PENGARUH DANA ALOKASI UMUM (DAU), PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD), SISA LEBIH PEMBIAYAAN ANGGARAN (SiLPA), Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAu), Pendapatan Asli Daerah (PAD), Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA), Dan Luas Wilayah Terhadap Belanja Modal Pada K

PENGARUH DANA ALOKASI UMUM (DAU), PENDAPATAN ASLI
DAERAH (PAD), SISA LEBIH PEMBIAYAAN ANGGARAN (SiLPA),
DAN LUAS WILAYAH TERHADAP BELANJA MODAL PADA
KABUPATEN DAN KOTA DI JAWA TENGAH PERIODE 2012-2013

NASKAH PUBLIKASI

Disusun oleh:
ARIF PURNAMA
B200100336

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS PROGRAM STUDI AKUNTANSI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014

PENGESAHAN

Yang bertandatangan di bawah ini telah membaca Naskah Publikasi dengan judul:

.PENGARUH DANA ALOKAST UMtiM
@AU), PEhtDAPATAht ASLr


DAERAH

(PS),

SISA LEBm PEMBIAYAAI\I ANGGARAN (SiLPA),

DAI\I LUAS WILAYAH TERIIADAP BELANJA MODAL PADA
I(ABTJPATEN DAN KOTA DI JAWA TENGAH PERIODE 2012.2013".
Yang ditulis oleh:

ARIT'PT]RNAMA
B 200100336
Penandatangan berpendapat bahwa Usulan Penelitian tersebut telah memenuhi
syarat untuk diterima.

Surakarta Desember 2014
Pembimbing

@r. Erma


Mengetahui

Ekonomi dan Bisnis
iyah Surakarta
n.)

?\
. .,?,

PENGARUH DANA ALOKASI UMUM (DAU), PENDAPATAN ASLI
DAERAH (PAD), SISA LEBIH PEMBIAYAAN ANGGARAN (SiLPA),
DAN LUAS WILAYAH TERHADAP BELANJA MODAL PADA
KABUPATEN DAN KOTA DI JAWA TENGAH PERIODE 2012-2013

ARIF PURNAMA
(B200100336)
Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Email: purnamaarif8@yahoo.co.id


ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh dana alokasi umum,
pendapatan asli daerah, sisa lebih pembiayaan anggaran, dan luas wilayah
terhadap pengalokasian anggaran belanja modal pada kabupaten dan kota di
wilayah Provinsi Jawa Tengah pada periode 2012-2013.
Dalam penelitian ini metode pengambilan sampel yang digunakan adalah
teknik sampling jenuh dimana seluruh populasi akan dijadikan sampel penelitian.
Sampel yang diperoleh dan dapat digunakan dalam penelitian ini sejumlah 70
Laporan Realisasi APBD kabupaten/kota, APBD kabupaten/kota, dan data luas
wilayah kabupaten dan kota di wilayah Provinsi Jawa Tengah dengan periode
penelitian 2012-2013. Variabel yang diuji dalam penelitian ini adalah belanja
modal, dana alokasi umum (DAU), pendapatan asli daerah (PAD), sisa lebih
pembiayaan anggaran (SiLPA), dan luas wilayah. Metode yang digunakan untuk
menganalisis data adalah metode analisis regresi linear berganda.
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dana alokasi umum
(DAU) dan sisa lebih pembiayaan anggaran (SiLPA) tidak berpengaruh secara
parsial dan signifikan terhadap alokasi anggaran belanja modal. Sedangkan
pendapatan asli daerah (PAD) dan luas wilayah berpengaruh secara parsial dan
signifikan terhadap Alokasi Anggaran Belanja Modal.


Kata kunci: Dana Alokasi Umum, Pendapatan Asli Daerah, Sisa Lebih
Pembiayaan Anggaran, Belanja Modal

PENDAHULUAN
Reformasi yang bergulir tahun 1998 telah membuat perubahan politik dan
administrasi, salah satu bentuk reformasi tersebut adalah perubahan bentuk
pemerintahan yang sentralisasi menjadi struktur yang terdesentralisasi dengan
diberlakukan Undang-Undang No. 22 Tahun 1999, yang kemudian terakhir
diubah dengan UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan daerah. Tujuan
ekonomi yang hendak dicapai melalui desentralisasi adalah mewujudkan
kesejahteraan melalui penyediaan pelayanan publik yang lebih merata dan
memperpendek jarak antara penyedia layanan publik dan masyarakat lokal.
Berdasarkan Undang-Undang No. 32 tahun 2004, otonomi daerah
diartikan sebagai hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur
dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat
sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Otonomi daerah berlaku efektif
mulai 1 Januari 2001 mempunyai tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat,
pelayanan umum dan daya saing daerah.
Pelaksanaan otonomi daerah yang menitikberatkan pada daerah kabupaten

