Kebutuhan pelacur yang bekerja sebagai kapster ditinjau dari Teori Hirarki Abraham Maslow.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRAK

Dedy Purwanto (2008). Kebutuhan Pelacur yang Bekerja sebagai Kapster Ditinjau dari
Teori Hirarki Abraham Maslow. Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penelitian ini bertujuan memberikan gambaran mengenai kebutuhan pelacur yang
bekerja sebagai kapster ditinjau dari teori hirarki Abraham Maslow. Jenis penelitian ini
adalah deskriptif kualitatif yang berarti bertumpu pada narasi untuk mengungkap
kompleksitas permasalahan yang diteliti dengan tujuan untuk menggambarkan suatu
fenomena.
Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah wawancara dengan menggunakan
jenis pertanyaan semi terstruktur. Penelitian ini menggunakan tiga orang subjek.
Adapun hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa untuk kebutuhan fisiologis,
responden menyatakan bahwa alasan memilih profesi ini adalah untuk mecukupi
kebutuhan hidup. Sementara, untuk kebutuhan akan keselamatan, subjek menilai adanya
keamanan profesi pelacur yang bekedok kapster. Untuk kebutuhan akan rasa memiliki
dan cinta, subjek menyatakan bahwa peran penerimaan keluarga digantikan teman
seprofesi. Hal itu didorong pula dengan kesamaan aktifitas. Untuk kebutuhan akan harga
diri, subjek menyatakan tarif layanan sebagai ukuran penghargaan atas diri. Dengan

menentukan tarif untuk jasa pelayanannya sebagai pelacur berarti ada penilaian terhadap
harga diri. Adapun dalam perspektif kebutuhan akan aktualisasi diri, subjek memiliki
keinginan untuk memiliki usaha sendiri.

vii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRACT

Dedy Purwanto (2008). The needs of sex commercial workers who work as capsters
based on Abraham Maslow hierarchy theory. Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

This research has an objective to describe commercial sex worker needs who work
as a capster based on Abraham Maslow hierarchy theory. This is a descriptive qualitative
research, that stand on narative to explore complexity of problems that researched in
order to describe a phenomenon.
The method used on this research is interview with a semi-structure questionaire and
it use three respondents.
As the results can concluded that on physiologic needs, respondents state that their

reason choose prophecy as a commercial sex worker is to suffice their life needs. While
on safety needs, respondents state that safety as a commercial sex worker who work as a
capster on a parlor. On belong sense and love needs, respondents state that as a social
creature, a commercial sex worker cannot be separated with their envionment. In work
place whereas their spend as ten hours every day, their have more interaction with other
capsters and customers. So, role of family acceptance have been changed by their friends
with same prophecy. That is supported by same activities. On self esteem needs,
respondents state that price of service as a measurement of self esteem. On self
actualization needs, respondents state that their have a will to have their own bussines.

viii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

KEBUTUHAN PELACUR YANG BEKERJA SEBAGAI KAPSTER
DITINJAU DARI TEORI HIRARKI ABRAHAM MASLOW
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi


Disusun oleh:
Dedy Purwanto
NIM: 029114107

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2008

i

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

25 Mei 2008

ii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


25 Mei 2008

iii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Halaman Pernyataan Persetujuan Publikasi Karya Ilmiah
untuk Kepentingan Akademis

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :
Nama :

Dedy Purwanto

NIM :

029114107

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

KEBUTUHAN PELACUR YANG BEKERJA SEBAGAI KAPSTER
DITINJAU DARI TEORI HIRARKI ABRAHAM MASLOW

Dengan demikian saya memberikan hak kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma
untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk lain, mengelola, mendistribusikan secara
terbatas untuk kepentingan akademis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Penulis

Dedy Purwanto

iv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

HALAMAN PERSEMBAHAN


Skripsi ini dipersembahkan untuk mereka yang memiliki profesi yang
direndahkan. Namun mereka berjuang untuk keluarga, untuk sebuah hidup bagi dirinya
dan anaknya.

KUPU-KUPU MALAM
ada yg benci dirinya
ada yg butuh dirinya
ada yg berlutut mencintanya
ada pula yg kejam menyiksa dirinya
ini hidup wanita si kupu-kupu malam
bekerja bertaruh seluruh jiwa raga
bibir senyum kata halus merayu memanja
kepada setiap mereka yg datang
dosakah yg dia kerjakan
sucikah mereka yg datang
kadang dia tersenyum dalam tangis
kadang dia menangis di dalam senyuman
oh apa yg terjadi, terjadilah
yg dia tahu Tuhan penyayang umatnya
oh apa yg terjadi, terjadilah

yg dia tahu hanyalah menyambung nyawa

song by: Titiek Puspa

v

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak terdapat
karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan
tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam penulisan
skripsi ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Yogyakarta, 25 Mei 2008
Yang Menyatakan,

Dedy Purwanto


vi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRAK

Dedy Purwanto (2008). Kebutuhan Pelacur yang Bekerja sebagai Kapster Ditinjau dari
Teori Hirarki Abraham Maslow. Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penelitian ini bertujuan memberikan gambaran mengenai kebutuhan pelacur yang
bekerja sebagai kapster ditinjau dari teori hirarki Abraham Maslow. Jenis penelitian ini
adalah deskriptif kualitatif yang berarti bertumpu pada narasi untuk mengungkap
kompleksitas permasalahan yang diteliti dengan tujuan untuk menggambarkan suatu
fenomena.
Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah wawancara dengan menggunakan
jenis pertanyaan semi terstruktur. Penelitian ini menggunakan tiga orang subjek.
Adapun hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa untuk kebutuhan fisiologis,
responden menyatakan bahwa alasan memilih profesi ini adalah untuk mecukupi
kebutuhan hidup. Sementara, untuk kebutuhan akan keselamatan, subjek menilai adanya

keamanan profesi pelacur yang bekedok kapster. Untuk kebutuhan akan rasa memiliki
dan cinta, subjek menyatakan bahwa peran penerimaan keluarga digantikan teman
seprofesi. Hal itu didorong pula dengan kesamaan aktifitas. Untuk kebutuhan akan harga
diri, subjek menyatakan tarif layanan sebagai ukuran penghargaan atas diri. Dengan
menentukan tarif untuk jasa pelayanannya sebagai pelacur berarti ada penilaian terhadap
harga diri. Adapun dalam perspektif kebutuhan akan aktualisasi diri, subjek memiliki
keinginan untuk memiliki usaha sendiri.

