KEBUTUHAN PELACUR YANG BEKERJA SEBAGAI KAPSTER DITINJAU DARI TEORI HIRARKI ABRAHAM MASLOW Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  

KEBUTUHAN PELACUR YANG BEKERJA SEBAGAI KAPSTER

DITINJAU DARI TEORI HIRARKI ABRAHAM MASLOW

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

  Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi Disusun oleh: Dedy Purwanto

  NIM: 029114107

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

  

2008

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  25 Mei 2008

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  25 Mei 2008

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  

Halaman Pernyataan Persetujuan Publikasi Karya Ilmiah

untuk Kepentingan Akademis

  Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : Dedy Purwanto NIM : 029114107

  Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

  KEBUTUHAN PELACUR YANG BEKERJA SEBAGAI KAPSTER DITINJAU DARI TEORI HIRARKI ABRAHAM MASLOW Dengan demikian saya memberikan hak kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk lain, mengelola, mendistribusikan secara terbatas untuk kepentingan akademis. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Penulis Dedy Purwanto

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  HALAMAN PERSEMBAHAN Skripsi ini dipersembahkan untuk mereka yang memiliki profesi yang direndahkan. Namun mereka berjuang untuk keluarga, untuk sebuah hidup bagi dirinya dan anaknya.

  KUPU-KUPU MALAM

  

ada yg benci dirinya

ada yg butuh dirinya

ada yg berlutut mencintanya

ada pula yg kejam menyiksa dirinya

ini hidup wanita si kupu-kupu malam

bekerja bertaruh seluruh jiwa raga

bibir senyum kata halus merayu memanja

kepada setiap mereka yg datang

dosakah yg dia kerjakan

sucikah mereka yg datang

kadang dia tersenyum dalam tangis

kadang dia menangis di dalam senyuman

oh apa yg terjadi, terjadilah

yg dia tahu Tuhan penyayang umatnya

oh apa yg terjadi, terjadilah

yg dia tahu hanyalah menyambung nyawa

song by: Titiek Puspa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  PERNYATAAN KEASLIAN KARYA Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam penulisan skripsi ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

  Yogyakarta, 25 Mei 2008 Yang Menyatakan, Dedy Purwanto

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  ABSTRAK Dedy Purwanto (2008). Kebutuhan Pelacur yang Bekerja sebagai Kapster Ditinjau dari Teori Hirarki Abraham Maslow. Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

  Penelitian ini bertujuan memberikan gambaran mengenai kebutuhan pelacur yang bekerja sebagai kapster ditinjau dari teori hirarki Abraham Maslow. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif yang berarti bertumpu pada narasi untuk mengungkap kompleksitas permasalahan yang diteliti dengan tujuan untuk menggambarkan suatu fenomena.

  Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah wawancara dengan menggunakan jenis pertanyaan semi terstruktur. Penelitian ini menggunakan tiga orang subjek. Adapun hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa untuk kebutuhan fisiologis, responden menyatakan bahwa alasan memilih profesi ini adalah untuk mecukupi kebutuhan hidup. Sementara, untuk kebutuhan akan keselamatan, subjek menilai adanya keamanan profesi pelacur yang bekedok kapster. Untuk kebutuhan akan rasa memiliki dan cinta, subjek menyatakan bahwa peran penerimaan keluarga digantikan teman seprofesi. Hal itu didorong pula dengan kesamaan aktifitas. Untuk kebutuhan akan harga diri, subjek menyatakan tarif layanan sebagai ukuran penghargaan atas diri. Dengan menentukan tarif untuk jasa pelayanannya sebagai pelacur berarti ada penilaian terhadap harga diri. Adapun dalam perspektif kebutuhan akan aktualisasi diri, subjek memiliki keinginan untuk memiliki usaha sendiri.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  ABSTRACT Dedy Purwanto (2008). The needs of sex commercial workers who work as capsters based on Abraham Maslow hierarchy theory. Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

  This research has an objective to describe commercial sex worker needs who work as a capster based on Abraham Maslow hierarchy theory. This is a descriptive qualitative research, that stand on narative to explore complexity of problems that researched in order to describe a phenomenon.

  The method used on this research is interview with a semi-structure questionaire and it use three respondents. As the results can concluded that on physiologic needs, respondents state that their reason choose prophecy as a commercial sex worker is to suffice their life needs. While on safety needs, respondents state that safety as a commercial sex worker who work as a capster on a parlor. On belong sense and love needs, respondents state that as a social creature, a commercial sex worker cannot be separated with their envionment. In work place whereas their spend as ten hours every day, their have more interaction with other capsters and customers. So, role of family acceptance have been changed by their friends with same prophecy. That is supported by same activities. On self esteem needs, respondents state that price of service as a measurement of self esteem. On self actualization needs, respondents state that their have a will to have their own bussines.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  KATA PENGANTAR Sebagai bagian dari proses pengambilan gelar sarjana psikologi, penulis memilih topik “Pelacur yang Bekerja sebagai Kapster Ditinjau dari Teori Hirari Abraham

  Maslow”. Banyak rintangan dari dalam dan luar yang menghandang. Namun, berkat kekuatan yang secara misterius Tuhan berikan akhirnya skripsi ini bisa selesai.