dan kota ditandai dengan adanya penyerahan sejumlah kewenangan dari
Pemerintah pusat ke Pemerintah daerah yang bersangkutan. Hal tersebut
menegaskan bahwa Pemda memiliki kewenangan untuk menentukan alokasi
sumber daya yang dimiliki untuk belanja-belanja daerah dengan menganut asas
kepatuhan, kebutuhan, dan kemampuan daerah yang tercantum dalam anggaran
daerah.
Anggaran sektor publik berisi rencana kegiatan yang dipresentasikan
dalam bentuk rencana perolehan pendapatan dan belanja dalam satuan moneter.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), merupakan rencana keuangan
tahunan Pemda yang dibahas dan disetujui bersama oleh Pemda dan DPRD, dan
ditetapkan dengan peraturan daerah.APBD merupakan dasar pengelolaan
keuangan daerah yang merupakan pedoman bagi Pemda dalam memberikan
pelayanan kepada publik dalam masa satu tahun anggaran. APBD terdiri dari
pendapatan daerah, belanja daerah dan pembiayaan daerah. (Kusnandar dan
Siswantoro, 2012)

Dalam era desentralisasi fiskal sekarang ini, diharapkan adanya
peningkatan pelayanan di berbagai sektor terutama sektor publik, dengan adanya
peningkatan dalam layanan di sektor publik, dapat meningkatkan daya tarik bagi
investor untuk menanamkan investasinya di daerah. Oleh karena itu, pergeseran

komposisi belanja merupakan upaya logis yang dilakukan Pemda dalam rangka
meningkatkan tingkat kepercayaan publik yang dapat dilakukan dengan
peningkatan investasi modal dalam bentuk aset tetap, yakni peralatan, bangunan,
infrastruktur dan harta tetap lainnya (Maharani, 2010 dalam Kusnandar dan
Siswantoro, 2012). Dengan meningkatnya pengeluaran modal diharapkan dapat
meningkatkan pelayanan publik karena hasil dari pengeluaran belanja modal
adalah meningkatnya aset tetap daerah yang merupakan prasyarat dalam
memberikan pelayanan publik oleh Pemerintah daerah.
Selama ini belanja daerah lebih banyak digunakan untuk belanja rutin
yang relatif kurang produktif. Menurut Saragih (2003) dalam Darwanto dan
Yustikasari

(2007)

menyatakan

bahwa

pemanfaatan


belanja

hendaknya

dialokasikan untuk hal-hal produktif, misal untuk melakukan aktivitas
pembangunan. Sejalan dengan pendapat tersebut, Stine (1994) dalam Darwanto
dan Yustikasari (2007) menyatakan bahwa penerimaan pemerintah hendaknya
lebih banyak untuk program-program layanan publik. Kedua pendapat ini
menyiratkan pentingnya mengalokasikan belanja untuk berbagai kepentingan
publik.
Namun, terdapat permasalahan yang muncul dari implementasi kebijakan
otonomi daerah tersebut. Yakni, adanya ketimpangan dan kesenjangan sumber
daya dan potensi yang dimiliki antara daerah satu dengan daerah yang lain. Yang
nantinya akan memberikan dampak kecemburuan sosial.
Untuk mengurangi kesenjangan dan untuk mendukung penyelenggaraan
otonomi daerah melalui penyediaan sumber-sumber pendanaan, lahirlah UndangUndang Nomor 25 Tahun 1999 yang terakhir diubah dengan Undang-Undang No.
33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah pusat dan
Pemerintah daerah. Dana Perimbangan menurut Undang-Undang nomor 33 tahun

2004 dan Peraturan Pemerintah nomor 55 tahun 2005 terdiri dari Dana Bagi Hasil,

Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus. (Kusnandar dan Siswantoro, 2012)
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh dana alokasi umum,
pendapatan asli daerah, sisa lebih pembiayaan anggaran, dan luas wilayah
terhadap pengalokasian anggaran belanja modal pada kabupaten dan kota di
wilayah Provinsi Jawa Tengah pada periode 2012-2013.
TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
Hubungan Antara Dana Alokasi Umum (DAU) terhadap Belanja Modal

Berdasarkan penelitian terdahulu yang telah dilakukan Kusnandar dan
Siswantoro (2012), menunjukkan bahwa DAU sangat berpengaruh terhadap
Belanja Modal. Variabel DAU berpengaruh terhadap Anggaran Belanja Modal hal
ini disebabkan karena adanya transfer DAU dari Pemerintah pusat maka
Pemerintah daerah bisa mengalokasikan pendapatannya untuk membiayai Belanja
Modal. Namun Moisio (2002) dalam Abdullah dan Halim (2006) menyatakan
bahwa orang akan lebih berhemat dalam membelanjakan pendapatan yang
merupakan hasil effort-nya sendiri dibanding pendapatan yang diberikan pihak
lain (seperti grant atau transfer). (Kusnandar dan Siswantoro, 2012)
H1 : DAU mempunyai pengaruh positif terhadap alokasi Belanja Modal pada
kabupaten dan kota di Provinsi Jawa Tengah.
Hubungan Antara Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Belanja Modal


