PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA KOMPETENSI MENGGUNAKAN HASIL PENGUKURAN.

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA KOMPETENSI MENGGUNAKAN HASIL PENGUKURAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Jurusan Pendidikan Teknik Elektro

Oleh : Dafid Munandar E.0451.0607616

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKRO

FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

Dafid Munandar, 2013

Penerapan Model Pembelajaran

Problem Solving

Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa

Pada Kompetensi Menggunakan Hasil Pengukuran

Oleh Dafid Munandar

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Teknik dan Kejuruan

© Dafid Munandar 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI DAFID MUNANDAR

E.0451.0607616

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA KOMPETENSI MENGGUNAKAN HASIL PENGUKURAN

Disetujui dan disahkan oleh:

Pembimbing I

Prof. Dr. H. Bachtiar Hasan, S.T, MSIE NIP. 19551204 198103 1 002

Pembimbing II

Maman Somantri, S.Pd, M.T. NIP. 19720119 200112 1 001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Teknik Elektro Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan

Universitas Pendidikan Indonesia


(4)

i

Dafid Munandar, 2013

ABSTRAK

Penelitian pembelajaran model pembelajaran problem solving ini dilatarbelakangi hasil observasi awal bahwa kegiatan pembelajaran pada kompetensi Menggunakan Hasil Pengukuran di kelas X TL 1 ditemukan beberapa masalah antara lain masih kurangnya bantuan media cetak berupa buku pegangan guru dan siswa, penyampaian materi yang masih didominasi dengan metode ceramah, sehingga siswa cenderung pasif dan cepat merasa jenuh pada materi yang diajarkan. Hal ini berdampak pada pencapaian jumlah siswa hanya 11,76% atau 4 orang dari 34 siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dengan nilai rata-rata pre-test kelas hanya 57,82%. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hal yang dilakukan oleh guru dalam menggunakan model pembelajaran problem solving serta untuk mengetahui prestasi belajar siswa setelah menerapkan model pembelajaran problem solving pada Kompetensi Menggunakan Hasil Pengukuran di SMK Karya Bhakti Pusdikpal Kota Cimahi. Penelitian ini dilakukan dengan metode Kuantitatif Quasi Experiment dengan desain One Group Pretest Posttest Design. Subjek Kelas X Teknik Listrik 1 sebanyak 34 siswa. Alat pengumpul data berupa soal tes evaluasi, lembar catatan dan lembar observasi guru. Menerapkan dua tindakan penelitian yang digunakan untuk memperoleh hasil penelitian. Hasil perhitungan tersebut digunakan untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa yang menjadi indikasi adanya peningkatan prestasi belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran problem solving.


(5)

ABSTRACT

Research learning learning model is motivated problem solving initial observations that learning activities on competency Using Measurement results in class X NE 1 found some problems such as the lack of assistance in the form of print media handbook of teachers and students, delivery of material that is still dominated by the lecture method, so that the students tend to be passive and quickly got bored with the material being taught. This has an impact on the number of students is only 11.76% or 4 of 34 students who achieve a minimum completeness criteria (KKM) with an average value of pre-test class only 57.82%. The purpose of this study is to determine what is done by teachers in the use of problem solving and learning model to determine student achievement after learning model implement problem solving in Competency Using Measurement Results in SMK Karya Bhakti Pusdikpal Cimahi. This study was conducted using quantitative Quasi Experiment with design One Group Pretest Posttest Design. Electrical Engineering Subject X Class 1 as many as 34 students. Means of collecting data in the form of test evaluation, record sheets and teacher observation sheet. Implement two action research is used to obtain the results of the study. Results of these calculations are used to determine students' mastery learning which is an indication of increased student achievement by using a model of learning problem solving.


(6)

vi Dafid Munandar, 2013

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR GRAFIK ... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Pembatasan Masalah... 3

1.4 Tujuan Penelitian ... 4

1.5 Manfaat Penelitian ... 4

1.6 Metode Penelitian ... 5

1.7 Struktur Organisasi Skripsi ... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Model Pembelajaran ... 7

2.1.1 Definisi Model Pembelajaran ... 7

2.1.2 Fungsi Model Pembelajaran ... 8

2.1.3 Jenis-Jenis Model Pembelajaran ... 8


(7)

2.1.5 Manfaat Model Pembelajaran ... 10

2.2 Model Pembelajaran Problem Solving ... 11

2.2.1 Pengertian Model Pembelajaran Problem Solving ... 11

2.2.2 Tujuan Model Pembelajaran Problem Solving ... 13

2.2.3 Tujuan Problem Solving dalam Pengukuran ... 13

2.2.4 Mafaat Pembelajaran Problem Solving ... 14

2.2.5 Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Problem Solving. ... 15