vii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRACT

Dedy Purwanto (2008). The needs of sex commercial workers who work as capsters
based on Abraham Maslow hierarchy theory. Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

This research has an objective to describe commercial sex worker needs who work
as a capster based on Abraham Maslow hierarchy theory. This is a descriptive qualitative
research, that stand on narative to explore complexity of problems that researched in

order to describe a phenomenon.
The method used on this research is interview with a semi-structure questionaire and
it use three respondents.
As the results can concluded that on physiologic needs, respondents state that their
reason choose prophecy as a commercial sex worker is to suffice their life needs. While
on safety needs, respondents state that safety as a commercial sex worker who work as a
capster on a parlor. On belong sense and love needs, respondents state that as a social
creature, a commercial sex worker cannot be separated with their envionment. In work
place whereas their spend as ten hours every day, their have more interaction with other
capsters and customers. So, role of family acceptance have been changed by their friends
with same prophecy. That is supported by same activities. On self esteem needs,
respondents state that price of service as a measurement of self esteem. On self
actualization needs, respondents state that their have a will to have their own bussines.

viii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

KATA PENGANTAR


Sebagai bagian dari proses pengambilan gelar sarjana psikologi, penulis memilih
topik “Pelacur yang Bekerja sebagai Kapster Ditinjau dari Teori Hirari Abraham
Maslow”. Banyak rintangan dari dalam dan luar yang menghandang. Namun, berkat
kekuatan yang secara misterius Tuhan berikan akhirnya skripsi ini bisa selesai.
Dalam kesempatan ini pula, penulis ingin mengucapkan terima kasih untuk orangorang yang ikut mengisi hidup perkuliahan:
1. Bokap yang membiayai kuliah dan hidup di Jogja.
2. Pak Wahyudi yang senantiasa memberi bimbingan selama menulis skripsi.
3. Pak Pratik yang bersedia meluangkan waktu dalam konsultasi di luar mata kuliah.
4. Para dosen semua yang telah membagi ilmu dan pengalaman.
5. Best pren, Velia, dimanapun aku, kamu selalu hadir untuk mengingatkan betapa
berarti semua yang kulakukan.
6. Geng semester satu: Adi, Tyas, Lisna, Weda, Elen, Desta, Heri. Kalian kenangan
awal dalam kehidupan kampus. Kapan kita pergi bareng lagi yukkk!
7. Nanud yang kini menghilang entah dimana. Hope you find your soul mate!
8. Roni dan Ronald yang pada saat kita akan berpisah menjadi teman dekat.
9. Sari dan Dewie yang memberi tahu prosedur skripsi.
10. Teman-teman kampus semua!!
11. Mba Ning, Pak Gi, Mas Gandung, Mas Muji, Mas Doni yang turut membantu urusan
administrasi, prakikum, dan jurnal.
12. Evan, Yuda, dan Sri. Wah wah… kalian benar-benar telah membantu.
13. Sansan yang menginspirasi kecukupan dalam materi.

ix

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

14. Tante kost dan saudara di Jakarta yang turut mendoakan.
15. Anak-anak ’03 yang berbagi rasa di hari yang sama pendadaran.

Saya merasa penelitian ini jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saya mohon maaf atas
kesalahan dan kelalaian yang saya lakukan saat melakukan penelitian, baik sikap, utur
kata, maupun tulisan. Saya juga menerima kritik dan saran yang membangun demi
peningkatan dalam penelitian selanjutnya. Akhir kata saya mengucapkan terima kasih
atas perhatiannya.

Penulis

x

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................................

i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................

ii

HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................................

iii

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ……………………..

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................................

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ....................................................................

vi

ABSTRAK .................................................................................................................

vii

ABSTRACT ...............................................................................................................

viii

KATA PENGANTAR ...............................................................................................

ix

DAFTAR ISI ..............................................................................................................

xi

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................

1

A. Latar Belakang ......................................................................................

1

B. Rumusan Masalah .................................................................................

6

C. Tujuan Penelitian ..................................................................................

6

D. Manfaat Penelitian ................................................................................

6

1. Manfaat Praktis ............................................................................

6

2. Manfaat Teoritis ...........................................................................

6

BAB II TINJAUAN TEORI ....................................................................................

7

A. Tinjauan tentang Kebutuhan .................................................................

7

1. Pengertian Kebutuhan...................................................................

7

2. Kebutuhan Berdasarkan Teori Hirarki Abraham Maslow ...........

8

B. Tinjauan tentang Pelacuran ...................................................................

13

xi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

1. Pengertian Pelacuran ....................................................................

13

2. Macam-macam Pelacuran ............................................................

14

3. Kapster Salon Plus sebagai Bentuk Pelacuran .............................

16

C. Pemenuhan Kebutuhan Pelacur sebagai Kapster Berdasarkan
Teori Hirarki Abraham Maslow .........................................................

17

1. Kapster sebagai Sarana Pemenuhan Kebutuhan Fisiologis .........

17

2. Kapster sebagai Sarana Pemenuhan Kebutuhan akan
Keselamatan..................................................................................

17

3. Kapster sebagai Sarana Pemenuhan Kebutuhan akan Rasa
Memiliki dan Rasa Cinta .............................................................

18

4. Kapster sebagai Sarana Pemenuhan Kebutuhan akan
Harga Diri ....................................................................................

18

5. Kapster sebagai Sarana Pemenuhan Kebutuhan akan
Aktualisasi Diri ............................................................................

19

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................................

20

A. Jenis Penelitian .....................................................................................

20

B. Subjek Penelitian ..................................................................................

20

C. Batasan Ilmiah ......................................................................................

21

D. Metode Penelitian .................................................................................

22

E. Analisis Data ........................................................................................

22

F. Daftar Pertanyaan .................................................................................

23

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..........................................

25

A. Pelaksanaan Penelitian .........................................................................

25

1. Deskripsi Lokasi Penelitian ............................................................

25

xii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2. Penentuan Subjek Penelitian ...........................................................

26

3. Waktu dan Tempat Penelitian .........................................................

27

B. Laporan Hasil Penelitian .......................................................................

27

1. Subjek I ...........................................................................................

27

1.a. Kebutuhan Fisiologis ..............................................................

29

1.b. Kebutuhan akan Keselamatan .................................................

32

1.c. Kebutuhan akan Memiliki dan Cinta ......................................

33

1.d. Kebutuhan akan Penghargaan .................................................