  Dalam kesempatan ini pula, penulis ingin mengucapkan terima kasih untuk orang- orang yang ikut mengisi hidup perkuliahan:

  1. Bokap yang membiayai kuliah dan hidup di Jogja.

  2. Pak Wahyudi yang senantiasa memberi bimbingan selama menulis skripsi.

  3. Pak Pratik yang bersedia meluangkan waktu dalam konsultasi di luar mata kuliah.

  4. Para dosen semua yang telah membagi ilmu dan pengalaman.

  5. Best pren, Velia, dimanapun aku, kamu selalu hadir untuk mengingatkan betapa berarti semua yang kulakukan.

  6. Geng semester satu: Adi, Tyas, Lisna, Weda, Elen, Desta, Heri. Kalian kenangan awal dalam kehidupan kampus. Kapan kita pergi bareng lagi yukkk!

  7. Nanud yang kini menghilang entah dimana. Hope you find your soul mate! 8.

  Roni dan Ronald yang pada saat kita akan berpisah menjadi teman dekat.

  9. Sari dan Dewie yang memberi tahu prosedur skripsi.

  10. Teman-teman kampus semua!! 11.

  Mba Ning, Pak Gi, Mas Gandung, Mas Muji, Mas Doni yang turut membantu urusan administrasi, prakikum, dan jurnal.

  12. Evan, Yuda, dan Sri. Wah wah… kalian benar-benar telah membantu.

  13. Sansan yang menginspirasi kecukupan dalam materi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  14. Tante kost dan saudara di Jakarta yang turut mendoakan.

  15. Anak-anak ’03 yang berbagi rasa di hari yang sama pendadaran.

  Saya merasa penelitian ini jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saya mohon maaf atas kesalahan dan kelalaian yang saya lakukan saat melakukan penelitian, baik sikap, utur kata, maupun tulisan. Saya juga menerima kritik dan saran yang membangun demi peningkatan dalam penelitian selanjutnya. Akhir kata saya mengucapkan terima kasih atas perhatiannya.

  Penulis

  DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ................................................................................................. i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................ ii HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................... iii HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI …………………….. iv HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................................ v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .................................................................... vi ABSTRAK ................................................................................................................. vii ABSTRACT ............................................................................................................... viii KATA PENGANTAR ............................................................................................... ix DAFTAR ISI .............................................................................................................. xi BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................

  1 A. Latar Belakang ......................................................................................

  1 B. Rumusan Masalah .................................................................................

  6 C. Tujuan Penelitian ..................................................................................

  6 D. Manfaat Penelitian ................................................................................

  6 1. Manfaat Praktis ............................................................................

  6 2. Manfaat Teoritis ...........................................................................

  6 BAB II TINJAUAN TEORI ....................................................................................

  7 A. Tinjauan tentang Kebutuhan .................................................................

  7 1. Pengertian Kebutuhan...................................................................

  7 2. Kebutuhan Berdasarkan Teori Hirarki Abraham Maslow ...........

  8 B. Tinjauan tentang Pelacuran ................................................................... 13

  

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  1. Pengertian Pelacuran .................................................................... 13 2.

  Macam-macam Pelacuran ............................................................ 14 3. Kapster Salon Plus sebagai Bentuk Pelacuran ............................. 16 C. Pemenuhan Kebutuhan Pelacur sebagai Kapster Berdasarkan

  Teori Hirarki Abraham Maslow ......................................................... 17 1.

  Kapster sebagai Sarana Pemenuhan Kebutuhan Fisiologis ......... 17 2. Kapster sebagai Sarana Pemenuhan Kebutuhan akan

  Keselamatan .................................................................................. 17 3. Kapster sebagai Sarana Pemenuhan Kebutuhan akan Rasa

  Memiliki dan Rasa Cinta ............................................................. 18 4. Kapster sebagai Sarana Pemenuhan Kebutuhan akan

  Harga Diri .................................................................................... 18 5. Kapster sebagai Sarana Pemenuhan Kebutuhan akan

  Aktualisasi Diri ............................................................................ 19

  BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................................ 20 A. Jenis Penelitian ..................................................................................... 20 B. Subjek Penelitian .................................................................................. 20 C. Batasan Ilmiah ...................................................................................... 21 D. Metode Penelitian ................................................................................. 22 E. Analisis Data ........................................................................................ 22 F. Daftar Pertanyaan ................................................................................. 23 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .......................................... 25 A. Pelaksanaan Penelitian ......................................................................... 25 1. Deskripsi Lokasi Penelitian ............................................................ 25

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  2. Penentuan Subjek Penelitian ........................................................... 26 3.

  Waktu dan Tempat Penelitian ......................................................... 27 B. Laporan Hasil Penelitian .......................................................................

  27 1. Subjek I ...........................................................................................

  27 1.a. Kebutuhan Fisiologis ..............................................................

  29 1.b. Kebutuhan akan Keselamatan .................................................

  32 1.c. Kebutuhan akan Memiliki dan Cinta ......................................

  33 1.d. Kebutuhan akan Penghargaan .................................................

  35 1.e. Kebutuhan akan Aktualisasi Diri ............................................

  37 2. Subjek II ..........................................................................................

  38 2.a. Kebutuhan Fisiologis ..............................................................

  39 2.b. Kebutuhan akan Keselamatan .................................................

  41 2.c. Kebutuhan akan Memiliki dan Cinta ......................................

  42 2.d. Kebutuhan akan Penghargaan .................................................

  44 2.e. Kebutuhan akan Aktualisasi Diri ............................................

  45 3. Subjek III ........................................................................................

  45 3.a. Kebutuhan Fisiologis ..............................................................

  46 3.b. Kebutuhan akan Keselamatan .................................................