2.2.6 Langkah dan Strategi Problem Solving ... 15

2.3 Prestasi Belajar ... 17

2.3.1 Pengertian Prestasi belajar ... 17

2.3.2 Hal-Hal yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Siswa ... 17

2.3.3 Prestasi Belajar Sebagai Objek Penelitian ... 19

2.3.4 Tes Sebagai Alat Penilaian Prestasi belajar ... 20

2.4 Hipotesis Penelitian ... 21

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian ... 22

3.2 Paradigma Penelitian ... 23

3.3 Sampel dan Populasi Penelitian ... 24

3.3.1 Sampel Penelitian ... 24

3.3.2 Populasi Penelitian ... 25

3.4 Persiapan Penelitian ... 25


(8)

viii Dafid Munandar, 2013

3.5.1 Teknik Pengumpulan Data ... 25

3.5.2 Analisa Data ... 26

3.6 Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran ... 29

3.6.1 Tindakan Pertama ... 29

3.6.2 Tindakan Kedua ... 30

3.7 Problem Solving dalam Kegiatan Pembelajaran ... 32

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian ... 35

4.1.1 Jumlah Interval Siswa ... 35

4.1.2 Uji Normalitas ... 37

4.1.3 Gain Ternormalisasi ... 38

4.1.4 Hasil Uji Hipotesis ... 41

4.2 Temuan Penelitian ... 42

4.3 Hasil dan Pembahasan ... 42

4.4 Matrik Penelitian ... 44

4.5 Problem Solving Pengukuran ... 47

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 49

5.2 Saran ... 50

DAFTAR PUSTAKA ... 51 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(9)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan dapat diartikan sebagai sarana untuk meningkatkan kecerdasan dan keterampilan manusia. Kita dapat mengembangkan kemampuan pribadi, daya pikir dan tingkah laku yang baik dalam menyikapi sebuah masalah melalui pendidikan.

Berdasarkan pengamatan tentang pelaksanaan pembelajaran di SMK Karya Bhakti Pusdikpal Kota Cimahi, ditemukan beberapa masalah antara lain masih kurangnya bantuan media cetak berupa buku pegangan guru dan siswa, penyampaian materi yang masih didominasi dengan metode ceramah, sehingga siswa cenderung pasif dan cepat merasa jenuh pada materi yang diajarkan. Hal ini mengakibatkan prestasi belajar siswa masih banyak yang dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Penyebab tersebut karena terbatasnya informasi dan dana pendukung untuk pengadaan perlengkapan pembelajaran.

Peneliti merasa pada saat kegiatan belajar mengajar di kelas X TL-1 pada mata pelajaran Pengukuran Dasar Listrik siswa memberikan respon yang kurang baik, seperti :

1. Beberapa siswa mengobrol di belakang kelas tanpa memperhatikan mata pelajaran yang disampaikan.

2. Beberapa siswa sibuk dengan handphone masing-masing dan mengabaikan kegiatan belajar mengajar yang sedang berlangsung.


(10)

2

Dafid Munandar, 2013

3. Beberapa siswa sering meminta izin keluar masuk kelas dengan waktu yang cukup lama.

Kondisi tersebut menyebabkan suasana kelas menjadi tidak nyaman dan kurang kondusif karena suara gaduh oleh beberapa siswa di belakang, guru mengalami kendala pada saat penyampaian materi karena beberapa siswa meminta izin keluar masuk kelas, dan tingkat pemahaman siswa dalam menyerap materi yang diajarkan masih kurang.

Cara untuk mengatasi masalah tersebut, guru harus memberikan rangsangan yang berbeda dari metode sebelumnya agar siswa tidak mengalami kejenuhan dalam kegiatan belajar mengajar. Salah satunya dengan menggunakan model pembelajaran yang berbeda agar terciptanya keadaan kelas yang lebih menarik sehingga siswa akan cenderung bersifat aktif dalam kegiatan pembelajaran. Model pembelajaran problem solving dapat dijadikan sebagai alternatif untuk mengatasi permasalahan tersebut karena model pembelajaran ini tidak menitikberatkan pada metode konvensional.

Haerul Iman dalam penelitiannya tentang creative problem solving berpendapat bahwa “dengan model pembelajaran ini dapat menstimulasi siswa dalam berfikir melalui kemampuan memecahkan masalah sehingga dapat memperluas proses berfikir siswa”. (Haerul Iman, 2010: 18). Dengan anggapan seperti itu siswa diharapkan lebih tertarik dan termotivasi untuk mengikuti kegiatan pembelajaran karena menggunakan model penyampaian yang lebih menarik dan lain dari biasanya.


(11)

3

Berdasarkan uraian tersebut, peneliti tertarik melakukan penelitian dengan

judul “PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING

UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA

KOMPETENSI MENGGUNAKAN HASIL PENGUKURAN”.

1.2 Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang masalah tersebut, maka rumusan masalah pada penelitian ini yaitu : “Apakah Penerapan Model Pembelajaran Problem Solving Dapat Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa khususnya di SMK Karya Bhakti Pusdikpal Kota Cimahi pada Kompetensi Menggunakan Hasil Pengukuran ?”.

