MOTIVASI PRIA LANJUT USIA MELAKUKAN OLAHRAGA BULUTANGKIS DAN JALAN KAKI SERTA HUBUNGANNYA DENGAN KEBUGARAN JASMANI.

(1)

Nanang Kusnandi, 2012

Motivasi Pria Lanjut Usia Melakukan Olahraga Bulutangkis Dan Jalan Kaki Serta Hubungannya Dengan Kebugaran Jasmani

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ……… i

KATA PENGANTAR ……….. iii

DAFTAR ISI ……… vi

DAFTAR TABEL ……… viii

DAFTAR GAMBAR ……… ix

DAFTAR LAMPIRAN ………. x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ……….. 1

1. Lanjut Usia ……….. 1

2. Permasalahan Lanjut Usia ……….. 2

3. Kebugaran Jasmani ……… 3

4. Olahraga ….……… 4

5. Jenis Olahraga ………. 6

7. Motivasi Berolahraga ………. 8

8. Budaya ……….. 10

B. Rumusan Masalah ..……….. 12

C. Tujuan Penelitian ………..……… 13

D. Manfaat Penelitian ………. 13

E. Metode Penelitian ……… 13

F. Lokasi dan Sampel Penelitian ………. 15

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penuaan ….……… 16

B. Olahraga ……… 22

1. Manfaat Olahraga ……….. 23

2. Mekanisme Penyediaan Energi ……… 26

3. Pembelajaran Hidup Sehat Bagi Lansia .……… 30

4. Olahraga Bulutangkis ……… 33

5. Olahraga Jalan kaki ……….. 35

C. Budaya ……… 37

1. Pengertian Budaya ……….. 37

2. Budaya Berolahraga ……….. 40

D. Motivasi ………. 41

1. Teori-teori Motivasi ………. 41

2. Motivasi Instrinsik ……… 47

3. Motivasi Ekstrinsik ……….. 49

E. Kebugaran Jasmani ………..………. 51

1. Pengertian dan Manfaat Kebugaran Jasmani ……… 51

2. Komponen Kebugaran Jasmani ……….. 53

3. Bugar Sepanjang Hayat ………. 59


(2)

Nanang Kusnandi, 2012

Motivasi Pria Lanjut Usia Melakukan Olahraga Bulutangkis Dan Jalan Kaki Serta Hubungannya Dengan Kebugaran Jasmani

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

F. Beberapa Penelitian Terkait ………. 70

G. Asumsi Penelitian ……… 75

H. Kerangka Berpikir ………. 80

H. Hipotesis ……….. 80

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metodologi Penelitian ………….………. 82

B. Populasi dan Sampel ……… 85

C. Desain Penelitian ………. 88

D. Definisi Operasional ………. 89

E. Instrumen Penelitian ………. 92

F. Pelaksanaan Pengumpulan Data ………. 93

G. Analisis Validitas dan Reliabilitas Instrumen ……… 103

H. Analisis Data Hasil Penelitian ……….. 107

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ……… 111

1. Hasil Pengujian Instrumen Penelitian ………. 112

2. Hasil Uji Normalitas Data ………. 113

3. Hasil Uji Homogenitas Data ………. 114

4. Hasil Uji Hipotesis ………. 116

B. Pembahasan ………. 121

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ……… 129

B. Rekomendasi ………. 129

DAFTAR PUSTAKA ………. 131


(3)

Nanang Kusnandi, 2012

Motivasi Pria Lanjut Usia Melakukan Olahraga Bulutangkis Dan Jalan Kaki Serta Hubungannya Dengan Kebugaran Jasmani

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

1. Lanjut Usia

Menua adalah proses biologis normal pada manusia yang meliputi perubahan berangsur-angsur dari struktur, fungsi dan toleransi tubuh terhadap stress lingkungan. Mulai di usia 30-an, efektifitas berbagai fungsi fisiologik mulai menurun yang kemudian menjadi semakin jelas pada sekitar usia 55-60 tahun. Walupun proses fisiologik penuaan tidak terjadi dengan kecepatan yang sama antara satu orang dengan yang lain, tetapi menurunnya fungsi-fungsi fisiologik tersebut, pada dasarnya dapat disebabkan oleh meningkatnya usia, deconditioning (ketiadaan aktivitas fisik), penyakit atau gabungan dari semua nya.

Yang dimaksud dengan lanjut usia berdasarkan Undang-undang Nomor 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia, adalah “penduduk yang telah

mencapai usia 60 tahun ke atas”. Di seluruh dunia penduduk Lansia (usia 60 ke atas) tumbuh dengan sangat cepat bahkan tercepat dibanding kelompok usia lainnya. Diperkirakan mulai tahun 2010 akan terjadi ledakan jumlah penduduk lanjut usia. Hasil prediksi menunjukkan bahwa persentase penduduk lanjut usia akan mencapai 9,77 % dari total penduduk pada tahun 2010 dan menjadi 11,34 % pada tahun 2020 (BPS, 2009).

Berdasarkan data dari Kementrian Koordinator Kesejahteraan Rakyat (29 Desember 2009) dalam Nugraha (2010:3) “Indonesia termasuk negara yang


(4)

Nanang Kusnandi, 2012

Motivasi Pria Lanjut Usia Melakukan Olahraga Bulutangkis Dan Jalan Kaki Serta Hubungannya Dengan Kebugaran Jasmani

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

memasuki era penduduk berstruktur lanjut usia (aging structured population) dengan ± 7,18% penduduk berusia di atas 60 tahun”. Seperti dilihat dari statistik Menkokesra 2010.

Tabel 1.1

Jumlah Penduduk lansia Indonesia

Tahun Usia Harapan

Hidup

Jumlah Penduduk

Lansia %

1980 52,2 tahun 7.998.543 5,45

1990 59,8 tahun 11.277.557 6,29

2000 64,5 tahun 14.439.967 7,18

2006 66,2 tahun ± 19 juta 8,90

2010 67,4 tahun ± 23,9 juta 9,77

2020

(prakiraan) 71,1 tahun ± 28,8 juta 11,34

Tabel di atas menjelaskan bahwa usia harapan hidup lansia dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Tahun 1980, kurang lebih 8 juta lansia (5,45%) usia harapan hidup 52,2 tahun, tahun 1990 kurang lebih 11 juta lansia (6,29%) usia harapan hidup 59.8 tahun dan seterusnya.

2. Permasalahan Lanjut Usia

Proses penuaan penduduk tentunya berdampak pada berbagai aspek kehidupan, baik sosial, ekonomi, dan terutama kesehatan. Dengan semakin bertambahnya usia, fungsi organ tubuh akan semakin menurun baik karena faktor alamiah maupun penyakit. Peningkatan jumlah penduduk lanjut usia menjadi salah satu indikator keberhasilan pembangunan sekaligus sebagai tantangan dalam


(5)

Nanang Kusnandi, 2012

Motivasi Pria Lanjut Usia Melakukan Olahraga Bulutangkis Dan Jalan Kaki Serta Hubungannya Dengan Kebugaran Jasmani

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

pembangunan. Bila permasalahan tersebut tidak cepat diantisipasi, maka tidak tertutup kemungkinan bahwa proses pembangunan akan mengalami berbagai hambatan. Oleh sebab itu, permasalahan lanjut usia harus menjadi perhatian semua pihak, baik pemerintah, lembaga masyarakat maupun masyarakat itu sendiri (Subianto, 2009).

Permasalahan khusus yang dapat terjadi pada usia lanjut menurut Sumampou (2002:1) adalah sebagai berikut:

 Proses ketuaan yang terjadi secara alami dengan konsekuensi timbulnya masalah fisik, mental, dan sosial.

 Perubahan sosialisasi karena produktivitas yang mulai menurun, berkurangnya kesibukan sosial dan interaksi dengan lingkungan.

 Produktivitas yang menurun dengan akibat terbatasnya kesempatan kerja karena kemampuan dan keterampilan menurun, namun kebutuhan hidup terus meningkat.

 Kebutuhan pelayanan kesehatan terutama untuk kelainan degeneratif yang memerlukan biaya tinggi.

Permasalahan tersebut di atas menjelaskan bahwa panjang umur saja tidak berguna bila menderita berbagai macam penyakit ketuaan serta ketidakmampuan fisik dan mental yang prima untuk menjadi sumber daya manusia yang optimal. Artinya masa lansia memerlukan penanganan yang baik supaya bisa menjalani kehidupan sehari-harinya dengan bahagia dan dapat meminimalisir permasalahan khusus yang bisa terjadi pada lansia.

Salah satu upaya preventif yang dapat dilakukan untuk meminimalisir permasalahan khusus adalah dengan tetap menjaga pola hidup aktif melalui olahraga. Olahraga yang dilakukan dengan aturan yang sesuai akan memberikan


(6)

Nanang Kusnandi, 2012

Motivasi Pria Lanjut Usia Melakukan Olahraga Bulutangkis Dan Jalan Kaki Serta Hubungannya Dengan Kebugaran Jasmani

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

manfaat pada lansia diantaranya adalah menjaga tingkat kebugaran jasmani tetap baik sesuai dengan usia.

3. Kebugaran Jasmani

Untuk dapat beraktifitas sehari-hari dengan baik, lansia memerlukan kondisi fisik atau kebugaran jasmani yang baik pula. Menurut Badriah (2009:32) terdapat 3 (tiga) indikator utama dari kebugaran jasmani yaitu, “Kemampuan tubuh untuk melakukan aktivitas fisik, tidak mengalami kelelahan yang berlebihan atas tugas fisik tersebut, dan kemampuan pulih asal yang segera setelah tugas fisik tersebut selesai”.

Memiliki kebugaran jasmani yang baik, selain tidak menjadi beban bagi keluarganya, lansia juga bisa beraktivitas dengan tanpa mengalami kelelahan yang berarti. Yang dimaksud dengan kebugaran jasmani di atas adalah:

Keadaan kemampuan jasmani yang dapat menyesuaikan fungsi alat-alat tubuhnya terhadap tugas jasmani tertentu dan/ atau terhadap keadaan lingkungan yang harus diatasi dengan cara yang efisien, tanpa kelelahan yang berlebihan dan telah pulih sempurna sebelum datang tugas yang sama pada esok harinya (Giriwijoyo ,2007:23).

“Oleh karena itu sesungguhnya kebugaran jasmani merupakan derajat sehat dinamis tertentu yang diharapkan dapat menghadapi tuntutan pekerjaan jasmani serta masih mempunyai cadangan energi untuk mengerjakan tugas fisik

lainnya”(Badriah,2009:33).

Komponen kebugaran jasmani meliputi berbagai sistem tubuh, mulai sistem otot (muscular), sistem saraf (nervorum), sistem tulang (skelet), sistem pernapasan (respirasi), sistem jantung (cardio), sistem ginjal (ekskresi), dan kerja sama antar


(7)

Nanang Kusnandi, 2012

Motivasi Pria Lanjut Usia Melakukan Olahraga Bulutangkis Dan Jalan Kaki Serta Hubungannya Dengan Kebugaran Jasmani

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

berbagai sistem tubuh secara holistik. Lebih lanjut Bustaman (2003:273-274) menjelaskan pembagian komponen kebugaran jasmani sebagai berikut:

Dalam kebugaran jasmani terdapat komponen yang dibagi dalam tiga kelompok yaitu: 1) Kebugaran jasmani yang berhubungan dengan kesehatan, 2) Kebugaran jasmani yang berhubungan dengan keterampilan motorik, 3) Kebugaran yang berhubungan dengan wellness. Komponen kebugaran jasmani yang berhubungan dengan kesehatan terdiri dari lima komponen dasar saling berhubungan antara yang satu dengan yang lain yaitu; daya tahan kardiovaskuler, kekuatan otot, daya tahan otot, fleksibilitas dan komposisi tubuh (berat badan ideal, presentasi lemak). Selain komponen yang berhubungan dengan kesehatan diperlukan pula keterampilan motorik yang terdiri dari enam komponen yaitu; keseimbangan, daya ledak (power), kecepatan, kelincahan, koordinasi, dan kecepatan reaksi. Wellness diberikan pengertian sebagai suatu tingkat dinamis dan terintegrasi dari fungis-fungsi organ tubuh yang berorientasi terhadap upaya memaksimalkan potensi yang memiliki ketergantungan pada tanggung jawab diri sendiri.

