Pelaksanaan bimbingan dalam menumbuhkan kemandirian anak yang mengalami Down Syndrome di SLB-C yayasan Khrisna Murti Jakarta Selatan

(1)

PELAKSANAAN BIMBINGAN DALAM MENUMBUHKAN KEMANDIRIAN ANAK YANG MENGALAMI

DOWN SYNDROME DI SLB-C YAYASAN KHRISNA MURTI JAKARTA SELATAN

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)

Oleh

Marwa Sopa Indah

NIM: 104052001986

JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1430 H/2009 M


(2)

PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI

Skripsi yang berjudul Pelaksanaan Bimbingan dalam Menumbuhkan Kemandirian Anak yang Mengalami Down’s Syndrome di SLB-C Yayasan Khrisna Murti Jakarta Selatan disusun oleh Marwa Sopa Indah telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada hari kamis, tanggal 25 Juni 2009. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I) pada Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam.

Jakarta, 31 Agustus 2009

SIDANG MUNAQASYAH

Ketua merangkap anggota, sekretaris merangkap

anggota,

Drs.Study Rizal,Lk.M.A. Drs.Hj.Musfirah Nurlaily.M.A.

NIP : 19640428 199303 1 002 NIP : 150299324

Penguji I, Penguji II,

Drs.H.Mahmud Jalal, M.A. Drs.M.Luthfi, M.A.

NIP : 19520422199 NIP : 19671006 199403 1

006

Pembimbing,

Nasichah, M.A.


(3)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar starata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 16 Juni 2009


(4)

Abstrak Marwa Sopa Indah (104052001986)

Pelaksanaan Bimbingan dalam Menumbuhkan Kemandirian Anak yang Mengalami Down Syndrome di SLB-C Yayasan Khrisna Murti Jakarta Selatan

Anak adalah anugerah dari Alllah SWT dan titipan untuk orang tua, yang merupakan pewaris atau penurun keturunan dari orang tua. Maka dari itu sudah kewajiban orang tua menjaga dengan sebaik-baiknya, sekalipun anak itu terlahir dengan kecacatan mental maupun fisik. Kecacatan mental dikenal dengan keterbelakang mental atau lebih sering disebut down syndrome.

Down syndrome adalah kondisi abnormalitas pada diri manusia yang ditandai oleh berbagai abnormalitas fisik termasuk keterbelakang mental yang berat, disebabkan oleh munculnya satu kromosom ekstra dari kedua puluh satu pasang kromosomnya. Dengan ciri-ciri fisik yang unik dan tampak yaitu mata sipit, kepala mengecil, tinggi badan relatif lebih pendek dari anak normal seumurannya, lidah yang menonjol keluar, mulut yang mengecil, hidung yang datar menyerupai orang mongol maka sering disebut mongoloid.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan kualitatif yang dideskripsikan untuk mendapatkan data tentang pelaksanaan bimbingan dalam menumbuhkan kemandirian anak yang mengalami down syndrome. Alat pengumpul datanya adalah dengan wawancara dan observasi secara langsung terhadap aktifitas bimbingan tersebut. Maksud bimbingan dalam menumbuhkan kemandirian anak yang mengalami down syndrome adalah untuk memahami konsep-konsep sederhana secara rasional serta memberikan bekal pengetahuan mendasar yang berguna bagi anak menuju kemandirian pada taraf perkembangan masing-masing dalam kehidupan sehari-hari.

Hasil penelitian didapat bahwa pelaksanaan bimbingan dalam menumbuhkan kemandirian anak yang mengalami down syndrome di SLB-C Yayasan Khrisna Murti Jakarta Selatan adalah bimbingan mampu latih yaitu melatih melakukan kegiatan yang berhubungan dengan kebiasaan sehari-hari. Adapun bentuk bimbingan mampu latih anak yang mengalami down syndrome dilakukan di dalam kelas yaitu menjelaskan, mencontohkan, dan mempraktekkan materi yang telah ditetapkan sesuai jadwal sekolah dengan menggunakan media gambar dan alat peraga, Selain itu bimbingan juga dilakukan di luar kelas dalam bentuk praktek atau bisa juga karya wisata. Metode yang digunakan adalah metode langsung yaitu secara kelompok dan individual dan metode tidak langsung. Adapun faktor penghambat bimbingan dalam menumbuhkan kemandirian anak yang mengalami down syndrome di SLB Yayasan Khrisna Murti Jakarta Selatan adalah faktor emosi anak yang tidak stabil dan sensitif dan kurang adanya motivasi orangtua atau keluarga mengantar anak ke sekolah. Sedangkan faktor pendukungnya adalah alat peraga serta praktek dan kesabaran pembimbing dalam membimbing anak down syndrome.


(5)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillahirobbil’aalamin, Segala puji bagi Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang yang telah memberikan kekuatan dan kesabaran kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga Allah tetap memberikan hidayah-Nya kepada penulis untuk menjadi manusia yang membawa manfaat. Salawat dan salam semoga tercurah atas Nabi Muhammad SAW, yang telah menjadi suri tauladan bagi seluruh manusia, begitupun bagi seluruh keluarga dan sahabatnya.

Ketika rasa putus asa dan keraguan datang disitulah manusia membutuhkan dukungan dan masukan dari orang lain, itulah yang penulis rasakan ketika menyelesaikan skripsi ini. Bersama rahmat-Nya, orang-orang terbaik telah dikirim kepada penulis untuk membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.

Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :

1. Bapak Dr.Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi beserta Pembantu Dekan, Bagian Akademik, Administrasi dan Keuangan.

2. Drs. M. Lutfi, MA selaku Ketua Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam yang telah membantu dalam kelancaran studi dan proses penyusunan skripsi.


(6)

3. Nasichah, MA selaku Sekertaris Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam serta dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan serta membantu penulis dengan baik serta sabar selama penyusunan skripsi. 4. Seluruh dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi khususnya di Jurusan

Bimbingan dan Penyuluhan Islam yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis agar kelak menjadi manusia berguna bagi dunia dan akhirat.

5. Pimpinan dan karyawan perpustakaan utama dan perpustakaan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif hidayatullah Jakarta yang telah mempermudah peminjaman buku selama kuliah dan penulisan skripsi berlangsung.

6. Pimpinan dan karyawan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu penulis selama kuliah dan menyelesaikan penulisan skripsi.

7. Kepala sekolah dan guru-guru SLB-C Khrisna Murti yang telah memberikan motivasi, dan membantu penulis dalam penyusunan skripsi. 8. H.M.Siddik dan Hj.Masinah orangtua tercinta atas segala do’a, kasih

sayang, pengorbanan, serta dukungan moral dan materiil yang tidak henti-hentinya untuk penulis hingga skripsi ini dapat terselesaikan. Bang Edy, ka-Erna dan Ozy atas do’a, pengorbanan, serta dukungan moral maupun materiilnya. Rasya yang lucu dan selalu menghibur.

9. keluarga besar H.Riman atas do’a, pengorbanan, serta dukungan moral dan materiil untuk penulis hingga skripsi ini dapat terselesaikan.


(7)

10.Juju, Yusi, Fuah, Noel sahabat-sahabat yang selalu setia dalam suka dan duka. Friend forever. Dan Teman-teman BPI ’04 yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, kebersamaan yang tidak terlupakan.

11.Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan atas bantuan dan do’anya untuk penulis hingga skripsi ini dapat terselesaikan.

Semoga Allah membalas semua kebaikan kalian, dan penulis pun menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari hasil skripsi ini, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi semua pihak yang membaca. Amien.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Jakarta, 16 Juni 2009


(8)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING LEMBAR PENGESAHAN

LEMBAR PERNYATAAN

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR... ii

DAFTAR ISI ... v

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian... 6

D. Tinjauan Pustaka ... 7

E. Metodologi Penelitian ... 7

F. Sistematika Penulisan... 11

BAB II TINJAUAN TEORI ... 13

A. Bimbingan ... 13

1. Pengertian Bimbingan ... 13

2. Tujuan dan Fungsi Bimbingan... 15

3. Metode Bimbingan... 17

B. Kemandirian ... 18

1. Pengertian Kemandirian ... 18


(9)

3. Faktor yang Mempengaruhi Kemandirian ... 21

C. Down Syndrome ... 26

1. Pengertian Down Syndrome ... 26

2. Faktor Penyebab Down Syndrome... 27

3. Ciri-ciri Down Syndrome ... 28

BAB III GAMBARAN UMUM SLB-C YAYASAN KHRISNA MURTI ... 31

A. Latar belakang Tujuan dan Sejarah Singkat ... 31

B. Visi dan Misi SLB Khrisna Murti... 34

C. Program Kerja... 34

D. Struktur Organisasi ... 36

BAB IV ANALISA BIMBINGAN DALAM MENUMBUHKAN KEMANDIRIAN ANAK DOWN SYNDOME DI SLB YAYASAN KRISNA MURTI ... 37

A. Identifikasi Informan ... 37

B. Bentuk Bimbingan Bagi Anak Down Syndrome... 39

C. Metode Bimbingan Bagi Anak Down Syndrome ... 50

D. Faktor Penghambat Dan Pendukung... 51

BAB V PENUTUP ... 54

A. Kesimpulan... 54

B. Saran- saran ... 55

DAFTAR PUSTAKA ... 56 LAMPIRAN


(10)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Al-Qur’an menegaskan bahwa manusia diciptakan dalam bentuk yang sebaik-baiknya dan rupa yang seindah-indahnya, sebagaimana dalam firman Allah SWT dalam surat At-Tin ayat 4 :

Artinya: “Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.” (Q.S At-Tin : 4).

Selain itu juga manusia dilengkapi dengan organ psikofisik yang istimewa seperti panca indera dan hati. Kenyataan itu merupakan kelebihan manusia dari makhluk lainnya. Namun, apabila masyarakat membandingkan manusia satu dengan lainnya maka perbedaannya akan terlihat. Misalnya dalam bentuk kekurangan fisik atau mentalnya yang kadang disebut dengan cacat. Cacat bukanlah penyakit, melainkan suatu keadaan yang berbeda-beda. Dari perbedaan tersebut, terdapat sekelompok anak yang memiliki keterbelakangan mental dengan ciri-ciri yang mencolok atau lebih dikenal dengan istilah down’s syndrome.

Down’s syndrome adalah kondisi abnormalitas pada diri manusia yang ditandai oleh berbagai abnormalitas fisik termasuk keterbelakangan mental yang berat, disebabkan oleh munculnya satu kromosom ekstra dari kedua


(11)

puluh satu pasang kromosomnya. Nama lain untuk down’s syndrome disebut juga Mongolism. 1

Tentunya setiap orang tua menginginkan yang terbaik bagi anaknya walaupun si anak menyandang down syndrome, namun dalam proses ke arah sana orangtua mempunyai tanggung jawab untuk dapat menerima keadaan anaknya dengan apa adanya secara keseluruhan, tanpa disertai persyaratan atau penilaian, selain itu juga tetap menghargai dan memahaminya sebagai individu yang berbeda dan mendukung perkembangannya.