35

1.e. Kebutuhan akan Aktualisasi Diri ............................................

37

2. Subjek II ..........................................................................................

38

2.a. Kebutuhan Fisiologis ..............................................................

39

2.b. Kebutuhan akan Keselamatan .................................................

41

2.c. Kebutuhan akan Memiliki dan Cinta ......................................

42

2.d. Kebutuhan akan Penghargaan .................................................

44

2.e. Kebutuhan akan Aktualisasi Diri ............................................

45

3. Subjek III ........................................................................................

45

3.a. Kebutuhan Fisiologis ..............................................................

46

3.b. Kebutuhan akan Keselamatan .................................................

47

3.c. Kebutuhan akan Memiliki dan Cinta ......................................

47

3.d. Kebutuhan akan Penghargaan .................................................

48

3.e. Kebutuhan akan Aktualisasi Diri ............................................

49

C. Pembahasan Hasil Penelitian ................................................................

49

D. Keterbatasan Penelitian .........................................................................

53

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................................

55

xiii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

A. Kesimpulan ...........................................................................................

55

B. Saran .....................................................................................................

56

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................

57

LAMPIRAN................................................................................................................

59

xiv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tak bisa dipungkiri bahwa hubungan seks dilakukan manusia untuk
reproduksi dalam ikatan pernikahan. Namun, di dalam perkembangannya, seks
dilakukan untuk pemenuhan hasrat seksual, mencari nafkah dan hiburan, yang
dilakukan di luar ikatan pernikahan. Kegiatan-kegiatan tersebut pada akhirnya akan
terbentuk menjadi prostitusi di mana kebutuhan konsumen dan penyedia jasa dapat
terpenuhi.
Maraknya bisnis hiburan yang menjadi ciri modernisasi, menjadi pelengkap
bagi bisnis prostitusi. Berbagai fasilitas penunjang seperti panti pijat, bar, kafe,
karaoke dan diskotik berkembang pesat untuk memenuhi tuntutan perubahan nilai
masyarakat. Gaya hidup hedonis yang memuja kenikmatan menjadi faktor dominan
dalam perkembangan bisnis hiburan dan bisnis prostitusi (Abdul Untung, 2004).
Didukung pernyataan Barry (2001), prostitusi yang melekat pada bisnis
hiburan merupakan sebuah bentuk aktivitas seksual yang ditopengi dengan pekerjaan
legal. Hal ini dilakukan juga untuk menghindari stigma sosial yang terlanjur melekat
buruk di mata masyarakat. Konsumen yang datang pun bisa menghindari kesan bagi
dirinya bahwa itu bukanlah lokalisasi pelacuran. Usaha salon pun tak lepas dari
prostitusi, yang dikenal dengan salon plus. Seperti pada umumnya, salon ini
memberikan layanan seperti creambath, potong rambut, cuci, blow, facial dan lain
sebagainya. Yang membedakan adalah transaksi seksual yang disediakan (Emka,
2003).

1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Di kota Yogyakarta, salon-salon seperti ini terlihat memusat di jalan
Magelang, jalan Kaliurang, jalan Monjali, jalan Palagan, jalan Solo, jalan Janti, dan
jalan Ring Road Utara. Selain di jalan-jalan tersebut, di jalan lain juga berdiri satu
dua. Salon ini terlihat kecil dari luar. Ukurannya sekitar 3 x 3 meter. Namun itu
belum termasuk ruang-ruang yang disediakan untuk melakukan pijat. Ciri khas yang
melekat pada salon ini adalah para kapster, yang tiap salon umumnya memiliki 4-6
dan memakai kaos you can see. Penulis menjumpai satu salon yang eksklusif di
Selokan Mataram. Dikatakan demikian karena menempati bangunan ruko tingkat tiga
dan dilengkapi dengan AC Tidak seperti yang lain yang hanya menempati bangunan
kecil satu lantai tanpa AC.
Salon plus bisa dilihat di iklan koran Kedaulatan Rakyat. Pada kolom salon,
sebagian besar merupakan salon plus. Kata massage ditampilkan sebagai layanan.
Kita bisa juga melihat pada sebuah situs website komunitas berupa forum yang
menceritakan pengalaman para member yang telah mencoba salon plus.
Pemilik salon plus adalah juga mucikari. Namun, tidak menjadi mediator
antara kapster dengan konsumen, dia hanya sebatas menyediakan salon itu. Untuk
pijat, mucikari sudah menentukan tarif tersendiri. Tiap salon berbeda-beda, berkisar
Rp. 30.000 hingga Rp. 50.000 per jam. Tarif untuk layanan seksual diputuskan
berdasarkan tawar menawar kapster dengan konsumen.
Menurut Emka (2003), salon plus ini merupakan sebuah prostitusi yang
berkembang dari kebebasan dalam masyarakat. Kebebasan ini bisa kita lihat dari
menurunnya nilai seks yang dibuktikan dengan banyaknya kasus kehamilan di luar
nikah, perselingkuhan dan pelacuran itu sendiri. Globalisasi dari negara-negara barat
yang memandang seks sebagai hal yang wajar turut memberikan dampak kebebasan.

2

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Sedangkan alasan masuknya seorang wanita menjadi pelacur menurut Sanie
(2004) dikarenakan oleh tiga faktor, yaitu faktor individu itu sendiri, latar belakang
rumah tangga, dan faktor komunitas. Hal ini dikuatkan oleh pendapat Barry (2001)
yang mengatakan sebagian pelacur melakukannya untuk dapat memberikan nafkah
bagi orang tua, pasangan hidup, dan atau anaknya.
Lemert (1996) juga mengatakan bahwa seorang gadis yang memiliki
intefioritas kuat akan memiliki kebutuhan kompulsif untuk melakukan prosmiskuitas.
Dengan kata lain, gadis tersebut memiliki dorongan seks tinggi dan terpuaskan
dengan berganti-ganti pasangan. Akhirnya, dia memilih menjadi pelacur yang di
mana dorongan seks itu dapat selalu terpenuhi.
Senada yang ditemukan melalui studi fungsional, pelacuran menjadi suatu hal
yang fungsional bagi gairah yang menyimpang yang tidak dapat diperoleh melalui
seks dalam pernikahan. Contoh dalam penyimpangan seks adalah paedofilia dan
sadho-machism. Pelacuran menjadi tempat bagi penyimpangan itu karena hubungan
seks terjadi atas dasar upah.
Faktor latar belakang keluarga dinyatakan Kemp (1998) bahwa pelacuran
memiliki dimensi pewarisan. Dalam penelitiannya ditemukan bahwa sebagian pelacur
memiliki ibu atau nenek yang juga menjalani profesi pelacur. Bisa jadi anak ini
memiliki toleransi yang tinggi karena melihat kenyataan bahwa keluarganya melacur.
Faktor komunitas menurut Barry (2001) karena wanita dipaksa atau diperdaya
oleh mucikari. Bentuknya bisa dilihat sebagai penculikan wanita atau janji mendapat
pekerjaan. Ajakan seorang teman yang berprofesi sebagai pelacur pun merupakan
tipu daya untuk mendapat uang dengan cara cepat dan berlimpah.