Latihan olahraga untuk lansia bertujuan untuk meningkatkan kebugaran jasmani. Kebugaran jasmani yang dibutuhkan oleh lansia adalah kebugaran yang berhubungan dengan kesehatan, yaitu kebugaran jantung-paru, daya tahan otot, kekuatan otot, fleksibilitas dan komposisi tubuh. Untuk memperoleh kebugaran jasmani yang baik, harus melatih semua komponen dasar kebugaran jasmani yang terdiri atas: ketahanan jantung, peredaran darah dan pernafasan, ketahanan otot, kekuatan otot serta kelenturan tubuh.

4. Olahraga

Lansia pada dasarnya masih memiliki potensi yang bisa dilakukan untuk mengisi hari-harinya dengan hal-hal yang bermanfaat dan menghibur. Berbagai potensi yang dimiliki oleh lansia bisa dijaga, dipelihara, dirawat dan dipertahankan bahkan diaktualisasikan kembali untuk mencapai kualitas hidup lansia yang optimal bahkan maksimal.


(8)

Nanang Kusnandi, 2012

Motivasi Pria Lanjut Usia Melakukan Olahraga Bulutangkis Dan Jalan Kaki Serta Hubungannya Dengan Kebugaran Jasmani

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Lansia pada umumnya masih memiliki keinginan untuk mendapat pengakuan dari anggota masyarakat lainnya. Interaksi dengan anggota masyarakat lain seringkali membuat mereka merasa masih mempunyai arti, apalagi bila masih bisa berkumpul dengan anggota masyarakat yang dulu pernah menjadi teman kerjanya (sama-sama satu pekerjaan) atau teman di luar pekerjaan.

Aktivitas fisik atau olahraga merupakan media terbuka yang dapat dimanfaatkan oleh lansia sesuai dengan kemampuan, kesenangan, tujuan serta kesempatan yang dimiliki tiap orang. Selain itu olahraga juga tidak membedakan hak, status sosial atau derajat, dan semua orang memiliki kedudukan yang sama. Sarana serta kesempatan untuk berolahraga juga merupakan hak bagi para lansia.

Masyarakat melakukan olahraga tentu saja memiliki tujuan yang berbeda-beda, misalnya tujuan lansia melakukan olahraga menurut Kusmaedi (2004:82) adalah :

1) membantu tubuh agar tetap bergerak,

2) lambat laun mampu meningkatkan kemampuan fisik,

3) memberikan kontak secara psikologis yang lebih luas sehingga tidak terisolir dari rangsang,

4) mencegah terjadinya cedera,

5) meningkatkan dan mempertahankan kesehatan,

6) meningkatkan kemandirian sehingga lansia dapat beraktivitas sehari-hari

Latihan olahraga pada lansia harus disesuaikan dengan kemampuan individu masing-masing berdasarkan kemampuan fisik, kebutuhan dan tujuan melakukan aktivitas olahraga tersebut.


(9)

Nanang Kusnandi, 2012

Motivasi Pria Lanjut Usia Melakukan Olahraga Bulutangkis Dan Jalan Kaki Serta Hubungannya Dengan Kebugaran Jasmani

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Olahraga tumbuh dan berkembang dalam berbagai bentuk dengan cara pelaksanaan, pengorganisasian dan tujuan yang berbeda-beda sesuai dengan penekanannya masing-masing. “Wilayah kegiatan olahraga yang dimaksud yaitu olahraga kompetitif, olahraga professional, olahraga rekreasi, dan olahraga pendidikan” (Lutan,1988:9). Pendapat lain mengenai jenis olahraga dikemukakan oleh Giriwijoyo (2010:41) yaitu ”olahraga dibagi berdasarkan sifat atau tujuannya yaitu: olahraga prestasi (olahraga sebagai tujuan), olahraga rekreasi, olahraga kesehatan, dan olahraga pendidikan (olahraga sebagai alat untuk mencapai

tujuan)”.

Setiap orang hendaknya berusaha untuk menyempatkan diri berolahraga tidak hanya di usia muda, namun perlu pula diteruskan pada usia lanjut dan dijalankan secara teratur. Pemilihan jenis olahraga yang akan dijalankan tentu disesuaikan dengan kegemaran, biaya, serta kemampuan fisik seseorang. Olahraga dapat dilaksanakan sendiri yang memungkinkan kita melaksanakan olahraga tanpa bergantung pada orang lain. sedangkan olahraga bersama juga menyenangkan karena kita dapat bergaul dengan orang lain.

Dengan adanya proses penuaan menyebabkan adanya kemunduran prestasi kerja dan penurunan kapasitas fisik seseorang, untuk mempertahankan agar kondisi kebugaran jasmani maka diperlukan olahraga. “Jenis olahraga yang sesuai bagi lansia adalah jenis olahraga yang sifatnya aerobic seperti jalan kaki, berenang dan senam“ (Sumintarsih, 2006:147). Olahraga jalan kaki merupakan salah satu pilihan jenis olahraga yang dilakukan para lansia dalam mengisi waktu


(10)

Nanang Kusnandi, 2012

Motivasi Pria Lanjut Usia Melakukan Olahraga Bulutangkis Dan Jalan Kaki Serta Hubungannya Dengan Kebugaran Jasmani

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

senggangnya sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas kesehatan, mencegah beragam penyakit, bahkan mencegah kepikunan.

Olahraga jalan kaki banyak dilakukan lansia, karena jalan kaki tidak memerlukan keterampilan khusus, artinya tidak perlu diajarkan kembali. Gerakan jalan kaki dilakukan dengan ayunan langkah kaki dan lengan yang bebas, merupakan latihan yang cukup aman dengan memfungsikan seluruh persendian secara bebas. Oleh karena itu jalan kaki merupakan olahraga yang beresiko kecil bagi lansia, bahkan jika dilakukan dengan hati-hati hampir tidak mengandung bahaya.

Olahraga bulutangkis juga merupakan pilihan jenis olahraga yang banyak dilakukan para lansia. Manfaat yang dapat diperoleh dari bermain bulutangkis adalah dapat meningkatkan kebugaran jasmani para pelakunya karena permainan bulutangkis kaya dengan unsur-unsur daya tahan, stamina, kecepatan, power, fleksibilitas, kelincahan yang merupakan komponen kebugaran jasmani.

Olahraga akan memberikan dampak positif pada tubuh apabila dilakukan dengan teratur. Olahraga yang dilakukan dengan teratur artinya olahraga tersebut sudah diatur dengan baik, rapih dan dilakukan secara berturut-turut dengan tetap. Keteraturan olahraga yang dilakukan erat kaitannya dengan frekuensi latihan. Frekuensi latihan untuk meningkatkan kebugaran jasmani sebaiknya dilakukan 3-5 kali per minggu, berdasarkan pada prinsip latihan ada hari latihan berat dan ada hari latihan ringan. “Yang paling penting untuk diingat bahwa pengaturan frekuensi latihan mempertimbangkan prinsip pulih asal dan mempertahankan dosis tidak berlebihan” (Badriah,2009:45).


(11)

Nanang Kusnandi, 2012

Motivasi Pria Lanjut Usia Melakukan Olahraga Bulutangkis Dan Jalan Kaki Serta Hubungannya Dengan Kebugaran Jasmani

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 6. Motivasi Berolahraga

Adanya suatu kemauan menunjukan bahwa individu yang bersangkutan mempunyai motivasi. Manusia bersikap dan berbuat bukan sekedar sebagai suatu reaksi terhadap rangsangan yang datang dari lingkungan sekitar, tetapi pada setiap diri manusia ada motif tertentu yang mendorong untuk melakukan suatu tindakan atau perbuatan. Motif tersebut merupakan dorongan, keinginan, hasrat yang menjadi pengerak yang berasal dari dalam diri seseorang yang memberi tujuan dan arah kepada tingkah lakunya. Motif merupakan sumber penggerak atau sumber pendorong yang ada dalam diri manusia dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan manusia untuk kelangsungan hidupnya. Sejak lahir, manusia sudah memiliki motif-motif tertentu dan melalui perkembangannya, motif dibatasi dan dipengaruhi oleh lingkungan yang ada di sekitar manusia. Dengan kata lain tingkah laku yang berorientasi kepada suatu tujuan tertentu disebutkan tingkah laku yang bermotivasi karena tingkah laku pada dasarnya dilatarbelakangi adanya motivasi.

Pengertian dan pemahaman yang baik akan pentingnya olahraga bagi kebugaran jasmani berpengaruh terhadap motivasi untuk berpartisipasi dalam kegiatan olahraga. Berkaitan dengan hakikat motivasi, Setyobroto (1993:63)

menjelaskan bahwa motivasi adalah,” Proses aktualisasi sumber penggerak dan pendorong tingkah laku individu memenuhi kebutuhan untuk mencapai tujuan

tertentu”. Dari beberapa teori tentang motivasi, Maslow (1993:43-57) menjelaskan bahwa:


(12)

Nanang Kusnandi, 2012

Motivasi Pria Lanjut Usia Melakukan Olahraga Bulutangkis Dan Jalan Kaki Serta Hubungannya Dengan Kebugaran Jasmani

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Kebutuhan yang biasanya dijadikan titik tolak teori motivasi terbagi menjadi lima kebutuhan pokok yaitu: 1) kebutuhan fisiologis, 2) kebutuhan akan keselamatan, 3) kebutuhan akan rasa memiliki dan rasa cinta, 4) kebutuhan akan harga diri, dan 5) kebutuhan akan perwujudan diri.

Motivasi untuk mengisi waktu luang dengan hal-hal yang positif membuat lansia tidak terlalu merasa sendiri. Keterlibatan seseorang dengan lingkungan sekitarnya seringkali membantu orang tersebut merasa nyaman bila saja situasinya menyenangkan. Selanjutnya para lansia akan merasa lebih nyaman apabila memang ada motivasi dari dirinya sendiri untuk berinteraksi dengan lingkungan tersebut. Banyak organisasi sosial dan perkumpulan olahraga yang dibentuk untuk menyalurkan minat para lansia dalam mengisi waktu-waktu luangnya.

7. Budaya

Kebudayaan memegang peranan yang amat mendasar dalam kehidupan manusia dengan seifat-sifat manusiawi, tidak terbentuk atau tumbuh dengan sendirinya secara alamiah. Menurut Rusli Lutan (2001:63) bahwa:

Kebudayaan merupakan manifestasi dari kemampuan yang melekat dan inheren dalam kapasitas manusia sebagai manusia, yang membedakannya dengan mahluk lain. Kreativitas manusia merupakan sebuah instrumen bagi

penciptaan perubahan, sehingga manusia disebut sebagai”pencipta budaya.

Pengertian kebudayaan juga meliputi sistem ilmu-ilmu pengetahuan yang dipelajari manusia melalui antar komunikasi, bahasa, kelembagaan, tradisi, dan kebiasaan-kebiasaan. Definisi kebudayaan ini diperjelas oleh Bakker (1990:22) "kebudayaan adalah penciptaan, penertiban, dan pengolahan nilai-nilai insani. Terlingkup didalamnya usaha memanusiakan bahan mentah alam serta hasilnya".


