PERBANDINGAN ANTARA LANSIA YANG MELAKUKAN OLAHRAGA JALAN KAKI DENGAN TENIS TERHADAP KEBUGARAN JASMANI (HEALTH RELATED PHYSICAL FITNESS).
PERBANDINGAN ANTARA LANSIA YANG MELAKUKAN OLAHRAGA JALAN KAKI DENGAN TENIS TERHADAP KEBUGARAN JASMANI
(HEALTH RELATED PHYSICAL FITNESS)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Sains
Program Studi Ilmu Keolahragaan
oleh
RANDY SUWANDI YUSUF 0901362
PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN JURUSAN PENDIDIKAN KESEHATAN DAN REKREASI FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG
(2)
PERBANDINGAN ANTARA LANSIA YANG MELAKUKAN OLAHRAGA JALAN KAKI DENGAN TENIS TERHADAP KEBUGARAN JASMANI
(HEALTH RELATED PHYSICAL FITNESS)
Oleh
Randy Suwandi Yusuf
Sebuah Skripsi yang Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Sains Program Studi Ilmu Keolahragaan
© Randy Suwandi Yusuf 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Oktober 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya, atau sebagian, Dengan dicetak ulang, diphotocopy atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis
(3)
RANDY SUWANDI YUSUF
PERBANDINGAN ANTARA LANSIA YANG MELAKUKAN OLAHRAGA JALAN KAKI DENGAN TENIS TERHADAP KEBUGARAN JASMANI
(HEALTH RELATED PHYSICAL FITNESS)
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING :
Pembimbing I
Dr.Nurlan Kusmaedi, M.Pd NIP. 195301111980031002
Pembimbing II
dr.Pipit Pitriani, M.Kes NIP. 197908262010122003
Mengetahui
Ketua Program Studi Ilmu Keolahragaan
Drs Sumardiyanto, M.Pd. NIP. 19621222 198703 1 002
(4)
ABSTRAK
PERBANDINGAN ANTARA LANSIA YANG MELAKUKAN OLAHRAGA JALAN KAKI DENGAN TENIS TERHADAP KEBUGARAN JASMANI
(HEALTH RELATED PHYSICAL FITNESS)
Randy Suwandi Yusuf 0901362
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk menelaah tingkat kebugaran jasmani (Health Related Physical Fitness) pada lansia yang melakukan olahraga jalan kaki dengan tenis. Sampel diambil sebanyak 14 orang lansia baik yang melakukan olahraga jalan kaki maupun tenis, menggunakan teknik random sampling. Pengumpulan data menggunakan instrumen tes jalan 2,4 km sebagai perbandingan, sedangkan pengisian biodata peserta, tes fleksibilitas dan penghitungan IMT sebagai pendukung. Penghitungan statistik menggunakan deskriptif statistik, anova dan menguji perbedaan menggunakan independent samples test. Dari hasil analisis data diperoleh kesimpulan bahwa tingkat kebugaran jasmani lansia yang melakukan olahraga jalan kaki mendapatkan hasil rata-rata niai tes 21’09”(menit,detik) dengan kategori buruk sekali, Tingkat kebugaran jasmani lansia yang melakukan olahraga tenis mendapatkan hasil rata-rata nilai tes 24’11”(menit,detik) dengan kategori buruk sekali. Diperoleh pula nilai p < 0,05. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara lansia yang melakukan olahraga jalan kaki dengan tenis terhadap kebugaran jasmani (Health Related Physical Fitness). Dimana lansia yang melakukan olahraga jalan kaki memiliki kebugaran jasmani yang lebih baik dibandingkan dengan lansia yang melakukan olahraga tenis.
Kata Kunci : lansia, olahraga jalan kaki,tenis, dan kebugaran jasmani (health
(5)
COMPARISON BETWEEN THE ELDERLY ARE DOING WITH FEET ROAD SPORT TENNIS ON PHYSICAL FITNESS
(HEALTH RELATED PHYSICAL FITNESS) Randy Suwandi Yusuf
0901362
The purpose of this research is to examine the level of physical fitness (Health Related Physical Fitness) in elderly exercise walking with tennis. Samples were taken as many as 14 elderly people either walking or doing sports tennis , Using a random sampling technique. Data collection instruments 2.4 km road test as a comparison, while filling the personal data participants, flexibility tests and calculating BMI as a supporter. Using descriptive statistics counting statistics, ANOVA and test differences using independent samples test. From the analysis of the data it is concluded that the level of physical fitness of elderly people who do exercise walking to get average results for entire test 21'09 "(minutes, seconds) with a terrible category Level of physical fitness of elderly exercise tennis matches average test scores 24'11 "(minutes, seconds) the category of bad. Obtained the value of p < 0.05. The results of this study concluded that there are significant differences between the elderly who do exercise walking with tennis against physical fitness (Health Related Physical Fitness). Where the elderly who have walking exercise physical fitness better than the elderly who do the sport of tennis.
Keywords: elderly, exercise walking, tennis, fitness and physical (health related physical fitness)
(6)
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iii
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Perumusan Masalah ... 8
C. Tujuan Penelitian ... 8
D. Manfaat Penelitian ... 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 10
A. Lansia ... 10
B. Olahraga Lansia dalam IKOR ... 16
C. Jalan Kaki dengan Lari ... 27
D. Tenis Lapangan ... 35
E. Kebugaran Jasmani ... 36
F. Health Related Physical Fitness ………. 39
G. Kerangka Pemikiran ... 45
H. Hipotesis ... 46
BAB III METODELOGI PENELITIAN ... 47
A. Lokasi dan Sampel Penelitian ... 47
(7)
C. Metode dan Prosedur Penelitian ... 48
D. Definisi Operasional ... 51
E. Instrumen Penelitian ... 52
F. Teknik Pengumpulan Data ... 57
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 58
A. Hasil Pengolahan dan Analisis Data ... 58
B. Diskusi Penemuan………... 70
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 71
A. Kesimpulan ... 71
B. Saran ... 72
DAFTAR PUSTAKA ... 73
LAMPIRAN ... 76
(8)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Meningkatnya ilmu pengetahuan dan teknologi serta berhasilnya pembangunan khususnya di bidang pendidikan dan kesehatan maka mengakibatkan terjadi penurunan angka kematian, sehingga usia harapan hidup meningkat. Apabila dengan meningkatnya penduduk usia lanjut ini tidak diberikan langkah-langkah untuk tetap mempertahankan kebugaran jasmani maka akan menjadi tanggungan keluarga dan menjadikan beban apabila terjadi penurunan kebugaran jasmani yang semakin memburuk.
Kebugaran jasmani ini mempunyai hukum reversibility, pada prinsipnya manusia itu mempunyai adaptasi yang tinggi, baik terhadap strees latihan maupun strees mental. Prinsip latihan yang harus diperhatikan adalah reversible atau berkebalikan, maksudnya fungsi organ manusia mempunyai sifat yang alami, yaitu akan meningkat jika diberi strees latihan atau berlaku sebaliknya jika menghentikan aktifitas latihan (Mansur, 1996: 34).