3

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Fenomena pelacuran selama ini kebanyakan hanya dipandang dari satu sisi
oleh masyarakat. Mereka terlanjur mengecap prostitusi sebagai hal yang sepenuhnya
negatif yang merupakan penyimpangan dari nilai dan norma yang berlaku. Lebih jauh
lagi, penyimpangan ini adalah perilaku yang patologis atau hal yang kotor, maksiat
atau asusila

(Koentjoro, 1997). Anggapan tersebut muncul karena prostitusi

membawa dampak penyakit menular bagi para pelakunya. Apalagi, penyakit AIDS
yang belum ditemukan obatnya dan berdampak melemahkan sistem kekebalan tubuh
melengkapi pandangan negatif terhadap prostitusi.
Sanksi masyarakat terhadap pelacur seringkali tidak adil. Mereka harus
menanggung semua sanksi, termasuk mendekam di penjara atau hidup dalam masa
depan yang gelap. Sedangkan para konsumen tidak terkena sanksi. Masyarakat umum
mengesampingkan bahwa pelacur juga manusia biasa yang mempunyai kebutuhankebutuhan dan memerlukan pemenuhan atas kebutuhan tersebut.
Kebutuhan yang dimaksud di atas salah satunya adalah peran yang menonjol
adalah sebagai ibu. Kehadiran anak tentunya memerlukan biaya. Dari situlah ada
tugas baru yang diemban. Biar bagaimanapun naluri ibu untuk memenuhi kebutuhan
anak selalu ada, terlepas dari pekerjaan yang dilakukan sebagai pelacur (Sokolov,
1991).
Teori Hirarki Maslow bisa menjadi titik tolak pemahaman yang komperhensif
karena memandang perilaku adalah hasil dari dorongan pemenuhan kebutuhan.
Kebutuhan ini dipenuhi secara bertingkat. Dimulai dari kebutuhan biologis,
kebutuhan akan keselamatan, kebutuhan akan rasa memiliki dan rasa cinta, kebutuhan
akan harga diri dan kebutuhan akan aktualisasi diri.

4

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Secara pribadi, penulis tertarik melakukan penelitian ini karena melihat
fenomena salon plus yang jumlahnya berkembang pesat dalam satu tahun terakhir.
Perkembangan ini seakan-akan bebas tanpa adanya kontrol sosial maupun dari
pemerintah daerah.
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk melihat kebutuhan
psikologis pelacur yang bekerja sebagai kapster ditinjau dari Teori Hirarki Maslow.

B. Rumusan Masalah
Masalah yang ingin diungkap dalam penelitian ini : “Bagaimana gambaran
kebutuhan psikologis pelacur sebagai kapster salon plus ditinjau dari Teori Hirarki
Abraham Maslow?”

C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan memberikan gambaran mengenai kebutuhan pelacur
yang bekerja sebagai kapster salon plus ditinjau dari Teori Hirarki Abraham Maslow.

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Sebagai bahan untuk penelitian yang relevan di masa mendatang.
b. Sebagai wacana di bidang Psikologi.
c. Untuk mengetahui hirarki kebutuhan pelacur ditinjau dari Teori Hirarki
Abraham Maslow.

5

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan gambaran kepada pembaca
mengenai keberadaan pelacur pada salon-salon plus yang mempunyai kebutuhankebutuhan untuk dipenuhi.

6

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Tinjauan tentang Kebutuhan
1. Pengertian Kebutuhan
Manusia sebagai makhluk hidup pastilah mempunyai kebutuhan dalam
kehidupannya. Kebutuhan sendiri menurut Chaplin (2001) diartikan sebagai
sembarang kekurangan, ketiadaan, atau ketidaksempurnaan yang dirasakan
seseorang sehingga merusak kesejahteraannya. Kartono (1987) mengungkapkan
bahwa kebutuhan adalah setiap kekurangan yang ada pada individu baik yang
merupakan kegemaran maupun kebuthan fisiologisnya; persyaratan tetap untuk
tetap hidup atau penyesuaian yang optimal terhadap lingkungan. Sementara itu,
Winkel (1996) menyatakan bahwa kebutuhan adalah kekosongan dalam
kehidupan manusia atau tidak terdapatnya sesuatu pada seseorang yang
diperlukan bagi kesejahteraannya. Tokoh lain yang memberikan definisi tentang
kebutuhan adalah Murray (dalam Brehm, 1996) yang berpendapat bahwa
kebutuhan adalah suatu keadaan yang ditandai oleh perasaan kekurangan dan
ingin memperoleh sesuatu yang akan diwujudkan melalui suatu usaha atau
tindakan tertentu.
Dengan melihat pendapat dari beberapa tokoh di atas, jelaslah bahwa pada
intinya kebutuhan adalah suatu keadaan di mana terdapat kekurangan atau
ketidaksempurnaan atau kekosongan yang mengganggu kesejahteraan manusia
dalam kehidupannya. Kebutuhan yang tidak terpenuhi akan menimbulkan

7

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ketegangan atau suatu perasaan emosional (Chaplin, 1995). Hal ini membuat
manusia melakukan suatu usaha atau tindakan untuk dapat memenuhi
kebutuhannya demi mencapai kesejahteraan. Dengan demikian dapat diartikan
bahwa kebutuhan sebagai alat pendorong bagi manusia. Handoko (1992)
menyatakan bahwa tingkah laku manusia terarah pada tujuan untuk memenuhi
kebutuhannya. Seperti dikemukakan oleh Maslow (dalam Schultz, 1991),
kebutuhan sebagai deficiency motivation yang artinya kebutuhan menjadi
dorongan untuk membereskan suatu kekurangan dalam diri organisme.