(13)

Nanang Kusnandi, 2012

Motivasi Pria Lanjut Usia Melakukan Olahraga Bulutangkis Dan Jalan Kaki Serta Hubungannya Dengan Kebugaran Jasmani

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Berdasarkan fakta di lapangan banyak lansia yang ikut terlibat dalam kegiatan olahraga baik secara perorangan maupun kelompok. Lansia melakukan olahraga pada umumnya karena ingin memperoleh kesehatan seperti yang diungkapkan oleh Sutresna, dkk (2011:72),”Pada golongan yang lebih tua kita amati perkembangan yang sangat menggembirakan yakni partisipasi dalam kegiatan olahraga yang lebih berorientasi pada kesehatan (health awareness), seperti yang terhimpun dalam klub jantung sehat, klub-klub senam, dan tai-chi”.

Budaya berolahraga/gerak lansia di Tasikmalaya berdasarkan pengamatan penulis cukup menggembirakan dengan banyaknya lansia terlibat dalam berbagai aktivitas olahraga seperti jalan kaki, jogging, senam aerobik, bersepeda, futsal, tenis lapangan, bulutangkis dan lain sebagainya. Akan tetapi keikutsertaan lansia dalam berolahraga pada umumnya belum diikuti oleh aturan berolahraga yang seharusnya dilakukan jika tujuannya untuk mendapatkan kesehatan seperti yang diungkapkan di atas. Hal ini ditandai dengan masih banyaknya lansia merokok pada saat sebelum atau setelah berolahraga, mengkonsumsi makanan dan minuman yang kurang baik bagi kesehatan, memakai perlengkapan olahraga yang tidak sesuai sampai frekuensi berolahraga yang tidak teratur.

Olahraga bulutangkis dan jalan kaki menjadi fokus penelitian karena partisipasinya cukup banyak dan sarana yang mendukungnya pun memadai. Olahraga bulutangkis seperti sudah membudaya di Tasikmalaya karena berdasarkan pengamatan penulis hampir di tiap desa ada lapangan bulutangkis dan pesertanya kebanyakan orang dewasa dan lansia. Hanya di tempat – tempat tertentu lah yang mengadakan pembinaan usia dini. Begitu pula dengan jalan kaki


(14)

Nanang Kusnandi, 2012

Motivasi Pria Lanjut Usia Melakukan Olahraga Bulutangkis Dan Jalan Kaki Serta Hubungannya Dengan Kebugaran Jasmani

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

yang cukup banyak pelakunya yang ditandai banyaknya lansia melakukan olahraga jalan kaki baik pagi hari maupun sore hari diantaranya di sekitar stadion sepak bola Wiradadaha Tasikmalaya.

B. Rumusan Masalah

Bulutangkis merupakan cabang olahraga permainan dan bersifat kompetitif yang sebenarnya tidak dianjurkan untuk dilakukan oleh lanjut usia karena bisa membahayakan pelakunya. Hal ini sejalan dengan pendapat Giriwijoyo (2007:39)

yang mengatakan bahwa,”Olahraga kecabangan yang berbentuk permainan (bulutangkis, tenis, dsb), hakekatnya bukanlah olahraga kesehatan oleh karena faktor emosi sering tidak terkendali sehingga faktor keamanan menjadi terabaikan”. Akan tetapi kenyataan di lapangan masih banyak para lansia yang melakukan olahraga bulutangkis secara teratur.

Data di lapangan dalam tiga tahun terakhir telah terjadi 4 kasus kematian lansia pada saat bermain bulutangkis di beberapa lapang di Tasikmalaya. Selain itu beberapa kejadian lansia dilarikan ke rumah sakit pada saat dan setelah bermain bulutangkis. Hal ini menarik perhatian penulis untuk mengadakan penelitian yang berkaitan dengan motivasi pria lansia melakukan olahraga bulutangkis dan jalan kaki serta hubungannya dengan kebugaran jasmani pria lansia di Tasikmalaya.

Berdasarkan uraian penjelasan di atas dan uraian dalam latar belakang masalah, maka pertanyaan penelitian yang dianggap penting untuk diketahui jawabannya lebih lanjut sebagai berikut:


(15)

Nanang Kusnandi, 2012

Motivasi Pria Lanjut Usia Melakukan Olahraga Bulutangkis Dan Jalan Kaki Serta Hubungannya Dengan Kebugaran Jasmani

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

1. Apa motivasi pria lansia melakukan olahraga bulutangkis ? 2. Apa motivasi pria lansia melakukan olahraga jalan kaki ?

3. Adakah hubungan yang signifikan antara motivasi olahraga bulutangkis dengan kebugaran jasmani pria lansia?

4. Adakah hubungan yang signifikan antara motivasi olahraga jalan kaki dengan kebugaran jasmani pria lansia?

C. Tujuan Penelitian

Mengacu pada rumusan masalah yang diajukan, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui motivasi pria lansia melakukan olahraga bulutangkis. 2. Untuk mengetahui motivasi pria lansia melakukan olahraga jalan kaki.

3. Untuk mengetahui hubungan antara motivasi olahraga bulutangkis dengan kebugaran jasmani pria lansia.

4. Untuk mengetahui hubungan antara motivasi olahraga jalan kaki dengan kebugaran jasmani pria lansia.

D. Manfaat Penelitian

1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai sumbangan pemikiran bagi para pria lanjut usia tentang motivasi yang menjadi latar belakang melakukan olahraga bulutangkis dan olahraga jalan kaki serta hubungannya dengan kebugaran jasmani.

2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan menjadi bahan referensi serta informasi berguna bagi para pria lanjut usia tentang berbagai motivasi dalam melakukan olahraga khususnya bulutangkis dan jalan kaki serta hubungannya


(16)

Nanang Kusnandi, 2012

Motivasi Pria Lanjut Usia Melakukan Olahraga Bulutangkis Dan Jalan Kaki Serta Hubungannya Dengan Kebugaran Jasmani

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

dengan kebugaran jasmani dalam upaya menjaga eksistensi aktivitas sehari-hari.

E. Metode Penelitian

Keberhasilan suatu penelitian ilmiah tidak terlepas dari metode apa yang digunakan dalam penelitian tersebut. Dengan demikian, seorang peneliti dituntut untuk terampil menentukan metode apa yang tepat dan sesuai dengan permasalahan yang sedang diteliti. Oleh karena itu merumuskan masalah yang diteliti serta menentukan tujuan yang ingin dicapai dalam suatu penelitian sangat menentukan terhadap metode penelitian yang digunakan. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode kausal komparatif yang sering juga disebut penelitian ex post facto. Adang Suherman (2002:11) menjelaskan bahwa

“penelitian kausal komparatif memungkinkan seseorang meneliti hubungan kausal

diantara variabel-variabel yang tidak bisa dimanipulasi seperti dalam penelitian

eksperimen”. Sementara itu, Kerlinger (dikutip Emzir, 2010:119) menjelaskan bahwa:

Penelitian kausal komparatif (causal comparative research) yang disebut juga penelitian ex post facto adalah penyelidikan empiris yang sistematis dimana peneliti tidak mengendalikan variabel bebas secara langsung karena keberadaan dari variabel tersebut telah terjadi atau karena variabel tersebut pada dasarnya tidak dapat dimanipulasi.

Dalam melakukan sebuah penelitian tentunya diperlukan sebuah alat untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian. Alat dalam sebuah penelitian juga dapat dikatakan dengan instrumen penelitian. Mengenai instrumen ini, Arikunto (2002:127) menerangkan sebagai berikut:


(17)

Nanang Kusnandi, 2012

Motivasi Pria Lanjut Usia Melakukan Olahraga Bulutangkis Dan Jalan Kaki Serta Hubungannya Dengan Kebugaran Jasmani

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Berbicara tentang jenis-jenis metode dan instrumen pengumpulan data sebenarnya tidak ubahnya dengan berbicara masalah evaluasi. Mengevaluasi tidak lain adalah memperoleh data tentang status sesuatu dibandingkan dengan standar atau ukuran yang telah ditentukan, karena mengevaluasi juga adalah mengadakan pengukuran. Mendasarkan daripada pengertian ini, maka apabila kita menyebut jenis metode dan alat atau instrumen pengumpulan data, maka sama saja dengan menyebut alat evaluasi, atau setidak-tidaknya hampir seluruhnya sama.

Oleh karena itu alat atau instrumen dalam sebuah penelitian mutlak harus ada sebagai bahan untuk pemecahan masalah penelitian yang hendak diteliti. Secara garis besar mengenai alat evaluasi ini Arikunto (2002:127) menggolongkannya atas dua macam yaitu tes dan non tes. Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Non tes adalah dengan mengamati sampel yang diteliti sesuai dengan kebutuhan penelitian sehingga diperoleh data yang diinginkan.

Instrumen penelitian yang penulis gunakan dalam pengumpulan data adalah: 1. Instrumen motivasi menggunakan skala sikap dengan model skala likert yang

bentuknya berupa angket. Angket yang digunakan adalah angket tertutup (angket berstruktur). Tujuan dan penyebaran angket ini adalah untuk menggali motivasi pria lanjut usia melakukan olahraga jalan kaki dan bulutangkis.

2. Tes jalan 4,8 km dari Cooper untuk mengukur kebugaran jasmani.

3. Observasi berkenaan dengan durasi atau lamanya melakukan olahraga jalan kaki dan bulutangkis dengan format dibuat sendiri sesuai kebutuhan.


(18)

Nanang Kusnandi, 2012

Motivasi Pria Lanjut Usia Melakukan Olahraga Bulutangkis Dan Jalan Kaki Serta Hubungannya Dengan Kebugaran Jasmani

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Penelitian ini dilakukan pada klub bulutangkis Arina dan Lugina di Tasikmalaya dan perkumpulan jalan sehat Dadaha Tasikmalaya. Sampel atau Obyek penelitian adalah pria lanjut usia umur 45 – 59 tahun yang aktif mengikuti olahraga jalan kaki dan bulutangkis. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan Purposive sampling atau pemilihan sampel dengan pertimbangan. Aktif dalam penelitian ini adalah melakukan olahraga jalan kaki dan bulutangkis secara rutin 3X/minggu.


(19)

Nanang Kusnandi, 2012

Motivasi Pria Lanjut Usia Melakukan Olahraga Bulutangkis Dan Jalan Kaki Serta Hubungannya Dengan Kebugaran Jasmani

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Keberhasilan suatu penelitian ilmiah tidak terlepas dari metode apa yang digunakan dalam penelitian tersebut. Dengan demikian, seorang peneliti dituntut untuk terampil menemukan metode apa yang tepat dan sesuai dengan permasalahan yang sedang diteliti. Oleh karena itu merumuskan masalah yang diteliti serta menentukan tujuan yang ingin dicapai dalam suatu penelitian sangat menentukan terhadap metode penelitian yang digunakan.

Metode merupakan suatu prosedur atau cara ilmiah untuk mengetahui sesuatu. Menurut Sugiyono (2009:2) cara ilmiah berarti:

Kegiatan penelitian itu didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris dan sistematis. Rasional berarti kegiatan penelitian itu dilakukan dengan cara-cara yang masuk akal sehingga terjangkau oleh penalaran manusia. Empiris berarti cara-cara yang dilakukan itu dapat diamati oleh indera manusia, sehingga orang lain dapat mengamati dan mengetahui cara-cara yang digunakan. Sistematis artinya, proses yang digunakan itu menggunakan langkah-langkah tertentu dan bersifat logis.

Penelitian diartikan sebagai suatu proses pengumpulan dan analisis data secara sistematis dan logis untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. Margono (2007:18) mengungkapkan bahwa,"Penelitian adalah penerapan pendekatan ilmiah pada pengkajian suatu masalah”. Tujuannya yaitu untuk menemukan jawaban terhadap persoalan yang signifikan, melalui penerapan prosedur-prosedur ilmiah”.