Fungsi organ tubuh agar tetap dalam keadaan optimal, perlu mempertahankan latihan jasmani secara teratur dan terukur dalam batas manusia masih hidup. Menghentikan latihan dalam periode waktu yang relative lama, fungsi organ manusia secara bertahap akan terus-menerus menurun. Kondisi ini akan menyebabkan gangguan fungsi organ dan pada gilirannya akan mempengaruhi produktifitas serta perbesar biaya perawatan kesehatan.
Seiring dengan penambahan usia atau dengan adanya proses penuaan, maka kebugaran jasmani akan mengalami penurunan, yang perlu diperhatikan adalah bagaimana caranya mensikapi agar kebugaran jasmani diusia lanjut tetap terjaga oleh karena itu kesehatan dan kesejahteraan para lanjut usia perlu dipertahankan. Maka kita harus mengetahui dahulu apa yang dimaksud dengan kebugaran jasmani, manfaat olahraga, proses penuaan dan manusia lanjut usia serta jenis olahraga yang sesuai bagi lanjut usia.
(9)
Menua adalah proses biologis normal pada manusia yang meliputi perubahan berangsur-angsur dari struktur, fungsi dari toleransi tubuh terhadap stress lingkungan. Mulai dari usia 30-an, efektifitas berbagai fungsi fisiologik mulai menurun yang kemudian menjadi semakin jelas pada sekitar usia 55-60 tahun. Walaupun proses fisiologik penuaan tidak terjadi dengan kecepatan yang sama antara satu orang dengan yang lain, tetapi menurunnya fungsi-fungsi fisiologik tersebut, pada dasarnya dapat disebabkan oleh meningkatnya usia, deconditioning (ketiadaan aktivitas fisik), penyakit atau gabungan dari semua nya.
Lanjut usia berdasarkan Undang-undang Nomor 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia, adalah “penduduk yang telah mencapai usia 60 ke atas”. Di seluruh dunia penduduk Lansia (usia 60 ke atas) tumbuh dengan sangat cepat bahkan tercepat dibanding kelompok usia lainnya. Diperkirakan mulai tahun 2010 akan terjadi peningkatan yang sangat pesat pada jumlah penduduk lansia. Hasil prediksi menunjukkan bahwa persentase penduduk lanjut usia akan mencapai 9,77 % dari total penduduk pada tahun 2010 dan menjadi 11,34 % pada tahun 2020 (BPS, 2009).
Berdasarkan data dari Kementrian Koordinator Kesejahteraan Rakyat (29 desember 2009) dalam Nurgara (2010:3) “Indonesia termasuk Negara yang memasuki era penduduk berstruktur lanjut usia (aging structured population) dengan ± 7,18% penduduk berusia di atas 60 tahun”. Seperti dilihat dari statistik Menkokesra 2010.
Tabel 1.1
Jumlah Penduduk Lansia Indonesia
Tahun Usia Harapan
Hidup
Jumlah Penduduk
Lansia
%
1980 52,2 tahun 7.998.543 5,45
1990 59,8 tahun 11.277.557 6,29
2000 64,5 tahun 14.439.967 7,18
(10)
Tabel 1.1 (lanjutan)
Jumlah Penduduk Lansia Indonesia
2010 67,4 tahun ± 23,9 juta 9,77
2020 (perkiraan) 71,1 tahun ± 28,8 juta 11,34
Tabel di atas menjelaskan bahwa usia harapan hidup lansia dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Tahun 19809, kurang lebih 8 juta lansia (5,45%) usia harapan hidup 52,2 tahun, tahun 1990 kurang lebih 11 juta lansia (6,29%) usia harapan hidup 59,8 tahun dan seterusnya.
Proses penuaan penduduk tentunya berdampak pada berbagai aspek kehidupan, baik sosial, ekonomi, dan terutama kesehatan. Dengan semakin bertambahnya usia, fungsi organ tubuh akan semakin menurun baik karena faktor alamiah maupun penyakit. Peningkatan jumlah penduduk lanjut usia menjadi salah satu indikator keberhasilan pembangunan sekaligus sebagai tantangan dalam pembangunan. Bila permasalahan tersebut tidak cepat diantisipasi, maka tidak tertutup kemungkinan bahwa proses pembangunan akan mengalami berbagai hambatan. Oleh sebab itu, permasalahan lanjut usia harus menjadi perhatian semua pihak, baik pemerintah, lembaga masyarakat maupun masyarakat itu sendiri (Subianto, 2009).
Permasalahan tersebut menjelaskan bahwa panjang umur saja tidak berguna bila menderita berbagai macam penyakit ketuaan serta ketidakmampuan fisik dan mental yang prima untuk menjadi sumber daya manusia yang optimal. Artinya masa lansia memerlukan penanganan yang baik supaya bisa menjalani kehidupan sehari-harinya dengan bahagia dan dapat meminimalisir permasalahan khusus yang bisa terjadi pada lansia. Salah satu upaya preventif yang dapat dilakukan untuk meminimalisir permasalahan khusus adalah dengan tetap menjaga pola hidup aktif melalui olahraga. Olahraga yang dilakukan dengan aturan yang sesuai akan memberikan manfaat pada lansia diantaranya adalah menjaga tingkat kebugaran jasmani tetap baik sesuai dengan usia.
(11)
Lansia juga memerlukan kondisi fisik atau kebugaran jasmani yang baik pula. Menurut Badriah (2009:32) terdapat 3 (tiga) indikator utama dari kebugaran jasmani yaitu, “Kemampuan tubuh untuk melakukan aktivitas fisik, tidak mengalami kelelahan yang berlebihan atas tugas fisik tersebut, dan kemampuan pulih asal yang segera setelah tugas fisik tersebut selesai”. Memiliki kebugaran jasmani yang baik, selain tidak menjadi beban bagi keluarganya, lansia juga bisa beraktivitas dengan tanpa mengalami kelelahan yang berarti.
Keadaan kemampuan jasmani yang dapat menyesuaikan fungsi alat-alat tubuhnya terhadap tugas jasmani tertentu atau terhadap keadaan lingkungan yang harus diatasi dengan cara yang efisien, tanpa kelelahan yang berlebihan dan telah pulih sempurna sebelum datang tugas yang sama pada esok harinya (Giriwijoyo ,2007:23). “Oleh karena itu sesungguhnya kebugaran jasmani merupakan derajat sehat dinamis tertentu yang diharapkan dapat menghadapi tuntutan pekerjaan jasmani serta masih mempunyai cadangan energi untuk mengerjakan tugas fisik lainnya”(Badriah,2009:33).