2. Kebutuhan Berdasarkan Teori Hirarki Abraham Maslow
Maslow (dalam Goble, 1987) berpendapat bahwa kebutuhan merupakan
inti dari kodrat manusia. Menurut Maslow, manusia memiliki kecenderungankecenderungan untuk mencapai kebutuhan-kebutuhannya sehingga penuh makna
dan memuaskan. Bagi Maslow, manusia merupakan makhluk yang tidak pernah
merasa puas dalam keadaan yang sepenuhnya. Kebutuhan-kebutuhan pokok
manusia tersusun dalam suatu hirarki potensi yang relatif kuat, mulai dari
kebutuhan yang paling dasar hingga kebutuhan selanjutnya yang lebih tinggi.
Apabila kebutuhan yang mendasar telah terpenuhi, akan muncul kebutuhankebutuhan baru yang lebih tinggi dan seterusnya. Kebutuhan manusia ini tidak
hanya bersifat fisiologis semata tapi juga bersifat psikologis.
Konsep fundamental dari pendirian Maslow yaitu bahwa manusia
dimotivasi oleh sejumlah kebutuhan dasar yang bersifat sama untuk seluruh
spesies, tidak berubah dan berasal dari sumber genetik atau naluriah. Maslow

8

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

mengungkapkan suatu kebutuhan dapat dipandang sebagai kebutuhan dasar
apabila memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
1. Ketidakhadirannya menimbulkan penyakit
2. Kehadirannya mencegah timbulnya penyakit
3. Pemulihannya menyembuhkan penyakit
4. Dalam situasi tertentu yang sangat kompleks dan di mana orang bebas memilih,
orang yang sedang berkekurangan ternyata mengutamakan kebutuhan itu
dibandingkan jenis-jenis kepuasan lain
5. Kebutuhan itu tidak aktif, lemah atau secara fungsional tidak terdapat pada
orang yang sehat.
Adapun kelima kebutuhan menurut Maslow tersebut adalah sebagai berikut :
1. Kebutuhan fisiologis / faali
Kebutuhan fisiologis merupakan titik tolak teori motivasi Maslow.
Kebutuhan ini merupakan kebutuhan yang paling kuat dan mendasar karena
berkaitan langsung dengan pemeliharaan biologis dan kelangsungan hidup
manusia. Yang termasuk dalam kebutuhan ini adalah makanan, air, oksigen, aktif,
istirahat, keseimbangan akan temperature, seks dan kebutuhan akan stimulasi
sensoris (Farozin, 2003). Menurut Maslow kebutuhan fisiologis manusia tidak
dapat dibuatkan suatu daftar karena akan dapat mencapai jumlah berapa saja yang
dikehendaki seseorang tergantung pada tingkat kekhususan penguraiannya
pangan, bernafas, dan semua kebutuhan lain yang terkait dengan tubuh.

9

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2. Kebutuhan akan keselamatan
Kebutuhan ini hampir merupakan pengatur perilaku yang eksklusif, yang
menyerap semua kapasitas organisme bagi usaha memuaskan kebutuhan itu.
Kebutuhan akan keselamatan meliputi keamanan, kemantapan, ketergantungan,
perlindungan, kebebasan dari rasa takut, cemas dan kekalutan; kebutuhan akan
struktur, ketertiban, hukum, batas-batas; kekuatan pada diri pelindung, dan
sebagainya.
Jika orang dewasa merasa keselamatannya terancam, kita tidak akan
mungkin melihatnya dari luar. Maslow berpendapat bahwa seseorang yang kurang
merasa aman, cemas dan kurang percaya diri dalam lingkungannya akan
terdorong untuk mencari area-area hidup lain di mana ia dapat memperoleh
ketentraman, kepastian dan rasa aman. Contoh paling mudah dalam hal ini dapat
dilihat pada anak-anak.
3. Kebutuhan akan Rasa Memiliki dan Rasa Cinta
Kebutuhan ini muncul setelah kebutuhan-kebutuhan fisiologis dan
keselamatan cukup terpenuhi. Yang termasuk kebutuhan ini adalah kebutuhan
akan cinta kasih, rasa kasih, dan rasa memiliki. Pada tahap ini, orang merasa ingin
memiliki tempat dalam kelompok atau keluarganya. Selama belum terpenuhi, ia
akan merasa kesepian, pengucilan sosial, penolakan, tiadanya keramahan, dan
keadaan yang tak menentu.
Cinta dalam hal ini tidak sinonim dengan seks. Maslow memandang seks
sebagai suatu kebutuhan fisik yang murni. Perilaku seksual ditentukan oleh

10

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

banyak hal, bukan hanya oleh kebutuhan seksual tetapi yang utama adalah
kebutuhan akan cinta dan kelembutan hati.
4. Kebutuhan akan Harga Diri
Kebutuhan akan harga diri merupakan kebutuhan dari individu untuk
mendapat penilaian terhadap dirinya yang mantap, mempunyai dasar yang kuat
dan biasanya bermutu tinggi, akan rasa hormat diri, atau harga diri dan
penghargaan akan orang-orang lainnya.
Kebutuhan ini dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian. Pertama,
keinginan akan kekuatan, prestasi, kecukupan, keunggulan dan kemampuan,
kepercayaan pada diri sendiri dalam menghadapi dunia, dan kemerdekaan dan
kebebasan. Kedua, hasrat akan nama baik atau gengsi, prestise (yang dirumuskan
sebagai penghormatan dan penghargaan dari orang lain), status, ketenaran dan
kemuliaan, dominasi, pengakuan, perhatian, arti yang penting, martabat, atau
apresiasi.
Pemenuhan kebutuhan akan harga diri membawa perasaan percaya pada diri
sendiri, kegunaan, kekuatan, kapabilitas, dan kelaikan, akan keguanaan dan rasa
diperlukan oleh dunia. Tetapi rintangan menuju pemenuhan kebutuhan ini
menimbulkan perasaan-perasaan rendah diri, kelemahan, dan tidak berdaya. Pada
gilirannya, perasaan-perasaan ini melahirkan keputusasaan yang mendasar atau
kecenderungan kompensatif atau neurotis.
Harga diri yang paling mantap dan sehat dilandaskan pada penghargaan
yang diperoleh dari orang lain dan bukan pada ketenaran atau kemasyuhran
faktor-faktor luar dan pujian berlebih yang tidak berdasar.

