Gambaran Kejadian dan Karakteristik Bullying pada Anak Usia Sekolah di Sekolah Dasar Wilayah Kerja Puskesmas I Pekutatan Kabupaten Jembrana Bali 2014.
1
http://isainsmedis.id/ojs/
GAMBARAN KEJADIAN DAN KARAKTERISTIK
BULLYING
PADA ANAK USIA SEKOLAH DI SEKOLAH
DASAR WILAYAH KERJA PUSKESMAS I PEKUTATAN KABUPATEN JEMBRANA BALI 2014
Dewa Ayu Putu Indah Saraswati Dewi
Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
[email protected]
ABSTRAK
Dewasa ini penelitian mengenai
bullying semakin meningkat dalam satu dekade terakhir, hal ini
diakibatkan oleh peningkatan prevalensi kekerasan dalam sekolah di seluruh dunia. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kejadian dan karakteristik bullying baik sebagai
pelaku, korban maupun keduanya pada anak usia sekolah dasar di wilayah kerja Puskesmas I
Pekutatan, Kabupaten Jembrana. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif cross-sectional yang
melibatkan 93 siswa SD di kelas 5 dan 6 yang berada di Sekolah Dasar wilayah kerja Puskesmas I
Pekutatan. Data diperoleh dari pengisian kuisioner oleh responden. Data selanjutnya dianalisis secara
deskriptif dengan bantuan program computer. Kejadian
bullying
yang diperoleh dari penelitian ini
adalah sebesar 71% pada anak-anak sekolah dasar di wilayah kerja Puskesmas I Pekutatan, di mana
63,4% merupakan jenis bullying verbal. Kejadian bullying
berdasarkan jenis kelamin, sebesar 78,7%
kejadian bullying pada laki-laki, dan 63,0% pada perempuan. Pada penelitian ini didapatkan sebanyak
18,3% pernah terlibat baik sebagai pelaku maupun korban. Pada penelitian ini kejadian bullying pada
sekolah dasar di wilayah kerja Puskesmas Pekutatan I cukup tinggi. Jenis terbanyak merupakan
kejadian bullying verbal. Kebanyakan pelaku tidak hanya menjadi orang yang melakukan namun juga
menjadi korban bullying.
Kata kunci :
bullying, sekolah dasar, deskriptif
OVERVIEW CASES AND CHARACTERISTICS OF BULLYING IN SCHOOL AGE CHILDREN IN PRIMARY
SCHOOLS PUSKESMAS I PEKUTATAN JEMBRANA REGENCY BALI 2014
ABSTRACT
Today research on bullying has increased in the last decade, it is caused by the increased prevalence
of violence in schools around the world. The purpose of this study is to describe the incidence and
characteristics of bullying either as doer, victims or both at the primary school age children in
Puskesmas I Pekutatan, Jembrana. This study is a cross-sectional descriptive study involving 93
primary school students in grades 5 and 6 who are in elementary school Puskesmas I Pekutatan. Data
obtained from filling the questionnaire by respondents. Data were then analyzed descriptively with
the aid of a computer program. The incidence of bullying obtained from this study is equal to 71% of
children of primary school in Puskesmas I Pekutatan, of which 63.4% is a kind of verbal bullying.
Bullying based on gender, amounting to 78.7% incidence of bullying in men, and 63.0% in women. In
this study, a total of 18.3% had been involved both as doers and victims.In this study, the incidence
of bullying in elementary schools in Puskesmas Pekutatan I quite high. Most types of bullying is
verbal. Most doer not only be the one who doing, but also a victim of bullying.
Keywords:
bullying, school age children, descriptive
PENDAHULUAN
Dewasa ini penelitian mengenai
bullying
semakin meningkat, hal ini diakibatkan oleh
peningkatan prevalensi kekerasan dalam sekolah di
seluruh dunia.
1Perilaku
bullying
merupakan
tindakan negatif yang dilakukan secara berulang
oleh sebagian siswa atau lebih yang bersifat
menyerang karena adanya ketidakseimbangan
(2)
2
http://isainsmedis.id/ojs/
kekuatan antara pihak yang terlibat baik itu
merupakan serangan emosional, verbal ataupun
fisik. Contoh sederhana dari perilaku
bullying
antara lain mengejek, menyebarkan gosip,
menghasut,
menindas,
menakut-nakuti
(mengintimidasi),
memberikan
mengancam,
mengucilkan, memalak atau menyerang secara
fisik seperti mendorong, menampar, atau
memukul.
2Melaporkan sebanyak 2.027.254
remaja di Amerika Serikat terlibat dalam kejadian
bullying
kategori moderat dan 1.681.030 remaja
terlibat dalam kejadian
bullying
kategori sering.
Bahkan perilaku bullying pada remaja usia sekolah
di Amerika Serikat digolongkan sebagai 1 dari 10
masalah kesehatan yang sering terjadi pada
remaja.
2,3Bullying di Indonesia sudah terjadi sejak
lama, namun sampai saat ini belum ada angka yang
jelas mengenai kejadian
bullying di lingkungan
sekolah dasar utamanya.
4Komisi Nasional
Perlindungan Anak, mencatat sebanyak 326 kasus
bullying
terjadi pada periode Januari sampai Juni
tahun 2007 di wilayah Jakarta, Bekasi, Depok dan
Tangerang.
5Studi lain yang dilakukan di Sulawesi
Selatan, Jawa Tengah, dan Sumatra Utara dari
bulan Maret 2005 sampai Desember 2006,
menemukan sebagaian responden yang terlibat
dalam penelitian, pernah mengalami penindasan
dengan berbagai cara di dalam lingkungan sekolah.
Beberapa dari responden tersebut dilaporkan
mengalami gangguan psikologis seperti depresi,
kecemasan berlebihan, selalu merasa teraniaya,
menurunnya kepercayaan diri, dan tidak berarti
dalam lingkungan.
6Adanya
kecenderungan
fenomena
bullying
mulai terjadi pada anak-anak sekolah
dasar.
Diyakini,
kecenderungan
tersebut
diakibatkan oleh adanya perilaku
modeling pada
tahap perkembangan psikologis anak usia sekolah
dasar. Secara natural bullying melibatkan beberapa
pihak di dalamnya. Pihak-pihak tersebut kemudian
dikategorikan menjadi empat, yaitu,
bullies-only,
victim-only,
bully-victim, dan
neutral.
6,7Selain itu,
anak korban
bullying memiliki kecenderungan
untuk mengalami gejala somatisasi lebih tinggi dari
anak lain seperti sakit kepala berulang hingga sulit
tidur. Bahkan mengakibatkan anak korban
bully
menjadi
takut
untuk
bersekolah
dan
mempengaruhi tingkat absensi anak di sekolah.
7.8Dilaporkan korban bullying beresiko 2,4 kali untuk
memiliki ide untuk bunuh diri dan meningkatkan
3,3 kali kejadian usaha bunuh diri pada remaja.
9,10Hasil wawancara mendalam dengan
seorang siswi dari sekolah dasar di wilayah kerja
Puskesmas I Pekutatan, menyebutkan dirinya
menjadi korban
bullying secara verbal oleh teman
di lingkungan sekolahnya. Tindakan tersebut
sebenarnya membuatnya tertekan, namun ia tidak
mampu berbuat apapun. Jika ia melapor kepada
guru di sekolahnya, maka ia tidak akan
mendapatkan respon, karena dianggap hal yang
biasa, dan jika melapor ke orang tuanya, tindakan
tersebut dikatakan perilaku ”iseng”. Merasa tidak
berdaya, korban bully ini memilih untuk diam, dan
menghindar dari teman pelaku
bully. Rasa tidak
aman ia rasakan ketika akan masuk ke lingkungan
sekolah,
walaupun
tindakan
ini
belum
menunjukkan dampak yang nyata.
