PEMBELAJARAN BIOTEKNOLOGI BERBASIS WRITING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN RETENSI MAHASISWA.

(1)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Era globalisasi, perdagangan bebas, dan otonomi daerah telah mendesak dunia pendidikan terutama pendidikan tinggi untuk mulai secara sungguh-sungguh dan berkelanjutan mengadakan perubahan demi perbaikan mutu melalui pengajaran dan pembelajaran, sehingga lulusan yang dihasilkan unggul dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat dan meningkat.

Umumnya dalam proses pembelajaran mahasiswa sementara ini masih bersikap pasif dalam mengikuti kuliah, mereka baru aktif jika diberikan tugas atau disuruh oleh dosen. Metode perkuliahan yang digunakan umumnya ceramah dan diskusi serta pemberian tugas. Oleh sebab itu, untuk menciptakan proses pembelajaran yang aktif diperlukan adanya pendekatan dan metode pembelajaran yang sesuai. Agar dapat mengondisikan mahasiswa untuk memahami bagaimana mendapatkan dan memaknai kumpulan data dan informasi yang mereka terima, pembelajaran harus terkondisi dalam suatu proses berpikir.

Rose & Nicholl (2003) mengemukakan bahwa salah satu gebrakan dalam dunia pendidikan saat ini adalah tercetusnya accelerated learning yaitu cara belajar cepat dengan melibatkan seluruh tubuh/pikiran, emosi, indera, dn seluruh aspek kecerdasan. Menurut DePorter (dalam Komaidi, 2007) menulis adalah aktivitas seluruh otak yang menggunakan belahan otak kanan (emosional) dan


(2)

2

belahan otak kiri (logika). Sehingga prinsip accelerated learning dapat tercapai dengan strategi menulis.

Menulis adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan sadar untuk mengungkapkan dan merefleksikan pikiran. Rose (dalam Barrody, 1993) mengatakan bahwa menulis dipandang sebagai proses berpikir keras yang dituangkan di atas kertas. Manzo (2002) menyatakan bahwa menulis dapat meningkatkan taraf berpikir siswa ke arah berpikir yang lebih tinggi (higher-order-thinking), salah satunya berpikir kritis.

The Delphi conceptualization (dalam Quitadamo & Kurtz, 2007) mengungkapkan bahwa berpikir kritis meliputi beberapa keterampilan kognitif, di antaranya: analisa, kesimpulan, dan evaluasi. Ennis (dalam Quitadamo & Kurtz, 2007) juga berpendapat konsep berpikir kritis meliputi disposisi tingkah laku dan juga keterampil1an kognitif, sehingga dengan berpikir kritis secara tidak langsung dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap suatu materi. Berdasarkan sumber lain, kemampuan berpikir kritis merupakan suatu proses untuk mencari makna, bukan sekedar perolehan pengetahuan (Barell dalam Costa, 1985). Kemampuan bernalar dan berpikir reflektif yang diarahkan untuk memutuskan hal-hal yang meyakinkan untuk dilakukan (Ennis dalam Costa,. 1985). Berpikir kritis itu aktivitas evaluatif untuk memperoleh kesimpulan seperti aktivitas mempertimbangkan hasil penalaran tentang suatu informasi (Carbera, 1995).

Berpikir kritis adalah sebuah proses di mana seseorang mencoba untuk menjawab secara rasional pertanyaan-pertanyaan yang tidak dapat dijawab secara mudah dan di mana semua informasi yang relevan tidak tersedia (Inch, et al.,


(3)

2006). Menurut Costa (1985) berpikir kritis menggunakan proses berpikir dasar untuk menganalisis pendapat dan menghasilkan wawasan yang lebih bermakna. Dengan berbekal kemampuan berpikir kritis, guru telah membantu mempersiapkan peserta didik untuk masa depannya. Liliasari (1997) menyatakan bahwa berpikir kritis mampu mempersiapkan peserta didik berpikir pada berbagai disiplin ilmu serta dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan intelektual dan pengembangan potensi peserta didik. Stiggins (1994) menambahkan bahwa berpikir kritis harus senantiasa diupayakan dalam membuka diri terhadap informasi dari berbagai sumber yang dapat dipercaya.

Marzano (dalam Quitadamo & Kurtz, 2007) menyatakan bahwa menulis digunakan untuk melakukan restrukturisasi pengetahuan dalam meningkatkan pemikiran yang lebih tinggi. Dalam konteks ini, menulis dapat menyediakan kesempatan bagi siswa untuk berpikir melalui argumentasi dan menggunakan pemikiran yang lebih tinggi untuk memberikan reaksi terhadap permasalahan kompleks.

Penggunaan strategi menulis dalam suatu pembelajaran pada dasarnya sama dengan upaya peningkatan kemampuan berpikir kritis. Dengan adanya fungsi berpikir kritis serta dijabarkan melalui indikator-indikator berpikir kritis yang berprinsip sama dengan langkah-langkah yang harus dicapai pada strategi menulis, antara lain; Pertama dalam menentukan judul memerlukan dasar pertimbangan yang kuat hal itu sama pada fungsi pertanyaan terhadap masalah dengan indikator mengidentifikasi ciri-ciri masalah kemudian. Kedua dalam menyusun kerangka tulisan ke dalam draf kasar sama pada fungsi tujuan dan


(4)

4

informasi dengan indikator seperti menjelaskan tujuan masalah, merancang proses yang ingin dicapai, mempertimbangkan kredibilitas sumber. Ketiga dalam hal membuat tulisan berbentuk narasi sama halnya pada fungsi konsep, asumsi, interpretasi dan menarik kesimpulan dengan beberapa indikator seperti menjelaskan hasil observasi, mendefinisikan istilah, mendeskripsikan teori dan konsep, mengaitkan hasil observasi dengan konsep, membuat argumen terhadap masalah menginterpretasikan pernyataan, menginterpretasikan hasil observasi, membuat dan menilai keputusan, menyimpulkan. Keempat dalam hal revisi, editing, dan evaluasi sama pada fungsi implikasi dan akibat-akibat dengan indikator memprediksi kemungkinan terhadap masalah, mengantisipasi dan mencari solusi terhadap masalah menggunakan strategi dan taktik.

Menurut Barrody (1993) salah satu keuntungan dari menulis yaitu dapat meningkatkan retensi siswa. Pada saat menulis belahan otak kanan yang mencakup emosional dan belahan otak kiri yang mencakup logika bekerja secara bersamaan, dengan begitu akan lebih memudahkan kita untuk mengingat sebuah informasi.

Terdapat delapan fase dalam satu tindakan belajar. Fase-fase tersebut merupakan kejadian-kejadian eksternal yang dapat distrukturkan oleh siswa ataupun guru. Salah satu fase dalam tindakan belajar yaitu fase retensi (fase penyimpanan). Pada fase ini, informasi baru yang diperoleh harus dipindahkan dari memori jangka pendek ke memori jangka panjang (Winkel, 1992). Proses memindahkan informasi dari memori jangka pendek ke memori jangka panjang membutuhkan cara atau teknik yang tepat agar informasi tersebut tidak mudah


(5)

hilang dari ingatan (Dahar, 1996). Salah satu upaya untuk memudahkannya yaitu dengan writing (menulis).

Di dalam kegiatan menulis langkah-langkah yang harus diperhatikan adalah PAK! (Pusatkan pikiran, Atur kerangka, Karang, Hebat) (DePorter, 2009). Pada tahap P diperlukan kemampuan berpikir kritis dan kreatif dalam menentukan poin-poin penting dalam satu bahan bacaan, poin-poin ini dapat dituliskan menggunakan simbol atau ditandai dengan warna yang berbeda. Pada tahap A diperlukan keterampilan berpikir kreatif dalam mengatur kerangka tulisan, dapat dilakukan dengan membuat peta pikiran (mind map) karena salah satu manfaat mind map dapat meningkatkan retensi. Pada tahap A ini, siswa dirangsang untuk berkreasi secara visual dengan kombinasi warna, gambar, dan garis-garis melengkung, dan biasanya otak kita lebih mudah mengingat warna dan gambar. Pada tahap akhir K gunakan kembali keterampilan berpikir kreatif dan kritis secara bergantian dalam membuat tulisan berbentuk narasi yang teratur. Pada tahap ! (hebat) keterampilan kreatif dan kritis untuk mengoptimalkan tulisan, dimana pada langkah ini mencakup revisi, editing, dan evaluasi. Pada saat PAK! itulah belahan otak kanan dan otak kiri kita bekerja secara bersamaan yang akan lebih memudahkan kita untuk mengingat kembali informasi.