Komponen kebugaran jasmani meliputi berbagai sistem tubuh, mulai sistem otot (muscular), sistem saraf (nervorum), sistem tulang (skelet), sistem pernapasan (respirasi), sistem jantung (cardio), sistem ginjal (ekskresi), dan kerja sama antar berbagai sistem tubuh secara holistik. Lebih lanjut Bustaman (2003:273-274) menjelaskan pembagian komponen kebugaran jasmani sebagai berikut: Dalam kebugaran jasmani terdapat komponen yang dibagi dalam tiga kelompok yaitu; kebugaran jasmani yang berhubungan dengan kesehatan, kebugaran jasmani yang berhubungan dengan keterampilan motorik, kebugaran yang berhubungan dengan wellness. Komponen kebugaran jasmani yang berhubungan dengan kesehatan terdiri dari lima komponen dasar saling berhubungan antara yang satu dengan yang lain yaitu; daya tahan kardiovaskuler, kekuatan otot, daya tahan otot, fleksibilitas dan komposisi tubuh (berat badan ideal, presentasi lemak). Selain komponen yang berhubungan dengan kesehatan diperlukan pula keterampilan motorik yang terdiri dari enam komponen yaitu; keseimbangan, daya ledak (power), kecepatan, kelincahan, koordinasi, dan kecepatan reaksi. Wellness diberikan pengertian sebagai suatu tingkat dinamis dan terintegrasi dari
(12)
fungis-fungsi organ tubuh yang berorientasi terhadap upaya memaksimalkan potensi yang memiliki ketergantungan pada tanggung jawab diri sendiri.
Latihan olahraga untuk lansia bertujuan untuk meningkatkan kebugaran jasmani. Kebugaran jasmani yang dibutuhkan oleh lansia adalah kebugaran yang berhubungan dengan kesehatan, yaitu kebugaran jantung-paru, daya tahan otot, kekuatan otot, fleksibilitas dan komposisi tubuh. Untuk memperoleh kebugaran jasmani yang baik, harus melatih semua komponen dasar kebugaran jasmani yang terdiri atas: ketahanan jantung, peredaran darah dan pernafasan, ketahanan otot, kekuatan otot serta kelenturan tubuh.
Lansia pada dasarnya masih memiliki potensi yang bisa dilakukan untuk mengisi hari-harinya dengan hal-hal yang bermanfaat dan menghibur. Berbagai potensi yang dimiliki oleh lansia bisa dijaga, dipelihara, dirawat dan dipertahankan bahkan diaktualisasikan kembali untuk mencapai kualitas hidup lansia yang optimal bahkan maksimal. Lebih lanjut lansia pada umumnya masih memiliki keinginan untuk mendapat pengakuan dari anggota masyarakat lainnya. Interaksi dengan anggota masyarakat lain seringkali membuat mereka merasa masih mempunyai arti, apalagi bila masih bisa berkumpul dengan anggota masyarakat yang dulu pernah menjadi teman kerjanya (sama-sama satu pekerjaan) atau teman di luar pekerjaan.
Aktivitas fisik atau olahraga merupakan media terbuka yang dapat dimanfaatkan oleh lansia sesuai dengan kemampuan, kesenangan, tujuan serta kesempatan yang dimiliki tiap orang. Selain itu olahraga juga tidak membedakan hak, status sosial atau derajat, dan semua orang memiliki kedudukan yang sama. Sarana serta kesempatan untuk berolahraga juga merupakan hak bagi para lansia. Olahraga tumbuh dan berkembang dalam berbagai bentuk dengan cara pelaksanaan, pengorganisasian dan tujuan yang berbeda-beda sesuai dengan penekanannya masing-masing. “Wilayah kegiatan olahraga yang dimaksud yaitu olahraga kompetitif, olahraga professional, olahraga rekreasi, dan olahraga pendidikan” (Lutan,1988:9). Pendapat lain mengenai jenis olahraga dikemukakan oleh Giriwijoyo (2010:41) yaitu ”olahraga dibagi berdasarkan sifat atau tujuannya yaitu: olahraga prestasi (olahraga sebagai tujuan), olahraga rekreasi, olahraga
(13)
kesehatan, dan olahraga pendidikan (olahraga sebagai alat untuk mencapai tujuan)”.
Setiap orang hendaknya berusaha untuk menyempatkan diri berolahraga tidak hanya di usia muda, namun perlu pula diteruskan pada usia lanjut dan dijalankan secara teratur. Pemilihan jenis olahraga yang akan dijalankan tentu disesuaikan dengan kegemaran, biaya, serta kemampuan fisik seseorang. Olahraga dapat dilaksanakan sendiri yang memungkinkan kita melaksanakan olahraga tanpa bergantung pada orang lain. sedangkan olahraga bersama juga menyenangkan karena kita dapat bergaul dengan orang lain.
Dengan adanya proses penuaan menyebabkan adanya kemunduran prestasi kerja dan penurunan kapasitas fisik seseorang, untuk mempertahankan agar kondisi kebugaran jasmani maka diperlukan olahraga. “Jenis olahraga yang sesuai bagi lansia adalah jenis olahraga yang sifatnya aerobic seperti jalan kaki, berenang dan senam“ (Sumintarsih, 2006:147). Olahraga jalan kaki merupakan salah satu pilihan jenis olahraga yang dilakukan para lansia dalam mengisi waktu senggangnya sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas kesehatan, mencegah beragam penyakit, bahkan mencegah kepikunan. Olahraga jalan kaki banyak dilakukan lansia, karena jalan kaki tidak memerlukan keterampilan khusus, artinya tidak perlu diajarkan kembali. Gerakan jalan kaki dilakukan dengan ayunan langkah kaki dan lengan yang bebas, merupakan latihan yang cukup aman dengan memfungsikan seluruh persendian secara bebas. Oleh karena itu jalan kaki merupakan olahraga yang beresiko kecil bagi lansia, bahkan jika dilakukan dengan hati-hati hampir tidak mengandung bahaya.
Olahraga tenis juga merupakan pilihan jenis olahraga yang banyak dilakukan para lansia. Manfaat yang dapat diperoleh dari bermain tenis adalah dapat meningkatkan kebugaran jasmani para pelakunya karena permainan tenis kaya dengan unsur-unsur daya tahan, stamina, kecepatan, power, fleksibilitas, kelincahan yang merupakan komponen kebugaran jasmani. Olahraga akan memberikan dampak positif pada tubuh apabila dilakukan dengan teratur. Olahraga yang dilakukan dengan teratur artinya olahraga tersebut sudah diatur dengan baik, rapih dan dilakukan secara berturut-turut dengan tetap. Keteraturan
(14)
olahraga yang dilakukan erat kaitannya dengan frekuensi latihan. Frekuensi latihan untuk meningkatkan kebugaran jasmani sebaiknya dilakukan 3-5 kali per minggu, berdasarkan pada prinsip latihan ada hari latihan berat dan ada hari latihan ringan. “Yang paling penting untuk diingat bahwa pengaturan frekuensi latihan mempertimbangkan prinsip pulih asal dan mempertahankan dosis tidak berlebihan” (Badriah, 2009:45).
Olahraga tenis dan jalan kaki menjadi fokus penelitian karena partisipasinya cukup banyak dan sarana yang mendukungnya pun memadai. Olahraga tenis seperti sudah membudaya di Bandung karena berdasarkan pengamatan penulis hampir di tiap tempat olahraga terdapat lapangan tenis dan pesertanya kebanyakan orang dewasa dan lansia. Hanya di tempat – tempat tertentu lah yang mengadakan pembinaan usia dini. Begitu pula dengan jalan kaki yang cukup banyak pelakunya yang ditandai banyaknya lansia melakukan olahraga jalan kaki baik pagi hari maupun sore hari diantaranya di lapangan Gor Padjajaran. Jika dilihat dari penjelasan diatas mengenai faktor yang mempengaruhi kebugaran jasmani, peneliti tergugah untuk melakukan penelitian tentang “Perbandingan Antara Lansia Yang Melakukan Olahraga Jalan Kaki dengan Tenis Terhadap Kebugaran Jasmani (Health Related Physical Fitness)”.
