PENGARUH PENERAPAN ANGGARAN BERBASIS KINERJA TERHADAP AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DAERAH.
No: 288/UN40.7.D1/LT/2013
PENGARUH PENERAPAN ANGGARAN BERBASIS KINERJA TERHADAP AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH
DAERAH
(Penelitian pada Satuan Kerja Perangkat Daerah di Kota Bandung)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Akuntansi
Disusun Oleh: Maria Novita Ari Sulisiana
NIM. 0707569
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
(2)
LEMBAR PENGESAHAN
PENGARUH PENERAPAN ANGGARAN BERBASIS KINERJA
TERHADAP AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI
PEMERINTAH DAERAH
(Penelitian pada Satuan Kerja Perangkat Daerah di Kota
Bandung)
Skripsi ini telah disetujui dan disahkan oleh:
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. H.M. Harlasgunawan, Ap, M.Pd Toni Heryana, S.Pd, MM 19780627 200312 1 001
Mengetahui,
Ketua Program Studi Akuntansi
Drs. H. Nono Supriatna, M.Si 19610405 198609 1 001
(3)
==================================================================
PENGARUH PENERAPAN ANGGARAN BERBASIS KINERJA
TERHADAP AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH
DAERAH
(PENELITIAN PADA SKPD DI KOTA BANDUNG)
Oleh
Maria Novita AriSulisiana
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Pendidikan EkonomidanBisnis
© Maria Novita Ari Sulisiana 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Agustus 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.
(4)
ABSTRAK
“Pengaruh Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja Terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Daerah
(Penelitian pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Pemerintah Kota Bandung)” Disusunoleh: Maria Novita Ari Sulisiana
PembimbingI :Drs. H.M. Harlasgunawan, Ap, M.Pd PembimbingII : Toni Heryana, S.Pd, MM
Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui gambaran penerapan anggaran berbasis kinerja pada SKPD Pemerintah Kota Bandung, (2) mengetahui gambaran akuntabilitas kinerja instansi Pemerintah Daerah pada SKPD Kota Bandung, dan (3) mengetahui seberapa besar pengaruh penerapan anggaran berbasis kinerja terhadap akuntabilitas kinerja instansi Pemerintah Daerah Kota Bandung.
Jenis penelitian ini merupakan penelitian verifikatif dengan menggunakan metode penelitian survei. Teknik sampling yang digunakan adalah Probability Sampling dengan pendekatan Proportionate Stratified Random Sampling. Sampel pada penelitian ini adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah Pemerintah Kota Bandung. Analisis data menggunakan analisis regresi sederhana. Sebelum melakukan uji hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan reliabilitas, kemudian dilakukan uji hipotesis melalui uji t.
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa (1) penerapan anggaran berbasis kinerja telah sepenuhnya dilaksanakan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah di Kota Bandung, (2)Akuntabilitas kinerja instansi pemerintah daerah sudah sepenuhnya dilaksanakan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah di Kota Bandung, dan (3) penerapan anggaran berbasis kinerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah daerah dengan pengaruh sebesar 43,8%, sedangkan sisanya sebesar 56,2% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak dibahas dalam penelitian ini.
Kata Kunci :Anggaran Berbasis Kinerja, Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Daerah.
(5)
ABSTRACT
“The Influence of Performance-Based Budgeting on the Performance Accountability of Regional Government Agencies
(Research on Regional Government Working Unit of Bandung Municipality)” Composed by: Maria Novita Ari Sulisiana
First Supervisor: Drs. H. M. Harlasgunawan, Ap., M.Pd. Second Supervisor: Toni Heryana, S.Pd., M.M.
The research aimed to (1) find the description of the implementation of performance based-budgeting on the Regional Government Working Unit of Bandung Municipality, (2) find the description of the performance accountability of regional government agencies at Regional Government Working Unit of Bandung Municipality, and (3) find how much the influence of the implementation of performance-based budgeting on the performance accountability of Regional Government Agencies of Bandung Municipality.
The type of research conducted was verificative, using survey as its method. The sampling technique used was probability sampling using the approach of proportionate stratified random sampling. The sample for this research was the Regional Government Working Unit of Bandung Municipality. Data were analyzed using simple regression analysis. Before hypothetical testing employing t-test was conducted, validity and reliability tests were first done. Based on the results of the research, it can be concluded that (1) the implementation of performance-based budgeting has been fully executed by the Regional Government Working Unit at Bandung Municipality, (2) the performance accountability of regional government agencies has been fully implemented by the Regional Government Working Unit at Bandung Municipality, and (3) the implementation of performance-based budgeting had a positively significant influence on the performance accountability of regional government agencies for as much as 43.8%, while the rest 56.2% was influenced by other factors not discussed in the research.
Keywords: Performance-Based Budgeting, Performance Accountability of Regional Government Agencies.
(6)
Maria Novita Ari Sulisiana, 2014
DAFTAR ISI ABSTRAK
ABSTRACT
KATA PENGANTAR ... i
UCAPAN TERIMA KASIH ... ii
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1Latar Belakang Penelitian ... 1
1.2Rumusan Masalah ... 10
1.3Maksud dan Tujuan Penelitian ... 10
1.3.1.. Maksud Penelitian ... 11
1.3.2 Tujuan Penelitian ... 11
1.4Kegunaan Penelitian ... 12
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN & HIPOTESIS ... 13
2.1 Kajian Pustaka ... 13
2.1. 1 Anggaran Sektor Kinerja Instansi Pemerintah Daerah ... 13
2.1.1.1Pengertian Anggaran Sektor Kinerja Instansi Pemerintah Daerah ... 13
(7)
Maria Novita Ari Sulisiana, 2014
2.1.1.3Prinsip-Prinsip Anggaran Sektor Publik ... 16
2.1.1.4Jenis-Jenis Anggaran Sektor Publik ... 17
2.1. 2 Anggaran Berbasis Kinerja ... 20
2.1.2.1Pengertian Anggaran Berbasis Kinerja ... 20
2.1.2.2Keunggulan Anggaran Berbasis Kinerja ... 23
2.1.2.3Tujuan Anggaran Berbasis Kinerja ... 24
2.1.2.4Prinsip-Prinsip Anggaran Berbasis Kinerja ... 26
2.1.2.5Sifat-sifat dalam Teknik Anggaran Kinerja ... 27
2.1.2.6Manfaat Anggaran Berbasis Kinerja ... 28
2.1. 3 Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Daerah ... 30
2.1.3.1 Pengertian Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Daerah... 30
2.1.3.2 Dimensi Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Daerah... 32
2.1.3.3 Bentuk-Bentuk Akuntabilitas ... ... 33
2.1.3.4 Laporan Akuntabilitas Kinerja ... 35
2.1.3.5 Laporan Keuangan Pemerintah Daerah... 36
2.1. 4 Pengaruh Anggaran Berbasis Kinerja Terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Daerah ……… 38
2.1. 5 Penelitian Terdahulu ... 41
2.2 Kerangka Pemikiran ... 42
(8)
Maria Novita Ari Sulisiana, 2014
BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN ... 50
3.1Obyek Penelitian ... 50
3.2Metode Penelitian ... 50
3.2. 1 Desain Penelitian ... 50
3.2. 2 Definisi dan Operasionalisasi Variabel ... 51
3.2.2.1Definisi Variabel ... 51
3.2.2.2Operasionalisasi Variabel ... 52
3.2. 3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 54
3.2.3.1Populasi ... 54
3.2.3.2Sampel Penelitian ... 56
3.2. 4 Teknik Pengumpulan Data ... 59
3.2. 5 Teknik Analisis Data ... 60
3.2.5.1 Uji Validitas ... 62
3.2.5.2 Uji Reliabilitas ... 62
3.2.5.3Transformasi Data ... 63
3.2.5.4Uji Asumsi Klasik ... 64
3.2.5.5Analisis Regresi Sederhana ... 67
3.2. 6 Rancangan Pengujian Hipotesis ... 68
3.2.6.1Koefisien Determinasi ... 69
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 70
4.1Hasil Penelitian ... 70
4.1.1 Tinjauan Umum Hasil Penelitian ... 70
(9)
Maria Novita Ari Sulisiana, 2014
4.1.1.2 Visi dan Misi Kota Bandung ... 71
4.1.1.3 Struktur Organisasi Kota Bandung ... 73