(20)

Nanang Kusnandi, 2012

Motivasi Pria Lanjut Usia Melakukan Olahraga Bulutangkis Dan Jalan Kaki Serta Hubungannya Dengan Kebugaran Jasmani

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Berdasarkan pendapat tersebut di atas, penulis menyimpulkan bahwa metode penelitian merupakan cara ilmiah yang digunakan oleh peneliti dalam merancang, melaksanakan, dan mengolah data, serta menarik kesimpulan berkenaan dengan masalah penelitian. Sugiyono (2009:2) berpendapat bahwa, “Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode kausal komparatif yang sering juga disebut penelitian ex post facto. Alasan penggunaan metode kausal komparatif ini karena dalam penelitiannya penulis ingin mengamati suatu masalah secara mendalam dengan cara membandingkan dua situasi kelompok yang berbeda. Adang Suherman (2002:11) menjelaskan bahwa “penelitian kausal komparatif memungkinkan seseorang meneliti hubungan kausal diantara variabel-variabel yang tidak bisa dimanipulasi seperti dalam penelitian eksperimen”. Sementara itu, Kerlinger (dikutip Emzir, 2010:119) penelitian kausal komparatif (causal comparative research) yang disebut juga penelitian ex post facto adalah penyelidikan empiris yang sistematis di mana peneliti tidak mengendalikan variabel bebas secara langsung karena keberadaan dari variabel tersebut telah terjadi atau karena variabel tersebut pada dasarnya tidak dapat dimanipulasi.

Kemudian, Gay (dikutip Emzir, 2010:119) mengemukakan bahwa,” studi kausal komparatif atau ex post facto adalah penelitian yang berusaha menentukan penyebab atau alasan, untuk keberadaan perbedaan dalam perilaku atau status dalam kelompok individu”. Dengan kata lain, penelitian kausal komparatif adalah penelitian yang diarahkan untuk menyelidiki hubungan sebab-akibat berdasarkan


(21)

Nanang Kusnandi, 2012

Motivasi Pria Lanjut Usia Melakukan Olahraga Bulutangkis Dan Jalan Kaki Serta Hubungannya Dengan Kebugaran Jasmani

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

pengamatan terhadap akibat yang terjadi dan mencari faktor yang menjadi penyebab melalui data yang dikumpulkan. Sementara itu Fraenkel (1993:318) menjelaskan,”The basic causal-comparative approach, therefore, is to begin with a noted difference between two groups and to look for possible causes for, or consequences of, this difference”. Kutipan tersebut menjelaskan bahwa dasar pendekatan kausal komparatif adalah mulai dengan mencatat perbedaan antara dua kelompok dan untuk mencari kemungkinan penyebab atau akibat dari perbedaan ini. Dalam penelitian ini pendekatan dasarnya adalah memulai dengan adanya perbedaan dua kelompok dan kemudian mencari faktor yang mungkin menjadi penyebab atau akibat dari perbedaan tersebut.

Berdasarkan pengertian di atas, yang pasti pada penelitian ex post facto, peneliti tidak memulai prosesnya dari awal, melainkan langsung melihat hasilnya. Dari hasil yang diperoleh tersebut peneliti mencoba mencari sebab-sebab terjadinya peristiwa itu (Subana dan Sudrajat, 2009:42). Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk menyelidiki kemungkinan hubungan sebab-akibat berdasarkan atas pengamatan terhadap akibat yang ada, dan mencari kembali fakta yang mungkin menjadi penyebab melalui data tertentu.

Penelitian kausal komparatif memiliki kelebihan sekaligus kekurangan. Kelebihan yang dimiliki penelitian kasual komparatif menurut Ritz (1999) dalam Emzir (2010, 123-124) sebagai berikut;

1. Metode kausal komparatif adalah suatu penelitian yang layak dalam banyak hal bila metode eksperimen tidak mungkin untuk dilakukan. 2. Penelitian kausal komparatif menghasilkan informasi yang bermanfaat

mengenai hakikat fenomena: apa sesuai dengan apa, di bawah kondisi apa, dalam urutan dan pola apa, dan seterusnya.


(22)

Nanang Kusnandi, 2012

Motivasi Pria Lanjut Usia Melakukan Olahraga Bulutangkis Dan Jalan Kaki Serta Hubungannya Dengan Kebugaran Jasmani

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

3. Memperbaiki teknik, metode statistik, dan desain dengan pengontrolan fitur-fitur secara farsial, dalam beberapa tahun belakangan, studi ini lebih banyak dipertahankan.

Penelitian kausal komparatif ini juga tidak lepas dari kelemahan, seperti yang diungkapkan oleh Adang Suherman (2002:14) bahwa:

Penelitian kausal komparatif memiliki kelemahan yang cukup serius terutama rendahnya kendali terhadap variabel-variabel yang mengancam validitas internal. Oleh karena itu manipulasi terhadap variabel independen sudah terjadi, maka kendali terhadap semua variabel yang mengancam validitas internal tidak dapat dilakukan.

Penelitian ini dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran aktual tentang motivasi pria lanjut usia melakukan olahraga bulutangkis dan jalan kaki serta hubungannya dengan kebugaran jasmani.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Riduwan (2010: 55) mengatakan bahwa, “Populasi merupakan objek atau subjek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian”. Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2011:80).

Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan hanya sekedar jumlah yang ada pada obyek/subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang


(23)

Nanang Kusnandi, 2012

Motivasi Pria Lanjut Usia Melakukan Olahraga Bulutangkis Dan Jalan Kaki Serta Hubungannya Dengan Kebugaran Jasmani

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

dimiliki oleh subyek atau obyek itu. Populasi dalam penelitian ini adalah pria lansia yang melakukan olahraga bulutangkis dan jalan kaki di Tasikmalaya.

2. Sampel

Riduwan (2010:56) mengatakan bahwa, “Sampel adalah bagian dari populasi yang mempunyai ciri-ciri atau keadaan tertentu yang akan diteliti”. Lebih lanjut Sugiyono (2011:81) menjelaskan bahwa, “Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Penentuan sumber data pada orang yang diwawancarai dilakukan secara purposive, yaitu dipilih dengan pertimbangan dan tujuan tertentu.

Badriah (2009:87) menjelaskan, “Sampel Purpossive adalah sampel yang dipilih secara sengaja dengan mempertimbangkan tujuan yang ingin dicapai dari karakteristik yang ingin diteliti. Misalnya saja sudah ditentukan kriteria inklusi (kriteria yang mengikat subyek masuk ke dalam kelompok) dan kriteria ekslusi (kriteria yang mengikat subyek dikeluarkan dari kelompok)”. Lebih lanjut Riduwan (2010:63) menjelaskan bahwa, “Purposive Sampling dikenal juga dengan sampling pertimbangan ialah teknik sampling yang digunakan peneliti jika peneliti mempunyai pertimbangan-pertimbangan tertentu di dalam pengambilan sampelnya atau penentuan sampel untuk tujuan tertentu.

Kriteria inklusi yang penulis buat adalah: 1. Untuk kelompok olahraga jalan kaki

a. sudah melakukan olahraga jalan kaki secara teratur minimal enam bulan. b. berjenis kelamin laki-laki


(24)

Nanang Kusnandi, 2012

Motivasi Pria Lanjut Usia Melakukan Olahraga Bulutangkis Dan Jalan Kaki Serta Hubungannya Dengan Kebugaran Jasmani

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu d. bersedia mengisi angket atau kuesioner e. bersedia melakukan tes praktek jalan 4,8 km. 2. Untuk kelompok olahraga bulutangkis

a. sudah melakukan olahraga bulutangkis secara teratur minimal enam bulan. b. berjenis kelamin laki-laki.

c. berusia antara 45 – 59 tahun pada saat dilakukan penelitian. d. bersedia mengisi angket atau kuesioner.

e. bersedia melakukan tes praktek jalan 4,8 km.. Kriteria ekslusi yang penulis buat adalah:

1. Untuk kelompok olahraga jalan kaki

a. melakukan olahraga jalan kaki tidak teratur. b. berjenis kelamin perempuan.

c. berusia kurang dari 45 tahun dan di atas 59 tahun. d. tidak bersedia mengisi angket atau kuesioner. e. tidak bersedia melakukan tes praktek jalan 4,8 km.. 2. Untuk kelompok olahraga bulutangkis

f. melakukan olahraga bulutangkis tidak teratur. g. Berjenis kelamin perempuan.

h. berusia kurang dari 45 tahun dan di atas 59 tahun. i. tidak bersedia mengisi angket atau kuesioner. j. tidak bersedia melakukan tes praktek jalan 4,8 km..

Berdasarkan hasil pendataan di lapangan, jumlah sampel yang sesuai dengan kriteria yang sudah ditentukan adalah 25 orang kelompok olahraga jalan kaki dan


(25)

Nanang Kusnandi, 2012

Motivasi Pria Lanjut Usia Melakukan Olahraga Bulutangkis Dan Jalan Kaki Serta Hubungannya Dengan Kebugaran Jasmani

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

25 orang kelompok olahraga bulutangkis. Hal ini sejalan dengan pendapat Adang Suherman (2002:18) bahwa, “Jumlah sampel untuk penelitian kausal komparatif sama dengan untuk penelitian eksperimen minimal 15 orang sementara sampel untuk penelitian korelasional minimal 30 orang”.

C. Desain Penelitian

Penelitian di desain dengan membagi dua kelompok penelitian, yaitu kelompok olahraga jalan kaki (X1) dan kelompok olahraga bulutangkis (X2), variabel moderator yaitu motivasi (y1) dan variabel terikat yaitu kebugaran jasmani (y2) seperti dapat dilihat pada gambar 3.1 berikut:

Keterangan:

X1 = kelompok motivasi olahraga bulutangkis X2 = kelompok motivasi olahraga jalan kaki

ryx1 = korelasi motivasi olahraga bulutangkis dengan kebugaran jasmani ryx2 = korelasi motivasi olahraga jalan kaki dengan kebugaran jasmani Y = kebugaran jasmani

Gambar 3.1 Desain Penelitian X1

X2

Y ryx1


(26)

Nanang Kusnandi, 2012

Motivasi Pria Lanjut Usia Melakukan Olahraga Bulutangkis Dan Jalan Kaki Serta Hubungannya Dengan Kebugaran Jasmani

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

D. Definisi Operasional

1. Lanjut usia

Usia lanjut adalah suatu kejadian yang pasti akan dialami oleh semua orang yang dikaruniai usia panjang, terjadinya tidak bisa dihindari oleh siapapun. Pada usia lanjut akan terjadi berbagai kemunduran pada organ tubuh. Mengenai seseorang yang berusia lanjut, dikemukakan dalam beberapa pengertian diantaranya: Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memberikan batasan terhadap seseorang yang telah lanjut usia ke dalam empat kategori, yaitu: usia pertengahan (middle age), yaitu kelompok usia 45 sampai 59 tahun, lanjut usia (elderly), antara 60 sampai 74 tahun, lanjut usia tua (old), antara 75 sampai 90 tahun, usia sangat tua (very old), diatas 90 tahun.

Dalam penelitian ini batasan usia yang penulis ambil adalah usia pertengahan (middle age), yaitu kelompok usia 45 sampai 59 tahun. Hai ini didasari oleh lansia yang melakukan olahraga bulutangkis di Tasikmalaya mayoritas rentang usianya ada diantara usia 40 – 60 tahun. Selain itu kasus-kasus lansia yang mengalami gangguan kesehatan sampai meninggal dunia ada pada rentang usia tersebut di atas.