Kejadian
bullying
di wilayah kerja Puskesmas I
Pekutatan, belum mendapat perhatian dari
Puskesmas I Pekutatan. Padahal Puskesmas I
Pekutatan memiliki upaya kesehatan tambahan
yaitu kesehatan jiwa (Keswa) dan upaya kesehatan
sekolah (UKS), yang berkaitan dengan pencegahan
serta penanganan kejadian
bullying.
Idealnya,
program Keswa suatu Puskesmas, mentitik
beratkan pada upaya pencegahan primer terhadap
faktor resiko gangguan jiwa seperti bullying. Saat
ini, program kesehatan jiwa Puskesmas I Pekutatan
hanya mencangkup upaya pencegahan sekunder
(deteksi dini dan pengobatan). Belum terdapatnya
suatu program atau upaya Puskesmas yang
berkaitan dengan bullying, berdampak pada tidak
tersedianya angka kejadian
bullying
pasti pada
anak sekolah dasar di wilayah kerja Puskesmas I
Pekutatan.
Berdasarkan permasalahan di atas peneliti
telah melakukan penelitian yang bertujuan untuk
mengetahui gambaran kejadian dan karakteristik
bullying pada anak usia sekolah di sekolah dasar
wilayah kerja Puskesmas I Pekutatan.
METODE
Penelitian ini dilaksanakan di sekolah dasar
wilayah kerja Puskesmas I Pekutatan, Kabupaten
Jembrana, pada Oktober sampai dengan
November 2014. Penelitian ini merupakan studi
deskriptif
cross sectional. Penelitian ini dilakukan
satu kali pengumpulan data untuk untuk
(3)
3
http://isainsmedis.id/ojs/
memperoleh gambaran kejadian dan karakteristik
bullying anak usia sekolah di sekolah dasar wilayah
kerja Puskesmas I Pekutatan, Kabupaten
Jembrana.
Populasi umum pada penelitian ini adalah
siswa sekolah dasar di wilayah kerja Puskesmas I
Pekutatan. Populasi terjangkau penelitian ini
adalah anak sekolah dasar tahun yang duduk di
kelas 5 dan 6 sekolah dasar di wilayah kerja
Puskesmas I Pekuatatan. Pemilihan target populasi
berdasarkan
kemampuan
populasi
untuk
memahami alat penelitian (kuisioner) yang
digunakan peneliti. Jumlah siswa sekolah dasar di
wilayah kerja Puskesmas I Pekutatan yang duduk di
kelas 5 sebanyak 284 siswa dan 6 sebanyak 303
dengan jumlah total adalah 587 siswa. Dari
perhitungan diperoleh jumlah sampel minimal
yang diperlukan adalah 82 anak yang duduk di
kelas 5 dan 6 sebagai sampel di masing-masing SD
pada daerah kerja Pusksmas 1 Pekutatan.
Instrumen penelitian yang digunakan adalah
pertanyaan dalam kuisioner dalam
school bullying
quistionaire, multidimensional peer-victimization
scale,
dan
my life in school checklist yang telah
dimodifikasi.
Analisis data dilakukan secara deskriptif
menggunakan software komputer. Adapun analisis
yang dilakukan berupa :
1. Analisis
univariate terhadap variabel usia,
jenis kelamin, kelas, dan kepemilikan
kelompok.
2. Analisis
univariate terhadap kejadian
bullying, status
bullying, jenis
bullying,
dan
tempat terjadinya bullying.
3.
Cross tabulasi antara variabel independen :
usia, jenis kelamin, kepemilikan kelompok,
tempat
terjadinya
bullying
dengan
kejadiannya.
HASIL
Karakteristik Responden
Karakteristik
responden
dilihat
berdasarkan umur didapatkan lebih dari setengah
(52,7%)responden pada penelitian ini berusia 11
tahun.
Proporsi
karakteristik
reponden
berdasarkan jenis kelamin hampir berimbang yaitu
laki-laki (50.5%) dan perempuan (46%).
Kebanyakan responden mengakui memiliki geng
yaitu lebih dari setengahnya (52.7%). (Tabel 1).
Tabel 1.
Karakteristik Responden
Karakteristik
Frekuensi
%
Umur
10 tahun
11 tahun
12 tahun
14 tahun
33
49
10
1
35,5%
52,7%
10,8%
1,1%
Jenis
Kelamin
Laki-laki
Perempuan
47
46
50,5%
49,5%
Memiliki
Geng
Ya
Tidak
49
44
52,7%
47,3%
Kejadian
Bullying
Dari hasil perhitungan diperoleh informasi
dalam 1 bulan terakhir didapatkan kejadian
bullying sebesar 71%. Kejadian bullying ini meliputi
korban maupun pelaku. Kejadian
bullying,
dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya
karakteristik individu dan pengawasan sosial yang
ada. Berikut adalah daftar pernyataan yang
digunakan dalam menentukan kejadian
bullying,
berserta frekuensi jawaban responden.
Jumlah responden yang menjawab kolom
lebih dari 1 kali pada pernyataan nomor 5 paling
tinggi (60%), dan diikuti oleh pernyataan nomor 2
(40%). Tingginya frekuensi jawaban pada pada
kedua item tersebut memberikan hasil tinggi pada
jumlah responden yang terkategori sebagai korban
bullying verbal.
Status Perilaku
Bullying
Peran responden dalam kejadian
bullying
dapat dilihat pada tabel 3 bahwa sebagian besar
anak-anak terlibat dalamkejadian
bullying yaitu
baik sebagai pelaku, korban, maupun pelaku dan
korban. Dari penelitian ini didapatkan bahwa
proporsi paling banyak adalah anak sebagai korban
bullying yaitu sebesar 50,5% atau 47 orang. Anak
sebagai pelaku
bullying, pelaku dan korban
bullying yaitu masing-masing 2,2% (2 orang) dan
18,3% (17 orang). Sedangkan anak yang tidak
terlibat dalam kejadian
bullying yaitu sebanyak
29% atau 27 orang.
Jenis Perilaku
Bullying
Kejadian
bullying
fisik sebanyak 34%
(n=66), kejadian
bullying verbal sebanyak 89%
(4)
4
http://isainsmedis.id/ojs/
(n=66), dan kejadian
bullying
relasional sebanyak
42% (n=66). Perhitungan yang digunakan untuk
menentukan jenis perilaku bullying memungkinkan
setiap responden mengalami lebih dari satu jenis
perilaku bullying. Dilihat dari masing-masing peran,
didapatkan pelaku
bullying fisik sebanyak 10,6%
pelaku bullying verbal 12,12% dan pelaku bullying
relasional sebanyak 15,15% dari 66 responden
yang terlibat dalam kejadian
bullying (100%).
Jumlah masing-masing korban yaitu bullying verbal
89,3% korban
bullying
fisik 33,33% relasional
31,8% dari 66 responden yang terlibat dalam
kejadian bullying (100%).
Tabel 2
Sebaran Jawaban Responden
No
Pernyataan
Tidak Pernah
(n,%)
Hanya 1 kali
(n,%)
Lebih dari 1 kali
(n,%)
1
Saya bersama dengan teman-teman saya
mencubit anak lain yang kami tidak sukai.
53 (57%)
33 (35,5%)
7 (7,5%)
2
Teman saya mengatakan hal yang tidak
baik tentang keluarga saya.
38 (40,9)
15 (16,1%)
40 (43,0%)
3
Teman saya menunjukkan tinjunya
kepada saya jika saya tidak menuruti
keinginannya.
50 (53,8%)
22 (23,7%)
21 (22,6%)
4
Saya bersama dengan teman saya
menyembunyikan barang milik anak lain
dengan sengaja.
63 (67,7%)
22 (23,7%)
8 (8,6%)
5
Teman-teman saya memanggil saya
dengan panggilan yang tidak saya sukai.
19 (20,4%)
14 (15,1%)
60 (64,5%)
6
Teman saya tidak mau makan siang
bersama saya.
66 (71,0%)
11 (11,8%)
16 (17,2%)
7
Saya bersama teman-teman saya
membuat jatuh anak lain yang tidak kami
sukai dengan sengaja.
72 (77,4%)
12 (12,9%)
9 (9,7%)
8
Saya tidak mau berteman dengan anak
lain yang bukan anggota geng saya.
79 (84,9%)
5 (5,4%)
9 (9,7%)
9
Saya menertawakan anak lain agar ia
merasa malu.
62 (66,7 %)
23 (24,7 %)
8 (8,6%)
10
Saya mengatakan hal yang tidak baik
mengenai keluarga teman saya.
75 (80,6%)
11 (11,8%)
7 (7,5%)
11
Anak-anak
lain
beserta
gengnya
menertawakan saya agar saya merasa
malu.
49 (52,7%)
26 (28,0%)
18 (19,4%)
12
Kaki saya dijegal anak lain sehingga saya
terjatuh/hampir terjatuh.
32 (34,4%)
35 (37,6%)
26 (28%)
13
Saya hanya berteman dengan anak-anak
yang saya sukai.
71 (76,3%)
16 (17,2)
6 (6,5)
14
Anak-anak
lain
beserta
gengnya
menumpahkan makanan saya dengan
sengaja.
84 (90,3%)
7 (7,5%)
2 (2,2%)
15
Saya meminta sesuatu/ uang secara paksa
kepada anak lain.
86 (92,5%)
7 (7,5%)
0 (0,0%)
16
Saya diperintah oleh teman saya yang
satu geng dengan saya untuk menarik
85 (91,4%)
5 (5,4%)
3 (3,2%)
(5)
5
http://isainsmedis.id/ojs/
kerah baju anak lain yang tidak ia sukai.
17
Saya bersama teman saya menumpahkan
makanan/minuman teman saya dengan
sengaja.
82 (88,2%)
9 (9,7%)
2 (2,2%)
18
Saya memanggil teman saya dengan
sebutan/nama orang tuanya.
60 (64,5%)
20 (21,5%)
13 (14,0%)
19
Saya dicubit oleh anak lain dengan
sengaja.
33 (35,5%)
41 (44,1 %)
19 (20,4 %)
20
Saya dijauhi oleh teman-teman saya
karena saya berbeda.
70 (75,3%)
13 (14,0%)
10 (10,8%)
21
Saya beserta teman-teman satu geng
menjauhi anak lain yang tidak kami sukai.
82 (88,2%)
8 (8,6%)
3 (3,2%)
22
Saya bersama teman satu geng
menyebarkan berita yang tidak benar
tentang seorang anak agar ia dijauhi
teman lain.
83 (89,2%)
10 (10,8%)
0 (0%)
23
Saya memanggil nama teman saya
dengan nama yang jelek.
51 (54,8%)
30 (32,3%)
12 (12,8%)
24
Saya menyuruh teman satu geng saya
untuk menjegal kaki anak lain yang tidak
kami sukai dengan sengaja.
86 (92,5%)
7 (7,5%)
0 (0%)
25
Kerah baju saya ditarik dengan sengaja
oleh teman-teman saya sehingga saya
merasa tercekik.
66 (71,0%)
13 (14,0%)
14 (15,1%)
26
Saya melihat teman saya dengan tatapan
tidak suka.
44 (47,3%)
33 (35,5%)
16 (17,2%)
27
Teman-teman saya memanggil saya
dengan menggunakan nama orang tua.
35 (37,6 %)
33 (35,5%)
25 (26,9%)
28
Saya bersama dengan teman-teman saya
mengolok-olok penampilan teman lain
yang menurut kita tidak cocok.
69 (74,2%)
15 (16,1%)
9 (9,7%)
29
Saya bersama dengan teman-teman saya
mengejek anak lain di depan kelas.
64 (68,8 %)
17 (18,3 %)
12 (12,9%)
Tabel 4
Jenis Perilaku Bullying
Frekuensi
%
Fisik
Kejadian
23
34%
Verbal
Kejadian
59
89%
Relasional Kejadian
28
42%
Tabel 3.
Status Peran Anak dalam Kejadian bullying
Variabel
Frekuensi %
Pelaku
2
2,2%
Korban
47
50,5%
Pelaku dan Korban 17
18,3%
Tidak terlibat
27
29,0%
Jumlah
93
100 %
Tempat Kejadian
Bullying
Tabel 5 menunjukkan tempat kejadian
bullying
paling banyak berdasarkan jawaban responden
yaitu, di luar kelas (40,9%,n=66). Sejumlah 24
responden (36,36%) menjawab kejadian
bullying
terjadi di dalam dan di luar kelas.
Kejadian
Bullying
Berdasarkan Jenis Kelamin,
Kepemilikan Kelompok (Geng), dan Lokasi
Penelitian.
Tabel 6 menjelaskan, dari 71% responden yang
terlibat dalam kejadian
bullying,sebanyak 27
(6)
6
http://isainsmedis.id/ojs/
(40,9%) responden menyatakan kejadian
bullying
terjadi di luar kelas, 24 (36,4%) menjawab kejadian
bullying terjadi di di dalam dan di
luar kelas, sedangkan 15 (22,7%). Jika
dibandingkan antara tempat terjadinya
bullying
dengan jenis
bullying yang paling sering terjadi
yaitu, korban
bullying
verbal. Sebagaian besar
korban
bully verbal mengalami
bully di luar kelas
(40,7%) dibanding di dalam kelas (22,0%).
Begitupun, jika tempat kejadian
bulliyng
dibandingkan dengan pelaku yang paling banyak
muncul yaitu pelaku
bully
relasional. Pelaku
bully
relasional melakukannya lebih sering di luar kelas
(40%) dibanding di dalam kelas (20%). Terlihat
kecendrungan peningkatan kejadian
bullying dari
variabel di dalam kelas ke variabel luar kelas.
Tabel 5.
Tempat Kejadian Bullying
Tempat Kejadian
Kejadian
Bullying
Frekuensi
%
Di dalam Kelas
Di dalam dan di luar kelas
Di luar Kelas
15
24
27
22,72%
36,36%
40,9%
Jumlah
66
100%
Tabel 6
Kejadian Bullying berdasarkan Jenis Kelamin, Memiliki Geng, dan Lokasi Kejadian Bullying.
Karakteristik
Kejadian Bullying
Jumlah
Ya
Tidak
Jenis Kelamin Laki-laki
Perempuan
37 (78,7%)
29 (63,0%)
10 (21,3%)
17 (37,0%)
47 (100%)
46 (100%)
Memiliki
Geng
Ya
Tidak
32 (65,3%)
34 (77,3%)
17 (34,7%)
10 (22,7%)
49 (100%)
44 (100%)
Tempat
Kejadian
Di dalam kelas
Di dalam dan di luar kelas
Di luar kelas
15 (55,6%)
24 (77,4%)
27 (77,1%)
12 (44,4%)
7 (22,6%)
8 (22,9%)
27 (100%)
31 (100%)
35 (100%)
Sebanyak 37 (78,72%) dari 47 responden
laki-laki, dan sejumlah 29 (63,04) dari 46 responden
perempuan terlibat dalam terlibat dalam kejadian
bullying. Dilihat dari peran responden dalam
kejadian
bullying, dua orang (100%) responden
laki-laki tercatat sebagai pelaku bullying, 13 orang
(76, 5%) tercatat sebagai pelaku dan korban, 22
responden (46,8%) tercatat sebagai hanya korban
pada kejadian
bullying. Jika data tersebut
dibandingkan dengan responden perempuan, tidak
terdapat (0%) responden perempuan yang tercatat
sebagai hanya pelaku, 4 orang responden (23,5%)
sebagai korban dan pelaku, dan 25 (53,2%)
tercatat sebagai hanya korban. Terdapat
kecenderungan peran pelaku berasal responden
laki-laki dibanding perempuan, dan kecendrungan
peran korban berasal dari responden perempuan.
Kejadian
bullying
dilihat berdasarkan
kecenderungan untuk berkelompok, sebanyak 32
(65,3%) dari 49 responden yang memiliki kelompok
(geng) mengalami kejadian bullying dan 34 (77,3%)
dari 44 responden yang tidak memiliki kelompok
(geng) mengalami kejadian
bullying. Terdapat
kecenderungan responden yang tidak memiliki
kelompok (geng) memiliki kecenderungan
mengalami kejadian
bullying lebih besar (51,5%)
dibanding dengan responden yang memiliki
kelompok (geng). Jika kecendrungan responden
untuk berkelompok (memiliki geng) dibandingkan
dengan peran responden dalam kejadian
bullying
didapatkan responden yang bertindak sebagai
pelaku (100%) tercatat memiliki kelompok (geng),
dan sebagian besar responden yang berperan
sebagai korban saja (61,7%) berasal dari responden
yang tidak memiliki kelompok (geng).
PEMBAHASAN
Karakteristik Responden dan Kejadian
Bullying
Kejadian
bullying
yang diperoleh dari
penelitian ini adalah sebesar 71% pada anak-anak
sekolah dasar di wilayah kerja Puskesmas I
Pekutatan. Dua penelitian sebelumnya melaporkan
kejadian
bullying pada remaja di surabaya sebesar
33,1% (n=251) dan pada siswa sekolah dasar di
Bogor sebesar 65% (n=60).
5,11Penelitian lain dari
Tumonyang melakukan penelitian tentang kejadian
bullying menggunakan pengambilan sampel
dengan
incidental
sampling
menemukan
(7)
7
http://isainsmedis.id/ojs/
keseluruhan sampel (n=188) yang ditemuinya,
mengakui pernah mengalami bullying.
6Kurang dari
lima puluh persennya mengakui sering dan selalu
mengalami
bullying. Tumon menggunakan skala
likert untuk menilai responden mengalami bullying
atau tidak. Penelitian lain yang memilih sampel
secara acak pada siswa SMP di Selangor oleh Uba
menemukan kejadian
bullying
sebesar 49,2%
(n=242).
12Pada penelitian ini didapatkan sebanyak 52,7%
responden tercatat memiliki kelompok (geng).
Penelitian lain menemukan kecenderungan siswa
sekolah untuk memiliki kelompok pada anak
perempuan sebesar 62%, dan 54% pada siswa
sekolah lelaki.
Status dan Jenis
Bullying
Pada penelitian ini menggambarkan tentang
peran keterlibatan anak dalam kejadian
bullying,
baik sebagai pelaku, korban, pelaku dan korban,
maupun
tidak
terlibat.
Hasil
penelitian
menunjukkan bahwa dari 71% anak yang
mengalami kejadian
bullying di Sekolah Dasar di
wilayah kerja Puskesmas 1 Pekutatan, 63,4%
diantaranya merupakan
bullying verbal. Temuan
ini sama dengan hasil penelitian lain yang
dilaksanakan oleh Hertinjung, W.S., yang
mendapatkan hasil dari kejadian
bullying di
Sekolah Dasar di kecamatan Laweyan, Surakarta,
43% diantaranya merupakan
bullying verbal baik
dari segi pelaku dan korban. Untuk jenis
bullying
fisik didapatkan 27% dan 34% masing-masing dari
segi pelaku dan korban. Sedangkan untuk tipe
bullying relasional didapatkan masing-masing 30%
dan 23% dari segi pelaku dan korban.
11Pada suatu kondisi anak dapat menjadi korban
bullying dari siswa lain, namun pada kondisi lain
anak dapat melakukan
bullying pada anak lain.
Anak yang menjadi korban
bullying dapat
memendam perasaan dendam, yang kemudian
anak tersebut dapat melakukan bullying pada anak
lain entah kepada orang yang melakukan
bullying
atau kepada anak yang lebih lemah seperti adik
kelasnya.
13,14Kejadian
Bullying
Berdasarkan Jenis Kelamin,
Kepemilikan Kelompok (geng), dan Lokasi
Kejadian
Bullying
Pada penelitian ini didapatkan kejadian
bullying
berdasarkan jenis kelamin, sebesar 78,7%
kejadian
bullying pada laki-laki, dan 63,0% pada
perempuan. Penelitian lain menemukan 66% siswa
laki-laki dan 86% siswa perempuan beperan
langsung sebagai pelaku bully dengan jenis bullying
yang berbeda. Siswa laki-laki pada penelitian
tersebut berkaitan dengan kejadian
bullying
fisik,
dan siswa perempuan berkaitan dengan
bullying
verbal, namun pada penelitian ini, kecenderungan
tersebut tidak ditemukan. Ada pula penemuan
yang menyatakan agresi fisik secara langsung
ditemukan pada siswa laki-laki, dan bentuk secara
tidak langsung lebih banyak dilakukan oleh siswa
perempuan.
15,16Lebih lanjut, ditemukan 22,0%
siswa laki-laki, 8,0% siswa perempuan berperan
menemani pelaku
bully
melakukan
bullying
(assisting the bully), selain itu didapatkan juga 12%
siswa laki-laki dan 6% siswa perempuan
mendukung temannya untuk melakukan tindakan
bully (reinforcing the bully).
6,17,18Pada penelitian ini
ditemukan sebesar 100% (n=2) responden laki-laki
tercatat sebagai pelaku
bullying, 76, 5% (n=13)
tercatat sebagai pelaku dan korban, 46,8% (n=22)
responden tercatat sebagai hanya korban pada
kejadian
bullying. Jika data tersebut dibandingkan
dengan responden perempuan, tidak terdapat (0%)
responden perempuan yang tercatat sebagai
hanya pelaku, 23,5% orang responden (n=4)
sebagai korban dan pelaku, dan 53,2% (25)
tercatat sebagai hanya korban (victim only).
Studi oleh Adila juga menemukan perbedaan
proporsi antara perilaku
bullying
pada siswa
menengah pertama laki-laki dan perempuan.
Ditemukan perilaku mengolok-ngolok oleh siswa
menengah pertama laki-laki sebesar 89,6% dan
78,1% perempuan (bullying
verbal). Perilaku
mencela fisik pelajar lain (bullying
fisik) ditemukan
sebesar 68,9% pada siswa laki-laki, dan 54,1% pada
siswa perempuan.
17Peneliti ini berasumsi tingkat kejadian bullying
di dalam kelas (55,6%) lebih rendah dibandingkan
dengan kejadian
bullying
di luar kelas (77,1%),
berkaitan dengan kontrol sosial, di dalam kelas
lebih kuat dibandingkan dengan di luar kelas.
Kontrol sosial yang dimaksud adalah keterlibatan
teman sebaya (peer group) dalam mengawasi
perilaku siswa lain. Pengawasan oleh guru
disekolah akan lebih mudah dilakukan ketika siswa
(8)
8
http://isainsmedis.id/ojs/
berada di dalam kelas dibandingkan dengan di luar
kelas. Hal tersebut dikuatkan dengan penelitian
yang menemukan hubungan positif (0,49) antara
kontrol sosial lingkungan sekolah dengan perilaku
bullying yang terjadi pada siswa sekolah menengah
pertama. Kontrol sosial meliputi ikatan dengan
para guru, ikatan dengan teman sekolah,
komitmen pada sekolah, kebijakan pihak sekolah,
dan keterlibatan pelajar dengan kegiatan
ekstrakulikuler serta kegiatan keagamaan.
15,17,18Kelemahan Penelitian
Responden atau subjek pada penelitian ini
adalah siswa sekolah dasar, peneliti berasumsi
pemahaman subjek akan fenomena
bullying di
lingkungan sosial mereka masih rendah, beberapa
hal yang terkait dengan
bullying belum dapat
dipahami misalnya kejadian
bullying
seharusnya
mengandung unsur perbedaan kekuatan antara
pelaku dan korban, dan kejadian
bullying
harus
terjadi secara satu arah (korban tidak membalas).
Pemahaman ini berimplikasi pada jawaban yang
diberikan responden saat mengisi kuisioner yang
digunakan sebagai alat ukur pada penelitian ini.
Ditambah lagi, pemikiran anak sekolah dasar
terhadap pertanyaan atau pernyataan yang
bersifat normatif, cenderung mengarah pada
jawaban positif, atau apa yang seharusnya
dilakukan, bukan mencerminkan apa yang terjadi
pada mereka. Sehingga, peneliti berasumsi
terdapat kemungkinan jumlah pelaku bullying yang
ada di populasi lebih tinggi dari data hasil
penelitian dan jumlah peran siswa sebagai korban
lebih rendah pada populasi dibanding data yang
diperoleh dari penelitian.
Kuisioner sebagai alat ukur variabel pada
penelitian ini tidak memiliki standar baku sebagai
batas potong (cut of point)
untuk menganalisa
jawaban yang diperoleh melalui kuisioner guna
menentukan kejadian
bullying pada penelitian.
Peneliti menentukannya, menggunakan metode
induksi, diawali dengan menentukan jumlah
responden berdasarkan jenis perilaku bullying yang
dialami menggunakan nilai tengah berdasarkan
skor jawaban responden terhadap
pernyataan-pernyataan yang terdapat di kuisioner.
Teknik pengambilan data pada penelitian
ini dilakukan dalam satu ruangan, sehingga
memberikan kesan tidak kondusif kepada
responden saat menjawab kuisioner. Peneliti
berasumsi kondisi tersebut juga memberikan
pengharuh terhadap jawaban yang diberikan
responden.
SIMPULAN
Pada penelitian ini didapatkan kejadian
bullying
pada anak usia sekolah di sekolah dasar
wilayah kerja Puskesmas I Pekutatan, Kabupaten
Jembrana cukup tinggi sebanyak 71% dari
keseluruhan sampel yang diteliti. Pada penelitian
ditemukan, sebanyak 2,2% berperan sebagai
pelaku, 50,5 % berperan sebagai korban, 18,3%
berperan sebagai pelaku dan korban, serta 29,0%
tidak terlibat dalam kejadian
bullying. Didapatkan
jenis perilaku terbanyak 63,4% korban
bullying
verbal. Kejadian bullying terbanyak di luar kelas,
40,09% kejadian. Lebih banyak koresponden
laki-laki yang terlibat kejadian
bullying
dibandingkan
dengan wanita.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Yusuf dan Fahrudin. 2012. Perilaku Bullying:
Asesmen Multidimensi dan Intervensi Sosial.
Jurnal Psikologi Undip. Vol. 11, No. 2.
2.
Namie, Gary. 2014. WBI U.S. Workplace
Bullying Survey. Workplace Bullying
Institute.
3.
Latifah, Fika. 2012. Hubungan Karakteristik
Anak Usia Sekolah dengan Kejadian Bullying
di Sekolah Dasar di Bogor. Depok: Fakultas
Ilmu Keperawatan UI
4.
Sari, Puspita. 2010. Coping Stress pada
Remaja Korban Bullying di Sekolah “X”.
Journal Psikologi Vol. 8, No. 2.
5.
Karina, Hastuti, dan Alfiasari. 2013. Perilaku
Bullying dan Karakter Remaja Serta
Kaitannya dengan Karakteristik Keluarga dan
Peer Group. Jurnal Ilmu Keluarga dan
Konseling. p: 20-29.
6.
Tumon, M.A.B. 2014. Studi Deskriptif
Perilaku
Bullying
pada Remaja. Surabaya :
Calyptra.
Jurnal
Ilmiah
Mahasiswa
Universitas Surabaya Vol. 3 No. 1 (2014).
7.
Dwipayanti dan Indrawati 2014. Hubungan
antara Tindakan Bullying dengan Prestasi
Belajar Anak Korban Bullying pada Tingkat
Sekolah Dasar. Jurnal Psikologi Udayana.
Vol. 1, No. 2, 251-260.
(9)
9
http://isainsmedis.id/ojs/
8.
Prasetyo, A.B.E. 2011. Bullying di sekolah di
Sekolah dan Dampaknya bagi Masa Depan
Anak. Yogyakarta: El-Tabarwi. No. 1.Vol.
IV.2011
9.
Borowsky, Taliaferro, dan Barbara. 2013.
Suicidal Thinking and Behaviour among
Youth Involved in Verbal and Social Bullying:
Risk and Protective Factors. Elsevier. S4-S12.
10.
Cook, Kirk, Nancy, Tia, dan Shelly. 2010.
Predictors of Bullying and Victimization in
Childhood and Adolescence : a
Meta-analytic
Investigation.
American
Psychological Association. Vol. 25, No. 2,
65-83.
11.
Hertinjung, W.S. 2012. Bentuk-Bentuk
Perilaku
Bullying di Sekolah. Surakarta.
[hal.450-458].
12.
Uba, Yacoob, dan Juhari. 2010. Bullying and
it’s Relationship with Depression among
Teenagers. J Psychology, 1(1): 15-22.
13.
Djuwita, R. 2011. Penanggulangan bullying
di Sekolah. Membentuk Masyarakat
Indonesia yang Resilien Melalui Pendidikan
Karakter: Psychology Expo 2011, Jakarta,
Indonesia.
14.
Dyastuti, Susanti. 2012. Mengatasi Perilaku
Agresif Pelaku Bullying Melalui Pendekatan
Konseling Gestalt Teknik Kursi Kosong.
Indonesian Journal of Guidance and
Counseling: Theory and Application.
15.
Salmivalli, Christina. 2009. Bullying and the
Peer Group : a Review. Elsevier. Aggression
and Violent Behavior 15 (2010) 112–120.
16.
Widayanti, C.G. 2009. Fenomena Bullying di
Sekolah Dasar Negeri di Semarang: Sebuah
Studi Deskriptif. Jurnal Psikologi Undip. Vol.
5, No. 2.
17.
Adilla, Nissa. 2009. Pengaruh Kontrol Sosial
terhadap Perilaku Bullying Pelajar di Sekolah
Menengah Pertama. Jurnal Kriminologi
Indonesia Vol. 5 No. I : 56-66.
18.
Amalia, Dina. 2010. Hubungan Persepsi
tentang Bullying dengan Intensi Melakukan
Bullying Siswa SMA Negeri 82 Jakarta.
Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah.
(1)
4 http://isainsmedis.id/ojs/ (n=66), dan kejadian bullying relasional sebanyak
42% (n=66). Perhitungan yang digunakan untuk menentukan jenis perilaku bullying memungkinkan setiap responden mengalami lebih dari satu jenis perilaku bullying. Dilihat dari masing-masing peran, didapatkan pelaku bullying fisik sebanyak 10,6% pelaku bullying verbal 12,12% dan pelaku bullying
relasional sebanyak 15,15% dari 66 responden yang terlibat dalam kejadian bullying (100%). Jumlah masing-masing korban yaitu bullying verbal 89,3% korban bullying fisik 33,33% relasional 31,8% dari 66 responden yang terlibat dalam kejadian bullying (100%).
Tabel 2 Sebaran Jawaban Responden
No Pernyataan Tidak Pernah (n,%) Hanya 1 kali (n,%) Lebih dari 1 kali (n,%) 1 Saya bersama dengan teman-teman saya mencubit anak lain yang kami tidak sukai. 53 (57%) 33 (35,5%) 7 (7,5%) 2 Teman saya mengatakan hal yang tidak baik tentang keluarga saya. 38 (40,9) 15 (16,1%) 40 (43,0%) 3
Teman saya menunjukkan tinjunya kepada saya jika saya tidak menuruti
keinginannya. 50 (53,8%) 22 (23,7%) 21 (22,6%)
4
Saya bersama dengan teman saya menyembunyikan barang milik anak lain dengan sengaja.
63 (67,7%) 22 (23,7%) 8 (8,6%) 5 Teman-teman saya memanggil saya dengan panggilan yang tidak saya sukai. 19 (20,4%) 14 (15,1%) 60 (64,5%) 6 Teman saya tidak mau makan siang bersama saya. 66 (71,0%) 11 (11,8%) 16 (17,2%) 7
Saya bersama teman-teman saya membuat jatuh anak lain yang tidak kami
sukai dengan sengaja. 72 (77,4%) 12 (12,9%) 9 (9,7%) 8 Saya tidak mau berteman dengan anak lain yang bukan anggota geng saya. 79 (84,9%) 5 (5,4%) 9 (9,7%) 9 Saya menertawakan anak lain agar ia merasa malu. 62 (66,7 %) 23 (24,7 %) 8 (8,6%) 10 Saya mengatakan hal yang tidak baik mengenai keluarga teman saya. 75 (80,6%) 11 (11,8%) 7 (7,5%) 11
Anak-anak lain beserta gengnya menertawakan saya agar saya merasa malu.
49 (52,7%) 26 (28,0%) 18 (19,4%) 12 Kaki saya dijegal anak lain sehingga saya terjatuh/hampir terjatuh. 32 (34,4%) 35 (37,6%) 26 (28%) 13 Saya hanya berteman dengan anak-anak yang saya sukai. 71 (76,3%) 16 (17,2) 6 (6,5) 14
Anak-anak lain beserta gengnya menumpahkan makanan saya dengan sengaja.
84 (90,3%) 7 (7,5%) 2 (2,2%) 15 Saya meminta sesuatu/ uang secara paksa kepada anak lain. 86 (92,5%) 7 (7,5%) 0 (0,0%) 16 Saya diperintah oleh teman saya yang satu geng dengan saya untuk menarik 85 (91,4%) 5 (5,4%) 3 (3,2%)
(2)
5 http://isainsmedis.id/ojs/ kerah baju anak lain yang tidak ia sukai.
17 Saya bersama teman saya menumpahkan makanan/minuman teman saya dengan sengaja.
82 (88,2%) 9 (9,7%) 2 (2,2%) 18 Saya memanggil teman saya dengan sebutan/nama orang tuanya. 60 (64,5%) 20 (21,5%) 13 (14,0%) 19 Saya dicubit oleh anak lain dengan sengaja. 33 (35,5%) 41 (44,1 %) 19 (20,4 %) 20 Saya dijauhi oleh teman-teman saya karena saya berbeda. 70 (75,3%) 13 (14,0%) 10 (10,8%) 21 Saya beserta teman-teman satu geng menjauhi anak lain yang tidak kami sukai. 82 (88,2%) 8 (8,6%) 3 (3,2%) 22
Saya bersama teman satu geng menyebarkan berita yang tidak benar tentang seorang anak agar ia dijauhi teman lain.
83 (89,2%) 10 (10,8%) 0 (0%) 23 Saya memanggil nama teman saya dengan nama yang jelek. 51 (54,8%) 30 (32,3%) 12 (12,8%) 24
Saya menyuruh teman satu geng saya untuk menjegal kaki anak lain yang tidak kami sukai dengan sengaja.
86 (92,5%) 7 (7,5%) 0 (0%) 25
Kerah baju saya ditarik dengan sengaja oleh teman-teman saya sehingga saya merasa tercekik.
66 (71,0%) 13 (14,0%) 14 (15,1%) 26 Saya melihat teman saya dengan tatapan tidak suka. 44 (47,3%) 33 (35,5%) 16 (17,2%) 27 Teman-teman saya memanggil saya dengan menggunakan nama orang tua. 35 (37,6 %) 33 (35,5%) 25 (26,9%) 28
Saya bersama dengan teman-teman saya mengolok-olok penampilan teman lain yang menurut kita tidak cocok.
69 (74,2%) 15 (16,1%) 9 (9,7%) 29 Saya bersama dengan teman-teman saya mengejek anak lain di depan kelas. 64 (68,8 %) 17 (18,3 %) 12 (12,9%)
Tabel 4 Jenis Perilaku Bullying Frekuensi % Fisik Kejadian 23 34% Verbal Kejadian 59 89% Relasional Kejadian 28 42% Tabel 3. Status Peran Anak dalam Kejadian bullying
Variabel Frekuensi %
Pelaku 2 2,2%
Korban 47 50,5%
Pelaku dan Korban 17 18,3%
Tidak terlibat 27 29,0%
Jumlah 93 100 %
Tempat Kejadian Bullying
Tabel 5 menunjukkan tempat kejadian bullying paling banyak berdasarkan jawaban responden yaitu, di luar kelas (40,9%,n=66). Sejumlah 24 responden (36,36%) menjawab kejadian bullying terjadi di dalam dan di luar kelas.
Kejadian Bullying Berdasarkan Jenis Kelamin, Kepemilikan Kelompok (Geng), dan Lokasi Penelitian.
Tabel 6 menjelaskan, dari 71% responden yang terlibat dalam kejadian bullying,sebanyak 27
(3)
6 http://isainsmedis.id/ojs/ (40,9%) responden menyatakan kejadian bullying
terjadi di luar kelas, 24 (36,4%) menjawab kejadian bullying terjadi di di dalam dan di
luar kelas, sedangkan 15 (22,7%). Jika dibandingkan antara tempat terjadinya bullying dengan jenis bullying yang paling sering terjadi yaitu, korban bullying verbal. Sebagaian besar korban bully verbal mengalami bully di luar kelas (40,7%) dibanding di dalam kelas (22,0%). Begitupun, jika tempat kejadian bulliyng dibandingkan dengan pelaku yang paling banyak muncul yaitu pelaku bully relasional. Pelaku bully relasional melakukannya lebih sering di luar kelas
(40%) dibanding di dalam kelas (20%). Terlihat kecendrungan peningkatan kejadian bullying dari variabel di dalam kelas ke variabel luar kelas.
Tabel 5. Tempat Kejadian Bullying Tempat Kejadian
Kejadian Bullying Frekuensi % Di dalam Kelas
Di dalam dan di luar kelas Di luar Kelas
15 24 27
22,72% 36,36% 40,9%
Jumlah 66 100%
Tabel 6 Kejadian Bullying berdasarkan Jenis Kelamin, Memiliki Geng, dan Lokasi Kejadian Bullying.
Karakteristik Kejadian Bullying Jumlah
Ya Tidak
Jenis Kelamin Laki-laki
Perempuan 37 (78,7%) 29 (63,0%) 10 (21,3%) 17 (37,0%) 47 (100%) 46 (100%) Memiliki
Geng
Ya Tidak
32 (65,3%) 34 (77,3%)
17 (34,7%) 10 (22,7%)
49 (100%) 44 (100%) Tempat
Kejadian
Di dalam kelas
Di dalam dan di luar kelas Di luar kelas
15 (55,6%) 24 (77,4%) 27 (77,1%)
12 (44,4%) 7 (22,6%) 8 (22,9%)
27 (100%) 31 (100%) 35 (100%) Sebanyak 37 (78,72%) dari 47 responden
laki-laki, dan sejumlah 29 (63,04) dari 46 responden perempuan terlibat dalam terlibat dalam kejadian bullying. Dilihat dari peran responden dalam kejadian bullying, dua orang (100%) responden laki-laki tercatat sebagai pelaku bullying, 13 orang (76, 5%) tercatat sebagai pelaku dan korban, 22 responden (46,8%) tercatat sebagai hanya korban pada kejadian bullying. Jika data tersebut dibandingkan dengan responden perempuan, tidak terdapat (0%) responden perempuan yang tercatat sebagai hanya pelaku, 4 orang responden (23,5%) sebagai korban dan pelaku, dan 25 (53,2%) tercatat sebagai hanya korban. Terdapat kecenderungan peran pelaku berasal responden laki-laki dibanding perempuan, dan kecendrungan peran korban berasal dari responden perempuan.
Kejadian bullying dilihat berdasarkan kecenderungan untuk berkelompok, sebanyak 32 (65,3%) dari 49 responden yang memiliki kelompok (geng) mengalami kejadian bullying dan 34 (77,3%) dari 44 responden yang tidak memiliki kelompok (geng) mengalami kejadian bullying. Terdapat kecenderungan responden yang tidak memiliki
kelompok (geng) memiliki kecenderungan mengalami kejadian bullying lebih besar (51,5%) dibanding dengan responden yang memiliki kelompok (geng). Jika kecendrungan responden untuk berkelompok (memiliki geng) dibandingkan dengan peran responden dalam kejadian bullying didapatkan responden yang bertindak sebagai pelaku (100%) tercatat memiliki kelompok (geng), dan sebagian besar responden yang berperan sebagai korban saja (61,7%) berasal dari responden yang tidak memiliki kelompok (geng).
PEMBAHASAN
Karakteristik Responden dan Kejadian Bullying Kejadian bullying yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebesar 71% pada anak-anak sekolah dasar di wilayah kerja Puskesmas I Pekutatan. Dua penelitian sebelumnya melaporkan kejadian bullying pada remaja di surabaya sebesar 33,1% (n=251) dan pada siswa sekolah dasar di Bogor sebesar 65% (n=60).5,11 Penelitian lain dari
Tumonyang melakukan penelitian tentang kejadian bullying menggunakan pengambilan sampel dengan incidental sampling menemukan
(4)
7 http://isainsmedis.id/ojs/ keseluruhan sampel (n=188) yang ditemuinya,
mengakui pernah mengalami bullying.6 Kurang dari
lima puluh persennya mengakui sering dan selalu mengalami bullying. Tumon menggunakan skala likert untuk menilai responden mengalami bullying atau tidak. Penelitian lain yang memilih sampel secara acak pada siswa SMP di Selangor oleh Uba menemukan kejadian bullying sebesar 49,2% (n=242).12
Pada penelitian ini didapatkan sebanyak 52,7% responden tercatat memiliki kelompok (geng). Penelitian lain menemukan kecenderungan siswa sekolah untuk memiliki kelompok pada anak perempuan sebesar 62%, dan 54% pada siswa sekolah lelaki.
Status dan Jenis Bullying
Pada penelitian ini menggambarkan tentang peran keterlibatan anak dalam kejadian bullying, baik sebagai pelaku, korban, pelaku dan korban, maupun tidak terlibat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 71% anak yang mengalami kejadian bullying di Sekolah Dasar di wilayah kerja Puskesmas 1 Pekutatan, 63,4% diantaranya merupakan bullying verbal. Temuan ini sama dengan hasil penelitian lain yang dilaksanakan oleh Hertinjung, W.S., yang mendapatkan hasil dari kejadian bullying di Sekolah Dasar di kecamatan Laweyan, Surakarta, 43% diantaranya merupakan bullying verbal baik dari segi pelaku dan korban. Untuk jenis bullying fisik didapatkan 27% dan 34% masing-masing dari segi pelaku dan korban. Sedangkan untuk tipe bullying relasional didapatkan masing-masing 30% dan 23% dari segi pelaku dan korban.11
Pada suatu kondisi anak dapat menjadi korban bullying dari siswa lain, namun pada kondisi lain anak dapat melakukan bullying pada anak lain. Anak yang menjadi korban bullying dapat memendam perasaan dendam, yang kemudian anak tersebut dapat melakukan bullying pada anak lain entah kepada orang yang melakukan bullying atau kepada anak yang lebih lemah seperti adik kelasnya.13,14
Kejadian Bullying Berdasarkan Jenis Kelamin, Kepemilikan Kelompok (geng), dan Lokasi Kejadian Bullying
Pada penelitian ini didapatkan kejadian bullying berdasarkan jenis kelamin, sebesar 78,7% kejadian bullying pada laki-laki, dan 63,0% pada perempuan. Penelitian lain menemukan 66% siswa laki-laki dan 86% siswa perempuan beperan langsung sebagai pelaku bully dengan jenis bullying yang berbeda. Siswa laki-laki pada penelitian tersebut berkaitan dengan kejadian bullying fisik, dan siswa perempuan berkaitan dengan bullying verbal, namun pada penelitian ini, kecenderungan tersebut tidak ditemukan. Ada pula penemuan yang menyatakan agresi fisik secara langsung ditemukan pada siswa laki-laki, dan bentuk secara tidak langsung lebih banyak dilakukan oleh siswa perempuan.15,16 Lebih lanjut, ditemukan 22,0%
siswa laki-laki, 8,0% siswa perempuan berperan menemani pelaku bully melakukan bullying (assisting the bully), selain itu didapatkan juga 12% siswa laki-laki dan 6% siswa perempuan mendukung temannya untuk melakukan tindakan bully (reinforcing the bully).6,17,18 Pada penelitian ini
ditemukan sebesar 100% (n=2) responden laki-laki tercatat sebagai pelaku bullying, 76, 5% (n=13) tercatat sebagai pelaku dan korban, 46,8% (n=22) responden tercatat sebagai hanya korban pada kejadian bullying. Jika data tersebut dibandingkan dengan responden perempuan, tidak terdapat (0%) responden perempuan yang tercatat sebagai hanya pelaku, 23,5% orang responden (n=4) sebagai korban dan pelaku, dan 53,2% (25) tercatat sebagai hanya korban (victim only).
Studi oleh Adila juga menemukan perbedaan proporsi antara perilaku bullying pada siswa menengah pertama laki-laki dan perempuan. Ditemukan perilaku mengolok-ngolok oleh siswa menengah pertama laki-laki sebesar 89,6% dan 78,1% perempuan (bullying verbal). Perilaku mencela fisik pelajar lain (bullying fisik) ditemukan sebesar 68,9% pada siswa laki-laki, dan 54,1% pada siswa perempuan.17
Peneliti ini berasumsi tingkat kejadian bullying di dalam kelas (55,6%) lebih rendah dibandingkan dengan kejadian bullying di luar kelas (77,1%), berkaitan dengan kontrol sosial, di dalam kelas lebih kuat dibandingkan dengan di luar kelas. Kontrol sosial yang dimaksud adalah keterlibatan teman sebaya (peer group) dalam mengawasi perilaku siswa lain. Pengawasan oleh guru disekolah akan lebih mudah dilakukan ketika siswa
(5)
8 http://isainsmedis.id/ojs/ berada di dalam kelas dibandingkan dengan di luar
kelas. Hal tersebut dikuatkan dengan penelitian yang menemukan hubungan positif (0,49) antara kontrol sosial lingkungan sekolah dengan perilaku bullying yang terjadi pada siswa sekolah menengah pertama. Kontrol sosial meliputi ikatan dengan para guru, ikatan dengan teman sekolah, komitmen pada sekolah, kebijakan pihak sekolah, dan keterlibatan pelajar dengan kegiatan ekstrakulikuler serta kegiatan keagamaan.15,17,18
Kelemahan Penelitian
Responden atau subjek pada penelitian ini adalah siswa sekolah dasar, peneliti berasumsi pemahaman subjek akan fenomena bullying di lingkungan sosial mereka masih rendah, beberapa hal yang terkait dengan bullying belum dapat dipahami misalnya kejadian bullying seharusnya mengandung unsur perbedaan kekuatan antara pelaku dan korban, dan kejadian bullying harus terjadi secara satu arah (korban tidak membalas). Pemahaman ini berimplikasi pada jawaban yang diberikan responden saat mengisi kuisioner yang digunakan sebagai alat ukur pada penelitian ini. Ditambah lagi, pemikiran anak sekolah dasar terhadap pertanyaan atau pernyataan yang bersifat normatif, cenderung mengarah pada jawaban positif, atau apa yang seharusnya dilakukan, bukan mencerminkan apa yang terjadi pada mereka. Sehingga, peneliti berasumsi terdapat kemungkinan jumlah pelaku bullying yang ada di populasi lebih tinggi dari data hasil penelitian dan jumlah peran siswa sebagai korban lebih rendah pada populasi dibanding data yang diperoleh dari penelitian.
Kuisioner sebagai alat ukur variabel pada penelitian ini tidak memiliki standar baku sebagai batas potong (cut of point) untuk menganalisa jawaban yang diperoleh melalui kuisioner guna menentukan kejadian bullying pada penelitian. Peneliti menentukannya, menggunakan metode induksi, diawali dengan menentukan jumlah responden berdasarkan jenis perilaku bullying yang dialami menggunakan nilai tengah berdasarkan skor jawaban responden terhadap pernyataan-pernyataan yang terdapat di kuisioner.
Teknik pengambilan data pada penelitian ini dilakukan dalam satu ruangan, sehingga memberikan kesan tidak kondusif kepada
responden saat menjawab kuisioner. Peneliti berasumsi kondisi tersebut juga memberikan pengharuh terhadap jawaban yang diberikan responden.
SIMPULAN
Pada penelitian ini didapatkan kejadian bullying pada anak usia sekolah di sekolah dasar wilayah kerja Puskesmas I Pekutatan, Kabupaten Jembrana cukup tinggi sebanyak 71% dari keseluruhan sampel yang diteliti. Pada penelitian ditemukan, sebanyak 2,2% berperan sebagai pelaku, 50,5 % berperan sebagai korban, 18,3% berperan sebagai pelaku dan korban, serta 29,0% tidak terlibat dalam kejadian bullying. Didapatkan jenis perilaku terbanyak 63,4% korban bullying verbal. Kejadian bullying terbanyak di luar kelas, 40,09% kejadian. Lebih banyak koresponden laki-laki yang terlibat kejadian bullying dibandingkan dengan wanita.
DAFTAR PUSTAKA
1. Yusuf dan Fahrudin. 2012. Perilaku Bullying: Asesmen Multidimensi dan Intervensi Sosial. Jurnal Psikologi Undip. Vol. 11, No. 2.
2. Namie, Gary. 2014. WBI U.S. Workplace Bullying Survey. Workplace Bullying Institute.
3. Latifah, Fika. 2012. Hubungan Karakteristik Anak Usia Sekolah dengan Kejadian Bullying di Sekolah Dasar di Bogor. Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan UI
4. Sari, Puspita. 2010. Coping Stress pada Remaja Korban Bullying di Sekolah “X”. Journal Psikologi Vol. 8, No. 2.
5. Karina, Hastuti, dan Alfiasari. 2013. Perilaku Bullying dan Karakter Remaja Serta Kaitannya dengan Karakteristik Keluarga dan Peer Group. Jurnal Ilmu Keluarga dan Konseling. p: 20-29.
6. Tumon, M.A.B. 2014. Studi Deskriptif Perilaku Bullying pada Remaja. Surabaya : Calyptra. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol. 3 No. 1 (2014).
7. Dwipayanti dan Indrawati 2014. Hubungan antara Tindakan Bullying dengan Prestasi Belajar Anak Korban Bullying pada Tingkat Sekolah Dasar. Jurnal Psikologi Udayana. Vol. 1, No. 2, 251-260.
(6)
9 http://isainsmedis.id/ojs/ 8. Prasetyo, A.B.E. 2011. Bullying di sekolah di
Sekolah dan Dampaknya bagi Masa Depan Anak. Yogyakarta: El-Tabarwi. No. 1.Vol. IV.2011
9. Borowsky, Taliaferro, dan Barbara. 2013. Suicidal Thinking and Behaviour among Youth Involved in Verbal and Social Bullying: Risk and Protective Factors. Elsevier. S4-S12.
10. Cook, Kirk, Nancy, Tia, dan Shelly. 2010. Predictors of Bullying and Victimization in Childhood and Adolescence : a Meta-analytic Investigation. American Psychological Association. Vol. 25, No. 2, 65-83.
11. Hertinjung, W.S. 2012. Bentuk-Bentuk Perilaku Bullying di Sekolah. Surakarta. [hal.450-458].
12. Uba, Yacoob, dan Juhari. 2010. Bullying and it’s Relationship with Depression among Teenagers. J Psychology, 1(1): 15-22.
13. Djuwita, R. 2011. Penanggulangan bullying di Sekolah. Membentuk Masyarakat Indonesia yang Resilien Melalui Pendidikan Karakter: Psychology Expo 2011, Jakarta, Indonesia.
14. Dyastuti, Susanti. 2012. Mengatasi Perilaku Agresif Pelaku Bullying Melalui Pendekatan Konseling Gestalt Teknik Kursi Kosong. Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application.
15. Salmivalli, Christina. 2009. Bullying and the Peer Group : a Review. Elsevier. Aggression and Violent Behavior 15 (2010) 112–120.
16. Widayanti, C.G. 2009. Fenomena Bullying di Sekolah Dasar Negeri di Semarang: Sebuah Studi Deskriptif. Jurnal Psikologi Undip. Vol. 5, No. 2.
17. Adilla, Nissa. 2009. Pengaruh Kontrol Sosial terhadap Perilaku Bullying Pelajar di Sekolah Menengah Pertama. Jurnal Kriminologi Indonesia Vol. 5 No. I : 56-66.
18. Amalia, Dina. 2010. Hubungan Persepsi tentang Bullying dengan Intensi Melakukan Bullying Siswa SMA Negeri 82 Jakarta. Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.