4.1.1.4 Tata Kelola Keuangan Pemerintah Kota Bandung ... 76
4.1.2 Tingkat Respon ... 81
4.1.3 Pengujian Validitas Instrumen ... 82
4.1.4 Pengujian Reliabilitas Instrumen ... 88
4.1.5 Deskripsi Data variabel X ... 90
4.1.6 Deskripsi Data Variabel Y ... 102
4.1.7 Analisis Statsitik ... 116
4.1.7.1 Uji Asumsi Klasik ... 116
4.1.7.2 Regresi Linier Sederhana ... 118
4.1.7.3 Pengujian Hipotesis ... 119
4.1.7.4 Koefisien Determinasi ... 120
4.2Pembahasan Hasil Penelitian ... 121
4.2.1 Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja ... 121
4.2.2 Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Daerah ... 124
4.2.3 Pengaruh Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Daerah ... 127
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 132
5.1Simpulan ... 132
5.2Saran ... 133
DAFTAR PUSTAKA ... 135
(10)
Maria Novita Ari Sulisiana, 2014
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 LRA Pemerintah Kota Bandung Tahun 2011 ... 4
Tabel 1.2 Anggaran dan Realisasi Belanja Daerah Tidak Langsung Kota Bandung Tahun Anggaran 2011 ... 5
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 42
Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel... 53
Tabel 3.2 Daftar SKPD di Kota Bandung... ... 55
Tabel 3.3 Daftar Kelompok SKPD... ... 56
Tabel 3.4 Pengalokasian Sampel Kelompok SKPD... .. 58
Tabel 3.5 Pemberian skor jawaban untuk setiap pertanyaan...61
Tabel 3.6 Interpretasi Skor………...61
Tabel 3.7 Kriteria Pengujian Autokorelasi dengan Uji Durbin-Watson...67
Tabel 4.1 LRA Pemerintah Kota Bandung tahun 2011 - 2012... ... 77
Tabel 4.2 Urusan Wajib Pemerintah Daerah Kota Bandung... ... 78
Tabel 4.3 Urusan Pilihan Pemerintah Daerah Kota Bandung... .... 81
Tabel 4.4 Tingkat Respon Kuesioner Keseluruhan... 82
Tabel 4.5 Hasil Uji Validitas Pertama Variabel X... 83
Tabel 4.6 Hasil Uji Validitas Kedua Variabel X... 85
Tabel 4.7 Hasil Uji Validitas Pertama Variabel Y... . 86
Tabel 4.8 Hasil Uji Validitas Kedua Variabel Y... 88
Tabel 4.9 Hasil Uji Reliabilitas Variabel X... ... 89
(11)
Maria Novita Ari Sulisiana, 2014
Tabel 4.11 Tanggapan Responden tentang Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja dilihat dari Dimensi Transparansi dan Akuntabilitas
Anggaran…... ... 91 Tabel 4.12 Tanggapan Responden tentang Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja
dilihat dari Dimensi Disiplin Anggara ... 93 Tabel 4.13 Tanggapan Responden tentang Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja
dilihat dari Dimensi Keadilan Anggaran…...95
Tabel 4.14 Tanggapan Responden tentang Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja dilihat dari Dimensi Efisiensi dan Efektivitas
Anggaran…... ... 97 Tabel 4.15 Tanggapan Responden tentang Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja
dilihat dari Dimensi Disusun dengan Pendekatan
Kinerja…... ... 99 Tabel 4.16 Tanggapan Responden tentang Penerapan Anggaran Berbasis
Kinerja …. ... 101 Tabel 4.17 Tanggapan Responden tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah Daerah dilihat dari Dimensi Akuntabilitas Kejujuran dan Akuntabilitas Hukum…... ... 103 Tabel 4.18 Tanggapan Responden tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah Daerah dilihat dari Dimensi Akuntabilitas
Proses... ... 106 Tabel 4.19 Tanggapan Responden tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi
(12)
Maria Novita Ari Sulisiana, 2014
Tabel 4.20 Tanggapan Responden tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Daerah dilihat dari Dimensi Akuntabilitas
Kebijakan…... ... 111
Tabel 4.21 Tanggapan Responden tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Daerah dilihat dari Dimensi Akuntabilitas Finansial ... 113
Tabel 4.22 Tanggapan Responden tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Daerah …... ... 114
Tabel 4.23 Hasil Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov... 116
Tabel 4.24 Hasil Uji Heteroskedastisitas Rank Spearman... 117
Tabel 4.25 Hasil Uji Autokorelasi ... 118
Tabel 4.26 Hasil Analisis Regresi Linear Sederhana...119
(13)
Maria Novita Ari Sulisiana, 2014
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ... 48 Gambar 2.2 Bagan Kerangka Pemikiran Sederhana ... 49 Gambar 4.1 Bagan Struktur Organisasi Pemerintah Kota Bandung... 74
(14)
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Penelitian
Salah satu unsur reformasi sektor publik adalah tuntutan pemberian otonomi yang luas kepada daerah kabupaten dan kota. Arahan yang terlalu besar dari pemerintah pusat tersebut menyebabkan inisiatif dan prakarsa daerah cenderung mati sehingga pemerintah daerah seringkali menjadikan pemenuhan peraturan sebagai tujuan, dan bukan sebagai alat untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.
Besarnya arahan dari pemerintah pusat tersebut didasarkan pada dua alasan utama, yaitu untuk menjamin stabilitas nasional, dan karena sumber daya manusia daerah yang dirasa masih relatif lemah. Sehingga sentralisasi otoritas dipandang sebagai prasyarat menciptakan persatuan dan kesatuan nasional serta mendorong pertumbuhan ekonomi. Pada awalnya pandangan tersebut benar, namun dalam jangka panjang, sentralisasi tersebut telah memunculkan masalah rendahnya akuntabilitas, memperlambat pembangunan infrastruktur, serta memperlambat pembangunan kelembagaan sosial ekonomi di daerah (Bastin dan Smoke, 1992 dalam Mardiasmo, 2004: 4).
Krisis multidimensional yang terjadi pada tahun 1998 yang mengancam disintegrasi bangsa mengakibatkan lemahnya keamanan dan ketertiban umum serta ketidakpastian hukum. Pada masa ini pemerintah pusat sulit untuk mengatasi masalah multi aspek yang terjadi di daerah. Oleh karena itu pemerintah pusat
(15)
memberikan otonomi kepada pemerintah daerah untuk mengurus daerahnya termasuk segala potensi sumber daya yang ada di wilayahnya.
Dengan adanya Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang No. 23 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintahan Pusat dan Daerah yang kemudian direvisi menjadi UU no. 32 dan UU No. 33 Tahun 2004 menjadi awal tonggak peraturan diselenggarakannya otonomi daerah. Dengan adanya otonomi daerah tersebut diharapkan akan mampu menghasilkan pemerintah daerah otonom yang efisien, efektif, akuntabel, transaparan, dan responsif secara berkesinambungan atau yang mampu mewujudkan tata kepemerintahan yang baik.
Untuk mewujudkan tata kepemerintahan yang baik perlu upaya perbaikan secara terus menerus atas manajemen keuangan publik. Hal ini seiring dengan tuntutan dilakukan transparansi dan akuntabilitas publik. Tuntutan dilakukannya akuntabilitas publik tersebut sebenarnya bukan hal yang baru sama sekali, karena masyarakat di negara manapun menghendaki pemerintah sebagai pengemban amanat masyarakat bertanggung jawab atas kinerja yang telah dilakukannya. Hal tersebut karena pemerintah berkewajiban untuk mengelola dana masyarakat dalam rangka menjalankan pemerintahannya.
Untuk mendukung dilakukannya pengelolaan dana masyarakat yang mendasarkan konsep Value For Money, maka diperlukan sistem pengelolaan keuangan daerah dan anggaran daerah yang berorientasi pada kinerja (performance budget).
(16)
Building Institutions for Good Governance-BIGG (2001) (dalam Rahardjo Adisasmita, 2011: 52) menyebutkan bahwa, „anggaran kinerja adalah anggaran yang menghubungkan pengeluaran dengan hasil yang diinginkan.‟ Melalui proses
anggaran kinerja, pemerintah kota/ kabupaten menetapkan keluaran dan hasil dari masing-masing program dan pelayanan, kemudian pemerintah daerah dapat membuat target untuk pencapaiannya. Dengan demikian, pengeluaran dilakukan berdasar prioritas dan unit kerja harus bertanggungjawab terhadap hasil (output danoutcome).
PP No 105 dan 108 Tahun 2000 mengatur mengenai penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) berdasarkan kinerja. Hal senada juga diungkapkan oleh anggota panitia anggaran (Panggar) DPRD Kota Bandung, Endrizal Nazar, bahwa APBD merupakan anggaran berbasis kinerja sehingga semua program harus terukur. APBD juga merupakan salah satu alat penilaian kinerja Pemerintah Kota Bandung sehingga penyerapannya harus digunakan
secara maksimal demi meningkatkan pelayanan publik.
