EFEKTIVITAS BIMBINGAN PRIBADI-SOSIAL UNTUK MENGEMBANGKAN KOMPETENSI INTRAPERSONAL PESERTA DIDIK (StudiEksperimenKuasiTerhadapPesertaDidikKelas X SMKNegeri 1 PurwakartaTahunAjaran 2014/2015).

(1)

Nadya Yulianty S, 2015

EFEKTIVITAS BIMBINGAN PRIBADI-SOSIAL UNTUK MENGEMBANGKAN KOMPETENSI

EFEKTIVITAS BIMBINGAN PRIBADI-SOSIAL UNTUK MENGEMBANGKAN KOMPETENSI INTRAPERSONAL PESERTA DIDIK

(StudiEksperimenKuasiTerhadapPesertaDidikKelas X SMKNegeri 1 PurwakartaTahunAjaran 2014/2015)

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi SalahSatu Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan padaProgram Studi Bimbingan dan Konseling

OLEH: Nadya Yulianty S

NIM: 1202214

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH PASCASARJANA


(2)

Nadya Yulianty S, 2015

BANDUNG 2015

EFEKTIVITAS BIMBINGAN PRIBADI-SOSIAL UNTUK MENGEMBANGKAN KOMPETENSI INTRAPERSONAL PESERTA DIDIK

(StudiEksperimenKuasiTerhadapPesertaDidikKelas X SMKNegeri 1 PurwakartaTahunAjaran 2014/2015)

OLEH:

NADYA YULIANTY S

NIM: 1202214

Diajukan untuk Memenuhi SalahSatu Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan padaProgram Studi Bimbingan dan Konseling

© NADYA YULIANTY S 2015

UniversitasPendidikan Indonesia

Agustus, 2015

HakCiptaDilindungiUndang – Undang,

TesisIniTidakBolehDiperbanyakSeluruhnyaatauSebagian, dicetakUlang, difotokopi, atau Cara LainnyaTanpaIjin Dari Penulis


(3)

Nadya Yulianty S, 2015

EFEKTIVITAS BIMBINGAN PRIBADI-SOSIAL UNTUK MENGEMBANGKAN KOMPETENSI

HALAMAN PENGESAHAN

DISETUJUI DAN DISAHKAN PEMBIMBING Pembimbing I

Prof. Dr. H. Syamsu Yusuf LN, M.Pd. NIP. 19520620 198002 1 001

Pembimbing II

Dr. MamatSupriatna, M.Pd. NIP. 19600829 198703 1 002

Mengetahui,

Ketua Program StudiBimbingandanKonseling SekolahPascasarjanaUniversitasPendidikan Indonesia

Prof. Dr. UmanSuherman AS., M.Pd. NIP. 19620623 1986103 1 001


(4)

ABSTRAK

Nadya Yulianty S. (2015). Efektivitas Bimbingan Pribadi-Sosialuntuk Mengembangkan Kompetensi Intrapersonal Peserta Didik (Penelitian Eksperimen Kuasi terhadap Peserta Didik Kelas X SMK Negeri 1 Purwakarta Tahun Ajaran 2014/ 2015).

Tujuan penelitian ini menghasilkan bimbingan pribadi-sosial yang efektif untuk mengembangkan kompetensi intrapersonal peserta didik. Metode yang digunakan adalah eksperimen kuasi dengan nonequivalent (pretest dan posttest) control group design. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan angket kompetensi intrapersonal. Sampel dalam penelitian ini adalah peserta didik Kelas X SMKN 1 Purwakarta Tahun Ajaran 2014/2015 yang berjumlah 70 orang dengan pembagian 35 orang untuk kelas eksperimen dan 35 orang untuk kelas kontrol. Teknik analisis data menggunakan uji t. Hasil penelitian menunjukkan bimbingan pribadi-sosial efektif untuk meningkatkan kompetensi intrapersonal peserta didik Kelas X SMKN 1 Purwakarta Tahun Ajaran 2014/2015.Rekomendasi penelitian ini ditujukan kepada guru bimbingan dan konselingdan peneliti selanjutnya.


(5)

Nadya Yulianty S, 2015

ABSTRACT

Nadya Yulianty S. (2015). TheEffectiveness ofSocial-Personal Guidance to Develop Intrapersonal Competenciesof Learners (Quasi-Experimental Research of the student of Class X Student High School Vocational State1 Purwakarta Academic Year 2014/2015).

This purpose of this research was to produce effective social-personal guidance and developing intrapersonal competence of learners. This method that has been used quasi-experimental methodswith nonequivalent control group design using purposive sampling technique. The instrument used in this research is questionnaire intrapersonal competence. The participants of this research were 70 students class X SMKN 1 Purwakarta academic year 2014/2015, amounting 70 for experiment class and 35 for control classes. Data were analyzed using t test. The results showed that the personal social guidance of the development of student’s ability in intrapersonal competencies students class X SMKN 1 Purwakarta academic year 2014/2015. The result of the study recommended to the school management, counseling teachers and for the next research.


(6)

(7)

ABSTRAK ………..…... ii

ABSTRACT ………..………..…... iii

KATA PENGANTAR ……… iv

UCAPAN TERIMA KASIH ……….. v

DAFTAR ISI ………..……… vii

DAFTAR TABEL ………..………... x

DAFTAR GAMBAR ….……… xii

DAFTAR LAMPIRAN.……….. xiii

BAB I. PENDAHULUAN……….. 1

A. Latar Belakang Penelitian... 1

B. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian………... 7

C. Penjelasan Istilah………... 8

D. Tujuan Penelitian………... 12

E. Manfaat Penelitian………. 12

F. Alur Kerangka Penelitian……….. 14

BAB II. KONSEP KOMPETENSI INTRAPERSONAL DAN BIMBINGAN PRIBADI-SOSIAL……...……..……….. 15

A. Tinjauan Konseptual Kompetensi Intrapersonal…... 15

B. Kerangka Teoretik Bimbingan Pribadi-Sosial……….……... 26 C.Penelitian Sebelumnya Terkait Pengembangan Kompetensi Intrapersonal……… 31


(8)

A. Pendekatan, Metode, dan Desain Penelitian………. 40

B. Sumber Data dan Sampel Penelitian………. 42

C. Pengembangan Instrumen..………... 44

D. Bimbingan Pribadi-Sosial...……… 44

E. Prosedur Penelitian………. 59

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………. 61

A. Deskripsi Hasil Penelitian……….. 61

B. Pembahasan Hasil Penelitian………. 85

C. Keterbatasan Penelitian ……….. 95

BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI………… 97

A. Kesimpulan………. 97

B. Rekomendasi………. 98

DAFTAR PUSTAKA………. 99

RIWAYAT HIDUP……… 103


(9)

Tabel 2.1 Perbandingan Pendapat Beberapa Ahli dalam Perbedaan Istilah

Kompetensi Intrapersonal………. ... 19

Tabel 3.1 Desain Penelitian Efektivitas Bimbingan Pribadi-Sosial untuk Mengembangkan Kompetensi Intrapersonal……… 41

Tabel 3.2 Sumber Data………...……….. 42

Tabel 3.3 Tingkat Ketercapaian Kompetensi Intrapersonal Peserta Didik SMKN 1 Purwakarta ………. 43

Tabel 3.4 Sampel Penelitian………..………… 44

Tabel 3.5 Kisi-kisi Instrumen Kompetensi Intrapersonal……….…….... 47

Tabel 3.6 Pola Skor Opsi Alternatif Respons Model Likert Pada InstrumenPenelitian... 48

Tabel 3.7 Kriteria Kompetensi Intrapersonal……….………... 49

Tabel 3.8 Deskripsi Kriteria Kompetensi Intrapersonal…..…………..… 49

Tabel 3.9 Hasil Penimbangan Instrumen………... 52

Tabel 3.10 Kriteria Koefisien Validitas………... 52

Tabel 3.11 Hasil Uji Validitas Butir Item……… 52

Tabel 3.12 Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi………... 53

Tabel 3.13 Hasil Pengujian Reliabilitas Instrumen... 54

Tabel 3.14 Penilaian Pakar Terhadap Isi Bimbingan Pribadi-Sosial……... 57

Tabel 4.1 Profil Umum Kompetensi Intrapersonal Peserta Didik Kelas X SMKN 1 Purwakarta 2014/2015………….………….……… 62

Tabel 4.2 Profil Kemampuan Kompetensi Intrapersonal Peserta Didik Kelas X SMKN 1 Purwakarta 2014/2015 berdasarkan aspek .. 63

Tabel 4.3 Kompetensi Intrapersonal Peserta Didik Kelas X SMKN 1 Purwakarta 2014/2015 berdasarkan indicator………. 64


(10)

Tabel 4.6 Hasil Uji Homogenitas DataKelas Eksperimendan Kontrol… 80 Tabel 4.7 Hasil Uji Statistik Setelah Perlakuan………. 82 Tabel 4.8 Uji Efektivitas PeraspekKompetensi IntrapersonalPeserta

Didik ……….. 83

Tabel 4.9 Uji Efektivitas Perindikator Kemampuan Kompetensi

IntrapersonalPeserta Didik……….... 84

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Kerangka Penelitian ………... 14

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Administrasi Penelitian Lampiran 2 Instrumen Penelitian

Lampiran 3 Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Lampiran 4 Profil Tingkat Kompetensi Intrapersonal Peserta Didik Lampiran 5 Bimbingan Pribadi Sosial

Lampiran 6 Satuan Kegiatan Layanan Bimbingan dan Konseling Lampiran 7 Data Pretest-Postest Siswa

Lampiran 8 Lembar Penilaian Judgement Instrumen dan Bimbingan Pribadi Sosial


(11)

(12)

BAB 1 PENDAHULUAN

Pada bab ini dibahas tentang latar belakang masalah yang menjadi titik tolak penelitian, identifikasi masalah dan pertanyaan penelitian, penjelasan istilah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, struktur organisasi tesis, dan alur kerangka penelitian.

A. Latar Belakang Penelitian

Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 Ayat 1).

Arti pendidikan nasional tersebut berkesesuaian dengan peran peserta didik sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial senantiasa melakukan hubungan interpersonal dengan sesamanya, sedangkan sebagai makhluk individu senantiasa melakukan hubungan intrapersonal dengan dirinya sebagai upaya pengendalian diri, meningkatkan kualitas kepribadian dan keterampilan untuk mengembangkan potensi diri baik bagi dirinya maupun kehidupan masyarakat, bangsa dan negara (Darwis Hude, 2006).

Individu berusaha mengembangkan kemampuan intrapersonal dan interpersonal dalam kehidupannya. Kemampuan intrapersonal merupakan salah satu dimensi dari kecakapan pribadi yang terfokus pada upaya atau kemampuan individu untuk memahami dirinya sedangkan kemampuan interpersonal merupakan kecakapan yang dimiliki individu dalam memahami dan bekerja sama dengan orang lain (Supriatna, 2010).


(13)

Terkait hubungan intrapersonal individu dengan dirinya sendiri, American School Councelor Association ASCA (Holly dan Kevin, 2010: 228) mengemukakan sebagai berikut.

Personal power-young person feels he or she has control over things that happen to me. Self-esteem young person reports having a high self-esteem. Sense of purpose-young person reports that “my life has a purpose. Positive view of personal future-young person is optimistic about his or her personal future.

Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa kekuatan pribadi dapat diartikan sebagai pemahaman akan diri sendiri dengan segala kelebihan dan kekurangan yang dimiliki. Kekuatan pribadi akan menjadi landasan kokoh bagi perkembangan watak dan kepribadian seseorang. Remaja yang memiliki kekuatan pribadi yang kuat mampu melihat kelebihan dan kekurangan diri sendiri sehingga tidak perlu membangun pencitraan diri yang palsu karena remaja yang memiliki integritas yang tinggi antara sikap dan perilaku yang ada di dalam sama dengan sikap dan perilaku yang ditampakkan (Setiowati, 2011).

Kemampuan intrapersonal terkait pemahaman akan diri sendiri dengan segala kelebihan dan kekurangan yang dimiliki seringkali tidak berkesesuaian dengan kondisi remaja. Syamsu Yusuf (2009: 14-15) menjelaskan bahwa masa remaja merupakan saat berkembangnya self-identity (kesadaran akan identitas atau jati dirinya). Remaja dihadapkan kepada berbagai pertanyaan tentang keberadaan dirinya, akan menjadi apa dirinya. Apabila remaja berhasil memahami dirinya, peran-perannya dalam kehidupan sosial dan memahami makna hidup beragama, maka dia akan menemukan jati dirinya dan memiliki kepribadian yang sehat.

Terkait dengan remaja, Erikson (Adam & Gullota, 1983: 36-37; Conger, 1977: 92-93) berpendapat bahwa remaja merupakan masa berkembangnya identity. Identity merupakan vocal point dari pengalaman remaja, karena semua krisis normatif yang sebelumnya terjadi memberikan kontribusi pada perkembangan identitas remaja. Apabila remaja gagal dalam mengisi atau menuntaskan pencarian identitas dirinya, akan berdampak tidak baik bagi


(14)

perkembangan dirinya. Remaja akan kehilangan arah, dan mungkin akan mengembangkan perilaku menyimpang (delinquent), melakukan kriminalitas atau menutup diri dari masyarakat (Yusuf, 2009).

Nana Syaodih (2007: 9) menjelaskan bahwa individu yang sedang belajar pada berbagai jenjang dan jenis pendidikan sedang berada dalam tahap perkembangan dan sedang berusaha mengembangkan diri, mengembangkan semua potensi diri dan kecakapannya.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara awal diperoleh informasi dari guru Bimbingan dan Konseling SMKN 1 Purwakarta bahwa banyak remaja di sekolah tersebut yang mengalami hambatan terhadap pemahaman diri, pengarahan diri, serta kehilangan motivasi dalam belajar sehingga seringkali putus asa, kehilangan arah, mudah dipengaruhi oleh orang lain, membolos dan putus sekolah. Fenomena tersebut menguatkan bahwa remaja masih kurang dalam hubungan intrapersonal dengan dirinya sehingga mudah terbawa arus oleh lingkungannya.

Penelitian Krista L. Beiswenger dan Wendy S. Grolnick (2009) tentang Interpersonal and Intrapersonal Factors Associated With Autonomous Motivation in Adolescents After-School Activities dalam Journal of Early Adolescence menunjukkan bahwa faktor interpersonal dan intrapersonal dipengaruhi oleh motivasi otonom diluar jam sekolah. Dengan demikian, pengalamam yang dimiliki peserta didik diluar jam sekolah dapat membantu remaja mengembangkan hubungan sosial dengan sebaya.

Penelitian Eliasa (2010) tentang program bimbingan pribadi-sosial untuk mengingkatkan kemampuan intrapersonal dan interpersonal peserta didik kelas X SMA Darul Hikam Bandung Tahun Ajaran 2009/2010 menunjukkan bahwa profil kompetensi intrapersonal dan interpersonal peserta didik termasuk sedang atau cukup artinya peserta didik belum memiliki kemampuan dan belum menguasai kompetensi intrapersonal dan interpersonal secara menyeluruh.


(15)

Penelitian Setiowati (2011) tentang program bimbingan pribadi-sosial melalui permainan untuk meningkatkan kompetensi intrapersonal peserta didik kelas VIII SMPN 1 Lembang Kabupaten Bandung Barat Tahun Ajaran 2010/2011 menunjukkan tingkat kompetensi intrapersonal peserta didik termasuk dalam kategori sedang. Aspek pengetahuan diri (self knowledge) masih lebih rendah dibandingkan dengan aspek pengarahan diri (self direction) dan harga diri (self esteem).

Penelitian Gumelar (2014) tentang efektivitas bimbingan kelompok untuk meningkatkan kemampuan intrapersonal peserta didik kelas VIII SMP Purwodadi tahun ajaran 2013/2014 menunjukkan bahwa kompetensi intrapersonal peserta didik SMP tersebut tergolong sedang.

Chicago Tribune (2000) juga melaporkan bahwa ada sebuah laporan penelitian yang dikeluarkan oleh US Departement of Health and Human Services tentang faktor-faktor resiko tentang kegagalan sekolah pada anak-anak. Faktor-faktor resiko yang disebutkan bukan terletak pada kognitif anak, tetapi pada masalah psikososial anak, yaitu aspek yang menentukan keberhasilan anak di sekolah adalah rasa percaya diri (confidence), rasa ingin tahu (curiosity), kemampuan kontrol diri (self control), kemampuan bekerjasama (cooperation), mudah bergaul dengan sesamanya, mampu berkonsentrasi, rasa empati, dan kemampuan berkomunikasi (Megawangi, 2009).

Dari beberapa hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa kompetensi intrapersonal pada remaja masih tergolong sedang dan masih perlu untuk dikembangkan.

Daniel Goleman berpendapat bahwa keberhasilan seseorang di masyarakat sebagian besar ditentukan oleh kecerdasan emosi 80% dan hanya 20% ditentukan oleh faktor kecerdasan kognitif. Selanjutnya Goleman pun menjelaskan bahwa individu yang memiliki kecerdasan emosi yang tinggi adalah mereka yang dapat mengenal bagaimana perasaannya, dan mengontrol perasaannya. Sehingga individu yang memiliki kecerdasan emosi yang tinggi ini lebih mudah dalam mengatasi masalah-masalah yang dihadapi baik masalah pelajaran maupun


(16)

masalah hubungan dengan kawan-kawannya. Mereka dapat terhindar dari masalah-masalah umum yang dihadapi oleh remaja seperti kenakalan, tawuran, obat bius dan minuman keras, perilaku seks bebas, dan sebagainya (Megawangi, 2009).

Individu yang memiliki kecerdasan emosional yang tinggi tidak terlepas dari peran keluarga dalam pembentukan karakter anak. Namun kematangan emosi ini selanjutnya sangat dipengaruhi oleh lingkungan sekolah, dari usia pra-sekolah sampai usia remaja. Bahkan menurut Daniel Goleman banyak orang tua yang gagal dalam mendidik anak-anaknya, kematangan emosi-sosial anak selanjutnya dapat dikoreksi dengan memberikan pendidikan latihan di sekolah (Goleman, 1997).

Sekolah adalah tempat yang sangat strategis untuk melatih kecerdasan emosional baik kecerdasan intrapersonal ataupun kecerdasan interpersonal remaja, karena hampir semua remaja dari berbagai lapisan akan mengenyam pendidikan di sekolah. Selain itu remaja menghabiskan sebagian besar waktunya di sekolah, sehingga apa yang didapatkannya di sekolah akan mempengaruhi perkembangannya (Brooks dan Goble, 1997).

Menurut Cavanagh & Levitov (2002) kompetensi intrapersonal merupakan kecakapan yang dipelajari yang dapat membantu individu berhubungan secara baik dengan dirinya. Apabila individu tersebut mampu berhubungan dengan dirinya secara efektif, maka akan efektif pula dalam berhubungan dengan orang lain. Sebaliknya kegagalan dalam berhubungan dengan diri sendiri dapat menimbulkan kegagalan dalam berhubungan dengan orang lain.

Peran sekolah membantu peserta didik memperkuat kompetensi intrapersonal sehingga derajat fungsi daya psikis peserta didik secara keseluruhan menjadi baik. Kompetensi intrapersonal sangatlah penting dalam kehidupan sosial, begitu pun pemenuhan kebutuhan sangat penting karena ketiga aspek tersebut menghantarkan peserta didik pada kebahagiaan dan kepribadian yang sehat serta sukses sebagai pribadi dan juga sukses dalam kehidupan sosial.


(17)

Bantuan yang ada di sekolah tersebut dapat melalui layanan bimbingan dan konseling.

Yusuf dan Nurihsan (2008: 200) mengungkapkan salah satu faktor individu yang dapat menghambat dalam proses melaksanakan tugas perkembangan adalah karena tidak adanya atau kurangnya bimbingan untuk memahami dan menguasai tugas-tugas perkembangan. Salah satu cara untuk mengatasi hambatan tersebut perlu diberikan layanan bimbingan dan konseling yang optimal yang sesuai dengan kebutuhan remaja.

Bimbingan, sebagai upaya pendidikan diartikan sebagai proses bantuan kepada individu untuk mencapai tingkat perkembangan diri secara optimum di dalam menavigasi hidupnya secara mandiri. Perkembangan optimum dalam menavigasi hidup secara mandiri adalah suatu konsep normatif, suatu kondisi adekuat dimana individu mampu melakukan pilihan dan pengambilan keputusan yang tepat untuk mempertahankan keberfungsian dirinya di dalam sistem atau lingkungan. Kondisi perkembangan optimum adalah kondisi dinamis yang ditandai dengan kesiapan dan kemampuan individu untuk memperbaiki diri (self-imiprovemdent) agar dia menjadi pribadi yang berfungsi penuh (fully-functioning person) di dalam lingkungannya (Kartadinata, 2011).

Bimbingan merupakan proses bantuan kepada individu agar mampu mengembangkan diri sesuai fitrah (potensinya) dengan segala keunikannya (Dahlan, 1988 dalam Fyanti, 2010). Natawidjadja (1981) menyatakan bimbingan merupakan bantuan yang diberikan oleh seseorang kepada orang lain dalam membuat keputusan dan pemecahan masalah.

Bimbingan tidak hanya berorientasi pada penyembuhan melainkan lebih pada proses pengembangan, pencegahan dan penyesuaian. Hal ini sejalan dengan penjelasan Syamsu Yusuf dan A. Juntika Nurihsan (2005; 12) bahwa visi bimbingan bersifat edukatif, pengembangan dan outreach. Edukatif, artinya kepedulian bimbingan terletak pada upaya pencegahan dan pengembangan dan bukan pada upaya korektif dan terapeutik. Pengembangan, artinya titik sentral tujuan bimbingan terletak pada upaya memberdayakan seluruh potensi manusia


(18)

melalui perekayasaan lingkungan perkembangan. Sedangkan outreach, disebabkan karena target bimbingan tidak terbatas pada individu yang bermasalah tetapi semua individu berkenaan dengan aspek kepribadiannya dalam semua konteks kehidupannya, meliputi berbagai ragam dimensi masalah, target intervensi, setting, metode, dan waktu layanan.

Menurut Gordon (2000: 13) bimbingan pribadi-sosial adalah proses membantu individu dalam memahami kelebihan dan kekurangannya. Bimbingan pribadi-sosial diarahkan agar individu dapat memahami dan menyelesaikan masalah pribadinya sehingga memiliki kepribadian yang mantap. Melalui layanan bimbingan pribadi-sosial, maka membantu individu untuk memperoleh pemahaman diri, termasuk didalamnya mengidentifikasi dan mengekspresikan perasaan diri (Holly dan Kevin, 2002 : 228).

Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan program bimbingan pribadi-sosial begitu penting untuk dilaksanakan. Oleh karena itu penelitian ini akan membahas efektivitas bimbingan pribadi-sosial untuk mengembangkan kompetensi intrapersonal. Kompetensi intrapersonal akan menjadi landasan yang kokoh dalam perkembangan watak dan kepribadian seseorang termasuk dalam melaksanakan perkembangannya. Seseorang yang memiliki kompetensi intrapersonal yang baik selain menunjang kesuksesan dalam pencapaian tugas perkembangannya juga dapat membantu permasalahan dan meningkatkan prestasi akademik di sekolah dengan baik.

B. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas dapat diidentifikasi beberapa permasalahan yang erat kaitannya dengan pelaksanaan bimbingan pribadi-sosial untuk mengembangkan kompetensi intrapersonal peserta didik. Kompetensi intrapersonal merupakan aspek yang terpenting yang harus dikembangkan. Kompetensi intrapersonal peserta didik yang optimal dapat menunjang kesuksesan pencapaian tugas perkembangan pada usia remaja dan prestasi akademiknya.


(19)

Kompetensi intrapersonal merupakan pemikiran dan perasaan peserta didik untuk mampu berhubungan baik dengan dirinya sendiri. Peserta didik yang memiliki kompetensi intrapersonal yang kuat dapat menyadari serta memandang dirinya dengan positif dan berusaha untuk diterima dengan baik dalam lingkungan.

Salah satu bidang layanan dalam bimbingan dan konseling adalah bidang pribadi-sosial. Bimbingan pribadi-sosial dapat mengarahkan peserta didik dalam bersikap serta memahami keadaan dirinya baik kelebihan atau kelemahannya dan juga mencapai tugas perkembangannya dengan memperhatikan keunikan individu. Bimbingan pribadi-sosial dapat membantu individu untuk memperoleh pemahaman diri, mengidentifikasi dan mengekpresikan perasaan diri.

Rumusan masalah utama dalam penelitian ini adalah “Seperti apa bimbingan pribadi-sosial yang efektif untuk mengembangkan kompetensi intrapersonal peserta didik khususnya kompetensi intrapersonal peserta didik?”

Permasalahan tersebut diuraikan ke dalam pertanyaan penelitian sebagai sebagai berikut.

1. Bagaimana profil kompetensi intrapersonal didik Kelas X SMKN 1 Purwakarta tahun ajaran 2014/2015 di Kabupaten Purwakarta yang layak menurut praktisi?

2. Seperti apa rumusan hipotetik bimbingan pribadi-sosial yang layak menurut ahli dan praktisi untuk mengembangkan kompetensi intrapersonal peserta didik kelas X di SMKN 1 Purwakarta tahun ajaran 2014/2015?

3. Bagaimana gambaran keefektifan bimbingan pribadi-sosial untuk mengembangkan kompetensi intrapersonal terhadap peserta didik kelas X di SMKN 1 Purwakarta tahun ajaran 2014/2015?

C. Penjelasan Istilah

Rumusan masalah di atas memiliki dua istilah yang harus dijelaskan yaitu kompetensi intrapersonal dan bimbingan pribadi-sosial. Kedua istilah tersebut dijelaskan sebagai berikut.


(20)

1. Kompetensi Intrapersonal

Para ahli berbeda dalam menjelaskan istilah kompetensi intrapersonal, beberapa ahli yang lain menjelaskan kecerdasan intrapersonal dengan personal power, ada juga yang mengistilahkan dengan kecakapan intrapersonal.

Kecerdasan intrapersonal (social insight internal) menurut Gardner (1993) adalah kemampuan yang korelatif dan mengarah ke dalam diri yang membentuk suatu model diri sendiri yang teliti agar dapat menggunakan kemampuan tersebut secara efektif dalam kehidupan.

Penjelasan Gardner tersebut menjelaskan bahwa kecerdasan intrapersonal merupakan sebuah kemampuan yang bersifat paling pribadi dan merupakan kemampuan yang luar biasa yang digunakan sebagai pedoman tingkah laku sendiri dan cara untuk memahami diri dan bekerja dengan diri sendiri agar tercipta kehidupan yang efektif.

Kompetensi intrapersonal terdapat dalam pemikiran Goleman (1999: 83-84) tentang konsep kecerdasan emosional (emotional intelligence) yaitu kesadaran emosi yang dimiliki oleh seseorang yang terkandung aspek kesadaran diri (mengetahui bagaimana pengaruh emosi terhadap seseorang dan kemampuan memandu dalam pengambilan keputusan), pengaturan diri (menyadari keterkaitan antara perasaan dengan pikiran, perkataan dan tindakannya), dan motivasi (mengetahui bagaimana perasaan mempengaruhi kinerja/ aktivitas seseorang).

Penjelasan Goleman tersebut lebih lengkap dari Gardner dimana dalam kecerdasan intrapersonal terkandung aspek kesadaran diri, pengaturan diri, dan motivasi yang tidak hanya sebuah kemampuan yang korelatif yang dimiliki oleh individu.

Kompetensi intrapersonal atau kompetensi intrapribadi menurut Cavanagh & Levitov (2002) yaitu kemampuan yang dipelajari individu agar dapat berhubungan secara baik dengan dirinya. Apabila orang mampu berhubungan dengan dirinya secara efektif, maka akan efektif pula dalam berhubungan dengan orang lain. Sebaliknya kegagalan dalam berhubungan dengan diri sendiri dapat menimbulkan kegagalan dalam berhubungan dengan orang lain.


(21)

Kompetensi intrapersonal menurut Cavanagh & Levitov (2002) terdiri dari tiga aspek yaitu pengetahuan diri (self knowledge), pengarahan diri (self direction), dan penghargaan diri (self esteem). Pengetahuan diri adalah kemampuan individu untuk memahami dirinya secara baik meliputi kekuatan, kelemahan, kebutuhan, perasaan dan motif. Pengarahan diri adalah kemampuan individu untuk mengendalikan hidupnya dan bertanggung jawab penuh terhadap konsekuensi dan perilakunya. Penghargaan diri adalah kemampuan individu untuk memandang dirinya bermanfaat, berkemampuan, dan berkebajikan.

Penjelasan kompetensi intrapersonal menurut Cavanagh & Levitov ini merupakan kemampuan yang dipelajari oleh individu agar dapat berhubungan secara baik dengan dirinya yang meliputi pengetahuan diri, pengarahan diri, dan penghargaan diri.

Kecakapan intrapersonal menurut Supriatna (2010) adalah kemampuan yang bersifat reflektif dan retrospektif dari individu yang diarahkan pada dirinya sendiri sebagai makhluk Tuhan yang dianugerahi potensi yang meliputi kesadaran diri (pemahaman individu tentang potensi diri), peninjauan diri (pemahaman individu terhadap pengalaman dalam mengungkapkan potensi diri), penghargaan diri (pengutamaan pemeliharaan dan pemanfaatan potensi secara optimal).

Penjelasan menurut Supriatna tersebut merupakan kompilasi dari berbagai teori sehingga penjelasannya lebih lengkap bahwa kompetensi intrapersonal adalah kemampuan individu dalam memahami dirinya sendiri sebagai makhluk Tuhan yang dianugerahi potensi yang meliputi kesadaran diri, peninjauan diri, dan penghargaan diri.

Jadi, esensi kompetensi intrapersonal adalah kemampuan individu untuk berhubungan dengan dirinya sendiri yang meliputi aspek pengetahuan diri (kemampuan untuk memahami dirinya secara memadai yang meliputi pemahaman akan kekuatan dan kelemahan diri serta penerimaan diri), pengarahan diri (kemampuan untuk mengendalikan hidupnya dan bertanggung jawab penuh terhadap konsekuensi dan perilakunya meliputi pengaturan diri dan


(22)

pengendalian diri), dan penghargaan diri (kemampuan untuk memandang dirinya bermanfaat, berkemampuan dan berkebajikan).

Adapun indikator dari setiap aspek kompetensi intrapersonal agar individu dapat berhubungan baik dengan dirinya ditunjukkan dengan adanya: (1) pengetahuan diri adalah kemampuan individu untuk memahami dirinya sendiri meliputi pemahaman diri (mengetahui kekuatan dan kelemahan sendiri) dan penerimaan diri (menyadari dan menerima kondisi diri dengan penuh rasa syukur), (2) pengarahan diri adalah kemampuan individu dalam mengarahkan hidupnya agar bertanggung jawab penuh terhadap konsekuensi dan perilakunya yang meliputi pengaturan diri (mampu mengatur kondisi tempat tinggal dan lingkungannya serta berdisiplin dengan waktu yang telah dibuat), pengendalian diri (mampu mengendalikan antara perasaan dengan pikiran, dan perkataan dengan tindakannya), (3) penghargaan diri adalah kemampuan individu dalam memanfaatkan potensi yang dimiliki secara optimal meliputi pencitraan diri (memandang diri sendiri dengan positif), percaya diri (merasa yakin dan bangga terhadap diri sendiri, dan pemanfaatan diri (memberikan manfaat untuk orang lain).

2. Bimbingan Pribadi-Sosial

Bimbingan pribadi-sosial merupakan salah satu bagian dari bimbingan dan konseling. Maka untuk menjelaskan konsep bimbingan pribadi-sosial dijelaskan terlebih dahulu konsep bimbingan dan konseling di sekolah.

Menurut Surya (1988: 47) bimbingan pribadi-sosial merupakan bimbingan dalam menghadapi dan memecahkan masalah-masalah pribadi-sosial seperti masalah pergaulan, penyelesaian konflik, penyesuaian diri dan sebagainya. Dalam bimbingan pribadi-sosial individu diarahkan untuk tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang mempunyai kepribadian utuh dan mandiri dalam menghadapi setiap permasalahan yang dihadapi.

Winkel (1991: 142) menyatakan bahwa bimbingan pribadi-sosial merupakan upaya untuk membantu individu menghadapi keadaan batinnya sendiri, dan mengatasi konflik-konflik dalam dirinya, serta membantu individu


(23)

dalam berhubungan dengan orang lain. Bimbingan ini dimaksudkan agar individu berhubungan baik dengan diri sendiri dan orang lain sepanjang kehidupannya.

Sejalan pendapat di atas Gordon (2000: 13) mengartikan bimbingan pribadi-sosial adalah

personal and social guidance is the process of helping on individual to know how to behave with consideration towards other people. Primally, personal and social guidance helps the individual to understand himself, know how to get on with others, learn manners and etiquette, pursue leisure time activities, practice social skills, develop family and familyrelationships, and understand social roles and responsibilities.” Pendapat di atas mengartikan bahwa bimbingan pribadi dan sosial merupakan proses membantu individu untuk memahami dirinya sendiri, mampu menempatkan dengan orang lain, belajar sopan santun dan etika, dan mengetahui bagaimana berperilaku dengan orang lain serta melatih memahami peran dan tanggung jawab sosial.

Jadi, esensi dari bimbingan pribadi-sosial adalah bimbingan yang membantu individu dalam mengatasi konflik-konflik dalam dirinya dan membantu individu dalam berhubungan dan menempatkan bagaimana berperilaku dengan orang lain serta melatih memahami peran dan tanggung jawab sosial.

D. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini ditujukan untuk menghasilkan bimbingan pribadi-sosial yang efektif untuk mengembangkan kompetensi intrapersonal peserta didik. Adapaun secara khusus penelitian ini ditujukan untuk menghasilkan fakta empirik tentang:

1. Profil kompetensi intrapersonal peserta didik Kelas X SMKN 1 Purwakarta tahun ajaran 2014/2015 di Kabupaten Purwakarta yang meliputi pengetahuan diri, pengarahan diri dan penghargaan diri.

2. Rumusan hipotetik bimbingan pribadi-sosial untuk mengembangkan kompetensi intrapersonal pesera didik kelas X di SMKN 1 Purwakarta tahun ajaran 2014/2015.


(24)

3. Gambaran keefektifan bimbingan pribadi-sosial untuk mengembangkan kompetensi intrapersonal peserta didik kelas X di SMKN 1 Purwakarta tahun ajaran 2014/2015.

E.Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah memberikan kontribusi yang positif bagi pengembangan teori maupun praktek bimbingan dan konseling di sekolah terutama bagi guru bimbingan dan konseling serta peneliti selanjutnya sebagai berikut.

1. Manfaat Teoretis

Secara teoritis penelitian ini bermanfaat dalam rangka pengembangan konsep kompetensi intrapersonal dan memformulasikan layanan bimbingan pribadi-sosial bagi peserta didik yang memiliki kompetensi intrapersonal yang kurang serta perluasan khazanah tema penelitian, khususnya pada bidang bimbingan dan konseling.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Guru Bimbingan dan Konseling

Hasil penelitian dapat dimanfaatkan oleh Guru Bimbingan dan Konseling dalam upaya mengembangkan kompetensi intrapersonal dan menjadi masukan yang konstruktif dalam upaya pemberian bimbingan khususnnya bimbingan pribadi-sosial kepada peserta didik.

b. Bagi Peneliti selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya hasil penelitian ini dapat menjadi rujukan dalam mengembangkan kompetensi intrapersonal jenjang pendidikan di SD, SMP, ataupun SMA sederajat. Sehingga akan dihasilkan bimbingan pribadi-sosial untuk mengembangkan kompetensi intrapersonal pada setiap jenjang pendidikan yang lebih luas berdasarkan aspek dan indikator yang lebih dalam dan menyeluruh.


(25)

F. Kerangka Penelitian IDENTIFIKASI MASALAH PENDAHULUAN Studi Pustaka Studi Lapangan K e r a n g k a P e n e l i t i a n Uji Coba Instrumen pada populasi penelitian Penyusunan Instrumen

Uji Validitas dan Reabilitas Uji Keterbacaan

Judgement Ke Pakar

Instrumen yang terstandar

Pre Test

Profil kompetensi intrapersonal Peserta Didik kelas X SMKN 1 Pwk Treatment PELAKSANAAN Post Test Judgemenet Program ke Pakar&Praktisi

Bimbingan Pribadi- Sosial untuk mengembangkan kompetensi intrapersonal yang terstandar


(26)

Gambar 1.1 Kerangka Penelitian


(27)

BAB III

METODE PENELITIAN

Bab ini menguraikan pokok bahasan yang berkenaan dengan pendekatan penelitian, metode penelitian, desain penelitian, populasi dan sampel penelitian, definisi operasional, pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data prosedur penelitian dan teknis analisis data dan prosedur penelitian.

A.Pendekatan, Metode, dan Desain Penelitian 1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif dipilih sebagai pendekatan penelitian ketika tujuan penelitian untuk menguji teori, mengungkapkan fakta, menunjukkan hubungan antar variabel, dan mendeskripsikan (Creswell 2012). Alasan penggunaan pendekatan kuantitatif sebagai pendekatan penelitian adalah dimungkinkannya pencatatan data hasil penelitian dengan menggunakan perhitungan secara statistik.

2. Metode Penelitian dan Desain Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan bimbingan yang efektif untuk mengembangkan kompetensi intrapersonal peserta didik, sehingga metode penelitian yang dipilih menggunakan penelitian eksperimen. Terdapat beberapa bentuk dalam metode penelitian eksperimen, yaitu pra eksperimen, eksperimen, eksperimen kuasi, dan desain faktorial (Creswell 2012). Penelitian eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen kuasi, dimana penelitian ini tetap memiliki kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen (Sugiyono, 2010). Selain itu, menurut Cresswell (2012) metode eksperimen kuasi (quasi experimental) digunakan dalam penelitian eksperimen apabila mempunyai dua kelompok yang tidak dipilih secara acak.

Bentuk desain eksperimen kuasi (quasi experimental) yang digunakan adalah nonequivalent control group design, dimana pada desain penelitian ini


(28)

sampel penelitian tidak dipilih secara acak untuk menjadi kelompok eksperimen dan kelompok kontrol melainkan dengan beberapa pertimbangan (purposive sampling). Proses pelaksanaan eksperimen kuasi yakni:

a. Kelompok eksperimen dan kelompok kontrol diberikan pengukuran awal b. Perlakuan berupa pemberian layanan bimbingan pribadi-sosial yang diberikan

kepada kelompok eksperimen, sedangkan kelompok kontrol tidak diberikan perlakuan/ layanan bimbingan pribadi-sosial.

c. Setelah diberikan layanan bimbingan pribadi-sosial, kemudian diberikan pengukuran akhir kepada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

Desain ini hampir sama dengan pretest-posttest control group design, hanya pada desain ini kelompok eksperimen dan kelompok kontrol tidak dipilih secara random. Desain ini, baik kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol dibandingkan walaupun pemilihan kelompok tersebut ditempatkan tanpa melalui random. Dua kelompok akan diberi pretest, kemudian perlakuan dan terakhir diberikan posttest (Sugiyono, 2010). Untuk lebih jelas, desain peneletian ini dapat dilihat pada skema berikut.

Tabel 3.1

Desain Penelitian Efektivitas Bimbingan Pribadi-Sosial untuk Mengembangkan Kompetensi Intrapersonal Peserta Didik

Kelompok Pre-test Perlakuan Post-Test

Eksperimen O1 X O2

Kontrol O3 - O4

Keterangan:

O1 : Pengukuraan awal (pretest) dengan menggunakan instrumen kompetensi

intrapersonal untuk memperoleh kondisi awal kompetensi intrapersonal pada kelompok eksperimen.


(29)

O2 : Pengukuraan akhir (posttest) dengan menggunakan instrumen kompetensi

intrapersonal untuk memperoleh kondisi akhir kompetensi intrapersonal setelah diberikan bimbingan pribadi-sosial pada kelompok eksperimen. O3 : Pengukuraan (pretest) dengan menggunakan instrument kompetensi

intrapersonal untuk memperoleh kondisi awal kompetensi intrapersonal pada kelompok kontrol.

O4 : Pengukuraan akhir (posttest) dengan menggunakan instrument kompetensi

intrapersonal untuk memperoleh kondisi akhir kompetensi intrapersonal pada kelompok kontrol

X : Perlakuan berupa bimbingan pribadi-sosial untuk mengembangkan kompetensi intrapersonal kepada kelompok eksperimen.

- : Kelompok kontrol tidak diberikan perlakuan apapun. B. Sumber Data dan Sampel Penelitian

1. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian adalah peserta didik kelas X SMK Negeri 1 Purwakarta Tahun Ajaran 2014/2015 sebanyak 256 orang. Sumber data penelitian ini berjumlah 256 dengan menggunakan teknik purposive sampling dimana kelas dipilih satu dari setiap jurusan. Pertimbangan sampel penelitian tidak dipilih secara acak untuk menjadi kelompok eksperimen dan kelompok kontrol melainkan dengan beberapa pertimbangan tertentu (Sugiono, 2010).

Tabel 3.2 Sumber Data

No Kelas Jumlah

1. X TSM 1 24

2. X Elin 1 29

3. X TKM 1 18

4. X TL 1 35

5. X TKR 1 28

6. X TAV 2 35

7. X TKJ 3 35

8. X TPM 3 24


(30)

Jumlah Total 256

2. Sampel Penelitian

Pengambilan sampel dipilih dengan dengan menggunakan teknik purposive sampling (sampel bertujuan) dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu. Kategori yang menjadi kelompok eksperimen dan kelompok kontrol pada penelitan ini yakni kelas yang memiliki tingkat kompetensi intrapersonal yang sedang yang didasarkan pada hasil studi awal kompetensi intrapersonal peserta didik dan memiliki kriteria yang sama antara kelas yang menjadi kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Adapun tingkat ketercapaian kompetensi intrapersonal tiap kelasnya disajikan pada tabel berikut.

Tabel 3.3

Tingkat Ketercapaian Kompetensi intrapersonal Peserta Didik SMKN 1 Purwakarta Tahun Ajaran 2014/ 2015.

No Kelas Kategori Rendah

Kategori Sedang

Kategori Tinggi

Jumlah Kesimpulan

1. XTSM 1 7 19% 12 57% 15 24% 24 sedang

2. XELIN 1 4 13.8% 17 58.6% 8 27.6% 29 sedang

3. XTKM 1 5 27.8% 8 44.4% 5 27.8% 18 sedang

4. XTL1 9 26% 20 57% 6 17% 35 sedang

5. XTKR 1 9 32% 12 43% 7 25% 28 sedang

6. XTAV 2 11 35% 17 46% 7 19% 35 sedang

7. XTKJ 3 11 31% 17 47% 7 22% 35 sedang

8. X TPM 3 6 25% 2 8% 16 67% 24 tinggi

9. X TGB 2 12 43% 7 25% 9 32% 28 rendah


(31)

Berdasarkan hasil kategori tingkat kompetensi intrapersonal di atas, hampir semua kelas berada pada kategori sedang namun hanya ada dua kelas yang dipilih untuk dijadikan sampel penelitian.

Peserta didik yang menjadi sampel penelitian berjumlah 70 orang, kelompok eksperimen berjumlah 35 orang dan kelompok kontrol berjumlah 35 orang. Untuk lebih jelas mengenai sampel pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.4 Sampel Penelitian

No Kategori Sampel Kelas Jumlah 1. Kelas Eksperimen X TKJ 3 35 Siswa 2. Kelas Kontrol X TAV 2 35 Siswa Jumlah Total Sampel 70 Siswa

C. Pengembangan Instrumen 1. Kompetensi Intrapersonal

Kecerdasan intrapersonal (social insight internal) menurut Gardner (1993) adalah kemampuan yang korelatif dan mengarah ke dalam diri yang membentuk suatu model diri sendiri yang teliti agar dapat menggunakan kemampuan tersebut secara efektif dalam kehidupan.

Penjelasan Gardner tersebut menjelaskan bahwa kecerdasan intrapersonal merupakan sebuah kemampuan yang bersifat paling pribadi dan merupakan kemampuan yang luar biasa yang digunakan sebagai pedoman tingkah laku sendiri dan cara untuk memahami diri dan bekerja dengan diri sendiri agar tercipta kehidupan yang efektif.

Kompetensi intrapersonal terdapat dalam pemikiran Goleman (1999: 83-84) tentang konsep kecerdasan emosional (emotional intelligence) yaitu kesadaran emosi yang dimiliki oleh seseorang yang terkandung aspek kesadaran diri (mengetahui bagaimana pengaruh emosi terhadap seseorang dan kemampuan memandu dalam pengambilan keputusan), pengaturan diri (menyadari keterkaitan


(32)

antara perasaan dengan pikiran, perkataan dan tindakannya), dan motivasi (mengetahui bagaimana perasaan mempengaruhi kinerja/ aktivitas seseorang).

Penjelasan Goleman tersebut lebih lengkap dari Gardner dimana dalam kecerdasan intrapersonal terkandung aspek kesadaran diri, pengaturan diri, dan motivasi yang tidak hanya sebuah kemampuan yang korelatif yang dimiliki oleh individu.

Kompetensi intrapersonal atau kompetensi intrapribadi menurut Cavanagh & Levitov (2002) yaitu kemampuan yang dipelajari individu agar dapat berhubungan secara baik dengan dirinya. Apabila orang mampu berhubungan dengan dirinya secara efektif, maka akan efektif pula dalam berhubungan dengan orang lain. Sebaliknya kegagalan dalam berhubungan dengan diri sendiri dapat menimbulkan kegagalan dalam berhubungan dengan orang lain.

Kompetensi intrapersonal menurut Cavanagh & Levitov (2002) terdiri dari tiga aspek yaitu pengetahuan diri (self knowledge), pengarahan diri (self direction), dan penghargaan diri (self esteem). Pengetahuan diri adalah sebuah pemahaman tentang dirinya secara memadai baik meliputi kekuatan, kelemahan, kebutuhan, perasaan dan motif. Pengarahan diri adalah daya yang memberi arah bagi seseorang dalam hidupnya dan bertanggung jawab penuh terhadap konsekuensi dan perilakunya. Penghargaan diri adalah suatu pandangan orang secara umum bahwa dirinya bermanfaat, berkemampuan, dan berkebajikan.

Penjelasan kompetensi intrapersonal menurut Cavanagh & Levitov ini merupakan kemampuan yang dipelajari oleh individu agar dapat berhubungan secara baik dengan dirinya yang meliputi pengetahuan diri, pengarahan diri, dan penghargaan diri.

Kecakapan intrapersonal menurut Supriatna (2010) adalah kemampuan yang bersifat reflektif dan retrospektif dari individu yang diarahkan pada dirinya sendiri sebagai makhluk Tuhan yang dianugerahi potensi yang meliputi kesadaran diri (pemahaman individu tentang potensi diri), peninjauan diri (pemahaman individu terhadap pengalaman dalam mengungkapkan potensi diri), penghargaan diri (pengutamaan pemeliharaan dan pemanfaatan potensi secara optimal).


(33)

Penjelasan menurut Supriatna tersebut merupakan kompilasi dari berbagai teori sehingga penjelasannya lebih lengkap dalam menjelaskan kompetensi intrapersonal dimana kompetensi intrapersonal adalah kemampuan individu dalam memahami dirinya sendiri sebagai makhluk Tuhan yang dianugerahi potensi yang meliputi kesadaran diri, peninjauan diri, dan penghargaan diri.

Jadi, esensi kompetensi intrapersonal adalah kemampuan individu untuk berhubungan dengan dirinya sendiri yang meliputi aspek pengetahuan diri (kemampuan untuk memahami dirinya secara memadai yang meliputi pemahaman akan kekuatan dan kelemahan diri serta penerimaan diri), pengarahan diri (kemampuan untuk mengendalikan hidupnya dan bertanggung jawab penuh terhadap konsekuensi dan perilakunya meliputi pengaturan diri dan pengendalian diri), dan penghargaan diri (kemampuan untuk memandang dirinya bermanfaat, berkemampuan dan berkebajikan).

Adapun indikator dari setiap aspek kompetensi intrapersonal agar individu dapat berhubungan baik dengan dirinya ditunjukkan dengan adanya: (1) pengetahuan diri adalah kemampuan individu untuk memahami dirinya sendiri meliputi pemahaman diri (mengetahui kekuatan dan kelemahan sendiri) dan penerimaan diri (menyadari dan menerima kondisi diri dengan penuh rasa syukur), (2) pengarahan diri adalah kemampuan individu dalam mengarahkan hidupnya agar bertanggung jawab penuh terhadap konsekuensi dan perilakunya yang meliputi pengaturan diri (mampu mengatur kondisi tempat tinggal dan lingkungannya serta berdisiplin dengan waktu yang telah dibuat), pengendalian diri (mampu mengendalikan antara perasaan dengan pikiran, dan perkataan dengan tindakannya), (3) penghargaan diri adalah kemampuan individu dalam memanfaatkan potensi yang dimiliki secara optimal meliputi pencittraan diri (memandang diri sendiri dengan positif), percaya diri (merasa yakin dan bangga terhadap diri sendiri, dan pemanfaatan diri (memberikan manfaat untuk orang lain).


(34)

Definisi Operasional kompetensi intrapersonal dalam penelitian ini adalah respon peserta didik kelas X SMKN 1 Purwakarta untuk berhubungan baik dengan dirinya sendiri yang meliputi aspek pengetahuan diri, pengarahan diri, dan penghargaan diri.

Adapun indikator dari setiap aspek kompetensi intrapersonal peserta didik yang akan diteliti adalah: (1) pengetahuan diri yaitu kemampuan peserta didik untuk memahami dirinya sendiri meliputi pemahaman diri dan penerimaan diri. (2) pengarahan diri yaitu kemampuan peserta didik dalam mengatur diri dan mengendalikan diri sendiri. (3) penghargaan diri yaitu kemampuan peserta didik dalam memanfaatkan potensi yang dimiliknya secara optimal dan kepercayaan diri atas potensi yang dimilikinya.

3. Kisi-kisi Instrumen Pengumpul Data

Berdasarkan definisi operasional variabel di atas, maka dikembangkan kisi-kisi instrumen untuk mengetahui profil kompetensi intrapersonal peserta didik.

Tabel 3.5

Kisi-kisi Instrumen Kompetensi Intrapersonal

Aspek Indikator No. Item Jumlah

1.Pengetahuan diri

(Kemampuan peserta didik untuk memahami dirinya secara memadai meliputi pemahaman diri dan penerimaan diri).

1. Pemahaman diri 001-011 24 2. Penerimaan diri 012-022

2.Pengarahan Diri

(Kemampuan peserta didik dalam mengarahkan hidupnya yang meliputi pengaturan diri dan pengendalian diri).

1. Pengaturan diri 023-033

26 2. Pengendalian diri 034-049


(35)

3. Penghargaan Diri (Kemampuan peserta didik dalam memanfaatkan potensi yang dimiliknya secara optimal meliputi pencitraan diri, percaya diri dan pemanfaatan diri).

1.Pencitraan diri 050-055

15 2.Percaya diri 056-059

3.Pemanfaatan diri 060-065

65

4. Pedoman Skoring dan Penafsiran a. Skoring

Instrumen kompetensi intrapersonal ini menggunakan skala likert. Item pada skala psikologi berupa penerjemahan dari indikator untuk memancing jawaban yang tidak secara langsung mengambarkan keadaan diri subjek, yang biasanya tidak disadari oleh responden yang bersangkutan (Azwar, 2014). Aturan dan skoring instrument ini berpedoman pada likert, dimana jawaban responden menentukan tingkat persetujuan mereka terhadap suatu pernyataan dengan memilih salah satu dari pilihan yang tersedia dengan lima pilihan skala dengan format seperti:

Tabel 3.6

Pola Skor Opsi Alternatif Respons

Model Summated Ratings (Likert) Pada Instrumen Penelitian Pernyataan Positif (+) Pernyataan Negatif (-)

Jawaban Skor Jawaban Skor

Sangat Tidak Sesuai (STS) 1 Sangat Sesuai (SS) 5

Tidak Sesuai (TS) 2 Sesuai (S) 4

Netral/ Cukup (N) 3 Netral/ Cukup (N) 3

Sesuai (S) 4 Tidak Sesuai (TS) 2

Sangat Sesuai (SS) 5 Sangat Tidak Sesuai (STS) 1 Skoring instrumen kompetensi intrapersonal tahapannya sebagai berikut.


(36)

Skor maksimal ideal = jumlah soal x skor tertinggi

b. Menentukan skor minimal ideal yang diperoleh sampel dengan rumus : Skor minimal ideal = jumlah soal x skor terendah

c. Mencari rentang skor ideal yang diperoleh sampel dengan rumus : Rentang skor = Skor maksimal ideal-skor minimal ideal

d. Mencari interval skor dengan rumus : Interval skor = Rentang skor / 3 b. Penafsiran

Dari langkah-langkah diatas, kemudian didapatkan kriteria sebagai berikut : Tabel 3.7

Kriteria Kompetensi Intrapersonal Kriteria Rentang Skor Kategori

X> (µ + 1,0 �) Tinggi (µ - 1,0 �) ≤ x < (µ + 1,0 �) Sedang X> (µ - 1,0 �) Rendah Sumber: Azwar (1999, hlm. 109)

Keterangan: X = skor subjek

µ = rata-rata baku ó = deviasi standar baku

Pengelompokan ini bertujuan untuk memperoleh profil kompetensi intrapersonal peserta didik. Adapun deskripsi skala yang digunakan sebagai acuan dalam pengelompokkan skor kompetensi intrapersonal peserta didik dijelaskan pada tabel 3.8

Tabel 3.8

Deskripsi Setiap Kriteria Skor Kompetensi intrapersonal Peserta didik

No Kriteria Kategori Deskripsi

1. X> (µ + 1,0 �) Tinggi Artinya peserta didik mengetahui dirinya dengan baik, memhami diri dan mengetahui


(37)

No Kriteria Kategori Deskripsi

mengerti perasaan diri sendiri dan dapat memotivasi diri sendiri menjadi lebih baik. Mampu menerima diri dan bahagia dan bersyukur dengan kehidupannya, menerima ketidaksempurnaan fisik dan dapat menerima kritikan orang lain sebagai masukan untuk menjadi lebih baik. Dari aspek pengarahan diri, peserta didik dapat mengatur dirinya sendiri (disiplin), mampu melaksanakan jadwal harian dengan tepat waktu, menyimpan barang pada tempatnya kembali, dan dapat datang ke sekolah tepat waktu serta mampu memilah antara kegiatan yang penting dan yang harus didahulukan. Sedangkan dari segi pengendalian diri, peserta didik tidak menyimpan perasaan benci kepada teman yang pernah menyakiti dan dapat memaafkan teman walaupun masih terasa sakit, dapat menahan diri apabila ingin marah pada orang tua, dapat mengungkapkan perasaannya. Dari aspek penghargaan diri, peserta didik memiliki pencitraan diri yang baik, merasa nyaman dengan penampilannya, disukai oleh teman-temannya, optimis dalam berprestasi, sedangkan dalam kepercayaan dirinya, peserta didik sangat baik yakin akan kemampuan yang dimiliki, dan tidak memiliki rasa minder dengan orang lain dan dari

pemanfaatan diri peserta didik dapat

memberikan manfaat dan pencerahan untuk orang lain, seringkali diminta menjelaskan kembali apa yang diterangkan guru kepada teman yang lain, dan kedatangannya selalu dinantikan dan dibutuhkan oleh orang lain. Dengan kata lain, peserta didik pada kategori ini memiliki kemampuan kompetensi

intrapersonal yang tinggi.


(38)

No Kriteria Kategori Deskripsi

< (µ + 1,0 �) dirinya akan tetapi belum mampu mengidentifikasi kelemahan dan kelebihan yang ada dalam diri; mudah terpengaruh orang lain dalam bertindak dan bersikap dikehidupan sehari-hari; kurang mampu mengendalikan dirinya; seringkali tidak mengikuti kegiatan ekstrakurikuler, kurang dapat mengatur diirnya sendiri, kurang tertib dan disiplin dalammenjalankan jadwal kegiatan sehari-harinya, kurang memiliki citra diri yang baik dan kurang rasa kepercayaan dirinya, selain itu dirinya masih merasa kurang bermanfaat dan dibutuhkan oleh orang lain. Dengan kata lain, peserta didik pada kategori ini memiliki kemampuan kompetensi intrapersonal dalam kategori sedang.

3. X> (µ - 1,0 �) Rendah Artinya peserta didik tidak menegtahui dirinya dan belum mengidentifikasi kelemahan dan kelebihan yang ada dalam diri; sangat mudah terpengaruh orang lain dalam bertindak dan bersikap dikehidupan sehari-hari; tidak dapat mengendalikan dirinya; tidak mengikuti kegiatan ekstrakurikuler, tidak dapat memahami dan menjalankan aturan sekolah, tidak dapat mengatur diirnya sendiri, tidak memiliki kedisiplinan dalam menjalankan jadwal kegiatan sehari-harinya, tidak memiliki citra diri yang baik dan rasa kepercayaan dirinya sangat rendah, selain itu dirinya masih merasa tidak bermanfaat dan tidak dibutuhkan oleh orang lain. Dengan kata lain, peserta didik pada kategori ini memiliki kemampuan kompetensi intrapersonal dalam kategori rendah.

5. Penimbangan (Judgement) Instrumen

Angket sebagai alat pengumpul data melalui tiga tahap penimbangan yaitu uji kelayakan instrument, uji keterbacaan, uji validitas dan reliabilitas. Untuk lebih jelasnya mengenai proses penimbangan akan dijelaskan sebagai berikut.


(39)

Instrumen yang telah disusun diuji untuk mengetahui kelayakannya dari segi bahasa, konstruk dan isi. Penimbangan uji kelayakan Instrumen dilakukan oleh tiga dosen ahli, yaitu dengan meminta pendapat dosen ahli untuk memberikan penilaian pada setiap item dengan kualifikasi Memadai (M) dan Tidak Memadai (TM). Item yang diberi nilai M berarti item tersebut bisa digunakan dan item yang diberi nilai TM memiliki dua kemungkinan yaitu item tersebut tidak bisa digunakan atau masih bisa digunakan dengan revisi. Penimbang instrumen terdiri dari Prof. Dr. Juntika Nurihsan, Dr. Tina Hayati Dahlan, Dr. Amin Budiamin, dan Dr. Yaya Sunarya.

Setelah penimbang memberikan pertimbangan berdasarkan kesesuian setiap butir pernyataan dengan aspek dan indikator, diperoleh 59 yang layak dari 65 pernyataan yang disusun dengan beberapa pernyataan yang harus direvisi dan ditambah pernyataan pada indikator yang dianggap masih kurang untuk mewakili sebuah pernyataan dari aspek yang diukur.

Tabel 3.9

Hasil Penimbangan Instrumen Hasil Penimbangan

Pakar

Nomor Item Jumlah

Revisi 1,2,3,4,5, 7,8,10,13,14, 16,17 22, 25,28,29,32,33,34,38,39,40, 43,44,45,54,58,61,62,63

29

Delete 4, 30,31,48,49,64 6

b. Uji Keterbacaan

Uji keterbacaan instrumen dilakukan kepada tiga orang peserta didik SMKN 1 Purwakarta kelas X. Uji keterbacaan dilakukan untuk mengetahui tingkat keterbacaan dari setiap item pernyataan. Setelah uji keterbacaan maka untuk pernyataan-pernyataan yang tidak dipahami kemudian direvisi sesuai dengan kebutuhan sehingga dapat dimengerti oleh peserta didik SMK kelas X sehingga instrument layak diuji-cobakan.


(40)

c. Uji Validitas

Validitas merupakan tingkat penafsiran kesesuaian hasil yang dimaksudkan instrumen dengan tujuan yang diinginkan oleh suatu instrumen (Creswell, 2012). Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan (Arikunto, 2010: 211). Uji validitas dalam penelitian terdiri dari uji kelayakan instrumen, uji keterbacaan instrumen, dan uji coba butir item instrumen.

Validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkat keandalan atau kesahihan suatu alat ukur. Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data tersebut valid. “Valid berarti instrumen

tersebut dapat digunakan untuk mengukur yang seharusnya diukur” (Sugiyono,

2012:168).

Uji validitas instrumen kuesioner dilakukan dengan menggunakan software Microsoft Excel 2010 dan SPPS version 17.0 for Windows. Uji validitas item menggunakan Uji Korelasi Pearson Product Moment.

Rumus yang digunakan untuk menghitung koefisien validitas empirik adalah rumus korelasi product moment memakai angka kasar (raw score), yaitu:

Keterangan:

Untuk validitas setiap item pernyataan

� = koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y N = banyaknya peserta tes (testi)

X = skor yang diperoleh untuk setiap item pernyataan

Y = skor total setiap item pernyataan yang diperoleh keseluruhan peserta tes Kemudian koefisien validitas (� ) diinterpretasikan (Suherman, 2003:113) dengan kriteria sebagai berikut.

Tabel 3.10

Kriteria Koefisien Validitas rxy =


(41)

Nilai Keterangan

0,90 ≤ � ≤ 1,00 Validitas sangat tinggi

0,70 ≤ � < 0,90 Validitas tinggi

0,40 ≤ � < 0,70 Validitas sedang

0,20 ≤ � < 0,40 Validitas rendah

0,00 ≤ � < 2,00 Validitas sangat rendah

� < 0,00 Tidak valid

Nilai � yang diperoleh kemudian diuji signifikansinya dengan cara membandingkan antara nilai � dan nilai �� �� product moment untuk N = 50

dan taraf signifikansi α = 0,05, yaitu �50 0,05 = 0,2306. Jika � ≥ �� ��, maka

item tersebut valid.

Hasil perhitungan validitas tiap item pernyataan instrumen dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3. 11

Hasil Uji Validitas Butir Item

Kesimpulan Item Keterangan Jumlah

Valid 3, 7, 9, 10, 11, 13, 15, 16, 19, 21, 23, 26, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 41, 42,47,49,50,52,53,54,55,57,58,61, 63,65,

67,68,69,71,72,73,74,75

Dipakai 47

Tidak valid 1, 2, 4, 5, 6, 8, 12, 14, 17, 18, 20, 22, 24,25, 27, 28, 29,

40,43,44,45,46,48,51,60,62,

Dibuang 28

d. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui tingkat kestabilan. Suatu instrumen memiliki tingkat reliabilitas yang memadai, jika instrumen tersebut digunakan untuk mengukur aspek yang diukur beberapa kali hasilnya sama atau relatif sama. Uji reliabilitas instrumen menggunakan koefisien reliabilitas Alpha Cronbach. Koefisien reliabilitas menyatakan derajat keandalan alat evaluasi,


(42)

dinotasikan dengan �11 (Sudjana, 2005:94). Rumus yang digunakan untuk mencari koefisien reliabilitas, yaitu sebagai berikut.

Keterangan:

�11 = koefisien reliabilitas n = bayaknya butir soal

��2 = jumlah varians skor setiap soal

��2 = varians skor total

Untuk mencari varians akan digunakan rumus:

Titik tolak ukur koefisien reliabilitas menggunakan pedoman koefisien korelasi dari Sugiyono yang disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 3.12

Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00-0,199 Sangat Rendah

0,20-0,399 Rendah

0,40-0,599 Sedang

0,60-0,799 Tinggi

0,80-1,00 Sangat Tinggi

Hasil perhitungan dengan menggunakan Microsoft Excel 2010 dan SPSS 17.0 for windows dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut.

Tabel 3.13

= (

) (

)


(43)

Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items

0.870 50

Berdasarkan tabel 3.13 di atas, diperoleh gambaran nilai koefisien reliabilitas dengan menggunakan pengujian rumus Cronbach’s Alpha adalah 0,870. Maka dapat disimpulkan bahwa instrumen kompetensi intrapersonal dalam penelitian ini reliabel dengan tingkat keterandalan sangat tinggi. Tingkat keterandalan dan derajat kestabilan sangat tinggi berarti instrumen yang digunakan baik dan dapat dipercaya sebagai alat ukur dan pengumpul data kompetensi intrapersonal peserta didik kelas X SMK.

D. Bimbingan Pribadi-Sosial

Pengembangan bimbingan pribadi-sosial ini melalui beberapa kali kegiatan pengujian yaitu pengujian secara konseptual dan empirik dengan melibatkan para pakar bimbingan dan konseling serta secara praktis kepada guru bimbingan di lapangan.

1. Program Bimbingan Pribadi-Sosial

Program bimbingan pribadi-sosial di ambil dari data awal tentang profil kompetensi intrapersonal peserta didik di Sekolah, kemudian selanjutnya dikembangkan menjadi program bimbingan pribadi-sosial. Pengembangan bimbingan pribadi-sosial meliputi, (a) rasional; (b) deskripsi kebutuhan; (c) tujuan; (d) sasaran; (e) tahapan kegiatan; (f) pengembangan tema/topik; (g) evaluasi dan tindak lanjut; dan (h) indikator keberhasilan.

Sedangkan perangkat bimbingan pribadi-sosial berisi pedoman khusus operasional bimbingan pribadi-sosial meliputi; (a) modul satuan layanan BK; dan (b) modul materi dan lembar refleksi kegiatan bimbingan pribadi-sosial peserta didik.


(44)

2. Uji Kelayakan Bimbingan Pribadi-Sosial

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kelayakan bimbingan pribadi-sosial sebelum dilaksanakan. Uji kelayakan bimbingan pribadi-sosial ini dinilai oleh dua orang dosen ahli dalam bidang bimbingan pribadi-sosial dan kompetensi intrapersonal serta tiga praktisi guru Bimbingan dan Konseling di sekolah. Penilaian dilakukan melalui draft penilaian dengan pemberian tanda cheklist ( ) dengan memakai empat skala penilaian yaitu; (1) = kurang memadai; (2) = cukup memadai; (3) = memadai; (4) = sangat memadai. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3. 14

Penilaian Pakar Terhadap isi Bimbingan pribadi-sosial

No Komponen

Skala

Penilaian Komentar/ Saran 1 2 3 4

1. Rasional

2. Deskripsi Kebutuhan 3. Tujuan

4. Sasaran

5. Tahapan Kegiatan

6. Pengembangan Tema/ Topik 7. Pengembangan SKLBK 8. Evaluasi Dan Tindak Lanjut 9. Indikator Keberhasilan

3. Teknik Pengujian Kelayakan Bimbingan Pribadi-Sosial


(45)

a. Konsultasi dengan dosen pembimbing mengenai program yang telah disusun. b. Meminta pertimbangan kepada lima orang pakar yakni dua orang dosen yang

merupakan pakar dalam bimbingan dan konseling, pembuatan program bimbingan pribadi-sosial dan tiga praktisi yaitu guru BK yang memiliki latar belakang BK di lingkungan SMK Purwakarta.

c. Melaksanakan bimbingan pribadi-sosial yang telah layak menurut pakar dan praktisi kepada peserta didik SMKN 1 Purwakarta yang menjadi sampel penelitian.

4. Teknik Pengujian Statistik Bimbingan Pribadi-Sosial.

Selanjutnya untuk mengetahui efektifitas bimbingan pribadi-sosial menggunakan statistika parametrik. pengujian signifikasi hipotesis dilaksanakan untuk mengetahui efektivitas program bimbingan pribadi-sosial diuraikan dalam bentuk uji perbedaan 2 rata-rata. Furqon (2011, hlm. 189) menyebutkan bahwa evektivitas perlakuan yang tengah dikaji ditandai oleh perubahan (perbedaan) antara rata-rata Pre-test (µ1) dengan rata-rata Post-test (µ 2). Dengan hipotetis statistik sebagai berikut.

Pengujian efektifitas dilakukan dengan uji statistika parametrik dengan uji t-Test. Adapun rumus yang digunakan untuk menguji sampel kelompok eksperimen dan kelompok kontrol adalah sebagai berikut.


(46)

Keterangan:

t = t-hitung

Y1 = nilai rata-rata sampel 1

Y2 = nilai rata-rata sampel 2

S gab = simpangan baku gabungan kedua sampel n1 = banyaknya sampel 1

n2 = banyaknya sampel 2

Pengujian homogenitas data dan efektivitas menggunakan desain kuantitatif dengan menggunakan perangkat lunak (software) Statistical Product and Service Solution (SPSS) 17.0 for Windows.

E. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian yang dilaksanakan pada penelitian ini adalah meliputi langkah-langkah dibawah ini.

1. Tahap Persiapan

Persiapan penelitian ini dimulai dengan disusunnya proposal penelitian, kemudian proposal diseminarkan. Setelah diseminarkan, dilanjutkan dengan pengajuan pembimbing dan pengurusan surat perijinan penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan ini ada beberapa langkah sebagai berikut.

a. Perumusan instrumen penelitian dimulai dengan merumuskan definisi operasional variabel penelitian, dilanjutkan dengan pembuatan kisi-kisi dan butir pernyataan yang kemudian diuji kelayakannya oleh para ahli baik dari segi konstruk, bacaan, maupun isi instrumen. Setelah pengujian instrumen dari ahli, instrumen kompetensi intrapersonal peserta didik ini di uji keterbacaan oleh tiga orang peserta didik kelas X yang bukan merupakan sampel penelitian. Tahap akhir dari pengujian instrumen adalah uji validitas dan reliabilitas instrumen yang fungsinya untuk mengetahui tingkat ketepatan


(47)

instrumen dalam mengungkap data kompetensi intrapersonal peserta didik kelas X.

b. Penyebaran instrumen penelitian untuk mengungkap profil kompetensi intrapersonal peserta didik kelas X SMKN 1 Purwakarta Tahun Ajaran 2014/2015.

c. Penentuan subjek/ sasaran kegiatatan dengan megidentifikasi kelas yang memiliki tingkat kompetensi intrapersonal yang sedang dan menentukan kelas mana yang akan menjadi kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

d. Penyusunan bimbingan pribadi-sosial dengan menganalisis hasil dari data awal/ profil umum kompetensi intrapersonal peserta didik sebagai dasar perumusan bimbingan pribadi-sosial (deskripsi kebutuhan). Setelah deskripsi kebutuhan, kemudian disusun draft bimbingan pribadi-sosial yang berisi (1) rasional; (2) deskripsi kebutuhan; (3) tujuan; (4) sasaran; (5) tahapan kegiatan; (6) pengembangan tema/topik; (7) evaluasi dan tindak lanjut; dan (8) indikator keberhasilan. Tahap akhir dari menyusun bimbingan pribadi-sosial ini adalah pengujian bimbingan pribadi-sosial. yang dinilai oleh dua orang dosen ahli dalam bidang bimbingan pribadi-sosial dan tiga praktisi guru BK di sekolah. Penilaian dilakukan melalui draft penilaian yang telah disusun untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan bimbingan pribadi-sosial oleh peneliti. e. Pelaksanaan eksperimen kuasi. Pelaksanaan eksperimen dimulai dari (1)

pengambilan data pre-test (pengukuran awal) pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dengan menggunakan instrumen kompetensi intrapersonal; (2) pelaksanaan perlakuan berupa penerapan bimbingan pribadi-sosial yang diberikan kepada kelompok eksperimen, sedangkan kelompok kontrol tidak diberikan perlakuan; (3) pengambilan data pos-test (pengukuran akhir) pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dengan tujuan untuk mengetahui keadaan akhir kompetensi intrapersonal peserta didik subjek penelitian dan menguji keefektifan bimbingan pribadi-sosial.


(48)

f. Pengolahan data tentang perubahan tingkat kompetensi intrapersonal peserta didik kelas X SMKN 1 Purwakarta Tahun Ajaran 2014/2015.

3. Tahap Pelaporan

Pada tahap pelaporan data yang diperoleh kemudian dianalisa dan diolah sebagai hasil penelitian. Analisa data dilakukan atas dasar hasil penelitian berupa data kuantitatif. Pelaporan data kuantitatif melalui dua hasil pengolahan data yaitu; hasil analisis statistik deskriptif dan hasil analisis statistik inferensial yang akan di paparkan pada hasil penelitian dan kesimpulan.


(49)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Pada bab ini dipaparkan kesimpulan dan rekomendasi yang diharapkan menjadi masukan dalam pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling.

A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dihasilkan bimbingan pribadi-sosial efektif dapat mengembangkan kompetensi intrapersonal peserta didik kelas X SMKN 1 Purwakarta Tahun Ajaran 2014/2015. Lebih jelasnya kesimpulan hasil penelitian ini akan dipaparkan sebagai berikut.

1. Profil umum kompetensi intrapersonal peserta didik berada pada kategori sedang. Kondisi sedang berarti peserta didik sudah mengetahui dirinya akan tetapi belum mampu mengidentifikasi kelemahan dan kelebihan yang ada dalam diri, mudah terpengaruh orang lain dalam bertindak dan bersikap dikehidupan sehari-hari, kurang mampu mengendalikan dirinya, seringkali tidak mengikuti kegiatan ekstrakurikuler, kurang dapat mengatur diirnya sendiri, kurang tertib dan disiplin dalam menjalankan jadwal kegiatan sehari-harinya, kurang memiliki citra diri yang baik dan kurang rasa kepercayaan dirinya, selain itu dirinya masih merasa kurang bermanfaat dan dibutuhkan oleh orang lain.

2. Hasil uji kelayakan program oleh pakar bimbingan dan konseling dinilai cukup memadai sebagai suatu kerangka kerja. Adapun komponen program bimbingan pribadi-sosial menurut pakar dan praktisi yakni; (a) rasional, (b) deskripsi kebutuhan, (c) tujuan program, (d) sasaran program, (e) tahapan kegiatan, (f) pengembangan tema/ topik, (g) pengembangan satuan kegiatan layanan bimbingan dan konseling (SKLBK), (h) evaluasi dan tindak lanjut, dan (i) indikator keberhasilan.


(50)

B.Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan, terdapat beberapa rekomendasi kepada pihak-pihak yang terkait. yakni bagi pihak sekolah dan guru bimbingan dan konseling, serta bagi peneliti selanjutnya. Rekomendasi untuk masing-masing pihak dipaparkan sebagai berikut.

1. Bimbingan dan Konseling (BK)

Bimbingan pribadi-sosial ini dapat menjadi salah satu kerangka program layanan untuk meningkatkan kompetensi intrapersonal. Hasil temuan bahwa aspek pengarahan diri dan penghargaan diri yang masih kurang dalam peserta didik, sehingga diharapkan guru dan pihak sekolah dapat memberikan perhatian kepada para peserta didiknya untuk meningkatkan pengarahan diri dan penghargaan dirinya. 2. Peneliti Selanjutnya

a. Siswa kelas X SMK berdasarkan tingkat perkembangan remaja termasuk remaja akhir yang masih mencari identitas dirinya sehingga bimbingan pribadi-sosial menjadi lebih penting untuk dikembangkan dibandingkan bimbingan karir walaupun siswa kelas X tersebut berada pada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).

b. Mengembangkan penelitian dengan tema yang sama, namun pada populasi dan sampel yang berbeda, di antaranya pada peserta didik SD, MTs, SMP, SMA, MA dan Perguruan Tinggi, sehingga dapat menghasilkan profil kompetensi intrapersonal pada jenjang yang lebih luas.

c. Menggunakan desain penelitian yang lain untuk mengetahui kompetensi intrapersonal peserta didik atau menambah variabel lain seperti kompetensi interpersonal sehingga penelitiannya lebih kompleks dan komprehensif.


(1)

Nadya Yulianty S, 2015

EFEKTIVITAS BIMBINGAN PRIBADI-SOSIAL UNTUK MENGEMBANGKAN KOMPETENSI INTRAPERSONAL PESERTA DIDIK: (Studi Eksperimen Kuasi Terhadap Peserta Didik Kelas X SMK Negeri 1

PurwakartaTahunAjaran 2014/2015)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Pada bab ini dipaparkan kesimpulan dan rekomendasi yang diharapkan menjadi masukan dalam pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling.

A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dihasilkan bimbingan pribadi-sosial efektif dapat mengembangkan kompetensi intrapersonal peserta didik kelas X SMKN 1 Purwakarta Tahun Ajaran 2014/2015. Lebih jelasnya kesimpulan hasil penelitian ini akan dipaparkan sebagai berikut.

1. Profil umum kompetensi intrapersonal peserta didik berada pada kategori sedang. Kondisi sedang berarti peserta didik sudah mengetahui dirinya akan tetapi belum mampu mengidentifikasi kelemahan dan kelebihan yang ada dalam diri, mudah terpengaruh orang lain dalam bertindak dan bersikap dikehidupan sehari-hari, kurang mampu mengendalikan dirinya, seringkali tidak mengikuti kegiatan ekstrakurikuler, kurang dapat mengatur diirnya sendiri, kurang tertib dan disiplin dalam menjalankan jadwal kegiatan sehari-harinya, kurang memiliki citra diri yang baik dan kurang rasa kepercayaan dirinya, selain itu dirinya masih merasa kurang bermanfaat dan dibutuhkan oleh orang lain.

2. Hasil uji kelayakan program oleh pakar bimbingan dan konseling dinilai cukup memadai sebagai suatu kerangka kerja. Adapun komponen program bimbingan pribadi-sosial menurut pakar dan praktisi yakni; (a) rasional, (b) deskripsi kebutuhan, (c) tujuan program, (d) sasaran program, (e) tahapan kegiatan, (f) pengembangan tema/ topik, (g) pengembangan satuan kegiatan layanan bimbingan dan konseling (SKLBK), (h) evaluasi dan tindak lanjut, dan (i) indikator keberhasilan.


(2)

B.Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan, terdapat beberapa rekomendasi kepada pihak-pihak yang terkait. yakni bagi pihak sekolah dan guru bimbingan dan konseling, serta bagi peneliti selanjutnya. Rekomendasi untuk masing-masing pihak dipaparkan sebagai berikut.

1. Bimbingan dan Konseling (BK)

Bimbingan pribadi-sosial ini dapat menjadi salah satu kerangka program layanan untuk meningkatkan kompetensi intrapersonal. Hasil temuan bahwa aspek pengarahan diri dan penghargaan diri yang masih kurang dalam peserta didik, sehingga diharapkan guru dan pihak sekolah dapat memberikan perhatian kepada para peserta didiknya untuk meningkatkan pengarahan diri dan penghargaan dirinya. 2. Peneliti Selanjutnya

a. Siswa kelas X SMK berdasarkan tingkat perkembangan remaja termasuk remaja akhir yang masih mencari identitas dirinya sehingga bimbingan pribadi-sosial menjadi lebih penting untuk dikembangkan dibandingkan bimbingan karir walaupun siswa kelas X tersebut berada pada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).

b. Mengembangkan penelitian dengan tema yang sama, namun pada populasi dan sampel yang berbeda, di antaranya pada peserta didik SD, MTs, SMP, SMA, MA dan Perguruan Tinggi, sehingga dapat menghasilkan profil kompetensi intrapersonal pada jenjang yang lebih luas.

c. Menggunakan desain penelitian yang lain untuk mengetahui kompetensi

intrapersonal peserta didik atau menambah variabel lain seperti kompetensi interpersonal sehingga penelitiannya lebih kompleks dan komprehensif.


(3)

Nadya Yulianty S, 2015

EFEKTIVITAS BIMBINGAN PRIBADI-SOSIAL UNTUK MENGEMBANGKAN KOMPETENSI

INTRAPERSONAL PESERTA DIDIK: (Studi Eksperimen Kuasi Terhadap Peserta Didik Kelas X SMK Negeri 1 PurwakartaTahunAjaran 2014/2015)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Aminudin, Djoni. (2012). Efektivitas Bimbingan Teman Sebaya Dalam Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Interpersonal Peserta didik. Tesis (tidak diterbitkan). Bandung: Sekolah Pascasarjana UPI.

Artuti. (2008). Program Bimbingan dan Konseling Untuk Mengembangkan Daya Psikologis Peserta didik (studi Deskriptif Terhadap Peserta didik di SMP Negeri 3 Cilegon). Tesis (tidak diterbitkan). Bandung: Sekolah Pascasarjana UPI.

Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia (ABKIN). (2006). Panduan Pengembangan Diri Untuk Sekolah Menengah. Jakarta Puskur Balitbang, Depdiknas.

Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia (ABKIN). (2007). Penataan Pendidikan Profesional Konselor dan Layanan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal. Departemen Pendidikan Nasional.

Asosiasi Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan Indonesia (ALPTKI). (2009). Pemikiran tentang Pendidikan Karakter dalam Bingkai Utuh Sistem Pendidikan Nasional. Disampaikan kepada Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia. Jakarta: ALPTKI.

Brooks, David & Goble, Franke G. (1997). The Case for Character Education: The Role of the School in Teaching Values and Virtue. California: Studio 4.

Cavanagh & Levitov. (2002). The Counseling Experience A Theoritical and Practical Approach. Illinois: Waveland Press.

Corine A & Hadley. (2011). Iowa Comprehensive Counseling and Guidance program Develompment Guide. State of Iowa : Departement of Education.

Creswell, John W. (2012). Educational Research : Planning, Conducting, And Evaluating Quantitative And Qualitative Research Fouth Edition. Boston : Pearson Education, Inc

Dahlan, Tina Hayati. (2011). Model konseling Singkat Berfokus Solusi (Solution Focused Brief Counceling) Dalam Setting Kelompok Untuk Meningkatkan Daya Psikologis Mahapeserta didik. Disertasi (tidak diterbitkan). Bandung: Sekolah Pascasarjana UPI.

Daradjat, Zakiah. (1990). Problema Remaja di Indonesia. Jakarta: Bulan Bintang

De Lucia & Waack, Janice L. (2006). Leading Psychoeducational Gruops For Children and Adolescents. United States Of America : Sage Publikations, Inc.

Departemen Pendidikan Nasional. (2003). Pelayanan Bimbingan dan Konseling. Jakarta : Pusat Kurikulum Balitbang, Depdiknas.

Dewa Ketut Sukardi. (2007). Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.


(4)

Direktorat Jendral Peningkatan Mutu Pendidikan Dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional. (2007). Rambu-rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling Dalam Jalur Pendidikan Formal. Jakarta: Kemdiknas.

Eliasa, Eva Imania. (2010). Program Bimbingan Pribadi-Sosial Untuk Meningkatkan Kompetensi Intrapersonal dan Interpersonal Peserta didik. Tesis (tidak diterbitkan). Bandung: Sekolah Pascasarjana UPI. Erford, Bradly. (2009). Gruop Work in the school. Loyola University

Maryland: Pearson.

Faizah (2008). Program Bimbingan dan Konseling Untuk Meningkatkan Kompetensi Sosial Peserta didik. Tesis (tidak diterbitkan). Bandung: Sekolah Pascasarjana UPI.

Fyanti W, Theresia. (2010). Program Bimbingan Pribadi-sosial Untuk Mengembangkan Kecerdasan Emosional Peserta didik SMA Kanisius Yos Sudarso Boyolali. Tesis (tidak diterbitkan). Bandung: Sekolah Pascasarjana UPI.

Gladding, Samuel T. (2012). Konseling Profesi yang Menyeluruh. Jakarta: Indeks.

Goleman, Daniel. (1997). Emotional Intelligence : Why it can matter more than IQ. New York: Bantam Books.

Holly, S. & Kevin, W. The Developmental Assest and ASCA’s National Standarts: A Crosswalk Review. Professional School Counseling Vol. 13, No. 4 (APRIL 2010). p. 228. Retrieved Sept 3, 2014. [Online]. Avalilable at http://www.jstor.org/stable/42732952.

Hude, M. Darwis. (2006). Emosi Penjelajahan Religio-Psikologis tentang Emosi Manusia di dalam Al-Qur’an. Jakarta. Penerbit Erlangga.

Kartadinata, Sunaryo (2011). Menguak Tabir Bimbingan dan Konseling Sebagai Upaya Pedagogis. Bandung : UPI Press

Krista L. Beiswenger and Wendy S. Grolnick. (2009). Interpersonal and Intrapersonal Factors Associated With Autonomous Motivation in Adolescents' After-School Activities The Journal of Early Adolescence 2010 30: 369 originally published online 10 March. Hlm. 269-394

Lwin, May. (2008). How To Multiply Your Child’s Intelligence : Cara Mengembangkan Berbagai Komponen Keterampilan. Jakarta : Penerbit Indeks

Mappiare, Andi. (1982). Psikologi Remaja. Surabaya : Usaha Nasional. Megawangi, Ratna. (2009). Pendidikan Karakter, Solusi Tepat untuk Membangun

Bangsa. Jakarta: Indonesia Heritage Foundation.

Musnamar, Thohari. (1992). (Dasar-Dasar Konseptual) Bimbingan dan Konseling Islami. Yogyakarta: Hidayat.

Perpustakaan Nasional. (2003). Seri Peraturan Perundang-Undangan Republik Indonesia (Bagian II). Jakarta. PT Wikrama Waskitha.


(5)

Nadya Yulianty S, 2015

EFEKTIVITAS BIMBINGAN PRIBADI-SOSIAL UNTUK MENGEMBANGKAN KOMPETENSI

INTRAPERSONAL PESERTA DIDIK: (Studi Eksperimen Kuasi Terhadap Peserta Didik Kelas X SMK Negeri 1 PurwakartaTahunAjaran 2014/2015)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Program Studi Bimbingan dan Konseling UPI. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: University Press

Rachmawati, Rika (2010). Efektivitas Bimbingan Kelompok untuk Meningkatkan Daya psikologis Peserta didik. Tesis (tidak diterbitkan). Bandung: Sekolah Pascasarjana UPI.

Rahmadian, Ahmad Ali. (2009). Program Bimbingan Dengan Menggunakan Pendekatan Ekologis Untuk Mengembangkan Kreativitas Peserta didik Sekolah Dasar. Tesis (tidak diterbitkan). Bandung: Sekolah Pascasarjana UPI.

Ridwan, Ita Rustiati. (2008). Program Bimbingan Kelompok Untuk Meningkatkan Kemampuan Interpersonal Peserta didik. Tesis (tidak diterbitkan). Bandung: Sekolah Pascasarjana UPI.

Santoso, Djoko Budi. (2011). Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Malang: tanpa penerbit

Santrock, JW. (2002). Life Span Development. Alih bahasa : Achmad Chusairi dan Juda Damanik. Editor: Wisnu Chandra Krstiaji dan Yati Sumiharti. Jakarta: Erlangga.

Sedanayasa, Gede. (2010). Model Bimbingan Sosial Kolaboratif Berbasis Multikultur Untuk Mengembangkan Kohevisitas Sosial Pada Peserta didik SMP Negeri Di Provinsi Bali. Jurnal Bimbingan dan Konseling. Volume XIII, No. 1 Mei 2010 hal 13-26.

Setiawati. (2008). Program Bimbingan dan Konseling Pribadi-sosial Untuk Mengembangkan Perilaku Seksual Sehat Mahapeserta didik. Tesis (tidak diterbitkan). Bandung: Sekolah Pascasarjana UPI.

Setiowati, Arum. (2011). Program Bimbingan Pribadi-sosial Melalui Permainan Untuk Meningkatkan Kompetensi Intrapersonal Peserta didik Sekolah Menengah Pertama. Tesis (tidak diterbitkan). Bandung: Sekolah Pascasarjana UPI.

Sobur, Alex. (2003). Psikologi Umum. Bandung : Pustaka Setia

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sukmadinata, Nana Syaodih. (2005) Landasan psikologi proses pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya

Sukmadinata, Nana Syaodih. (2007). Bimbingan dan Konseling dalam Praktek Mengembangkan Potensi dan Kepribadian Peserta didik. Bandung: Maestro.

Supriatna, Mamat (2010). Model Konseling Aktualisasi Diri Untuk Mengembangkan Kecakapan Pribadi Mahasiswa. Disertasi (tidak diterbitkan). Bandung: Sekolah Pascasarjana UPI.

Surya, Mohamad. (2009). Psikologi Konseling. Bandung: Maestro. Undang-Undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Winkel, W.S. (1991). Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan.


(6)

Yusuf, Syamsu LN. (2007). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Yusuf, Syamsu LN & Nurihsan, A. Juntika. (2009). Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Yusuf, Syamsu LN,. (2009). Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Bandung: Rizqi Press.

Yusuf, Syamsu LN & Nurihsan, A. Juntika. (2011). Teori Kepribadian. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.