Menurut Kusnandar dan Siswantoro (2012), penelitian yang dilakukan
oleh Harianto dan Adi (2007), Darwanto dan Yustikasari (2007), Solikin (2007)
dan Putro (2011) memberikan bukti empiris bahwa PAD mempengaruhi Pemda
dalam pengalokasian belanja modal tahun berikutnya. Peningkatan investasi
modal (belanja modal) diharapkan mampu meningkatkan kualitas layanan publik
yang pada gilirannya akan mampu meningkatkan tingkat partisipasi (kontribusi)
publik terhadap pembangunan yang tercermin dari adanya peningkatan PAD
(Mardiasmo, 2002b).
H2 : PAD mempunyai pengaruh positif terhadap alokasi Belanja Modal pada
kabupaten dan kota di Provinsi Jawa Tengah.

Hubungan Antara Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA) terhadap
Belanja Modal

SiLPA tahun sebelumnya yang merupakan penerimaan pembiayaan
digunakan untuk menutupi defisit anggaran apabila realisasi pendapatan lebih
kecil daripada realisasi belanja, mendanai pelaksanaan kegiatan lanjutan atas
beban belanja langsung (belanja barang dan jasa, belanja modal, dan belanja
pegawai) dan mendanai kewajiban lainnya yang sampai dengan akhir tahun

anggaran belum diselesaikan. Penelitian yang dilakukan Ardhini (2011)
menguatkan hal tersebut dimana SiLPA berpengaruh positif terhadap Belanja
Modal. (Kusnandar dan Siswantoro, 2012)
H3 : SiLPA mempunyai pengaruh positif terhadap alokasi Belanja Modal pada
kabupaten dan kota di Provinsi Jawa Tengah.
Hubungan Antara Luas Wilayah terhadap Belanja Modal

Anggaran belanja modal didasarkan pada kebutuhan daerah akan sarana
dan prasarana, baik untuk kelancaran pelaksanaan tugas pemerintahan maupun
untuk fasilitas publik. Daerah dengan wilayah yang lebih luas membutuhkan
sarana dan prasarana yang lebih banyak sebagai syarat untuk pelayanan kepada
publik bila dibandingkan dengan daerah dengan wilayah yang tidak begitu luas.
(Kusnandar dan Siswantoro, 2012)
H4 : Luas Wilayah mempunyai pengaruh positif terhadap alokasi Belanja Modal
pada kabupaten dan kota di Provinsi Jawa Tengah.
METODE PENELITIAN
Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
1.

Variabel Dependen

Pengertian belanja modal menurut Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 71 Tahun 2010 adalah pengeluaran anggaran untuk
perolehan aset tetap dan aset lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu
periode akuntansi. Belanja modal meliputi antara lain belanja modal untuk
perolehan tanah, gedung dan bangunan, peralatan, aset tak berwujud.

Pengukuran variabel ini didasarkan pada Standar Akuntansi Pemerintah : PP
Nomor 71 Tahun 2010, yaitu dengan :

Belanja Modal = Belanja Tanah + Belanja Peralatan dan Mesin + Belanja
Gedung dan Bangunan + Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan + Belanja Aset
Tetap Lainnya + Belanja Aset Lainnya
2.

Variabel Independen
a. Dana Alokasi Umum (DAU)
DAU adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang
dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antardaerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan
desentralisasi.
DAU merupakan transfer yang bersifat umum (block grant)
yang diberikan kepada semua kabupaten dan kota untuk mengisi
kesenjangan

antara

kapasitas

dan

kebutuhan

fiskalnya

dan

didistribusikan dengan formula berdasarkan prinsip-pinsip tertentu yang
secara umum mengindikasikan bahwa daerah miskin dan terbelakang
harus menerima lebih banyak dari pada daerah kaya. (Oktora dan
Pontoh, 2013)
Hasil Perhitungan DAU untuk masing-masing daerah ditetapkan
dengan keputusan presiden berdasarkan usulan dewan pertimbangan
otonomi daerah. DAU baik untuk daerah

propinsi maupun untuk

Daerah Kabupaten/Kota dapat dinyatakan dengan rumus sebagai
berikut :
DAU = Alokasi Dasar + Celah Fiskal
Di mana,
Celah Fiskal = Kebutuhan Fiskal – Kapasitas Fiskal

b. Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Di dalam penjelasan UU No. 33 tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah yang dimaksud dengan PAD adalah pendapatan daerah yang
bersumber dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil
pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain PAD yang
sah yang bertujan untuk memberikan kewenangan kepada daerah dalam
menggali pendanaan dalam pelaksanaan otonomi daerah sebagai asas
perwujudan asas desentralisasi.
Indikator variabel ini dapat diukur dengan rumus :
PAD = Pendapatan Pajak Daerah (PPD) + Pendapatan Retribusi Daerah
(PRD) + Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang
Dipisahkan (HPKDD) + Lain-lain PAD yang sah (LPS)
c. Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA)
Sisa