(http://www.infoanda.com, 2012)
Berikut ini adalah Laporan Realisasi Anggaran Pemerintah Kota Bandung Tahun Anggaran 2011 (sebelum dilakukan audit BPK-RI):
(17)
4
Tabel 1.1
Laporan Realisasi Anggaran Pemerintah Kota Bandung TA 2011 (Sebelum dilakukan audit BPK-RI)
No Uraian Tahun Anggaran 2011 Setelah Perubahan
Anggaran Realisasi %
PENDAPATAN:
1 Pendapatan Asli Daerah 719.988.881.243,00 834.595.864.970,00 115,92 2 Dana Perimbangan 1.429.761.007.742,00 1.405.392.570.456,00 98,30 3 Lain-Lain Pendapatan
Daerah yang Sah
901.381.856.560,23 875.308.088.481,00 97,11
JUMLAH
PENDAPATAN 3.051.131.745.545,23 3.115.296.523.907,00 102,10 BELANJA:
1 Belanja Tidak Langsung 1.919.949.172.763,64 1.863.126.151.537,00 97,04 2 Belanja Langsung 1.392.247.753.050,59 1.217.229.600.116,00 87,43
JUMLAH BELANJA 3.312.196.925.814,23 3.080.355.751.653,00 93,00 PEMBIAYAAN:
1 Penerimaan Pembiayaan
Daerah 278.945.180.269,00 276.445.180.269,00 99,22 2 Pengeluaran Pembiayaan
Daerah 17.880.000.000,00 17.749.139.745,00 99,27
JUMLAH
PEMBIAYAAN 261.065.180.269,00 258.696.040.524,00 99,09
Sumber: Laporan Keterangan Pertanggungjawaban 2011 Pemerintah Kota Bandung
Jika dilihat dari komposisi anggarannya, terlihat bahwa PAD menyumbang 23,6% dari total pendapatan Kota Bandung di tahun 2011. Sementara dari belanja daerah, jika dilihat dari komposisinya belanja tidak langsung memberikan kontribusi sebesar 60,81% realisasi belanja kota Bandung di tahun 2011 dan sisanya sebesar 39,19% disumbangkan oleh belanja langsung. Menurut Nina Widawati (2009: 6) menyebutkan bahwa:
„belanja langsung adalah belanja yang langsung dapat diukur dengan hasil dari suatu program dan kegiatan yang dianggarkan, termasuk efisiensi dalam pencapaian keluaran dari hasil tersebut, yaitu belanja pegawai untuk membayar honorarium/upah kerja, belanja barang dan jasa dan belanja modal, sedangkan belanja tidak langsung adalah belanja pegawai untuk membayar gaji dan tunjangan PNS, belanja bunga, belanja subsudi, belanja hibah, belanja bantuan sosial, belanja bagi hasil, bentuan keuangan dan belanja tak terduga.‟
(18)
5
Berdasarkan tabel LRA diatas disebutkan bahwa belanja tidak langsung Pemerintah Kota Bandung memberikan kontribusi sebesar 60,81% dari total keseluruhan belanja daerah pemerintah kota Bandung. Berikut ini adalah Anggaran dan Realisasi Belanja Daerah Tidak Langsung Kota Bandung Tahun Anggaran 2011:
Tabel 1.2
Anggaran dan Realisasi Belanja Daerah Tidak Langsung Kota Bandung Tahun Anggaran 2011
No SKPD Alokasi Anggaran Realisasi %
A Urusan Wajib
1 Pendidikan 291.545.319.527,00 267.233.098.661,00 91,66 2 Kesehatan 91.082.692.955,00 74.585.560.516,00 81,89 3 Lingkungan Hidup 23.386.203.500,00 18.459.186.194,00 78,93 4 Pekerjaan Umum 353.639.610.858,00 322.708.807.803,00 91,25 5 Penataan Ruang 9.301.709.125,00 7.844.860.610,00 84,34 6 Perencanaan
Pembangunan
13.197.492.350,00 10.700.607.797,00 81,08 7 Perumahan 11.368.800.230,00 8.165.905.259,00 71,83 8 Kepemudaan dan
Olahraga
6.140.834.000,00 5.992.910.135,00 97,59 9 Penanaman Modal 1.205.598.950,00 1.178.580.995,00 97,76 10 Koperasi dan Usaha Kecil
dan Menengah
4.339.499.050,00 3.967.160.025,00 91,42 11 Kependudukan dan
Catatan Sipil
3.940.528.708,00 3.271.423.815,00 83,02 12 Ketenagakerjaan 7.034.780.000,00 6.299.764.778,00 89,55 13 Ketahanan Pangan 1.542.500.000,00 1.516.468.000,00 98,31 14 Pemberdayaan Perempuan
dan Perlindungan Anak
308.000.000,00 300.525.000,00 97,57 15 Keluarga Berencana dan
Keluarga Sejahtera
1.508.800.000,00 1.458.584.800,00 98,46 16 Perhubungan 15.137.370.754,00 14.466.154.609,00 95,57 17 Komunikasi dan
Informatika
5.104.660.000,00 4.969.414.781,00 97,35 18 Pertanahan 164.863.548.250,00 123.718.060.953,00 75,04 19 Kesatuan Bangsa dan
Politik Dalam Negeri
3.035.292.600,00 2.755.024.016,00 90,77 20 Otonomi Daerah, Umum,
Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian
121.003.125.482,00 108.845.049.851,00 89,95
21 Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
(19)
6
No SKPD Alokasi Anggaran Realisasi %
A Urusan Wajib
22 Sosial 10.917.395.000,00 8.739.292.909,00 80,05 23 Kebudayaan 1.800.000.000,00 1.645.851.200,00 91,44 24 Kearsipan 630.850.000,00 580.547.725,00 92,03 25 Perpustakaan 895.000.000,00 852.616.100,00 95,26
B Urusan Pilihan
1 Kelautan dan Perikanan 745.000.000,00 730.682.970,00 98,08 2 Pertanian 7.287.931.250,00 7.189.011.067,00 98,64 3 Pariwisata 1.900.000.000,00 1.805.886.350,00 95,05 4 Industri 1.828.530.000,00 1.399.396.000,00 76,53 5 Perdagangan 3.129.353.706,00 2.824.849.288,00 90,27 6 Ketransmigrasian 417.255.000,00 260.006.900,00 62,31
Sumber: Laporan Keterangan Pertanggungjawaban 2011 Pemerintah Kota Bandung.
Menurut VanLandingham, Wellman, Andrews (dalam Anggaraini dan Puranto, 2010: 102) tujuan anggaran berbasis kinerja adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan akuntabilitas agensi dengan memfasilitasi misi dan pendefinisian tujuan, evaluasi kinerja, dan pemanfaatan informasi kinerja dalam perencanaan dan pengambilan keputusan penganggaran.
2. Meningkatkan fleksibilitas anggaran agensi dengan memfokuskan proses aprosiasi legislatif pada keluaran, bukan input.
3. Menyempurnakan koordinasi, menghilangkan duplikasi program, dan menyajikan informasi yang tepat untuk pengambil keputusan.
4. Meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam proses pemerintah, dengan asumsi jika masyarakat lebih tertarik pada hasil dibanding proses.
5. Mengembangkan incentive agensi menjadi lebih efisien dan efektif.
VanLandingham, Wellman, dan Andrews mengatakan bahwa tujuan
anggaran berbasis kinerja salah satunya adalah untuk „meningkatkan akuntabilitas
agensi dengan memfasilitasi misi dan pendefinisian tujuan, evaluasi kinerja, dan pemanfaatan informasi kinerja dalam perencanaan dan pengambilan keputusan penganggaran‟. Anggaran berbasis kinerja menghubungkan input dan output yang dihasilkan dari dana yang telah dianggarkan dalam program-program maupun kegiatan sesuai dengan visi dan misi organisasi tersebut. Sehingga dana yang telah dianggarkan pada program-program dan kegiatan organisasi tersebut dapat
(20)
7
dievaluasi dan dipertanggungjawabkan pada akhirnya kepada para pemangku kepentingan (stakeholder) dalam bentuk media pertanggungjawaban yang dikeluarkan secara periodik, dan melalui informasi media pertanggungjawaban tersebut dapat dijadikan landasan pihak manajemen dalam mengambil keputusan.
Menurut Mardiasmo (2009: 21) dalam konteks organisasi pemerintah, akuntabilitas adalah „pemberian informasi atas aktivitas dan kinerja pemerintah kepada pihak-pihak yang berkepentingan‟. Dalam akuntabilitas kinerja instansi pemerintah, kepala SKPD selaku pengguna anggaran yang diberi tanggung jawab oleh kepala daerah untuk mengelola dana publik yang digunakan guna mengelola unita kerja yang bertujuan memberikan pelayanan yang maksimal kepada masyarakat, berkewajiban untuk melaporkan penggunaan anggaran yang telah digunakan dalam unit kerjanya dalam suatu media pertanggungjawaban yang dikeluarkan secara periodik kepada kepala daerah.
Akuntabilitas kinerja instansi pemerintah mengharuskan para pengguna anggaran untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan misi organisasi melalui suatu media pertanggungjawaban yang dilaksanakan secara periodik. Informasi tersebut harus disajikan secara terbuka bagi publik, agar publik dapat menilai kinerja pemerintah selama tahun anggaran tersebut terutama dalam bidang pelayanan. Salah satu tugas pemerintah adalah menyediakan pelayanan yang memuaskan bagi publik karena dana yang dihimpun dari masyarakat digunakan untuk meningkatkan pelayanan publik demi meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Oleh sebab itu pemerintah wajib mempertanggungjawabkan penggunaan dana yang dihimpun dari publik.
(21)
8
Laporan Keterangan Pertanggungjawaban merupakan salah satu alat pertanggungjawaban pemerintah atas penggunaan dana APBD dalam melaksanakan pembangunan daerah yang diantaranya adalah pemberian pelayanan kepada publik serta menjadi media evaluasi kinerja pada pelaksanan program dan kegiatan yang telah dilaksanakan oleh pemerintah daerah selama 1 (satu) tahun.
Selain pertanggungjawaban finansial, dalam laporan keterangan pertanggungjawaban juga menampilkan pertanggungjawaban pemerintah dalam melaksanakan program-program yang berkaitan dengan pemberian pelayanan kepada masyarakat yang telah melalui unit kerjanya selama 1 (satu) tahun anggaran. Hal ini sesuai dengan yang tertuang dalam Deklarasi Tokyo (1985)
dalam Rahardjo Adisasmita (2011: 75) yang menyebutkan bahwa „akuntabilitas
merupakan kewajiban dari individu-individu atau penguasa yang dipercayakan untuk mengelola sumber-sumber daya publik dan yang bersangkutan dengannya untuk dapat menjawab hal-hal yang menyangkut pertanggungjawban fiskal,
manajerial, dan program‟.
Tujuan utama penyelenggaraan otonomi daerah adalah untuk meningkatkan pelayanan publik (public service) dan memajukan perekonomian daerah. Pemerintah Kota Bandung melalui unit kerjanya bertugas memberikan pelayanan yang berkualitas kepada masyarakat dan unit kerja tersebut harus mempertanggungjawabkan dana publik yang digunakan serta program-program yang dilaksanakan demi meningkatkan kualitas pelayanan yang diberikan kepada masyarakat. Berikut ini adalah pertanggungjawaban beberapa unit kerja
(22)
9
pemerintah dalam menyelenggarakan pelayanan kepada masyarakat berikut capaian kinerjanya:
Urusan Kesehatan pada tahun anggaran 2011 mendapat alokasi anggaran sebesar Rp91.082.692.955,00 dan dapat direalisasikan sebesar Rp74.585.560.516,00 (81,89%). Program dan kegiatan pada Urusan Kesehatan tahun 2011 dilaksanakan oleh: 1) Dinas Kesehatan (Dinkes), 2) Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD), 3) Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak (RSKIA), 4) Rumah Sakit Khusus Gigi dan Mulut (RSKGM), dan 5) Bagian Kesra & Kemasyarakatan Setda Kota Bandung.