Pesatnya perkembangan ilmu dan teknologi mengarahkan bioteknologi sebagai cabang biologi yang harus dikuasai untuk mengejar ketinggalan bangsa Indonesia terhadap meningkatnya produk-produk impor yang menggunakan dasar-dasar bioteknologi. Oleh karena itu, fenomena bioteknologi menjadi hal yang tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan manusia.


(6)

6

Salah satu hasil studi lapangan pada kalangan guru SMA (Zulfiani, 2004) mengemukakan bahwa topik bioteknologi merupakan topik yang menarik dan penting bagi siswa di sekolah tertentu guru yang kreatif dan peka, menyampaikan topik bioteknologi dengan memberikan kesempatan siswanya untuk menemukan konsepnya sendiri. Sementara itu hasil studi lapangan pada mahasiswa LPTK (Zulfiaini, 2004) menunjukkan: (1) bioteknologi merupakan mata kuliah yang penting dan menarik untuk dipelajari karena berisi isu-isu biologi modern; (2) mata kuliah bioteknologi perlu dikembangkan secara seimbang antara teori dan praktek yang langsung berkenaan dengan kehidupan sehari-hari; (3) materi kuliah lain pendukung konsep bioteknologi masih berdiri sendiri-sendiri tidak membentuk keterpaduan; (4) diperlukan suatu pengemasan mata kuliah bioteknologi terpadu materi-etika-keterampilan berpikir bagi mahasiswa calon guru, karena bioteknologi memiliki pendekatan etika dan keterampilan berpikir tertentu; (5) adanya beberapa topik bioteknologi (seperti; hewan transgenik, kloning gen) yang sulit dipahami. Pemahaman mahasiswa terhadap isu etika dan moral bioteknologi bersifat parsial, belum menjadi pengetahuan yang terintegrasi dengan pengetahuan bioteknologi yang dipelajarinya.

Menyadari pentingnya bioteknologi yang erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari, juga perlunya mengangkat topik-topik yang berkaitan dengan pengaplikasian bioteknologi diberbagai bidang kehidupan seperti bidang industri makanan dan minuman, bidang pertanian/peternakan, bidang lingkungan, bidang sumber daya energi, dan bidang kedokteran/kesehatan. Subkonsep aplikasi bioteknologi dalam berbagai bidang ini, khususnya yang berkaitan dengan


(7)

bioteknologi modern tidak dapat dipraktikumkan dalam perkuliahan mengingat bahan, alat, dan biaya yang tidak sedikit, serta memerlukan waktu yang cukup lama. Melihat sedikitnya penelitian yang mengangat topik aplikasi bioteknologi di berbagai bidang dan kecenderungan pembelajaran bioteknologi yang diajarkan melalui ceramah, diskusi, dan praktikum maka dipilih pembelajaran bioteknologi berbasis writing karena selama ini proses writing (menulis) sering dilupakan dan jarang dilatihkan pada mahasiswa dalam proses pembelajaran padahal banyak manfaat yang bisa kita peroleh dengan membiasakan writing (menulis).

Dari sejumlah penelitian mengenai bioteknologi yang telah dilakukan, hanyalah mengangkat suatu konsep bioteknologi konvensional yang berbasis praktikum, sehingga jarang sekali yang mengangkat pengaplikasian bioteknologi dalam berbagai bidang yang mendukung kehidupan manusia serta etika dan moral bioteknologi yang memakai strategi selain praktikum yaitu strategi writing. Hal inilah yang mendasari telah dilakukannya penelitian dengan judul ”pembelajaran bioteknologi berbasis writing untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan retensi pada mahasiswa”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah ”Bagaimanakah pengaruh pembelajaran bioteknologi berbasis writing dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan retensi mahasiswa?”


(8)

8

Untuk memperjelas permasalahan di atas, dibuat beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimanakah kemampuan berpikir kritis mahasiswa sebelum dan sesudah pembelajaran bioteknologi berbasis writing?

2. Bagaimanakah retensi mahasiswa setelah pembelajaran bioteknologi berbasis writing?

3. Kendala apakah yang dihadapi dosen dan mahasiswa pada pembelajaran bioteknologi berbasis writing?

4. Bagaimanakah respon mahasiswa terhadap pembelajaran bioteknologi berbasis writing?

C. Batasan Masalah

Untuk menghindari meluasnya permasalahan, maka dilakukan pembatasan masalah sebagai berikut:

1. Konsep bioteknologi dibatasi hanya pada sub konsep aplikasi bioteknologi di berbagai bidang kehidupan manusia seperti; (1) bidang industri makanan dan minuman, (2) bidang pertanian/peternakan, (3) bidang lingkungan, (4) bidang sumber daya energi, (5) bidang kesehatan/kedokteran.

2. Pembelajaran berbasis writing yang digunakan dalam penelitian ini adalah pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk menuangkan pikirannya ke dalam sebuah tulisan berbentuk narasi. Di mana langkah-langkah untuk menulis menggunakan aturan PAK! (Penentuan


(9)

judul, Atur kerangka, Karang, Hebat!) yang dikemukakan oleh Deporter, (2004).

3. Kemampuan berpikir kritis pada penelitian ini meliputi 3 fungsi berpikir kritis yang dikemukakan oleh Inch, et al. (2006) yaitu: konsep, sudut pandang, inferensi dan kesimpulan. Dengan indikator-indikator hasil modifikasi dari indikator berpikir kritis yang dikemukakan oleh Ennis (dalam Costa, 1985).

4. Retensi adalah tahap penyimpanan materi yang telah dipelajari atau bertahannya materi yang telah dipelajari dalam ingatan. Retensi mahasiswa dilihat dari nilai tes akhir kedua yang dilakukan 2 minggu setelah tes akhir ke satu. Sedangkan untuk melihat kekuatan retensi dilihat dari nilai tes akhir ketiga yang dilakukan 2 minggu setelah tes akhir kedua. Retensi ini diukur dengan menggunakan recognition method.

D. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk: 1. Menganalisis kemampuan berpikir kritis mahasiswa pada

pembelajaran bioteknologi berbasis writing.

2. Menganalisis kekuatan retensi mahasiswa pada pembelajaran bioteknologi berbasis writing.

3. Menganalisis keefektifan pembelajaran bioteknologi berbasis writing dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan kekuatan retensi mahasiswa.


(10)

10

4. Mengidentifikasi kendala-kendala yang dihadapi dosen dan mahasiswa pada pembelajaran bioteknologi berbasis writing.

5. Mengidentifikasi respon serta tanggapan mahasiswa terhadap pembelajaran bioteknologi berbasis writing.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam upaya peningkatan kualitas pembelajaran, yaitu:

1. Bagi mahasiswa, diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan pengalaman belajar serta menambah motivasi belajar dengan pembelajaran bioteknologi berbasis writing.

2. Bagi dosen, diharapkan dapat menambah pengalaman dalam mengajar dengan menerapkan pembelajaran bioteknologi berbasis writing untuk mengukur peningkatan kemampuan berpikir kritis dan kekuatan retensi mahasiswa. Selain itu, dapat menumbuhkan minat dosen untuk mengembangkan inovasi-inovasi baru dalam pembelajaran.

3. Bagi peneliti, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dalam penerapan pembelajaran bioteknologi berbasis writing, serta memberikan inspirasi bagi peneliti lain untuk mengembangkan penelitian serupa dengan variabel yang berbeda.


(11)

F. Asumsi

Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah pembelajaran dengan strategi menulis digunakan untuk melakukan restrukturisasi pengetahuan dalam meningkatkan pemikiran yang lebih tingg (Marzano dalam Quitadamo dan Kurtz, 2007). Sedangkan menurut Barrody (1993) salah satu keuntungan dari menulis yaitu dapat meningkatkan retensi mahasiswa.

G. Hipotesis

Berdasarkan latar belakang dan rumusan penelitian, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah:

H0 : Tidak terjadi peningkatan dalam hal kemampuan berpikir kritis mahasiswa sebelum dan sesudah pembelajaran bioteknologi berbasis writing.

H1 : Terjadi peningkatan dalam hal kemampuan berpikir kritis mahasiswa sebelum dan sesudah pembelajaran bioteknologi berbasis writing.

H0 : Tidak terjadi peningkatan retensi mahasiswa sesudah pembelajaran bioteknologi berbasis writing.

H1 : Terjadi peningkatan retensi mahasiswa sesudah pembelajaran bioteknologi berbasis writing.