Lebih

Pembiayaan

Anggaran

(SiLPA)

menurut

Permendagri Nomor 13 tahun 2006 dalam Kusnandar dan Siswantoro
(2012), adalah selisih lebih realisasi penerimaan dan pengeluaran
anggaran selama satu periode anggaran. SiLPA tahun anggaran
sebelumnya mencakup pelampauan penerimaan PAD, pelampauan
penerimaan dana perimbangan, pelampauan penerimaan lain-lain
pendapatan daerah yang sah, pelampauan penerimaan pembiayaan,
penghematan belanja, kewajiban kepada fihak ketiga sampai dengan
akhir tahun belum terselesaikan, dan sisa dana kegiatan lanjutan.
Dalam PP Nomor 71 Tahun 2010, SiLPA merupakan selisih
lebih yang dapat dihitung dengan membandingkan realisasi pendapatanLRA dan belanja, serta penerimaan dan pengeluaran pembiayaan dalam
APBN/APBD selama satu periode pelaporan.

SiLPA = Surplus/Defisit Realisasi Anggaran + Pembiayaan Neto

d. Luas Wilayah
Luas wilayah dalam penelitian ini merupakan ukuran besarnya daerah
wewenang suatu pemerintahan yang dapat diukur dengan satuan angka.
Yang mana luas wilayah antara satu daerah dengan daerah yang lainnya
memiliki luas yang tidak sama, sehingga kebutuhan akan sarana dan
prasarana serta potensi yang dimiliki antara satu daerah dengan daerah
yang lainnya pun berbeda.
Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data yang
dianalisis dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berasal dari Laporan
Realisasi APBD Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah yang diperoleh dari
situs resmi Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan (DJPK). Data yang dapat
diperoleh dari Laporan Realisasi APBD adalah data mengenai PAD, DAU, dan
SiLPA. Data mengenai alokasi Belanja Modal diperoleh dari APBD. Sementara
data mengenai luas wilayah diperoleh dari situs resmi Kemendagri.
Penentuan Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah Kabupaten/Kota di lingkup Provinsi
Jawa Tengah yang berjumlah 29 Pemerintah Kabupaten dan 6 Pemerintah Kota.
Sampel dalam penelitian ini sama dengan populasinya sehingga tehnik
pengambilan sampel yang digunakan adalah tekhnik sampling jenuh.
Model Regresi
Model regresi linear berganda ditunjukkan oleh persamaan berikut ini:
BMt+1 = α + β1DAUt + β2PADt + β3SiLPAt + β4LUAS + e
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Regresi Berganda
Berdasarkan pengujian dengan regresi berganda untu menguji pengaruh
variabel independen (DAU, PAD, SiLPA, LUAS) terhadap variabel dependen
(Belanja Modal), maka dapat disusun persamaan sebagai berikut:
BMt+1 = 47640,272 + 0,010DAUt + 0,701PADt + 0,065SiLPAt + 76,154LUAS

Uji Asumsi Klasik
Berdasarkan hasil pengujian normalitas menggunakan One KolmogorovSmirnov menunjukkan bahwa nilai signifikansi untuk model regresi lebih besar
dari 0,05 dengan besaran 0,856 (0,856 > 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa
persamaan regresi untuk model dalam penelitian ini mempunyai sebaran data
yang normal.
Berdasarkan hasil uji multikolinearitas menunjukkan nilai tolerance dari
masing-masing variabel independen di atas 0,10 dan nilai variance inflation factor
(VIF) dari masing-masing variabel independen menunjukkan hasil dibawah 10.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi ini bebas dari multikolinearitas.
Pengujian autokorelasi yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
pendekatan Durbin-Watson. Berdasarkan pengujian, hasil yang diperoleh
menunjukkan bahwa nilai DWhitung menunjukkan angka 2,260. Nilai dari DWhitung
ini nantinya akan dibandingkan dengan nilai tabel dengan menggunakan
signifikansi 5% , dengan jumlah sampel (n) 70, dan jumlah variabel independen 4
(k=4), maka dalam tabel diperoleh nilai dU sebesar 1,7351 dengan dL sebesar
1,4943. Oleh karena nilai DWhitung menunjukkan angka sebesar 2,260 maka angka
tersebut lebih besar dari nilai batas atas tabel Durbin-Watson (dU) tetapi kurang
dari nilai 4-dU atau (4 - 1,7351 = 2,2649). Dari hasil uji tersebut, maka dapat
disimpulkan bahwa tidak terdapat autokorelasi dalam penelitian ini.
Untuk mendeteksi ada tidaknya heterokedastisitas dalam penelitian ini,
digunakan Uji Glejser. Berdasarkan hasil uji heterokedastisitas, menunjukkan
bahwa semua variabel independen menunjukkan p-value lebih besar dari nilai α =
0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi ini tidak mengandung
adanya heteroskedastisitas.
Uji Ketepatan Model
Hasil uji statistik F menunjukkan nilai Fhitung/Fstatistik sebesar 46,247 dengan
tingkat signifikansi sebesar 0,000, sedangkan nilai Ftabel sebesar 2,51 dengan
ketentuan α = 5%, df1 = k-1 atau dengan kata lain df1 = 4 hasil dari (5-1), dan df2
= n-k atau dengan kata lain df2 = 65 hasil dari (70-5). Hasil uji Fstatistik/Fhitung
sebesar 46,247 lebih besar daripada Ftabel sebesar 2,51. Sehingga dapat