(15)
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penelitian ini akan peneliti uraikan dalam rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana tingkat kebugaran jasmani (Health Related Physical Fitness) lansia yang mengikuti olahraga jalan kaki?
2. Bagaimana tingkat kebugaran jasmani (Health Related Physical Fitness) lansia yang mengikuti olahraga tenis?
3. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara lansia yang mengikuti olahraga jalan kaki dan lansia yang mengikuti olahraga tenis terhadap tingkat kebugaran jasmani (Health Related Physical Fitness)?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini yang peneliti rumuskan adalah :
1. Menelaah seberapa besar tingkat kebugaran jasmani (Health Related Physical Fitness) lansia yang mengikuti olahraga jalan kaki.
2. Menelaah seberapa besar tingkat kebugaran jasmani (Health Related Physical Fitness) lansia yang mengikuti olahraga tenis.
3. Menelaah seberapa besar perbedaan antara lansia yang mengikuti olahraga jalan kaki dan lansia yang mengikuti olahraga tenis terhadap tingkat kebugaran jasmani (Health Related Physical Fitness).
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan bukti-bukti empiris mengenai perbandingan antara lansia yang melakukan olahraga tenis dan jalan kaki terhadap kebugaran jasmani, sehingga hasilnya dapat berguna bagi: 1. Peneliti
Menjadikan sumber informasi keilmuan yang mengkaji disiplin ilmu mengenai olahraga lansia. Selain itu dapat menjadi peluang kepada peneliti lain, untuk melakukan penelitian yang lebih mendalam.
(16)
2. Lembaga FPOK-IKOR
Menjadikan hasil penelitian ini sebagai indikator untuk membuat desain program latihan untuk meningkatkan atau mempertahankan kebugaran jasmani para lansia.
3. Para Lansia
Setelah mengetahui berbagai macam manfaat dari olahraga, baik jalan kaki maupun tenis, para lansia tergugah untuk selalu menjaga atau mempertahankan kebugaran jasmaninya.
4. Pengelola Olahraga (Jalan Kaki dan Tenis)
Setelah mengetahui perbandingan tingkat kebugaran jasmani lansia baik yang mengikuti olahraga jalan kaki maupun tenis, para lansia bisa menggabungkan keduanya, dapat dijadikan acuan atau tolak ukur dalam upaya pembinaan dan peningkatan kebugaran jasmani para lansia.
(17)
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Sampel Penelitian
Penelitian mengenai Perbandingan Antara Lansia Yang Melakukan Olahraga Jalan Kaki dengan Tenis terhadap Kebugaran Jasmani (Health Related Physical Fitness), dilaksanakan pada:
a. Tempat : Gor Padjajaran dan FPOK Cicaheum, Bandung b. Waktu : 27 dan 28 September 2013
c. Sampel : Lansia yang melakukan olahraga olahraga jalan kaki di lapangan Gor Padjajaran dan lansia yang menjadi anggota tenis Pasir Layung masing-masing sebanyak 7 orang (Random Sampling). Dalam pengambilan sampel, baik yang melakukan olahraga jalan kaki maupun tenis setiap sampel harus memenuhi beberapa karakteristik yaitu sampel harus pria, sehat, berumur di atas 60 tahun seperti yang di sebutkan oleh Undang-undang Republik Indonesia, No 13 Tahun 1998 bahwa “lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas”. Selain itu sampel penelitian masih aktif melakukan olahraga jalan kaki pada sampel yang berada di Gor Padjajaran dan sampel penelitian masih aktif melakukan olahraga tenis pada sampel yang berada di perkumpulan Tenis Pasir Layung.
(18)
B. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriftif kuantitatif. Adapun prosedur penelitiannya seperti berikut ini :
Gambar 3.1 Desain Penelitian (Sumber : Peneliti) Keterangan :
X1 = Tes Kebugaran Jasmani (Health Related Physical Fitness)Tes Jalan Kaki 2,4 Km, Tes Fleksibilitas dan Pengukuran Indeks Massa Tubuh pada Lansia yang melakukan Olahraga Jalan Kaki
X2 = Tes Kebugaran Jasmani (Health Related Physical Fitness)Tes Jalan Kaki 2,4 Km, Tes Fleksibilitas dan Pengukuran Indeks Massa Tubuh pada Lansia yang melakukan Olahraga Tenis
Y = Uji Perbedaan (Uji T)
C. Metode dan Prosedur Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif yaitu suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu obyek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat antar fenomena yang diteliti.
VARIABEL KUANTITATIF
X1
X2
(19)
Metode yang digunakan dalam penelitian kuantitatif ini adalah metode survei. Penggunaan metode dalam penelitian disesuaikan dengan masalah serta tujuan penelitian tersebut. Oleh sebab itu, metode penelitian sangat penting dalam pelaksanaan, pengumpulan dan analisis data.
Penelitian ini menggambarkan data berupa angka hasil tes kebugaran jasmani terhadap usia di atas 60 tahun yang mengikuti kegiatan rutin jalan kaki dan tenis. Penelitian kuantitatif dengan format deskriptif bertujuan untuk menggambarkan sesuatu di masa lalu atau masa sekarang (sedang terjadi) dengan menggunakan data yang berupa angka.(Arikunto, 2006:10)
Dalam menyelesaikan penelitian ini rancangan penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Mencari ide atau gagasan penelitian
Ide atau gagasan penelitian muncul karena di Bandung banyak para lansia yang berolahraga jalan kaki dan tenis.
2. Melakukan studi literature
Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan studi pendahuluan yang dilakukan dengan mencari informasi dan referensi yang terkait untuk mendukung penelitian.
3. Menentukan rumusan masalah setelah melakukan studi literature maka menentukan rumusan masalah yang tepat.
4. Menentukan tujuan penelitian menentukan tujuan- tujuan yang akan dicapai dalam kegiatan penelitian agar tidak menyimpang dari permasalahan yang telah dirumuskan.
5. Melakukan pengambilan data langkah yang selanjutnya adalah pengambilan data. Data diambil dari tes kebugaran jasmani terhadap lansia yang melakukan jalan kaki dan tenis.
6. Menganalisis data, data yang dikumpulkan diolah lebih lanjut kemudian disajikan dalam bentuk statistic dan selanjutnya dianalisis.
7. Merumuskan simpulan hasil analisis data akan memberikan kesimpulan penelitian yang merupakan kegiatan akhir penelitian.
(20)
Mengenai penjelasan prosedur penelitian diatas, peneliti coba tuangkan dalam bentuk gambar 3.2 dibawah ini.