2. Motivasi

Setyobroto (1993:63) menjelaskan bahwa motivasi adalah,” Proses aktualisasi sumber penggerak dan pendorong tingkah laku individu memenuhi kebutuhan untuk mencapai tujuan tertentu”. Dalam penelitian ini penulis mengambil pendapat motivasi berolahraga dari Gould dan Petlichkoff (1988) dalam Maksum


(27)

Nanang Kusnandi, 2012

Motivasi Pria Lanjut Usia Melakukan Olahraga Bulutangkis Dan Jalan Kaki Serta Hubungannya Dengan Kebugaran Jasmani

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

(2011:67) yang menjelaskan bahwa,” motivasi orang melakukan olahraga ada berbagai macam, yaitu: 1) memperbaiki keterampilan, 2) mendapatkan kesenangan, 3) mendapatkan teman, 4) memperoleh pengalaman yang menantang, 5) mendapatkan kesuksesan, 6) kebugaran. Motivasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah motivasi pria lanjut usia terhadap olahraga bulutangkis dan jalan kaki.

3. Olahraga bulutangkis

Permainan bulutangkis merupakan permainan yang bersifat individual yang dapat dilakukan dengan cara melakukan satu orang melawan satu orang (tunggal) atau dua orang melawan dua orang (ganda). Permainan ini menggunakan raket sebagai alat pemukul dan shuttle cock sebagai objek pukul, lapangan permainan berbentuk segi empat dan dibatasi oleh net untuk memisahkan antara daerah permainan sendiri dan daerah permainan lawan. Permainan bulutangkis dalam penelitian ini adalah bulutangkis nomor ganda yang dilakukan dengan sistem point 30.

Lansia di klub PB. Arina dan Lugina melakukan olahraga bulutangkis seminggu 3 kali yaitu pada hari Rabu, Jum’at dan Minggu mulai pukul 14.00 – 18.00 wib. Setiap lansia melakukan bulutangkis beranekaragam ada yang hanya satu kali sampai tiga kali. Berdasarkan pengamatan penulis setiap kali bermain bulutangkis waktu nya antara 20 – 30 menit.

4. Olahraga jalan kaki

Olahraga jalan kaki merupakan salah satu pilihan jenis olahraga yang dilakukan para lansia dalam mengisi waktu senggangnya sebagai upaya untuk


(28)

Nanang Kusnandi, 2012

Motivasi Pria Lanjut Usia Melakukan Olahraga Bulutangkis Dan Jalan Kaki Serta Hubungannya Dengan Kebugaran Jasmani

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

meningkatkan kualitas kesehatan, mencegah beragam penyakit, bahkan mencegah kepikunan. Olahraga jalan kaki merupakan olahraga yang beresiko kecil bagi lansia, bahkan jika dilakukan sangat hati-hati hampir tidak mengandung resiko bahaya. Jalan kaki dilakukan dengan ayunan langkah kaki dan lengan yang bebas, merupakan latihan yang cukup aman dengan memfungsikan seluruh persendian secara bebas.

Lansia yang melakukan olahraga jalan kaki di sekitar stadion sepak bola Wiradadaha dilakukan seminggu tiga kali yaitu pada hari selasa, kamis dan sabtu pada pagi hari antara pukul 07.00 – 08.00 wib. Setiap orang melakukan olahraga jalan kaki waktunya relatif berbeda tergantung dari kebugaran nya masing-masing. Berdasarkan pengamatan penulis waktu pelaksanaannya antara 30 – 45 menit.

5. Kebugaran jasmani

Physical Fitness selain diterjemahkan sebagai kebugaran jasmani, diterjemahkan pula dengan istilah-istilah lain misalnya: kesegaran jasmani, kesanggupan jasmani dan kesamaptaan jasmani. Dalam perkembangannya, istilah Kebugaran jasmani menjadi terjemahan yang paling populer bagi istilah Physical Fitness. Kebugaran Jasmani adalah kemampuan tubuh seseorang untuk melakukan tugas pekerjaan sehari-hari tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti (Bustaman, 2002:272). Lebih lanjut Badriah (2009:31) secara harfiah, physical fitness berarti kecocokan fisik atau kesesuaian jasmani. Ini mengandung maksud adanya sesuatu yang harus cocok dengan fisik atau jasmani itu, yaitu macam atau beratnya tugas yang harus dilaksanakan oleh fisik tersebut. Oleh karena itu


(29)

Nanang Kusnandi, 2012

Motivasi Pria Lanjut Usia Melakukan Olahraga Bulutangkis Dan Jalan Kaki Serta Hubungannya Dengan Kebugaran Jasmani

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

kebugarn jasmani dapat diartikan sebagai kemampuan tubuh dalam melakukan berbagai macam pekerjaan tanpa mengalami kelelahan yang berarti dan dapat segera pulih sebelum datangnya tugas pada keesokan harinya.

Kebugaran jasmani yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kebugaran jasmani pria lansia yang melakukan olahraga bulutangkis di PB Arina dan Lugina Tasikmalaya dan kebugaran jasmani pria lansia yang melakukan olahraga jalan kaki di Klub Jalan sehat Dadaha Tasikmalaya dengan tes jalan 4,8 km.

E. Instrumen Penelitian

Dalam melakukan sebuah penelitian tentunya diperlukan sebuah alat atau metode untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian. Alat dalam sebuah penelitian juga dapat dikatakan dengan instrumen penelitian. Mengenai instrumen ini, Arikunto (2002:127) menerangkan sebagai berikut:

Berbicara tentang jenis-jenis metode dan instrumen pengumpulan data sebenarnya tidak ubahnya dengan berbicara masalah evaluasi. Mengevaluasi tidak lain adalah memperoleh data tentang status sesuatu dibandingkan dengan standar atau ukuran yang telah ditentukan, karena mengevaluasi juga adalah mengadakan pengukuran. Mendasarkan daripada pengertian ini, maka apabila kita menyebut jenis metode dan alat atau instrumen pengumpulan data, maka sama saja dengan menyebut alat evaluasi, atau setidak-tidaknya hampir seluruhnya sama.

Oleh karena itu alat atau instrumen dalam sebuah penelitian mutlak harus ada sebagai bahan untuk pemecahan masalah penelitian yang hendak diteliti. Secara garis besar mengenai alat evaluasi ini Arikunto (2002:127) menggolongkannya atas dua macam yaitu tes dan non tes. Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan,


(30)

Nanang Kusnandi, 2012

Motivasi Pria Lanjut Usia Melakukan Olahraga Bulutangkis Dan Jalan Kaki Serta Hubungannya Dengan Kebugaran Jasmani

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Non tes adalah dengan mengamati sampel yang diteliti sesuai dengan kebutuhan penelitian sehingga diperoleh data yang diinginkan.

Instrumen penelitian yang penulis gunakan dalam pengumpulan data adalah: 1. Instrumen motivasi menggunakan skala sikap dengan model skala likert yang bentuknya berupa angket. Angket yang digunakan adalah angket tertutup (angket berstruktur). Tujuan dan penyebaran angket ini adalah untuk menggali motivasi pria lanjut usia melakukan olahraga jalan kaki dan bulutangkis.

2. Tes jalan 4,8 km dari Cooper (1983:142) untuk mengukur kebugaran jasmani. 3. Observasi berkenaan dengan durasi atau lamanya melakukan olahraga jalan

kaki dan bulutangkis dengan format dibuat sendiri sesuai kebutuhan.

F. Pelaksanaan Pengumpulan Data

Penelitian dilakukan dalam dua tahap yaitu sampel mengisi angket yang dilakukan pada saat rutinitas latihan dan tahap kedua yaitu tes jalan 4,8 km dan tambahan data dengan observasi langsung di tempat pelaksanaan olahraga bulutangkis dan jalan kaki. Untuk tes jalan 4,8 km dilakukan di stadion bola wiradadaha yang memiliki lintasan standar nasional 400 m satu putaran, artinya sampel melakukan tes jalan kaki sebanyak 12 putaran dan dihitung waktu tempuhnya. Adapun prosedur pelaksanaan pengambilan data adalah sebagai berikut:


(31)

Nanang Kusnandi, 2012

Motivasi Pria Lanjut Usia Melakukan Olahraga Bulutangkis Dan Jalan Kaki Serta Hubungannya Dengan Kebugaran Jasmani

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Salah cara yang ditempuh dalam upaya pengumpulan data secara empiris di lapangan adalah menyebarkan angket yang memuat ragam pernyataan sebagai cara mengetahui tingkat motivasi sampel penelitian. Asfek-asfek yang dijaring lewat angket motivasi adalah: a) memperbaiki keterampilan, b) mendapatkan kesenangan, c) mendapatkan teman, d) memperoleh pengalaman yang menantang, e) mendapatkan kesuksesan, f) kebugaran (Gould dan Petlichkoff (1988) dalam Maksum (2011:67). Dari masing-masing motivasi di atas dibuat kisi-kisi yang memuat pernyataan-pernyataan operasional yang mudah difahami oleh lansia sebagai sampel penelitian. Pernyataan-pernyataan yang dibuat ada yang positif dan negatif.

Berdasarkan definisi operasional variabel motivasi disusunlah kisi-kisi yang selanjutnya dijabarkan dalam sejumlah pernyataan yang disebut angket penelitian. Melalui angket yang sudah diselesaikan dengan hasil diskusi dengan para pembimbing dan konsultasi pada psikolog, peneliti melakukan uji coba instrumen kepada para lansia peserta olahraga jalan kaki di dadaha dan peserta bulutangkis di lapang kampus unsil 13 orang dan lansia yang melakukan olahraga jalan kaki berjumlah 12 orang, sehingga jumlah keseluruhan 25 orang.

Kisi-kisi yang digunakan sebagai rujukan pembuatan pernyataan dalam angket dapat dilihat pada tabel 3.2. Alternatif jawaban yang disediakan pada angket motivasi terdiri dari lima altrnatif, yaitu SS (sangat setuju), S (setuju), R (ragu-ragu), TS (tidak setuju), STS (sangat tidak setuju). Skala alternatif jawaban ini merupakan skala sikap, dengan merujuk pada konsep pengukuran sikap yang dikemukakan Likert (1984).


(32)

Nanang Kusnandi, 2012

Motivasi Pria Lanjut Usia Melakukan Olahraga Bulutangkis Dan Jalan Kaki Serta Hubungannya Dengan Kebugaran Jasmani

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Tabel 3.1

Kisi-kisi Angket Penelitian

NO INDIKATOR SUB INDIKATOR ITEM JML

+ -

1

Memperbaiki keterampilan

Koordinasi 3,10,57 25,55 5 Keseimbangan 16, 7,40 6,21 5 2

Mendapatkan kesenangan

Senang 13,31,58 43,19,28 6

Puas 8,1 34,49 4

3

Mendapatkan teman

Menambah teman 15,38,4,23 44,11 6 Persahabatan 18,52 29,47 4 4 Memperoleh

pengalaman yang menantang

Banyak tantangan 32,7,35 20,53 5 Mendapatkan

Pengalaman baru 2,26,59 41,50 5 5

Mendapat kesuksesan

Lebih baik dari orang lain

33,13,46 24,51 5 Dihargai orang lain 14,39,22 17,56 5 6

Kebugaran Daya tahan 5,30,54 42,48 5 Tidak cepat lelah 9,27 36,45,60 5

Jumlah keseluruhan angket 60

Tabel 3.2

Kriteria Pemberian Skor terhadap Alternatif Jawaban

Alternatif Jawaban Bobot Nilai

Positif Negatif

Sangat Setuju (SS) 5 1

Setuju (S) 4 2

Ragu-tragu (RR) 3 3


(33)

Nanang Kusnandi, 2012

Motivasi Pria Lanjut Usia Melakukan Olahraga Bulutangkis Dan Jalan Kaki Serta Hubungannya Dengan Kebugaran Jasmani

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu Sangat Tidak Setuju

(STS)

1 5

Tabel 3.3

Kisi – kisi angket setelah di uji validitas

NO INDIKATOR SUB INDIKATOR ITEM JMLH

+ -

1 Memperbaiki keterampilan

Koordinasi 3,10,57 3

Keseimbangan 16, 40 2

2 Mendapatkan kesenangan

Senang 13,58 43,19,28 5

Puas 8,1 34,49 4

3 Mendapatkan teman

Menambah teman 15,38,4,23 44 5 Persahabatan 18,52 29,47 4 4 Memperoleh

pengalaman yang menantang

Banyak tantangan 35 20,53 3 Mendapatkan

Pengalaman baru 2,26,59 41,50 5 5

Mendapat kesuksesan

Lebih baik dari

orang lain 33,13,46 24,51 5 Dihargai orang lain 14,39,22 3 6

Kebugaran Daya tahan 5,30,54 42,48 5 Tidak cepat lelah 9,27 36 3

Jumlah keseluruhan angket 47

Contoh butir angket motivasi yang digunakan untuk instrumen dalam penelitian ini sesuai dengan alternatif jawaban yang mengacu pada skala Likert dapat dilihat pada tabel 3.4.