disimpulkan H0 ditolak dan Ha diterima. Jadi variabel DAU, PAD, SiLPA, dan
LUAS secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
pengalokasian Belanja Modal. Hal ini berarti model sudah sesuai dengan yang
diteorikan.
Berdasarkan hasil uji koefisien determinasi r2, nilai Adjusted R square
sebesar 0,724 atau 72,4%. Hal ini berarti bahwa variabel DAU, PAD, SiLPA, dan
LUAS mempunyai pengaruh sebesar 72,4% terhadap variabel alokasi belanja
modal. Sedangkan sisanya sebesar 27,6% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain di
luar model penelitian.
PEMBAHASAN
Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU) terhadap Belanja Modal

Hipotesis ini ditolak karena berdasarkan pengujian, besarnya nilai thitung
variabel DAU lebih kecil dari nilai ttabel (0,168 < 1,99714), nilai signifikansi dari
variabel DAU lebih besar dari nilai α = 5% (0,867 > 0,05). Sehingga dapat
disimpulkan H0 diterima dan Ha ditolak. Dengan kata lain, DAU tidak
berpengaruh terhadap alokasi Belanja Modal.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Kusnandar dan Siswantoro
(2012). Kusnandar dan Siswantoro (2012) menjelaskan bahwa DAU yang selama
ini diterima oleh daerah diindikasikan tidak digunakan untuk pembangunan
daerah, hal ini dapat dilihat dalam alokasi belanja modal seperti pada penelitian
ini yang dilakukan pada 35 kabupaten dan kota di Provinsi Jawa Tengah. DAU
bersifat “Block Grant”, memungkinkan daerah menggunakan sesuai dengan
prioritas dan kebutuhan daerah untuk peningkatan pelayanan kepada masyarakat
dalam rangka otonomi daerah. Dari olah data dan hasil yang diperoleh
mengindikasikan bahwa DAU yang diterima oleh daerah hanya diperuntukan
untuk membiayai pengeluaran rutin, seperti untuk belanja pegawai dan hanya
sedikit yang digunakan untuk belanja modal.
Pengaruh PAD terhadap Alokasi Belanja Modal

Hipotesis ini diterima karena berdasarkan hasil pengujian, besarnya nilai
thitung variabel PAD lebih besar dari nilai ttabel (9,493 > 1,99714), nilai signifikansi

dari variabel PAD lebih kecil dari nilai α = 5% (0,000 < 0,05). Sehingga dapat
disimpulkan H0 ditolak dan Ha diterima, yang artinya bahwa PAD mempunyai
pengaruh terhadap alokasi Belanja Modal.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Kusnandar dan Siswantoro
(2012), Oktora dan Pontoh (2013), Darwanto dan Yustikasari (2007), Palealu
(2013), dan Prakoso (2004).
Kusnandar dan Siswantoro (2012) menjelaskan bahwa daerah diharapkan
dapat lebih mengoptimalkan penerimaan daerah. Pendapatan Asli Daerah secara
statistik berpengaruh terhadap alokasi belanja modal, seperti pada penelitian ini
yang dilakukan pada 35 kabupaten dan kota di Provinsi Jawa Tengah, hal ini
dapat memberi sedikit acuan bahwa Pendapatan Asli Daerah sangat berperan
penting dalam pembangunan daerah tersebut. Oleh karena itu daerah hendaknya
lebih terpacu lagi untuk memanfaatkan sumber daya daerah untuk dapat
digunakan dalam rangka kegiatan yang dapat meningkatkan pendapatan. Dengan
meningkatnya Pendapatan Asli Daerah dapat memberi keleluasaan kepada daerah
tersebut untuk mengalokasikan ke kegiatan atau pengeluaran yang dapat memberi
dampak terhadap peningkatan pembangunan daerah terutama pembangunan
infrasturktur. Peningkatan alokasi belanja modal dalam bentuk aset tetap seperti
infrastruktur dan peralatan merupakan hal yang sangat penting untuk
meningkatkan produktivitas prekonomian karena semakin tinggi belanja modal
semakin tinggi pula produktivitas perekonomian (Putro dan Pamudji, 2011 dalam
Kusnandar dan Siswantoro (2013)). Dari peningkatan produktivitas perekonomian
akan memberi dampak positif pada peningkatan pendapatan daerah tersebut.
Pengaruh SiLPA terhadap Alokasi Belanja Modal

Hipotesis ini ditolak karena berdasarkan pengujian, besarnya nilai thitung
variabel SiLPA lebih kecil dari nilai ttabel (0,842 < 1,99714), nilai signifikansi dari
variabel SiLPA lebih besar dari nilai α = 5% (0,403 > 0,05). Sehingga dapat
disimpulkan H0 diterima dan Ha ditolak, yang berarti bahwa SiLPA tidak
mempunyai pengaruh terhadap alokasi Belanja Modal.
Penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian Kusnandar dan Siswantoro
(2012), namun hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Riyanto (2012) yang

menyatakan bahwa realisasi di Jawa Tengah tahun 2008-2010 belum sepenuhnya
optimal walaupun ada kenaikan baik nominal maupun pertumbuhannya, salah
satunya adalah adanya penurunan alokasi belanja modal dalam belanja langsung
sebaliknya ada kenaikan belanja barang dan jasa. Sehingga belanja langsung
dalam realisasi APBD Jawa Tengah tahun 2008 sampai 2010 lebih diprioritaskan
untuk belanja pengeluaran pembelian/pengadaan barang yang nilai manfaatnya
kurang dari 12 (dua belas) bulan dan atau/pemakaian jasa dalam melaksanakan
program dan kegiatan pemerintahan daerah.
Seperti halnya penelitian ini yang dilakukan pada 35 kabupaten dan kota
di Provinsi Jawa Tengah. Alokasi sisa lebih pembiayaan sebenarnya lebih utama
untuk membiayai defisit realisasi anggaran tahun depan, namun dalam prakteknya
ada daerah yang mengalokasikan sebagian atau seluruh sisa SiLPA tersebut untuk
belanja habis pakai, yang kemudian pemerintah mengeluarkan himbauan untuk
lebih mengalokasikan sisa SiLPA kepada belanja sarana dan prasarana. Penelitian
tentang pengaruh SiLPA adalah penelitian yang sifatnya masih baru, referensinya
pun masih sangat terbatas.
Pengaruh Luas Wilayah terhadap Alokasi Belanja Modal

Hipotesis ini diterima karena berdasarkan hasil pengujian, besarnya nilai
thitung variabel LUAS lebih besar dari nilai ttabel (4,851 > 1,99714), nilai
signifikansi dari variabel LUAS lebih kecil dari nilai α = 5% (0,000 < 0,05).
Sehingga dapat disimpulkan H0 ditolak dan Ha diterima, yang artinya bahwa luas
wilayah mempunyai pengaruh terhadap alokasi Belanja Modal.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Kusnandar dan Siswantoro (2012). Kusnandar dan Siswantoro (2012)
menjelaskan bahwa luas wilayah berpengaruh positif terhadap pengalokasian
belanja modal, seperti halnya pada penelitian ini yang dilakukan pada 35
kabupaten dan kota di Provinsi Jawa Tengah, hal ini mengindikasikan bahwa
alokasi belanja modal yang dilakukan oleh daerah sangat dipengaruhi oleh luas
daerah itu sendiri. Luas wilayah suatu daerah dapat dijadikan ukuran suatu daerah
untuk mengalokasikan anggarannya untuk pembangunan terutama berupa
pembangunan infrastruktur berupa jalan dan jaringan. Pembangunan infrastruktur

berupa jalan akan mempermudah akses ke suatu daerah dan dapat memperlancar
transportasi sehingga dapat memperlancar arus barang dari daerah satu ke daerah
yang lain. Lancarnya arus barang dapat menarik investor untuk menanamkan
modalnya. Dan hal tersebut dapat meningkatkan perekonomian daerah itu sendiri.
KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari analisis penelitian dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut :
1. Hasil analisis yang diperoleh berdasarkan pengujian, besarnya nilai thitung
variabel DAU lebih kecil dari nilai ttabel (0,168 < 1,99714), nilai signifikansi
dari variabel DAU lebih besar dari nilai α = 5% (0,867 > 0,05). Sehingga
dapat disimpulkan H0 diterima dan Ha ditolak. Dari hasil tersebut maka, DAU
tidak mempunyai pengaruh secara parsial dan signifikan terhadap alokasi
Belanja Modal.
2. Hasil analisis yang diperoleh berdasarkan pengujian, besarnya nilai thitung
variabel PAD lebih besar dari nilai ttabel (9,493 > 1,99714), nilai signifikansi
dari variabel PAD lebih kecil dari nilai α = 5% (0,000 < 0,05). Sehingga dapat
disimpulkan H0 ditolak dan Ha diterima. Dari hasil tersebut maka, PAD
mempunyai pengaruh secara parsial dan signifikan terhadap alokasi Belanja
Modal.
3. Hasil analisis yang diperoleh berdasarkan pengujian, besarnya nilai thitung
variabel SiLPA lebih kecil dari nilai ttabel (0,842 < 1,99714), nilai signifikansi
dari variabel SiLPA lebih besar dari nilai α = 5% (0,403 > 0,05). Sehingga
dapat disimpulkan H0 diterima dan Ha ditolak. Dari hasil tersebut maka,
SiLPA tidak mempunyai pengaruh secara parsial dan signifikan terhadap
alokasi Belanja Modal.
4. Hasil analisis yang diperoleh berdasarkan pengujian, besarnya nilai thitung
variabel LUAS lebih besar dari nilai ttabel (4,851 > 1,99714), nilai signifikansi
dari variabel LUAS lebih kecil dari nilai α = 5% (0,000 < 0,05). Sehingga
dapat disimpulkan H0 ditolak dan Ha diterima. Dari hasil tersebut maka, luas

wilayah mempunyai pengaruh secara parsial dan signifikan terhadap alokasi
Belanja Modal.
Keterbatasan
1. Penelitian ini hanya terbatas pada periode 2012 dan 2013.
2. Penelitian ini hanya terbatas pada lingkup wilayah Provinsi Jawa Tengah yang
terfokus pada Pemerintah Kabupaten dan Kota yang berada di dalamnya.
Saran
1. Bagi peneliti mendatang sebaiknya memperpanjang periode penelitian
sehingga dapat diperoleh hasil yang berbeda.
2. Bagi peneliti mendatang sebaiknya objek wilayah penelitian dapat diperluas
lagi, tidak hanya terbatas pada lingkup wilayah kabupaten dan kota di Jawa
Tengah. Sehingga tingkat generalisasi yang diperoleh lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Syukriy & Abdul Halim. 2004. Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU)
dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Belanja Pemerintah Daerah
: Studi Kasus pada Kabupaten/Kota di Jawa-Bali. Jurnal Simposium
Nasional Akuntansi (SNA) VI, Surabaya 16-17 Oktober 2003.
Abdullah,
Syukri.
2013.
Pengaruh
Silpa
Terhadap
Belanja .
http://syukriy.wordpress.com/2013/12/16/pengaruh-silpa-terhadap-belanja/
diakses pada tanggal 16 November 2014.
Badrudin, Rudy. 2012. Ekonomika Otonomi Daerah. Yogyakarta : UPP STIM
YKPN.
Darwanto & Yustikasari, Yulia. 2007. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi,
Pendapatan Asli Daerah, dan Dana Alokasi Umum Terhadap
Pengalokasian Anggaran Belanja Modal. Simposium Nasional Akuntansi
X, Makassar.
Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS.
Semarang : Badan Penerbit UNDIP.
Halim, Abdul. 2000. Akuntansi Sektor Publik : Akuntansi Keuangan Daerah.
Jakarta : Salemba Empat.
___________. 2001. Manajemen Keuangan Daerah. Yogyakarta : UPP AMP
YKPN.
___________. 2007. Pengelolaan Keuangan Daerah. Edisi ke-2. Yogyakarta :
UPP STIM YKPN.
___________. 2008. Analisis Investasi (Belanja Modal) Sektor Publik Pemerintah
Daerah. Yogyakarta : UPP STIM YKPN.
Harianto, David & Adi Priyo Hadi. 2007. Hubungan Antara Dana Alokasi Umum,
Belanja Modal, Pendapatan Asli Daerah dan Pendapatan Per Kapita .
Simposium Nasional Akuntansi X, Unhas Makasar 26-28 juli 2007.
Indriantoro, Nur & Supomo. 1999. Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi
dan Manajemen, Edisi Pertama . Yogyakarta : BPFE.
Mardiasmo. 2002. Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah. Yogyakarta :
Penerbit Andi.