11

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

5. Kebutuhan akan Aktualisasi Diri
Sekalipun semua kebutuhan sebelumnya telah terpenuhi, segera akan
berkembang perasaan tidak puas dan kegelisahan yang baru, kecuali apabila orang
itu melakukan apa yang secara individual sesuai baginya. Istilah ini menunjuk
pada keinginan orang akan perwujudan diri, yakni pada kecenderungan untuk
mewujudkan dirinya sebagai apa yang ada dalam kemampuannya. Bentuk khusus
dari kebutuhan ini berbeda pada tiap orang. Orang yang dapat menjadi sesuatu
harus menjadi sesuatu. Contohnya, seorang musisi harus menciptakan musik,
seorang penyair harus bersyair.
Pencapaian kebutuhan akan perwujudan diri oleh seorang individu biasanya
akan menemui banyak hambatan. Hambatan tersebut diperoleh dari :
1.

Hambatan dari individu berupa ketidaktahuan, keraguan dan rasa takut
individu untuk mengungkap potensi-potensinya

2. Hambatan dari luar/ lingkungan berupa perepresian sifat-sifat, bakat maupun
potensi individu
3. Pengaruh negatif dari adanya kebutuhan akan rasa aman yang kuat. Manusia
cenderung tidak berani mengambil resiko, takut membuat kesalahan dan tidak
mau melepaskan kebiasaan lama yang konstruktif (Farozin, 2003). Pada hal
untuk mewujudkan diri secara penuh manusia harus melakukan hal-hal
tersebut.

12

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

B. Tinjauan tentang Pelacuran
1. Pengertian Pelacuran
Pelacuran berarti usaha menyerahkan diri untuk maksud hubungan seks
secara terang-terangan dengan mendapat imbalan jasa (Asyari, 1986). Pelacuran
dalam kajian psikologi abnormal adalah pemberian layanan hubungan seksual
kepada seseorang demi suatu imbalan, biasanya berupa uang. Pelacuran menurut
Bonger (dalam Kartono, 2005) adalah gejala kemasyarakatan di mana wanita
menjual diri, melakukan perbuatan-perbuatan seksual sebagai mata pencaharian.
Definisi tersebut jelas menyatakan bahwa adanya peristiwa penjualan diri yang
dijadikan sebagai suatu profesi atau mata pencaharian dengan jalan melakukan
relasi-relasi seksual.
Sedangkan definisi pelacuran yang sering dikemukakan yaitu definisi
menurut Society (1970), yaitu praktek hubungan seksual yang dilakukan karena
kebiasaan atau dilakukan sesaat, kurang lebih dilakukan siapa saja (promiskuitas)
untuk

dorongan

mencari

keuntungan

(imbalan/upah).

Definisi

tersebut

mengandung tiga unsur dasar, yaitu :
1. Payment (bayaran).
2. Promiscuity (tanpa membeda-bedakan, dilakukan dengan siapa saja).
3. Sexual Indefference (ketidak-acuhan seksual).
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pekerja
seks merupakan orang yang bekerja memberikan layanan seks tanpa membedabedakan pasangannya. Tujuan mereka melakukan hal itu untuk mendapat imbalan
yang biasanya berupa uang. Dalam penelitian ini, pekerja seks adalah wanita yang
13

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

bekerja sebagai kapster di salon plus yang memberikan layanan seks dengan
tujuan mendapatkan imbalan yang biasanya berupa uang.
2. Macam- Macam Pelacuran
Secara teknis ada empat macam prostitusi menurut Coleman (dalam
Supratiknya, 2000), yaitu :
a. Hubungan heteroseksual dimana pihak perempuan menerima pembayaran.
b. Hubungan heteroseksual dimana seorang lelaki menerima pembayaran.
c. Prostitusi homoseksual dimana seorang perempuan menawarkan layanan
hubungan homoseksual kepada perempuan lain.
d. Prostitusi homoseksual diamana seorang lelaki menawarkan layanan hubugan
homoseksual kepada lelaki lain.
Berdasarkan cara mencari pelanggan, Lamtiur (2004) membedakan pelacur
menjadi 3 golongan yaitu :
1. Pelacur yang mencari pelanggan melalui agen
Agen yang dimaksud dalam hal ini antara lain supir taksi, tukang ojeg, tukang
becak dan lainnya. Para agen ini berperan untuk mengantarkan tamu yang
merupakan penumpang mereka ke tempat pelacur. Biasanya agen menawarkan
kepada para penumpang yang umumnya berasal dari luar kota yang
menginginkan jasa pelayanan seksual. Mereka mendapatkan bonus tertentu dari
para pelacur apabila berhasil mengantarkan konsumen. Cara mendapatkan
pelanggan melalui agen seperti ini cukup efektif dan dinilai saling
menguntungkan antara kedua belah pihak. Di satu sisi pelacur diuntungkan

14

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

karena jumlah pelanggannya meningkat dengan cara yang cukup mudah. Di sisi
lain para agen mendapat penghasilan tambahan.
2. Pelacur yang mencari pelanggan sendiri
Pelacur yang masuk dalam kategori ini adalah mereka yang menawarkan
diri secara langsung kepada konsumen tanpa perantara siapa pun juga. Cara
yang dilakukan misalnya dengan menjajakan diri di pinggir jalan atau dengan
memasang iklan di media cetak. Ada juga terselubung seperti ayam kampus,
yaitu mahasiswi yang menjual diri.
3. Pelacur yang mencari pelanggan lewat mucikari
Mucikari menurut Hull (1997) adalah seorang yang langsung bertanggung
jawab dalam penyediaan fasilitas yang memungkinkan terjadinya perdagangan
seks. Mucikari sering dikenal dengan sebutan mami. Seringkali para mucikari
ini tinggal serumah dengan pelacurnya. Peran mucikari sangat dominan dalam
terjadinya transaksi seksual antara konsumen dan pelacur. Hal ini dikarenakan
calon konsumen atau pemakai jasa harus melalui mami untuk dapat menikmati
layanan seksual. Setiap kali terjadi transaksi, pelacur harus menyetorkan uang
imbalannya kepada mami. Uang ini kemudian digunakan untuk biaya hidup
pelacur tersebut dan komisi. Jadi tidak semua uang imbalan dari pengguna jasa
masuk ke tangan pelacur.
3. Kapster Salon Plus sebagai Bentuk Pelacuran
Keberadaan salon plus yang saat ini banyak menjamur di kota-kota besar,
termasuk Yogyakarta, memang sulit dideteksi. Seperti halnya salon pada
umumnya, salon plus juga memberikan layanan seperti cuci, potong, creambath,
15

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

dan sebagainya. Namun apabila ditilik lebih dalam, salon ini juga memberikan
layanan seksual yang diberikan kepada konsumennya. Layanan seksual ini
diberikan oleh wanita-wanita yang merangkap bekerja sebagai kapster pada salon
tersebut.
Layanan seksual yang diberikan oleh para kapster salon plus ini dapat
dikatakan sebagai salah satu bentuk pelacuran. Hal ini dikarenakan para kapster
salon memberikan layanan seksual kepada para konsumennya dengan
mendapatkan imbal jasa tertentu yang biasanya berupa uang. Jelaslah bahwa
kegiatan kapster salon plus tersebut memenuhi rumusan unsur pelacuran
sebagaimana dikemukakan dalam Encyclopedia Britania. Pertama, kapster salon
plus mendapat pembayaran atas jasa yang diberikan. Kedua, kapster salon plus
memberikan layanan seksual kepada siapa saja tanpa pembedaan tertentu asalkan
ada pembayaran. Ketiga, kapster salon plus melakukan hubungan seksual tanpa
mempedulikan hakikat dari hubungan seks itu sendiri. Hubungan seks yang
mereka lakukan bersifat impersonal karena berlangsung tanpa afeksi dan kasih
sayang. Bagi pelacur yang terpenting mereka mendapatkan imbal jasa tertentu.
C. Pemenuhan Kebutuhan Pelacur yang Bekerja sebagai Kaspter Berdasarkan
Hirarki Maslow
1. Kapster sebagai Sarana Pemenuhan Kebutuhan Fisiologis
Manusia bekerja untuk mendapatkan uang. Uang tersebut digunakan untuk
membeli berbagai macam kebutuhan. Namun, yang primer adalah untuk membeli
makan. Pelacur juga merupakan profesi untuk mencari uang. Ada yang memang

16

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

menjalani untuk mencukupi kebutuhan hidup. Ada pula yang ingin mendapatkan
uang melimpah. Yang terakhir ini mematok tarif yang relatif tinggi.
Pelacur yang bekerja sebagai kapster terdorong melakukan profesi ini karena
memiliki kebutuhan hidup. Uang yang didapat digunakan untuk kebutuhan
pokok. Bahkan, dorongan seks merupakan kebutuhan yang ingin bisa mereka
penuhi.
2. Kapster sebagai Sarana Pemenuhan Kebutuhan akan Keselamatan
Tayangan di TV sering menyajikan berita razia terhadap pelacur. Keadaan
tersebut tidak menguntungkan bagi mereka karena harus menanggung malu bila
wajahnya dikenali oleh keluarga dan kerabat.
Dengan menjadi kapster, mereka bisa menghindari hal-hal demikian. Bukan
berarti terbebas sepenuhnya dari razia, namun salon menjadi tempat yang lebih
aman bila dibandingkan harus menjajakan diri di jalan.
3. Kapster sebagai Sarana Pemenuhan Kebutuhan akan Rasa Memiliki dan
Rasa Cinta
Sebagai makhluk sosial, pelacur tidak bisa dipisahkan dari lingkungannya.
Di luar salon, mereka menghabiskan waktu dengan kerabat dan keluarga. Di
tempat kerja dimana menghabiskan sekitar sepuluh jam tiap harinya, pergaulan
lebih banyak dihabiskan dengan teman sesama kapster dan juga konsumennya.
Peran penerimaan keluarga dan kerabat digantikan. Hal itu didorong pula dengan
kesamaan aktifitas.
Bukan tidak mungkin kapster juga menemukan penerimaan itu dari
kosumennya. Menurut Debbie (1998), wanita memandang pengalaman seks
17

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

merupakan hal yang sekunder. Yang utama adalah alasan-alasan yang bersifat
emosional, seperti perhatian dan kasih sayang.
4. Kapster sebagai Sarana Pemenuhan Kebutuhan akan Harga Diri
Dengan menentukan tarif untuk jasa pelayanannya berarti ada penilaian
terhadap dirinya sendiri. Semakin besar tarif, maka akan menimbulkan pemikiran
bahwa dirinya memang berharga. Pemikiran tersebut juga muncul apabila
konsumen yang sama terus memakai jasanya.
5. Kapster sebagai Sarana Pemenuhan Kebutuhan akan Aktualisasi Diri
Apabila pelacur telah dapat memenuhi semua kebutuhan di atas, maka akan
muncul kebutuhan lain yang sifatnya lebih tinggi. Kebutuhan ini terkait dengan
dorongan melakukan apa yang secara individual sesuai baginya. Tentunya satu
dengan yang lainnya berbeda.

18

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Salah satu bagian penting dalam penelitian ilmiah adalah ketepatan pemilihan
metode penelitian. Hal ini akan mempengaruhi pengungkapan masalah yang muncul
dalam penelitian. Jenis penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah deskriptif
kualitatif, yang berarti bertumpu pada narasi untuk mengungkap kompleksitas
permasalahan yang diteliti (Poerwandari, 2004). Penelitian ini bertujuan untuk atau
menggambarkan suatu fenomena yang terjadi dalam situasi alamiah. Peneliti tidak
berusaha memanipulasi setting penelitian.
Ciri khas lain dari penelitian kualitatif deskriptif adalah menekankan pentingnya
kedekatan peneliti dengan subjek penelitian, bertujuan agar diperoleh pemahaman
yang jelas tentang realitas. Ini berarti peneliti akan melakukan kontak langsung
dengan subjek (Poerwandari, 2001).

B. Subjek Penelitian
Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah tiga orang pelacur yang
bekerja sebagai kapster di Yogyakarta. Pemilihan subjek dengan metode snow ball,
yaitu pemilihan satu orang membawa pada semua sampel.
Dalam proses pengambilan sampel, peneliti menemui kendala karena banyak
kapster tidak bersedia untuk dijadikan subjek. Ada satu orang subjek yang mau
membantu karena memandang ada kesamaan daerah asal dengan peneliti dan dia
mengajak teman satu salon untuk menjadi subjek.