Gambar 3.2 Prosedur Penelitian (Sumber : Peneliti)
OLAHRAGA JALAN KAKI
POPULASI
SAMPEL(LANSIA)
OLAHRAGA TENIS
TES JALAN 2,4 KM (Menit)
TES FLEKSIBILITAS DAN IMT
PENGOLAHAN dan ANALISIS
(21)
D. Definisi Operasional
Untuk memudahkan pembaca memahami isi dari penelitian, maka peneliti membuat definisi operasional atau batasan istilah agar terhindar dari kesimpangsiuran istilah-istilah dalam judul penelitian ini. Batasan istilah-istilah tersebut adalah sebagai berikut:
1. Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. (Undang-undang Republik Indonesia, No 13 Tahun 1998)
2. Olahraga adalah suatu bentuk aktivitas fisik yang terencana dan terstruktur, yang melibatkan gerakan tubuh berulang-ulang dan ditujukan untuk meningkatkan kebugaran jasmani.(Siedentop,1991).
3. Jalan Kaki merupakan olahraga yang beresiko kecil bagi lansia, bahkan jika dilakukan sangat hati-hati hampir tidak mengandung resiko bahaya. Jalan kaki dilakukan dengan ayunan langkah kaki dan lengan yang bebas, merupakan latihan yang cukup aman dengan memfungsikan seluruh persendian secara bebas. (Kusmaedi, 2004:89).
4. Tenis yaitu upaya pemain memukul bola dengan raket melewati net dan harus masuk ke daerah lawan,baik memantul atau melayang di dalam garis batas lapangan. (Badruzaman, 2011:1)
5. Kebugaran Jasmani adalah kemampuan tubuh untuk melakukan penyesuaian (adaptasi) terhadap pembebanan fisik yang diberikan kepadanya tanpa menimbulkan kelelahan yang berlebihan sehingga tetap dapat melakukan aktivitas fisik lainnya. (Situmorang, 2012)
6. Health Related Physical Fisness yaitu komponen-komponen kebugaran jasmani yang berhubungan dengan kesehatan diperlukan oleh lansia untuk memulihkan, mempertahankan, atau meningkatkan kesehatan, mengatasi strees lingkungan, dan melakukan aktivitas sehari-hari.(Iskandar Z,2008).
(22)
E. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode tes. “Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, inteligensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok”
(Arikunto, 2006:150).
Data yang dikumpulkan adalah hasil tes tingkat kebugaran jasmani terhadap anggota jalan kaki dan tenis yang berusia di atas 60 tahun menggunakan tes jalan 2,4 km, tes fleksibilitas dan penghitungan indeks massa tubuh.
1. Pengukuran Tes Jalan 24 KM 1) Tujuan tes
Tujuan dari tes ini adalah untuk memperoleh hasil waktu tes jalan oleh para peserta tes kebugaran jasmani anggota jalan kaki dan tenis sehingga diperoleh data yang akan dianalisis.
2) Pelaksanaan
a. Tahap pertama
Tahap pertama peneliti memberikan lembar pendaftaran tes kepada anggota jalan kaki dan tenis untuk mengetahui data peserta serta jumlah peserta yang akan mengikuti tes.
b. Tahap kedua
Tahap kedua peneliti bekerja sama dengan anggota untuk menentukan tempat tes yang akan digunakan kemudian melakukan pengukuran jarak tempuh dari start menuju finish sejauh 2,4 km.
c.Tahap ketiga
Tahap ketiga adalah tahap dilakukannya tes, dalam pengambilan data ini peneliti meminta bantuan kepada beberapa teman untuk membantu kelancaran tes. Tes diawali dengan memberikan penjelasan kepada peserta tentang peraturan tes dan dilanjutkan dengan persiapan start. Kemudian petugas starter memberangkatkan peserta. Setelah memberangkatkan peserta, petugas starter segera menuju finish untuk menunggu kedatangan peserta. Terdapat dua petugas
(23)
di tempat finish, orang pertama bertugas melihat waktu peserta dan orang kedua bertugas mencatat waktu peserta tes.
3) Perlengkapan a. Roll meter
Roll meter adalah alat untuk mengukur jarak tempuh tes dari start menuju finish sejauh 2,4 km. sebelum digunakan roll meter akan di tera lebih dulu untuk menguji kelayakannya.
b. Stopwatch
Stopwatch adalah alat yang digunakan untuk melihat waktu peserta tes. Sebelum digunakan stopwatch akan di tera lebih dahulu untuk menguji kelayakannya.
c. Alat tulis
Alat tulis ini digunakan untuk mencatat waktu yang diperoleh peserta tes.
Tabel 3.1 :
Norma Skor Mentah Tes Jalan 2,4 Km Lanjut Usia
Jenis Tes Pria Wanita Kategori
Jalan 2,4 Km
(Menit,Detik) >20’01” >21’01” Buruk Sekali Jalan 2,4 Km
(Menit,Detik) 19’01”-20’00” 20’31”- 21’00” Buruk Jalan 2,4 Km
(Menit,Detik) 16’16” –19’00” 19’31” –20’30” Sedang Jalan 2,4 Km
(Menit,Detik) 14’00” - 16’15” 17’31” –19’30” Baik Jalan 2,4 Km
(Menit,Detik) 11’15” - 13’59” 16’30” –17’30” Baik Sekali Sumber: Nurlan Kusmaedi Bandung, 2008, hal 104, dalam buku Olahraga Lansia.
(24)
2. Pengukuran Fleksibilitas
Fleksibilitas lansia dapat diukur dengan menggunakan tes duduk dan jangkau ( sit and reach test ).
1) Tujuan
Untuk mengukur fleksibilitas batang tubuh dan sendi panggul. 2) Alat.
Alat yang digunakan dalam tes ini adalah bangku berskala cm. 3) Petugas.
Petugas yang diperlukan adalah pemandu tes dan pencatat skor. Pelaksanaan.
Peserta tes sebelum melakukan tes terlebih dahulu mencoba dan melemaskan otot punggung. Selanjutnya duduk dilantai dengan posisi ke dua lutut lurus, di depan alat berupa sebuah bangku yang berskala dalam ukuran cm. ke dua tangan dengan jari tangan lurus kedepan sejajar lantai kedua tangan dijulurkan ke depan secara perlahan-lahan sejauh mungkin. Tes ini dilakukan dua kali secara berturut-turut. Tes ini juga bisa dilakukan secara berdiri sesuai dengan keingginan para lansia masing-masing.
Penilaian skor terbaik dari dua kali percobaan dicatat sebagai skor dalam satuan cm. hasil yang diperoleh dikonversikan pada tabel 3.2.
Tabel 3.2 : Norma Skor Mentah Tes Fleksibilitas Lanjut Usia Kategori Fleksibilitas Nilai Fleksibilitas (cm)
Baik Lebih dari 11,5
Sedang (-) 6,5 – 11,5
Kurang Kurang dari (-) 6,5
(25)
3. Pengukuran Indeks Massa Tubuh
1) Tujuan. Untuk mengetahui status gizi seseorang, apakah dalam keadaan normal, kurang atau lebih.