Mawarni, Darwanis, Syukriy Abdullah. 2013. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah
dan Dana Alokasi Umum Terhadap Belanja Modal Serta Dampaknya
Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Daerah (Studi Pada Kabupaten dan
Kota Di Aceh). Jurnal Akuntansi. Vol. 2, No. 2.
Mutahara, Rizqi, 2010. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah dan Dana Alokasi
Umum Terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal (Studi pada
Pemerintah Kabupaten dan Kota se-Provinsi Jawa Tengah Tahun
Anggaran 2007-2009). Skripsi Sarjana Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
Palealu, Andreas M. 2013.Pengaruh Dana Alokasi Khusus (DAK), dan
Pendapatan Asli Daerah (PAD) Terhadap Belanja Modal Pemerintah
Kota Manado Tahun 2003-2012. Jurnal EMBA Vol. 1 No. 4, Hal 11891197.
Pontoh, Winston & Fahri Eka Oktora. 2013. Analisis Hubungan Pendapatan Asli
Daerah, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus Atas Belanja
Modal Pada Pemerintah Daerah Kabupaten Toli-toli Sulawesi Tengah.
Jurnal Accountability Vol. 2.No. 1.
Prakosa, Kesit Bambang. 2004. Analisis Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU)
dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Terhadap Belanja Modal (Studi
Empirik di Wilayah Propinsi Jawa Tengah dan DIY). JAAI Volume 8
No.2.
Republik Indonesia. 1974. Undang-Undang Nomor 5 tahun 1974 Tentang PokokPokok Pemerintahan Di Daerah.
_________________. 1999. Undang-Undang Nomor 25 tahun 1999 Tentang
Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah.
_________________. 2004. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32
Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah.
_________________. 2004. Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 Tentang
Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah.
_________________. 2005. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005
Tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.
_________________. 2006. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun
2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.

_________________. 2010. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010
Tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.

_________________. 2010. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 206 Tahun
2010 Tentang Pengelolaan Saldo Anggaran Lebih.
Riyanto, Agus. 2012. Politik Anggaran Provinsi Jawa Tengah : Analisis Realisasi
APBD Provinsi Jawa Tengah Tahun Anggaran 2008-2010. Jurnal Ilmu
Politik Hubungan Internasional Vol. 12, No. 2, Juli 2012.
Siswantoro, Dodik & Kusnandar. 2012. Pengaruh Dana Alokasi Umum,
Pendapatan Asli Daerah, Selisih Lebih Pembiayaan Anggaran, dan Luas
Wilayah Terhadap Belanja Modal. Simposium Nasional Akuntansi XV,
Banjarmasin.
Suparmoko, M. 2002. Ekonomi Publik Untuk Keuangan dan Pembangunan
Daerah. Yogyakarta : Penerbit Andi.
Utomo, Yuni Prihadi. 2009. Eksporasi Data dan Analisis Regresi dengan SPSS.
Surakarta : Muhammadiyah University Press
www.djpk.kemenkeu.go.id
www.kemendagri.go.id

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus (DAK) terhadap Belanja Modal pada Kota di Pulau Sumatera

3 155 93

Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran, Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus Dan Dana Bagi Hasil Terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal Pada Pemerintah Kabupaten/Kota Di Provinsi Sumatera Utara

5 90 92

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil, Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran Dan Luas Wilayah Terhadap Belanja Modal Dengan Dana Alokasi Khusus Sebagai Variabel Moderating Pada Pemerintah Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara

2 91 90

Analisis Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum dan Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Terhadap Belanja Modal dengan Pertumbuhan Ekonomi sebagai Variabel Moderator (Studi Empiris pada Pemerintah Kabupaten/Kota Sumatera Utara Tahun 2010-2014)

2 38 106

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD), DANA ALOKASI UMUM (DAU), DANA ALOKASI KHUSUS (DAK), Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), Dan Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA) Terhadap Belanja Modal Pada K

0 1 17

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD), DANA ALOKASI UMUM (DAU), DANA ALOKASI KHUSUS (DAK), Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), Dan Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA) Terhadap Belanja Modal Pada K

0 2 16

PENGARUH DANA ALOKASI UMUM (DAU), PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD), SISA LEBIH PEMBIAYAAN ANGGARAN (SiLPA) DAN Pengaruh Dana Alokasi Umum (Dau), Pendapatan Asli Daerah (Pad), Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (Silpa) Dan Luas Wilayah Terhadap Belanja Modal Stud

0 4 14

PENGARUH DANA ALOKASI UMUM (DAU), PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD), SISA LEBIH PEMBIAYAAN ANGGARAN (SiLPA) DAN Pengaruh Dana Alokasi Umum (Dau), Pendapatan Asli Daerah (Pad), Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (Silpa) Dan Luas Wilayah Terhadap Belanja Modal Stud

0 3 13

PENGARUH DANA ALOKASI UMUM (DAU), PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD), SISA LEBIH PEMBIAYAAN ANGGARAN (SiLPA), Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAu), Pendapatan Asli Daerah (PAD), Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA), Dan Luas Wilayah Terhadap Belanja Modal Pada K

0 2 15

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD), DANA ALOKASI UMUM (DAU), LUAS WILAYAH DAN SISA LEBIH PERHITUNGAN ANGGARAN (SiLPA) TERHADAP PENGALOKASIAN BELANJA MODAL - UMBY repository

1 26 48