Tabel 3.4

Contoh Angket Motivasi

No Pernyataan Alternatif jawaban

SS S R TS STS 1. Saya merasa puas setiap berolahraga.

฀ ฀ ฀ ฀


(34)

Nanang Kusnandi, 2012

Motivasi Pria Lanjut Usia Melakukan Olahraga Bulutangkis Dan Jalan Kaki Serta Hubungannya Dengan Kebugaran Jasmani

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 2. Berolahraga itu mengasyikan.

฀ ฀ ฀ ฀

3. Olahraga dapat memperbaiki koordinasi

tangan dan kaki saya.

฀ ฀ ฀ ฀

4. Saya banyak dikenal orang lain dengan

berolahraga.

฀ ฀ ฀ ฀

5. Olahraga membuat saya mampu melakukan

pekerjaan tanpa merasa lelah.

฀ ฀ ฀ ฀

Pengisian angket oleh sampel dilaksanakan pada minggu pertama sampai ketiga bulan Januari 2012 dan dikumpulkan pada saat itu juga. Adapun waktu yang dibutuhkan oleh sampel untuk menjawab pernyataan-pernyataan dalam angket antara 5 – 10 menit. Kegiatan ini berjalan lancar, karena selain dilaksanakan oleh peneliti juga mendapat bantuan dari para petugas yang ditunjuk oleh peneliti (dalam meyebarkan dan mengumpulkan angket).

2. Prosedur tes kebugaran jasmani berupa jalan 4,8 km

Tes dilakukan di lapangan bola wiradadaha Tasikmalaya pada tanggal 20 dan 21 Januari 2012. Tes dibantu oleh beberapa orang teman sejawat. Tes dilakukan pada pagi hari mulai dari jam 7 pagi sampai dengan jam 9 pagi.


(35)

Nanang Kusnandi, 2012

Motivasi Pria Lanjut Usia Melakukan Olahraga Bulutangkis Dan Jalan Kaki Serta Hubungannya Dengan Kebugaran Jasmani

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

a. Sampel dibariskan dengan tertib kemudian diberi penjelasan tentang maksud dan tujuan tes jalan 4,8 km.

b. Setelah mendapatkan penjelasan, sampel diberi nomor dada dan langsung melakukan pemanasan kurang lebih 5 menit.

c. Seluruh sampel secara berkelompok melakukan start jalan dengan menempuh 4,8 km atau 12 keliling lintasan lapangan bola Wiradadaha Tasikmalaya. d. Selama pelaksanaan tes jalan peneliti dan petugas lain yang membantu selalu

mengamati sampel untuk menjaga hal-hal yang tidak diharapkan.

e. Waktu tempuh tes jalan 4,8 km setiap sampel dicatat. Norma penilaian tes jalan 4,8 km dapat dilihat pada halaman berikut.

Tabel 3.5

Norma Penilaian Tes Jalan 4,8 km 3 Mile Walking (No Running)

Time (Minutes)

Age (Years)

Fitness Category 13 - 19 20 - 29 30 - 39 40 - 49 50 - 59 60+

I. Very Poor Men > 45.00 > 46.00 > 49.00 > 52.00 > 55.00 > 60.00

sangat

jelek Women > 47.00 > 48.00 > 51.00 > 54.00 > 57.00 > 63.00

II. Poor Men

41:01 - 45:00 42:01 - 46:00 44:31 - 49:00 47:01 - 52:00 50:01 - 55:00 54:01 - 60:00

jelek Women

43:01 - 47:00 44:01 - 48:00 46:31 - 51:00 49:01 - 54:00 52:01 - 57:00 57:01 - 63:00 III

. Fair Men

37:31 - 41:00 38:31 - 42:00 40:01 - 44:30 42:01 - 47:00 45:01 - 50:00 48:01 - 54:00

cukup Women

39:31 - 43:00 40:31 - 44:00 42:01 - 46:30 44:01 - 49:00 47:01 - 52:00 51:01 - 57:00 IV

. Good Men

33:00 - 37:30 34:00 - 38:30 35:00 - 40:00 36:30 - 42:00 39:00 - 45:00 41:00 - 48:00

baik Women

35:00 - 39:30 36:00 - 40:30 37:30 - 42:00 39:00 - 44:00 42:00 - 47:00 45:00 - 51:00 V. Excellent Men < 33:00 < 34:00 < 35:00 < 36:30 < 39:00 < 41:00


(36)

Nanang Kusnandi, 2012

Motivasi Pria Lanjut Usia Melakukan Olahraga Bulutangkis Dan Jalan Kaki Serta Hubungannya Dengan Kebugaran Jasmani

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu (Cooper, 1983)

Tabel 3.6

Hasil Tes Jalan Cepat 4,8 km Kelompok Bulutangkis

NO NAMA USIA WAKTU TEMPUH KATEGORI 1 Endang 58 thn 43,05 Cukup

2 Wahid 46 thn 37,15 Baik

3 Deded 55 thn 52,39 Jelek

4 Iwan 54 thn 46,07 Cukup

5 Holis 47 thn 37,32 Baik

6 Yaya 45 thn 43,56 Cukup

7 Guru Endang 47 thn 50,06 Jelek

8 Iim 48 thn 44,16 Cukup

9 Engkus 50 thn 41,17 Baik 10 H. Haris 51 thn 46,28 Cukup 11 Agus 54 thn 52,39 Jelek 12 Dadang Budiana 51 thn 46,28 Cukup 13 H. Ade 49 thn 37,32 Baik 14 Maskun 48 thn 43,57 Cukup 15 Rahmat 46 thn 38,25 Baik

16 Dodi 48 thn 44,18 Cukup

17 Tatang 52 thn 49,05 Cukup 18 H. Ilyas 55 thn 41,17 Baik

Tabel 3.6 (lanjutan)

NO NAMA USIA WAKTU TEMPUH KATEGORI

19 Toni 54 thn 48,12 Cukup

20 Budiman 53 thn 48,12 Cukup 21 Toto Suherdianto 55 thn 47,35 Cukup 22 H. Ujang 56 thn 53,45 Jelek 23 H. Asep 47 thn 43,57 Cukup 24 Dadang Permana 49 thn 49,47 Jelek 25 H. Dedi 45 thn 42,18 Cukup

1263 kategori baik 6

Rata-rata = 50,5 kategori cukup 14 kategori kurang 5

Tabel 3.7

Hasil Tes Jalan Cepat 4,8 km Kelompok Jalan Kaki

NO NAMA USIA WAKTU TEMPUH KATEGORI 1 H. Kamaludin 51 thn 52,12 jelek

2 Budi 49 thn 43,27 cukup

3 Herman 48 thn 43,27 cukup 4 Suryaman 49 thn 38.15 baik


(37)

Nanang Kusnandi, 2012

Motivasi Pria Lanjut Usia Melakukan Olahraga Bulutangkis Dan Jalan Kaki Serta Hubungannya Dengan Kebugaran Jasmani

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

5 Hendra 50 thn 39,48 baik 6 Dede Muhendi 52 thn 45,34 cukup 7 Parman 55 thn 42,47 baik 8 Suherman 56 thn 52,12 jelek 9 Ko Atep 48 thn 45,04 cukup 10 Ipih Sopiyulloh 47 thn 51,05 jelek 11 Ko Aseng 45 thn 37,24 baik 12 Deden Gunawan 47 thn 37,24 baik 13 Maryana 49 thn 45,28 cukup 14 Ko Heri 51 thn 42,47 baik

15 Yuda 54 thn 43,55 baik

16 Tedi 53 thn 41,37 baik

17 Sahrul 45 thn 43,09 cukup 18 H.Iman 46 thn 40,44 baik 19 Ko Budi 46 thn 41,25 baik 20 Ko Herman 48 thn 40,44 baik 21 Haris 47 thn 43,09 cukup 22 Toteng 52 thn 45,45 cukup 23 Ko Ate 50 thn 47,24 cukup 24 Ko Rudi 55 thn 41,36 baik 25 Walimudin 47 thn 41,28 baik

1240 kategori baik 13

Rata-rata = 49,6 kategori cukup 9

kategori kurang 3

Tabel 3.8

Rekapitulasi Skor Motivasi dan Kebugaran Jasmani Kelompok Bulutangkis

N O

NAMA

SAMPEL USIA

SKOR KJ MOTIVASI Ketera mpila n Kesen angan Tema n Pengal aman Kesuk ssesan Kebug aran Jum lah

1 Endang 58 thn 43,05 19 32 31 26 27 31 166

2 Wahid 46 thn 37,15 22 37 38 29 26 32 184

3 Deded 55 thn 52,39 20 34 33 28 26 28 169

4 Iwan 54 thn 46,07 22 35 32 28 24 32 173

5 Holis 47 thn 37,32 19 33 32 22 27 32 165

6 Yaya 45 thn 43,56 15 28 28 30 28 30 159

7 Guru

Endang 47 thn 50,06 21 33 29 27 27 34 171

8 Iim 48 thn 44,16 14 33 29 31 24 31 162

9 Engkus 50 thn 41,17 20 34 30 26 29 34 173

10 H. Haris 51 thn 46,28 17 35 30 25 29 33 169


(38)

Nanang Kusnandi, 2012

Motivasi Pria Lanjut Usia Melakukan Olahraga Bulutangkis Dan Jalan Kaki Serta Hubungannya Dengan Kebugaran Jasmani

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

12

Dadang

Budiana 51 thn 46,28 20 35 37 29 27 34 182

13 H. Ade 49 thn 37,32 20 34 32 27 24 33 170

14 Maskun 48 thn 43,57 22 35 34 25 31 32 179

15 Rahmat 46 thn 38,25 20 32 31 24 31 28 166

16 Dodi 48 thn 44,18 21 38 27 28 27 31 172

17 Tatang 52 thn 49,05 21 36 28 31 27 34 177

18 H. Ilyas 55 thn 41,17 20 36 34 23 29 29 171

19 Toni 54 thn 48,12 23 33 35 29 26 34 180

20 Budiman 53 thn 48,12 20 37 35 29 26 35 182

21 Toto

Suherdianto 55 thn 47,35 19 39 33 29 29 34 183

22 H. Ujang 56 thn 53,45 19 39 34 27 25 35 179

23 H. Asep 47 thn 43,57 21 33 32 32 31 36 185

24

Dadang

Permana 49 thn 49,47 21 36 30 24 27 34 172

25 H. Dedi 45 thn 42,18 22 31 29 30 21 30 163

Rata-rata 51 thn 45,03 19,76 34,52 31,72 27,40 27,00 32,00

172, 40 Standar

deviasi 2,223 2,519 2,836 2,614 2,380 2,739

Korelasi -0,094 0,312 -0,081 0,216 -0,109 0,057

Tabel 3.9

Rekapitulasi Skor Motivasi dan Kebugaran Jasmani Kelompok Jalan kaki

N

O NAMA SAMPEL USIA

SKOR KJ MOTIVASI Kete ram pila n Kes enan

gan Tem

an Pen gala man Kesuk ssesan Kebug aran Jum lah

1 H. Kamaludin 51 thn 52,12 19 30 33 25 24 31 162

2 Budi 49 thn 43,27 22 33 33 29 26 32 175

3 Herman 48 thn 43,27 18 26 32 31 28 30 165

4 Suryaman 49 thn 38,15 23 31 34 30 29 36 183

5 Hendra 50 thn 39,48 21 29 31 24 29 30 164

6 Dede Muhendi 52 thn 45,34 18 31 30 26 22 28 155

7 Parman 55 thn 42,47 21 33 31 29 27 34 175

8 Suherman 56 thn 52,12 22 29 32 27 24 28 162


(39)

Nanang Kusnandi, 2012

Motivasi Pria Lanjut Usia Melakukan Olahraga Bulutangkis Dan Jalan Kaki Serta Hubungannya Dengan Kebugaran Jasmani

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

10 Ipih Sopiyulloh 47 thn 51,05 15 30 29 29 29 31 163

11 Ko Aseng 45 thn 37,24 18 25 27 30 25 35 160

12 Deden Gunawan 47 thn 37,24 19 27 32 34 29 33 174

13 Maryana 49 thn 45,28 19 29 31 27 23 35 164

14 Ko Heri 51 thn 42,47 23 34 36 28 27 34 182

15 Yuda 54 thn 43,55 20 27 33 30 30 35 175

16 Tedi 53 thn 41,37 21 30 29 26 32 34 172

17 Sahrul 45 thn 43,09 20 29 30 25 26 29 159

18 H.Iman 46 thn 40,44 20 30 36 29 28 31 174

19 Ko Budi 46 thn 41,25 24 33 36 28 28 34 183

20 Ko Herman 48 thn 40,44 22 34 35 30 27 34 182

21 Haris 47 thn 43,09 20 27 33 30 26 37 173

22 Toteng 52 thn 45,45 21 28 32 30 28 35 174

23 Ko Ate 50 thn 47,24 23 32 35 34 30 34 188

24 Ko Rudi 55 thn 41,36 23 27 34 33 28 28 173

25 Walimudin 47 thn 41,28 19 33 28 35 29 32 176

Rata-rata 50 thn 43,32

20,5 2

29,8

4 32,2

28,9

6 27,36 32,56

171, 44 Standar Deviasi 2,10 4 2,57 7 2,48 3 2,97

9 2,413 2,631

korelasi -0,20 9 0,06 7 -0,01 5 -0,28 9

-0,314 -0,311

3. Observasi

Observasi yang peneliti lakukan adalah untuk mengetahui durasi selama olahraga jalan kaki dan bulutangkis yang dilakukan sampel. Ternyata berdasarkan hasil observasi untuk kelompok olahraga jalan kaki setiap sampel relatif berbeda waktu latihannya antara 30 – 45 menit. Sedangkan untuk kelompok olahraga bulutangkis antara 20 – 30 menit.


(40)

Nanang Kusnandi, 2012

Motivasi Pria Lanjut Usia Melakukan Olahraga Bulutangkis Dan Jalan Kaki Serta Hubungannya Dengan Kebugaran Jasmani

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Gambar 3.2

Sampel Mendengarkan Penjelasan dari Peneliti

Gambar 3.3

Sampel Mulai Tes Jalan setelah Mendengar Aba-aba dari Petugas G. Analisis Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Pengolahan dan analisis data dalam suatu penelitian dimaksudkan untuk mengetahui makna dari data yang diperoleh dalam rangka memecahkan masalah penelitian. Adapun langkah-langkah dalam pengolahan data adalah sebagai berikut:


(41)

Nanang Kusnandi, 2012

Motivasi Pria Lanjut Usia Melakukan Olahraga Bulutangkis Dan Jalan Kaki Serta Hubungannya Dengan Kebugaran Jasmani

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

1. Menyeleksi angket yang terkumpul. Proses ini dilakukan untuk melihat apabila ada sebagian butir pernyataan dalam angket yang tidak diisi oleh responden.

2. Memberikan skor pada tiap-tiap butir pernyataan (penskoran) dalam angket sesuai dengan kriteria penilaian yang telah ditentukan.

3. Memasukkan atau melakukan input data dari skor tersebut pada program MicrosoftExcel.

4. Langkah selanjutnya diolah dengan pengolahan statistik yang dalam hal ini menggunakan analisis korelasi Product Moment atau Person Correlation. Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan menggunakan program Statistical Product and Service Solution (SPSS) Serie 17. Adapun langkah-langkah yang ditempuh adalah sebagai berikut:

a) Validitas dan Reliabilitas Angket

Uji validitas instrumen dalam penelitian ini memakai pendekatan korelasi Product Moment dari Pearson (Metode Pearson Correlation). Uji validitas dengan metode Pearson Correlation yaitu dengan mengkorelasikan antara skor tiap item dengan skor total. Sedangkan reliabilitas instrumen menggunakan metode Cronbach Alpha.

1) Uji validitas angket

Uji validitas dilakukan untuk mengetahui apakah alat ukur yang telah disusun dapat digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur secara tepat. Validitas suatu instrumen akan menggambarkan tingkat kemampuan alat ukur yang digunakan untuk mengungkapkapkan sesuatu yang menajdi sasaran pokok


(42)

Nanang Kusnandi, 2012

Motivasi Pria Lanjut Usia Melakukan Olahraga Bulutangkis Dan Jalan Kaki Serta Hubungannya Dengan Kebugaran Jasmani

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

pengukuran. Dengan demikian permasalahan validitas instrumen (angket) akan menunjukkan mampu tidakanya instrumen tersebut untuk mengukur obyek yang diukur. Apabila instrumen tersebut mampu untuk mengukur apa yang diukur, maka instrumen tersebut disebut valid, apabila tidak mampu untuk mengukur apa yang diukur disebut tidak valid.

Validitas instrumen dapat dikelompokkan menjadi beberapa tipe, antara lain adalah validitas isi (content validity), validitas yang berhubungan dengan kriteria (criterian related validity), dan validitas konstrak ( construct validity). Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah yaitu validitas isi dan konstruksi, hal tersebut didasarkan atas alasan penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai motivasi berolahraga pria lansia. Mengenai pengujian validitas konstruksi ( construck Validity), seperti yang dikemukakan oleh Sugiyono (2011:125) bahwa :” Untuk menguji validitas konstrak, maka dapat digunakan pendapat para ahli ( judgement experts)

Setelah pengujian konstruksi dari ahli maka diteruskan dengan uji coba instrumen. Setelah data ditabulasikan, maka pengujian validitas konstruksi dilakukan dengan analisis faktor, yaitu dengan mengkorelasikan antar skor item instrumen dalam suatu faktor, dan mengkorelasikan skor faktor dengan skor total. Langkah selanjutnya dikonsultasikan dengan pembimbing untuk diminta pendapatnya tentang instrumen yang telah disusun itu.

Adapun langkah yang ditempuh dalam menentukan validitas dan reliabilitas instrumen adalah sebagai berikut:


(43)

Nanang Kusnandi, 2012

Motivasi Pria Lanjut Usia Melakukan Olahraga Bulutangkis Dan Jalan Kaki Serta Hubungannya Dengan Kebugaran Jasmani

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

1. Menganalisis dan menyeleksi angket dari kemungkinan adanya butir soal yang tidak dijawab oleh responden.

2. Memberikan skor pada masing-masing pernyataan setiap responden.

3. Memasukkan atau meng-input data yang diperoleh pada program komputer Microsoft Excel.

4. Selanjutnya data tersebut diolah dengan menggunakan Statistical Product and Service Solution (SPSS) Seri 17

Berikut ini penulis uraikan ringkasan mengenai hasil uji validitas instrumen motivasi berolahrga pria lansia yang di analisis dengan menggunakan program Statistical Product and Service Solution (SPSS) Serie.17. Sedangkan untuk hasil uji coba secara rinci, penulis sajikan pada bagian lampiran.

Tabel 3.10

Hasil Uji Validitas Instrumen

No r hitung r tabel reliabilitas Ket

S1 ,762 ,413 ,954 valid

S2 ,773 ,413 ,954 valid

S3 ,738 ,413 ,955 valid

S4 ,689 ,413 ,954 valid

S5 ,595 ,413 ,955 valid

S6 ,213 ,413 ,956 tdk valid

S7 ,243 ,413 ,956 tdk valid

S8 ,809 ,413 ,954 valid

S9 ,632 ,413 ,954 valid

S10 ,629 ,413 ,955 valid

S11 ,318 ,413 ,956 tdk valid

S12 ,718 ,413 ,954 valid

S13 ,569 ,413 ,955 valid

Tabel 3.10 (lanjutan)

No r hitung r tabel reliabilitas Ket

S14 ,665 ,413 ,954 valid

S15 ,519 ,413 ,955 valid

S16 ,589 ,413 ,955 valid

S17 ,068 ,413 ,957 tdk valid

S18 ,638 ,413 ,954 valid


(44)

Nanang Kusnandi, 2012

Motivasi Pria Lanjut Usia Melakukan Olahraga Bulutangkis Dan Jalan Kaki Serta Hubungannya Dengan Kebugaran Jasmani

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

S20 ,574 ,413 ,955 valid

S21 -,017 ,413 ,957 tdk valid

S22 ,723 ,413 ,954 valid

S23 ,773 ,413 ,954 valid

S24 ,711 ,413 ,954 valid

S25 ,197 ,413 ,956 tdk valid

S26 ,634 ,413 ,954 valid

S27 ,577 ,413 ,955 valid

S28 ,642 ,413 ,955 valid

S29 ,105 ,413 ,956 tdk valid

S30 ,582 ,413 ,955 valid

S31 ,226 ,413 ,956 tdk valid

S32 ,115 ,413 ,957 tdk valid

S33 ,773 ,413 ,954 valid

S34 ,725 ,413 ,954 valid

S35 ,762 ,413 ,954 valid

S36 ,526 ,413 ,955 valid

S37 ,584 ,413 ,955 valid

S38 ,496 ,413 ,955 valid

S39 ,584 ,413 ,955 valid

S40 ,710 ,413 ,954 valid

S41 ,554 ,413 ,955 valid

S42 ,578 ,413 ,955 valid

S43 ,555 ,413 ,955 valid

S44 ,491 ,413 ,955 valid

S45 ,128 ,413 ,958 tdk valid

S46 ,679 ,413 ,954 valid

S47 ,729 ,413 ,954 valid

S48 ,503 ,413 ,955 valid

S49 ,742 ,413 ,954 valid

S50 ,541 ,413 ,955 valid

S51 ,619 ,413 ,954 valid

S52 ,616 ,413 ,955 valid

S53 ,591 ,413 ,955 valid

S54 ,547 ,413 ,955 valid

S55 ,174 ,413 ,956 tdk valid

S56 ,207 ,413 ,956 tdk valid

S57 ,577 ,413 ,955 valid

S58 ,642 ,413 ,955 valid

S59 ,697 ,413 ,955 valid

S60 ,124 ,413 ,957 tdk valid

2) Uji reliabilitas angket

Reliabilitas instrumen menggambarkan pada kemaaantapan dan keajegan alat ukur yang digunakan. Suatu alat ukur dikatakan memiliki reliabilitas atau


(1)

Nanang Kusnandi, 2012

Motivasi Pria Lanjut Usia Melakukan Olahraga Bulutangkis Dan Jalan Kaki Serta Hubungannya Dengan Kebugaran Jasmani

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Adang Suherman. (2002). Penelitian Korelasional dan Komparasi dalam

Kurikulum dan Pengajaran. Program Pascasarjana UPI. Bandung.

Alhusin, Syahri, M.S. (2007). Gemar Bermain Bulutangkis. Seti-Aji. Surakarta. Arikunto, Suharsimi (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.

Rineka Cipta. Yogyakarta.

Badriah, Dewi Laelatul (2009). Fisiologi Olahraga edisi II. Pustaka Ramadhan. Bandung

Badriah, Dewi Laelatul (2009). Metodologi Penelitian Ilmu-ilmu Kesehatan. Multazam. Bandung.

Bakker. SJ. (1990). Filsafat Kebudayaan. Sebuah Pengantar. BPK Gunung Mulia. Yogyakarta.

Budisantoso (1986). Masyarakat Melayu Riau dan Kebudayaannya. Pekanbaru. Pemda Riau.

Bustaman, Amrum (2003). Pembinaan Kesegaran Jasmani untuk Lanjut Usia

dalam Buku Perkembangan Olahraga Terkini kajian Para Pakar. Raja

Grafindo Persada. Jakarta.

Deci, E.L. & Ryan, R.M. 1985. Intrinsic motivation and self determination in

human behavior. New York Plenum Press.

Edi S. Ekadjati (1984). Masyarakat Sunda dan Kebudayaannya. Girimukti Pasaka. Jakarta.

Emzir (2010). Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif. PT Rajagrafindo Persada. Jakarta.

Fatmah (2010). Gizi Usia Lanjut. Erlangga. Jakarta.

Fraenkel, Jack R., dan Wallen, NormanE., (1993). How to Design and Evaluate

Research in Education. Second Edition. Mc Graw-Hill INC.

Giam, C.K dan The, K.C (1993). Ilmu Kedokteran Olahraga. Binarupa Aksara. Jakarta


(2)

Nanang Kusnandi, 2012

Motivasi Pria Lanjut Usia Melakukan Olahraga Bulutangkis Dan Jalan Kaki Serta Hubungannya Dengan Kebugaran Jasmani

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Giriwijoyo, H.Y.S, Santosa (2007). Ilmu Kesehatan Olahraga untuk Kesehatan

dan untuk Prestasi Olahraga. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.

Giriwijoyo, H.Y.S, Santosa (2010). Ilmu Faal Olahraga; fungsi tubuh manusia

pada olahraga untuk Kesehatan dan untuk Prestasi. Universitas Pendidikan

Indonesia. Bandung.

Hamidsyah Noer, dkk, 1996, Kepelatihan Dasar, Depdikbud-Dirjen Dasmen, Jakarta

Hamzah B.Uno (2010). Teori Motivasi dan Pengukurannya. Bumi Aksara. Jakarta.

Harsono, 1988, Coaching dan Asfek-asfek Psikologis dalam Coaching. Tambak Kusuma, Jakarta

Harsono (2001). Latihan Kondisi Fisik.

Harsuki (2002). Perkembangan Olahraga Terkini Kajian para Pakar. Raja Grafindo Perkasa. Jakarta.

Husdarta (2010). Psikologi Olahraga. Alfabeta. Bandung

Iknoian, Theresa (2000). Bugar dengan Jalan. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Irawan, Anwari M. (2007). Metabolisme Energi Tubuh dan Olahraga.Sport

Science Brief.

Komariyah, Lilis. (2004). Motivasi dan partisipasi Para Lanjut Usia dalam

Olahraga Kesehatan serta kontribusinya terhadap kebugaran Jasmani.

Magister pada PPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Kuntjaraningrat (1990). Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Gramedia. Jakarta.

Kusmaedi, Nurlan (2004). Penuntun Pembelajaran Hidup sehat Terpadu Berbasis

Masyarakat (pendekatan olahraga menuju hidup aktif dan berguna sepanjang hayat bagi lansia). Program Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia.

Bandung.

Lutan, R. (2000). Belajar Keterampilan Motorik, Pengantar Teori dan Metode. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan. Jakarta.


(3)

Nanang Kusnandi, 2012

Motivasi Pria Lanjut Usia Melakukan Olahraga Bulutangkis Dan Jalan Kaki Serta Hubungannya Dengan Kebugaran Jasmani

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Lutan, R. (2000). Sosiologi Olahraga. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Bagian Proyek Penataran Guru SLTP setara D-III. Jakarta.

Lutan. R. (2001). Keniscayaan Pluralitas Budaya Daerah. Angkasa. Bandung. Maksum, Ali (2011). Psikologi Olahraga Teori dan Aplikasi. Unesa University

Press. Surabaya.

Maryam, Siti. dkk (2008). Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Salemba Medika. Jakarta

Maslow H. A (1993). Motivasi dan Kepribadian. Remaja Rosdakarya Offset. Bandung

M.Nasir (1999). Metode Penelitian. Penerbit Galia Indonesia. Jakarta.

Nugraha, S. Tono (2010). Pengaruh Senam Aerobik dan Olahraga Jalan Kaki

terhadap Kemampuan (waktu) Reaksi dan Keseimbangan pada Wanita Lansia. Tesis Magister pada PPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Prayitno (1994). Usia lanjut dan Aspek Psikososialnya di Indonesia dalam

Manula. Haji Masagung. Jakarta.

Riduwan (2010). Metode dan Teknik Menyusun Tesis. CV. Alfabeta. Bandung. Sardiman A.M. (2002). Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. PT.Raja

Grafindo Persada. Jakarta.

Satiadarma, Monty (2000). Dasar-dasar Psikologi Olahraga. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta.

Setyobroto, Sudibyo (1993). Psikologi Olahraga. CV. Jaya Sakti. Jakarta.

Shephard, R.J. (1998). Aging and Exercise. In: Encyclopedia of Sports Medicine and Science

Soekanto, S. (1990). Sosiologi Suatu Pengantar. Rajawali Pers. Jakarta.

Subana dan Sudrajat (2009). Dasar-dasar Penelitian ilmiah. CV Pustaka Setia. Bandung

Sudarsono, Cahyani (2008). Kebugaran, Kuliah pengantar pada Kelas Foundation - mata kuliah Fitness and Art.


(4)

Nanang Kusnandi, 2012

Motivasi Pria Lanjut Usia Melakukan Olahraga Bulutangkis Dan Jalan Kaki Serta Hubungannya Dengan Kebugaran Jasmani

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Sumaatmadja, Nursid (2000). Manusia dalam Kontek Sosial Budaya dan

Lingkungan Hidup. Alfabeta. Bandung

Sumintarsih (2006). Kebugaran jasmani untuk Lanjut Usia. UPN. Yogyakarta. Sugiyono (2009). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. CV.

Alfabeta. Bandung.

Sutikno, S. M. (2008). Belajar dan Pembelajaran. Prospect. Bandung

Sutresna, Nina, dkk (2011). Modul Sosiologi Olahraga. Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga Fakultas Pendidikan Olahraga dan kesehatan Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.

Syaodih, Sumadinata N (2008). Metode Penelitian Pendidikan. PT Remaja Rosdakarya. Bandung.

Undang – undang No. 4 tahun 1965 tentang pemberian bantuan bagi orang jompo. Undang – undang No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia.

Undang – undang Republik Indonesia No.3 tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional)

Wibowo, Hardianto (2003). Lanjut usia dan Olahraga dalam Buku

Perkembangan Olahraga Terkini kajian Para Pakar. Raja Grafindo Persada.

Jakarta.

Winardi (2007). Motivasi dan Pemotivasian dalam Manajemen. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Yusnita Ida (2004). Mencapai Kebahagiaan di Usia Lanjut. Fakultas Kesehatan Masyarakat USU. Sumatera Utara.

Jurnal

Claire M. Foret, James M. Clemons ; The Elderly's Need for Physical Activity JOPERD--The Journal of Physical Education, Recreation & Dance, Vol. 67, 199

Dishman, N Andre (2011). Evidence for the Construct Validity of Self-motivation as a Correlate if Exeercise Adherence in French Elderly. Centre de Recherche sur la Cognition et l'Apprentissage, Université de Poitiers, France. J Aging


(5)

Nanang Kusnandi, 2012

Motivasi Pria Lanjut Usia Melakukan Olahraga Bulutangkis Dan Jalan Kaki Serta Hubungannya Dengan Kebugaran Jasmani

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Phys Act. 2011 Oct 19.

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/22015586?dopt=Abstract

Frederick. Christina M, and Ryan Richard M. (1993). Differences in Motivation

for Sport and Exercise and Their Relations with Participation and Mental

Health; Journal of Sport Behavior, Vol. 16.

http://www.questia.com/googleScholar.qst?docId=5002195225

Junaidi, Said (2011). Pembinaan Fisik Lansia melalui Aktivitas Olahraga Jalan

Kaki. Jurnal Media Ilmu Keolahragaan Indonesia Volume 1. Edisi 1. Juli 2011.

ISSN: 2088-6802. Universitas Negeri Semarang.

Katherine Kilpatrick, MD, (2003). Use It or Lose It:The Importance of Exercise in the Elderly CCFP Presented at Queen’s University’s Geriatrics CME

KATO YUICHIRO, KAWAKAMI OSAMU, OTA TOSHIKI, (2006). PHYSICAL ACTIVITY AND HEALTHY AGING IN ELDERLY PEOPLE, Journal Title;Japanese Journal of Physical Fitness and Sports Medicine. VOL.55;NO.2;PAGE.191-206(2006),japan

Kravitz, L. (1996). The Age Antidote. IDEA Today 14 (2). 28-35. http://www.unm.edu/~lkravitz/Article%20folder/age.html Diambil tgl 20 – 11- 2011

Kravitz, L. (2011). What motivates people to exercise? Exercise Motivation: What Starts and Keeps People Exercising IDEA Fitness Journal, 8(1), 25-27 (20-11-2011)

Rainan, Ando.M. A (2010) Social Activities for elderly People. American Journal of Epidemiology: Social Network Ties and Mortality Among the Elderly in the Alameda County Study

ROBERT J. NIED, M.D and BARRY FRANKLIN, PH.D. (2002) Promoting and Prescribing Exercise for the Elderly Am Fam Physician. 2002 Feb 1;65(3):419-427.

Schwartz dan Evans (1995). Effects of Exercise on Body Composition and Functional Capacity of the Elderly. Noll Physiological Research Center, The

Pennsylvania State University Sumber lain

Abraham_Maslow Teori_Motivasi http://www.4shared.com/get/SQykglCV/ (15 sep 2011)


(6)

Nanang Kusnandi, 2012

Motivasi Pria Lanjut Usia Melakukan Olahraga Bulutangkis Dan Jalan Kaki Serta Hubungannya Dengan Kebugaran Jasmani

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Ahmadsudrajat,2008. www.psb-psma.org/content/blog/teori-teori-motivasi (15 sep 2011)

http://kapukpkusolo.blogspot.com/2011/01/abraham-maslow-kebutuhan-dasar-manusia.html (24/9/2011)

http://ramliunmul.blogspot.com/2009/10/paradigma-baru-pembangunan olahraga.html?zx=fe3fc3905d15f6d3

Subhan Kadir. (2007). Ageing Proses Menua. http://subhankadir.wordpress.com/2007/08/20/9/

Sumampou, Albert (2002). Kiat Sehat di Usia Senja.

www.medikaholistik.com/180102.