  47 3.c. Kebutuhan akan Memiliki dan Cinta ......................................

  47 3.d. Kebutuhan akan Penghargaan .................................................

  48 3.e. Kebutuhan akan Aktualisasi Diri ............................................

  49 C. Pembahasan Hasil Penelitian ................................................................

  49 D. Keterbatasan Penelitian .........................................................................

  53 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................................

  55

  A.

  Kesimpulan ........................................................................................... 55 B. Saran ..................................................................................................... 56 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................

  57 LAMPIRAN................................................................................................................

  59 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tak bisa dipungkiri bahwa hubungan seks dilakukan manusia untuk reproduksi dalam ikatan pernikahan. Namun, di dalam perkembangannya, seks dilakukan untuk pemenuhan hasrat seksual, mencari nafkah dan hiburan, yang dilakukan di luar ikatan pernikahan. Kegiatan-kegiatan tersebut pada akhirnya akan terbentuk menjadi prostitusi di mana kebutuhan konsumen dan penyedia jasa dapat terpenuhi.

  Maraknya bisnis hiburan yang menjadi ciri modernisasi, menjadi pelengkap bagi bisnis prostitusi. Berbagai fasilitas penunjang seperti panti pijat, bar, kafe, karaoke dan diskotik berkembang pesat untuk memenuhi tuntutan perubahan nilai masyarakat. Gaya hidup hedonis yang memuja kenikmatan menjadi faktor dominan dalam perkembangan bisnis hiburan dan bisnis prostitusi (Abdul Untung, 2004).

  Didukung pernyataan Barry (2001), prostitusi yang melekat pada bisnis hiburan merupakan sebuah bentuk aktivitas seksual yang ditopengi dengan pekerjaan legal. Hal ini dilakukan juga untuk menghindari stigma sosial yang terlanjur melekat buruk di mata masyarakat. Konsumen yang datang pun bisa menghindari kesan bagi dirinya bahwa itu bukanlah lokalisasi pelacuran. Usaha salon pun tak lepas dari prostitusi, yang dikenal dengan salon plus. Seperti pada umumnya, salon ini memberikan layanan seperti creambath, potong rambut, cuci, blow, facial dan lain sebagainya. Yang membedakan adalah transaksi seksual yang disediakan (Emka, 2003).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  Di kota Yogyakarta, salon-salon seperti ini terlihat memusat di jalan Magelang, jalan Kaliurang, jalan Monjali, jalan Palagan, jalan Solo, jalan Janti, dan jalan Ring Road Utara. Selain di jalan-jalan tersebut, di jalan lain juga berdiri satu dua. Salon ini terlihat kecil dari luar. Ukurannya sekitar 3 x 3 meter. Namun itu belum termasuk ruang-ruang yang disediakan untuk melakukan pijat. Ciri khas yang melekat pada salon ini adalah para kapster, yang tiap salon umumnya memiliki 4-6 dan memakai kaos you can see. Penulis menjumpai satu salon yang eksklusif di Selokan Mataram. Dikatakan demikian karena menempati bangunan ruko tingkat tiga dan dilengkapi dengan AC Tidak seperti yang lain yang hanya menempati bangunan kecil satu lantai tanpa AC.

  Salon plus bisa dilihat di iklan koran Kedaulatan Rakyat. Pada kolom salon, sebagian besar merupakan salon plus. Kata massage ditampilkan sebagai layanan.

  Kita bisa juga melihat pada sebuah situs website komunitas berupa forum yang menceritakan pengalaman para member yang telah mencoba salon plus.

  Pemilik salon plus adalah juga mucikari. Namun, tidak menjadi mediator antara kapster dengan konsumen, dia hanya sebatas menyediakan salon itu. Untuk pijat, mucikari sudah menentukan tarif tersendiri. Tiap salon berbeda-beda, berkisar Rp. 30.000 hingga Rp. 50.000 per jam. Tarif untuk layanan seksual diputuskan berdasarkan tawar menawar kapster dengan konsumen.

  Menurut Emka (2003), salon plus ini merupakan sebuah prostitusi yang berkembang dari kebebasan dalam masyarakat. Kebebasan ini bisa kita lihat dari menurunnya nilai seks yang dibuktikan dengan banyaknya kasus kehamilan di luar nikah, perselingkuhan dan pelacuran itu sendiri. Globalisasi dari negara-negara barat yang memandang seks sebagai hal yang wajar turut memberikan dampak kebebasan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  Sedangkan alasan masuknya seorang wanita menjadi pelacur menurut Sanie (2004) dikarenakan oleh tiga faktor, yaitu faktor individu itu sendiri, latar belakang rumah tangga, dan faktor komunitas. Hal ini dikuatkan oleh pendapat Barry (2001) yang mengatakan sebagian pelacur melakukannya untuk dapat memberikan nafkah bagi orang tua, pasangan hidup, dan atau anaknya.

  Lemert (1996) juga mengatakan bahwa seorang gadis yang memiliki intefioritas kuat akan memiliki kebutuhan kompulsif untuk melakukan prosmiskuitas.

  Dengan kata lain, gadis tersebut memiliki dorongan seks tinggi dan terpuaskan dengan berganti-ganti pasangan. Akhirnya, dia memilih menjadi pelacur yang di mana dorongan seks itu dapat selalu terpenuhi.