(12)

60 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah weak experiment. dengan “one group pre-post-re test design” (perluasan dari one group pretest-postest design) (Fraenkel & Wallen, 2008). Menurut Fraenkel & Wallen (2008) penelitian weak experiment adalah penelitian yang tidak memiliki kelompok kontrol untuk diperbandingkan dengan kelompok eksperimen. Perlakuan difokuskan hanya pada satu kelompok. Di dalam desain “one group pre-post-re test design” tes dilakukan sebanyak 4 kali yaitu sebelum, sesudah perlakuan, dua dan empat minggu setelah perlakuan. Perbedaan nilai T1 dan T2, yakni T2-T1 diasumsikan merupakan efek dari perlakuan, sedangkan nilai T3 dan T4 digunakan untuk melihat kekuatan retensi. Pola desain penelitian dapat digambarkan sebagai berikut:

Tabel 3.1 Desain Penelitian

Pretest Perlakuan Posttest 1 Retest 1 Retest 2

T1 X T2 T3 T4

Keterangan :

X : Perlakuan pembelajaran menggunakan writing T1 : Test awal sebelum perlakuan (Pretest)

T2 : Test setelah diberi perlakuan (Postest)

T3 : Test setelah 2 minggu dari pelaksanaan posttest (Retest 1) T4 : Test setelah 4 minggu dari pelaksanaan posttest (Retest 2)


(13)

B. Definisi operasional

1. Pembelajaran berbasis writing dilaksanakan dengan cara menugaskan mahasiswa untuk membuat karangan mengenai salah satu bioteknologi modern berdasarkan hasil analisis terhadap suatu artikel yang telah disediakan oleh dosen. Selama perkuliahan mahasiswa diberikan waktu selama dua jam perkuliahan untuk membaca dua artikel, sisa satu jam perkuliahan digunakan untuk menyusun karangan. Teknik penyusunan karangan menggunakan aturan PAK! yang dikemukakan oleh DePorter, yang dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung.

2. Kemampuan berpikir kritis dijaring melalui tes pilihan ganda dimana soal-soal tersebut disusun berdasarkan elemen berpikir kritis yang akan diukur mecakup konsep, sudut pandang, serta interpretasi dan kesimpulan. Kemampuan berpikir kritis mahasiswa juga dapat dilihat melalui instrumen writing yang merupakan tulisan atau karangan mahasiswa yang disusun berdasarkan aturan PAK! dan hasil tulisan dinilai dengan menggunakan rubrik penilaian.

3. Retensi adalah tahap penyimpanan materi yang telah dipelajari atau bertahannya materi yang telah dipelajari dalam ingatan. Retensi dijaring melalui hasil tes pilihan ganda yang dilakukan secara berulang sebanyak 2 kali untuk mengetahui kekuatan retensi. Retensi diukur dalam bentuk persen dari perbandingan nilai pada retest 1 dengan tes akhir, serta perbandingan nilai pada retest 2 dengan retest 1 untuk melihat kekuatan retensi pada setiap mahasiswa.


(14)

62

C. Populasi dan Sampel Penelitian a. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah kemampuan bepikir kritis dan retensi mahasiswa tingkat III semester VI jurusan pendidikan biologi yang mengontrak mata kuliah bioteknologi di Universitas Pasundan Bandung tahun ajaran 2009/2010 sebanyak 110 mahasiswa.

b. Sampel

Sampel penelitian adalah kemampuan berpikir kritis dan retensi mahasiswa tingkat III semester VI jurusan pendidikan biologi yang mengontrak mata kuliah bioteknologi di Universitas Pasundan Bandung tahun ajaran 2009/2010 sebanyak 50 orang mahasiswa.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:

1. Instrumen kemampuan berpikir kritis melalui writing yaitu konsep (meliputi: mendeskripsikan konsep, mengaitkan hasil observasi dengan konsep, mengaitkan antar konsep), sudut pandang (meliputi: membuat argumen terhadap masalah), interprestasi dan menarik kesimpulan (meliputi: menginterpretasikan hasil observasi dan membuat kesimpulan) menggunakan lembar kegiatan yang mencakup langkah-langkah penugasan dalam membuat suatu karangan berdasarkan analisis dari beberapa artikel yang diberikan peneliti. Karangan hasil writing dinilai menggunakan rubrik yang kriterianya ditentukan peneliti. Kriteria yang akan dinilai di antaranya


(15)

mengenai konsep yang terkandung dalam karangan, isi karangan yang memperlihatkan keterkaitan antar konsep, serta kriteria penilaian yang terakhir yaitu mencakup tata bahasa siswa dalam karangan yang dibuat. 2. Instrumen kemampuan berpikir kritis berupa lembar evaluasi bentuk pilihan

ganda yang mencakup indikator-indikator yang dimodifikasi dari Inch (2006) dan Ennis (dalam Costa, 1985).

3. Instrumen untuk mengukur retensi mahasiswa menggunakan instrumen yang sama dalam mengukur berpikir kritis yaitu lembar evaluasi bentuk pilihan ganda sebanyak 45 butir soal tetapi setelah diujicobakan dan di uji keterandalan tes nya dengan menggunakan software anates versi 4.0. hanya sebanyak 35 soal yang layak digunakan.

4. Angket untuk menjaring tanggapan mahasiswa mengenai pembelajaran berbasis writing.

E. Analisis dan Validasi Instrumen

Untuk memperoleh instrumen yang baik dan menjamin keterukuran mengenai apa yang hendak diukur, maka terlebih dahulu dilakukan pengujian dan analisis terhadap instrumen yang akan digunakan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Validitas Butir Soal

Validitas butir soal digunakan untuk mengetahui dukungan suatu butir soal terhadap skor total. Untuk menguji validitas setiap butir soal, skor-skor yang ada pada butir soal yang dimaksud dikorelasikan dengan skor total. Sebuah soal akan


(16)

64

memiliki validitas yang tinggi jika skor soal tersebut memiliki dukungan yang besar terhadap skor total. Dukungan setiap butir soal dinyatakan dalam bentuk korelasi sehingga untuk mendapatkan validitas suatu butir soal digunakan rumus korelasi.

Perhitungan dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi Pearson Product Moment (Arikunto, 2009) sebagai berikut:

rxy =

) )(

( X Y

XY

NΣ − Σ Σ

2 2

2 2

) ( )(

) (

(NΣX − ΣX NΣY − ΣY

Keterangan:

Rxy = koefisien korelasi antara variabel x dan variabel y X = skor butir soal

Y = skor total N = jumlah subjek

Interpretasi besarnya koefisien korelasi dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3.2

Kategori Validitas Butir Soal

Koefisien Kategori

0.80 < rxy≤ 1.00 Sangat tinggi 0.60 < rxy≤ 0.80 Tinggi 0.40 < rxy ≤ 0.60 Cukup 0.20 < rxy ≤ 0.40 Rendah

0.00 ≤ rxy≤ 0.20 Sangat rendah

(Sumber: Arikunto, 2009)

Hasil perhitungan validitas tes keterampilan berpikir kritis, dan tes untuk mengukur retensi yang berjumlah 45 butir soal yang dibagi dalam 11 sub konsep tentang pembelajaran bioteknologi.


(17)

Tabel 3.3

Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Butir Soal

No Sumber data

Kategori

Jumlah

ST T C R SR

1 Bioteknologi, bioteknologi konvensional, dan modern

- 1,4,5,2 7

7,8 - 42 7

2 Kultur jaringan - - 10,11,

12

13 - 4

3 Rekayasa genetika 21,22 15,20 16,17 - 6

4

DNA Rekombinan - - 18 19 - 2

5 Kloning - - 26,34 - 14,28,

33

5 6 Aplikasi

bioteknologi dalam bidang industri makanan dan minuman

- 2 - 3,6 9 4

7 Aplikasi

bioteknologi dalam bidang pertanian/ Peternakan

29 24,31, 32

23 - 25,30 7

8 Aplikasi

bioteknologi dalam bidang lingkungan

- - 37,39 38 - 3

9 Aplikasi

bioteknologi dalam bidang sumber daya energi

- - 41 - 40 2

10 Aplikasi

bioteknologi dalam bidang kesehatan/ Kedokteran

- - 35 36 - 2

11 Dampak bioteknologi

- 45 43 - 44 3

Jumlah 1 11 16 8 9 45


(18)

66

Keterangan : ST : Sangat tinggi T : Tinggi C : Cukup R : Rendah

SR : Sangat Rendah 2. Reliabilitas Tes

Suatu alat ukur (instrumen) memiliki reliabilitas yang baik bila alat ukur itu memiliki konsistensi yang handal walaupun dikerjakan oleh siapapun (dalam level yang sama), di manapun dan kapanpun berada (Arikunto, 2009).

Reliabilitas tes dihitung dengan menggunakan metode Kuder Richardson-21 (KR-21) dengan rumus:

1

Keterangan:

R11 = reliabilitas instrumen

k = banyaknya butir soal atau butir pertanyaan M = skor rata-rata

Vt = varians total

Hasil perhitungan koefisien reliabilitas dibandingkan dengan rtabel dengan kaidah keputusan; jika r11 > rtabel berarti reliabel dan jika r11 < rtabel berarti tidak reliabel. Kemudian hasil perhitungan tersebut ditafsirkan dan diinterpretasikan mengikuti tabel di bawah ini.

Tabel 3.4

Kategori Reliabilitas Butir Soal

Koefisien Kategori

0.80 < r11 ≤ 1.00 Sangat tinggi 0.60 < r11 ≤ 0.80 Tinggi 0.40 < r11 ≤ 0.60 Cukup 0.20 < r11 ≤ 0.40 Rendah


(19)

Dari hasil perhitungan didapatkan reliabilitas tes keterampilan berpikir kritis, dan tes untuk mengukur retensi adalah: r11 = 0,91 lebih besar dari rtabel = 0,36 maka keputusannya adalah reliabel. Apabila diklasifikasikan berdasarkan kategori pada Tabel 3.4 diatas, maka hasil koefisien reliabilitas ini tergolong sangat tinggi.

3. Tingkat Kesukaran Butir Soal

Tingkat kesukaran dari setiap item soal dihitung dengan menggunakan persamaan (Arikunto, 2009) sebagai berikut:

P

Keterangan:

P = indek Kesukaran

B = banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar JS = jumlah seluruh siswa peserta tes

Untuk tes keterampilan berpikir kritis, dan tes untuk mengukur retensi dengan tingkat kesukaran yang diperoleh berdasarkan perhitungan menggunakan anates 4.0. berdasarkan hasil analisis yang dilakukan (Arikunto, 2009)

Tabel 3.5

Kategori Tingkat Kesukaran

Batasan Kategori

0.00 < TK ≤ 0.30 Sukar 0.30 < TK ≤ 0.70 Sedang 0.70 < TK ≤ 1.00 Mudah

(Sumber: Arikunto, 2009)

JSB


(20)

68

Tabel 3.6

Hasil Uji Coba Tingkat Kesukaran

No Sumber data

Kategori

Jumlah

Sukar Sedang Mudah

1 Bioteknologi, bioteknologi konvensional, dan modern

4 1,5,7,8, 27,42

- 7

2 Kultur jaringan 12 10,11,13 - 4

3 Rekayasa genetika - 16,17,20, 21, 22

15 6

4 DNA Rekombinan - 18,19 - 2

5 Kloning 26,28 33 34,14 5

6 Aplikasi bioteknologi dalam bidang industri makanan dan

minuman

3 2,6,8 -

7 Aplikasi bioteknologi dalam bidang

pertanian/ peternakan

23,24 25,29,30, 31, 32

- 7

8 Aplikasi bioteknologi dalam bidang

lingkungan

37,39 38 - 3

9 Aplikasi bioteknologi dalam bidang sumber daya energi

- 40,41 - 2

10 Aplikasi bioteknologi dalam bidang

kesehatan/ Kedokteran

- 35,36 - 2

11 Dampak Bioteknologi - 43,44,45 - 3

Jumlah 9 33 3 45

Persentase (%) 20% 73% 7% 100%

Tingkat kesukaran butir soal untuk mahasiswa pada konsep bioteknologi yang berjumlah 45 butir disajikan pada Tabel 3.6. Semua hasil perhitungan tentang tingkat kesukaran dapat dilihat pada Lampiran B.


(21)

4. Daya Pembeda Butir Soal

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi test atau daya pembeda (D).

Daya pembeda dihitung dengan rumus (Arikunto, 2009):

Keterangan:

J = jumlah peserta tes

JA = banyaknya peserta kelompok atas JB = banyaknya peserta kelompok bawah

BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar

BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar

PA = proporsi kelompok atas yang menjawab benar (ingat, P sebagai indeks kesukaran)

PB = proporsi kelompok bawah yang menjawab benar

Kategori daya pembeda (Arikunto, 2009) dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3.7

Kategori Daya Pembeda

Batasan Kategori

0.00 < DP ≤ 0.20 Jelek (poor) 0.20 < DP ≤ 0.40 Cukup (satisfactory) 0.40 < DP ≤ 0.70 Baik (good) 0.70 < DP ≤ 1.00 Baik sekali (excellent) (Sumber : Arikunto, 2009)

Untuk tes keterampilan berpikir kritis, dan tes untuk mengukur retensi berjumlah 45 butir dengan daya pembeda yang diperoleh berdasarkan


(22)

70

perhitungan menggunakan anates 4.0 disajikan dalam tabel 3.7. Semua hasil perhitungan tentang daya pembeda butir soal dapat dilihat pada Lampiran B.

Tabel 3.8

Hasil Uji Coba Daya Pembeda Butir Soal

Kategori Jumlah Nomor Soal Persentase

(%)

Jelek (poor) 8 3,9,14,25,28,40,42,44 18

Cukup

(satisfactory) 9 6,13,17,19,20,30,38,39,41 20

Baik (good) 17 1,7,8,11,12,15,16,18,23,24,26,32,33,

35,36,37,43 38

Baik sekali

(excellent) 11 2,4,5,10,21,22,27,29,31,34,45 24

Jumlah 45 - 100

Setelah diperoleh hasil analisis validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda maka diperoleh karakteristik instrumen secara keseluruhan. Karakteristik instrumen yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya memiliki validitas 0,20-0,80 (dengan kategori rendah hingga tinggi), dengan reliabilitas sangat tinggi yaitu sebesar 0,91, untuk tingkat kesukaran instrumen yang digunakan termasuk kategori mudah hingga tinggi (0,20-0,70), sedangkan untuk daya pembeda yang termasuk kategori cukup hingga sangat baik (0,37-0,87).

Berdasarkan hasil perhitungan validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan

daya pembeda instrumen yang layak digunakan dalam mengukur kemampuan berpikir kritis dan retensi mahasiswa yaitu sebanyak 35 butir soal. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.9


(23)

Tabel 3.9

Rekapitulasi Hasil Uji Coba No.

Soal

Validitas Tingkat

Kesukaran Daya Pembeda Reliabilitas Keterangan Skor Kriteria Skor Kriteria Skor Kriteria

1 0.632 Tinggi 0.40 Sedang 0.62 Baik 0.91

Reliabilitas tes sangat

tinggi

Digunakan

2 0.761 Tinggi 0.46 Sedang 0.75 Baik

sekali Digunakan

3 0.248 Rendah 0.06 Sangat

sukar 0.12 Jelek Dibuang

4 0.737 Tinggi 0.23 Sukar 0.75 Baik

sekali Digunakan

5 0.605 Tinggi 0.46 Sedang 0.75 Baik

sekali Digunakan

6 0.213 Rendah 0.50 Sedang 0.37 Cukup Dibuang

7 0.476 Cukup 0.50 Sedang 0.50 Baik Digunakan

8 0.454 Cukup 0.63 Sedang 0.50 Baik Digunakan

9 -0.309 Sangat

rendah 0.36 Sedang -0.50 Jelek Dibuang

10 0.458 Cukup 0.53 Sedang 0.75 Baik

sekali Digunakan

11 0.550 Cukup 0.66 Sedang 0.62 Baik Digunakan

12 0.534 Cukup 0.26 Sukar 0.62 Baik Digunakan

13 0.350 Rendah 0.36 Sedang 0.37 Cukup Digunakan

14 -0.005 Sangat

rendah 0.83 Mudah 0.12 Jelek Dibuang

15 0.482 Cukup 0.73 Mudah 0.50 Baik Digunakan

16 0.285 Rendah 0.60 Sedang 0.50 Baik Digunakan

17 0.386 Rendah 0.66 Sedang 0.37 Cukup Digunakan

18 0.453 Cukup 0.50 Sedang 0.62 Baik Digunakan

19 0.287 Rendah 0.46 Sedang 0.37 Cukup Digunakan

20 0.379 Cukup 0.60 Sedang 0.37 Cukup Digunakan

21 0.770 Tinggi 0.43 Sedang 1.00 Baik

sekali Digunakan

22 0.719 Tinggi 0.60 Sedang 0.87 Baik

sekali Digunakan

23 0.517 Cukup 0.26 Sukar 0.50 Baik Digunakan

24 0.621 Sangat

rendah 0.30 Sukar 0.50 Baik Digunakan

25 -0.133 Sangat

rendah 0.36 Sedang -0.12 Jelek Dibuang

26 0.587 Cukup 0.16 Sukar 0.50 Baik Digunakan

27 0.743 Tinggi 0.36 Sedang 0.75

Baik


(24)

72

No. Soal

Validitas Tingkat

Kesukaran Daya Pembeda Reliabilitas Keterangan Skor Kriteria Skor Kriteria Skor Kriteria

28 -0.140 Sangat

rendah 0.03

Sangat

sukar -0.12 Jelek Dibuang

29 0.805 Sangat

tinggi 0.33 Sedang 0.87

Baik

sekali Digunakan

30 0.098 Sangat

rendah 0.56 Sedang 0.25 Cukup Dibuang

31 0.683 Tinggi 0.46 Sedang 0.87 Baik

sekali Digunakan

32 0.615 Tinggi 0.36 Sedang 0.62 Baik Digunakan

33 0.184 Sangat

rendah 0.56 Sedang 0.50 Baik Direvisi

34 0.552 Cukup 0.80 Mudah 0.75 Baik

sekali Digunakan

35 0.438 Cukup 0.63 Sedang 0.62 Baik Digunakan

36 0.285 Rendah 0.60 Sedang 0.50 Baik Digunakan

37 0.517 Cukup 0.26 Sukar 0.50 Baik Digunakan

38 0.350 Rendah 0.36 Sedang 0.37 Cukup Digunakan

39 0.499 Cukup 0.23 Sukar 0.37 Cukup Digunakan

40 0.101 Sangat

rendah 0.46 Sedang 0.12 Jelek Dibuang

41 0.411 Cukup 0.46 Sedang 0.37 Cukup Digunakan

42 0.066 Sangat

rendah 0.66 Sedang 0.00 Jelek Dibuang

43 0.591 Cukup 0.33 Sedang 0.62 Baik Digunakan

44 -0.186 Sangat

rendah 0.53 Sedang 0.00 Jelek Dibuang

45 0.621 Tinggi 0.43 Sedang 0.75 Baik

sekali Digunakan

Untuk melihat apakah artikel yang akan diberikan kepada mahasiswa layak digunakan dalam artian tidak terlalu sulit dan mudah dipahami oleh mahasiswa, maka artikel-artikel tersebut diujicobakan dan dihitung berdasarkan rubrik penilaian yang telah dibuat. Hasil rekapitulasi dapat dilihat pada tabel 3.10.


(25)

Tabel 3.10

Rekapitulasi Hasil Uji Coba Penilaian Writing

Sub Konsep

Persentase Skor Tiap Aspek (%)

Isi tulisan Konsep Sudut

Pandang

Interpretasi dan

kesimpulan Tata Bahasa 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1. 14 24 38 24 8 22 38 32 16 38 32 14 18 38 26 18 8 12 38 32

2. 16 34 32 18 12 18 36 32 24 36 22 18 16 42 24 18 10 12 36 42

3. 12 26 42 20 8 20 34 38 32 28 26 14 16 38 26 20 12 16 34 38

4. 12 26 34 28 16 20 36 28 28 34 18 20 14 36 32 18 8 20 28 44

.5. 16 28 38 18 14 16 36 34 26 38 22 14 18 32 36 14 12 20 36 32

Keterangan:

Sub Konsep 1 : Aplikasi bioteknologi dalam bidang industri makanan/minuman.

Sub Konsep 2 : Aplikasi bioteknologi dalam bidang pertanian/peternakan.

Sub Konsep 3 : Aplikasi bioteknologi dalam bidang lingkungan.

Sub Konsep 4 : Aplikasi bioteknologi dalam bidang sumber daya energi.

Sub Konsep 5 : Aplikasi bioteknologi dalam bidang kesehatan/kedokteran.

Pada tabel 3.10 dapat disimpulkan bahwa seluruh artikel yang diujicobakan dengan mudah dapat dipahami oleh mahasiswa, hal itu terlihat dari skor yang diperoleh dari hasil tulisan yang dibuat mahasiswa. Untuk aspek konsep, sebagian besar mahasiswa dapat menemukan konsep, mendefinisikan konsep, serta dapat mengaitkan setiap konsep yang ada dalam artikel dalam sebuah karangan atau tulisan, hal itu ditunjukkan dengan banyaknya perolehan skor 3 dan skor 4. Dalam aspek memberikan sudut padang terhadap masalah dalam artikel hanya sebagian kecil mahasiswa yang mampu memberikan sudut pandangannya secara rinci sesuai dengan tema dalam artikel yang disertai contoh. Untuk aspek interpretasi dan kesimpulan juga hanya sebagian kecil mahasiswa yang mampu memberikan interpretasi dan kesimpulannya sesuai judul dan menjawab tujuan yang ada pada artikel. Aspek terakhir yang dinilai yaitu tata bahasa, dapat dikatakan seluruh mahasiswa dapat menggunakan bahasa, tanda baca, serta ejaan yang sesuai dengan EYD dalam tulisan atau karangannya. Dengan melihat hasil


(26)

74

ujicoba tersebut maka, peneliti menggunakan sluruh artikel untuk digunakan dalam pembelajaran bioteknologi dengan menggunakan strategi menulis.

F. Prosedur Penelitian

Penelitian ini dibagi dalam tiga tahap, yaitu: tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap pengambilan kesimpulan.

a. Tahap Persiapan

1) Membuat proposal penelitian

2) Melaksanakan seminar proposal penelitian 3) Memperbaiki proposal penelitian

4) Membuat surat izin penelitian

5) Mengadakan observasi terlebih dahulu ke UNPAS 6) Menyusun instrumen penelitian

7) Meminta pertimbangan (judgment) instrumen penelitian kepada dosen ahli

8) Melakukan revisi instrument hasil judgment 9) Melakukan uji coba instrumen

10) Menganalisis butir soal

11) Menentukan kelompok sampel penelitian

12) Melakukan pembiasaan di kelas-kelas penelitian yang menuntut mahasiswa menulis dengan mengacu pada aturan PAK! pada materi yang berbeda agar mahasiswa terbiasa.


(27)

b. Tahap Pelaksanaan

1) Melaksanakan tes awal untuk mengetahui kemampuan awal berpikir kritis mahasiswa.

2) Melaksanakan kegiatan pembelajaran bioteknologi berbasis writing pada seluruh sampel penelitian.

3) Melaksanakan tes akhir kesatu untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis sekaligus pemahaman mahasiswa setelah pembelajaran.

4) Melaksanakan tes akhir kedua yang dilaksanakan 2 minggu setelah tes kesatu untuk mengetahui kekuatan retensi mahasiswa.

5) Melaksanakan tes akhir ketiga yang dilaksanakan 4 minggu setelah tes kesatu untuk mengetahui kekuatan retensi mahasiswa.

6) Meyebarkan angket untuk mengetahui respon/tanggapan mahasiswa mengenai pembelajaran berbasis writing.

7) Melakukan pengolahan data. c. Kesimpulan

Penarikan kesimpulan berdasarkan hasil pengolahan data dan kecenderungan hasil responden mahasiswa dalam angket.

G. Pengolahan Data

Data tes kesatu dan kedua diolah secara statistik dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Uji Normalitas

Uji normalitas dalam penelitian ini dilakukan terhadap data tes awal dan tes akhir kemampuan berpikir kritis mahasiswa. Uji normalitas menggunakan


(28)

76

uji Kolmogorov-Smirnov pada program komputer Statistical Package for Sosial Science (SPSS) for windows versi 18.0. Uji Kolmogorov-Smirnov digunakan karena nilai probabilitas yang diperoleh berdasarkan perbandingan dengan distribusi teoritik, bukan berdasarkan hasil kecenderungan dari nilai (Siegel, 1990).

Data dikatakan normal bila nilai probabilitas (Asymp. Sig. (2-tailed)) > 0,05. Perhitungan uji normalitas data tes awal, tes akhir, dan N-gain kemampuan berpikir kritis dapat dilihat pada lampiran.