1.3 Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini perlu adanya pembatasan masalah agar dalam pembahasannya tepat menuju sasaran dan tidak menyimpang. Untuk menghindari meluasnya permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini, maka masalah penelitian akan dibatasi dengan pembatasan sebagai berikut:

1. Subjek penelitian siswa kelas X Program Keahlian Teknik Listrik 1. 2. Penelitian dilakukan pada Kompetensi Menggunakan Hasil Pengukuran 3. Pengukuran prestasi belajar yang dinilai dari aspek kognitif siswa. 4. Model pembelajaran yang digunakan yaitu problem solving. 5. Kriteria Ketuntasan Minimum yang dipakai adalah 70


(12)

4

Dafid Munandar, 2013

1.4 Tujuan Penelitian

Sejalan dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan penelitian, yaitu :

1. Untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa dengan menerapkan model pembelajaran problem solving.

2. Untuk mengetahui kendala dalam penerapan model pembelajaran

problem solving.

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut.

1. Bagi Guru

Mendapatkan wawasan dan pengalaman baru dalam menerapkan model pembelajaran yang variatif agar tercipta suasana kegiatan belajar mengajar yang menyenangkan bagi siswa.

2. Bagi Siswa

Melalui model pembelajaran problem solving, siswa dapat memunculkan ketertarikan terhadap belajar pola interaksi yang baik diantara siswa sehingga mampu meningkatkan prestasi belajar siswa.

3. Bagi Sekolah

Sebagai informasi dalam rangka meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam proses pembelajaran.


(13)

5

1.6 Metode Penelitian

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode pre-experimental

design dengan desain penelitian one group pretest-posttest design. Tahapan

metode ini yaitu sebelum diberi perlakuan terlebih dahulu kelas eksperimen diberikan tes awal (pretest) untuk mengetahui kemampuan awal siswa. Setelah diberi pretest selanjutnya kelas eksperimen diberikan perlakuan (treatment) yaitu dengan menggunakan problem solving sebagai model pembelajaran. Kemudian kelas eksperimen diberi tes akhir (posttest) untuk mengetahui ada atau tidaknya peningkatan prestasi belajar setelah digunakannya problem solving sebagai model pembelajaran.

1.7 Struktur Organisasi Skripsi

Struktur organisasi skripsi berperan sebagai pedoman bagi penulis agar penulisan laporan lebih terarah dan sistematis. Struktur organisasi skripsi yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu :

BAB I PENDAHULUAN, mengemukakan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, dan struktur organisai skripsi.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, mengemukakan tentang pengertian model pembelajaran, pengertian problem solving, pengertian prestasi belajar dan hipotesis penelitian.


(14)

6

Dafid Munandar, 2013

BAB III METODE PENELITIAN, mengemukakan tentang metode penelitian, paradigma penelitian, sampel dan populasi penelitian persiapan penelitian, teknik pengumpulan dan analisis data, pelaksanaan kegiatan pembelajaran, problem solving dalam kegiatan pembelajaran.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN, mengemukakan perolehan data setiap tindakan dan pembahasan hasil penelitian.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN, mengemukakan kesimpulan selama pelaksanaan penelitian dan saran yang diberikan.


(15)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Sugiyono (2006: 6) mengemukakan bahwa:

Metode penelitian pendidikan dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan, dan dibuktikan, suatu pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah dalam bidang pendidikan.

Dalam penelitian pendidikan, terdapat beberapa metode yang dapat digunakan sesuai dengan tujuannya. Menurut Suharsini Arikunto (2001: 25)

“Pada dasarnya metode yang digunakan dalam penelitian pendidikan ditinjau dari

segi tujuan dapat kita kelompokkan dalam tiga golongan yaitu metode deskriptif, metode historis, dan metode eksperimen”.

Suharsimi Arikunto (2007: 207) mengemukakan “Penelitian eksperimen merupakan penelitan yang dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya akibat

dari “sesuatu” yang dikenakan pada subjek selidik”. Dengan kata lain, penelitian eksperimen mencoba meneliti ada tidaknya hubungan sebab akibat, pada penelitian ini antara model pembelajaran dengan hasil belajar siswa. Secara umum, dikenal adanya dua jenis penelitian eksperimen, yaitu : true experiment (eksperimen murni) dan quasi experiment (eksperimen tidak murni).

Penelitian ini menggunakan eksperimen tidak murni dengan model one

group pretest posttest design yaitu eksperimen yang dilaksanakan pada satu


(16)

23

Dafid Munandar, 2013

tidak mengganggu kurikulum sekolah yang berlaku sehingga penelitian dilaksanakan pada satu kelompok, yaitu kelas tanpa ada kelompok pembanding.

3.2 Paradigma Penelitian

Paradigma dalam KBBI (2001: 828) adalah "Kerangka berpikir". Paradigma penelitian dibuat untuk memperjelas langkah atau alur penelitian dengan menggunakan kerangka penelitian secara keseluruhan. Diagram paradigma dan proses penelitian masing-masing diperlihatkan pada Gambar 3.1.

Latar belakang 1. Kurangnya bantuan media cetak guru dan

murid. 2. Hasil belajar siswa rata-rata masih belum

memenuhi KKM

Model pembelajaran

problem solving dapat dijadikan sebagai

alternatif untuk mengatasi permasalahan tersebut

Tujuan 1. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa dengan menerapkan model pembelajaran problem solving.