2) Alat. a) pengukur tinggi badan yaitu microtoise, b) timbangan yang standard
3) Petugas. a) pengukur tinggi badan, berat badan, dan b) pencatat skor. Pelaksanaan.
Pengukuran tinggi badan dilakukan apabila lansia mampu berdiri sendiri tanpa bantuan orang lain. Peserta tes berdiri tegak menghadap lurus ke depan, kepala dalam posisi tegak, mata horizontal dengan telinga, bahu tegak, tidak ditarik kebelakang, kepala, bahu, siku, pinggul dan tumit menempel pada dinding. Untuk pengukuran berat badan, peserta tes berdiri tegak di atas timbangan dengan memakai baju seringan mungkin dan tanpa menggunakan alas kaki.
Penilaian. Skor tinggi badan dicatat dalam satuan cm, dengan ketelitian 0,1 cm. Skor berat badan dicatat dalam satuan kg dengan ketelitian 0,1 kg. penilaian indeks massa tubuh atau body mass indeks (BMI) dapat ditentukan dengan cara : berat badan (kg) dibagi tinggi badan kuadrat (m2). Contoh : berat badan 55 kg dan tinggi badan 1.55 M, maka indeks massa tubuh = 22,9. Hasil perhitungan selanjutnya dikonversikan pada table.
Tabel 3.3 : Norma Indeks Massa Tubuh Lansia
Kategori Nilai indeks massa tubuh (IMT)
Lebih Lebih dari 24
Normal 19-24
Kurang Kurang dari 19
Sumber: Nurlan Kusmaedi Bandung, 2008, hal 104, dalam buku Olahraga Lansia. Selain menggunakan tes pada pengumpulan data, peneliti juga menggunakan metode kuesioner untuk melengkapi data kualitatif penelitian.” Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh
(26)
informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang
ia ketahui”(Arikunto, 2006:151).
Jenis kuesioner yang dipakai dalam penelitian ini adalah jenis kuesioner terbuka. “Kuesioner terbuka, memberi kesempatan kepada responden untuk menjawab dengan kalimatnya sendiri” (Arikunto, 2006:152). Dalam metode kuesioner ini peneliti menggunakan lembar angket yang wajib di isi oleh para peserta tes. Lembar angket ini berisi pertanyaan yang bersifat pribadi untuk menunjang hasil penelitian.
Berikut ini adalah isi pertanyaan dari angket yang akan diberikan kepada peserta tes :
1. Nama
Peserta tes mengisi kolom nama sesuai nama masing-masing 2. Alamat
Peserta tes mengisi kolom alamat sesuai alamat masing-masing. 3. Usia
Peserta tes mengisi kolom usia sesuai usia masing-masing. 4. Pekerjaan
Berisi tentang jenis pekerjaan yang rutin dilakukan sehari-hari. 5. Tinggal dengan
6. Jarak rumah ke tempat kerja
Berisi tentang jenis pekerjaan yang rutin dilakukan sehari-hari. 7. Lama waktu bekerja
Berisi tentang rentang waktu peserta bekerja dalam satu hari. 8. Kendaraan
Berisi tentang jenis kendaraan yang dipakai peserta pada saat berangkat ke tempat kerja.
9. Lama melakukan kegiatan olahraga jalan kaki
Berisi tentang sudah berapa lama peserta melakukan kegiatan olahraga jalan kaki di Gor Padjajaran Bandung.
(27)
Berisi tentang sudah berapa lama peserta telah mengikuti kegiatan olahraga tenis di perkumpulan Tenis Pasir Layung.
11. Aktivitas olahraga lain
Berisi tentang aktivitas olahraga lain yang dilakukan peserta diluar kegiatan olahraga jalan kaki dan tenis.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengolahan data dalam penelitian ini adalah dengan mencari rata-rata mulai dari umur, berat badan, tinggi badan dan indeks massa tubuh (IMT). Selain itu juga pencarian nilai rata-rata harus didapatkan dari hasil tes jalan kaki dan fleksibilitas. Setelah itu menggunakan penghitungan komputasi program SPSS (Statistikal Product and Service Solution) versi 17.0 for windows karena program ini memiliki kemampuan analisis statistik cukup tinggi serta sistem manajemen data pada lingkungan grafis menggunakan menu-menu dekriptif dan kotak-kotak dialog sederhana, sehingga mudah dipahami cara pengoperasiannya (Sugianto, 2007: 1). Dalam data penelitian ini, data yang tekumpul berupa angka-angka maka penyusun menggunakan analisis statistik. Teknik yang dipakai untuk menganalisis data penelitian adalah statistik deskripsi.
Adapun langkah pengolahan tersebut yaitu:
1. Deskriptif untuk memberikan gambaran mengenai tingkat kebugaran jasmani lansia yang melakukan olahrga jalan kaki dengan tenis.
2. Deskriftif untuk memberikan gambaran mengenai rata-rata umur, berat badan, tinggi badan dan indeks massa tubuh pada sampel penelitian. Selain itu juga memberikan gambaran rata-rata dari hasil tes jalan kaki dan tes fleksibilitas.
3. Uji normalitas digunakan untuk mengetahui setiap variabel yang akan dianalisis atau data yang diperoleh berdistribusi normal. Peneliti menggunakan teknik analisis dengan menggunakan Kolomogrov Smirnov Z untuk mengetahui normalitas data. Dan uji perbandingan dengan menggunakan Independent sample T-test.
(28)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengolahan data dan analisis data yang telah peneliti lakukan, maka dalam penelitian ini peneliti dapat menyimpulkan bahwa :
1. Tingkat kebugaran jasmani pada lansia yang melakukan olahraga jalan kaki rata-rata nilai hasil tes jalan kaki 2,4 km adalah 21’09” (menit,detik) dan masuk kategori buruk sekali.
2. Tingkat kebugaran jasmani pada lansia yang melakukan olahraga tenis rata-rata nilai hasil tes jalan kaki 2,4 km adalah 24’11” (menit,detik) dan masuk kategori buruk sekali.
3. Terdapat perbedaan yang signifikan antara lansia yang melakukan olahraga jalan kaki dengan tenis terhadap kebugaran jasmani (Health Related Physical Fitness). Dimana lansia yang melakukan olahraga jalan kaki memiliki rata-rata waktu lebih baik dibandingkan dengan lansia yang melakukan olahraga tenis dengan selisih waktu 03’02” (menit,detik).
B.Saran
Setelah mengetahui hasil penelitian yang telah diperoleh selanjutnya peneliti mengajukan beberapa saran yang dapat digunakan sebagai pemahaman dan literatur tambahan bagi para lansia :
1. Peneliti berharap kepada para lansia khususnya pada lansia yang melakukan olahraga jalan kaki dan tenis agar senantiasa mempertahankan kebugaran jasmaninya, dengan membiasakan hidup sehat dengan cara berolahraga secara teratur. Dan selain melakukan olahraga jalan kaki dan tenis sebaiknya di tambah dengan aktivitas olahraga lain yang baik untuk lansia seperti pekerjaan rumah dan berkebun, jogging, berenang, senam khusus lansia dan yoga.
(29)
2. Peneliti berharap kepada lembaga FPOK agar senantiasa menjadikan hasil penelitian ini sebagai indikator untuk membuat desain program latihan untuk meningkatkan atau mempertahankan kebugaran jasmani para lansia. 3. Peneliti berharap kepada lembaga yang berkecimpung di perkumpulan
para lansia agar senantiasa menjaga dan merawat para lansia agar bisa meminimalisis penurunan fungsi fisiologis dan psikologi para lansia. 4. Peneliti berharap kepada pengelola olahraga (jalan kaki dan tenis) dengan
mengetahui perbandingan tingkat kebugaran jasmani lansia baik yang mengikuti olahraga jalan kaki maupun tenis, para lansia bisa menggabungkan keduanya, dan dapat dijadikan acuan atau tolak ukur dalam upaya pembinaan dalam mempertahankan kebugaran jasmani para lansia.
(30)
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Amrum Bustaman. (2003). Pembinaan Kesegaran Jasmani Untuk Lanjut Usia. Jakarta: PT Grafmdo Persada.
Badruzaman, (2011). Tenis. Bandung : CV Bintang WarliArtika
Bovo, M.J. (1999). Healthy Life Style. (Online). Tersedia : http//www.nj bovo Com. /gen med/ healthy life style. Html. (6 Maret 2002).
Cooper. 1982. The Aerobic Program for Total Well-being. Surabaya : FIK Unesa Giriwijoyo, S dan Komariyah, L. 2002. Olahraga Kesehatan dan Kesegaran
Jasmani pada Lanjut Usia. Bandung. Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Universitas Pendidikan Indonesia.
Giriwijoyo, Y. S. S. (1992). Olahraga Kesehatan. Bandung : FPOK UPI.
Harsono. (1988). Coaching dan Aspek-aspek Psikologis dalam Coaching. Jakarta : CV Tambak Kusuma.
Hardiyanto Wibowo. (2003) Lanjut Usia dan Olahraga. Jakarta: PT Grafmdo Persada
Iknoian, Therese. 1996. Bugar Dengan Jalan. Jakarta : Raja Grafindo Persada Junaidi Said,(2011)Pembinaan Fisik Lansia Melalui Aktivitas Olahraga Jalan
Kaki, Semarang.dokumen Universitas Negri Semarang.
Kusmaedi,Nurlan (2008) Olahraga Lansia. Bandung :CV. Bintang WarliArtika Kusmana, D. 1992. Olahraga pada usia lanjut. Simposium Menuju Hidup Sehat
pada Usia Lanjut. Bogor 7 November.
Kusnandi Nanang, 2012.Motivasi Pria Lanjut Usia Melakukan Olahraga Bulutangkis Dan Jalan Kaki Serta Hubungannya Dengan Kebugaran
(31)
Jasmani .Bandung.Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan. Universitas Pendidikan Indonesia.
Lutan, R, Dkk. (1997). Manusia dan Olahraga. Bandung: Kerjasama ITB dan FPOK IKIP Bandung.
Mansur, (1996) Olahraga dan Kebugaran Jasmani. Materi Perkuliahan UPN "Veteran" Yogyakarta.
Martono, H., Pranaka, K. 2009. Geriatri ( Ilmu Kesehatan Usia Lanjut ). Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Putra, A.W. (2011). Survei Tingkat Kebugaran Jasmani Masyarakat Usia Di Atas 40 Tahun Pada Anggota Arca Hash Club Kabupaten Madiun. Pendidikan Kepelatihan Olahraga, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Surabaya.
Sajoto, M. (1988). Peningkatan dan Pembinaan Kondisi Fisik Dalam Olahraga Semarang : Dahara Prize.
Supandi. (1997). Pengantar Sosiologi Olahraga. FPOK IKIP Bandung. Situmorang, Roiman. (2009). Permasalahan Lanjut Usia. (Online). Tersedia :
http//www.rajawana.com/artikel/kesehatan/326.permasalahan-lanjut./p/kebugaran-jasmani. Html (5 Oktober 2012).
Sugiyono. 2007. Statistika Untuk Penelitian.Bandung: CV Alfabeta
Suherman, A., Damayanti, I dan Rahayu N.I., (2012). Penulisan Karya Ilmiah untuk Mahasiswa Ilmu Keolahragaan. Bandung : FPOK-UPI.
Sumintarsih. (2006). Kebugaran Jasmani Untuk Lansia. Olahraga, No 2, 2006, Hal 148-160.
Suryanto. (2010). Pentingnya OlahragaBagi(Online). Tersedia
:(http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/131808680/2.%20Pentingnya%2 0olahraga%20bagi%20lansia%20%28%20Medikora,April%202010.pdf. Html. (9 Oktober 2012).
Tarigan, Beltasar. (2009). Optimalisasi Pendidikan Jasmani dan Olahraga Berlandaskan Ilmu Faal Olahraga. Bandung: FPOK UPI.
(32)
The Times. (2003) Welness : A Quality of Living. (Online). Tersedia :
http//members, Fortunecity.com/laurieannah/right.html. (18 Desember 2002).
Universitas Pendidikan Indonesia. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung : UPI.
Widodo , Dwi Cahyo.2011. Komponen-Komponen Kebugaran WHO. 1989. Health of the Ederly. Geneva: WHO
(1)
57
Berisi tentang sudah berapa lama peserta telah mengikuti kegiatan olahraga tenis di perkumpulan Tenis Pasir Layung.
11. Aktivitas olahraga lain
Berisi tentang aktivitas olahraga lain yang dilakukan peserta diluar kegiatan olahraga jalan kaki dan tenis.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengolahan data dalam penelitian ini adalah dengan mencari rata-rata mulai dari umur, berat badan, tinggi badan dan indeks massa tubuh (IMT). Selain itu juga pencarian nilai rata-rata harus didapatkan dari hasil tes jalan kaki dan fleksibilitas. Setelah itu menggunakan penghitungan komputasi program SPSS (Statistikal Product and Service Solution) versi 17.0 for windows karena program ini memiliki kemampuan analisis statistik cukup tinggi serta sistem manajemen data pada lingkungan grafis menggunakan menu-menu dekriptif dan kotak-kotak dialog sederhana, sehingga mudah dipahami cara pengoperasiannya (Sugianto, 2007: 1). Dalam data penelitian ini, data yang tekumpul berupa angka-angka maka penyusun menggunakan analisis statistik. Teknik yang dipakai untuk menganalisis data penelitian adalah statistik deskripsi.
Adapun langkah pengolahan tersebut yaitu:
1. Deskriptif untuk memberikan gambaran mengenai tingkat kebugaran jasmani lansia yang melakukan olahrga jalan kaki dengan tenis.
2. Deskriftif untuk memberikan gambaran mengenai rata-rata umur, berat badan, tinggi badan dan indeks massa tubuh pada sampel penelitian. Selain itu juga memberikan gambaran rata-rata dari hasil tes jalan kaki dan tes fleksibilitas.
3. Uji normalitas digunakan untuk mengetahui setiap variabel yang akan dianalisis atau data yang diperoleh berdistribusi normal. Peneliti menggunakan teknik analisis dengan menggunakan Kolomogrov Smirnov Z untuk mengetahui normalitas data. Dan uji perbandingan dengan menggunakan Independent sample T-test.
(2)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengolahan data dan analisis data yang telah peneliti lakukan, maka dalam penelitian ini peneliti dapat menyimpulkan bahwa :
1. Tingkat kebugaran jasmani pada lansia yang melakukan olahraga jalan kaki rata-rata nilai hasil tes jalan kaki 2,4 km adalah 21’09” (menit,detik) dan masuk kategori buruk sekali.
2. Tingkat kebugaran jasmani pada lansia yang melakukan olahraga tenis rata-rata nilai hasil tes jalan kaki 2,4 km adalah 24’11” (menit,detik) dan masuk kategori buruk sekali.
3. Terdapat perbedaan yang signifikan antara lansia yang melakukan olahraga jalan kaki dengan tenis terhadap kebugaran jasmani (Health Related Physical Fitness). Dimana lansia yang melakukan olahraga jalan kaki memiliki rata-rata waktu lebih baik dibandingkan dengan lansia yang melakukan olahraga tenis dengan selisih waktu 03’02” (menit,detik). B.Saran
Setelah mengetahui hasil penelitian yang telah diperoleh selanjutnya peneliti mengajukan beberapa saran yang dapat digunakan sebagai pemahaman dan literatur tambahan bagi para lansia :
1. Peneliti berharap kepada para lansia khususnya pada lansia yang melakukan olahraga jalan kaki dan tenis agar senantiasa mempertahankan kebugaran jasmaninya, dengan membiasakan hidup sehat dengan cara berolahraga secara teratur. Dan selain melakukan olahraga jalan kaki dan tenis sebaiknya di tambah dengan aktivitas olahraga lain yang baik untuk lansia seperti pekerjaan rumah dan berkebun, jogging, berenang, senam khusus lansia dan yoga.
(3)
72
2. Peneliti berharap kepada lembaga FPOK agar senantiasa menjadikan hasil penelitian ini sebagai indikator untuk membuat desain program latihan untuk meningkatkan atau mempertahankan kebugaran jasmani para lansia. 3. Peneliti berharap kepada lembaga yang berkecimpung di perkumpulan
para lansia agar senantiasa menjaga dan merawat para lansia agar bisa meminimalisis penurunan fungsi fisiologis dan psikologi para lansia. 4. Peneliti berharap kepada pengelola olahraga (jalan kaki dan tenis) dengan
mengetahui perbandingan tingkat kebugaran jasmani lansia baik yang mengikuti olahraga jalan kaki maupun tenis, para lansia bisa menggabungkan keduanya, dan dapat dijadikan acuan atau tolak ukur dalam upaya pembinaan dalam mempertahankan kebugaran jasmani para lansia.
(4)
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Amrum Bustaman. (2003). Pembinaan Kesegaran Jasmani Untuk Lanjut Usia.
Jakarta: PT Grafmdo Persada.
Badruzaman, (2011). Tenis. Bandung : CV Bintang WarliArtika
Bovo, M.J. (1999). Healthy Life Style. (Online). Tersedia : http//www.nj bovo Com. /gen med/ healthy life style. Html. (6 Maret 2002).
Cooper. 1982. The Aerobic Program for Total Well-being. Surabaya : FIKUnesa Giriwijoyo, S dan Komariyah, L. 2002. Olahraga Kesehatan dan Kesegaran
Jasmani pada Lanjut Usia. Bandung. Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Universitas Pendidikan Indonesia.
Giriwijoyo, Y. S. S. (1992). Olahraga Kesehatan. Bandung : FPOK UPI.
Harsono. (1988). Coaching dan Aspek-aspek Psikologis dalam Coaching. Jakarta : CV Tambak Kusuma.
Hardiyanto Wibowo. (2003) Lanjut Usia dan Olahraga. Jakarta: PT Grafmdo Persada
Iknoian, Therese. 1996. Bugar Dengan Jalan. Jakarta : Raja Grafindo Persada Junaidi Said,(2011)Pembinaan Fisik Lansia Melalui Aktivitas Olahraga Jalan
Kaki, Semarang.dokumen Universitas Negri Semarang.
Kusmaedi,Nurlan (2008) Olahraga Lansia. Bandung :CV. Bintang WarliArtika Kusmana, D. 1992. Olahraga pada usia lanjut. Simposium Menuju Hidup Sehat
pada Usia Lanjut. Bogor 7 November.
Kusnandi Nanang, 2012.Motivasi Pria Lanjut Usia Melakukan Olahraga Bulutangkis Dan Jalan Kaki Serta Hubungannya Dengan Kebugaran
(5)
74
Jasmani .Bandung.Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan. Universitas Pendidikan Indonesia.
Lutan, R, Dkk. (1997). Manusia dan Olahraga. Bandung: Kerjasama ITB dan FPOK IKIP Bandung.
Mansur, (1996) Olahraga dan Kebugaran Jasmani. Materi Perkuliahan UPN "Veteran" Yogyakarta.
Martono, H., Pranaka, K. 2009. Geriatri ( Ilmu Kesehatan Usia Lanjut ). Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Putra, A.W. (2011). Survei Tingkat Kebugaran Jasmani Masyarakat Usia Di Atas 40 Tahun Pada Anggota Arca Hash Club Kabupaten Madiun.
Pendidikan Kepelatihan Olahraga, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Surabaya.
Sajoto, M. (1988). Peningkatan dan Pembinaan Kondisi Fisik Dalam Olahraga Semarang : Dahara Prize.
Supandi. (1997). Pengantar Sosiologi Olahraga. FPOK IKIP Bandung. Situmorang, Roiman. (2009). Permasalahan Lanjut Usia. (Online). Tersedia :
http//www.rajawana.com/artikel/kesehatan/326.permasalahan-lanjut./p/kebugaran-jasmani. Html (5 Oktober 2012).
Sugiyono. 2007. Statistika Untuk Penelitian.Bandung: CV Alfabeta
Suherman, A., Damayanti, I dan Rahayu N.I., (2012). Penulisan Karya Ilmiah untuk Mahasiswa Ilmu Keolahragaan. Bandung : FPOK-UPI.
Sumintarsih. (2006). Kebugaran Jasmani Untuk Lansia. Olahraga, No 2, 2006, Hal 148-160.
Suryanto. (2010). Pentingnya OlahragaBagi(Online). Tersedia
:(http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/131808680/2.%20Pentingnya%2
0olahraga%20bagi%20lansia%20%28%20Medikora,April%202010.pdf.
Html. (9 Oktober 2012).
Tarigan, Beltasar. (2009). Optimalisasi Pendidikan Jasmani dan Olahraga Berlandaskan Ilmu Faal Olahraga. Bandung: FPOK UPI.
(6)
The Times. (2003) Welness : A Quality of Living. (Online). Tersedia :
http//members, Fortunecity.com/laurieannah/right.html. (18 Desember 2002).
Universitas Pendidikan Indonesia. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung : UPI.
Widodo , Dwi Cahyo.2011. Komponen-Komponen Kebugaran