Capaian kinerja dari pelaksanaan program dan kegiatan yang diselenggarakan oleh SKPD terkait tersebut adalah meningkatnya pelayanan kesehatan masyarakat terutama di RSUD Kota Bandung dan RSKIA Kota Bandung, serta meningkatnya cakupan layanan kesehatan gigi dan mulut terhadap peserta askes di RSKGM. Selain itu pula terselenggaranya pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin di Puskesmas dan Rumah Sakit di Kelas III yang dijamin oleh pemerintah teleh terealisasikan sesuai dengan target yaitu sebesar 100%.
Urusan Kependudukan dan Catatan Sipil pada Tahun Anggaran 2011 mendapat alokasi anggaran sebesar Rp 3.940.528.708,00 dan dapat direalisasikan sebesar Rp. 3.271.423.815,00 (83,02%). Program dan kegiatan pada urusan Kependudukan dan Catatan Sipil tahun 2011 dilaksanakan oleh Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Disdukcapil) Kota Bandung.
Capaian kinerja dari pelaksanaan program dan kegiatan yang diselenggarakan oleh SKPD terkait tersebut adalah meningkatnya pelayanan publik dibidang kependudukan, tersedianya database kependudukan serta meningkatnya kesadaran masyarakat tentang kependudukan. Tingkat koneksi data kependudukan di Kelurahan, Kecamatan, serta Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil dapat terealisasi sesuai target yaitu sebesar 100%. Koneksitas jaringan dari kecamatan ke Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil dan Kementrian Dalam Negeri sudah berjalan 100%. Keberhasilan pencapaian target tidak terlepas dari dukungan ketersediaan anggaran dan peningkatan kinerja SKPD.
Capaian kinerja urusan perizinan yang diselenggarakan oleh Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT) dapat terealisasi sebesar 107,96% dari target sebesar 100%. Nilai realisasi tingkat kinerja pelayanan perizinan satu atap dihitung berdasarkan realisasi PAD dari retribusi perizinan tahun 2011 yaitu sebear Rp 35.382.415.296,00 dari target Rp. 32.775.111.730,00. Realisasi tahun 2011 mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan tahun 2010 yang sebesar Rp 32.337.969.822,00 dari target Rp 35.578.600.000,00 atau sebesar 90,89%. (Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Pemerintah Kota Bandung Tahun 2011)
Dalam bidang kesehatan, Pemerintah Kota Bandung melalui unit kerjanya telah merealisasikan anggarannya sebesar 81,89% dari dana yang dianggarkan.
(23)
10
Dana tersebut digunakan untuk melaksanakan program pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin di Puskesmas dan Rumah Sakit kelas III yang dijamin oleh Pemerintah dalam program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas), dan dapat terealisasi sesuai dengan target sebesar 100%.
Dalam hal kependudukan, Pemerintah Kota Bandung melalui unit kerjanya telah merealisasikan anggarannya sebesar 83,02% dari dana yang dianggarkan. Dana tersebut digunakan untuk membiayai program-program di bidang kependudukan yang capaian kinerjanya adalah tersedianya database kependudukan serta meningkatnya kesadaran masyarakat tentang kependudukan serta terselenggaranya konesksitas jaringan dari kecamatan ke Disdukcapil dan Kementrian Dalam Negeri telah berjalan 100%.
Berdasarkan uraian di atas dan ditunjang dengan teori-teori yang ada maka penulis bermaksud untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Anggaran Berbasis Kinerja Terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (Penelitian pada SKPD di Kota Bandung)”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasar latar belakang masalah yang telah disampaikan tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana penerapan anggaran berbasis kinerja pada Satuan Kerja Perangkat Daerah di Kota Bandung.
2. Bagaimana akuntabilitas kinerja instansi pemerintah pada Satuan Kerja Perangkat Daerah di Kota Bandung.
(24)
11
3. Apakah anggaran berbasis kinerja berpengaruh terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah pada Satuan Kerja Perangkat Daerah di Kota Bandung.
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian
Maksud dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh anggaran berbasis kinerja terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah pada Satuan Kerja Perangkat Daerah di Kota Bandung.
1.3.2 Tujuan Penelitian
Dalam kaitannya dengan masalah ini, tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah:
1. Untuk memberikan gambaran mengenai penerapan anggaran berbasis kinerja pada Satuan Kerja Perangkat Daerah di Kota Bandung.
2. Untuk mengetahui gambaran mengenai akuntabilitas kinerja instansi pemerintah pada Satuan Kerja Perangakat Daerah di Kota Bandung.
3. Untuk mengetahui pengaruh penerapan anggaran berbasis kinerja terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah pada Satuan Kerja Perangakat Daerah di Kota Bandung.
(25)
12
1.4 Kegunaan Penelitian
Dari penulisan penelitian, diharapkan berguna dan bermanfaat bagi semua pihak. Adapun kegunaan dari penelitian dapat ditinjau dari dua aspek, yaitu: 1. Aspek Teoritis
Bagi penulis dapat bertambah pengetahuan mengenai sejauh mana penerapan anggaran berbasis kinerja dalam pengaruhnya terhadap akuntabilitas publik. Sedangkan bagi dunia akademis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap pengembangan literatur akuntansi sektor publik (ASP) terutama mengenai anggaran berbasis kinerja yang mempengaruhi akuntabilitas kinerja instansi pemerintah dan dapat dijadikan dasar bagi penelitian-penelitian selanjutnya.
2. Aspek Praktis
Sebagai masukan bagi pemerintah daerah khususnya pada satuan kerja perangkat daerah dalam menentukan anggaran yang berbasis kinerja guna meningkatkan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah yang lebih optimal.
(26)
BAB III
OBYEK DAN METODE PENELITIAN
3.1 Obyek Penelitian
Objek penelitian adalah variabel penelitian, yaitu sesuatu yang menjadi inti problematika penelitian (Suharsimi Arikunto, 2000: 29). Obyek dalam penelitian ini adalah Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja, dan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Daerah. Sedangkan lokasi penelitian bertempat di Satuan Kerja Perangkat Daerah di Kota Bandung.
3.2 Metode Penelitian 3.2.1 Desain Penelitian
Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2005: 1). Berdasarkan tingkat eksplanasinya atau tingkat penjelasannya, metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode verifikatif. Menurut Masyhuri dan Zainuddin (2008: 45) verification adalah memeriksa benar tidaknya, apabila dilaksanakan untuk menguji suatu cara dengan atau tanpa perbaikan, yang telah pernah dilaksanakan ditempat lain, dalam mengatasi masalah yang serupa dalam kehidupan. Proses penelitian seperti itu akan menghasilkan rumusan kesimpulan dan saran tindakan (implementasi) yang semakin baik kualitasnya untuk dipergunakan dalam penyelesaian masalah yang dihadapi.
(27)
Sedangkan menurut metodenya, penelitian ini menggunakan metode penelitian survey. Menurut Kerlinger (1973) (dalam Sugiyono, 2005: 7) mengemukakan bahwa penelitian survey adalah penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari populasi tersebut. Penelitian survey pada umumnya dilakukan untuk mengambil suatu generalisasi dari pengamatan yang tidak mendalam.
3.2.2 Definisi dan Operasionalisasi Variabel 3.2.2.1 Definisi Variabel
Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2005: 32). Variabel dapat dikatakan sebagai suatu hal yang menjadi objek pengamatan penellitian atau yang sering pula dikatakan sebagai faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala yang akan diteliti. Dalam penelitian ini, penulis akan mengkaji dua variabel yaitu:
1. Variabel independen (X).
Komaruddin Sastradipoera (2005: 187) mengatakan bahwa variabel bebas (independen) merupakan variabel yang mempengaruhi atau penyebab bagi perubahan atau timbulnya variabel dependen. Variabel ini sering disebut variabel stimulus, prediktor, antecedent. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independen yaitu anggaran berbasis kinerja. Menurut Indra Bastian (2006: 171) mengatakan bahwa “Performance budgeting (anggaran yang
(28)
berorientasi pada kinerja) adalah sistem penganggaran yang berorientasi pada „output’ organisasi dan berkaitan sangat erat dengan visi, misi, dan rencana strategis organisasi.”
2. Variabel dependen (Y).
Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat dari variabel independen. Keberadaan variabel dependen tergantung pada pengaruh variabel independen (Komaruddin Sastradipoera, 2005: 188). Variabel ini sering disebut sebagai variabel output, kriteria, konsekuen (Sugiyono, 2005: 33). Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah akuntabilitas kinerja instansi pemerintah daerah. Menurut Menurut Mardiasmo (2009: 21) dalam konteks organisasi pemerintah, akuntabilitas publik adalah pemberian informasi atas aktivitas dan kinerja pemerintah kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Pada penelitian ini aspek akuntabilitas kinerja instansi pemerintah daerah yang diteliti tidak hanya terbatas pada akuntabilitas finansial saja, tetapi juga akuntabilitas kejujuran dan hukum, akuntabilitas proses, akuntabilitas manajemen, dan akuntabilitas program seperti yang diterangkan dalam operasionalisasi variabel.