2. Pengujian retensi menggunakan metode Recognition Methods dengan rumus: % retensi = !

" 100%

Skor retensi yang diperoleh selanjutnya dikategorikan dalam beberapa predikat (Syah, 2010):

Tabel 3.11 Predikat Skor Retensi

Skor Predikat

≥ 80% Sangat baik

70% - 79% Baik

60% - 69% Cukup

50% - 59% Kurang

≤ 49% Sangat kurang

3. Perhitungan Writing

% Indikator = %&'()* +,+-) .)/0 '1/&/%&22)/ ,/3,2)456 416+17&4 %&'()* 454)( +,+-) 4. Perhitungan Angket

% Tanggapan X = %&'()* +,+-) .)/0 716)/00)8)/ 9 %&'()* 454)( +,+-)


(29)

5. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kritis mahasiswa dianalisis menggunakan N-Gain (Meltzer, 2002) sebagai berikut :

100% x N N

N N Gain N

A MAX

A B

   

 

− − =

Dengan:

NB : nilai postes siswa NA : nilai pretes siswa NMAX : nilai ideal siswa

Kriteria gain ternormalisasi diperlihatkan pada tabel berikut: Tabel 3.12

Kriteria Gain Ternomalisasi

No GainTernormalisasi N-Gain

1 Rendah 0 – 0,30

2 Sedang 0,31– 0,69

3 Tinggi 0,70-1,00


(30)

78

Gambar 3.1 Alur Penelitian

H. Alur Penelitian I.

Rentang waktu 2 minggu

Rentang waktu 2 minggu

I. Tahap Persiapan Penyusunan Proposal

Pembuatan Instrumen

Penentuan subjek penelitian Pembiasaan pada

konsep lain

2. Tahap Pelaksanaan

Judgment Perbaikan Instrumen

Mahasiswa Kls B Smstr 6 Uji Coba Instrumen

Tes awal

Pembelajaran Bioteknologi berbasis

Writing

Tes akhir & Angket

Retest 1

Retest 2

3. Kesimpulan Pengolahan data


(31)

107 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Pembelajaran bioteknologi berbasis writing dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis mahasiswa. Hal ini dapat dilihat pada hasil penelitian yang mengungkapkan bahwa rata-rata kemampuan berpikir kritis mahasiswa sebelum pembelajaran sebesar 54,86, sedangkan setelah pembelajaran rata-rata kemampuan berpikir kritis mahasiswa meningkat menjadi 73,62 dengan N-gain sebesar 0,40 dengan kategori sedang. Hal ini menunjukkan bahwa untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan retensi mahasiswa dipengaruhi oleh faktor lain, serta metode pembelajaran yang lebih inovatif. Hasil writing mahasiswa menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kritis yang mencakup kemampuan dalam mendeskripsikan konsep serta memberikan interpretasi dan kesimpulan dapat digolongkan tinggi. Sedangkan dalam memberikan sudut pandang atau argument kemampuan mahasiswa masih rendah.

Kekuatan retensi mahasiswa selama interval waktu 2 hingga 4 minggu setelah pembelajaran ternyata konstan artinya selama interval waktu itu tidak terdapat peningkatan maupun penurunan, yaitu sebesar 98% dengan predikat sangat tinggi, artinya dalam interval waktu 2 hingga 4 minggu setelah pembelajaran ingatan mahasiswa masih baik.

Sebanyak 42% mahasiswa mengalami hambatan/kesulitan dalam proses writing, diantaranya; mahasiswa kesulitan dalam menganalisis artikel karena


(32)

108

memerlukan penalaran yang cukup tinggi. Membutuhkan waktu yang cukup lama untuk membaca dan menuliskan kembali. Aturan PAK! yang digunakan dalam writing dimana mengharuskan membuat draf kasar kemudian draf halus cukup membuat mereka jenuh. Jika tidak disertai “mood” menjadikan mereka malas untuk menulis. Sedangkan hambatan yang dikemukakan oleh dosen dalam pembelajaran berbasis writing ini diantaranya; pertama sulitnya mencari artikel yang isi dan bahasanya mudah dimengerti oleh mahasiswa. Kedua, dalam penskoran writing terlalu banyak aspek yang dinilai sehingga memerlukan waktu yang lama dalam penskoran.

Sebanyak 48% mahasiswa mengungkapkan merasa tertarik dan nyaman menggunakan metode writing untuk konsep-konsep tertentu pada mata kuliah bioteknologi. 52% mahasiswa mengungkapkan lebih tertarik lagi jika pembelajaran bioteknologi menggunakan metode praktikum.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tentang pembelajaran bioteknologi berbasis writing untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan retensi mahasiswa, peneliti menyarankan hal-hal sebagai berikut:

1. Bagi mahasiswa

Dalam perkuliahan, mahasiswa sebaiknya memiliki minat yang baik serta kesiapan yang matang untuk terlibat dalam kegiatan-kegiatan baru yang dapat meningkatkan kualitas belajar.


(33)

109 2. Bagi Dosen

a) Setiap mengawali perkuliahan, hendaknya dosen memberikan motivasi kepada mahasiswa. Pemberian motivasi ini penting agar mahasiswa memiliki perhatian, membangkitkan minat, serta termotivasi untuk terlibat secara aktif dalam berbagai kegiatan perkuliahan guna memperoleh hasil yang baik.

b) Untuk menerapkan pembelajaran berbasis writing sebaiknya dilakukan pembiasaan yang cukup. Dalam prosesnya pun berikan keleluasaan waktu agar tulisan yang dihasilkan sesuai dengan yang diharapkan. 3. Bagi Peneliti lain

Terdapat banyak informasi yang belum tergali lebih dalam dari penelitian ini. Oleh sebab itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan metode, materi maupun aspek lainnya yang berbeda. Dimana lebih bisa meningkatkan kemampuan berpikir kritis serta bisa lebih mempertahankan kekuatan retensi pada mahasiswa.


(34)

110

DAFTAR PUSTAKA

Ansari, B. I. (2003). Menumbuhkembangkan Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematik Siswa SMU Melalui Strategi THINK-TALK-WRITE. Disertasi Doktor UPI: tidak dipublikasikan.

Arikunto, S. (1993). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta. Dirjen Dikti. Depdikbud.

__________. (2009). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Barrody, A. J. (1993). Problem Solving, Reasoning, and Communicating, K-8. Helping children think mathematically. New York: Merril, an in print of Macmillan Publishing, Company.

Bohrer, K. E. (2004). Scientific Journal writing for Dummies: An Approach to Teachhing Scientific Writing to First-Year Biology Majors In An Introductory Lab. Mini Workshop. Vol:25.

Bourgaize, et al., (2000). Biotechnology Demystifying the Concepts. Addison Wesley Longman, Inc: San Fransisco.

Carberra, G. A. (1985). ”A Framework For Evaluating The Teaching Of Critical Thinking”. Education. 113(1), 59-63.

Costa, A. L. (1985). The Principal’s Role In Enhancing Thinking Skill. Dalam Costa, A. L. (ed). Developing Mind: A Resource Book For Teaching Thinking. Alexandria: ASCD.

Dahar, R. W. (1996). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Deese, J. (1959). The Psichology Of Learning. New York: McGraw-hill. Book Company. Inc.

DePorter, B. (2009). Quantum Writer. Bandung: Kaifa.

Dimiyati & Mudjiono. (1999). Belajar dan pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Ennis, Robert H. (1985). Goals For A Critical Thinking Curriculum. Dalam

Costa, A. L. (ed). Developing Mind: A Resource Book For Teaching Thinking. Alexandria: ASCD.


(35)

Fraenkel, J. R. & Wallen, N. E. (2008). How to Design and Evaluate Research in Education. New York: McGraw-Hill Inc.

Gerdeman, R.D, Russell, A.A. and Worden, J.K. (2007). Web-Based Student SWriting and Reviewing in A Large Biology Lecture Course. Journal of College Science Teaching. pg. 46.

Hake, R. (1998). Interactive-engagement vs. traditional methods: A six-thousand-student survey of mechanics test data for introductory physics courses. Tersedia: http://serc.carleton.edu/resources/1310.html (31/06/2006). Handary. (2009). BIOTEKNOLOGI. Tersedia:

http://handari.ngeblogs.com/2009/12/18/biteknologi/

Harinaldi. (2005). Prinsip-prinsip Statistik Untuk Teknik dan Sains. Jakarta: Erlangga.

Hendaryono & Wijayani. (1994). Teknik Kultur Jaringan. Jakarta: Kanisius. Hidayat, T. (2009). Pengantar Bioteknologi. Bandung: UPI.

Hohenshell, L. M. And Hand, B. (2006). Writing-to-learn Strategies In Secondary Scholl Cell Biology: A Mixed Method Study. International Journal of Science Education. Vol. 28 pp. 261-289.

Hohenshell, L. M., Hand, B. And Staker. J. (2004). Promoting Conceptual Understanding of Biotechnology: Writing to Younger Audience. The American Biology Teacher, pg. 333.

Inch, E.S. et al. (2006). Critical Thinking and Communication: The Use of Reason in Argument. 5 th Ed. Boston: Pearson Education, Inc.

Komiadi, D. (2007). Aku Bisa Menulis (Panduan Praktis Menulis Kreatif Lengkap). Yogyakarta: Sabda Media.

Kompas. (2008). Kompas Berbicara Tentang Yoghurt. Tersedia:

http://cetak.kompas.com/read/xml/2008/05/15/03422580/kompas-berbicara-tentang-yoghurt...

Kompas. (2009). Perkembangan Bioteknologi Dalam Berbagai Bidang. Tersedia:

http://bioteknologi-pertanian.blogspot.com/2009/12/kompas-perkembangan-bioteknologi-dalam_23.html


(36)

112

Liliasari. (1997). Pengembangan Model Pembelajaran Materi Subjek untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Konseptual Tingkat Tinggi Mahasiswa Calon Guru IPA. Laporan Penelitian. Bandung: FPMIPA IKIP Bandung.

Manzo, A. (2002). Higher-order Thinking Strategies For The Classroom. (online). http://members.aol.com/MattT10574/HigherOrderLiteracy.html (20/10/2009)

Margono, et al. (2000). Buku Panduan Teknologi Pangan. Pusat Informasi Wanita dan Pembangunan PDII-LIPI Bekerjasama dengan Swiss Development Cooperation (1993). Jakarta. Tersedia:

http://www.ristek.go.id.

Marsh, L. (2007). Digital Media Center (DMC), Mind Maping. Tersedia:

http://dmc.edu//activities/mindmap/ (03/01/2008).

Masingila, J. O. & Wisniowska, E. P. (1996). Developing and Assessing Mathematical Understanding in Calculus through Writing. In P. C. Elliot, and M.J. Kenney (Eds). 1996 Yearbook. Communication in Mathematics, K-12 and Beyond. USA: NCTM.

Meltzer, D.E. (2002). The Relation Between Matematics Preparation and Conceptual Learning Gains in Physics: A Possible “ Hidden Variable” in Diagnostik Pre test Scores. Journal of Am.J.Phys. 70 (12)., 1-6.

Nalley, W.M. (2001). Tinjauan Filosofis Bioteknologi. Tersedia:

http://www.rudyct.com/PPS702-ipb/02201/wm_nalley.htm

Nasoetion, A.H. (1998). Pengantar ke Filsafat Sains. Bogor: Litera Antar Nusa. Nurfatoni, M. (2007). Bioteknologi: Mempertanyakan Peranan Etika. Tersedia:

http://pojokkata.wordpress.com/2007/08/03/99/

Penner, K. (1995). Teaching Criticaly Thinking. New York: Regent College.

http://Web.Ucs.Ubc.ca/k.Penner/C.Think

Prayitno. (2006). Kadar Asam Laktat dan Laktosa Yoghurt Hasil Fermentasi Menggunakan Berbagai Rasio Jumlah Sel Bakteri dan Persentasi Starter. Animal Production. Vol. 8, No.2, Mei 2006/3/30.

Presseissen, B.Z. (1985). Teaching Skills: Meaning and Models (dalam) Costa. A.L (ed). Developing Minds: A Resource Book for Teaching Thinking. Alexandria: ASDC.


(37)

Putra, Y.P. & Bayu, I. (2002). Lejitkan Memori 1000%. Jakarta: Kompas Gramedia.

Quitadamo, I. J and Kurtz, M. J. (2007). Learning to Improve: Using Writing to Increase Critical Thinking Performance In General Education Biology. CBE-Life Sciences Education. Vol. 6, 140-154.

Rose, C. dan Nicholl, M. J. (2003). Accelerated Learning For The 212 Century Cara Belajar Cepat Abad XXI. Jakarta: Nuansa.

Rostikawati, T. R. (2008). Mind Mapping dalam Metode Quantum Learning Pengaruhnya Terhadap Prestasi Belajar dan Kreatifitas Siswa. (Online).

http://fkip-unpak.org/teti/.htm (09/01/2008)

Ruseffendi, E.T. (2005). Statistika Dasar Untuk Penelitian Pendidikan. Bandung: IKIP Bandung Press.

Rustaman, N. (1990). Kemampuan Klasifikasi Logis Anak. (Studi tentang Kemampuan Klasifikasi Abstraksi dan Inferensi Anak Usia SD pada Kelompok Budaya Sunda. Disertasi PPS UPI: tidak dipublikasikan. Sagala, S. (2008). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: ALFABETA. Siegel, S. (1990). Statistika Non Parametrik Untuk Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta:

Gramedia.

_______. (1992). Statistika Non Parametrik untuk Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta: Gramedia Pustaka.

Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Splitter, L. J. (1992). Critical Thinking: What, Why, When, and How. Journal of Education Phylosophy and Theory, 23, (1),89-109.

Stigins, R.J. (1994). Student-Centered Clasroom Assesment. New York: Merril-Macmilan College Publishing Company.

Sudjadi, (2008). Bioteknologi Kesehatan. Kanisius: Yogyakarya Sudjana. (1986). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

Sunarlim & Sutrisno. (2003). Perkembangan Penelitian Bioteknologi Pertanian Indonesia. Balai Penelitian Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian; Bogor.


(38)

114

Syah, M. (2010). Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Roadakarya.

Tarigan, G. H. (1994). Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Tomo. (2003). Mengintegrasikan Teknik Membaca dalam SQ4R dan Membuat Catatan Berbentuk Graphic Postoorganizer dalam Pembelajaran Fisika. Disertasi PPS UPI: tidak dipublikasikan.

Winarno, F.G., (1980). Bahan Pangan Terfermentasi, Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pangan, IPB: Bogor

Winkel, W. S. (1989). Psikologi Pengajaran. Jakarta: PT. Gramedia.

Wycoff, J. (2003). Menjadi Super Kreatif melalui Metode Pemetaan Pikiran. Bandung: Kaifa.

Yati, E. (2010). Inovasi Bioremediasi Laut. Tersedia:

http://cetak.kompas.com/read/xml/2010/04/28/03422580/inovasi-bioremediasi-laut (09/01/2010)

Yudhim. (2008). Makalah Bioteknologi. Tersedia:

http://yudhim.blogspot.com/2008/01/makalah.html

Yuwono, T. (2008). Bioteknologi Pertanian. UGM Press: Yogyakarta.

Zulfiani. (2004). Pengembangan Model Pembelajaran Bioteknologi. Laporan Studi Lapangan. PPS-UPI. Bandung: UPI. Tidak dipublikasikan.


(1)

109 2. Bagi Dosen

a) Setiap mengawali perkuliahan, hendaknya dosen memberikan motivasi kepada mahasiswa. Pemberian motivasi ini penting agar mahasiswa memiliki perhatian, membangkitkan minat, serta termotivasi untuk terlibat secara aktif dalam berbagai kegiatan perkuliahan guna memperoleh hasil yang baik.

b) Untuk menerapkan pembelajaran berbasis writing sebaiknya dilakukan pembiasaan yang cukup. Dalam prosesnya pun berikan keleluasaan waktu agar tulisan yang dihasilkan sesuai dengan yang diharapkan. 3. Bagi Peneliti lain

Terdapat banyak informasi yang belum tergali lebih dalam dari penelitian ini. Oleh sebab itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan metode, materi maupun aspek lainnya yang berbeda. Dimana lebih bisa meningkatkan kemampuan berpikir kritis serta bisa lebih mempertahankan kekuatan retensi pada mahasiswa.


(2)

110

DAFTAR PUSTAKA

Ansari, B. I. (2003). Menumbuhkembangkan Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematik Siswa SMU Melalui Strategi THINK-TALK-WRITE. Disertasi Doktor UPI: tidak dipublikasikan.

Arikunto, S. (1993). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta. Dirjen Dikti. Depdikbud.

__________. (2009). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Barrody, A. J. (1993). Problem Solving, Reasoning, and Communicating, K-8. Helping children think mathematically. New York: Merril, an in print of Macmillan Publishing, Company.

Bohrer, K. E. (2004). Scientific Journal writing for Dummies: An Approach to Teachhing Scientific Writing to First-Year Biology Majors In An Introductory Lab. Mini Workshop. Vol:25.

Bourgaize, et al., (2000). Biotechnology Demystifying the Concepts. Addison Wesley Longman, Inc: San Fransisco.

Carberra, G. A. (1985). ”A Framework For Evaluating The Teaching Of Critical Thinking”. Education. 113(1), 59-63.

Costa, A. L. (1985). The Principal’s Role In Enhancing Thinking Skill. Dalam Costa, A. L. (ed). Developing Mind: A Resource Book For Teaching Thinking. Alexandria: ASCD.

Dahar, R. W. (1996). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Deese, J. (1959). The Psichology Of Learning. New York: McGraw-hill. Book Company. Inc.

DePorter, B. (2009). Quantum Writer. Bandung: Kaifa.

Dimiyati & Mudjiono. (1999). Belajar dan pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Ennis, Robert H. (1985). Goals For A Critical Thinking Curriculum. Dalam

Costa, A. L. (ed). Developing Mind: A Resource Book For Teaching Thinking. Alexandria: ASCD.


(3)

111

Fraenkel, J. R. & Wallen, N. E. (2008). How to Design and Evaluate Research in Education. New York: McGraw-Hill Inc.

Gerdeman, R.D, Russell, A.A. and Worden, J.K. (2007). Web-Based Student SWriting and Reviewing in A Large Biology Lecture Course. Journal of College Science Teaching. pg. 46.

Hake, R. (1998). Interactive-engagement vs. traditional methods: A six-thousand-student survey of mechanics test data for introductory physics courses. Tersedia: http://serc.carleton.edu/resources/1310.html (31/06/2006). Handary. (2009). BIOTEKNOLOGI. Tersedia:

http://handari.ngeblogs.com/2009/12/18/biteknologi/

Harinaldi. (2005). Prinsip-prinsip Statistik Untuk Teknik dan Sains. Jakarta: Erlangga.

Hendaryono & Wijayani. (1994). Teknik Kultur Jaringan. Jakarta: Kanisius. Hidayat, T. (2009). Pengantar Bioteknologi. Bandung: UPI.

Hohenshell, L. M. And Hand, B. (2006). Writing-to-learn Strategies In Secondary Scholl Cell Biology: A Mixed Method Study. International Journal of Science Education. Vol. 28 pp. 261-289.

Hohenshell, L. M., Hand, B. And Staker. J. (2004). Promoting Conceptual Understanding of Biotechnology: Writing to Younger Audience. The American Biology Teacher, pg. 333.

Inch, E.S. et al. (2006). Critical Thinking and Communication: The Use of Reason in Argument. 5 th Ed. Boston: Pearson Education, Inc.

Komiadi, D. (2007). Aku Bisa Menulis (Panduan Praktis Menulis Kreatif Lengkap). Yogyakarta: Sabda Media.

Kompas. (2008). Kompas Berbicara Tentang Yoghurt. Tersedia:

http://cetak.kompas.com/read/xml/2008/05/15/03422580/kompas-berbicara-tentang-yoghurt...

Kompas. (2009). Perkembangan Bioteknologi Dalam Berbagai Bidang. Tersedia: http://bioteknologi-pertanian.blogspot.com/2009/12/kompas-perkembangan-bioteknologi-dalam_23.html


(4)

Liliasari. (1997). Pengembangan Model Pembelajaran Materi Subjek untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Konseptual Tingkat Tinggi Mahasiswa Calon Guru IPA. Laporan Penelitian. Bandung: FPMIPA IKIP Bandung.

Manzo, A. (2002). Higher-order Thinking Strategies For The Classroom. (online). http://members.aol.com/MattT10574/HigherOrderLiteracy.html (20/10/2009)

Margono, et al. (2000). Buku Panduan Teknologi Pangan. Pusat Informasi Wanita dan Pembangunan PDII-LIPI Bekerjasama dengan Swiss Development Cooperation (1993). Jakarta. Tersedia: http://www.ristek.go.id.

Marsh, L. (2007). Digital Media Center (DMC), Mind Maping. Tersedia: http://dmc.edu//activities/mindmap/ (03/01/2008).

Masingila, J. O. & Wisniowska, E. P. (1996). Developing and Assessing Mathematical Understanding in Calculus through Writing. In P. C. Elliot, and M.J. Kenney (Eds). 1996 Yearbook. Communication in Mathematics, K-12 and Beyond. USA: NCTM.

Meltzer, D.E. (2002). The Relation Between Matematics Preparation and Conceptual Learning Gains in Physics: A Possible “ Hidden Variable” in Diagnostik Pre test Scores. Journal of Am.J.Phys. 70 (12)., 1-6.

Nalley, W.M. (2001). Tinjauan Filosofis Bioteknologi. Tersedia: http://www.rudyct.com/PPS702-ipb/02201/wm_nalley.htm

Nasoetion, A.H. (1998). Pengantar ke Filsafat Sains. Bogor: Litera Antar Nusa. Nurfatoni, M. (2007). Bioteknologi: Mempertanyakan Peranan Etika. Tersedia:

http://pojokkata.wordpress.com/2007/08/03/99/

Penner, K. (1995). Teaching Criticaly Thinking. New York: Regent College. http://Web.Ucs.Ubc.ca/k.Penner/C.Think

Prayitno. (2006). Kadar Asam Laktat dan Laktosa Yoghurt Hasil Fermentasi Menggunakan Berbagai Rasio Jumlah Sel Bakteri dan Persentasi Starter. Animal Production. Vol. 8, No.2, Mei 2006/3/30.

Presseissen, B.Z. (1985). Teaching Skills: Meaning and Models (dalam) Costa. A.L (ed). Developing Minds: A Resource Book for Teaching Thinking. Alexandria: ASDC.


(5)

113

Putra, Y.P. & Bayu, I. (2002). Lejitkan Memori 1000%. Jakarta: Kompas Gramedia.

Quitadamo, I. J and Kurtz, M. J. (2007). Learning to Improve: Using Writing to Increase Critical Thinking Performance In General Education Biology. CBE-Life Sciences Education. Vol. 6, 140-154.

Rose, C. dan Nicholl, M. J. (2003). Accelerated Learning For The 212 Century Cara Belajar Cepat Abad XXI. Jakarta: Nuansa.

Rostikawati, T. R. (2008). Mind Mapping dalam Metode Quantum Learning Pengaruhnya Terhadap Prestasi Belajar dan Kreatifitas Siswa. (Online). http://fkip-unpak.org/teti/.htm (09/01/2008)

Ruseffendi, E.T. (2005). Statistika Dasar Untuk Penelitian Pendidikan. Bandung: IKIP Bandung Press.

Rustaman, N. (1990). Kemampuan Klasifikasi Logis Anak. (Studi tentang Kemampuan Klasifikasi Abstraksi dan Inferensi Anak Usia SD pada Kelompok Budaya Sunda. Disertasi PPS UPI: tidak dipublikasikan. Sagala, S. (2008). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: ALFABETA. Siegel, S. (1990). Statistika Non Parametrik Untuk Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta:

Gramedia.

_______. (1992). Statistika Non Parametrik untuk Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta: Gramedia Pustaka.

Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Splitter, L. J. (1992). Critical Thinking: What, Why, When, and How. Journal of Education Phylosophy and Theory, 23, (1),89-109.

Stigins, R.J. (1994). Student-Centered Clasroom Assesment. New York: Merril-Macmilan College Publishing Company.

Sudjadi, (2008). Bioteknologi Kesehatan. Kanisius: Yogyakarya Sudjana. (1986). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

Sunarlim & Sutrisno. (2003). Perkembangan Penelitian Bioteknologi Pertanian Indonesia. Balai Penelitian Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian; Bogor.


(6)

Syah, M. (2010). Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Roadakarya.

Tarigan, G. H. (1994). Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Tomo. (2003). Mengintegrasikan Teknik Membaca dalam SQ4R dan Membuat Catatan Berbentuk Graphic Postoorganizer dalam Pembelajaran Fisika. Disertasi PPS UPI: tidak dipublikasikan.

Winarno, F.G., (1980). Bahan Pangan Terfermentasi, Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pangan, IPB: Bogor

Winkel, W. S. (1989). Psikologi Pengajaran. Jakarta: PT. Gramedia.

Wycoff, J. (2003). Menjadi Super Kreatif melalui Metode Pemetaan Pikiran. Bandung: Kaifa.

Yati, E. (2010). Inovasi Bioremediasi Laut. Tersedia:

http://cetak.kompas.com/read/xml/2010/04/28/03422580/inovasi-bioremediasi-laut (09/01/2010)

Yudhim. (2008). Makalah Bioteknologi. Tersedia: http://yudhim.blogspot.com/2008/01/makalah.html

Yuwono, T. (2008). Bioteknologi Pertanian. UGM Press: Yogyakarta.

Zulfiani. (2004). Pengembangan Model Pembelajaran Bioteknologi. Laporan Studi Lapangan. PPS-UPI. Bandung: UPI. Tidak dipublikasikan.