
tersebut merupakan salah satu bagian dari sikap sosial. Selain itu, bagian atau
komponen lain dari sikap sosial ini, yaitu pikiran dan perasaan, dapat mendasari
atau menguatkan perilaku anak. Jika anak memiliki pikiran dan perasaan yang
positif terhadap orang lain, tentu ia juga akan cenderung berperilaku lebih positif
terhadap orang lain. Hal ini tentu berbeda bila dibandingkan dengan ketika ia
hanya diminta berperilaku positif tanpa memperhatikan apa yang akan ia pikirkan
dan rasakan terhadap orang lain. Maka, jelaslah bahwa usaha untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5

menumbuhkan sikap sosial―bukan sekadar perilaku―yang positif ini perlu
dilakukan agar anak mempunyai dasar atau bekal yang kuat dalam perkembangan
sosialnya di masa-masa yang akan datang. Bila anak mampu menumbuhkan sikap
sosial yang positif sejak dini, berbagai hal yang memiliki efek negatif terhadap
perkembangan sosialnya, yang mungkin ditemuinya di kemudian hari, dapat
diminimalisasi akibatnya.
Sikap sosial terbentuk dalam diri seseorang melalui interaksi sosialnya
dengan lingkungan sekitarnya (Azwar, 2005). Interaksi sosial ini antara lain
memungkinkan seseorang untuk mengalami kontak dan pengalaman langsung
dengan orang lain serta meniru atau meneladan sikap orang lain, khususnya yang
dianggap penting, misalnya teman sebaya atau orang tua. Pada anak-anak,
interaksi sosial ini banyak terjadi melalui kegiatan bermain, sebab bermain
merupakan kegiatan pokok dan penting yang mendominasi keseluruhan kegiatan
anak (Hurlock, 1980). Karena itu, sikap sosial juga dapat ditumbuhkan melalui
bermain. Bermain memang bukan sekadar kegiatan yang dilakukan demi
kesenangan semata, melainkan juga mengajarkan berbagai hal pada anak (Arnold,
1975; Meyerhoff, 2001). Ketika bermain bersama orang lain, anak belajar untuk
membangun relasi dengan orang lain tersebut. Melalui bermain pula, anak dapat
meniru perilaku yang positif, misalnya dari tokoh film yang ditontonnya. Jadi,
bermain dapat digunakan sebagai sarana untuk menumbuhkan sikap sosial yang
positif dalam diri anak.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6

Secara luas, ada dua kategori dalam bermain, yaitu bermain aktif dan
bermain pasif (Hurlock, 1972; Hurlock, 1980; Santrock, 1997; Tedjasaputra,
2001). Pada dasarnya, bermain aktif adalah jenis bermain yang melibatkan usaha
aktif anak untuk menghasilkan suatu kegiatan yang menyenangkan baginya.
Meskipun tidak selalu, bermain aktif umumnya melibatkan relatif banyak gerakan
tubuh dan tenaga anak. Contoh dari bermain aktif adalah permainan petak-umpet
dan bermain dengan balok. Sebaliknya, pada bermain pasif, yang juga disebut
dengan hiburan (amusement), anak lebih cenderung menerima dan menikmati apa
yang telah tersedia, bukan yang dihasilkan dari kegiatannya sendiri. Jenis bermain
ini merupakan jenis bermain yang tidak membutuhkan banyak tenaga untuk
bergerak. Contohnya adalah menonton televisi dan membaca komik.
Interaksi sosial dapat terjadi melalui kedua kategori bermain ini. Sebagai
contoh, ketika bermain petak umpet, anak berinteraksi secara langsung dengan
teman-temannya dan belajar mengembangkan perilaku-perilaku yang diharapkan
oleh teman-temannya tersebut. Di lain pihak, ketika menonton film, anak
berinteraksi dengan tokoh-tokoh yang ada di film tersebut, dan anak dapat
mengimitasi atau meniru perilaku tokoh-tokoh tersebut dan menerapkannya ke
kehidupan nyatanya. Oleh karena itu, baik bermain aktif maupun pasif dapat
digunakan sebagai sarana untuk mengajarkan sikap sosial yang positif pada anak.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7

B. Rumusan Masalah

1. Apakah bermain aktif dan pasif efektif dalam menumbuhkan sikap sosial yang
positif pada anak usia sekolah?
2. Antara bermain aktif dan pasif, pola bermain manakah yang lebih efektif
dalam menumbuhkan sikap sosial yang positif pada anak usia sekolah?

C. Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui dan membandingkan
efektivitas bermain aktif dan pasif dalam menumbuhkan sikap sosial yang positif
pada anak usia sekolah.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Praktis
Manfaat praktis dari penelitian ini adalah mengetahui pola bermain yang
dapat diterapkan oleh para pendidik maupun orang tua untuk menumbuhkan
sikap sosial yang positif pada anak usia sekolah. Dengan demikian, anak juga
akan memiliki peluang yang lebih besar untuk membangun relasi yang baik
dengan orang lain. Berbagai hal yang dapat berakibat negatif terhadap
perkembangan sosialnya juga lebih dapat diantisipasi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8

2. Manfaat Teoretis
Manfaat teoretis dari penelitian ini adalah memberikan sumbangan
pengetahuan tentang efektivitas bermain aktif dan pasif dalam menumbuhkan
sikap sosial yang positif pada anak usia sekolah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Anak Usia Sekolah

Anak-anak usia sekolah termasuk dalam periode masa akhir kanak-kanak
(Hurlock, 1980; Santrock, 1997). Periode ini berlangsung ketika anak berusia
sekitar tujuh sampai sebelas tahun, yaitu selama masa-masa Sekolah Dasar. Jadi,
anak usia sekolah adalah anak yang berusia sekitar tujuh sampai sebelas tahun.

1. Tugas Perkembangan Anak Usia Sekolah
Tugas perkembangan yang harus dipenuhi oleh anak-anak usia sekolah
dikemukakan oleh Havighurst (Hurlock, 1980). Tugas-tugas perkembangan
tersebut adalah sebagai berikut.
b. Mempelajari keterampilan fisik yang diperlukan untuk permainan-permainan
umum. Ada berbagai permainan anak yang melibatkan gerakan tubuh,
sehingga untuk dapat terlibat di dalamnya, anak harus memiliki keterampilan
fisik yang memadai.
c. Membangun sikap yang sehat mengenai diri sendiri sebagai makhluk yang
sedang tumbuh. Anak harus memiliki evaluasi dan pandangan yang positif
tentang

dirinya

sendiri

sebagai

individu

yang

sedang

Pembentukan konsep diri yang negatif pada anak harus dihindari.

bertumbuh.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10

d. Belajar menyesuaikan diri dengan teman-teman seusianya. Anak-anak pada
usia ini paling banyak berinteraksi dengan teman-teman sebayanya. Karena
itu, anak harus mampu menyesuaikan diri dengan teman-temannya tersebut
bila ingin diterima oleh mereka.
e. Mulai mengembangkan peran sosial pria atau wanita yang tepat. Anak harus
belajar memahami dan mengembangkan peran-peran sosial yang sesuai
dengan jenis kelamin mereka, sesuai dengan harapan masyarakat.
f. Mengembangkan keterampilan-keterampilan dasar untuk membaca, menulis,
dan berhitung. Anak usia sekolah mulai mempelajari berbagai hal dalam dunia
pendidikan formal. Membaca, menulis, dan berhitung merupakan beberapa hal
pokok yang harus dipelajari anak selama masa sekolah dasar ini.
g. Mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan untuk kehidupan
sehari-hari. Agar dapat berperilaku dengan benar di lingkungannya, anak
terlebih dulu harus memahami berbagai pengertian yang berlaku dalam
kehidupan sehari-hari.
h. Mengembangkan hati nurani, pengertian moral, dan tata dan tingkatan nilai.
Tugas untuk mengembangkan hati nurani ini sudah dimulai sejak usia
prasekolah. Di usia sekolah, pengembangan moralitas anak ini harus semakin
berkembang.
i. Mencapai kebebasan pribadi. Pada usia sekolah, anak harus mengembangkan
kemandirian dalam berbagai hal dan tidak terus bergantung pada orang lain.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11

j. Mengembangkan sikap terhadap kelompok-kelompok sosial dan lembagalembaga. Anak harus memiliki sikap yang positif terhadap orang lain dan
kelompok-kelompok sosial di sekitarnya agar dapat berinteraksi dengan baik
dengan lingkungan sosialnya tersebut, dan kemampuan untuk bersosialisasi ini
adalah salah satu tugas perkembangan paling penting yang perlu
dikembangkan anak pada periode ini (Hurlock, 1991). Hurlock juga menyebut
sikap ini sebagai sikap sosial, yang merupakan bagian dari perkembangan
sosial anak (Hurlock, 1972). Hal ini akan dibahas secara lebih khusus pada
sub bab berikutnya.
Dari hal-hal di atas dapat disimpulkan bahwa anak usia sekolah memiliki
berbagai tugas perkembangan yang harus dipenuhinya. Tugas-tugas ini meliputi
berbagai aspek, seperti aspek fisik, kognitif, serta aspek sosial. Tugas
perkembangan yang menyangkut aspek sosial, khususnya mengembangkan sikap
sosial yang positif, merupakan salah satu tugas yang paling penting bagi anak,
sebab perkembangan sikap sosial ini akan sangat mempengaruhi interaksi anak
dengan orang lain.

2. Perkembangan Sosial Anak Usia Sekolah
Perkembangan sosial adalah proses belajar anak untuk berperilaku sesuai
dengan yang diharapkan oleh masyarakat (Hurlock, 1972). Perilaku yang
diharapkan ini dapat berbeda pada setiap kelompok masyarakat, sebab tiap
masyarakat mempunyai normanya sendiri-sendiri. Perkembangan sosial ini akan
menggambarkan bagaimana interaksi anak dengan orang-orang di sekitarnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12

Perkembangan sosial anak juga dapat dilihat dari perkembangan bermainnya. Hal
ini akan dibahas lebih lanjut dalam sub bab tersendiri tentang permainan.
Dalam perkembangan sosial, ada tiga proses yang perlu diperhatikan.
Ketiga proses ini memang berbeda satu sama lain, namun tetap saling terkait erat.
Semakin ketiga proses ini dipenuhi, maka semakin baik pula perkembangan sosial
anak (Hurlock, 1972):
a. Mengembangkan perilaku yang disetujui oleh kelompok sosial. Pada proses
pertama ini, anak harus mengetahui standar-standar atau norma-norma yang
ditetapkan oleh kelompok sosialnya. Anak kemudian harus mampu
mengembangkan perilaku-perilaku yang sesuai standar atau norma tersebut.
Misalnya, anak diharapkan untuk tidak berbicara dengan bahasa yang kasar
atau mengumpat.
b. Memainkan peranan sesuai aturan sosial. Pada proses ini, anak harus
mengetahui peranannya dalam kelompok sosial kemudian berperilaku sesuai
peranannya tersebut. Misalnya, dalam hubungan orang tua-anak, anak
diharapkan untuk menurut pada perkataan orang tuanya.
c. Mengembangkan sikap sosial yang positif. Anak harus mengembangkan sikap
yang positif terhadap orang lain maupun aktivitas-aktivitas sosial. Anak harus
mengembangkan perilaku-perilaku menyenangkan yang menunjukkan sikap
positifnya terhadap orang lain. Dengan mempunyai sikap sosial yang positif,
anak tentunya akan lebih mudah menjalin relasi dengan orang lain. Penjelasan
lebih lanjut mengenai sikap sosial anak akan dibahas dalam sub bab
selanjutnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13

Jadi, dapat disimpulkan bahwa perkembangan sosial anak terdiri dari tiga
proses pokok, yaitu mengembangkan perilaku yang disetujui kelompok sosial,
memainkan peranan sesuai aturan sosial, serta mengembangkan sikap sosial yang
positif. Ketiga proses itu harus dipenuhi agar anak dapat diterima oleh lingkungan
sosialnya. Dua proses pertama lebih terfokus pada perilaku tampak (overt) yang
harus dilakukan anak, sedangkan proses yang ketiga lebih terfokus pada perilaku
tidak tampak (covert) yang dikembangkan anak dalam dirinya, meskipun tetap
dapat termanifestasi dalam perilaku nyata anak. Perkembangan sikap sosial yang
positif ini menjadi sangat penting karena merupakan sesuatu yang benar-benar
tertanam dalam diri anak, dan bukan sekedar perilaku tampak yang bisa saja
dibuat-buat oleh anak. Mengembangkan sikap sosial yang positif dan benar-benar
berasal dari dalam diri anak sendiri tentu lebih penting dan mendasar
dibandingkan dengan sekadar mengembangkan perilaku sebagai suatu rutinitas
yang kurang bermakna bagi diri anak sendiri.

B. Sikap Sosial

1. Definisi Sikap Sosial
Secara umum, sikap adalah evaluasi seseorang terhadap hal-hal tertentu
(Aronson, Wilson, & Akert, 2005; Baron & Byrne, 1997; Zanden, 1984). Hal-hal
ini, yang juga disebut dengan objek sikap, dapat berupa orang, kejadian, situasi,
dan lain sebagainya. Worchel dan Cooper (1979) mendefinisikan sikap sebagai
intensitas perasaan positif atau negatif yang dirasakan seseorang terhadap objek

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14

sikap tertentu. Sikap tersebut sering dipandang sebagai kombinasi antara nilai dan
keyakinan yang dimiliki seseorang. Secara lebih khusus, sikap juga dapat
didefinisikan sebagai pikiran, perasaan, serta kecenderungan perilaku seseorang
terhadap objek sikap tertentu yang diperoleh melalui proses pembelajaran
(Huffman, Vernoy, & Vernoy, 1997; Pettijohn, 1992). Apa yang dipikirkan dan
dirasakan seseorang terhadap suatu objek sikap, serta bagaimana kecenderungan
perilakunya terhadap objek sikap tersebut secara keseluruhan mencerminkan sikap
seseorang

terhadap objek sikap tersebut. Jadi, bila disimpulkan, sikap dapat

didefinisikan sebagai kecenderungan pikiran, perasaan, serta perilaku seseorang
terhadap suatu objek sikap, dan kecenderungan tersebut mencerminkan evaluasi
orang tersebut terhadap objek sikap tersebut.
Istilah “sosial” menunjuk pada hubungan atau relasi antara dua atau lebih
individu (Chaplin, 1995). Sikap sosial berarti sikap seseorang terkait dengan
relasinya dengan orang lain. Lebih jelasnya, sikap sosial dapat diartikan sebagai
sikap seseorang terhadap lingkungan sosialnya, yaitu orang lain di sekitarnya dan
aktivitas bersama orang-orang tersebut (Hurlock, 1991; Chaplin, 1995). Jadi,
orang lain dan aktivitas bersama orang lain ini menjadi suatu objek sikap. Dengan
demikian, sikap sosial dapat didefinisikan sebagai kecenderungan pikiran,
perasaan, serta perilaku seseorang terhadap orang lain dan aktivitas bersama orang
lain, dan kecenderungan tersebut mencerminkan evaluasi orang tersebut terhadap
orang lain dan aktivitas bersama orang lain.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15

2. Komponen Sikap Sosial dan Komponen Objek Sikap Sosial
Sikap, termasuk sikap sosial, terdiri dari tiga komponen (Aronson, 2005;
Azwar, 2005; Huffman, Vernoy & Vernoy, 1997; Pettijohn, 1992; Zanden, 1984),
yaitu komponen kognitif, afektif, dan konatif. Terkait dengan sikap sosial,
komponen kognitif menunjukkan apa yang dipikirkan atau diyakini seseorang
tentang lingkungan sosialnya. Komponen afektif menunjukkan perasaan atau
reaksi emosi seseorang terhadap lingkungan sosial tersebut. Komponen perilaku
menunjukkan bagaimana seseorang cenderung berperilaku terhadap lingkungan
sosialnya.
Meskipun pada umumnya pikiran, perasaan, serta perilaku seseorang
terhadap suatu objek sikap cenderung konsisten, terkadang ketiga hal ini juga
bertentangan. Anak yang tidak menyukai gurunya bisa saja tetap menuruti
perkataan gurunya tersebut karena sekadar merasa takut. Dalam hal ini, terjadi
pertentangan antara afeksi dan perilaku anak. Namun, meskipun terkadang
seseorang tidak konsisten dalam pikiran, perasaan, dan perilakunya terhadap suatu
hal, hampir semua orang pasti memiliki suatu kecenderungan sikap, baik itu
positif maupun negatif. Sangat jarang seseorang memiliki sikap yang benar-benar
netral terhadap objek sikap tertentu (Azwar, 2005; Baron & Byrne, 1997).
Selain komponen sikap sosial, komponen objek sikap sosial juga perlu
diperhatikan. Yang dimaksud dengan komponen objek sikap sosial adalah objekobjek yang menjadi sasaran sikap sosial seseorang, yaitu orang-orang yang
berinteraksi dengan orang tersebut. Pada anak-anak, terdapat tiga komponen objek

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16

sikap sosial yang perlu diperhatikan, yaitu teman sebaya, keluarga, dan orang
asing lainnya. Ketiga komponen objek sikap ini akan dijelaskan di bawah ini.
a. Teman sebaya
Masa-masa sekolah sering disebut sebagai usia berkelompok, sebab
pada masa-masa sekolah inilah anak mulai membentuk kelompok-kelompok
dengan teman-teman sebayanya (Hurlock, 1972; Hurlock, 1980; Santrock,
1995). Karena itu, dibanding dengan masa-masa sebelumnya, pada usia
sekolah ini peran teman sebaya menjadi makin penting bagi anak (Bee, 1997).
Anak usia sekolah memang mulai mengembangkan relasinya dengan orang
lain di luar keluarganya (Kartono, 1982), lebih daripada ketika masa
prasekolah dulu, dan relasi sosial anak ini berkembang terutama dengan
teman-teman sebayanya. Sebagian besar waktunya di luar sekolah akan
dihabiskan anak bersama teman-teman sebayanya (Bee, 1997).
b. Keluarga
Seiring dengan makin banyaknya waktu yang dihabiskan bersama
teman-teman sebayanya, waktu yang dihabiskan anak bersama keluarga dan
orang tua makin sedikit. Berk (2006) bahkan mengungkapkan bahwa interaksi
dengan keluarga menurun secara dramatis selama usia sekolah. Namun,
meskipun demikian, keluarga, khususnya orang tua, tetap memegang peranan
penting dalam membantu anak untuk bersosialisasi (Santrock, 1995).
Bagaimanapun, orang tua tetap menjadi pihak yang memegang otoritas, yang
mampu mengajarkan serta menerapkan berbagai peraturan dan nilai pada
anak.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17

c. Orang asing (Friendly stranger)
Orang asing yang dimaksud di sini bukanlah orang yang benar-benar
asing bagi anak, melainkan orang dewasa di luar keluarga yang masih
memiliki relasi tertentu dengan anak, yaitu antara lain guru atau teman dari
orang tuanya. Interaksi dengan orang dewasa di luar keluarga ini juga sama
pentingnya bagi anak, sebab orang tua dan orang dewasa di luar keluarga
mengajarkan hal yang berbeda pada anak. Berbeda dengan interaksi dengan
orang tua, interaksi dengan orang dewasa di luar keluarga umumnya
menyangkut kemampuan anak dalam bidang yang lebih formal (Santrock,
1995). Guru, misalnya, berbeda dengan orang tua, lebih banyak mengajarkan
hal-hal yang terkait pendidikan formal.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa pada usia sekolah, terdapat tiga komponen
objek sikap yang utama, sesuai dengan perkembangan interaksi sosial anak yang
cukup luas dengan orang-orang di sekitarnya. Interaksi ini terutama terjadi dengan
teman-teman sebayanya, meskipun orang tua dan beberapa orang dewasa lain
tetap mempunyai peran dalam perkembangan interaksi sosial anak.

3. Pembentukan Sikap Sosial
Sikap sosial, seperti halnya sikap terhadap berbagai objek sikap lainnya,
merupakan sesuatu yang diperoleh melalui pembelajaran sosial, yaitu melalui
interaksi dengan orang lain (Azwar, 2005; Baron & Byrne, 1997). Baron dan
Byrne (1997; dalam Pettijohn, 1992) mengemukakan bahwa proses pembelajaran
ini secara umum terjadi melalui beberapa cara sebagai berikut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18

a. Classical conditioning
Pada classical conditioning, sikap terbentuk melalui asosiasi suatu objek sikap
dengan suatu hal yang positif atau negatif. Sebagai contoh, seorang anak yang
mendapat es sirup setiap kali bermain dengan teman-temannya mungkin akan
mengembangkan sikap yang relatif positif terhadap teman-temannya tersebut,
belum tentu karena ia sejak awal suka bermain dengan teman-temannya, tetapi
karena adanya asosiasi antara teman-temannya dengan es sirup yang
disukainya.
b. Instrumental conditioning
Pada cara ini, sikap terbentuk karena adanya penguatan atau hukuman
terhadap perilaku tertentu. Dalam membentuk perilaku, khususnya, pemberian
penguatan lebih disarankan daripada hukuman karena dinilai lebih efektif.
Sebagai contoh, seorang anak akan diberi hadiah bila tidak bertengkar dengan
adiknya selama kurun waktu tertentu. Anak tersebut akan termotivasi untuk
tidak bertengkar dengan adiknya sehingga sikap anak tersebut terhadap
adiknya pun menjadi lebih positif.
c. Modeling
Sikap juga dapat terbentuk melalui modeling, yaitu dengan sekedar mengamati
lalu meniru perilaku orang lain. Contohnya, seorang