19

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

C. Batasan Ilmiah
Maslow tidak membuat perwujudan kelima kebutuhan secara rinci. Maka, dengan
berlandaskan teori yang telah dipaparkan pada bab II, peneliti menyusun batasan
istilah dari lima kebutuhan kapster yang bekerja sebagai pelacur sebagai berikut:
1. Kebutuhan fisiologis, yaitu kebutuhan yang terkait langsung dengan pemeliharaan
biologis, meliputi kebutuhan untuk makan, seks, dan segala sesuatu yang
berkaitan langsung dengan tubuh.
2. Kebutuhan akan keselamatan, yaitu kebutuhan untuk terbebas dari ketakutan dan
kecemasan dari masyarakat dan keluarga. Termasuk bebas dari penyakit kelamin.
3. Kebutuhan akan memiliki dan cinta, meliputi kebutuhan untuk menjalin hubungan
dengan pemilik salon, pelanggan, teman seprofesi, meliputi apa yang dialami dan
dirasakan subjek ketika berada di salon. Selain itu juga terkait dengan anak adalah
penyisihan gaji.
4. Kebutuhan akan penghargaan, meliputi kebutuhan subjek untuk dapat menghargai
diri sendiri dan dihargai orang lain. Dalam penelitian ini akan terungkap dari
patokan tarif, pujian, bonus dari mami dan pelanggan, dan frekuensi dipakai oleh
pelanggan.
5. Kebutuhan akan aktualisasi diri, meliputi kebutuhan subjek untuk menggunakan
dan mengembangkan kemampuan yang ada. Kebutuhan ini terungkap dalam
tujuan selanjutnya berupa profesi yang akan dijalani setelah tidak lagi bekerja di
salon tersebut.

20

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

D. Metode Penelitian
Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah wawancara. Wawancara adalah
pertanyaan dan tanya jawab yang diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu
(Poerwandari, 2004). Moleong (2001) mengatakan bahwa percakapan itu dilakukan
oleh kedua belah pihak, yaitu pewawancara mengajukan pertanyaan dan yang
diwawancarai memberi jawaban atas pertanyaan tersebut.
Penelitian ini menggunakan jenis pertanyaan semi terstruktur. Ciri-ciri wawancara
tersebut antara lain adanya pertanyaan yang telah disusun berdasarkan teori yang
diambil, adanya kebebasan yang dimiliki peneliti dalam mengajukan pertanyaan
sesuai dengan kondisi yang dihadapinya dan tidak terikat oleh susunan kata-kata
maupun urutan pertanyaan yang harus diajukan (Kerlinger, 1990).
E. Analisis Data
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang datanya berupa narasi,
deskripsi, cerita, dokumen tertulis dan tidak tertulis, atau bentuk non angka lainnya
(Poerwandari, 1998).
Langkah-langkah yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Memindahkan setiap data yang diperoleh dari wawancara dan observasi ke dalam
transkrip verbatim.
2. Membaca, mempelajari, dan menelaah data dengan seksama.
3. Mereduksi data dengan cara membuat abstraksi, yaitu membuat rangkuman tema
yan gberkaitan dengan topik penelitian.
4. Menyusun hasil reduksi data ke dalam satuan-satuan.
5. Membuat kategorisasi satuan dan pengkodean.
6. Melakukan interpretasi data dan pembahasan.

21

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

F. Daftar Pertanyaan
Kriteria
Kebutuhan
fisiologis

Pertanyaan




Kebutuhan akan
keselamatan









Kebutuhan akan
memiliki dan
cinta







Kebutuhan akan
penghargaan









Batasan

Apakah sebagian besar •
upah dipakai untuk
makan?
Bagiamana Anda
memandang seks ketika
melakukannya dengan

pelanggan?
Bagaimana pendapat
Anda melihat berita
pelacur yang dirazia?
Bagaimana pandangan
lingkungan akan
keberadaan salon ini?
Bagaimana pandangan
keluarga akan profesi
yang dijalani ini?
Apakah profesi ini
merupakan yang utama
dalam mencari nafkah?



Ceritakan hubungan
Anda dengan sesama
kapster!
Ceritakan hubungan
Anda dengan mucikari!
Ceritakan hubungan
Anda dengan
pelanggan!
Peran Anda sebagai
ibu?
Bagaimana penilaian
sesama kapster
terhadap Anda?
Bagaimana penilaian
mucikari terhadap
Anda?
Bagaimana penilaian
pelanggan terhadap
Anda?
Apa kriteria yang



22









Uang yang didapat
sebagai imbalan atas
layanan seks dipakai
sebagai pemenuhan
kebutuhan fisiologis.
Seks dengan pelanggan
menjadi pemenuhan
atas dorongan seksual.
Kapster merupakan
sarana dimana profesi
sebagai pelacur
terselubung sehingga
bebas dari razia.
Salon menjadi tempat
dimana lingkungan
sosial menganggap
tidak terjadi praktik
pelacuran.
Kebutuhan hidup
didapat dari profesinya
menjadi pelacur.
Salon menjadi sarana
untuk menjalin
hubungan erat dengan
teman sesama kapster,
pelanggan, dan
mucikari.
Gaji menjadi sarana
untuk memenuhi
kebutuhan anak.
Kapster menjadi sarana
untuk mendapatkan
penghargaan yang
didapat dari penialaian
atas diri sendiri, teman
sesama kapster,
pelanggan, dan
muckiari.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Kebutuhan akan
aktualisasi diri



dipakai Anda untuk
menentukan besarnya
tarif?
Apa harapan pribadi

Anda dengan menjalani
profesi ini?

23

Keinginan setelah tidak
bekerja di salon F.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Penelitian
1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Salon F terletak di jalan Magelang Km 4 berukuran 4 x 10 m. Dari jalan
raya akan terlihat papan nama dengan background merah yang mulai pudar dan
tulisan putih. Dari trotoar, salon ini menjorok ke dalam yang bisa dipakai untuk
memarkir motor. Parkir motor ini dipakai pengunjung karena tidak ada kapster
yang membawa motor. Di situ ada hanger yang dipakai untuk menjemur handukhanduk kecil.
Penutup yang digunakan adalah folding door berwarna hijau. Namun, bila
salon dibuka masih ada pembatas berupa kaca selebar ruangan dengan pintu di
sisi kanan. Ruangan dibagi menjadi bagian depan, tengah, dan belakang. Bagian
depan menjadi tempat kegiatan yang berhubungan dengan rambut. Karena itu,
terdapat tiga kursi yang di depannya masing-masing ada cermin berukuran 60 x
100 cm sejajar dengan dinding sebelah kanan. Di hadapannya ada sofa merah
untuk dua orang, membelakangi k