3.2.2.2 Operasionalisasi Variabel
Gambaran mengenai operasionalisasi variabel yaitu variabel X (Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja), dan variabel Y (Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Daerah) dapat dilihat dalam tabel 3.1 berikut ini:
(29)
Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel
Variabel Konsep Variabel Dimensi Indikator Skala Item
Anggaran Berbasis Kinerja (variabel X1)
Sistem penganggaran yang berorientasi pada
„output’ organisasi dan berkaitan sangat erat dengan visi, misi, dan rencana strategis
organisasi.” (Indra Bastian 2006: 171)
a. Transparansi dan akuntabilitas anggaran
1. Transparansi kegiatan yang dianggarkan 2. Akses dan
pertanggungjawa ban atas pelaksanaan anggaran ordinal 1,2,3,4 5,6
b. Disiplin anggaran 1. Efisiensi belanja dan pencatatannya 2. Ketersediaan dana 7,8 9,10 c. Keadilan anggaran 1. Keadilan pengalokasian anggaran 2. Keadilan pemberian pelayanan 11,12 13,14
d. Efisiensi dan efektivitas anggaran
1. Efisiensi & efektivitas dalam penggunaan anggaran 2. Pemanfaatan dana anggaran 15,16, 17 18,19, 20 e. Disusun dengan
pendekatan kinerja
1. Disusun dengan pendekatan kinerja
2. Profesionalisme kerja di dalam organisasi 21,22 23,24 Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Daerah (variabel Y) Dalam konteks organisasi pemerintah, akuntabilitas publik adalah pemberian informasi atas aktivitas dan kinerja pemerintah kepada a. Akuntabilitas kejujuran dan akuntabilitas hukum 1. Penghindaran penyalahgunaan jabatan (abuse of power)
2. Adanya
kepatuhan hukum dan peraturan lain
O
rd
in
al
1,2 3,4(30)
pihak-pihak yang berkepentingan. (Mardiasmo, 2009: 21) b. Akuntabilitas proses
1. Prosedur yang digunakan 2. Pelayanan publik
diberikan secara responsif dan cepat.
3. Pengawasan terhadap mark up
dan
pungutan-pungutan lain 4. Pengawasan terhadap pelaksanaan tender 5,6 7,8 9,10,11 12,13 c. Akuntabilitas program 1. Pencapaian
tujuan yang
ditetapkan dan pelaksanaanya 2. Alternatif program 14,15 16,17 d. Akuntabilitas kebijakan 1. Pertanggungjawa
ban Tujuan
dibuatnya kebijakan 2. Pertanggungjawa
ban atas
kebijakan yang diambil 18,19 20,21 e. Akuntabilitas finansial 1. Pertanggungjawa ban menggunakan dana publik 2. Penyajian Laporan Keuangan 22,23, 24,25 26,27
3.2.3 Populasi dan Sampel Penelitian 3.2.3.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan gejala atau satuan yang ingin diteliti. Menurut Sugiyono (2005: 72) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh Satuan Kerja Perangkat Daerah di
(31)
Kota Bandung yang berjumlah 63 SKPD yang terdiri dari: 30 kecamatan, 17 dinas, 13 lembaga teknis dan 3 kantor daerah, yang terdiri dari:
Tabel 3.2
Daftar SKPD di Kota Bandung
No Nama SKPD No Nama SKPD
1 Kecamatan Andir 33 Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
2 Kecamatan Antapani 34 Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil
3 Kecamatan Arcamanik 35 Dinas Kesehatan
4 Kecamatan Astanaanyar 36 Dinas Komunikasi dan Informatika 5 Kecamatan Babakan Ciparay 37 Dinas Koperasi, UKM dan
Perindustrian Perdagangan
6 Kecamatan Bandung Kidul 38 Dinas Pemakaman dan Pertamanan 7 Kecamatan Bandung Kulon 39 Dinas Pemuda dan Olah Raga 8 Kecamatan Bandung Wetan 40 Dinas Pendapatan
9 Kecamatan Batununggal 41 Dinas Pendidikan
10 Kecamatan Bojongloa 42 Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
11 Kecamatan Bojongloa Kaler 43 Dinas Perhubungan
12 Kecamatan Buah Batu 44 Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan
13 Kecamatan Cibeunying Kaler 45 Dinas Sosial
14 Kecamatan Cibeunying Kidul 46 Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya
15 Kecamatan Cibiru 47 Dinas Tenaga Kerja
16 Kecamatan Cicendo 48 Badan Kepegawaian Daerah
17 Kecamatan Cidadap 49 BKPPM
18 Kecamatan Coblong 50 BPPT
19 Kecamatan Cinambo 51 BPPKB
20 Kecamatan Gedebage 52 BPLH
21 Kecamatan Kiara Condong 53 BAPPEDA
22 Kecamatan Lengkong 54 Inspektorat Kota Bandung
23 Kecamatan Mandalajati 55 Kantor Pengelolaan Pemakaman 24 Kecamatan Panyileukan 56 Kantor Perpustakaan Umum dan
Arsip Daerah
25 Kecamatan Rancasari 57 RSUD Kota Bandung
26 Kecamatan Regol 58 RSKGM
27 Kecamatan Sukajadi 59 RSKIA
28 Kecamatan Sukasari 60 Satuan Polisi Pamong Praja 29 Kecamatan Sumur Bandung 61 Sekretariat Daerah
30 Kecamatan Ujung Berung 62 Sekretariat DPRD 31 Dinas Binamarga dan Pengairan 63 DPKAD (selaku SKPD) 32 Dinas Kebakaran
(32)
Lalu dari daftar tersebut, populasi dikelompokkan menjadi beberapa kelompok sebagai berikut:
Tabel 3.3
Daftar Kelompok SKPD
No Klasifikasi SKPD Jumlah
1 Dinas 17
2 Lembaga Teknis 13
3 Kantor 3
4 Kecamatan 30
Total 63
3.2.3.2 Sampel Penelitian
Sampel merupakan bagian dari populasi yang ingin diteliti. Menurut Sugiyono (2005: 73) sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi tersebut. Dengan kata lain bahwa sampel yang diambil hendaknya mewakili populasinya (Furqon, 2009: 147). Apa yang dipelajari dari sampel tersebut, kesimpulannya akan diberlakukan untuk populasi.
Teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel (Sugiyono, 2005: 73). Teknik sampling yang digunakan untuk variabel anggaran berbasis kinerja dan akuntabilitas publik adalah probability sampling. Menurut Prasetyo dan Jannah (2010: 122) bahwa sampel probabilita adalah suatu teknik penarikan sampel yang mendasarkan pada setiap anggota memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih. Jenis probability sampling yang dipilih adalah proportionate
stratified random sampling. Teknik ini digunakan bila populasi mempunyai
anggota/unsur yang tidak homogen dan berstrata secara proporsional, dan dalam
(33)
penelitian ini, penentuan sampel diambil secara acak. Dari populasi SKPD sebanyak 63 tersebut akan diambil sejumlah sampel dengan rumus:
Husein Umar (2008: 67) Keterangan:
n = ukuran sampel N = ukuran populasi
e = presentasi kelonggaran karena ketidakpastian yang masih ditolerir 5%-10%
Menurut Slovin (dalam Husein Umar, 2008: 67) besarnya sampel SKPD yang diambil adalah:
n = 38,65 ≈ 39 SKPD
Dari 39 SKPD tersebut kemudian diambil sampel secara acak sesuai dengan proporsi masing-masing dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
s = jumlah sampel setiap strata secara proporsi S = jumlah seluruh sampel yang didapatkan N = jumlah seluruh populasi
n = jumlah masing-masing strata populasi
Setelah dihitung menggunakan rumus di atas, maka didapatkan jumlah sampel dari setiap kelompok SKPD sebagai berikut:
(34)
Tabel 3.4
Pengalokasian Sampel Kelompok SKPD
No Klasifikasi SKPD
Jumlah Strata
populasi Sampel
Sampel (dibulatkan)
1 Dinas 17 10,52 11
2 Lembaga Teknis 13 8,04 8
3 Kantor 3 1,85 2
4 Kecamatan 30 18,57 18
Total 63 38,98 39
Adapun yang menjadi sasaran pengisian kuesioner adalah:
1. Kuesioner variabel X yaitu penerapan anggaran berbasis kinerja akan diisi oleh kepala sub bagian keuangan di setiap SKPD karena kepala bagian keuangan yang bertugas untuk menyusun Dokumen Pelaksanaan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (DPA-SKPD) yang digunakan sebagai dasar pelaksanaan anggaran oleh pengguna anggaran berdasarkan alokasi anggaran yang telah ditetapkan dalam penjabaran APBD, di dalam DPA-SKPD akan diuraikan sasaran yang hendak dicapai, program, dan rincian kegiatan anggaran yang disediakan untuk mencapai sasaran tersebut. Selain itu pula, kepala sub bagian keuangan yang bertanggungjawab dalam pembuatan laporan pertanggungjawaban pelaksanaan dari DPA-SKPD yang berupa laporan keuangan SKPD.
2. Kuesioner variabel Y yaitu akuntabilitas kinerja instansi pemerintah daerah akan diisi oleh kepala masing-masing SKPD karena kepala SKPD mempunyai tanggung jawab atas semua aspek dalam SKPD tersebut baik keuangan, program yang dijalankan, proses manajerial yang terlibat didalamnya, serta kebijakan yang telah digunakan. Kepala SKPD pula yang harus bertanggungjawab atas penggunaan anggaran daerah dimana hasil penggunaan
(35)
anggaran daerah tersebut tertuang dalam bentuk laporan keuangan SKPD yang nantinya akan dipertanggungjawabkan kepada kepala daerah.
3.2.4 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan cara-cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data untuk keperluan penelitiannya. Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data menggunakan data primer. Menurut Sugiyono (2005: 129) sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data. Data primer diperoleh peneliti melalui kuesioner.
Menurut Sugiyono (2005: 135) kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden. Skala pengukuran yang digunakan untuk kuesioner tersebut adalah skala likert. Untuk variabel Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja (X) kuesioner akan ditujukan pada kepala sub bagian keuangan tiap SKPD dan untuk variabel Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Daerah (Y) kuesioner akan ditujukan pada pengguna anggaran atau kepala dinas/badan/kantor.
Selain menggunakan kuesioner untuk mengumpulkan data yang berhubungan dengan penelitian ini, penulis juga melakukan teknik pengumpulan data melalui telaah kepustakaan. Telaah kepustakaan dilakukan dengan tujuan
(36)
untuk memperoleh dan membangun landasan teoritis, kerangka pemikiran, dan menentukan pertanyaan yang akan diajukan berdasarkan penelitian ini. Pengumpulan data melalui telaah kepustakaan dilakukan dengan mencari sumber literatur dari buku-buku yang relevan, jurnal, artikel-artikel yang terkait dengan penelitian ini, dan internet.
3.2.5 Teknik Analisis Data
Dalam penelitian kuantitatif, analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden terkumpul. Menurut Sugiyono (2005: 142) kegiatan dalam analisis data adalah mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah, dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan.
Untuk mengukur pendapat responden dalam penelitian ini, digunakan skala Likert. Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dengan skala likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pertanyaan atau pernyataan. Untuk keperluan analisis kuantitatif, maka jawaban-jawaban atas pernyataan tersebut kemudian diberi skor.
(37)
Tabel 3.5
Pemberian Skor Jawaban untuk Setiap Pernyataan
Pilihan Jawaban Skor Positif Skor Negatif
A 5 1
B 4 2
C 3 3
D 2 4
E 1 5
(Sugiyono, 2009: 94)
Menurut Sugiyono (2009), kriteria interpretasi skor berdasarkan jawaban responden dapat ditentukan sebagai berikut, “skor maksimum setiap kuesioner adalah 5 dan skor minimum adalah 1, atau berkisar antara 20% sampai 100%, maka jarak antara skor yang berdekatan adalah 16% ((100% - 20%)/5).” sehingga dapat diperoleh kriteria sebagai berikut:
Tabel 3.6 Interpretasi Skor
Hasil Persentase (%) Kategori
20% - 35,99% Tidak Dilaksanakan
36% - 51,99% Sebagian Kecil Dilaksanakan
52% - 67,99% Kadang-kadang Dilaksanakan
68% - 83,99% Sebagian Besar Dilaksanakan
84% - 100% Sudah Sepenuhnya Dilaksanakan
(Sugiyono, 2009)
Setelah data diperoleh dari lapangan maka akan dilakukan pengolahan data. Tahap-tahap yang dilakukan pada pengolahan data adalah mengumpulkan data dan memeriksa kelengkapan kuesioner yang telah diisi, melakukan tabulasi dari hasil kuesioner, dan melakukan analisis data dengan menggunakan analisis statistik untuk melakukan pengujian terhadap hipotesis.
(38)
3.2.5.1 Uji Validitas
Setelah data dalam kuesioner didapat, maka terlebih dahulu akan dilakukan uji validitas dan reliabilitas instrumen penelitian. Uji validitas berguna untuk mengetahui apakah ada pertanyaan pada kuesioner yang harus dibuang/diganti karena dianggap tidak relevan. Menurut Sastradipoera (2005: 302) “validitas merupakan derajat hingga dimana ketepatan dan ketelitian suatu alat ukur dalam mengukur gejala.” Pengujian validitas dilakukan dengan mengkorelasikan antar skor item instrumen dalam suatu faktor dan mengkorelasikan skor faktor dengan skor total. Bila korelasi tiap faktor tersebut positif dan besarnya 0,3 keatas maka faktor tersebut merupakan construct yang kuat (Sugiyono, 2005: 115). Sesuai dengan skala data yang digunakan dalam kuesioner penelitian ini yang berskala ordinal, maka untuk melakukan uji validitas digunakan korelasi Rank Spearman dengan rumus:
Suliyanto (2011: 20) Keterangan:
Ρxy : koefisien korelasi Rank Spearman
6 : konstanta
∑d2 : kuadrat selisih antar rangking dua variabel N : jumlah pengamatan
3.2.5.2 Uji Reliabilitas
Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Validitas instrumen merupakan syarat untuk pengujian reliabilitas instrumen. Oleh karena
(39)
itu walaupun instrumen yang valid umumnya pasti reliabel, tetapi pengujian reliabilitas instrumen perlu dilakukan.
“Keandalan (reliability) merupakan suatu pengukuran yang menunjukkan
sejauh mana pengukuran tersebut tanpa bias (bebas kesalahan-error free) dan karena itu menjamin pengukuran yang konsisten lintas waktu dan lintas beragam item dalam instrumen (Uma Sekaran, 2006: 40). Untuk menguji reliabilitas kuesioner dalam penelitian ini, maka peneliti menggunakan teknik Cronbach’s
Alpha dengan rumusan sebagai berikut:
( )
Husein Umar (2008: 58) Keterangan:
r11 = reliabilitas instrumen
k = banyak butir pertanyaan ∑ 2
= jumlah varian butir 2
= varian total
Semakin dekat Alpha Cronbach dengan 1 (satu), semakin tinggi keandalan konsistensi internal. “Secara umum, keandalan kurang dari 0,60 dianggap buruk, keandalan dalam kisaran 0,70 adalah dapat diterima, dan lebih dari 0,80 adalah baik”(Uma Sekaran, 2006:182).
3.2.5.3Transformasi Data
Mengingat bahwa data dihasilkan dalam skala ordinal, sedangkan analisis regresi mensyaratkan data berskala interval, maka sebelum dilakukan analisis lebih lanjut dilakukan transformasi data skala ordinal menjadi skala interval yang menggunakan Method Successive of Interval (MSI) dengan langkah-langkah berikut:
(40)
1. Pertama perhatikan setiap butir jawaban responden dari angket yang disebarkan;
2. Pada setiap butir ditentukan berapa orang yang mendapat skor 1, 2, 3, 4, dan 5 yang disebut sebagai frekuensi;
3. Setiap frekuensi dibagi dengan dengan banyaknya responden dan hasilnya disebut proporsi;
4. Tentukan nilai proporsi kumulatif dengan jalan menjumlahkan nilai proporsi secara berurutan perkolom skor;
5. Gunakan tabel Distribusi Normal, hitung nilai Z untuk setiap proporsi kumulatif yang diperoleh;
6. Tentukan nilai tinggi densitas untuk setiap nilai Z yang diperoleh (dengan menggunakan Tabel Densitas);
7. Hitung SV (Scale Value) atau nilai skala dengan rumus :
owerLimit AreaUnderL
pperLimit AreaUnderU
pperLimit DensityAtU
owerLimit DensityOfL
SV
8. Tentukan nilai tranformasi dengan rumus:
3.2.5.4 Uji Asumsi Klasik
Husein Umar (2003: 132) mengungkapkan bahwa dalam melakukan analisis regresi dan peramalan akan menggunakan data yang ditampung pada variabel bebas dan variabel tidak bebas serta dalam bentuk seri. Sebelum digunakan, data tersebut harus lolos uji sehingga terbebas dari masalah normalitas, heteroskedastisitas, dan autokorelasi.
(41)
1. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah variabel dependen, independen atau keduanya berdistribusi normal, mendekati normal atau tidak (Husein Umar, 2009: 181). Model regresi yang baik hendaknya berdistribusi normal atau mendekati normal. Uji normalitas data dilakukan dengan menggunakan rumus one-sample Kolmogorov Smirnov Test. Langkah-langkah Kolmogorov-Smirnov Test adalah sebagai berikt:
1. Menghitung nilai Kolmogorov-Smirnov dengan rumus:
n D1,36
Keterangan:
D = Kolmogorov-Smirnov hitung n = Jumlah data
2. Menentukan Kolmogorov-Smirnov tabel (D tabel) dengan derajat kepercayaan 95%.
3. Menarik kesimpulan berdasarkan kriteria berikut: Jika Dhitung ≤ Dtabel maka data berdistribusi normal. Jika Dhitung ≥ Dtabel maka data tidak berdistribusi normal.
2. Uji Heteroskedasitas
Uji heteroskedasitas dilakukan untuk mengetahui apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lain. Jika varians dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lain tetap, disebut homoskedasitas, sementara itu, untuk varians yang berbeda disebut heteroskedasitas (Husien Umar, 2009: 179). Model
(42)
regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedasitas dengan mengkorelasikan variabel independen dengan residualnya. Pengujian menggunakan tingkat signifikasi 0,05 dengan uji dua sisi. Jika korelasi antara variabel independen dengan residual memberikan signifikasi lebih dari 0,05, maka dapat dikatakan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas.
3. Uji Autokorelasi
Salah satu asumsi regresi linier adalah tidak terjadinya autokorelasi. Autokorelasi adalah korelasi antara sesama urutan pengamatan dari waktu ke waktu (Husein Umar, 2009: 143). Uji autokorelasi digunakan untuk melihat apakah ada hubungan linier antara error serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu (data time series). Untuk memeriksa adanya autokorelasi, biasanya memakai Uji Durbin-Watson:
Suliyanto (2011: 126) Keterangan:
DW = nilai Durbin Watson e = nilai residual
et-1 = nilai residual satu periode sebelumnya
Suliyanto (2011: 126) menguungkapkan bahwa nilai Durbin Watson kemudian dibandingkan dengan nilai d-tabel. Hasil perbandingan akan menghasilkan kesimpulan seperti kriteria sebagai berikut:
(43)
Tabel 3.7
Kriteria Pengujian Autokorelasi dengan Uji Durbin-Watson
DW Kesimpulan
< dL Ada autokorelasi (+)
dL s.d dU Tanpa kesimpulan
dU s.d 4 – dU Tidak ada autokorelasi 4 – dU s.d 4 – dL Tanpa kesimpulan
>4 – dL Ada autokorelasi (-)
3.2.5.5 Analisis Regresi Sederhana
Analisis regresi sering digunakan sebagai salah satu alat analisis untuk membuat proyeksi. Hal ini didasari kenyataan bahwa nilai suatu variabel dapat dipengaruhi oleh satu atau lebih perubahan variabel lain. Dengan menggunakan analisis regresi maka akan diperoleh koefisien untuk setiap variabel bebasnya. Dengan diperolehnya koefisien regresi maka diharapkan akan dapat dibuat proyeksi atas besarnya nilai variabel tergantung yang mampu meminimumkan penyimpangannya.