  Senada yang ditemukan melalui studi fungsional, pelacuran menjadi suatu hal yang fungsional bagi gairah yang menyimpang yang tidak dapat diperoleh melalui seks dalam pernikahan. Contoh dalam penyimpangan seks adalah paedofilia dan

  

sadho-machism . Pelacuran menjadi tempat bagi penyimpangan itu karena hubungan

seks terjadi atas dasar upah.

  Faktor latar belakang keluarga dinyatakan Kemp (1998) bahwa pelacuran memiliki dimensi pewarisan. Dalam penelitiannya ditemukan bahwa sebagian pelacur memiliki ibu atau nenek yang juga menjalani profesi pelacur. Bisa jadi anak ini memiliki toleransi yang tinggi karena melihat kenyataan bahwa keluarganya melacur.

  Faktor komunitas menurut Barry (2001) karena wanita dipaksa atau diperdaya oleh mucikari. Bentuknya bisa dilihat sebagai penculikan wanita atau janji mendapat pekerjaan. Ajakan seorang teman yang berprofesi sebagai pelacur pun merupakan tipu daya untuk mendapat uang dengan cara cepat dan berlimpah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  Fenomena pelacuran selama ini kebanyakan hanya dipandang dari satu sisi oleh masyarakat. Mereka terlanjur mengecap prostitusi sebagai hal yang sepenuhnya negatif yang merupakan penyimpangan dari nilai dan norma yang berlaku. Lebih jauh lagi, penyimpangan ini adalah perilaku yang patologis atau hal yang kotor, maksiat atau asusila (Koentjoro, 1997). Anggapan tersebut muncul karena prostitusi membawa dampak penyakit menular bagi para pelakunya. Apalagi, penyakit AIDS yang belum ditemukan obatnya dan berdampak melemahkan sistem kekebalan tubuh melengkapi pandangan negatif terhadap prostitusi.

  Sanksi masyarakat terhadap pelacur seringkali tidak adil. Mereka harus menanggung semua sanksi, termasuk mendekam di penjara atau hidup dalam masa depan yang gelap. Sedangkan para konsumen tidak terkena sanksi. Masyarakat umum mengesampingkan bahwa pelacur juga manusia biasa yang mempunyai kebutuhan- kebutuhan dan memerlukan pemenuhan atas kebutuhan tersebut.

  Kebutuhan yang dimaksud di atas salah satunya adalah peran yang menonjol adalah sebagai ibu. Kehadiran anak tentunya memerlukan biaya. Dari situlah ada tugas baru yang diemban. Biar bagaimanapun naluri ibu untuk memenuhi kebutuhan anak selalu ada, terlepas dari pekerjaan yang dilakukan sebagai pelacur (Sokolov, 1991).

  Teori Hirarki Maslow bisa menjadi titik tolak pemahaman yang komperhensif karena memandang perilaku adalah hasil dari dorongan pemenuhan kebutuhan.

  Kebutuhan ini dipenuhi secara bertingkat. Dimulai dari kebutuhan biologis, kebutuhan akan keselamatan, kebutuhan akan rasa memiliki dan rasa cinta, kebutuhan akan harga diri dan kebutuhan akan aktualisasi diri.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  Secara pribadi, penulis tertarik melakukan penelitian ini karena melihat fenomena salon plus yang jumlahnya berkembang pesat dalam satu tahun terakhir.

  Perkembangan ini seakan-akan bebas tanpa adanya kontrol sosial maupun dari pemerintah daerah.

  Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk melihat kebutuhan psikologis pelacur yang bekerja sebagai kapster ditinjau dari Teori Hirarki Maslow.

  B. Rumusan Masalah Masalah yang ingin diungkap dalam penelitian ini : “Bagaimana gambaran kebutuhan psikologis pelacur sebagai kapster salon plus ditinjau dari Teori Hirarki

  Abraham Maslow?”

  C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan memberikan gambaran mengenai kebutuhan pelacur yang bekerja sebagai kapster salon plus ditinjau dari Teori Hirarki Abraham Maslow.

  D. Manfaat Penelitian

  1. Manfaat Teoritis a. Sebagai bahan untuk penelitian yang relevan di masa mendatang.

  b. Sebagai wacana di bidang Psikologi.

  c. Untuk mengetahui hirarki kebutuhan pelacur ditinjau dari Teori Hirarki Abraham Maslow.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  2. Manfaat Praktis Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan gambaran kepada pembaca mengenai keberadaan pelacur pada salon-salon plus yang mempunyai kebutuhan- kebutuhan untuk dipenuhi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan tentang Kebutuhan

  1. Pengertian Kebutuhan Manusia sebagai makhluk hidup pastilah mempunyai kebutuhan dalam kehidupannya. Kebutuhan sendiri menurut Chaplin (2001) diartikan sebagai sembarang kekurangan, ketiadaan, atau ketidaksempurnaan yang dirasakan seseorang sehingga merusak kesejahteraannya. Kartono (1987) mengungkapkan bahwa kebutuhan adalah setiap kekurangan yang ada pada individu baik yang merupakan kegemaran maupun kebuthan fisiologisnya; persyaratan tetap untuk tetap hidup atau penyesuaian yang optimal terhadap lingkungan. Sementara itu, Winkel (1996) menyatakan bahwa kebutuhan adalah kekosongan dalam kehidupan manusia atau tidak terdapatnya sesuatu pada seseorang yang diperlukan bagi kesejahteraannya. Tokoh lain yang memberikan definisi tentang kebutuhan adalah Murray (dalam Brehm, 1996) yang berpendapat bahwa kebutuhan adalah suatu keadaan yang ditandai oleh perasaan kekurangan dan ingin memperoleh sesuatu yang akan diwujudkan melalui suatu usaha atau tindakan tertentu.

  Dengan melihat pendapat dari beberapa tokoh di atas, jelaslah bahwa pada intinya kebutuhan adalah suatu keadaan di mana terdapat kekurangan atau ketidaksempurnaan atau kekosongan yang mengganggu kesejahteraan manusia dalam kehidupannya. Kebutuhan yang tidak terpenuhi akan menimbulkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  ketegangan atau suatu perasaan emosional (Chaplin, 1995). Hal ini membuat manusia melakukan suatu usaha atau tindakan untuk dapat memenuhi kebutuhannya demi mencapai kesejahteraan. Dengan demikian dapat diartikan bahwa kebutuhan sebagai alat pendorong bagi manusia. Handoko (1992) menyatakan bahwa tingkah laku manusia terarah pada tujuan untuk memenuhi kebutuhannya. Seperti dikemukakan oleh Maslow (dalam Schultz, 1991), kebutuhan sebagai deficiency motivation yang artinya kebutuhan menjadi dorongan untuk membereskan suatu kekurangan dalam diri organisme.

  2. Kebutuhan Berdasarkan Teori Hirarki Abraham Maslow Maslow (dalam Goble, 1987) berpendapat bahwa kebutuhan merupakan inti dari kodrat manusia. Menurut Maslow, manusia memiliki kecenderungan- kecenderungan untuk mencapai kebutuhan-kebutuhannya sehingga penuh makna dan memuaskan. Bagi Maslow, manusia merupakan makhluk yang tidak pernah merasa puas dalam keadaan yang sepenuhnya. Kebutuhan-kebutuhan pokok manusia tersusun dalam suatu hirarki potensi yang relatif kuat, mulai dari kebutuhan yang paling dasar hingga kebutuhan selanjutnya yang lebih tinggi. Apabila kebutuhan yang mendasar telah terpenuhi, akan muncul kebutuhan- kebutuhan baru yang lebih tinggi dan seterusnya. Kebutuhan manusia ini tidak hanya bersifat fisiologis semata tapi juga bersifat psikologis.

  Konsep fundamental dari pendirian Maslow yaitu bahwa manusia dimotivasi oleh sejumlah kebutuhan dasar yang bersifat sama untuk seluruh spesies, tidak berubah dan berasal dari sumber genetik atau naluriah. Maslow

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  mengungkapkan suatu kebutuhan dapat dipandang sebagai kebutuhan dasar apabila memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

  1. Ketidakhadirannya menimbulkan penyakit

  2. Kehadirannya mencegah timbulnya penyakit

  3. Pemulihannya menyembuhkan penyakit

  4. Dalam situasi tertentu yang sangat kompleks dan di mana orang bebas memilih, orang yang sedang berkekurangan ternyata mengutamakan kebutuhan itu dibandingkan jenis-jenis kepuasan lain

  5. Kebutuhan itu tidak aktif, lemah atau secara fungsional tidak terdapat pada orang yang sehat.

  Adapun kelima kebutuhan menurut Maslow tersebut adalah sebagai berikut : 1.

  Kebutuhan fisiologis / faali Kebutuhan fisiologis merupakan titik tolak teori motivasi Maslow.

  Kebutuhan ini merupakan kebutuhan yang paling kuat dan mendasar karena berkaitan langsung dengan pemeliharaan biologis dan kelangsungan hidup manusia. Yang termasuk dalam kebutuhan ini adalah makanan, air, oksigen, aktif, istirahat, keseimbangan akan temperature, seks dan kebutuhan akan stimulasi sensoris (Farozin, 2003). Menurut Maslow kebutuhan fisiologis manusia tidak dapat dibuatkan suatu daftar karena akan dapat mencapai jumlah berapa saja yang dikehendaki seseorang tergantung pada tingkat kekhususan penguraiannya pangan, bernafas, dan semua kebutuhan lain yang terkait dengan tubuh.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  2. Kebutuhan akan keselamatan Kebutuhan ini hampir merupakan pengatur perilaku yang eksklusif, yang menyerap semua kapasitas organisme bagi usaha memuaskan kebutuhan itu.

  Kebutuhan akan keselamatan meliputi keamanan, kemantapan, ketergantungan, perlindungan, kebebasan dari rasa takut, cemas dan kekalutan; kebutuhan akan struktur, ketertiban, hukum, batas-batas; kekuatan pada diri pelindung, dan sebagainya.

  Jika orang dewasa merasa keselamatannya terancam, kita tidak akan mungkin melihatnya dari luar. Maslow berpendapat bahwa seseorang yang kurang merasa aman, cemas dan kurang percaya diri dalam lingkungannya akan terdorong untuk mencari area-area hidup lain di mana ia dapat memperoleh ketentraman, kepastian dan rasa aman. Contoh paling mudah dalam hal ini dapat dilihat pada anak-anak.

  3. Kebutuhan akan Rasa Memiliki dan Rasa Cinta Kebutuhan ini muncul setelah kebutuhan-kebutuhan fisiologis dan keselamatan cukup terpenuhi. Yang termasuk kebutuhan ini adalah kebutuhan akan cinta kasih, rasa kasih, dan rasa memiliki. Pada tahap ini, orang merasa ingin memiliki tempat dalam kelompok atau keluarganya. Selama belum terpenuhi, ia akan merasa kesepian, pengucilan sosial, penolakan, tiadanya keramahan, dan keadaan yang tak menentu.

  Cinta dalam hal ini tidak sinonim dengan seks. Maslow memandang seks sebagai suatu kebutuhan fisik yang murni. Perilaku seksual ditentukan oleh

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  banyak hal, bukan hanya oleh kebutuhan seksual tetapi yang utama adalah kebutuhan akan cinta dan kelembutan hati.

4. Kebutuhan akan Harga Diri

  Kebutuhan akan harga diri merupakan kebutuhan dari individu untuk mendapat penilaian terhadap dirinya yang mantap, mempunyai dasar yang kuat dan biasanya bermutu tinggi, akan rasa hormat diri, atau harga diri dan penghargaan akan orang-orang lainnya.

  Kebutuhan ini dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian. Pertama, keinginan akan kekuatan, prestasi, kecukupan, keunggulan dan kemampuan, kepercayaan pada diri sendiri dalam menghadapi dunia, dan kemerdekaan dan kebebasan. Kedua, hasrat akan nama baik atau gengsi, prestise (yang dirumuskan sebagai penghormatan dan penghargaan dari orang lain), status, ketenaran dan kemuliaan, dominasi, pengakuan, perhatian, arti yang penting, martabat, atau apresiasi.

  Pemenuhan kebutuhan akan harga diri membawa perasaan percaya pada diri sendiri, kegunaan, kekuatan, kapabilitas, dan kelaikan, akan keguanaan dan rasa diperlukan oleh dunia. Tetapi rintangan menuju pemenuhan kebutuhan ini menimbulkan perasaan-perasaan rendah diri, kelemahan, dan tidak berdaya. Pada gilirannya, perasaan-perasaan ini melahirkan keputusasaan yang mendasar atau kecenderungan kompensatif atau neurotis.

  Harga diri yang paling mantap dan sehat dilandaskan pada penghargaan yang diperoleh dari orang lain dan bukan pada ketenaran atau kemasyuhran faktor-faktor luar dan pujian berlebih yang tidak berdasar.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

5. Kebutuhan akan Aktualisasi Diri

  Sekalipun semua kebutuhan sebelumnya telah terpenuhi, segera akan berkembang perasaan tidak puas dan kegelisahan yang baru, kecuali apabila orang itu melakukan apa yang secara individual sesuai baginya. Istilah ini menunjuk pada keinginan orang akan perwujudan diri, yakni pada kecenderungan untuk mewujudkan dirinya sebagai apa yang ada dalam kemampuannya. Bentuk khusus dari kebutuhan ini berbeda pada tiap orang. Orang yang dapat menjadi sesuatu harus menjadi sesuatu. Contohnya, seorang musisi harus menciptakan musik, seorang penyair harus bersyair.

  Pencapaian kebutuhan akan perwujudan diri oleh seorang individu biasanya akan menemui banyak hambatan. Hambatan tersebut diperoleh dari :

  1. Hambatan dari individu berupa ketidaktahuan, keraguan dan rasa takut individu untuk mengungkap potensi-potensinya

  2. Hambatan dari luar/ lingkungan berupa perepresian sifat-sifat, bakat maupun potensi individu

  3. Pengaruh negatif dari adanya kebutuhan akan rasa aman yang kuat. Manusia cenderung tidak berani mengambil resiko, takut membuat kesalahan dan tidak mau melepaskan kebiasaan lama yang konstruktif (Farozin, 2003). Pada hal untuk mewujudkan diri secara penuh manusia harus melakukan hal-hal tersebut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  B.

  Tinjauan tentang Pelacuran

  1. Pengertian Pelacuran Pelacuran berarti usaha menyerahkan diri untuk maksud hubungan seks secara terang-terangan dengan mendapat imbalan jasa (Asyari, 1986). Pelacuran dalam kajian psikologi abnormal adalah pemberian layanan hubungan seksual kepada seseorang demi suatu imbalan, biasanya berupa uang. Pelacuran menurut Bonger (dalam Kartono, 2005) adalah gejala kemasyarakatan di mana wanita menjual diri, melakukan perbuatan-perbuatan seksual sebagai mata pencaharian.

  Definisi tersebut jelas menyatakan bahwa adanya peristiwa penjualan diri yang dijadikan sebagai suatu profesi atau mata pencaharian dengan jalan melakukan relasi-relasi seksual.

  Sedangkan definisi pelacuran yang sering dikemukakan yaitu definisi menurut Society (1970), yaitu praktek hubungan seksual yang dilakukan karena kebiasaan atau dilakukan sesaat, kurang lebih dilakukan siapa saja (promiskuitas) untuk dorongan mencari keuntungan (imbalan/upah). Definisi tersebut mengandung tiga unsur dasar, yaitu : 1. Payment (bayaran).

  2. Promiscuity (tanpa membeda-bedakan, dilakukan dengan siapa saja).

  3. Sexual Indefference (ketidak-acuhan seksual).

  Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pekerja seks merupakan orang yang bekerja memberikan layanan seks tanpa membeda- bedakan pasangannya. Tujuan mereka melakukan hal itu untuk mendapat imbalan yang biasanya berupa uang. Dalam penelitian ini, pekerja seks adalah wanita yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  bekerja sebagai kapster di salon plus yang memberikan layanan seks dengan tujuan mendapatkan imbalan yang biasanya berupa uang.

  2. Macam- Macam Pelacuran Secara teknis ada empat macam prostitusi menurut Coleman (dalam

  Supratiknya, 2000), yaitu : a.

  Hubungan heteroseksual dimana pihak perempuan menerima pembayaran.

  b.

  Hubungan heteroseksual dimana seorang lelaki menerima pembayaran.

  c.

  Prostitusi homoseksual dimana seorang perempuan menawarkan layanan hubungan homoseksual kepada perempuan lain.

  d.

  Prostitusi homoseksual diamana seorang lelaki menawarkan layanan hubugan homoseksual kepada lelaki lain.

  Berdasarkan cara mencari pelanggan, Lamtiur (2004) membedakan pelacur menjadi 3 golongan yaitu :

  1. Pelacur yang mencari pelanggan melalui agen Agen yang dimaksud dalam hal ini antara lain supir taksi, tukang ojeg, tukang becak dan lainnya. Para agen ini berperan untuk mengantarkan tamu yang merupakan penumpang mereka ke tempat pelacur. Biasanya agen menawarkan kepada para penumpang yang umumnya berasal dari luar kota yang menginginkan jasa pelayanan seksual. Mereka mendapatkan bonus tertentu dari para pelacur apabila berhasil mengantarkan konsumen. Cara mendapatkan pelanggan melalui agen seperti ini cukup efektif dan dinilai saling menguntungkan antara kedua belah pihak. Di satu sisi pelacur diuntungkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  karena jumlah pelanggannya meningkat dengan cara yang cukup mudah. Di sisi lain para agen mendapat penghasilan tambahan.

  2. Pelacur yang mencari pelanggan sendiri Pelacur yang masuk dalam kategori ini adalah mereka yang menawarkan diri secara langsung kepada konsumen tanpa perantara siapa pun juga. Cara yang dilakukan misalnya dengan menjajakan diri di pinggir jalan atau dengan memasang iklan di media cetak. Ada juga terselubung seperti ayam kampus, yaitu mahasiswi yang menjual diri.

  3. Pelacur yang mencari pelanggan lewat mucikari Mucikari menurut Hull (1997) adalah seorang yang langsung bertanggung jawab dalam penyediaan fasilitas yang memungkinkan terjadinya perdagangan seks. Mucikari sering dikenal dengan sebutan mami. Seringkali para mucikari ini tinggal serumah dengan pelacurnya. Peran mucikari sangat dominan dalam terjadinya transaksi seksual antara konsumen dan pelacur. Hal ini dikarenakan calon konsumen atau pemakai jasa harus melalui mami untuk dapat menikmati layanan seksual. Setiap kali terjadi transaksi, pelacur harus menyetorkan uang imbalannya kepada mami. Uang ini kemudian digunakan untuk biaya hidup pelacur tersebut dan komisi. Jadi tidak semua uang imbalan dari pengguna jasa masuk ke tangan pelacur.

  3. Kapster Salon Plus sebagai Bentuk Pelacuran Keberadaan salon plus yang saat ini banyak menjamur di kota-kota besar, termasuk Yogyakarta, memang sulit dideteksi. Seperti halnya salon pada umumnya, salon plus juga memberikan layanan seperti cuci, potong, creambath,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  dan sebagainya. Namun apabila ditilik lebih dalam, salon ini juga memberikan layanan seksual yang diberikan kepada konsumennya. Layanan seksual ini diberikan oleh wanita-wanita yang merangkap bekerja sebagai kapster pada salon tersebut.

  Layanan seksual yang diberikan oleh para kapster salon plus ini dapat dikatakan sebagai salah satu bentuk pelacuran. Hal ini dikarenakan para kapster salon memberikan layanan seksual kepada para konsumennya dengan mendapatkan imbal jasa tertentu yang biasanya berupa uang. Jelaslah bahwa kegiatan kapster salon plus tersebut memenuhi rumusan unsur pelacuran sebagaimana dikemukakan dalam Encyclopedia Britania. Pertama, kapster salon plus mendapat pembayaran atas jasa yang diberikan. Kedua, kapster salon plus memberikan layanan seksual kepada siapa saja tanpa pembedaan tertentu asalkan ada pembayaran. Ketiga, kapster salon plus melakukan hubungan seksual tanpa mempedulikan hakikat dari hubungan seks itu sendiri. Hubungan seks yang mereka lakukan bersifat impersonal karena berlangsung tanpa afeksi dan kasih sayang. Bagi pelacur yang terpenting mereka mendapatkan imbal jasa tertentu.

  C.

  Pemenuhan Kebutuhan Pelacur yang Bekerja sebagai Kaspter Berdasarkan Hirarki Maslow

  1. Kapster sebagai Sarana Pemenuhan Kebutuhan Fisiologis Manusia bekerja untuk mendapatkan uang. Uang tersebut digunakan untuk membeli berbagai macam kebutuhan. Namun, yang primer adalah untuk membeli makan. Pelacur juga merupakan profesi untuk mencari uang. Ada yang memang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  menjalani untuk mencukupi kebutuhan hidup. Ada pula yang ingin mendapatkan uang melimpah. Yang terakhir ini mematok tarif yang relatif tinggi.

  Pelacur yang bekerja sebagai kapster terdorong melakukan profesi ini karena memiliki kebutuhan hidup. Uang yang didapat digunakan untuk kebutuhan pokok. Bahkan, dorongan seks merupakan kebutuhan yang ingin bisa mereka penuhi.

  2. Kapster sebagai Sarana Pemenuhan Kebutuhan akan Keselamatan Tayangan di TV sering menyajikan berita razia terhadap pelacur. Keadaan tersebut tidak menguntungkan bagi mereka karena harus menanggung malu bila wajahnya dikenali oleh keluarga dan kerabat. Dengan menjadi kapster, mereka bisa menghindari hal-hal demikian. Bukan berarti terbebas sepenuhnya dari razia, namun salon menjadi tempat yang lebih aman bila dibandingkan harus menjajakan diri di jalan.

  3. Kapster sebagai Sarana Pemenuhan Kebutuhan akan Rasa Memiliki dan Rasa Cinta Sebagai makhluk sosial, pelacur tidak bisa dipisahkan dari lingkungannya.

  Di luar salon, mereka menghabiskan waktu dengan kerabat dan keluarga. Di tempat kerja dimana menghabiskan sekitar sepuluh jam tiap harinya, pergaulan lebih banyak dihabiskan dengan teman sesama kapster dan juga konsumennya. Peran penerimaan keluarga dan kerabat digantikan. Hal itu didorong pula dengan kesamaan aktifitas.

  Bukan tidak mungkin kapster juga menemukan penerimaan itu dari kosumennya. Menurut Debbie (1998), wanita memandang pengalaman seks

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  merupakan hal yang sekunder. Yang utama adalah alasan-alasan yang bersifat emosional, seperti perhatian dan kasih sayang.

  4. Kapster sebagai Sarana Pemenuhan Kebutuhan akan Harga Diri Dengan menentukan tarif untuk jasa pelayanannya berarti ada penilaian terhadap dirinya sendiri. Semakin besar tarif, maka akan menimbulkan pemikiran bahwa dirinya memang berharga. Pemikiran tersebut juga muncul apabila konsumen yang sama terus memakai jasanya.

  5. Kapster sebagai Sarana Pemenuhan Kebutuhan akan Aktualisasi Diri Apabila pelacur telah dapat memenuhi semua kebutuhan di atas, maka akan muncul kebutuhan lain yang sifatnya lebih tinggi. Kebutuhan ini terkait dengan dorongan melakukan apa yang secara individual sesuai baginya. Tentunya satu dengan yang lainnya berbeda.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Salah satu bagian penting dalam penelitian ilmiah adalah ketepatan pemilihan metode penelitian. Hal ini akan mempengaruhi pengungkapan masalah yang muncul dalam penelitian. Jenis penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah deskriptif kualitatif, yang berarti bertumpu pada narasi untuk mengungkap kompleksitas permasalahan yang diteliti (Poerwandari, 2004). Penelitian ini bertujuan untuk atau menggambarkan suatu fenomena yang terjadi dalam situasi alamiah. Peneliti tidak berusaha memanipulasi setting penelitian.

  Ciri khas lain dari penelitian kualitatif deskriptif adalah menekankan pentingnya kedekatan peneliti dengan subjek penelitian, bertujuan agar diperoleh pemahaman yang jelas tentang realitas. Ini berarti peneliti akan melakukan kontak langsung dengan subjek (Poerwandari, 2001).

  B. Subjek Penelitian Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah tiga orang pelacur yang bekerja sebagai kapster di Yogyakarta. Pemilihan subjek dengan metode snow ball, yaitu pemilihan satu orang membawa pada semua sampel.

  Dalam proses pengambilan sampel, peneliti menemui kendala karena banyak kapster tidak bersedia untuk dijadikan subjek. Ada satu orang subjek yang mau membantu karena memandang ada kesamaan daerah asal dengan peneliti dan dia mengajak teman satu salon untuk menjadi subjek.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  C. Batasan Ilmiah Maslow tidak membuat perwujudan kelima kebutuhan secara rinci. Maka, dengan berlandaskan teori yang telah dipaparkan pada bab II, peneliti menyusun batasan istilah dari lima kebutuhan kapster yang bekerja sebagai pelacur sebagai berikut: 1.

  Kebutuhan fisiologis, yaitu kebutuhan yang terkait langsung dengan pemeliharaan biologis, meliputi kebutuhan untuk makan, seks, dan segala sesuatu yang berkaitan langsung dengan tubuh.

2. Kebutuhan akan keselamatan, yaitu kebutuhan untuk terbebas dari ketakutan dan kecemasan dari masyarakat dan keluarga. Termasuk bebas dari penyakit kelamin.

  3. Kebutuhan akan memiliki dan cinta, meliputi kebutuhan untuk menjalin hubungan dengan pemilik salon, pelanggan, teman seprofesi, meliputi apa yang dialami dan dirasakan subjek ketika berada di salon. Selain itu juga terkait dengan anak adalah penyisihan gaji.

  4. Kebutuhan akan penghargaan, meliputi kebutuhan subjek untuk dapat menghargai diri sendiri dan dihargai orang lain. Dalam penelitian ini akan terungkap dari patokan tarif, pujian, bonus dari mami dan pelanggan, dan frekuensi dipakai oleh pelanggan.

  5. Kebutuhan akan aktualisasi diri, meliputi kebutuhan subjek untuk menggunakan dan mengembangkan kemampuan yang ada. Kebutuhan ini terungkap dalam tujuan selanjutnya berupa profesi yang akan dijalani setelah tidak lagi bekerja di salon tersebut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  D. Metode Penelitian Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah wawancara. Wawancara adalah pertanyaan dan tanya jawab yang diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu