HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN STRATEGI COPING PADA REMAJA DARI ORANG TUA TUNGGAL DI SMKN 8 BANDUNG.

(1)

Galih Permatasari Wasliman, 2015

HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN STRATEGI COPING PADA REMAJA DARI ORANG TUA TUNGGAL DI SMKN 8 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

530/SKRIPSI/PSI-FIP.UPI.08.2015

HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN STRATEGI COPING PADA REMAJA DARI ORANG TUA TUNGGAL

DI SMKN 8 BANDUNG

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar Sarjana Psikologi

Oleh:

Galih Permatasari Wasliman NIM 0802942

DEPARTEMEN PSIKOLOGI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

Galih Permatasari Wasliman, 2015

HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN STRATEGI COPING PADA REMAJA DARI ORANG TUA TUNGGAL DI SMKN 8 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN STRATEGI COPING PADA REMAJA DARI ORANG TUA TUNGGAL

DI SMKN 8 BANDUNG

Oleh

Galih Permatasari Wasliman

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Galih Permatasari Wasliman 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

Galih Permatasari Wasliman, 2015

HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN STRATEGI COPING PADA REMAJA DARI ORANG TUA TUNGGAL DI SMKN 8 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

Galih Permatasari Wasliman 0802942

HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN STRATEGI COPING PADA REMAJA DARI ORANG TUA TUNGGAL

DI SMKN 8 BANDUNG

Disetujui dan disahkan oleh pembimbing:

Pembimbing I,

Dra. Siti Wuryan Indrawati, M.Pd., Psi. NIP. 19501010 198002 2 001

Pembimbing II,

Dra. Herlina, M.Pd., Psi. NIP. 19660516 200012 2 002

Mengetahui,

Ketua Departemen Psikologi

Drs. H.M Engkos Kosasih, M.Pd NIP. 19611002 198403 1 004


(4)

Galih Permatasari Wasliman, 2015

HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN STRATEGI COPING PADA REMAJA DARI ORANG TUA TUNGGAL DI SMKN 8 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu SKRIPSI INI TELAH DIUJIKAN PADA:

Hari, tanggal : Rabu, 12 Agustus 2015 Waktu : 09.00-10.00

Tempat : Ruang 1.07 Lt 1, Gd. FIP UPI Bandung

Para Penguji Terdiri Dari:

Penguji I,

Dra. Siti Wuryan Indrawati, M.Pd., Psi. NIP. 19501010 198002 2 001

Penguji II,

Drs. MIF Baihaqi, M.Si. NIP. 19621208 198803 1 001

Penguji III,

Sri Maslihah, M.Psi., Psi. NIP. 19700726 200312 2 001

Tanggung jawab yuridis ada pada: Peniliti

Galih Permatasari Wasliman NIM. 0802942


(5)

Galih Permatasari Wasliman, 2015

HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN STRATEGI COPING PADA REMAJA DARI ORANG TUA TUNGGAL DI SMKN 8 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

v

ABSTRAK

Galih Permatasari Wasliman (0802942). Hubungan Konsep Diri dengan

Strategi Coping pada Remaja dari Orang Tua Tunggal di SMKN 8 Bandung. Skripsi. Departemen Psikologi. FIP. UPI Bandung (2015).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara konsep diri dengan strategi coping pada remaja dengan orang tua tunggal di SMKN 8 Bandung. Sampel populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa dengan orang tua tunggal di SMKN 8 Bandung sebanyak 105 siswa. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kuisioner. Instrumen yang digunakan untuk mengukur konsep diri dibuat peneliti berdasarkan teori Hurlock (1974), sedangkan untuk mengukur strategi coping digunakan kuisioner adaptasi Ways of Coping dari Lazarus (1986). Instrumen konsep diri memiliki reliabilitas Alpha Cronbach sebesar 0,874, sedangkan strategi coping sebesar 0,882. Data dianalisis menggunakan korelasi Spearman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsep diri dan strategi coping memiliki koefisien korelasi sebesar 0,262 pada tingkat signifikansi 0,007. Artinya, terdapat hubungan yang rendah antara konsep diri dengan strategi coping. Selain itu, konsep diri dan problem-focused

coping memiliki korelasi sebesar 0,200 dengan signifikansi 0,041,

sedangkan untuk konsep diri dan emotion-focused coping memiliki koefisien korelasi sebesar 0,266 dengan signifikansi 0,006. Berdasarkan hasil tersebut, diperoleh hubungan rendah antara konsep diri dengan

problem focused coping maupun emotion focused coping. Hasil penelitian

juga menunjukkan bahwa sebagian besar sampel mempunyai konsep diri yang tinggi, sedangkan strategi coping yang paling banyak digunakan adalah problem-focused coping.

Kata Kunci: Konsep Diri, Strategi Coping, Problem-focused coping,


(6)

Galih Permatasari Wasliman, 2015

HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN STRATEGI COPING PADA REMAJA DARI ORANG TUA TUNGGAL DI SMKN 8 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

vi ABSTRACT

Galih Permatasari Wasliman (0802942). The Relationship of Self Concept

and Coping Strategy on Adolescence with Single Parent at SMKN 8 Bandung.

Undergraduate thesis of Psychology Department UPI Bandung (2015).

The aim of this research is discovering the relationship between self concept and coping strategy on adolescence of single parent at SMKN 8 Bandung. Sample of population in this research are 105 students of SMKN 8 Bandung who have single parent. The data in this research was collected by questionnaire technique. Self concept variable is measured by questionnaire which is based on theory of self concept by Hurlock (1974), and coping strategy instrument which is adapted from Ways of Coping by Lazarus (1986). The reliability of self concept and coping strategy instruments are 0,874 and 0,882 respectively on Alpha Cronbach. Data analysis used Spearman correlation. The result showed that self concept and coping strategy correlation is 0,262 in los 0,007. It mean there is a low correlation between self concept and coping strategy. The result also showed, self concept and problem-focused coping correlation is 0,200 in los 0,041, and self concept and emotion-focused coping correlation is 0,266 in los 0,006. Based on the result, there is a low correlation between self concept and problem-focused coping or emotion-focused coping. The result also showed that most of the samples have a high self concept, meanwhile coping strategy most widely used is problem-focused coping.

Keyword: self concept, coping strategy, problem-focused coping, emotion-focused coping, adolescence, single parent


(7)

Galih Permatasari Wasliman, 2015

HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN STRATEGI COPING PADA REMAJA DARI ORANG TUA TUNGGAL DI SMKN 8 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ... ii

PERNYATAAN ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vii

UCAPAN TERIMA KASIH... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Struktur Organisasi Skripsi ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 8

A.Kajian Pustaka Konsep Diri ... 8

1. Pengertian Konsep Diri ... 8

2. Komponen Konsep Diri Menurut Hurlock ... 9

3. Jenis-Jenis Konsep Diri ... 9


(8)

Galih Permatasari Wasliman, 2015

HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN STRATEGI COPING PADA REMAJA DARI ORANG TUA TUNGGAL DI SMKN 8 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

5. Persepsi Diri ... 12

B.Kajian Pustaka Strategi Coping ... 13

1. Pengertian Strategi Coping ... 13

2. Jenis-jenis Strategi Coping ... 14

3. Bagaimana Remaja Mempelajari Coping ... 15

C.Kajian Pustaka Remaja ... 15

1. Pengertian Remaja ... 15

2. Ciri-ciri Masa Remaja... 16

D.Remaja dengan Orang Tua Tunggal ... 17

1. Remaja dengan Perceraian Orang Tua ... 17

2. Remaja dengan Salah Satu Orang Tua yang Meninggal ... 20

E.Kerangka Pemikiran dan Hipotesis ... 22

1. Kerangka Pemikiran ... 22

2. Hipotesis Penelitian ... 23

BAB III METODE PENELITIAN ... 24

A. Desain Penelitian ... 24

B. Lokasi Penelitian ... 24

C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 24

D. Definisi Operasional ... 25

1. Definisi Operasional Konsep Diri ... 25

2. Definisi Operasional Strategi Coping ... 25

E. Pengembangan Instrumen Penelitian ... 26

1. Instrumen Konsep Diri ... 27


(9)

Galih Permatasari Wasliman, 2015

HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN STRATEGI COPING PADA REMAJA DARI ORANG TUA TUNGGAL DI SMKN 8 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 29

4. Kategorisasi Skala ... 32

F. Analisis Data ... 33

G. Prosedur Penelitian ... 34

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 36

A. Hasil dan Pembahasan ... 36

1. Gambaran Konsep Diri Remaja dengan Orang Tua Tunggal di SMKN 8 Bandung...36

2. Gambaran Strategi Coping Remaja dengan Orang Tua Tunggal di SMKN 8 Bandung ... 38

a. Problem-Focused Coping ...40

b. Emotion-Focused Coping...41

3. Hubungan Antara Konsep Diri dengan Strategi Coping pada Remaja dengan Orang Tua Tunggal di SMKN 8 Bandung ... 43

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 46

A. Kesimpulan ... 46

B. Saran ... 46

DAFTAR PUSTAKA ... 47

LAMPIRAN 1 ADMINISTRASI ... 52

LAMPIRAN 2 ... 53

2.1 Kuisioner Konsep Diri A ... 55


(10)

Galih Permatasari Wasliman, 2015

HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN STRATEGI COPING PADA REMAJA DARI ORANG TUA TUNGGAL DI SMKN 8 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2.3 Kuisioner Strategi Coping ... 60

2.4 Uji Reliabilitas Instrumen Konsep Diri ... 64

2.5 Uji Reliabilitas Instrumen Strategi Coping ... 67

2.6 Data Hasil Kuisioner Konsep Diri ... 69

2.7 Data Hasil Kuisioner Strategi Coping ... 76


(11)

Galih Permatasari Wasliman, 2015

HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN STRATEGI COPING PADA REMAJA DARI ORANG TUA TUNGGAL DI SMKN 8 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Konsep Diri teori Hurlock ... 27

Tabel 3.2 Skor Konsep Diri ... 28

Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Strategi Coping teori Lazarus & Folkman ... 28

Tabel 3.4 Skor Strategi Coping ... 29

Tabel 3.5 Hasil Pengembangan Instrumen Konsep Diri ... 30

Tabel 3.6 Koefisien Reabilitas Alpha Cronbach... 31

Tabel 3.7 Reliabilitas Konsep Diri ... 31

Tabel 3.8 Reabilitas Strategi Coping ... 31

Tabel 3.9 Kategorisasi Skala Konsep Diri ... 32

Tabel 3.10 Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi ... 33

Tabel 4.1 Gambaran Konsep Diri ... 36

Tabel 4.2 Gambaran Strategi Coping ... 38

Tabel 4.3 Gambaran Sub-Tipe Problem-Focused Coping ... 40


(12)

Galih Permatasari Wasliman, 2015

HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN STRATEGI COPING PADA REMAJA DARI ORANG TUA TUNGGAL DI SMKN 8 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Skema Kerangka Berpikir ... 23

Gambar 4.1 Gambaran Konsep Diri ... 36

Gambar 4.2 Gambaran Strategi Coping ... 38

Gambar 4.3 Gambaran Sub-Tipe Problem-Focused Coping ... 40


(13)

Galih Permatasari Wasliman, 2015

HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN STRATEGI COPING PADA REMAJA DARI ORANG TUA TUNGGAL DI SMKN 8 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Keluarga merupakan pranata pendidikan yang pertama dalam memberikan bekal pendidikan bagi pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas (Putro, 2005). Keluarga merupakan sekolah bagi remaja, didalam keluarga terdapat fungsi pendidikan untuk menanamkan nilai-nilai dan pengetahuan serta keterampilan (Miharso, 2004).

Menurut (BKkbN, 2009). orang tua mempunyai peran besar dalam membantu remaja meningkatkan rasa percaya diri, berani mengemukakan masalah, serta mencoba membuat keputusan. Maka keutuhan orang tua dalam sebuah keluarga sangat dibutuhkan oleh remaja (Widyarini, 2009). Hal tersebut tentunya akan terasa sulit bagi remaja, ketika mereka tidak mempunyai orang tua yang utuh.

Perpisahan dengan anggota keluarga, merupakan hal yang sulit terutama bagi remaja. Bagi remaja yang dibesarkan dengan orang tua tunggal mendapatkan orang tuanya tidak lengkap lagi akan merasa terpukul, kebingungan dalam mengambil keputusan, sering merasakan frustasi karena kebutuhan dasarnya seperti perasaan ingin disayang, dilindungi, rasa aman, dan dihargai (Hawari dalam Yusuf, 2009). Remaja yang orang tuanya bercerai atau meninggal dunia seringkali mengalami masalah perilaku diri dan perilaku sosial, misalnya, gampang tersinggung dan marah-marah, murung maupun lebih memilih bermain sendiri (soliter) (dalam Republika, 2008). Penelitian terhadap karakter remaja yang dibesarkan single parent wanita pada remaja laki-laki cenderung akan banyak mengadopsi sifat feminism dari ibunya. (Rahmi dalam Suryasoemirat, 2007).

Hal ini diperkuat oleh penelitian yang dilakukan Listiyanto (2009) ditemukan agresivitas remaja yang memiliki orang tua tunggal atau single parent wanita antara lain, agresi fisik dan agresi verbal yang dilakukan secara langsung, karena iseng, frustasi, kesal dan emosi. Hal tersebut disebabkan oleh faktor kepribadian yang tertutup kepada orang lain, adanya pengaruh lingkungan sebaya


(14)

Galih Permatasari Wasliman, 2015

HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN STRATEGI COPING PADA REMAJA DARI ORANG TUA TUNGGAL DI SMKN 8 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2

baik di lingkungan rumah maupun sekolah. Sedangkan orang tuanya kurang memberi perhatian terhadap tingkah laku remaja tersebut karena kesibukannya mencari nafkah.

Santrock (2003) menyatakan anak-anak dari keluarga bercerai memiliki kecenderungan untuk mengalami masalah akademis, menunjukkan masalah eksternal (seperti kenakalan) dan masalah internal (seperti cemas, depresi), kurang memiliki tanggung jawab sosial, memiliki hubungan yang kurang baik, putus sekolah, aktif secara seksual di usia dini dan memiliki nilai diri yang rendah. Banyak diantara mereka yang tidak dapat menerima atau mengatasi hal ini terjerumus dalam tindakan kenakalan. Namun tidak sedikit dari mereka juga yang dapat mengatasi ketidakberdayaan diri yang muncul karena situasi dan kondisi sulit yang melingkupi tumbuh dan berkembang secara wajar.

Periode remaja adalah masa transisi dalam periode anak ke periode dewasa (Rathus, 2014). Istilah remaja dikenal dengan istilah adolescence atau dalam perkembangan tumbuh menjadi dewasa (dalam Desmita, 2010). Remaja membutuhkan pengakuan, perhatian, pujian, dan kasih sayang dari lingkungannya, khususnya dari orang tua atau keluarganya, karena secara alamiah orang tua dan keluarga memiliki ikatan emosi yang sangat kuat (Allport, 1961 dalam Sarwono 2008).

Menurut data dari Biro Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2010, terdapat 65 juta keluarga, yang 14% nya dikepalai oleh perempuan. Sedangkan menurut data SUSENAS tahun 2007, jumlah perempuan yang menjadi kepala keluarga sebesar 13,60% dari populasi keluarga. Dengan demikian terdapat peningkatan kepala rumah tangga perempuan sebesar 0,1% rata-rata per tahunnya (Syafa’at, 2012). Data tersebut dapat memberikan gambaran tingginya keluarga yang berstatus sebagai orang tua tunggal. Menurut Sager dkk (dalam Duvall & Miller, 1985), yang dimaksud dengan orang tua tunggal adalah orang tua yang secara sendirian membesarkan anak-anaknya tanpa kehadiran, dukungan atau tanggung jawab pasangannya. Ada beberapa sebab individu menjadi orang tua tunggal yaitu karena kematian suami/isteri, perceraian atau perpisahan, mempunyai anak tanpa menikah, pengangkatan atau adopsi anak oleh wanita/pria lajang (Perlmutter &


(15)

Galih Permatasari Wasliman, 2015

HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN STRATEGI COPING PADA REMAJA DARI ORANG TUA TUNGGAL DI SMKN 8 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3

Hall, 1985). Orang tua tunggal harus dapat mengatur waktunya agar dapat memenuhi kebutuhan fisik, sosial dan psikologis remaja dan juga dirinya.

Keluarga dengan orang tua tunggal bersifat merusak karena menurut penelitian bahwa tidak adanya seorang ayah dalam sebuah keluarga mempunyai efek buruk terhadap pendidikan anak dan prestasi dalam pekerjaan (Mouer dkk, 1988 dalam Friedman, 1988). Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Sari (2009), terhadap remaja dan single parent akibat perceraian telah ditemukan bahwa komunikasi yang dilakukan single parent dan remaja cukup bervariasi. Remaja yang orang tuanya bercerai saat masih berusia 10 tahun lebih bisa menerima kenyataan dan memiliki konsep diri positif dibandingkan remaja yang orang tuanya bercerai saat berusia di atas 10 tahun. Menurut penelitian Sari di atas dijelaskan bahwa kondisi keluarga tunggal terutama yang disebabkan oleh perceraian dapat mempengaruhi konsep diri yang dimiliki oleh anak. Interaksi dan komunikasi antar single parent dan remaja mempengaruhi pembentukan konsep diri remaja.

Menurut Pudjijogyanti (1993), konsep diri mempunyai peranan yang penting dalam menentukan perilaku individu, individu tersebut berperilaku sesuai dengan bagaimana dia memandang atau menilai dirinya sendiri. Apabila individu tersebut memandang dirinya sebagai seseorang yang memiliki kemampuan untuk mengerjakan tugas, maka individu itu akan menampakan perilaku sukses dalam mengerjakan tugasnya. Sebaliknya jika individu memandang dirinya sebagai seseorang yang tidak mampu dalam mengerjakan tugas, maka individu akan menampakan ketidakmampuan dalam mengerjakan tugasnya.

Cooley (dalam Burns, 1993) menyatakan bahwa konsep diri terbentuk berdasarkan proses belajar tentang nilai-nilai, sikap, peran dan identitas dalam hubungan interaksi simbolis antara dirinya dan berbagai kelompok primer, misalnya keluarga. Hubungan tatap muka dalam kelompok primer tersebut mampu memberikan umpan balik kepada individu tentang bagaimana penilaian orang lain terhadap dirinya. Dalam proses perkembangannya, konsep diri individu dipengaruhi dan sekaligus terdistorsi oleh penilaian orang lain. Konsep diri dibentuk oleh pengalaman masa lalu baik yang positif maupun yang negatif. Pengalaman yang positif biasanya akan meningkatkan kepercayaan diri pada


(16)

Galih Permatasari Wasliman, 2015

HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN STRATEGI COPING PADA REMAJA DARI ORANG TUA TUNGGAL DI SMKN 8 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4

seseorang, sebaliknya pengalaman yang negatif dapat mempengaruhi cara pandang yang rendah terhadap dirinya sehingga dia kurang percaya diri.

Menurut Fitts (1971), konsep diri merupakan aspek penting dalam diri seseorang, karena konsep diri seseorang merupakan kerangka acuan dalam berinteraksi dengan lingkungan. Dasar konsep diri individu tertanam pada saat kecil dan menjadi dasar dari tingkah lakunya di kemudian hari. Konsep diri dipelajari oleh individu melalui kontak dan pengalaman dengan orang lain termasuk berbagai stressor yang dilalui individu tersebut. Hal ini akan membentuk persepsi individu terhadap dirinya sendiri dan penilaian persepsinya terhadap pengalaman akan situasi tertentu.

Konsep diri merupakan persepsi diri seseorang yang menyangkut fisik, sosial, dan psikologis yang diperoleh berdasarkan pengalaman dan interaksi orang lain (Brooks, dalam Rahmat 2005). Konsep diri adalah evaluasi mengenai diri sendiri, penilaian atau penaksiran mengenai diri sendiri oleh individu yang bersangkutan (Chaplin terjemahan Kartini, 2006). Dari definisi-definisi tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa konsep diri adalah cara pandang seseorang terhadap dirinya sendiri baik yang menyangkut fisik, sosial dan psikologis terhadap penampilan dan kemampuannya yang diperoleh berdasarkan pengalaman dan interaksi dengan orang lain.

Lingkungan dan permasalahan yang dihadapi setiap individu pun berbeda-beda, namun semua itu menuntut peranan dari individu tersebut. Jika individu memiliki konsep diri positif, individu tersebut akan dapat bersifat sesuai dan melewati masalah yang dihadapinya (Handayani & Suharnan, 2012). Sebaliknya jika individu tersebut memiliki konsep diri yang negatif, individu tersebut tidak dapat memenuhi tuntutan sehingga menimbulkan stres. Stres merupakan hubungan antara individu dengan lingkungan yang oleh individu dinilai membebani atau melebihi kekuatannya dan mengancam kesehatannya (Lazarus & Folkman, 1984).

Individu dalam hal ini remaja biasanya memiliki respon untuk menghadapi stresnya masing-masing. Upaya untuk menghilangkan atau mengurangi stres yang dirasakan olehnya untuk mengubah stressor disebut strategi coping. Strategi


(17)

Galih Permatasari Wasliman, 2015

HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN STRATEGI COPING PADA REMAJA DARI ORANG TUA TUNGGAL DI SMKN 8 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

5

menerus untuk mengatasi tuntutan eksternal atau internal yang dinilai sebagai beban atau melampaui sumber daya individu tersebut (Lazarus & Folkman, 1984). Lazarus mengatakan bahwa strategi coping mengarah pada apa yang dilakukan individu untuk mengatasi situasi stres atau tuntutan yang membebani secara emosional (Lazarus, 1976).

Lazarus & Folkman (1984) menggolongkan dua strategi coping yang biasanya digunakan oleh individu, yaitu: problem focused coping, dimana individu secara aktif mencari penyelesaian dari masalah untuk menghilangkan kondisi atau situasi yang menimbulkan stres dan emotion focused coping, dimana individu melibatkan usaha-usaha untuk mengatur emosinya dalam rangka menyesuaikan diri dengan dampak yang akan ditimbulkan oleh suatu kondisi atau situasi yang penuh tekanan. Hasil penelitian membuktikan bahwa individu menggunakan kedua cara tersebut untuk mengatasi berbagai masalah yang menekan dalam berbagai ruang lingkup kehidupan sehari-hari (Lazarus & Folkman, 1984).

Pada umumnya prestasi siswa di dalam pencapaian hasil belajar sangat dipengaruhi oleh konsep diri yang dimiliki seseorang. Keberhasilan seseorang selain dari konsep diri, juga dipengaruhi dukungan dari kedua orang tuanya. Dukungan dari orang tua memainkan peran penting dalam pencapaian prestasi bagi remaja (Butler-Por, 1987). Oleh karena itu, di dalam kenyataan hidup di masyarakat kita sering menemukan kegagalan seorang remaja menyelaraskan konsep diri dengan lingkungannya akibat kurangnya dukungan dari orang tua, teristimewa dirasakan oleh mereka yang memiliki orang tua tunggal.

Penelitian Lestari (2014), tentang penerimaan diri dan strategi coping pada remaja korban perceraian orang tua, menyimpulkan bahwa setelah orang tuanya bercerai hal itu berdampak pada kondisi psikologis dan perilaku keempat subjek penelitian sehingga mempengaruhi penerimaan diri para subjek remaja, hingga keempat subjek melakukan coping yang lebih memfokuskan pada emosi (emotion

focused coping) untuk meringankan beban masalah dan stres yang dialaminya.

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, peneliti ingin mengetahui hubungan antara konsep diri dengan strategi coping pada remaja dengan orang tua tunggal di SMKN 8 Kota Bandung.


(18)

Galih Permatasari Wasliman, 2015

HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN STRATEGI COPING PADA REMAJA DARI ORANG TUA TUNGGAL DI SMKN 8 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

6

B. Rumusan Masalah

Konsep diri merupakan aspek penting dari diri seseorang, karena konsep diri seseorang merupakan kerangka acuan dalam berinteraksi dengan lingkungan. Konsep diri dibentuk oleh pengalaman masa lalu baik positif dan negatif, dasar konsep diri individu tertanam saat masa kecil dan menjadi dasar dari tingkah lakunya di kemudian hari. Lingkungan dan permasalahan yang dihadapi individu berbeda-beda. Jika individu memiliki konsep diri yang baik dan positif, individu tersebut akan dapat memenuhi tuntutan dan melewati masalah yang ada. Sebaliknya jika individu tersebut memiliki konsep diri yang negatif individu tersebut tidak dapat memenuhi tuntutan sehingga menimbulkan stres. Individu dalam hal ini remaja biasanya memiliki respon untuk menghadapi stresnya masing-masing. Upaya untuk menghilangkan atau mengurangi stres yang dirasakan remaja untuk mengubah stressor disebut strategi coping.

Dari pernyataan di atas rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Apakah terdapat hubungan antara konsep diri dengan strategi coping pada remaja dari orang tua tunggal di SMKN 8 Kota Bandung?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan sebelumnya, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah mengetahui apakah terdapat hubungan antara konsep diri dengan strategi coping pada remaja dari orang tua tunggal di SMKN 8 Kota Bandung.

D. Manfaat Hasil Penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian yang ingin dicapai, maka penelitian ini diharapkan memiliki kegunaan sebagai berikut:

1. Secara Teoritis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sehingga dapat menjadi bahan literatur bagi ilmu psikologi perkembangan yang memiliki keterkaitan dengan masalah penelitian ini.


(19)

Galih Permatasari Wasliman, 2015

HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN STRATEGI COPING PADA REMAJA DARI ORANG TUA TUNGGAL DI SMKN 8 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

7

2. Secara Praktis

Adapun kegunaan praktis dari penelitian ini adalah untuk memberikan informasi bagi yang berkepentingan terutama remaja dengan orang tua tunggal berkenaan dengan konsep diri dan strategi coping, sehingga dapat membantu memecahkan masalah yang sedang dihadapi.

E. Struktur Organisasi Skripsi

Berikut ini merupakan sistematika penulisan skripsi:

BAB I merupakan pendahuluan yang akan membahas latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, metode penelitian dan manfaat penelitian.

BAB II merupakan kajian pustaka yang akan membahas teori konsep diri, strategi coping, remaja, kerangka pemikiran dan hipotesis penelitian.

BAB III merupakan metode penelitian di dalamnya akan membahas desain penelitian, lokasi penelitian, populasi dan sampel penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data dan analisis data.

BAB IV akan membahas hasil penelitian dan pembahasan, dengan pemaparan data, dan pembahasan data


(20)

Galih Permatasari Wasliman, 2015

HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN STRATEGI COPING PADA REMAJA DARI ORANG TUA TUNGGAL DI SMKN 8 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

24

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain penelitian

Penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif. Metode penelitian yang digunakan yaitu teknik studi korelasional (correlation study), dimana teknik korelasi ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara variabel yang satu dengan variabel lainnya, dan jika terdapat hubungan maka seberapa erat dan seberapa berartinya hubungan itu (Arikunto, 1997:51). Hasilnya dianalisis secara statistik untuk mencari hubungan diantara variabel-variabel yang diteliti.

B. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di SMKN 8 Bandung yang terletak di jalan Kliningan no 31. SMKN 8 merupakan salah satu SMK yang memiliki kompetensi khusus di bidang otomotif, yang terdiri dari tiga jurusan yakni, teknik kendaraan ringan, teknik sepeda motor dan teknik perbaikan body otomotif. SMKN 8 Bandung dipilih sebagai tempat penelitian dikarenakan selain dekat dengan tempat peneliti, juga memiliki sampel terbanyak diantara sekolah yang ada di dekat tempat peneliti.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMKN 8 Bandung yang memiliki orang tua tunggal. Menurut data dari pihak sekolah, saat ini SMKN 8 sebanyak 105 siswa yang diasuh oleh orang tua tunggal. Penelitian ini merupakan penelitian populasi, karena semua subjek akan dipakai sebagai sampel penelitian.

Adapun karakterisktik yang menjadi partisipan dalam penelitian ini adalah remaja berumur sekitar 15-18 tahun, merupakan siswa di SMKN 8 Bandung, dan diasuh oleh orang tua tunggal (ayah atau ibu).


(21)

Galih Permatasari Wasliman, 2015

HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN STRATEGI COPING PADA REMAJA DARI ORANG TUA TUNGGAL DI SMKN 8 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

25

D. Definisi Operasional

Definisi operasional dari dua variabel yang digunakan di dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Konsep diri

Yang dimaksud konsep diri dalam penelitian ini adalah gambaran yang dimiliki seseorang tentang dirinya sendiri untuk berinteraksi dengan lingkungannya.

Dalam penelitian ini menurut Hurlock (1974: 22), konsep diri dibagi menjadi tiga komponen, yaitu :

a. Perceptual component yaitu penilaian seseorang tentang mengenai

penampilan fisiknya dan kesan yang ditampilkan pada orang lain, meliputi daya tarik (attractiveness), keserasian seksual tubuhnya (sex

appropriatiness), arti penting bagian tubuh, dan kesan dan penilaian orang

lain;

b. Conceptual component yaitu konsepsi seseorang mengenai karakteristik

khusus yang dimiliki, kemampuan dan ketidakmampuannya, masa kini dan masa depannya serta latar belakangnya;

c. Attitudinal component yaitu perasaan seseorang tentang diri sendiri, sikap

terhadap statusnya sekarang dan prospeknya di masa depan, meliputi perasaan sikap terhadap diri, sikap terhadap masa depan, dan penghargaan diri.

2. Strategi coping

Yang dimaksud strategi coping dalam penelitian ini adalah suatu perilaku individu untuk mengatasi situasi stres atau tuntutan yang membebani secara internal maupun eksternal.

Terdapat dua jenis strategi coping, yaitu Problem focused coping dan emotion

focused coping sesuai dengan teori strategi coping dari Lazarus & Folkman

(1984):

Problem focused coping dilihat dari planful problem solving dan confrotative coping yang digunakan ketika suatu kondisi dinilai dapat dirubah dan diperbaiki


(22)

Galih Permatasari Wasliman, 2015

HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN STRATEGI COPING PADA REMAJA DARI ORANG TUA TUNGGAL DI SMKN 8 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

26

a. Planful problem solving upaya fokus pada masalah untuk menemukan

cara mengubah situasi, menggunakan pendekatan analitik untuk menyelesaikan masalah.

b. Confrotative coping menggambarkan upaya untuk tidak lari dari

masalah dan menghadapainya dengan cara agresif.

Sedangkan emotion focused coping dilihat dari distancing, self control,

seeking social, accepting responsibility, escape avoidance dan positive reappraisal, digunakan ketika dinilai tidak ada yang dapat dilakukan untuk

merubah bahaya, ancaman atau kondisi lingkungan yang menantang.

a. Distancing merupakan upaya untuk melepaskan diri dari situasi stres

atau permasalahan dengan menciptakan pandangan yang positif. b. Self control merupakan upaya untuk mengatur perasaan dan

tindakannya terhadap masalah.

c. Seeking social support merupakan upaya untuk mencari informasi,

bantuan nyata dan emosional dari orang lain.

d. Accepting responsibility adalah upaya mengetahui perannya dan

menempatkan dirinya dengan segala sesuatu dalam sebuah permasalahan secara benar.

e. Escape avoidance menggambarkan keinginan dan upaya perilaku

untuk melarikan diri atau menghindar dari permasalahannya.

f. Positive reappraisal merupakan upaya untuk menciptakan makna

yang positif dari pengalaman dengan cara memfokuskan diri pada perkembangan diri dengan suatu sifat/religius.

E. Pengembangan instrumen penelitian

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati (Sugiyono, 2011). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa angket, untuk mengukur konsep diri dan strategi coping pada remaja dengan orang tua tunggal. Instrumen yang digunakan untuk konsep diri dibuat oleh peneliti berdasarkan teori Hurlock, sedangkan untuk strategi coping peneliti menggunakan Ways of Coping yang dikembangkan oleh Lazarus dan Folkman (1986).


(23)

Galih Permatasari Wasliman, 2015

HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN STRATEGI COPING PADA REMAJA DARI ORANG TUA TUNGGAL DI SMKN 8 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

27

Berikut ini merupakan kisi-kisi instrumen penelitian konsep diri dan strategi

coping:

1. Instrumen Konsep Diri

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini merupakan skala pengukuran konsep diri berdasarkan teori Hurlock yang terdiri dari tiga komponen yaitu

perceptual component, conceptual component dan attitudinal component.

Instrumen berupa kuisioner terdiri atas 21 item pernyataan yang didapat dari tiga dimensi dan sepuluh indikator, dengan reliabilitas instrumen sebesar 0,874.

Tabel 3.1 Kisi-kisi instrumen Konsep Diri teori Hurlock

Dimensi Indikator No Item

Preceptual component Attractiveness 1, 5

Sex appropriateness 3

Arti penting bagian-bagian tubuh 2, 8, 7, 6 Kesan dan penilaian orang lain

terhadap penampilannya

4

Conceptual component Karakteristik yang khas 10,12

Kemampuan dan ketidakmampuan 9

Latar belakang 17, 13

Attitudinal component Sikap terhadap diri sendiri 16, 14

Sikap terhadap masa kini dan masa depan

15, 20, 21

Penghargaan diri 11, 19, 18

Skala yang digunakan merupakan skala likert, terdiri dari lima pilihan jawaban. Responden diminta memilih salah satu dari lima pilihan jawaban yang sesuai dengan keadaan diri responden, dengan memberikan tanda ceklis () pada kolom yang sudah disediakan. Adapun pilihan jawaban yang disediakan, yaitu Sangat sesuai, Sesuai, Agak sesuai, Tidak sesuai, Sangat tidak sesuai. Pada tabel dibawah ini akan dijelaskan skor nilai dari instrumen konsep diri:


(24)

Galih Permatasari Wasliman, 2015

HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN STRATEGI COPING PADA REMAJA DARI ORANG TUA TUNGGAL DI SMKN 8 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

28

Tabel 3.2 Skor Konsep Diri

Pilihan Jawaban

Nilai Pernyataan

Favorable Unfavorable

Sangat tidak sesuai 1 5

Tidak sesuai 2 4

Agak sesuai 3 3

Sesuai 4 2

Sangat sesuai 5 1

2. Instrumen Strategi coping

Instrumen yang digunakan diadaptasi dari skala pengukuran Ways of coping yang disusun oleh Folkman, S., Lazarus, R. S., Dunkel-Schetter, C., DeLongis, A.,

& Gruen, R. (1986). Teori strategi coping terdiri dari dua jenis, yaitu problem focused coping dan emotion focused coping. Instrumen ini terdiri dari dua dimensi

dan delapan indikator dan diturunkan menjadi 48 item pernyataan. Tabel 3.3 Kisi-kisi instrumen Strategi Coping teori Lazarus & Folkman

Dimensi Sub Dimensi Indikator No. Item

Problem- Focused Coping

Planful problem solving

Upaya pemecahan masalah dengan menggunakan pendekatan analitik untuk penyelesaian masalah

39, 19, 1, 29, 38,42

Confrontative coping

Menggambarkan untuk reaksi agresif untuk mengubah masalah

36, 7, 12, 20, 25, 2

Emotion-Focused Coping

Distancing Upaya untuk melepaskan diri dan fokus untuk menciptakan pandangan yang positif

34, 8, 31, 15,10

Self control Upaya untuk mengatur perasaan dan tindakannya terhadap masalah

9, 33, 6, 26, 43, 48

Seeking social support

Upaya untuk mencari informasi dan bantuan dari orang lain

4, 23,32, 35,13, 16

Accepting responsibility

Upaya menempatkan diri dengan benar dalam suatu permasalahan

5, 21, 41, 18

Escape avoidance Perilaku untuk melarikan diri atau menghindar dari permasalahannya

45, 7, 46, 24, 30, 40, 37, 11

Positive reappraisal

Upaya untuk menciptakan makna yang positif dari pengalaman dengan cara memfokuskan diri pada perkembangan diri dengan suatu sifat/religius

17, 22, 27, 28, 47, 44, 14


(25)

Galih Permatasari Wasliman, 2015

HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN STRATEGI COPING PADA REMAJA DARI ORANG TUA TUNGGAL DI SMKN 8 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

29

Skala yang digunakan dalam instrumen ini adalah skala Likert, terdiri dari empat pilihan jawaban. Adapun jawaban pilihan jawaban yang disediakan sebagai berikut :

Tabel 3.4 Skor Strategi Coping

Pilihan Jawaban Skor

Tidak Pernah 1

Jarang 2

Cukup Sering 3

Sering 4

3. Validitas dan Reabilitas Instrumen 3.1.1 Validitas

Validitas yaitu suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kebenaran suatu alat ukur atau instrumen penelitian. Uji validitas dilakukan berkenaan dengan ketepatan alat ukur terhadap konsep yang diukur sehingga mampu mengukur apa yang seharusnya diukur. Pengujian validitas alat ukur dapat menunjukan sejauh mana alat ukur penelitian dapat mengukur variabel yang terdapat dalam suatu penelitian. Suatu alat ukur atau skala pengukuran dikatakan valid apabila pengukuran tersebut mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2013).

Secara teknis pengujian validitas isi dibantu dengan menggunakan kisi-kisi instrumen. Dalam kisi-kisi itu terdapat variabel yang diteliti, indikator sebagai tolak ukur dan nomor butir (item) pertanyaan atau pernyataan yang telah dijabarkan dari indikator. Dengan kisi-kisi instrumen itu maka pengujian validitas dapat dilakukan dengan mudah dan sistematis.

Setelah instrumen konsep diri dan strategi coping selesai disusun, kemudian dikonsultasikan dengan para ahli untuk dimintai pendapat mengenai instrumen yang telah disusun. Para ahli yang diminta untuk melakukan judgement berjumlah dua orang dan merupakan Dosen Psikologi Klinis dan Dosen Psikologi Perkembangan. Para ahli memberikan masukan mengenai konteks isi dan tata cara penulisan pernyataan pada kuisioner, adapun dilakukannya perbaikan ini dengan maksud agar responden memahami makna dari item pernyataan yang ada pada


(26)

Galih Permatasari Wasliman, 2015

HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN STRATEGI COPING PADA REMAJA DARI ORANG TUA TUNGGAL DI SMKN 8 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

30

kuisioner. Setelah perbaikan kuesioner selesai, maka selanjutnya dilakukan penyebaran pada sampel yang akan diukur.

3.1.2 Analisis item

Setelah memperoleh data hasil uji coba, akan didapat butir-butir item yang valid dan reliabel untuk digunakan sebagai instrumen pada penelitian. Analisis item digunakan pada saat uji coba instrumen telah dilakukan. Untuk menguji validitas setiap item, maka skor-skor yang dimaksud dikorelasikan dengan skor total. Dengan diperolehnya indeks validitas setiap item dapat diketahui item mana yang tidak memenuhi syarat, maka peneliti dapat mengganti atau merevisi item tersebut (Arikunto, 2013: 219-221).

Menurut Ihsan (2009: 68-69), item yang dipilih menjadi item final adalah item yang memiliki korelasi item total sama dengan atau lebih dari 0,30, namun sebagian ahli psikometri mengatakan bahwa korelasi item total 0,20 adalah cukup. Untuk itu jika sebuah item tidak mencapai 0,30 namun jika item itu dihapus akan ada indikator yang terbuang, maka kriterianya bisa diturunkan menjadi 0,20. Pernyataan yang terdiri dari 42 item pada sebelum uji coba, setelah uji coba dan dianalisis terdapat 21 item yang layak pakai. Berikut di bawah ini merupakan item yang terpakai dan tidak layak pakai:

Tabel 3.5 Hasil Pengembangan Instrumen Konsep Diri

Dimensi Indikator No Item Layak No Item tidak Layak Preceptual

component

Attractiveness 2, 9 1, 6

Sex appropriateness 5 24, 13 Arti penting bagian-bagian tubuh 3, 12, 11,10 - Kesan dan penilaian orang lain

terhadap penampilannya

7 4, 8

Conceptual component

Karakteristik yang khas 15, 19 20, 21, 23 Kemampuan dan ketidakmampuan 14 17, 22, 18

Latar belakang 38, 34 25, 27

Attitudinal component

Sikap terhadap diri sendiri 37, 35 32, 26 Sikap terhadap masa kini dan masa

depan

36, 41, 42 28, 29, 30, 33


(27)

Galih Permatasari Wasliman, 2015

HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN STRATEGI COPING PADA REMAJA DARI ORANG TUA TUNGGAL DI SMKN 8 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

31

3.2 Uji reabilitas

Uji reliabilitas dilakukan secara internal diuji dengan mengalanalisis konsistensi butir-butir yang ada pada instrumen. Hasil analisis dapat digunakan untuk memprediksi reliabilitas instrumen (Sugiyono, 2013).

Uji reabilitas dalam penelitian ini menggunakan Alpha Cronbach yang akan dihitung menggunakan bantuan software SPSS 20.0 Menurut Guilford (Sugiyono, 2011: 172), kriteria koefisien reliabilitas Alpha Cronbach dapat dikategorikan sebagai berikut:

Tabel 3.6 Koefisien Reliabilitas Alpha Cronbach

Kriteria Koefisien

Sangat Reliabel > 0.900

Reliabel 0.700 – 0.900

Cukup Reliabel 0.400 – 0.700

Kurang Reliabel 0.200 – 0.400

Tidak Reliabel < 0.200

Berdasarkan hasil perhitungan untuk instrumen konsep diri diperoleh indeks reliabilitas sebesar 0,582, indeks tersebut menunjukkan bahwa instrumen berada pada kategori cukup reliabel dan dapat digunakan pada penelitian. Setelah pengurangan item yang tidak layak sebanyak 21 item, diperoleh indeks reliabilitas sebesar 0,874, indeks tersebut menunjukkan bahwa instrumen berada pada kategori reliabel dan dapat digunakan pada penelitian.

Tabel 3.7 Reabilitas Konsep Diri sebelum pengurangan item Konsep Diri Cronbach's

Alpha N of Items Sebelum pengurangan item ,582 42

Setelah pengurangan item ,874 21

Sedangkan hasil perhitungan untuk instrumen strategi coping diperoleh indeks reabilitas sebesar 0,882, instrumen tersebut berada dalam kategori reliabel.

Tabel 3.8 Reabilitas Strategi Coping Cronbach's

Alpha N of Items


(28)

Galih Permatasari Wasliman, 2015

HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN STRATEGI COPING PADA REMAJA DARI ORANG TUA TUNGGAL DI SMKN 8 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

32

Skor pada emotion-focused coping x 100%

Skor maksimal pada emotion-focused coping 4. Kategorisasi Skala

Kategori skala atau norma dilakukan untuk mengelompokan sebuah kelompok pengambilan tes atau skala dibagi ke dalam beberapa level (Ihsan, 2009: 76). Kategorisasi yang ada dalam penelitian ini ada dua, yaitu kategorisasi skala untuk instrumen konsep diri dan instrumen strategi coping.

4.1Kategori Skala Instrumen Konsep Diri

Kategorisasi skala yang digunakan penelitian ini adalah skala berdasarkan skor ideal, yaitu kategorisasi skala berdasarkan skor ideal dari instrumen yang telah ditetapkan terlebih dahulu (Azwar, 1996). Sampel dibagi ke dalam tiga kategori, yaitu kategori konsep diri tinggi, konsep diri sedang dan konsep diri rendah. Berikut ini merupakan kategorisasi untuk skala konsep diri sebagai berikut:

Tabel 3.9 Kategori skala Konsep Diri

Skor Kategori

X > 77 Tinggi

49 < X < 77 Sedang

X < 49 Rendah

4.2 Kategorisasi Skala Instrumen Strategi Coping

Kategorisasi skala strategi coping dalam penelitian ini yaitu mengelompokkan jenis strategi yang digunakan oleh responden ke dalam tipe

problem-focused coping atau emotion-focused coping. Pengelompokan ini didapat

melalui penghitungan skor relatif (Lazarus &Folkman, 1984). Berikut ini rumusan dari skor relatif:

Untuk dimensi Problem-Focused Coping:

Untuk dimensi Emotion-Focused Coping:

Skor pada problem-focused coping x 100%


(29)

Galih Permatasari Wasliman, 2015

HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN STRATEGI COPING PADA REMAJA DARI ORANG TUA TUNGGAL DI SMKN 8 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

33

Menurut rumusan tersebut, apabila skor relatif yang diperoleh subjek lebih tinggi pada problem-focused coping, maka subjek tersebut memakai strategi

coping yang berfokus pada masalah. Begitu pula sebaliknya apabila skor relatif

subjek lebih tinggi pada emotion-focused coping, maka subjek tersebut memakai strategi coping yang berfokus pada emosi.

F. Analisis Data

Teknik yang digunakan yaitu metode statistik, karena merupakan metode ilmiah untuk mengumpulkan, menyusun, menyajikan serta menganalisis data penelitian yang berwujud angka dan dapat memberikan hasil yang objektif. (Hadi, 1993).

Setelah skor diperoleh, kemudian dilakukan pengelompokkan. Pada instrumen konsep diri skor dikelompokkan menjadi konsep diri tinggi, sedang, dan rendah, sedangkan untuk strategi coping, ditentukan skor tersebut termasuk pada problem-focused coping atau emotion focused coping. Selanjutnya, dilakukan analisis data untuk memperoleh koefisien korelasi antara konsep diri dan strategi coping.

Teknik korelasi yang digunakan untuk penelitian ini adalah korelasi Spearman. Uji korelasi dilakukan untuk menemukan ada tidaknya hubungan antar variabel, serta seberapa erat atau tidaknya hubungan tersebut (Arikunto, 2006). Syarat penggunaan uji korelasi Spearman adaah data yang dihasilkan dari variabel yang ada merupakan data ordinal. Setelah mengetahui nilai koefisien korelasi, selanjutnya diinterpretasikan untuk mengetahui tingkat hubungannya. Berikut ini merupakan interpretasi besar kecil koefisien korelasi menurut Sugiyono (2011):

Tabel 3.10 Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,000-0,199 Sangat rendah

0,200-0,399 Rendah

0,400-0,599 Sedang

0,600-0,799 Kuat


(30)

Galih Permatasari Wasliman, 2015

HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN STRATEGI COPING PADA REMAJA DARI ORANG TUA TUNGGAL DI SMKN 8 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

34

G. Prosedur penelitian

Prosedur penelitian dibagi menjadi beberapa tahap, yaitu sebagai berikut: 1. Tahap Persiapan

Peneliti melakukan studi kepustakaan untuk mendapat gambaran yang berkaitan dengan variabel yang akan diteliti. Kemudian peneliti menentukan desain penelitian dan instrumen yang akan digunakan dalam penelitian. Peneliti menetapkan sampel serta teknik sampling yang akan digunakan. Setelah itu peneliti menyusun proposal penelitian, dan mengajukan proposal kepada Dewan Pembimbing Skripsi untuk mendapat pengesahan. Setelah mendapat pengesahan peneliti menyusun instrumen, melakukan uji instrumen (judgement oleh ahli), dan uji coba instrumen dengan karakteristik sampel yaitu remaja dengan orang tua tunggal. Peneliti juga mengajukan surat ijin penelitian, untuk diberikan kepada pihak sekolah.

2. Tahap Pelaksanaan

Peneliti mendatangi sekolah untuk meminta pengambilan data, dengan cara mengelompokan anak dengan orang tua tunggal ke dalam satu ruangan untuk membagikan angket/kuisioner kepada sampel. Setelah itu peneliti memberi penjelasan cara pengisian angket kepada sampel. Ketika pengisian angket/kuisioner selesai, peneliti mengumpulkan kembali angket yang telah diisi oleh sampel sembari memberikan reward berupa pulpen dan permen kepada sampel.

3. Tahap Pengolahan Data a. Verifikasi data

Melakukan verifikasi data untuk mengecek kelengkapan angket, beserta pengisiannya. Sehingga tidak terdapat kesalahan dan kekurangan data untuk dilakukannya proses pengolahan data.

b. Tabulasi data

Melakukan tabulasi dengan merekap data yang telah terkumpul, untuk dilakukannya perhitungan dengan bantuan software SPSS versi 20.

c. Penyekoran data

Melakukan penyekoran data, setiap jenis data dikelompokan ke dalam dua kelompok yaitu konsep diri dan strategi coping.


(31)

Galih Permatasari Wasliman, 2015

HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN STRATEGI COPING PADA REMAJA DARI ORANG TUA TUNGGAL DI SMKN 8 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

35

4. Tahap Penyelesaian

Menampilkan hasil analisis penelitian. Kemudian peneliti membahas hasil penelitian dengan menjawab hipotesis yang telah diajukan dari teori yang digunakan. Setelah itu peneliti membuat kesimpulan dari hasil penelitian disertai rekomendasi dan saran mengenai penelitian yang dilakukan untuk pihak yang terkait.


(32)

Galih Permatasari Wasliman, 2015

HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN STRATEGI COPING PADA REMAJA DARI ORANG TUA TUNGGAL DI SMKN 8 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

46

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini, didapatkan koefisien korelasi sebesar 0,262 pada tingkat signifikansi 0,007 antara konsep diri dengan strategi coping. Maka disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang rendah antara konsep diri dengan strategi coping pada remaja dari orang tua tunggal di SMKN 8 Bandung, dengan tingkat korelasi rendah. Selain itu, untuk koefisien korelasi antara konsep diri dan

problem focused coping sebesar 0,200 dengan signifikansi 0,041, untuk konsep

diri dengan emotion focused coping sebesar 0,266 dengan signifikansi 0,006. Berdasarkan hasil tersebut, diperoleh hubungan rendah antara konsep diri dengan

problem focused coping maupun emotion focused coping. Diketahui pula bahwa

sebagian besar remaja dengan orang tua tunggal di SMKN 8 Bandung memiliki konsep diri yang tinggi, serta lebih banyak menggunakan problem focused coping untuk menyelesaikan masalahnya.

B. Saran

1. Bagi Sekolah

Adanya sesi bimbingan konseling atau pelatihan-pelatihan untuk mengembangkan konsep diri yang positif sangat dibutuhkan untuk melatih dan mengarahkan remaja yang sedang mencari identitas diri, sehingga ketika mendapatkan lingkungan sekolah yang mendukung, mereka diharapkan dapat menemukan konsep diri positif. Konsep diri yang tinggi atau positif akan menghasilkan tingkah laku yang baik pula. Diharapkan ketika konsep diri remaja tinggi atau positif, mereka juga akan memiliki strategi coping yang efektif untuk memecahkan masalah yang dihadapi di sekolah, sehingga remaja bisa melewati masalahnya dengan baik.

2. Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini dapat digunakan menjadi dasar untuk penelitian selanjutnya, dengan tema yang sama serta mengkaitkan dengan variabel lainnya sehingga dapat memperkaya hasil penelitian yang ada.


(33)

Galih Permatasari Wasliman, 2015

HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN STRATEGI COPING PADA REMAJA DARI ORANG TUA TUNGGAL DI SMKN 8 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

47

DAFTAR PUSTAKA

Agustiani, H. (2006). Psikologi Perkembangan. Bandung: Refika Aditama.

Agustiani, H. (2009). Psikologi Perkembangan, Pendekatan Ekologi Kaitannya

dengan Konsep Diri dan Penyesuaian Diri pada Remaja. Bandung: Refika

Aditama.

Anggraeni, D. (2008). Studi Perbandingan mengenai Coping Strategy Mahasiswa

yang Berhasil dan yang tidak Berhasil Menyelesaikan Skripsi dalam Dua Semester Ganjil di Fakultas Psikologi UNISBA. Skripsi. Fakultas Psikologi,

Universitas Islam Badung, Bandung.

Arikunto, S. (1997). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Arikunto, S. (2006). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Azwar, S. (1996). Tes Prestasi Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Billings, A.G., & Moos, R.H. (1984). Coping, Stress and Social Resources Among Adulths With Unipolar Depression. Journal of Personality and

Social Psychology. Vol. 46, No. 4, 877-891.

BKkbN. (2009). Buku Penyuluhan Bina Keluarga Remaja (BKR) Pegangan

Kader tentang Pembinaan Anak. Remaja. Jakarta: BKkbN.

Bob & Blood, M. (1978). Marriage. London: The Free Press.

Brooks, W.D, Emmert, P. (1976). Interpersonal Community. IOWA: Brow Company Publisher.

Burns, R.B. (1993). Konsep diri: teori, pengukuran, perkembangan dan perilaku. Jakarta: Arcan.

Calhoun, J.F., dan Acocella, J.R. (1990). Psikologi Tentang Penyesuaian dan

Hubungan Kemanusiaan. Alih bahasa: Satmoko, R.S. IKIP Semarang

Press Semarang.

Carver, C.S., Scheir, M.F., & Wientraub, J.K. (1989). Assessing Coping Strategies: A Theoritically Based Approach. Journal of Personality and

Social Psychology, Vol. 56, No. 2, 267 – 283.

Dagun, S. (2013). Psikologi Keluarga. Jakarta: Rineka Cipta.

Desmita. (2010). Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Remaja Rosda Karya. Dian N, F. (2008). Hubungan Konsep Diri dengan Coping Strategy pada

Developed Kiddie dalam Komunitas Hacker di Perguruan Tinggi X Bandung. Skripsi. Fakultas Psikologi, Universitas Islam Badung, Bandung.

Djudiyah, dan Yuniardi, M.S. (2011). Model Pengembangan Konsep Diri Melalui Support Group Therapy: Upaya Meminimalkan Trauma Psikis Remaja dari Keluarga Single Parent. Jurnal Psikologi Proyeksi Volume 6 Nomor 1. Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah, Malang.


(34)

Galih Permatasari Wasliman, 2015

HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN STRATEGI COPING PADA REMAJA DARI ORANG TUA TUNGGAL DI SMKN 8 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

48

Douglas, J.W.B., Ross, T.M., Hammond, W.A., & Mulligan, D.G. (1966). Delinquency and social class. British Journal of Criminology, Vol 6,

294-302.

Duvall, E.M. & Miller, B.C. (1985). Marriage and Family Development (6th Ed.). New York: Harper & Row Publishers.

Fitts, W.H. (1971). The Self Concept and Self Actualization. Los Angeles, California, Western Psychological Services A Division of Manson Western Corporation.

Folkman, S. & Lazarus, R.S. (1985). If it Changes it Must be a Process: A Study of Emotion and Coping During Three Stages of a College Examination.

Journal of Personality and Social Psychology. No. 48, 150-170.

Friedman, M.M. (1998). Keperawatan Keluarga: Teori dan Praktik. Jakarta: EGC.

Frydenberg, E. (1997). Adolescent Coping, Theoretical and Research

Perspectives. New York: Routledge.

Gibson, Ivanevich, dan Donnely. (1997). Organization. Texas: Richard D. Irwins, Inc.

Glueck, S., & Glueck, E. T. (1950). Unraveling juvenile delinquency. New York: Commonwealth Fund.

Gregory, I. (1965). Anterospective Data Following Childhood Loss of a Parent.

Archives of General Psychiatry, Vol 13, 110-120.

Hadi, S. 1993. Metodologi Research. Yogyakarta: Andi Ofset.

Handayani, S.W.R.I & Suharnan. (2012). Konsep Diri, Stres, dan Prokrastinasi Akademik pada Mahasiswa. Persona, Jurnal Psikologi Indonesia, Vol 1

No.2.

Hetherington, E.M., Cox, M., & Cox, R. (1978). The aftermath of divorce. In J. H. Stevens Jr. & M. Mathews (Eds.), Mother-child, father-child relations. Washington D.C: National Association for the Education of Young Children.

Hoffman, M.L. (1971). Father absence and conscience development. Journal

Developmental Psychology, Vol 4(3), 400-406.

Hurlock, E.B. (1974). Personality development. New Delhi: Mc Graw-Hill. Hurlock, E.B. (1993). Perkembangan Anak Jilid 2. Terjemahan oleh Thandrasa.

Jakarta: PT. Erlangga.

Hurlock, E.B. (2003). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang

Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.

Ihsan, H. (2009). Metode Skala Psikologi. Bandung: Jurusan Psikologi Universitas Pendidikan Indonesia.

Ismiyani, K. (2015). Hubungan antara Persepsi terhadap Pola Kelekatan

Orangtua Tunggal dengan Konsep diri Remaja di Kota Bandung. Skripsi.


(35)

Galih Permatasari Wasliman, 2015

HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN STRATEGI COPING PADA REMAJA DARI ORANG TUA TUNGGAL DI SMKN 8 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

49

Lazarus, R.S. (1976). Pattern of Adjusment. New York: Springer Publishing Company.

Lazarus, R.S. & Folkman, S. (1984). Stress, Appraisal, and Coping. New York: Springer Publishing Company.

Lazarus, R. and etc (1986). Dynamic of Stressful Encounter: Cognitive Appraisal, Coping, and Encounter Outcomes. Journal of Personality and Social

Psychology Vol 50, No 5.

Lestari, D.W. (2014). Penerimaan Diri dan Strategi Coping pada Remaja Korban Perceraian Orang Tua. eJournal Psikologi Vol 2 No 1. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Mulawarman.

Listiyanto, B.D. (2009). Agresivitas remaja yang memiliki orang tua tunggal

(single parent) wanita. Diakses dari: www.gunadarma.ac.id (12 November

2014)

Miharso, M. (2004). Pendidikan Keluarga Qur’ani. Yogyakarta: Safiria Insania Press.

National Safety Council. (2003). Manajemen Stres. Terjemahan Palupi Widyastuti. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Nevid, S.J., Rothus, A.S. & Greene, B. (2005). Psikologi abnormal (edisi ke-5,

jilid I) (Alih bahasa: Tim Fakultas Psikologi Universitas Indonesia).

Jakarta: Erlangga.

Papalia, D.E. & Olds, S.W. (1995). Human Development (6th ed). New York: Mc Graw-Hill Companies.

Perlmutter, M. & Hall. (1985). Adult Development and Aging. New York: Jhon Willey & Sons.

Pramadi, A. & Lasmono, H.K. (2003). Koping Stres pada Etnis Bali, Jawa, dan Sunda. Indonesian Psychological Journal. Anima. Vol. 18, No. 4, 326- 340. Prihatina, R.D., Latifah, M., Johan, I.R. (2012). Konsep Diri, Kecerdasan

Emosional, Tingkat Stress dan Strategi Koping Remaja pada Berbagai Model Pembelajaran. Jurnal Ilmu Keluarga & Konsumen, Vol. 5, No.1,

48-57.

Pudjijogyanti, R.C. (1993). Konsep Diri dalam Pendidikan. Jakarta: Penerbit Arcan.

Putri, M.M. (2013). Suatu Penelitian Mengenai Hubungan Emotional Inteligence

dengan Coping Stress (Bentuk-bentuk Coping Stress) pada Siswa Kelas Akselerasi Tahun Pertama SMAN 'X' Bekasi. Skripsi. Fakultas Psikologi,

Universitas Maranatha, Bandung.

Putro, K.Z. (2005). Orangtua Sahabat Anak dan Remaja. Yogyakarta: Cerdas Pustaka.

Rakhmat, J. (2005). Psikologi Komunikasi (Edisi Revisi). Bandung: PT Remaja Rosdakarya.


(36)

Galih Permatasari Wasliman, 2015

HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN STRATEGI COPING PADA REMAJA DARI ORANG TUA TUNGGAL DI SMKN 8 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

50

Rando, T. (1984). Grief, Dying, and Death: Clinical Interventions for Caregivers. Illinois: Research Press Company.

Rathus, S.A. (2014). Childhood and Adolescence. USA: Wadsworth, Cengage Learning.

Republika. (2008). Peran Seimbang Orang Tua Tunggal. Diakses dari http://gayahidup.republika.co.id/berita/gaya-hidup/parenting/08/10/11/6863-peran-seimbang-orangtua-tunggal

Sanders, C.M. (1992). Surviving Grief and Learning to Live Again. New York: John Wiley and Sons. Inc.

Santrock, J.W. (2003). Adolescence Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga. Santrock, J.W., Warshak, R.A., Lindbergh, C., & Meadows, L. (1982). Children's

and parents observed social behavior in stepfather families. Child

Development, 53, 472-480.

Sarafino, E.P., & Smith. (2011). Health psychology: Biopsychosocial Interactions

seventh edition. New York: John Willey & Sons.

Sari, W.P. (2009). Pembentukan Konsep Diri Remaja (Studi Deskriptif

Komunikasi antar Pribadi Tunggal dan Pembentukan Konsep Diri Remaja di Kota Medan). Skripsi. Universitas Sumatera Utara, Medan.

Silaban, Isra, D., Mingkid, E., dan Kalerasan, E.R. (2015), Komunikasi Antarpribadi Orang tua dalam Pembentukan Konsep Diri Remaja pada Keluarga di Lingkungan III Kelurahan Bahu. E-journal “Acta Diurna”

Volume IV. No.3. Tahun 2015. Diakses dari: http://ejournal.unsrat.ac.id

(April 2015)

Smet, B. (1994). Psikologi Kesehatan. Jakarta: Grasindo.

Steinberg, L. (2002). Adolescence (6th ed). New York: Mc Graw-Hill Companies. Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suryasoemirat, A. (2007). Wanita Single Parent yang Berhasil. Jakarta: EDSA Mahkota

Syafa’at. (2012). Saatnya memikirkan janda muda. Diakses dari:

http://www.kabarbanyuwangi.info/saatnya-memikirkan-janda-muda.html (10 Oktober 2014)

Syarkiki, Hendi dan Ariati, J. (2014). Hubungan antara Problem Focused Coping dengan Prokratinasi Akademik pada Siswa Kelas XII SMA Islam Hidayatullah Semarang. Jurnal Empati Vol 3, No 4. Semarang: Universitas Diponegoro, Fakultas Psikologi.

Wallerstein, J., and Kelly, J.B. (1980). Surviving the Breakup: How Children and

Parents Cope With Divorce. New York: Basic Books Inc.

Widyarini, M.M.N (2009). Relasi Orang Tua & Anak. Jakarta: Elex Media Komputindo.


(37)

Galih Permatasari Wasliman, 2015

HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN STRATEGI COPING PADA REMAJA DARI ORANG TUA TUNGGAL DI SMKN 8 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

51

Vardiansyah, D. (2008). Filsafat Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Jakarta: Index.

Yusuf, S. (2009). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: Rosda Karya.


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini, didapatkan koefisien korelasi sebesar 0,262 pada tingkat signifikansi 0,007 antara konsep diri dengan strategi coping. Maka disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang rendah antara konsep diri dengan strategi coping pada remaja dari orang tua tunggal di SMKN 8 Bandung, dengan tingkat korelasi rendah. Selain itu, untuk koefisien korelasi antara konsep diri dan problem focused coping sebesar 0,200 dengan signifikansi 0,041, untuk konsep diri dengan emotion focused coping sebesar 0,266 dengan signifikansi 0,006. Berdasarkan hasil tersebut, diperoleh hubungan rendah antara konsep diri dengan problem focused coping maupun emotion focused coping. Diketahui pula bahwa sebagian besar remaja dengan orang tua tunggal di SMKN 8 Bandung memiliki konsep diri yang tinggi, serta lebih banyak menggunakan problem focused coping untuk menyelesaikan masalahnya.

B. Saran

1. Bagi Sekolah

Adanya sesi bimbingan konseling atau pelatihan-pelatihan untuk mengembangkan konsep diri yang positif sangat dibutuhkan untuk melatih dan mengarahkan remaja yang sedang mencari identitas diri, sehingga ketika mendapatkan lingkungan sekolah yang mendukung, mereka diharapkan dapat menemukan konsep diri positif. Konsep diri yang tinggi atau positif akan menghasilkan tingkah laku yang baik pula. Diharapkan ketika konsep diri remaja tinggi atau positif, mereka juga akan memiliki strategi coping yang efektif untuk memecahkan masalah yang dihadapi di sekolah, sehingga remaja bisa melewati masalahnya dengan baik.

2. Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini dapat digunakan menjadi dasar untuk penelitian selanjutnya, dengan tema yang sama serta mengkaitkan dengan variabel lainnya sehingga dapat memperkaya hasil penelitian yang ada.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Agustiani, H. (2006). Psikologi Perkembangan. Bandung: Refika Aditama.

Agustiani, H. (2009). Psikologi Perkembangan, Pendekatan Ekologi Kaitannya dengan Konsep Diri dan Penyesuaian Diri pada Remaja. Bandung: Refika Aditama.

Anggraeni, D. (2008). Studi Perbandingan mengenai Coping Strategy Mahasiswa yang Berhasil dan yang tidak Berhasil Menyelesaikan Skripsi dalam Dua Semester Ganjil di Fakultas Psikologi UNISBA. Skripsi. Fakultas Psikologi, Universitas Islam Badung, Bandung.

Arikunto, S. (1997). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Arikunto, S. (2006). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Azwar, S. (1996). Tes Prestasi Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Billings, A.G., & Moos, R.H. (1984). Coping, Stress and Social Resources Among Adulths With Unipolar Depression. Journal of Personality and Social Psychology. Vol. 46, No. 4, 877-891.

BKkbN. (2009). Buku Penyuluhan Bina Keluarga Remaja (BKR) Pegangan Kader tentang Pembinaan Anak. Remaja. Jakarta: BKkbN.

Bob & Blood, M. (1978). Marriage. London: The Free Press.

Brooks, W.D, Emmert, P. (1976). Interpersonal Community. IOWA: Brow Company Publisher.

Burns, R.B. (1993). Konsep diri: teori, pengukuran, perkembangan dan perilaku. Jakarta: Arcan.

Calhoun, J.F., dan Acocella, J.R. (1990). Psikologi Tentang Penyesuaian dan Hubungan Kemanusiaan. Alih bahasa: Satmoko, R.S. IKIP Semarang Press Semarang.

Carver, C.S., Scheir, M.F., & Wientraub, J.K. (1989). Assessing Coping Strategies: A Theoritically Based Approach. Journal of Personality and Social Psychology, Vol. 56, No. 2, 267 – 283.

Dagun, S. (2013). Psikologi Keluarga. Jakarta: Rineka Cipta.

Desmita. (2010). Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Remaja Rosda Karya. Dian N, F. (2008). Hubungan Konsep Diri dengan Coping Strategy pada

Developed Kiddie dalam Komunitas Hacker di Perguruan Tinggi X Bandung. Skripsi. Fakultas Psikologi, Universitas Islam Badung, Bandung. Djudiyah, dan Yuniardi, M.S. (2011). Model Pengembangan Konsep Diri Melalui

Support Group Therapy: Upaya Meminimalkan Trauma Psikis Remaja dari Keluarga Single Parent. Jurnal Psikologi Proyeksi Volume 6 Nomor 1. Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah, Malang.


(3)

Douglas, J.W.B., Ross, T.M., Hammond, W.A., & Mulligan, D.G. (1966). Delinquency and social class. British Journal of Criminology, Vol 6, 294-302.

Duvall, E.M. & Miller, B.C. (1985). Marriage and Family Development (6th Ed.). New York: Harper & Row Publishers.

Fitts, W.H. (1971). The Self Concept and Self Actualization. Los Angeles, California, Western Psychological Services A Division of Manson Western Corporation.

Folkman, S. & Lazarus, R.S. (1985). If it Changes it Must be a Process: A Study of Emotion and Coping During Three Stages of a College Examination. Journal of Personality and Social Psychology. No. 48, 150-170.

Friedman, M.M. (1998). Keperawatan Keluarga: Teori dan Praktik. Jakarta: EGC.

Frydenberg, E. (1997). Adolescent Coping, Theoretical and Research Perspectives. New York: Routledge.

Gibson, Ivanevich, dan Donnely. (1997). Organization. Texas: Richard D. Irwins, Inc.

Glueck, S., & Glueck, E. T. (1950). Unraveling juvenile delinquency. New York: Commonwealth Fund.

Gregory, I. (1965). Anterospective Data Following Childhood Loss of a Parent. Archives of General Psychiatry, Vol 13, 110-120.

Hadi, S. 1993. Metodologi Research. Yogyakarta: Andi Ofset.

Handayani, S.W.R.I & Suharnan. (2012). Konsep Diri, Stres, dan Prokrastinasi Akademik pada Mahasiswa. Persona, Jurnal Psikologi Indonesia, Vol 1 No.2.

Hetherington, E.M., Cox, M., & Cox, R. (1978). The aftermath of divorce. In J. H. Stevens Jr. & M. Mathews (Eds.), Mother-child, father-child relations. Washington D.C: National Association for the Education of Young Children.

Hoffman, M.L. (1971). Father absence and conscience development. Journal Developmental Psychology, Vol 4(3), 400-406.

Hurlock, E.B. (1974). Personality development. New Delhi: Mc Graw-Hill. Hurlock, E.B. (1993). Perkembangan Anak Jilid 2. Terjemahan oleh Thandrasa.

Jakarta: PT. Erlangga.

Hurlock, E.B. (2003). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.

Ihsan, H. (2009). Metode Skala Psikologi. Bandung: Jurusan Psikologi Universitas Pendidikan Indonesia.

Ismiyani, K. (2015). Hubungan antara Persepsi terhadap Pola Kelekatan Orangtua Tunggal dengan Konsep diri Remaja di Kota Bandung. Skripsi.


(4)

Lazarus, R.S. (1976). Pattern of Adjusment. New York: Springer Publishing Company.

Lazarus, R.S. & Folkman, S. (1984). Stress, Appraisal, and Coping. New York: Springer Publishing Company.

Lazarus, R. and etc (1986). Dynamic of Stressful Encounter: Cognitive Appraisal, Coping, and Encounter Outcomes. Journal of Personality and Social Psychology Vol 50, No 5.

Lestari, D.W. (2014). Penerimaan Diri dan Strategi Coping pada Remaja Korban Perceraian Orang Tua. eJournal Psikologi Vol 2 No 1. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Mulawarman.

Listiyanto, B.D. (2009). Agresivitas remaja yang memiliki orang tua tunggal (single parent) wanita. Diakses dari: www.gunadarma.ac.id (12 November 2014)

Miharso, M. (2004). Pendidikan Keluarga Qur’ani. Yogyakarta: Safiria Insania Press.

National Safety Council. (2003). Manajemen Stres. Terjemahan Palupi Widyastuti. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Nevid, S.J., Rothus, A.S. & Greene, B. (2005). Psikologi abnormal (edisi ke-5, jilid I) (Alih bahasa: Tim Fakultas Psikologi Universitas Indonesia). Jakarta: Erlangga.

Papalia, D.E. & Olds, S.W. (1995). Human Development (6th ed). New York: Mc Graw-Hill Companies.

Perlmutter, M. & Hall. (1985). Adult Development and Aging. New York: Jhon Willey & Sons.

Pramadi, A. & Lasmono, H.K. (2003). Koping Stres pada Etnis Bali, Jawa, dan Sunda. Indonesian Psychological Journal. Anima. Vol. 18, No. 4, 326- 340. Prihatina, R.D., Latifah, M., Johan, I.R. (2012). Konsep Diri, Kecerdasan

Emosional, Tingkat Stress dan Strategi Koping Remaja pada Berbagai Model Pembelajaran. Jurnal Ilmu Keluarga & Konsumen, Vol. 5, No.1, 48-57.

Pudjijogyanti, R.C. (1993). Konsep Diri dalam Pendidikan. Jakarta: Penerbit Arcan.

Putri, M.M. (2013). Suatu Penelitian Mengenai Hubungan Emotional Inteligence dengan Coping Stress (Bentuk-bentuk Coping Stress) pada Siswa Kelas Akselerasi Tahun Pertama SMAN 'X' Bekasi. Skripsi. Fakultas Psikologi, Universitas Maranatha, Bandung.

Putro, K.Z. (2005). Orangtua Sahabat Anak dan Remaja. Yogyakarta: Cerdas Pustaka.

Rakhmat, J. (2005). Psikologi Komunikasi (Edisi Revisi). Bandung: PT Remaja Rosdakarya.


(5)

Rando, T. (1984). Grief, Dying, and Death: Clinical Interventions for Caregivers. Illinois: Research Press Company.

Rathus, S.A. (2014). Childhood and Adolescence. USA: Wadsworth, Cengage Learning.

Republika. (2008). Peran Seimbang Orang Tua Tunggal. Diakses dari http://gayahidup.republika.co.id/berita/gaya-hidup/parenting/08/10/11/6863-peran-seimbang-orangtua-tunggal

Sanders, C.M. (1992). Surviving Grief and Learning to Live Again. New York: John Wiley and Sons. Inc.

Santrock, J.W. (2003). Adolescence Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga. Santrock, J.W., Warshak, R.A., Lindbergh, C., & Meadows, L. (1982). Children's

and parents observed social behavior in stepfather families. Child Development, 53, 472-480.

Sarafino, E.P., & Smith. (2011). Health psychology: Biopsychosocial Interactions seventh edition. New York: John Willey & Sons.

Sari, W.P. (2009). Pembentukan Konsep Diri Remaja (Studi Deskriptif Komunikasi antar Pribadi Tunggal dan Pembentukan Konsep Diri Remaja di Kota Medan). Skripsi. Universitas Sumatera Utara, Medan.

Silaban, Isra, D., Mingkid, E., dan Kalerasan, E.R. (2015), Komunikasi Antarpribadi Orang tua dalam Pembentukan Konsep Diri Remaja pada Keluarga di Lingkungan III Kelurahan Bahu. E-journal “Acta Diurna” Volume IV. No.3. Tahun 2015. Diakses dari: http://ejournal.unsrat.ac.id (April 2015)

Smet, B. (1994). Psikologi Kesehatan. Jakarta: Grasindo.

Steinberg, L. (2002). Adolescence (6th ed). New York: Mc Graw-Hill Companies. Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suryasoemirat, A. (2007). Wanita Single Parent yang Berhasil. Jakarta: EDSA Mahkota

Syafa’at. (2012). Saatnya memikirkan janda muda. Diakses dari: http://www.kabarbanyuwangi.info/saatnya-memikirkan-janda-muda.html (10 Oktober 2014)

Syarkiki, Hendi dan Ariati, J. (2014). Hubungan antara Problem Focused Coping dengan Prokratinasi Akademik pada Siswa Kelas XII SMA Islam Hidayatullah Semarang. Jurnal Empati Vol 3, No 4. Semarang: Universitas Diponegoro, Fakultas Psikologi.

Wallerstein, J., and Kelly, J.B. (1980). Surviving the Breakup: How Children and Parents Cope With Divorce. New York: Basic Books Inc.

Widyarini, M.M.N (2009). Relasi Orang Tua & Anak. Jakarta: Elex Media Komputindo.


(6)

Vardiansyah, D. (2008). Filsafat Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Jakarta: Index.

Yusuf, S. (2009). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: Rosda Karya.