2. Untuk mengetahui kendala dalam penerapan model pembelajaran problem solving. Pelaksanaan model pembelajaran problem solving Instrumen tes Pre-test dan Post-test

Pencapaian hasil belajar kognitif siswa Kesimpulan

penelitian

Gambar 3.1 Paradigma Penelitian

Terkait dengan penelitian yang akan dilakukan, terlebih dahulu disusun rencana pelaksanaan pengajaran sesuai silabus yang berlaku, ringkasan materi, kemudian pemberian pre-test.


(17)

24

Pelaksanaan model pembelajaran problem solving meliputi pelaksanaan rencana yang telah disusun. Tindakan yang dilakukan dengan pembelajaran aktif

student centered (berpusat pada siswa) dengan guru berperan sebagai mentor

dalam pembelajaran.

Tes atau post-test merupakan tahap terakhir terhadap apa yang telah dilakukan dalam pembelajaran. Post-test digunakan sebagai tolak ukur keberhasilan penelitian. Post-test pada penelitian ini digunakan untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa karena peneliti hanya ingin mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa dari ranah kognitif sehingga dari tiap post-test ini bisa dilihat berapa persen jumlah siswa yang lolos KKM. Jika semakin banyak siswa yang melewati nilai KKM, maka prestasi belajar siswa dapat dikatakan meningkat.

3.3 Sampel dan Populasi Penelitian 3.3.1 Sampel Penelitian

Sampel menurut Sugiyono (2006: 118) adalah "Bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut". Suharsimi Arikunto (2002: 109) berpendapat sebagai berikut:

Untuk sekedar ancer-ancer maka apabila subyeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Kemudian apabila jumlah subyeknya besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih.

Berdasarkan pendapat tersebut, karena jumlah subyek penelitian pada penelitian ini relatif sedikit, yaitu dibawah 100 orang dan populasi pada penelitian


(18)

25

Dafid Munandar, 2013

ini berjumlah 34 orang, sehingga penelitian ini adalah penelitian populasi dengan alokasi waktu penelitian 6 jam dari total 12 jam untuk bahasan pengukuran dasar listrik pada kompetensi menggunakan hasil pengukuran.

3.3.2 Populasi Penelitian

Sugiyono (2006: 117) "Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya". Populasi pada penelitian adalah siswa kelas X Program Keahlian Teknik Listrik 1 SMK Karya Bhakti Pusdikpal Kota Cimahi yang berjumlah 34 siswa pada kompetensi menggunakan hasil pengukuran.

3.4 Persiapan Penelitian

Sebelum penelitian dilaksanakan dibuat instrumen penelitian yang akan dipakai pada penelitian ini, diantaranya RPP, lembar evaluasi dan catatan lapangan

3.5 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data 3.5.1 Teknik Pengumpulan Data

1. Tes pre-test dan post-test digunakan untuk mendapatkan data tentang prestasi belajar siswa.

2. Catatan lapangan digunakan untuk mngetahui temuan-temuan selama pelaksanaan dengan menerapkan model pembelajaran problem solving.


(19)

26

3.5.2 Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah teknik statistik karena data penelitian ini berupa data kuantitatif yang dilihat dari aspek kognitif siswa dari jenjang pemahaman dan penguasaan materi pada tingkatan pengetahuan, pemahaman, dan penerapan. Aspek ini dinilai berdasarkan hasil tes pada setiap tindakan, dengan instrumen yang digunakan adalah lembar tes kognitif.

Pengolahan data aspek kognitif dilakukan tiga tahap, tahap pertama untuk menguji normalitas data sebagai syarat untuk menggunakan pengolahan data dengan statistika parametrik. Tahap kedua mencari gain ternormalisasi. Tahap ketiga dilakukan uji hipotesis yang telah dirumuskan dengan menggunakan rumus uji-Z untuk menguji hipotesis penelitian.

1. Normalitas Data

Setelah mendapatkan data yang merupakan hasil dari nilai pre-test dan

post-test, data tersebut diuji kenormalannya sebelum dianalisis lebih lanjut. Uji statistik

yang digunakan adalah dengan (chi square) yang ditunjukkan pada Rumus 3.1.

Rumus 3.1 (Sumarna, 2002: 124)

dengan = harga chi kuadrat, = frekuensi hasil pengamatan, = frekuensi yang diharapkan, k = jumlah kelas interval.

Derajat kebebasan yang digunakan untuk uji ini adalah df = k-3. Kriteria pengujian normalitas menurut Sumarna (2002: 126) “Jika < ,


(20)

27

Dafid Munandar, 2013

maka data terdistribusi normal. Pada keadaan lain, data tidak berdistribusi

normal”. Harga chi kuadrat tabel dapat dicari dengan cara = .

2. Gain Ternormalisasi (Normalize Gain)

Uji gain dilakukan untuk melihat peningkatan prestasi belajar siswa antara sebelum dan sesudah digunakan model pembelajaran problem solving. Gain menurut bahasa adalah pengingkatan. Pada kegiatan penelitian menentukan gain tidaklah mudah, dengan menggunakan gain absolut (selisih antara pre-test dan

post-test) belum bisa menyatakan bahwa gain yang dicapai oleh seorang siswa

cukup tinggi atau rendah.

Richard Hake mengembangkan sebuah alternatif untuk menjelaskan gain yang disebut Normalize Gain (gain ternormalisasi). Konsep dari gain ternormalisasi adalah untuk mengetahui normalisasi gain yang dihasilkan. Gain ternormalisasi dihitung dengan Rumus 3.2.

Rumus 3.2 (Hake, 1998: 3) Gain ternormalisasi menurut Hake (1998: 3) dicantumkan pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1

Klasifikasi Gain Ternormalisasi

Kriteria Gain

Tinggi 70% ≤ G

Sedang 30% ≤ G < 70%

Rendah G < 30%


(21)

28

3. Uji Hipotesis

Hipotesis yang akan dihadapi terbagi menajdi dua, yaitu dan . atau hipotesis nol memprediksi bahwa problem solving dianggap tidak dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada aspek kognitif, apabila kurang dari 70% siswa yang mencapai nilai KKM. Dan atau hipotesis alernatif: “Problem solving dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada aspek kognitif, apabila

70% siswa atau lebih telah mencapai nilai KKM yaitu”.

Pengujian hipotesis dilakukan dengan menguji kredibilitas dari dengan kriteria apabila < - maka diterima, apabila yang terjadi ≥ - maka ditolak dan diterima. Rumus yang digunakan untuk uji-Z

adalah Rumus 3.3 dan penentuan dengan Rumus 3.4.

Rumus 3.3 (Subana et. al 2000: 128)

dengan x = Banyaknya siswa yang memenuhi KKM, n = Jumlah seluruh siswa peserta tes, p = Proporsi nilai KKM, Z = Nilai absolut Z.


(22)

29

Dafid Munandar, 2013

3.6 Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran 3.6.1 Tindakan Pertama

Tindakan pertama dilaksanakan pada tanggal 7 Mei 2013. Jumlah siswa yang hadir sebanyak 34 siswa. Guru menggunakan model pembelajaran problem

solving sesuai dengan materi yang akan diberikan dengan mengacu pada rencana

pelaksanaan pembelajaran. Selain itu model problem solving dapat menarik minat siswa dalam pembelajaran karena model ini memang tidak diaplikasikan sebelumnya. Untuk lebih jelasnya mengenai tindakan pertama sebagai berikut:

1. Guru memberikan gambaran materi yang akan disampaikan. 2. Guru menjeaskan langkah-langkah problem solving.

3. Siswa menyimak pembelajaran.

4. Setelah guru memberikan gambaran materi yang akan disampaikan, guru memberikan permasalahan secara menyeluruh terhadap rencana permasalahan dari materi bahan ajar yang akan diselesaikan menggunakan langkah-langkah problem solving.

Permasalahan Problem Solving  Definisi macam-macam alat ukur.

 Menjelaskan macam-macam alat ukur sesuai dengan fungsinya terhadap pengukuran.

 Menggunakan AVOmeter dengan skala yang benar sesuai dengan komponen elektronika yang akan diukur.


(23)

30

 Menganalisis simbol-simbol komponen elektronika yang dipakai dalam pengukuran listrik.

 Mampu menggunakan alat ukur dengan benar.

 Mengukur tegangan, arus dan hambatan menggunakan alat ukur.

 Menganalisis rangkaian pengukuran sederhana.

5. Siswa menerapkan langkah-langkah problem solving untuk menyelesaikan masalah pengukuran diataas.

6. Setelah siswa menganalisis pemasalahan tersebut dengan arahan dari guru siswa memberikan pendapat atau solusi dari permasalahan tersebut kemudian menjelaskan kembali didepan kelas sesuai dengan hasil solusi dari permasalahan yang diberikan oleh guru.

7. Kemudian siswa mengerjakan evaluasi soal yang diberikan oleh guru berupa soal pilihan ganda sebanyak 15 butir soal.

3.6.2 Tindakan Kedua

Tindakan pertama dilaksanakan pada tanggal 14 Mei 2013. Pada pelaksanaan tindakan kedua tidak jauh berbeda dengan tindakan pertama. Jika pemberian masalah yang pada tindakan pertama diberikan secara langsung, berbeda pada pelaksanaan tindakan kedua permasalahan diberikan oleh guru setelah penyampaian gambaran materi persub pokok bahasan dalam pelajaran pengukuran dasar listrik dan guru juga memberikan permasalah dalam bentuk pertanyaan langsung yang kemudian dijawab langsung juga oleh siswa sehingga bentuk permasalahan lebih banyak dari permasalahan pada tindakan pertama,


(24)

31

Dafid Munandar, 2013

tentu nya permasalahan yang langsung diberika itu diluar permasalahan yang sudah ada dengan mengacu pada materi bahan ajar yang disampaikan

Permasalahan Problem Solving

 Guru memberikan rangkaian sederhana

 Guru menjelaskan secara singkat garis besar definisi alat ukur Permasalahan : Definisi macam-macam alat ukur.

 Guru menjelaskan secara singkat garis besar fungsi alat ukur

Permasalahan : Menjelaskan macam-mascam alat ukur sesuai dengan fungsinya terhadap pengukuran.

 Guru menjelaskan cara mengatur skala pada alat ukur

Permasalahan : Menggunakan AVOmeter dengan skala yang benar sesuai dengan komponen elektronika yang akan diukur.

 Guru menjelaskan simbol komponen elektronika yang akan diukur

Permasalahan : Menganalisis simbol-simbol komponen elektronika yang dipakai dalam pengukuran listrik.

 Guru menjelaskan secara singkat garis besar penggunaan alat ukur. Permasalahan : Mampu menggunakan alat ukur dengan benar.

 Guru menjelaskan secara singkat garis besar mengukur tegangan, arus dan hambatan.

Permasalahan : Mengukur tegangan, arus dan hambatan.

 Guru menjelaskan secara singkat rangkaian pengukuran sederhana permasalahan : Menganalisis rangkaian pengukuran sederhana.


(25)

32

Setelah siswa mengalaisis pemasalahan tersebut dengan arahan dari guru siswa memberikan pendapat atau solusi dari permasalahan tersebut kemudian menjelaskan kembali didepan kelas sesuai dengan hasil solusi dari permasalahan yang diberikan oleh guru. Kemudian siswa mengerjakan evaluasi soal yang diberikan oleh guru berupa soal pilihan ganda sebanyak 15 butir soal.

Demikian gambaran secara singkat pelaksanaan dengan model problem solving yang dipakai sebagai model pembelajaran pada penelitian tindakan kelas dari tindakan pertama dan tindakan kedua.


(26)

33

Dafid Munandar, 2013

Tahap Identifikasi Masalah

Siswa belum memahami alat ukur volt meter dan ampermeter.

Guru menjelaskan dan mendefinisikan voltmeter dan ampermeter.

Tahap Penyajian Masalah

Bagaimana menggunakan alat ukur voltmeter dan digunakan untuk mengukur?

Tahap

Perencanaan Pemecahan Masalah

Guru membimbing menyusun kerangka pemecahan

Mengetahui voltmeterFungsi voltmeter

Cara menggunakan voltmeter Tahap

Menerapkan Perencanaan Masalah

Mengambil siswa secara acak untuk mempraktekkan cara menggunakan voltmeter

Tahap Menilai Perencanaan

Masalah

Tahap

Menilai Hasil Pemecahan

Apakah penyelesaian masalah sudah benar?

Siswa mengerjakan soal post test Problem Solving

Pengukuran

Gambar 3.2 Diagram problem solving pengukuran

Dari gambar diatas berikut gambaran umum problem solving terhadap mata pelajaran pengukuran:

1. Tahap Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah adalah proses pengenalan masalah.

Setelah siswa mengerjakan soal pre-test, siswa masih belum memahami materi pelajaran.


(27)

34

 Siswa : saya merasa belum memahami alat ukur volt meter dan ampermeter.

 Guru menjelaskan dan mendefinisikan voltmeter dan ampermeter.

2. Tahap Penyajian Masalah

Bagaimana menggunakan alat ukur voltmeter dan digunakan untuk mengukur??

3. Tahap Perencanaan Pemecahan Masalah

Tahap ini guru membimbing menyusun kerangka pemecahan masalah dari permasalahan pada tahap dua.

Contoh: Kerangka pemecahan. - Mengetahui voltmeter.

- Fungsi voltmeter.

- Cara menggunakan voltmeter.

4. Tahap Menerapkan Perencanaan Masalah

Pada tahap ini guru mengambil siswa secara acak untuk mempraktekan secara langsung bagaimana cara menggunakan voltmeter, kemudian ditunjukan kepada siswa yang lainya.

5. Tahap Menilai Perencanaan Masalah

Setelah siswa mengaplikasikan penerapan perencanaan. Siswa menilai


(28)

35

Dafid Munandar, 2013

dengan dibimbing dari guru yang nantinya dipakai pada tahap menilai hasil pemecahan.

6. Tahap Menilai Hasil Pemecahan

Pada tahap menilai hasil pemecahan guru membimbing siswa dengan memberikan tanggapannya terhadap hasil penilaian siswa pada tahapan menilai perencanaan. Kemudian untuk mengukur keberhasilan pembelajaran guru mengadakan evaluasi post-test.


(29)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Penggunaan model pembelajaran problem solving dapat meningkatkan

prestasi belajar siswa yang diukur dari KKM. Hal ini dilihat dari perolehan jumlah siswa yang lebih dari 70% telah memenuhi syarat standar KKM

2. Pelaksanaan model pembelajaran problem solving menemui beberapa kendala yaitu guru belum terbiasa menyajikan materi pelajaran dengan menggunakan model pembelajaran problem solving sehingga tidak sesuai terhadap waktu yang telah dialokasikan, begitu juga dengan siswa belum terbiasa dengan model pembelajaran problem solving.

3. Gain yang didapat pada tindakan pertama masih dikategorikan ‘rendah’

yaitu 8,02%, kemudian pada tindakan kedua gain yang didapat meningkat menjadi kategori ‘sedang’ yaitu 38,89%.

4. Hipotesis alternatif H1 diterima yaitu Problem solving dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada aspek kognitif, apabila 70% siswa atau lebih telah mencapai nilai KKM.


(30)

50

Dafid Munandar, 2013

5.2 Saran

Mengingat penerapan model pembelajaran problem solving telah terbukti dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, maka hendaknya untuk penelitian selanjutnya diharapkan adanya inovasi pembelajaran yang baru dengan metode lain yang lebih sesuai dengan materi yang akan diberikan kepada siswa sehingga diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajarn yang lebih baik.

Dan untuk model pembelajaran problem solving sendiri diharapkan dapat dilakukan secara berkesinambungan tidak hanya untuk mata pelajaran dasar pengukuran listrik tetapi bisa dipakai untuk mata pelajaran yang lain.


(31)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Aunurrahman. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Depdiknas. (2001). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Hake, Richard. R. (1998). “Interactive-engagement vs traditional methods: A

six-thousandstudent survey of mechanics test data for introductory physics

courses”. American Journal of Physics : Indiana

Iman, Haerul. (2010). Pengaruh Model Creative Problem Solving Berbasis

Konstekutal Terhadap Kompetensi Strategik Siswa SMP Dalam Belajar Matematika. Skripsi. Tidak diterbitkan. Jurusan Pendidikan Matematika.

FPMIPA UPI.

Kusnandar. (2011). Langkah Mudah Penelitian kuantitatif Sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta : PT. Rafagrafindo Persada.

Nurhasan, dkk. (2088). Modul mata kuliah statistika. Bandung: FPOK UPI

Perdamean, Toto. (2011). Model Pembelajaran Untuk Efisiensi dan Efektivitas

Pembelajaran. [online]. Tersedia:

http://edukasi.kompasiana.com/2011/09/20/model-pembelajaran-untuk-efisiensi-dan-efektivitas-pembelajaran-394943.html [7 Februari 2013] Sejathi. (2013). Karakteristik Model Pembelajaran. [online]. Tersedia:

http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2129625-karakteristik-model-pembelajaran/ [7 Februari 2013]

Subana, et.al. (2000). Statistik Pendidikan. Bandung : Pustaka Setia.

Sudjana, Nana. (2009). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Surapranata, Sumarna. (2006). Analisis, Validitas, Reliabilitas dan Interpretasi

Hasil Tes implementasi kurikulum 2004. Bandung : PT Remaja Rosdakarya

Trianto. (2009). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.


(32)

52

Dafid Munandar, 2013

Universitas Pendidikan Indonesia. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI.

Waena, Made. (2011). Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta : Bumi Aksara.

Wahyono, Budi. (2013). Definisi Dan Jenis Model Pembelajaran. [online]. Tersedia: http://pend-ekonomi.blogspot.com/2012/07/definisi-dan-jenis-model-pembelajaran.html [7 Februari 2013]

Warsita, B. (2008). Teknologi Pembelajaran (Landasan & Aplikasinya). Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Wibowo, Septi Adi. (2010). Penggunaan Media Film Dan Metode Bermain Peran

Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Tentang Sejarah Proklamasi Indonesia. Skripsi pada PPS UPI Bandung: Tidak diterbitkan. Jurusan

Pendidikan Guru Sekolah Dasar. FIP UPI.

Wiryanto, Agus. (2010). Prinsip, Pendekatan, Metode, Teknik, Strategi, Dan

Model Pembelajaran. [online]. Tersedia:

http://aguswuryanto.wordpress.com/2010/07/20/prinsip-pendekatan-metode-teknik-strategi-dan-model-pembelajaran/ [7 Februari 2013]


(1)

Dafid Munandar, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Problem Solving Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Kompetensi Menggunakan Hasil Pengukuran

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

 Siswa : saya merasa belum memahami alat ukur volt meter dan ampermeter.

 Guru menjelaskan dan mendefinisikan voltmeter dan ampermeter.

2. Tahap Penyajian Masalah

Bagaimana menggunakan alat ukur voltmeter dan digunakan untuk mengukur??

3. Tahap Perencanaan Pemecahan Masalah

Tahap ini guru membimbing menyusun kerangka pemecahan masalah dari permasalahan pada tahap dua.

Contoh: Kerangka pemecahan.

- Mengetahui voltmeter. - Fungsi voltmeter.

- Cara menggunakan voltmeter.

4. Tahap Menerapkan Perencanaan Masalah

Pada tahap ini guru mengambil siswa secara acak untuk mempraktekan secara langsung bagaimana cara menggunakan voltmeter, kemudian ditunjukan kepada siswa yang lainya.

5. Tahap Menilai Perencanaan Masalah

Setelah siswa mengaplikasikan penerapan perencanaan. Siswa menilai


(2)

35

dengan dibimbing dari guru yang nantinya dipakai pada tahap menilai hasil pemecahan.

6. Tahap Menilai Hasil Pemecahan

Pada tahap menilai hasil pemecahan guru membimbing siswa dengan memberikan tanggapannya terhadap hasil penilaian siswa pada tahapan menilai perencanaan. Kemudian untuk mengukur keberhasilan pembelajaran guru mengadakan evaluasi post-test.


(3)

49

Dafid Munandar, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Problem Solving Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Kompetensi Menggunakan Hasil Pengukuran

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Penggunaan model pembelajaran problem solving dapat meningkatkan

prestasi belajar siswa yang diukur dari KKM. Hal ini dilihat dari perolehan jumlah siswa yang lebih dari 70% telah memenuhi syarat standar KKM

2. Pelaksanaan model pembelajaran problem solving menemui beberapa kendala yaitu guru belum terbiasa menyajikan materi pelajaran dengan menggunakan model pembelajaran problem solving sehingga tidak sesuai terhadap waktu yang telah dialokasikan, begitu juga dengan siswa belum terbiasa dengan model pembelajaran problem solving.

3. Gain yang didapat pada tindakan pertama masih dikategorikan ‘rendah’

yaitu 8,02%, kemudian pada tindakan kedua gain yang didapat meningkat menjadi kategori ‘sedang’ yaitu 38,89%.

4. Hipotesis alternatif H1 diterima yaitu Problem solving dapat

meningkatkan prestasi belajar siswa pada aspek kognitif, apabila 70% siswa atau lebih telah mencapai nilai KKM.


(4)

50

5.2 Saran

Mengingat penerapan model pembelajaran problem solving telah terbukti dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, maka hendaknya untuk penelitian selanjutnya diharapkan adanya inovasi pembelajaran yang baru dengan metode lain yang lebih sesuai dengan materi yang akan diberikan kepada siswa sehingga diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajarn yang lebih baik.

Dan untuk model pembelajaran problem solving sendiri diharapkan dapat dilakukan secara berkesinambungan tidak hanya untuk mata pelajaran dasar pengukuran listrik tetapi bisa dipakai untuk mata pelajaran yang lain.


(5)

51

Dafid Munandar, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Problem Solving Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Kompetensi Menggunakan Hasil Pengukuran

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Aunurrahman. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Depdiknas. (2001). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Hake, Richard. R. (1998). “Interactive-engagement vs traditional methods: A

six-thousandstudent survey of mechanics test data for introductory physics courses”. American Journal of Physics : Indiana

Iman, Haerul. (2010). Pengaruh Model Creative Problem Solving Berbasis

Konstekutal Terhadap Kompetensi Strategik Siswa SMP Dalam Belajar Matematika. Skripsi. Tidak diterbitkan. Jurusan Pendidikan Matematika.

FPMIPA UPI.

Kusnandar. (2011). Langkah Mudah Penelitian kuantitatif Sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta : PT. Rafagrafindo Persada.

Nurhasan, dkk. (2088). Modul mata kuliah statistika. Bandung: FPOK UPI

Perdamean, Toto. (2011). Model Pembelajaran Untuk Efisiensi dan Efektivitas

Pembelajaran. [online]. Tersedia:

http://edukasi.kompasiana.com/2011/09/20/model-pembelajaran-untuk-efisiensi-dan-efektivitas-pembelajaran-394943.html [7 Februari 2013] Sejathi. (2013). Karakteristik Model Pembelajaran. [online]. Tersedia:

http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2129625-karakteristik-model-pembelajaran/ [7 Februari 2013]

Subana, et.al. (2000). Statistik Pendidikan. Bandung : Pustaka Setia.

Sudjana, Nana. (2009). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Surapranata, Sumarna. (2006). Analisis, Validitas, Reliabilitas dan Interpretasi

Hasil Tes implementasi kurikulum 2004. Bandung : PT Remaja Rosdakarya

Trianto. (2009). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.


(6)

52

Universitas Pendidikan Indonesia. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI.

Waena, Made. (2011). Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta : Bumi Aksara.

Wahyono, Budi. (2013). Definisi Dan Jenis Model Pembelajaran. [online]. Tersedia: http://pend-ekonomi.blogspot.com/2012/07/definisi-dan-jenis-model-pembelajaran.html [7 Februari 2013]

Warsita, B. (2008). Teknologi Pembelajaran (Landasan & Aplikasinya). Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Wibowo, Septi Adi. (2010). Penggunaan Media Film Dan Metode Bermain Peran

Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Tentang Sejarah Proklamasi Indonesia. Skripsi pada PPS UPI Bandung: Tidak diterbitkan. Jurusan

Pendidikan Guru Sekolah Dasar. FIP UPI.

Wiryanto, Agus. (2010). Prinsip, Pendekatan, Metode, Teknik, Strategi, Dan

Model Pembelajaran. [online]. Tersedia:

http://aguswuryanto.wordpress.com/2010/07/20/prinsip-pendekatan-metode-teknik-strategi-dan-model-pembelajaran/ [7 Februari 2013]