Masa kanak-kanak adalah masa yang panjang dan cukup bagi seorang pendidik untuk menanamkan apapun yang diinginkan pada diri anak. Pada masa itu pula, seorang pendidik dapat mengarahkannya sesuai dengan gambaran yang ada padanya. Selama seorang anak ditopang dengan asuhan yang baik, arahan yang mendidik, maka pada saat itulah telah terbentang masa depan cerah yang akan dihadapinya.

Seperti halnya anak-anak normal, mereka membutuhkan pendidikan, bimbingan dan kasih sayang. Keluarga merupakan lembaga pendidikan awal bagi anak, karena bimbingan merupakan hal pertama dan yang utama diberikan di rumah, sedangkan lembaga selanjutnya diberikan di sekolah sebagai pendidikan formal yang akan membantu anak-anak untuk bisa hidup mandiri.

Mandiri bukanlah singkatan dari ” mandi sendiri ” melainkan mandiri merupakan suatu usaha agar anak dapat berdiri sendiri tidak bergantung pada

1


(12)

orang lain dan bertanggung jawab atas perilakunya sendiri.. Kemandirian sudah dapat dilihat sejak individu masih kecil dan akan terus berkembang hingga akhirnya menjadi sifat yang relatif menetap pada masa remaja.

Masa kanak-kanak bukanlah masa “praktek”. Ia hanya suatu masa persiapan dan pelatihan untuk dapat mencapai masa “praktek” di saat ia sudah mulai dewasa hingga ia merasa mudah dalam menjalankan kewajiban-kewajibannya. Juga membuat sang anak siap secara total dalam mengarungi bahtera kehidupan dengan penuh rasa optimis. 2

Sekolah memiliki peranan penting terutama dalam membantu dan mengarahkan anak agar memiliki sikap mental dan mandiri yang baik, meskipun tidak sepenuhnya menjadikan mereka anak normal.

Masalah anak cacat terutama anak yang mengalami down’s syndrome belum begitu banyak mendapat perhatian di Indonesia, meskipun dalam 10 tahun terakhir ini tampak kemajuan. Fasilitas pendidikan dan rehabilitasi sangat terbatas. Secara praktis anak down syndrome tentu memerlukan tindakan yang khusus, seperti memasukkan anak tersebut ke sekolah khusus, intervensi dini dan sebagainya. Tindakan ini perlu dilakukan karena intelegensi dan kemampuannya berada di bawah rata-rata, sehingga membutuhkan bantuan khusus, seperti pengasuhan yang khusus dari orang tua.

Selain membutuhkan perhatian yang lebih dari orang tua seorang anak khususnya penderita down’s syndrome juga membutuhkan pola pendidikan

2


(13)

yang tepat bagi pengembangan kemampuan anak. Salah satunya adalah SLB (sekolah Luar Biasa).

Lembaga SLB (Sekolah Luar Biasa) merupakan salah satu lembaga sekunder yang mempunyai peranan penting terhadap perkembangan jiwa anak-anak cacat, baik cacat fisik maupun cacat mental. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan luar biasa yaitu membantu anak didik yang menyandang kelainan fisik atau mental atau kelainan perilaku agar mampu mengembangkan sikap, pengetahuan dan keterampilan sebagai pribadi maupun anggota masyarakat, dan dapat hidup secara wajar serta mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

Hal di atas juga dikarenakan interaksi anak dengan pendidik di sekolah cukup intensif dan berlangsung lama dalam setiap harinya. Karena itu sekolah tidak hanya berfungsi untuk mencerdaskan melainkan juga membentuk watak dan kepribadian anak. 3

Begitu juga pendidik harus mempunyai pengertian tentang sikap dan pandangan anak dan keluarganya mengenai kekhususan yang dimiliki si anak. Sikap dan pandangan ini dapat berbeda-beda, yaitu sebagian anak dan keluarganya dapat menerima kondisi si anak dan dapat mengatasinya, sebagian lainnya tidak dapat berbuat demikian. Dimana kunci utamanya adalah apakah si anak merasa dicintai, disenangi, dan merasa aman. Hal ini diperlukan oleh setiap anak, tetapi yang lebih dibutuhkan adalah anak yang berkebutuhan khusus.

3

Notosoedirjo Moeljono dan Latipun, Kesehatan Mental Konsep dan Penerapannya, (Malang:Universitas Muhammadiyah, 2002), h. 201.


(14)

Dari uraian tersebut di atas, penulis tertarik pada anak down’s syndrome terutama mengenai menumbuhkan kemandirian, dimana anak yang mengalami down’s syndrome perlu mendapatkan perhatian khusus melalui bimbingan, untuk meneliti lebih jauh dalam sebuah penelitian penulis menuangkan dalam judul skripsi “Pelaksanaan Bimbingan dalam Menumbuhkan Kemandirian Anak yang Mengalami Down’s Syndrome di SLB-C Yayasan Krisna Murti Jakarta Selatan”

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Penelitian ini dibatasi pada bimbingan dalam menumbuhkan kemandirian anak yang mengalami down syndrome di SLB Yayasan Krisna Murti, yang berjumlah tujuh orang anak sedangkan pembimbing ada dua orang.

Yang dimaksud kemandirian dalam penelitian ini adalah untuk memahami konsep-konsep sederhana secara rasional serta memberikan bekal pengetahuan mendasar yang berguna bagi siswa menuju kemandirian pada taraf perkembangan masing-masing dalam kehidupan sehari-hari.

2. Perumusan Masalah

Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: a. Bagaimana bentuk bimbingan dalam menumbuhkan kemandirian anak


(15)

b. Apa metode yang digunakan pembimbing dalam melaksanakan bimbingan menumbuhkan kemandirian anak yang mengalami down syndrome?

c. Apa saja faktor penghambat dan pendukung bimbingan dalam menumbuhkan kemandirian anak yang mengalami down syndrome?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui bentuk bimbingan dalam menumbuhkan kemandirian anak yang mengalami down syndrome.

2. Untuk mengetahui metode yang digunakan pembimbing dalam melaksanakan bimbingan menumbuhkan kemandirian anak yang mengalami down syndrome.

3. Untuk mengetahui faktor penghambat dan pendukung bimbingan dalam menumbuhkan kemandirian anak yang mengalami down syndrome. Adapun manfaat penelitian ini adalah :

a. Secara teoritis dapat digunakan sebagai bahan informasi dan dokumentasi ilmiah untuk perkembangan ilmu pengetahuan terutama dalam bidang Bimbingan dan Penyuluhan Islam.

b. Secara praktis sebagai bahan informasi bagi para pembimbing atau guru yang bergerak dalam penanganan anak yang mengalami down syndrome.


(16)

D. Tinjauan Pustaka

1. Upaya Bimbingan dan Konseling dalam Menumbuhkan Kemandirian Anak Tunagrahita di SLB Negeri Kapten Halim Purwakarta yang ditulis oleh Maemanah Sa’diah tahun 2006 Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam Fakultas Islam Neeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Fokus permasalahannya adalah bagaimana bimbingan dan konseling yang dilakukan dalam menumbuhkan kemandirian anak tunagrahita.

2. Bimbingan Agama Bagi Anak Down’s Syndrome di SLB YKS III Katapang yang ditulis oleh Mardianah tahun 2007 Bimbingan dan Penyuluhan Islam Universitas Islam Negeri Bandung. Fokus permasalahannya adalah proses bimbingan agama yang diberikan kepada anak down’s syndrome.

Sedangkan skripsi ini berjudul Pelaksanaan Bimbingan dalam Menumbuhkan Kemandirian Anak yang Mengalami Down’s Syndrome di SLB Yayasan Khrisna Murti Jakarta Selatan. skripsi ini membahas proses bimbingan dalam menumbuhkan kemandirian anak yang mengalami down’s syndrome.

E. Metodologi Penelitian 1. Metode Penelitian

Dengan memperhatikan dan menyesuaikan terhadap masalah yang akan diteliti, serta tujuan yang akan dikemukakan, maka penelitian ini


(17)

dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Metode ini dimaksudkan untuk mengolah dan menganalisis berbagai fenomena empiris, yang berkenaan dengan bimbingan menumbuhkan kemandirian pada anak yang mengalami down syndrome di SLB-C Yayasan Khrisna Murti.

2. Subyek dan Obyek Penelitian

Subyek penelitian yaitu tempat memperoleh keterangan4. Dalam penelitian ini yang menjadi subyek adalah pembimbing yang juga sebagai guru berjumlah dua orang yang memberikan bimbingan dalam menumbuhkan kemandirian bagi anak yang mengalami down syndrome. Adapun yang menjadi obyek penelitian skripsi ini adalah bimbingan dalam menumbuhkan kemandirian anak yang mengalami down syndrome yang berjumlah tujuh orang.

3. Sumber Data

Sumber data adalah unsur utama yang dijadikan sasaran dalam penelitian untuk memperoleh data-data konkrit, dan yang dapat memberikan informasi untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini.

Untuk data primer, penulis menghimpunnya dari pembimbing yang berjumlah dua orang di SLB-C Yayasan Khrisna Murti, yang dijadikan sebagai subyek penelitian, kemudian data sekunder didapatkan dari catatan-catatan atau dokumen yang berkaitan dengan penelitian ini

4


(18)

4. Penentuan Lokasi dan Waktu Penelitian

Penulis melakukan penelitian skripsi ini di SLB Yayasan Khrisna Murti yang beralamat di Jalan Masjid Darussalam Blok A Jakarta Selatan. Alasan penulis memilih lokasi ini adalah :

a. Adanya bimbingan kemandirian terhadap anak yang mengalami down syndrome.

b. Terdapat data-data yang penulis butuhkan yang terkait dengan penelitian.

c. SLB Yayasan Khrisna Murti ini ini bersedia untuk dijadikan tempat penelitian.

Penelitian ini dilakukan mulai tanggal 14 Desember 2008 sampai dengan 20 April 2009.

5. Teknik Pengumpulan Data

Tehnik pengumpulan data-data yang diperlukan dalam penelitian ini, penulis menggunakan tehnik wawancara, observasi, dan dokumentasi. a. Interview (wawancara)

Dalam hal ini penulis melakukan wawancara secara langsung kepada informan, alasan peneliti menggunakan tehnik wawancara secara langsung adalah dengan menggunakan tehnik ini, kebenaran atas jawaban dari informen dapat dicek secara langsung dengan mengajukan pertanyaan pembanding, atau dengan melihat wajah atau gerak-gerik informen, selain itu juga jika ada pertanyaan yang belum dipahami, sumber informasi (pewawancara) dapat segera


(19)

menjelaskannya.5 Penulis melakukan wawancara kepada pembimbing atau guru, untuk memperoleh data tentang bimbingan dalam menumbuhkan kemandirian anak yang mengalami down syndrome. b. Observasi

Yaitu penulis melakukan pengamatan dan pencatatan dengan sistematis fenomena-fenomena yang diselidiki.6 Terkait dengan masalah bagaimana bentuk bimbingan menumbuhkan kemandirian yang dilakukan pembimbing selaku guru pada anak yang mengalami down syndrome di SLB Yayasan Khrisna Murti.

c. Dokumentasi

Yaitu penulis mengumpulkan data-data dan informasi berkenaan dengan masalah yang terkait, yang penulis dapatkan dan telaah dari buku-buku, internet dan juga arsip-arsip yang dimiliki yayasan.

6. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode observasi, maka instrument penelitiannya adalah peneliti itu sendiri, dimana peneliti menjadi segalanya dan keseluruhan proses penelitian atau peneliti disebut sebagai instrument kunci. 7

5

Soehartono Irawan, Metode Penelitian Sosial, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1995), h. 68.

6

Sutrisno hadi, Metodologi Penelitian Research II, (Yogya: Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi UGM, 1984), h. 141.

7


(20)

7. Teknik Analisis Data

Penganalisisan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu secara kualitatif dengan masalah yang akan diteliti di sini, maka analisis data yang akan dilaksanakan meliputi langkah-langkah sebagai berikut : a. Mengumpulkan data dan setelah terkumpul data dikelompokan

menurut jenis masing-masing.

b. Setelah diklasifikasikan menurut jenisnya, data tersebut dihubungkan antara pendapat satu dengan yang lainnya dengan teori yang sedang diteliti.

c. Langkah selanjutnya data tersebut diinterpretasikan. d. Penarikan kesimpulan.

8. Teknik Penulisan

Adapun teknis penulisan penelitian dan kajian ini mengacu kepada buku Pedoman Penulisan skripsi, tesis dan disertasi edisi terbaru yang diterbitkan oleh UIN Jakarta Press tahun 2007.8

F. Sistematika Penulisan

BAB I : Penulis menjelaskan seputar latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II: Dalam bab ini penulis mencoba menjelaskan tentang pengertian bimbingan, pengertian kemandirian dan pengertian down syndrome

8

Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Skrips, Tesis dan Disertasi, (Jakarta: UIN Jakarta press, 2007).


(21)

BAB III: Dalam bab tiga ini akan di jelaskan mengenai gambaran umum SLB Yayasan Krisna Murti Jakarta Selatan.

BAB IV: Bab empat ini menjelaskan tentang analisis bimbingan dalam menumbuhkan kemandirian anak yang mengalami down syndrome, meliputi bagaimana bentuk bimbingan dalam menumbuhkan kemandirian anak yang mengalami down syndrome, bagaimana metode yang digunakan, dan apa faktor penghambat dan pendukung.


(22)

BAB II LANDASAN TEORI

A. Bimbingan

1. Pengertian Bimbingan

Istilah bimbingan merupakan terjemahan dari bahasa inggris “guidance“ yang berasal dari kata “to guide “ yang berarti “menunjukkan.”

Menurut Arifin secara etimologi juga berarti, “bimbingan adalah menunjukkan, memberi jalan atau “menuntun“ orang lain kearah tujuan yang bermanfaat bagi kehidupan dimasa kini dan dimasa yang akan datang. 9

Bimbingan adalah suatu proses membantu individu melalui usahanya sendiri untuk menemukan dan mengembangkan kemampuannya agar memperoleh kebahagiaan pribadi dan kemanfaatan sosial. 10

Menururt Crow dan Crow yang dikutip oleh HM.Umar dan Sartono menyebutkan bahwa bimbingan dapat diartikan “sebagai bantuan yang diberikan oleh seseorang, baik pria maupun wanita yang memiliki pribadi yang baik dan pendidikan yang memadai, kepada seorang individu dari setiap usia untuk menolongnya mengemudikan kegiatan-kegiatan

9

M Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama, (PT: Jakarta Golden Terayon, 1998), cet. ke-6, h. 1.

10

H. M. Umar dan Sartono, Bimbingan dan Penyuluhan, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 1998), cet. ke-1, h. 3.


(23)

hidupnya sendiri, mengembangkan arah pandangannya sendiri, membuat pilihannya sendiri dan memikul bebannya sendiri”.11

Dalam pemahaman lain Stopps seperti yang dikutip umar dan sartono menyatakan bahwa arti bimbingan adalah “suatu proses yang terus menerus dalam membantu perkembangan individu untuk mencapai kemampuannya secara maksimal dalam mengarahkan manfaat yang sebesar-besarnya baik bagi dirinya maupun masyarakat”. 12

Dalam istilah lain Moh. Surya menyatakan bahwa bimbingan ialah “suatu proses pemberian bantuan yang terus menerus dan sistematis dari pembimbing kepada yang dibimbing agar tercapai kemandirian dalam pemahaman diri, penerimaan diri, pengarahan diri, dan perwujudan diri, dalam mencapai tingkat perkembangan yang optimal dan penyesuaian diri dengan lingkungan”. 13

Dan lebih jelas lagi bimbingan, Prayitno (seorang pakar bimbingan dan konseling) menerangkan sebagai berikut :

“Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada seseorang (individu) yang mandiri. Kemandirian ini mencakup 5 fungsi pokok yang hendaknya dijalankan oleh pribadi mandiri, yaitu : (a) mengenal diri sendiri dan lingkungannya; (b) menerima diri sendiri dan lingkungan secara positif dan dinamis (c) mengambil keputusan; (d) mengarahkan diri dan ; (e) mewujudkan diri”. 14

11

H. M. Umar dan Sartono, Bimbingan dan Penyuluhan, h. 9.

12

Ibid, h. 10.

13

Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000), cet. ke-1, h. 20.

14


(24)

Dari beberapa pendapat diatas mengenai pengertian bimbingan sebagaimana dapat dipahami tentang arti bimbingan yakni merupakan suatu proses pemberian bantuan secara terus menerus dan sistematis kepada individu atau kelompok dalam memecahkan masalah yang dihadapi dan agar mereka dapat berkembang menjadi pribadi yang mandiri.

2. Tujuan dan Fungsi Bimbingan

Dalam melaksanakan bimbingan terhadap individu atau kelompok supaya mendapat hasil yang sesuai dengan apa yang diharapkan, serta mengarahkan dan mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi. Maka perlu diperhatikan terlebih dahulu tujuan dari bimbingan, menurut Prayitno ada dua tujuan, yaitu :

a. Tujuan umum, yaitu untuk membantu individu mengembangkan diri secara optimal sesuai dengan tahap perkembangannya dan predoposisinya, berbagai latar belakang yang ada dan sesuai dengan tuntutan positif lingkungannya.

b. Tujuan khusus merupakan penjabaran tujuan umum yang dikaitkan langsung dengan permasalahan yang dialami oleh individu, sesuai dengan kompleksitas permasalahannya. 15

Secara singkat dapat diketahui bahwa tujuan bimbingan dalam membantu individu agar :

15

Prayitno, dan Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Rineka Cipta, 1999), cet. ke-1, h. 144.


(25)

a. Mengenal dan memahami dirinya sendiri, termasuk kekuatan-kekuatan dan kelamahan-kelemahannya.

b. Mengenal dan memahami lingkungan

c. Mengambil keputusan untuk melangkah maju seoptimal mungkin. d. Berusaha sendiri memecahkan masalah.

e. Menyesuaikan diri secara sehat terhadap lingkungannya. f. Mencapai serta meningkatkan kesejahteraan mentalnya.

Fungsi bimbingan dapat diartikan sebagai suatu tertentu yang mendukung atau mempunyai arti terhadap tujuan bimbingan. Dalam hubungan ini bimbingan berfungsi sebagai pemberi layanan kepada anak agar masing-masing anak atau murid berkembang secara optimal, sehingga menjadi pribadi yang utuh dan mandiri.

Bila ditinjau dari kegunaan atau manfaat, ataupun keuntungan-keuntungan yang akan diperoleh melalui pelayanan bimbingan, maka para ahli mengelompokkan fungsi-fungsinya kepada empat fungsi pokok yaitu : 1. Fungsi pemahaman, adalah pemahaman tentang diri anak beserta permasalahannya oleh anak sendiri dan oleh pihak-pihak yang akan membantu anak.

2. Fungsi pencegahan, membantu individu menjaga dan mencegah timbulnya masalah bagi anak.

3. Fungsi pengentasan atau perbaikan, membantu individu keluar dari masalah yang dihadapinya.

4. Fungsi pemeliharaan dan pengembangan, fungsi pemeliharaan berarti memelihara segala sesuatu yang baik yang ada pada diri individu, baik hal itu merupakan pembawaan maupun hasil perkembangan yang telah ditangani selama ini. 16

16


(26)

3. Metode Bimbingan

Metode dalam pengertian harfiah adalah jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan, karena kata metode berasal dari kata meta yang berarti melalui dan hodos berarti jalan.17 Namun pengertian hakiki dari metode adalah segala saran yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan yang diinginkan, baik saran tersebut bersifat fisik, seperti alat peraga, administrasi, dan pergedungan di mana proses kegiatan bimbingan berlangsung. Bahkan pelaksanaan metode seperti pembimbing sendiri termasuk metode juga dan sarana nonfisik seperti kurikulum, contoh teladan, sikap dan pandangan pelaksana metode, lingkungan yang menunjang suksesnya bimbingan dan cara-cara pendekatan dan pemahaman terhadap sasaran metode.

Demi untuk mencapai tujuan yang jelas dan terarah maka bimbingan memerlukan metode atau tehnik-tehnik dalam membimbing anak. Secara umum berikut di uraikan metode bimbingan :

a. Metode Langsung (direktif)

Metode komunikasi lansung dimana pembimbing dan pihak yang dibimbing langsung bertatap muka. Ada dua cara :

1) Metode individual yaitu metode yang dilakukan langsung secara individu dengan pihak yang dibimbingnya, seperti percakapan ataupun kunjungan rumah dan observasi, yakni pembimbing mengamati lingkungan sekitarnya.

17

Umar dan Sartono, Bimbingan dan Penyuluhan, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2001), h. 136.


(27)

2) Metode kelompok yaitu pembimbing melakukan komunikasi langsung dengan yang dibimbing dalam bentuk kelompok melalui diskusi, ceramah, dan dinamika kelompok, atau bisa juga dilakukan dengan cara menggunakan ajang karya wisata. 18

b. Metode tidak langsung (non directif)

Metode tidak langsung adalah metode bimbingan yang dilakukan melalui media massa, metode tidak langsung dapat pula dilakukan secara individual maupun kelompok. Tehnik yang digunakan adalah :

1) Metode individual dilakukan melalui surat, telepon, fax, email, dan sebagainya.

2) Metode kelompok dapat dilakukan melalui papan bimbingan, surat kabar atau majalah, brosur, radio, atau televisi. 19

B. Kemandirian

1. Pengertian Kemandirian

Kemandirian dalam kamus bahasa Indonesia berasal dari kata mandiri adalah keadaan dapat berdiri sendiri tidak bergantung pada orang lain, sejak kecil ia sudah biasa, sehingga bebas dari ketergantungan pada orang lain.20

18

Aunur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, (Yogyakarta: UII Press, 2000), h. 53.

19

Ibid, h. 38.

20

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), cet. ke-3.


(28)

Kemandirian didefinisikan sebagai suatu kemampuan mengatur tingkah laku memilih dan membimbing keputusan dan tindakan seseorang, tanpa dikontrol dari orang tua.

“Kemandirian adalah proses pertumbuhan dan perkembangan sikap seseorang, yang lahir dari dalam hati untuk belajar menata diri sendiri. Tumbuh berarti bertambah, dalam hal ini bertambah matang dalam segala hal, dapat dilihat bahwa kemandirian adalah suatu proses pendewasaan diri seorang anak, dan proses pembelajaran diri, yaitu berpegang pada prinsip sendiri serta tidak bergantung pada orang lain. Kemandirian seseorang dipengaruhi oleh sikap, cara, dan kepribadian yang disiplin, mempunyai tekad untuk maju, dengan keadaan dapat berdiri sendiri.” 21

Dari pengertian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa kemandirian adalah proses pendewasaan, dan pembelajaran seseorang yang mempunyai tekad untuk lebih maju dan tidak bergantung kepada orang lain, hal ini dipengaruhi oleh sikap serta kepribadian seseorang yang disiplin.

2. Ciri-ciri Kemandirian

Menurut Lindzay dan Aronson, seperti yang dikutip oleh Tien Supartinah . orang yang mandiri menunjukkan ciri-ciri :

a. Secara relatif jarang mencari perlindungan kepada orang lain. b. Menunjukkan inisiatif dan berusaha untuk mengejar prestasi. c. Memiliki rasa percaya diri.

d. Memiliki keinginan untuk menonjol. 22

21

Sri Harini, Aba Firdaus Al-Halwani, Mendidik Anak Sejak Dini, (Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2003), h. 34 .

22

Tien Supartinah dan Sugiyanto, Laporan Penelitian Mengenai Kontribusi Harga Dir, Kemandirian, dan Motif Berprestasi Akademik Mahasiswa FKIP UNS Surakarta,

Dirjen Pembinaan Penelitian dan PPM Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, (Depdikbud, 1992), h. 20.


(29)

Menurut Thulus Hidayat, seperti yang dikutip oleh Tien Supartinah mengelompokkan ciri-ciri kemandirian kedalam tiga kelompok yaitu : a. Ciri-ciri yang menekankan pada adanya rasa tanggung jawab yang

besar terhadap perilakunya, baik tanggung jawab terhadap orang lain maupun tanggung jawab terhadap diri sendiri.

b. Adanya rasa percaya diri, sehingga ia merasa aman menghadapi lingkungan, merasa aman berada dengan orang lain, dan tidak tergantung pada orang lain.

c. Adanya kreatifitas, sehingga ia mampu menghasilkan inisiatif atau ide-ide dalam mencapai prestasi. 23

Berdasarkan ciri-ciri di atas dapat penulis simpulkan bahwa kemandirian memiliki ciri-ciri pokok yaitu :

a. Aktifitas sendiri yakni adanya tindakan yang dilakukan sendiri tanpa bantuan orang lain, mampu mengendalikan tindakannya dan memecahkan masalah yang dihadapinya sendiri

b. Percaya diri yakni adanya kepercayaan pada kemampuan yang dimilikinya,penerimaan terhadap dirinya sendiri dan memperoleh kepuasaan dari usaha yang telah dilakukannya sendiri

c. Bertanggung jawab yakni adanya keinginan untuk maju, usaha untuk mengejar prestasi, dan tujuan secara sunguh-sungguh, ulet, tekun, serta berani mengambil resiko, berani tanggung jawab terhadap perilakunya dan keputusan yang diambil, baik tanggung jawab terhadap diri sendiri maupun orang lain.

d. Kreatif yakni kemampuan untuk bertindak orisinil, penuh gagasan dan mampu mengembangkan sikap kritis.

23


(30)

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemandirian

Kemandirian tidak terjadi begitu saja, karena dalam membentuk perilaku mandiri harus memperhatikan beberapa faktor penting yang mempengaruhi kemandirian. Secara garis besar terdapat dua faktor yang mempengaruhi kemandirian, yaitu faktor internal (mencakup faktor perkembangan dan kematangan anak: serta faktor jenis kelamin) dan faktor eksternal (mencakup faktor sosial dan budaya, faktor pola asuh). a. Faktor Internal

Faktor internal yaitu faktor yang berasal dari dalam diri individu yang mencakup antara lain :

1) Faktor Perkembangan dan Kematangan Anak

Semakin seseorang berkembang menuju kearah kedewasaan, maka sifat menggantungkan diri semakin berkurang dan seseorang yang mempunyai sifat tergantung menunjukkan pribadi yang tidak matang.

Keadaan mandiri dapat tercapai jika seseorang berhasil memecahkan masalah yang dihadapinya dalam upaya perkembangan dirinya, mencapai kebebasan dan mampu melakukan banyak hal sendiri. Sedangkan bila seseorang gagal mengatasi tekanan-tekanan dan masalah yang dihadapi dalam


(31)

upaya yang memperoleh kebebasan dan mandiri maka dia akan merasa malu dan ragu akan kemampuannya sendiri.24

Maccoby dalam Monks menjelaskan bahwa sebelum anak berusia kurang lebih 8-12 tahun, orangtua lebih mendominasi. Selanjutnya terjadi koregulasi (penentuan bersama). Pada tahap ini orangtua semakin memberikan kebebasan menentukan sendiri pada anak dalam situasi self regulation. 25

Dengan demikian kemandirian anak sangat perlu dirangsang pada saat anak berada pada tahap muscular-anal, dimana anak mulai memiliki rasa ingin bebas walaupun belum dapat mandiri secara sempurna. Pada usia inilah langkah yang tepat bagi orangtua untuk memulai pemberian latihan kemandirian pada anak, sambil tetap menyesuaikan dengan tingkat perkembangan dan kematangan anak.

Dengan memberikan latihan kemandirian yang cukup pada masa kecil maka anak diharapkan tumbuh menjadi manusia mandiri pada saat dewasa, dimana pada masa ini terjadi transisi yaitu dari anak menuju dunia dewasa yang diharapkan pada berbagai tuntutan untuk mandiri sehingga dengan kemandirian tersebut akan terbentuklah identitas diri.

2) Faktor Jenis Kelamin

24

Calvin S. Hall dan Gardner Lindzey, Teori-teori Psikodinamik (Klinis ),

(Yogyakarta : Kanisius, 1993), h. 144-145.

25

F. J. Monks, et. Psikologi Perkembangan : Pengantar dalam Berbagai Bagiannya,


(32)

Pemberian perlakuan dan sikap yang berbeda terhadap anak laki-laki dan anak perempuan disebabkan oleh anggapan bahwa mereka mempunyai peranan yang berbeda di masyarakat. Pada laki-laki lebih diberi peran di area publik yaitu di luar rumah, sedangkan perempuan mendapatkan peran lebih pada wilayah intern atau domestik yaitu dalam rumah. Akibatnya laki-laki diharapkan lebih kuat, mandiri, agresif, dan mampu memanipulasi lingkungannya, berprestasi serta membuat keputusan. Sedangkan perempuan diharapkan lebih tergantung, sensitif dan keibuan.

Dengan demikian perbedaan sifat-sifat yang demikian lebih disebabkan oleh perbedaan perlakuan yang diberikan kepada mereka. Anak laki-laki lebih banyak diberi kesempatan untuk bersikap mandiri, berdiri sendiri dan menanggung resiko. Serta banyak dituntut untuk menunjukkan inisiatif dan originalitasnya daripada anak perempuan.26 Sedangkan laki-laki lebih cenderung aktif daripada anak perempuan dalam upaya memperoleh kemandirian dari orangtua, tetapi perempuan dinilai lebih mandiri daripada laki-laki dalam masalah emosi.

b. Faktor Eksternal

Adapun faktor-faktor eksternal yaitu faktor-faktor yang berasal dari luar yang mempengaruhi kemandirian seseorang meliputi antara lain :

26

Elizabeth. Hurlock. Perkembangan Anak, ( Jakarta : Penerbit Erlangga, 1993 ), Jilid II, h. 169.


(33)

1) Faktor Sosial dan Budaya

Manusia adalah makhluk sosial yang hidupnya tidak bisa dilepaskan dari kehidupan orang lain. Lingkungan yang ada di sekitar manusia itu merupakan bagian penting yang dapat mempengaruhi pembentukan dan perkembangan kepribadiannya. Lingkungan seseorang, seperti lingkungan keluarga, masyarakat, sekolah ataupun tempat individu tersebut tinggal akan dapat membentuk pola perilaku dan kebiasaan-kebiasaan seseorang termasuk kemandiriannya.

Dalam upaya pembentukan kemandirian ini perlu melihat konteks lingkungan sosial dan nilai-nilai budaya yang dianut oleh masyarakat sekitarnya. Hal ini karena konteks lingkungan sosial dan nilai-nilai budaya masyarakat, sangat mempengaruhi penerimaan masyarakat akan arti pentingnya kemandirian, yang juga sangat berpengaruh pada cepat dan lambatnya pencapaian kemandirian seseorang.

2) Faktor Pola Asuh

Faktor lain yang juga berpengaruh besar terhadap proses pembentukan kemandirian ini adalah faktor pola asuh orangtua bahkan mungkin faktor inilah yang paling besar pengaruhnya terhadap perkembangan kemandirian seseorang.

Ada tiga teknik pengasuhan yang biasanya diterapkan orangtua pada anaknya, yaitu pola asuh authoritarian (otoriter),


(34)

pola asuh permisif (membolehkan), pola asuh autoritatif (demokratis).

Pada pola asuh authoritarian, orangtua cenderung mendidik dan menahan perolehan kebebasan anak, yang akibatnya dapat membuat anak cenderung menjadi tergantung, kurang percaya diri dan pasif.

Sementara itu pola asuh permisif, tidak menghasilkan anak-anak yang sering mengalami kesulitan mengatasi tuntutan untuk mandiri dan percaya diri menjelang usia remaja, dan mungkin akan mengalami frustasi bila terjadi kegagalan dalam mengahadapi lingkungan yang tidak mau menurut apa yang diinginkannya.

Sedangkan pola asuh autoritatif, secara tidak langsung orangtua mendorong kemandirian dan tingkah laku disiplin pada anak. Hal ini karena orangtua yang menerapkan pengasuhan demokratis, tidak melakukan dominasi terhadap anak dalam membuat keputusan, dan dalam membuat peraturan pun mereka akan senantiasa memberikan penjelasan-penjelasan.

Anak yang diasuh dengan pola autoritatif (demokratis), akan menjadi anak yang kompeten secara sosial, artinya anak akan mandiri, dewasa, mempunyai control diri yang kuat, percaya diri, bersemangat atau aktif, eksploratif, ramah, bersahabat dengan teman-temannya, dan mampu mengatasi stress.


(35)

Dalam hal ini pola asuh autoritatif (demokratis) lebih efektif dibandingkan dengan otoriter dan permisif karena memberikan standar yang jelas dan control yang bijaksana terhadap anak-anak, sehingga mereka tumbuh menjadi pribadi yang matang.

C. Down’s syndrome

1. Pengertian down’s syndrome

Sindrom ini pertama kali diuraikan oleh Langdon Down pada tahun 1866. Walaupun sudah lama dikenal, baru pada tahun 1959 ditemukan dan dibuktikan adanya kelainan pada kromosom.

Menurut Kartono dan Gulo Down syndrome adalah suatu kondisi abnormal pada diri manusia yang ditandai oleh berbagai abnormalitas fisik, termasuk keterbelakangan mental yang berat; disebabkan oleh munculnya satu kromosom ekstra dari kedua puluh satu pasang kromosomnya. Down syndrome dinamakan juga dengan mongolism. 27

Seperti yang dikatakan Bandi Delphi “Down syndrome termasuk ke dalam tunagrahita tingkat sedang dan berat. Tipe klinis yang khusus dapat terlihat dari bentuk raut muka, badan dan karakteristik syndrome”.28 Tunagrahita kelompok down syndrome mempunyai kelainan-kelainan yakni kecacatan pada bentuk hati, ketidaknormalan pada

27

Kartini Kartono dan Gulo, Dali, Kamus Psikologi, (Bandung: Pionir Jaya, 1987), h. 131.

28

Bandi Delphie, Bimbingan Konseling Untuk Perilaku Non-Adaptif, (Bandung: Bani Quraisy, 2005), h. 30.


(36)

paru, gejala leukemia, infeksi pada mata dan telinga, kegemukan, masalah yang berkaitan dengan kulit (kasar, kering, dan terkena infeksi), mempunyai masalah pada gigi dan gusi, serta mempunyai hendaya pendengaran.

Anak penderita down’s syndrome ini memerlukan perhatian yang khusus baik itu dari keluarganya di rumah maupun guru di sekolahnya. Kesehatan umum yang perlu mendapat perhatian yang berkaitan dengan kondisi anak down syndrome tersebut, meliputi hal-hal sebagai berikut : 1) Nutrisi, karena disebabkan makanan mereka yang kurang bergizi 2) Kesulitan gerak saat mengunyah dan menyuap makanan ke mulutnya 3) Sering sakit dan mempunyai penyakit yang serius disebabkan jeleknya

pemeliharaan kesehatan dirinya.

4) Mudah mendapatkan kecelakaan dan luka-luka diakibatkan oleh adanya keterbatasan daya pandang, otot-otot tubuh yang lemah, kesulitan gerak, seringnya mendapatkan kejang otot (seizure).

5) Kegiatan fisik sangat diperlukan guna menjaga kebugaran dan kesehatan diri.

2. Faktor Penyebab Down Syndrome

Pewarisan sifat-sifat induk berlangsung melalui kromosom. Kromosom manusia normal sebanyak 23 pasang atau 46 buah. Sejumlah 23 kromosom diperoleh dari ayahnya dan 23 kromosom didapatkan dari ibunya saat pembuahan.


(37)

Demikian pula dengan gangguan mental terjadi karena tidak normal dalam hal jumlah dan struktur kromosom. Jumlah kromosomnya berlebihan atau berkurang menyebabkan individu mengalami gannguan mental, misalnya yang semestinya memiliki kromosom 46 buah berarti terdapat 23 pasang yang terdiri dari 22 pasang kromosom normal dan yang sepasang berjumlah 3 buah kromosom. Adanya pasangan kromosom ini disebut trisomi. 29

Kelainan kromosom terletak pada kromosom 21 dan 15. dengan kemungkinan-kemungkinannya ialah :

a. Non disjunction, kromosom yang terlibat yaitu kromosom 21 dimana semasa proses pembahagiaan sel secara mitosis pemisahan kromosom 21 tidak berlaku dengan sempurna.

b. Translokasi, berlaku oleh pemindahan bahan genetik dari kromosom 14 kepada kromosom 21. Bilangan kromosomnya normal yaitu 23 pasang atau jumlah kesemuanya 46 kromosom.

c. Mosaic, berlaku pada ibu-ibu di peringkat umur yang lebih muda. 30 3. Ciri-ciri Down Syndrome

Sebagaimana telah diketahui bahwasanya down syndrome memiliki ciri-ciri fisik yang berbeda dari anak-anak yang tumbuh dan berkembang secara normal, ciri-ciri tersebut di antaranya :

29

Notosoedirjo Moeljono dan Latipun, Kesehatan Mental Konsep dan Penerapannya, (Malang: Universitas Muhammadiyah, 2002), h 73.

30

Iskandar Wahidiyat, Ilmu Kesehatan Anak, (Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta : Infomedika, 2007), h. 217.


(38)

a) Otaknya tidak tumbuh sempurna.

b) Kepalanya kecil bulat dan ceper, tidak sempurna. Ubun-ubunnya tidak lekas tertutup menjadi keras, bahkan sering tidak pernah bisa tertutup sama sekali.

c) Bermata miring; lubang matanya sempit dan sipit. Sering juling, mengalami hypermetropia (bisa melihat pada jarak pendek),melihat benda, tapi tanggapannya tidak sama dengan penglihatan (deformed). Sering terdapat cataract, yaitu mata berair dan pandangannya jadi kabur dan kosong. Matanya bertitik-titik, dan mengalami kerusakan-kerusakan.

d) Lidahnya tebal dan besar tapi lunak, biasanya selalu terjulur keluar. Ada kalanya lidahnya kecil sekal dan runcing, kasar juga terbelah. e) Tangannya lunak, lebar, besar seperti mengandung air. Biasanya ibu

jari dan kelingkingnya kecil sekali. Telapak tangannya kisut dan terlipat-lipat tidak normal.

f) Bentuk gigi juga abnormal. Tulang-tulang rusuk dan punggung sering mengalami kelainan. Bibir tebal atau sumbing. Kuping luar biasa besarnya, atau kecil sekali berupa sebuah kutil. Kulitnya kering dan kasar; tetapi sering pula lembut dan lunak seperti kulit bayi. Pipinya kemerah-merahan.

g) Jari-jarinya mengalami polydactyli atau syndactyli. Seringkali belahan antara ibu jari dengan jari telunjuk sangat dalam sekali telapak kaki ceper, perutnya buncit, pusarnya bodong menonjol keluar.


(39)

h) Sendi-sendi dan otot-otot kaku. Alat kelaminnya sangat kecil dan tidak sempurna; anak gadis mengalami saat menstruasi yang sangat lamban. Darahnya dingin beku dan sangat sensitive terhadap temperature. i) Mentalnya tenang, lamban dan mengalami retardasi total. Baru bisa

bicara ketika berusia kurang lebih 6 tahun.

Sedangkan menurut Nur’aeni, ciri-ciri anak down syndrome diantaranya adalah :

a) Perkembangan senantiasa tertinggal dibanding teman sebayanya, bahkan kadang-kadang ada tahap perkembangan yang dilewati.

b) Tidak mampu mengubah cara hidupnya, ia cenderung rutin. Jika terjadi hal baru dilingkungannya ia menjadi bingung dan risau.

c) Perhatiannya tidak dapat bertahan lama.

d) Kemampuan berbahasa dan berkomunikasi terbatas, umumnya anak-anak gagap. Bagi mereka yang cacatnya berat cenderung bisu atau sering meraban atau mengoceh.

e) Sering tidak mampu menolong dirinya sendiri. f) Motif belajarnya rendah sekali.

g) Irama perkembangannya tidak pari, suatu saat mungkin meningkat tinggi, tetapi saat lain bahkan menurun kuat.

h) Tak acuh pada lingkungan

i) Jarang menirukan tingkah laku orangtua.

j) Penampilan fisiknya juga beda dengan teman sebayanya perkembanmgan motor halus, motor kasarnya juga sering terganggu. k) Ia sering gagal menghadapi lingkungannya tetapi tidak pernah mau

berusaha. 31

31

Nur’aeni, Intervensi Dini Bagi Anak Bermasalah, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), h. 107.


(40)

BAB III

GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

A. Sejarah Singkat dan Latar Belakang Berdirinya SLB-C Khrisna Murti

Dari seorang ibu bernama Murniati Nasution, Yayasan Khrisna Murti tercetus pada hari selasa tanggal 11 September tahun 1973 di kantor notaris. dengan menyisihkan sebagian dari kekayaan beliau sebesar Rp.5000,00 (lima ribu rupiah) bersama rekan yang bernama Sanawia Nur, mereka menghadap notaris Raden Soeratman32 untuk dibuatkan akte sehubungan mendirikan Yayasan Khrisna Murti.

Dari pemikiran dan rasa peduli Murniati Nasution terhadap pendidikan dan anak-anak yang kurang normal atau keterbelakang mental serta masih sedikitnya sekolah untuk anak-anak keterbelakang mental tersebut di Jakarta ini, Maka murniati nasution mengajak teman-temannya Profesor Titi Sayono dan Dra. Ganjar Dani mendirikan sekolah untuk anak-anak keterbelakang mental. Yang dikemudian hari sekolah itu diberi nama SLB (Sekolah Luar Biasa) khrisna Murti. Nama itu pun sesuai dengan nama Yayasan yang didirikan murniati nasution yang juga diambil dari nama murniati sendiri. 33

SLB Khrisna Murti beralamat di jalan raya III no.8 Kebayoran Baru Jakarta Selatan. Kemudian tahun 1985 dalam keadaan darurat

32

Raden Soeratman, Akta Notaris SLB no 93, 1973.

33

Chairani Parinduri, Kepala Sekolah SLB Krisna Murti, Wawancara pribadi,


(41)

dipindahkan oleh bapak Yusuf Sirait yang pada waktu itu lurah setempat. Karena tempat tersebut akan didirikan sebuah masjid. Selain itu juga tempat itu sudah tidak cukup lagi untuk menampung siswa-siswanya yang sudah mulai banyak. Maka, sekolah dipindahkan ke alamat jalan masjid Darussalam Blok A Gandaria Utara Kecamatan Kebayoran Baru Jakarta Selatan. Karena pindah dalam keadaan darurat pada waktu itu keadaan sekolah lantainya masih berupa tanah dan sering terkena banjir karena memang dulu tempat itu adalah empang. Namun, tahap demi tahap sekolah pun dapat direnovasi dengan dana dari pemerintah dan sumbangan para donator. 34

Yayasan SLB Khrisna Murti sudah mendapatkan surat persetujuan menyelenggarakan sekolah swasta dari menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republic Indonesia sejak tanggal 10 Januari tahun 1989 dengan No. 55/ A/ I-89. selain itu yayasan juga telah terdaftar di Badan Koordinasi Kegiatan Kesejahteraan Sosial (BKKKS) DKI Jakarta pada tanggal 4 April tahun 1991, surat ini menjelaskan bahwa Yayasan tersebut telah melaksanakan upaya pelayanan di bidang usaha kesejahteraan Sosial dalam bentuk pendidikan keterbelakang mental, dan untuk mempermudah kegiatan di bidang usaha sekolah SLB ini, juga mendapat izin operasional dari instansi pemerintah maka sudah didapatkan surat tanda daftar yayasan / badan sosial dari kepala dinas sosial daerah khusus Ibukota Jakarta

34


(42)

dengan No. 96.40101.285. yang dikeluarkan pada tanggal 7 Oktober tahun 1996. 35

Sejalannya waktu kini pun SLB Khrisna Murti sudah lebih bagus dengan sarana dan prasarana yang dimiliki seperti; radio tape, computer, televisi, papan tulis, mesin jahit, perlengkapan memasak, meja tennis, lemari etalase, kipas angin, lemari buku, alat latihan atau perbaikan bicara, kaca cermin, kursi tunggu orangtua murid, dan kantin. SLB Khrisna Murti juga mempunyai 5 ruang belajar, 1 ruang praktek, 1 ruang kepala sekolah, 1 ruang program khusus, dan lapangan olah raga. 36

Adapun kekuatan internal yang dimiliki SLB Khrisna Murti diantaranya adalah memiliki tenaga guru dengan rincian sebagai berikut :

a. Guru PNS : 5 Orang

b. Guru BANTU : 3 Orang

c. Guru Yayasan : 1 Orang

d. Guru BK : 1 Orang

Yang masing-masing guru terdiri dari berbagai latar belakang pendidikan diantaranya :

a. Sarjana (S1) : 7 Orang

b. Diploma II (D2) : 2 Orang

c. SMK : 1 Orang

35

H. Emon Setia Sumanti. SH, Surat Tanda DaftarDinas Sosial DKI Jakarta,

1996.

36

Arsip Dokumentasi kepala Sekolah SLB-C Yayasan Khrisna Murti, 29 Januari 2009.


(43)

SLB Khrisna Murti memiliki gedung dibangun diatas tanah seluas 600 M persegi dan juga mempunyai sarana dan prasaran yang memadai seperti yang telah disebutkan di atas. Dan kekuatan SLB Khrisna Murti yang paling menguntungkan adalah berada dilokasi yang strategis karena berada di lingkungan yang sangat mendukung proses pembelajaran yaitu dekat dengan SMU 46, Taman Kanak-Kanak, dan Puskesmas. 37

B. Visi, Misi dan Tujuan SLB Khrisna Murti 1. Visi SLB Khrisna Murti

Memberdayakan peserta didik menuju kemandiriannya dalam bertaqwa kepada tuhan yang maha esa.

2. Misi SLB Khrisna Murti

a. Meningkatkan ketaqwaan terhadap tuhan yang maha esa

b. Mengidentifikasi potensi peserta didik untuk

ditumbuhkembangkan agar berpengetahuan, bercita-cita, mampu menerapkan hasil belajarnya dalam hidup bermasyarakat local dan global

c. Berpartisipasi aktif dalam mensukseskan program wajib belajar. 38 3. Tujuan SLB Krisna Murti

a. Membiasakan penerapan akhlak mulia, perilaku terpuji, sehat jasmani, dan rohani untuk berkreasi dalam kehidupan sehari-hari.

37

Ibid. Arsip Kepala Sekolah.

38


(44)

b. Menumbuh kembangkan kemampuan berkomunikasi, keterampilan bekerja sama dan keberanian membuat solusi.

c. Mempersiapkan peserta didik untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.39

C. Program Kerja

Adapun program kerja yang dilaksanakan di SLB Khrisna Murti adalah : 1. Bimbingan Orangtua

Bimbingan orangtua merupakan kegiatan pelayanan kepada orangtua murid. Pelaksanaan kegiatan ini berlangsung ketika awal orangtua mendaftarkan anaknya ke sekolah. Ada juga kegiatan ”home visit” guna memberitahu orangtua tentang kemajuan anaknya.atau mengadakan acara diskusi dengan para orangtua. 2. Bimbingan Kemandirian

Bimbingan kemandirian yaitu bimbingan yang diberikan kepada anak murid mengenai kegiatan sehari-hari agar anak murid dapat hidup mandiri walaupun memiliki kekurangan dari segi fisik maupun mental atau cacat.

3. Bimbingan Agama

Bimbingan Agama program bimbingan dalam bentuk keagamaan. Bimbingan tentang agama. Misalnya praktek shalat, wudhu,

39


(45)

membaca dan menghafal surah-surah pendek Al-Qur’an serta etika dan norma-norma agama.

4. Bimbingan Keterampilan dan Olahraga

Bimbingan keterampilan untuk murid agar murid mempunyai keterampilan tertentu sehingga dapat menghasilkan sesuatu untuk masa depannya. Keterampilan yang ada yaitu menjahit, merangkai bunga, menyulam, membuat pernak-pernik dan lain-lain.

Bimbingan olahraga diberikan agar murid mengetahui pentingnya menjaga kesehatan karena biasanya anak-anak dengan kecacatan fisik maupun mental rentang dengan penyakit sehingga mudah terserang penyakit.

D. Struktur Organisasi

Adapun bagan struktur organisasi SLB Krisna Murti adalah :


(46)

Keterangan :

: Garis Komunikasi

: Garis Birokrasi

Sumber : Arsip Kepala Sekolah SLB Krisna Murti, 29 Januari 2009

Komite Sekolah

Bendahara Sekolah Kepala Sekolah

Tata Usaha

Guru Guru Guru Guru Guru

Sudin Pendidikan Dasar Jakarta Selatan

Siswa Siswa Siswa Siswa Siswa Siswa Siswa

Guru Guru


(47)

BAB IV

TEMUAN DAN ANALISA PENELITIAN

A. Identifikasi Informan

Informan yang diambil oleh peneliti disini sebanyak 7 orang informen yaitu anak-anak yang mengalami Down’s syndrome. Informen pertama bernama Fabiansyah lahir di jakarta 8 februari 1999 akrab dipanggil fabi. Fabi mengalami down’s syndrome sejak lahir karena faktor umur ibu. Fabi masuk SLB ini karena orangtuanya sibuk bekerja sehinga fabi kurang mendapat perhatian, sehingga kondisi seperti tidak terurus.fabi hanya diurus oleh pengasuhnya, setiap hari fabi diantar sekolah oleh pengasuhnya. Setelah masuk SLB Khrisna murti, fabi belajar menulis dan bersosialisasi sehingga fabi tidak hanya berdiam diri dirumah.

Informen kedua bernama aldo lahir di jakarta 10 maret 2003. aldo mengalami down’s syndrome sejak lahir karena faktor gizi ibu yang kurang baik. kondisi aldo ketika masuk SLB Khrisna Murti tidak bisa tenang atau mengontrol emosi, menulis, duduk dengan baik, memegang sesuatu dengan baik tetapi setelah sekolah di SLB aldo dapat menulis, emosi dapat dikontol, duduk dengan baik, memegang sesuatu dengan baik. Informen ketiga bernama roby lahir di jakarta 13 juni 1998. roby mengalami Down’s Syndrome karena faktor keturunan. Kondisi roby sejak masuk SLB Khrisna Murti sangat lebih baik. Diantara anak-anak yang lain roby termasuk anak yang sangat aktif, dia tidak bisa diam selalu


(48)

saja ada yang dia lakukan. Roby juga anak yang rajin dan pintar walau mempunyai keterbatasan. Roby tidak pernah tidak hadir sekolah sekalipun dia sakit.

Informen keempat bernama lili lahir di jakarta 6 juli 2004. lili mengalami Down’s Syndrome karena faktor keturunan. Lili juga mengalami kegemukan atau sering disebut obesitas. Jika pola makan lili tidak teratur dia bisa mengalami sesak nafas. Terkadang lili mudah capek dan sulit untuk beraktifitas karena terlalu berat beban tubuhnya. Lili hanya berdiam diri dalam kelas. Akan tetapi, lili sudah mampu menulis, melipat pakaian, memakai sepatu sendiri.

Informen kelima bernama restu lahir di jakarta 2 september 2000. restu mengalami Down’s Syndrome karena keturunan. Restu termasuk anak yang pendiam dan lebih suka menggambar. Kondisi restu saat ini dapat bersosialisasi dengan baik, menulis dan menggambar.

Informen keenam bernama sheila lahir di jakarta 17 oktober 2002. sheila mengalami down’s syndrome karena faktor gen. sheila senang menyendiri dan berimaginasi. Kondisi sheila saat masuk sekolah belum bisa bicara dan mengenal huruf juga menulis. Sekarang sheila sudah bisa sedikit terbata-bata berbicara dan juga sudah bisa menulis.

Informen terakhir atau ketujuh bernama santi lahir di jakarta 14 desamber 2004. santi mengalami down’s syndrome karena faktor keturunan. Santi adalah anak yatim piatu yang tinggal disebuah yayasan yatim piatu daerah jakarta selatan tidak jauh dari SLB Khrisna Murti.


(49)

Awalnya santi tidak mau masuk sekolah namun setelah dibujuk oleh pihak panti dan melihat teman-temannya bersekolah, santi mau bersekolah di SLB Khrisna Murti. Kondisi santi ketika masuk sekolah sudah bisa menulis karena mungkin di panti santi sudah belajar menulis. Sekarang kondisi santi jauh lebih baik karena sudah mampu memahami bagaimana mandiri dalam mengurus diri sendiri seperti memakai baju dan sepatu. B. Bentuk Bimbingan dalam Menumbuhkan Kemandirian Anak yang

Mengalami Down’s Syndrome

Memberikan bimbingan dalam menumbuhkan kemandirian bagi anak yang mengalami down syndrome tidak mudah dilakukan karena keterbatasan kemampuan mereka namun dengan begitu bimbingan menumbuhkan kemandirian bagi anak yang mengalami down syndrome ini sangat penting untuk kemajuan kehidupan anak down syndrome itu sendiri. Di SLB Yayasan Khrisna Murti bimbingan dalam menumbuhkan kemandirian anak yang mengalami down syndrome dinamakan bimbingan mampu latih karena memang bimbingan yang diberikan adalah berkaitan dengan kegiatan sehari-hari agar anak-anak yang mengalami down syndrome itu dapat mandiri dalam melakukan kegiatan sehari-hari.

Bentuk bimbingan mampu latih bagi anak yang mengalami down syndrome di SLB Yayasan Khrisna Murti adalah :

1. Dalam kelas dengan menjelaskan, mencontohkan dan mempraktekkan materi yang diajarkan yang disesuaikan dengan jadwal yang sudah ditetapkan. Contohnya ketika materi tentang


(50)

makan dan minum, guru atau pembimbing menjelaskan bagaimana cara makan dan minum yang baik dan benar, mengenalkan apa saja alat-alat perlengkapan makan dan minum, lalu guru atau pembimbing mencontohkannya dan mempraktekkannya agar anak dapat mengerti dan mengikuti apa yang dijelaskan. Agar mudah menjelaskan dan mencontohkan materi yang disampaikan, guru atau pembimbing menggunakan media gambar dan alat peraga. Di SLB Yayasan Khrisna Murti, kelas anak down syndrome hanya ada satu kelas dengan jumlah siswa tujuh orang.

2. Di luar kelas atau disebut karyawisata sekaligus praktek agar anak dapat mengerti apa yang diajarkan dan langsung mempraktekkannya. Karena anak down syndrome lebih suka kegiatan yang lebih aktif di luar kelas, tidak hanya pasif di dalam kelas. Contohnya ketika materi tentang keselamatan diri bagaimana cara menyeberang jalan, anak-anak diajak ke jalan raya agar dapat mengetahui bagaimana cara menyeberang jalan yang baik dan benar.

Waktu bimbingan diberikan mengikuti jadwal sekolah yang dilaksanakan dua kali dalam seminggu yakni hari rabu dan kamis, tepatnya dari pukul 08.30-11.00 Wib.

Berikut unsur-unsur yang terdapat dalam bentuk kegiatan bimbingan dalam menumbuhkan kemandirian anak yang mengalami down syndrome :


(51)

Pembimbing adalah seseorang yang memberikan bantuan kepada individu atau dalam hal ini anak agar anak mampu memahami dan mengenal dirinya dan mengembangkan kehidupannya hingga dapat mandiri. Pembimbing di SLB Yayasan Khrisna Murti Jakarta Selatan tidak hanya sekedar menjadi pembimbing tetapi juga sebagai guru di sekolah tersebut. Untuk itu tanggung jawabnya lebih banyak daripada guru-guru SD di sekolah anak-anak normal. Guru atau pembimbing untuk kelas anak down syndrome di SLB Yayasan Khrisna Murti ada dua orang yaitu :

1) Dewi Tri Mulyana lahir di Jakarta 18 Februari 1953, menjadi guru di SLB Yayasan Khrisna Murti sejak tahun 1984 sampai sekarang dengan status sebagai PNS DIKNAS dan pendidikan akhir beliau adalah D II SGPLB. 40

2) Bepi Rusmeina lahir di bandung 24 mei 1972, menjadi guru di SLB Yayasan Khrisna Murti sejak tahun 2005 sampai sekarang dengan status sebagai guru Bantu dan pendidikan akhir beliau adalah SPGLB.41

Berikut data guru-guru yang ada di SLB Yayasan Khrisna Murti : 42 Tabel I

Data Guru-Guru SLB Yayasan Khrisna Murti Jakarta

No Nama Pendidikan Jabatan

1 Dra. Chairani S1 PLB Kepala sekolah

2 Dewi Tri Mulayana DII SGPLB Guru/Pembimbing

3 Noor Isnanto Heru S1 Akta IV Guru

4 Suminten Spd S1 Akta IV Guru

40

Dewi Tri Mulyana, Wawancara Pribadi 10 Maret 2009.

41

Bepi Rusmeina, Wawancara Pribadi, 10 maret 2009.

42


(52)

5 Zawarly Spd S1 Akta IV Guru

6 Bepi Rusmeina SPGLB Guru/Pembimbing

7 Ida Spd S1 Guru

8 Johan simak Spd S1 Terapis

b. Materi

Materi yang diberikan kepada anak down syndrome adalah mengenai tata cara melakukan kegiatan-kegiatan sehari-hari dan disesuaikan dengan kondisi dan situasi maupun kebutuhan siswa. Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam cara pemilihan materi adalah sebagai berikut :

1) Disesuaikan dan dipadukan dengan program pembelajaran individual sesuai dengan pengembangan kemampuan fungsional anak downsyndrome.

2) Fleksibel disesuaikan dengan kebutuhan setiap individu.

3) Disusun dimulai dari materi bimbingan kemandirian yang paling dasar (ringan) sampai pada materi yang lebih tinggi (disesuaikan dengan kemampuan anak).

4) Materi bimbingan kemandirian yang telah disampaikan, harus disampaikan kembali pada pertemuan selanjutnya (diulang-ulang), karena biasanya anak down syndrome sukar untuk mengingat materi yang telah disampaikan. 43

43


(53)

Materi bimbingan dalam menumbuhkan kemandirian yang diberikan kepada anak yang mengalami down syndrome dikelompokkan sesuai jenis kelasnya yakni :

a) Kelas I

Kelas I dibagi dua caturwulan, pada caturwulan I materi yang diberikan adalah :

(1) Makan dan Minum

Pada materi makan dan minum kelas I caturwulan I ini, anak dilatih mengenal jenis makanan yang dikemas tanpa bantuan dan dilatih membuat masakan dari makanan yang dikemas dengan bantuan. Anak juga dilatih mengenal jenis minuman yang dibuat dari air panas dan dilatih menuang minuman panas sesuai dengan tempatnya.

(2) Perawatan diri

Pada materi perawatan diri kelas I caturwulan I, yang dijadikan fokus untuk anak-anak yang mengalami down syndrome agar mereka mampu merawat diri sendiri adalah dilatih cara membersihkan muka dan memakai bedak tanpa bantuan. Anak juga dilatih cara mandi yag bersih yaitu menggosok sela-sela badan, selangkang paha dan ketiak.

(3) Pakaian dan rias diri

Pada materi pakaian anak dilatih membiasakan diri memilih pakaian sekolah menurut hari yang ditentukan dan dilatih


(54)

mengenakan pakaian seragam sekolah dengan rapi. Sedangkan untuk materi rias diri anak dilatih membiasakan diri merias wajah sesuai dengan situasi dengan bantuan.

(4) Orientasi lingkungan

Pada materi orientasi lingkungan anak dilatih pergi ke tempat tertentu yang terdekat dan dilatih membiasakan diri pergi dan pulang tepat pada waktunya.

(5) Keselamatan diri

Agar anak mampu mengetahui dan menjaga keselamatan dirinya sendiri maka anak dilatih menjaga kebersihan diri agar terhindar dari penyakit.

Sedangkan pada caturwulan II di kelas I ini materinya adalah : (1) Makan dan minum

Pada caturwulan ini tentang materi makan dan minum anak dilatih membiasakan diri cara menghidangkan makan dan minum. (2) Perawatan diri

Pada caturwulan II kelas I materi perawatan diri difokuskan pada anggota rambut dan kuku. Untuk Rambut anak dilatih mencuci rambut dengan shampoo sesuai dengan waktunya dan dilatih mengeringkan rambut dengan alat. Sedangkan untuk kuku, anak dilatih memotong kuku jari tangan dan kaki.


(55)

Untuk materi pakaian caturwulan II, anak dilatih cara melipat pakaiannya sendiri dan menyimpan pakaian sesuai dengan tempat yang sudah disediakan. Sedangkan pada materi rias diri caturwulan II, anak dilatih mengenal alat-alat kecantikan sesuai yang disediakan.

(4) Orientasi lingkungan

Agar anak mampu bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya maka diberikan materi orientasi lingkungan dan pada kelas I caturwulan II materi orientasi lingkungan difokuskan pada Lingkungan keluarga yaitu anak dilatih menyebutkan anggota keluarga.

(5) Keselamatan diri

Pada materi keselamatan diri di caturwulan II, anak dilatih menghindari Bahaya dari sengatan binatang dan mengobati diri bila terkena sengatan binatang. 44

b) Kelas II

Kelas II juga dikelompokkan menjadi dua caturwulan, caturwulan I materi yang diberikan adalah :

(1) Makan dan minum

Pada materi makan dan minum kelas II caturwulan I, anak dilatih makan makanan yang berkuah dan dilatih membuat minuman panas.

44


(56)

(2) Perawatan diri

Materi perawatan diri terdiri dari materi tentang Kebersihan kuku yakni anak dilatih membedakan kuku yang bersih dan kotor dan dilatih membersihkan kuku yang kotor. Dan juga terdiri dari materi kebersihan badan yakni anak dilatih mandi secara teratur. (3) Pakaian

Materi yang diberikan adalah anak dilatih memakai pakaian yang bermacam-macam.

(4) Orientasi lingkungan

Agar anak mampu disiplin, pada materi orientasi lingkungan kelas II caturwulan I anak dilatih membersihkan kelas secara teratur.

(5) Keselamatan diri

Pada tahap kelas II caturwulan I, untuk materi keselamatan diri anak dilatih naik dan turun kendaraan umum dengan tertib. Sedangkan pada caturwulan II, materi yang diberikan adalah :

(1) Makan dan minum

Pada materi makan dan minum kelas II ini anak dilatih membuka makanan yang dikemas dan dilatih membedakan minuman dari buah-buahan serta dilatih menghidangkan minuman. (2) Pakaian dan rias diri


(57)

Materi tentang pakaian kelas II ini anak dilatih menyimpan pakaian dan dilatih memakai pakaian dengan menggunakan retsreting dan menggunakan kancing cepret. Sedangkan materi mengenai rias diri kelas II ini anak dilatih memakai pakaian secara lengkap dan dilatih menyisir rambut.

(3) Orientasi lingkungan

Materi mengenai orientasi lingkungan kelas II ini, anak dilatih membersihkan halaman sekolah.

(4) Keselamatan diri

Pada materi keselamatan diri anak dilatih menyeberang jalan dan dilatih jalan di sebelah kiri. 45

c) Kelas III

Kelas III pun dikelompokkan menjadi dua caturwulan, caturwulan I materi yang diberikan adalah :

(1) Makan dan minum

Pada tahap ini mengenai materi makan dan minum anak dilatih makan makanan yang bertulang dan anak dilatiih membuat dan menghidangkan minuman panas.

(2) Perawatan diri

Pada materi perawatan diri tahap ini adalah mengenai cuci rambut yakni anak dilatih mencuci dan mengeringkan rambut sendiri.

45


(58)

(3) Pakaian dan rias diri

Pada materi pakaian, anak dilatih memakai sepatu bertali. Sedangkan pada materi merias diri, anak dilatih merapikan pakaian dan rambut di depan cermin.

(4) Orientasi lingkungan

Pada materi orientasi lingkungan tahap kelas III caturwulan I, anak dilatih berbelanja di warung, toko, dan pasar.

(5) Keselamatan diri

Pada tahap ini untuk materi mengenai keselamatan diri, anak dilatih duduk tenang di kendaraan.

Sedangkan caturwulan II, materi yang diberikan yakni : (1) Makan dan minum

Pada caturwulan II ini materi makan yang diberikan adalah anak dilatih menata makanan dimeja dan makan dengan tertib. Sedangkan materi minum yang diberikan adalah anak dilatih minum dengan tertib dan dilatih menghidangkan minuman dan kuenya.

(2) Perawatan diri

Materi perawatan diri kelas III caturwulan II ini mengenai gosok gigi yakni anak dilatih menggosok gigi dengan teratur. Mengenai mandi yakni anak dilatih mandi sendiri dengan teratur, anak dilatih bagaimana penggunaan dan memelihara kebersihan kamar mandi atau WC dengan baik.


(59)

(3) Pakaian dan rias diri

Materi pakaian dan rias diri, anak dilatih memilih pakaian yang serasi dan anak dilatih memakai topi di depan kaca.

(4) Orientasi lingkungan

Pada tahap kelas III caturwulan II ini, mengenai materi orientasi lingkungan, anak dilatih berkunjung pada kantor atau tempat tertentu dengan tertib (kantor pos, kelurahan, kantor polisi dan sebagainya).

(5) Keselamatan diri

Untuk materi keselamatan diri, anak dilatih menghindarkan diri dari bahaya api. 46

c. Media

Pembimbing dalam melaksanakan bimbingan kemandirian bagi anak down syndrome biasanya menggunakan media, agar proses bimbingan berjalan dengan lancar. Adapun media yang tersedia dan digunakan dalam aktifitas bimbingan di antaranya adalah :

1) Media gambar

Biasanya anak down syndrome akan merasa tertarik dengan adanya media gambar dan media ini adalah yang paling efektif. Seperti halnya terlihat ketika guru atau pembimbing menjelaskan tentang tata cara makan yang baik dan benar. Anak down syndrome malah asyik melihat gambar orang yang sedang makan daripada mendengarkan

46


(60)

penjelasan dari guru atau pembimbing kemudian mereka bisa langsung menirukan sesuai gambar yang mereka lihat. 47

2) Media cetak

Media cetak yang dimaksud dalam hal ini adalah berupa buku-buku bergambar yang berhubungan dengan kegiatan sehari-hari yang diberikan kepada setiap anak down syndrome agar di rumah pun anak down syndrome dapat mempelajarinya. 48

3) Alat peraga

Alat peraga yang dipergunakan di sini seperti alat-alat makan sehingga anak down syndrome dapat menirukan atau mempraktekkan cara makan ketika guru menjelaskan dan memberikan pengarahan melalui media gambar. 49

C. Metode Bimbingan dalam Menumbuhkan Kemandirian Anak yang Mengalami Down’s Syndrome

Kegiatan bimbingan mampu latih bagi anak yang mengalami down syndrome ini harus dilakukan secara berulang dan terus menerus.

Untuk mempermudah pembimbing melakukan bimbingan menumbuhkan kemandirian anak yang mengalami Down Syndrome, berikut beberapa metode yang biasa digunakan : 50

1. Metode Langsung

47

Observasi penulis terhadap Pelaksanaan Bimbingan dalam Menumbuhkan Kemandirian Anak yang Mengalami Down Syndrome, 10 Maret 2009.

48

Bepi Rusmeina, Wawancara Pribadi, 10 Maret 2009.

49

Dewi Tri Mulyana, Wawancara Pribadi, 10 Maret 2009.

50


(61)

a) Kelompok yakni pembimbing secara langsung mencontoh, mempraktekkan dan menjelaskan secara langsung di muka kelas materi yang diberikan dengan bantuan media dan alat peraga. Sesekali melakukan ajang karya wisata, untuk keperluan praktek. Metode ini juga dapat membimbing anak agar dapat bersosialisasi dengan orang lain sehingga siap mandiri dan mengembangkan dirinya.

b) Individual yakni pembimbing secara lansung mengamati dan melakukan observasi langsung lingkungan sekitar anak. Sehingga dapat diketahui kondisi anak dan diberikan bimbingan lebih sistematis.

2. Metode Tidak Langsung

Metode ini menggunakan media massa disini pembimbing menggunakan media gambar dan alat peraga.

D. Faktor Penghambat dan Pendukung

Pada dasarnya setiap kegiatan bimbingan pasti akan menemukan faktor yang dapat menghambat bimbingan tersebut. Namun, ada pula faktor yag dapat mendukung bimbingan tersebut. Begitu pula bimbingan dalam menumbuhkan kemandirian anak yang mengalami down syndrome. Dalam membimbing anak down syndrome ini tidak mudah, karena secara fisik jelas mereka cacat, begitu pun dengan akal mereka.


(62)

Adapun faktor penghambat dalam bimbingan menumbuhkan kemandirian anak yang mengalami down syndrome di SLB Yayasan Khrisna Murti ini adalah

1. Faktor emosi anak down syndrome yang tidak stabil dan sensitif, oleh karena itu anak down syndrome kadang mudah marah dan tersinggung.51 Dalam hal ini pembimbing merasa kesulitan dalam memberikan materi bimbingan karena si anak mengalami goncangan emosi yang tidak tahu sebabnya dan tidak menentu. Untuk itu, pembimbing perlu memahami dan mengerti mengenai kestabilan emosi si anak. Ketika si anak dalam keadaan stabil materi bimbingan bisa diberikan tapi jikalau sebaliknya pembimbing perlu memberikan hal-hal yang bisa menyenangkan si anak seperti mengajaknya bermain dan bila si anak dalam keadaan stabil kembali anak kemudian bisa diberikan materi bimbingan.

2. Kurang adanya motivasi orangtua atau pengasuh karena anak down’s syndrome memerlukan perhatian khusus terutama orang tua dan orang terdekatnya sehingga pembimbing merasa kesulitan memberikan materi bimbingan.52 Contohnya, ketika anak tidak masuk sekolah kurang lebih selama satu bulan alasannya si anak tidak bisa diantar jemput baik pengasuh maupun orang tua dikarenakan kesibukan dari orang tuanya lalu ia masuk kembali, kemudian si anak merasa bingung dan tidak mengerti sama sekali tentang materi yang diberikan karena

51

Observasi Penulis terhadap Pelaksanaan Bimbingan dalam Menumbuhkan Kemandirian Anak yang Mengalami Down Syndrome, 10 Maret 2009.

52


(1)

5. Bagaimana bimbingan menumbuhkan kemandirian anak yang mengalami Down Syndrome ?

J : untuk kemandirian dalam arti emmm… makan, minum, bangun tidur, kebersihan diri itu aja kan kemandirian mereka. Kalau untuk berdiri sendiri seperti orang normal ya….ga….tapi dalam arti oh…aku tuh ini udah sore aku harus mandi, bajuku kotor harus ganti itu tau mereka. Dalam perkembangannya tuh anak itu mereka akan tahu. Ya…..dengan latihan disini setiap hari, mereka ke kamar mandi, mereka harus membersihkan, memakai kembali, dalam perkembangannya tuh mereka tahu, ngerti gitu Cuma kadang-kadang dia tahu, ngerti tapi tidak punya kemampuan.

6. Metode apa yang digunakan dalam bimbingan menumbuhkan kemandirian bagi anak yang mengalami Down Syndrome ?

J : mana yang gampang diterapkan buat anak. Metode yang kita baca,kita tahu kita terapkan semua. Ya……secara langsung lah individual. Dia tuh hanya mengenal perintah-perintah sederhana, pendek. Dia tahu perintah kita misalnya buka baju lang sung dilakukan berusaha walaupun dengan susah payah dia buka bajunya.

7. Kapan bimbingan dalam menumbuhkan kemandirian bagi anak yang mengalami Down Syndrome ?

J : ya……sesuai jadwal pelajaran kelas ya mba.seminggu tuh dua kali lah. 8. Dimana bimbingan menumbuhkan kemandirian bagi anak yang mengalami


(2)

J : di dalam kelas aja gitu mba.. ya….kadang-kadang kita ajak keluar juga sech praktek langsung gitu misalnya ke kamar mandi kalau habis buang air bagaimana terus jalan-jalan keluar sekolah tentang bagaimana menyeberang jalan.

9. Apa saja factor penghambat dan penunjang dalam bimbingan menumbuhkan kemandirian anak yang mengalami Down Syndrome ?

J : ya…. Kemampuan mereka orang kemampuannya terbatas.

Truz…pendukung tuh ya…. Alat peraga atau dengan praktek gitu.

Jakarta, 10 Maret 2009

MARWA SOPA INDAH DEWI TRI MULYANA


(3)

DAFTAR WAWANCARA

NAMA : Ibu Bepi Rusmeina

WAKTU : 09.30 WIB

1. Apa pendapat ibu tentang Down Syndrome ?

J : apa ya… anak yang memang memerlukan bimbingan khusus ya..apalagi pendidikan. Kalau menurut saya kalau anak-anak down syndrome lebih untuk mampu latih jadi lebih pelajaran bina diri. Mereka lebih cocok, istilahnya kita lebih mudah mengajarkan. kayak bina diri itu kan pelajaran yang untuk kemampuan merawat diri ya untuk kegiatan sehari-hari.

2. Apa factor penyebab Down Syndrome ? J : ya samalah biasanya seh factor keturunan ya. 3. Bagaimana menangani anak Down Syndrome ?

J : memberikan atau mengajarkan pelatihan-pelatihan untuk kemampuan bina diri. tuh …… banyak ya misalnya kebersihan, perawatan pakaian apa truz makan, terus juga kebersihan diri selain pakaian seperti ke kamar mandi. Ya… lebih ke bimbingan-bimbingan seperti itu sih ya.

4. Bagaimana bimbingan dalam menumbuhkan kemandirian anak yang mengalami Down Syndrome ?

J : biasanya kan kita ada programnya ya.semester 1 misalnya kita program kan biasanya ada kan pelajarannya misalnya kita pelajaran cara makan, cara berpakaian, cara merawat diri tuh ada kebersihan, ada kecantikan, ada kebersihan rambut, kuku, terus, menstruasi itu nah kita sesuaikan aja ga harus


(4)

sesuai kurikulum ya. Misalnya anak ini tepat untuk semester 1 misalnya susah untuk makan ya. Coba kita latih dulu kebiasaan cara makan yang baik gitu. 5. Metode apa yang digunakan dalam bimbingan menumbuhkan kemandirian

anak Down Syndrome ?

J : biasanya pertama kita kenalkan, terus dilatih untuk mengenal lebih apa ya… lebih….lebih mengena jadi ga asal dia tau. Biasanya saya perkenalkan di depan kelas, demonstrasikan gitu ini loh namanya alat-alat makan, saya juga perlihatkan gambar yang besar gitu sebagai contoh untuk pengamatan. Lalu saya suruh anak coba ini bagaimana cara makan, terus ini apa namanya. 6. Kapan bimbingan menumbuhkan kemandirian bagi anak yang mengalami

Down Syndrome diberikan ?

J : kita punya jadwal tuh ya seminggu dua kali, ikutin jadwal aja. Biasanya hari pertama tuh buat teori kita perkenalkan misalnya jadwal cara makan kita perkenalkan alat-alat makan terus memberikan contoh bagaimana cara makan terus hari keduanya kita praktek karena harus dilatih dan dipraktekkan. 7. Dimana bimbingan menumbuhkan kemandirian bagi anak yang mengalami

Down Syndrome dilaksanakan ?

J : ya di dalam kelas ini tapi kadang-kadang kita keluar kelas juga kalau misalnya prakteknya perlu tempat diluar kelas misalnya kamar mandi gitu. 8. Apa saja factor penghambat dan pendukung yang ada dalam bimbingan

menumbuhkan kemandirian bagi anak yang mengalami Down Syndrome ? J : biasanya kita factor penghambat dari anak didik ya. Jadi karena mereka eee….motoriknya itu. Ada yang motoriknya kan kaku jadi mereka untuk


(5)

megang sendok dia sulit tapi dia berusaha untuk bisa jadi ya…. Megang-megang itu Jatuh-jatuh gitu. Berarti itu kan dia ada niat, ada kemauan tapi karena motoriknya tidak bisa jadi menghambat. Kadang anak ada juga yang anak yang biasa tidak mandiri biasa disuapin, biasa dibantu ah sewaktu dia kita suruh makan sendiri, coba lakukan sendiri tidak bisa itu kan udah lain lagi berarti kita ngasih dia apa ya.. istilahnya ngasih dia materi yang kita ajarkan juga harus beda sama yang motoriknya yang tidak bisa yang kaku itu kan tidak bisa. Jadi memang pelajaran bina diri itu untuk anak down syndrome memang pelajaran untuk melatih kebiasaan jadi mereka, intinya mereka bisa karena biasa bukan karena mereka mampu maksudnya mampu ke dalam otaknya oh bisa kerekam pelajaran saya kasih, tidak. tapi karena biasa saya ajarkan, biasa saya ulanh-ulang mereka bisa.

Ya pendukung tuh alat-alat peraga ya. Mereka kan dengan gambar mereka tuh seneng, dengan alat peraga langsung mereka seneng. Jadi biasanya saya tempel gambar besar orang sedang makan terus saya bawa alat-alat makan yang warnanya cerah-cerah ada sendok, ada piring.

Jakarta, 10 Maret 2009

MARWA SOPA INDAH BEPI RUSMEINA


(6)