Regresi sederhana digunakan untuk menganalisis hubungan kausal satu variabel bebas terhadap satu variabel tergantung. Model yang digunakan untuk melakukan analisis regresi sederhana adalah sebagai berikut:
̂
(Suliyanto, 2011: 39) Keterangan:
Y = akuntabilitas kinerja instansi pemerintah daerah = konstanta
b = koefisien regresi
X = anggaran berbasis kinerja
Ɛ = nilai residu
Nilai a (konstansta) dan nilai b (koefisien regresi) dalam persamaan diatas dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut:
(44)
b = a =
(Suliyanto, 2011: 39) 3.2.6 Rancangan Pengujian Hipotesis
Sebelum menguji hipotesis alangkah baiknya kita menetapkan hipotesis nol dan hipotesis alternatifnya terlebih dahulu. Penetapan hipotesis penelitian ini berkaitan dengan ada tidaknya pengaruh anggaran berbasis kinerja terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah daerah. Dalam penelitian ini hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (Ha) dinyatakan sebagai berikut:
H0: b ≤ 0, penerapan anggaran berbasis kinerja tidak berpengaruh positif
terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah daerah.
Ha: b > 0, penerapan anggaran berbasis kinerja berpengaruh positif terhadap
akuntabilitas kinerja instansi pemerintah daerah.
Hipotesis yang dikembangkan dalam penelitian ini menunjukkan adanya hubungan fungsional atau kausal antara penerapan anggaran berbasis kinerja sebagai variabel independen dengan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah daerah sebagai variabel dependen. Hipotesis ini ditolak atau diterima dapat dilihat dari taraf signifikansi yang didapatkan setelah pengolahan data yang dilakukan dengan bantuan software SPSS 20.0 for windows. Jika taraf signifikansi yang didapat lebih kecil dari 0,05 maka Ha diterima dan H0 ditolak. Sebaliknya jika
taraf signifikansi yang didapat lebih besar dari 0,05 maka Ha ditolak dan H0
diterima.
(45)
3.2.6.1 Koefisien Determinasi
Setelah melakukan uji hipotesis dengan analisis regresi maka selanjutnya adalah menghitung koefisien determinasi. Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui tinggi rendahnya pengaruh suatu variabel terhadap variabel lainnya. Hal ini muncul dari anggapan bahwa semakin tinggi derajat hubungan yang ada dikarenakan kuatnya pengaruh suatu variabel terhadap variabel lainnya. Koefisien determinasi adalah kuadrat dari koefisien korelasi. Menurut Sudjana (2001 :368), rumus untuk koefisien determinasi:
KD = r² x 100% Keterangan: KD = koefisien determinasi
R2 = koefisien korelasi yang dikuadratkan
(46)
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan pembahasan serta hasil penelitian tentang pengaruh penerapan anggaran berbasis kinerja terhadap akuntabilitas publik pemerintah daerah (penelitian pada Satuan Kerja Perangkat Daerah di Kota Bandung) yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka simpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah:
1. Berdasarkan hasil penelitian, penerapan anggaran berbasis kinerja telah sepenuhnya dilaksanakan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah di Kota Bandung. Hal tersebut dapat dilihat dari aspek transparansi dan akuntabilitas anggaran, disiplin anggaran, keadilan anggaran, efektivitas dan efisiensi anggaran, serta aspek disusun dengan pendekatan kinerja. Meskipun demikian, masih terdapat beberapa SKPD yang masih kurang memperhatikan efisiensi dan efektivitas anggaran dan kurang profesionalisme aparatur pemerintah, seperti kurang kompetennya aparatur pemerintah dalam mengerjakan tugas yang menjadi kewajibannya.
2. Akuntabilitas publik pemerintah daerah dalam bentuk akuntabilitas hukum dan kejujuran, akuntabilitas proses, akuntabilitas program, akuntabilitas kebijakan, dan akuntabilitas finansial secara garis besar sudah sepenuhnya dilaksanakan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah di Kota Bandung, meskipun dalam
(47)
pelaksanaannya, masih ada aspek yang belum secara optimal dilaksanakan, yaitu akuntabilitas program dan akuntabilitas kebijakan karena terkadang kebijakan yang ditetapkan pemerintah bersinggungan dengan wilayah politik yang menyebabkan kebijakan tidak dapat diterima oleh setiap kalangan.
3. Penerapan anggaran berbasis kinerja memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap akuntabilitas publik pemerintah daerah. Dari hasil tersebut dapat dirtikan bahwa jika penerapan anggaran berbasis kinerja semakin ditingkatkan maka akan diringi dengan peningkatan akuntabilitas publik pemerintah daerah.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti dapat memberikan saran sebagai berikut:
1. Meningkatkan profesionalisme aparatur pemerintah dalam melaksanakan tugasnya dengan cara menyesuaikan antara tugas aparatur pemerintah dengan latar belakang pendidikannya sehingga diharapkan aparatur pemerintah lebih berkompeten dalam mengerjakan tugasnya, dan menerapakan sistem manajemen mutu ISO 9001:2008 pada SKPD di lingkungan Pemerintah Kota Bandung, dan hendaknya Pemerintah Daerah Kota Bandung mengadakan pelatihan rutin bagi aparatur pemerintah terutama SDM keuangan serta mengadakan evaluasi pencapaian target dari hasil pelatihan yang dilakukannya
(48)
agar dapat dilihat sejauh mana perkembangan kompetensi yang dimiliki aparatur pemerintahan sehingga bisa terus ditingkatkan keahliannya dalam menjalankan tugasnya.
2. Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik untuk meneliti permasalahan sejenis, maka sebaiknya menambah variabel penelitian yang mempunyai pengaruh terhadap akuntabilitas publik, seperti kepemimpinan dan kompetensi aparatur pemerintah karena faktor kepemimpinan dan kompetensi aparatur pemerintah juga memiliki peran sangat penting dalam mewujudkan akuntabilitas publik. Selain itu pula peneliti selanjutnya dapat pula melakukan penelitian pada subjek lain yang lebih luas. Selain itu pula dalam melakukan penelitian sebaiknya meminimalisir tingkat subjektivitas dengan cara menerapkan konsistensi diri dalam melakukan penelitian sesuai dengan tujuan penelitian.
(49)
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Halim dan Theresia Damayanti. (2007). Seri Bunga Rampai Manajemen
Keuangan Daerah: Pengelolaan Keuangan Daerah. Yogyakarta: UPPSTIM
YKPN
Abdul Rahman. (2010). “Perencanaan dan Pelaksanaan Anggaran Daerah Berbasis Kinerja”. Jurnal Ilmu Administrasi. Vol VII No. 4.
Agus Dwiyanto, et.al. (2006). Reformasi Birokrasi Publik di Indonesia: Seri
Kajian Birokrasi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Bambang Prasetyo dan Lina Miftahul Jannah. (2010). Metode Penelitian
Kuantitatif: Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rajawali Pers.
Bidang Akuntabilitas Pemerintah Daerah Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Tengah. (2005). Makalah Standar Analisa Belanja Dikaitkan dengan Sistem
Penganggaran Berbasis Kinerja.
Budi S. Purnomo. (2009). Obligasi Daerah: Alternatif Investasi bagi Masyarakat
dan Sumber Pendanaan bagi Pemerintah Daerah. Bandung: Penerbit
Alfabeta
Duwi Priyanto. (2012). Cara Kilat Belajar Analisis Data dengan SPSS 20. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Furqon. (2009). Statistika Terapan Untuk Penelitian. Bandung: Penerbit Alfabeta
Heti Purwita Harjanti. (2009). “Pengaruh Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja Terhadap Akuntabilitas Instansi Pemerintah Daerah Kota Depok”. Tesis.
Bandung: Program Pascasarjana UNPAD
Husein Umar. (2003). Metode Riset Akuntansi Terapan. Jakarta: Ghalia Indonesia.
(50)
Husein Umar. (2008). Desain Penelitian Akuntansi Keperilakuan. Jakarta: Rajawali Pers
Husein Umar. (2009). Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta: Rajawali Pers
Indra Bastian. (2006). Akuntansi Sektor Publik: Suatu Pengantar. Jakarta: Erlangga
Komaruddin Sastradipoera. (2005). Mencari Makna Dibalik Penulisan Skripsi,
Tesis, dan Disertasi. Bandung: Penerbit Kappa-sigma.
Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Pemerintah Kota Bandung Tahun 2011. [Online]. Tersedia: http://bandung.go.id/download/LKPJ2011.pdf. [18 Desember 2012]
Loina Lalolo Krina P. (2003). Indikator dan Alat Ukur Prinsip Akuntabilitas,
Transparansi dan Partisipasi. Jakarta: Sekretariat Good Public Governance
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
Mardiasmo. (2009). Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Mardiasmo. (2004). Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Masyhuri dan M. Zainuddin. (2008). Metodologi Penelitian: Pendekatan Praktis
dan Aplikatif. Bandung: PT. Refika Aditama.
Nur Indriantoro dan Bambang Supomo. (2002). Metodologi Penelitian Bisnis
untuk Akuntansi dan Manajemen. Yogyakarta: BPFE.
Parhusip, Potltak Teodorus. (2007). “Pengaruh Penerapan Anggaran Berbasis
Kinerja Terhadap Akuntabilitas Publik dan Transparansi di Pemerintahan Kota/Kabupaten yang Terjadi Pemekaran”. Tesis. Yogyakarta: Pascasarjana
(51)
Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.
Rahardjo Adisasmita. (2011). Manajemen Pemerintah Daerah. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Rahardjo Adisasmita. (2011). Pengelolaan Pendapatan dan Anggaran Daerah. Yogyakarta: Graha Ilmu.
RAPBD Kota Bandung Kurang Tegas. [Online]. Tersedia:
http://www.infoanda.com/id/link.php?lh=U1IHA1VRBAQE. [29 Mei 2012]
Riduwan. (2011). Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti
Pemula. Bandung: Alfabeta.
Riduwan dan Sunarto. (2011). Pengantar Statistika Untuk Penelitian Pendidikan,
Sosial, Ekonomi, Komunikasi, dan Bisnis. Bandung: Alfabeta.
Setyawan Dwi Antoro. (2006). “Pengaruh Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja Terhadap Akuntabilitas Publik Pemerintah Daerah”. Tesis. Yogyakarta:
Pascasarjana Prodi Akuntansi UGM.
Sony Yuwono, et.al. (2005). Penganggaran Sektor Publik: Pedoman Praktis
Penyusunan, Pelaksanaan, dan Pertanggungjawaban APBD (Berbasis Kinerja). Malang: Banyumedia.
Sudjana. (2001). Statistika untuk Ekonomi dan Niaga. Bandung: TARSITO.
Sugiyono. (2005). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2011). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Suliyanto. (2011). Ekonometrika Terapan: Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Penerbit Andi.
(52)
Uma Sekaran. (2006). Research Methods For Business Metodologi Penelitian
Bisnis. Jakarta: Salemba Empat.
Wahyudi Kumorotomo. (2008). Akuntabilitas Birokrasi Publik. Sketsa pada Masa
Transisi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Yunita Anggraini dan B. Hendra Puranto. (2010). Anggaran Berbasis Kinerja:
(1)
Maria Novita Ari Sulisiana, 2014
Pengaruh Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja Terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Daerah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pelaksanaannya, masih ada aspek yang belum secara optimal dilaksanakan, yaitu akuntabilitas program dan akuntabilitas kebijakan karena terkadang kebijakan yang ditetapkan pemerintah bersinggungan dengan wilayah politik yang menyebabkan kebijakan tidak dapat diterima oleh setiap kalangan.
3. Penerapan anggaran berbasis kinerja memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap akuntabilitas publik pemerintah daerah. Dari hasil tersebut dapat dirtikan bahwa jika penerapan anggaran berbasis kinerja semakin ditingkatkan maka akan diringi dengan peningkatan akuntabilitas publik pemerintah daerah.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti dapat memberikan saran sebagai berikut:
1. Meningkatkan profesionalisme aparatur pemerintah dalam melaksanakan tugasnya dengan cara menyesuaikan antara tugas aparatur pemerintah dengan latar belakang pendidikannya sehingga diharapkan aparatur pemerintah lebih berkompeten dalam mengerjakan tugasnya, dan menerapakan sistem manajemen mutu ISO 9001:2008 pada SKPD di lingkungan Pemerintah Kota Bandung, dan hendaknya Pemerintah Daerah Kota Bandung mengadakan pelatihan rutin bagi aparatur pemerintah terutama SDM keuangan serta mengadakan evaluasi pencapaian target dari hasil pelatihan yang dilakukannya
(2)
agar dapat dilihat sejauh mana perkembangan kompetensi yang dimiliki aparatur pemerintahan sehingga bisa terus ditingkatkan keahliannya dalam menjalankan tugasnya.
2. Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik untuk meneliti permasalahan sejenis, maka sebaiknya menambah variabel penelitian yang mempunyai pengaruh terhadap akuntabilitas publik, seperti kepemimpinan dan kompetensi aparatur pemerintah karena faktor kepemimpinan dan kompetensi aparatur pemerintah juga memiliki peran sangat penting dalam mewujudkan akuntabilitas publik. Selain itu pula peneliti selanjutnya dapat pula melakukan penelitian pada subjek lain yang lebih luas. Selain itu pula dalam melakukan penelitian sebaiknya meminimalisir tingkat subjektivitas dengan cara menerapkan konsistensi diri dalam melakukan penelitian sesuai dengan tujuan penelitian.
(3)
Maria Novita Ari Sulisiana, 2014
Pengaruh Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja Terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Daerah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Halim dan Theresia Damayanti. (2007). Seri Bunga Rampai Manajemen
Keuangan Daerah: Pengelolaan Keuangan Daerah. Yogyakarta: UPPSTIM
YKPN
Abdul Rahman. (2010). “Perencanaan dan Pelaksanaan Anggaran Daerah Berbasis Kinerja”. Jurnal Ilmu Administrasi. Vol VII No. 4.
Agus Dwiyanto, et.al. (2006). Reformasi Birokrasi Publik di Indonesia: Seri
Kajian Birokrasi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Bambang Prasetyo dan Lina Miftahul Jannah. (2010). Metode Penelitian
Kuantitatif: Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rajawali Pers.
Bidang Akuntabilitas Pemerintah Daerah Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Tengah. (2005). Makalah Standar Analisa Belanja Dikaitkan dengan Sistem
Penganggaran Berbasis Kinerja.
Budi S. Purnomo. (2009). Obligasi Daerah: Alternatif Investasi bagi Masyarakat
dan Sumber Pendanaan bagi Pemerintah Daerah. Bandung: Penerbit
Alfabeta
Duwi Priyanto. (2012). Cara Kilat Belajar Analisis Data dengan SPSS 20. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Furqon. (2009). Statistika Terapan Untuk Penelitian. Bandung: Penerbit Alfabeta
Heti Purwita Harjanti. (2009). “Pengaruh Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja Terhadap Akuntabilitas Instansi Pemerintah Daerah Kota Depok”. Tesis.
Bandung: Program Pascasarjana UNPAD
Husein Umar. (2003). Metode Riset Akuntansi Terapan. Jakarta: Ghalia Indonesia.
(4)
Husein Umar. (2008). Desain Penelitian Akuntansi Keperilakuan. Jakarta: Rajawali Pers
Husein Umar. (2009). Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta: Rajawali Pers
Indra Bastian. (2006). Akuntansi Sektor Publik: Suatu Pengantar. Jakarta: Erlangga
Komaruddin Sastradipoera. (2005). Mencari Makna Dibalik Penulisan Skripsi,
Tesis, dan Disertasi. Bandung: Penerbit Kappa-sigma.
Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Pemerintah Kota Bandung Tahun 2011. [Online]. Tersedia: http://bandung.go.id/download/LKPJ2011.pdf. [18 Desember 2012]
Loina Lalolo Krina P. (2003). Indikator dan Alat Ukur Prinsip Akuntabilitas,
Transparansi dan Partisipasi. Jakarta: Sekretariat Good Public Governance
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
Mardiasmo. (2009). Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Mardiasmo. (2004). Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Masyhuri dan M. Zainuddin. (2008). Metodologi Penelitian: Pendekatan Praktis
dan Aplikatif. Bandung: PT. Refika Aditama.
Nur Indriantoro dan Bambang Supomo. (2002). Metodologi Penelitian Bisnis
untuk Akuntansi dan Manajemen. Yogyakarta: BPFE.
Parhusip, Potltak Teodorus. (2007). “Pengaruh Penerapan Anggaran Berbasis
Kinerja Terhadap Akuntabilitas Publik dan Transparansi di Pemerintahan Kota/Kabupaten yang Terjadi Pemekaran”. Tesis. Yogyakarta: Pascasarjana
(5)
Maria Novita Ari Sulisiana, 2014
Pengaruh Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja Terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Daerah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.
Rahardjo Adisasmita. (2011). Manajemen Pemerintah Daerah. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Rahardjo Adisasmita. (2011). Pengelolaan Pendapatan dan Anggaran Daerah. Yogyakarta: Graha Ilmu.
RAPBD Kota Bandung Kurang Tegas. [Online]. Tersedia:
http://www.infoanda.com/id/link.php?lh=U1IHA1VRBAQE. [29 Mei 2012]
Riduwan. (2011). Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti
Pemula. Bandung: Alfabeta.
Riduwan dan Sunarto. (2011). Pengantar Statistika Untuk Penelitian Pendidikan,
Sosial, Ekonomi, Komunikasi, dan Bisnis. Bandung: Alfabeta.
Setyawan Dwi Antoro. (2006). “Pengaruh Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja Terhadap Akuntabilitas Publik Pemerintah Daerah”. Tesis. Yogyakarta:
Pascasarjana Prodi Akuntansi UGM.
Sony Yuwono, et.al. (2005). Penganggaran Sektor Publik: Pedoman Praktis
Penyusunan, Pelaksanaan, dan Pertanggungjawaban APBD (Berbasis Kinerja). Malang: Banyumedia.
Sudjana. (2001). Statistika untuk Ekonomi dan Niaga. Bandung: TARSITO.
Sugiyono. (2005). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2011). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Suliyanto. (2011). Ekonometrika Terapan: Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Penerbit Andi.
(6)
Uma Sekaran. (2006). Research Methods For Business Metodologi Penelitian
Bisnis. Jakarta: Salemba Empat.
Wahyudi Kumorotomo. (2008). Akuntabilitas Birokrasi Publik. Sketsa pada Masa
Transisi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Yunita Anggraini dan B. Hendra Puranto. (2010). Anggaran Berbasis Kinerja: