PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DENGAN READING INFUSION UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMP.
Melya Dwi Gardiantari, 2013
Penerapan strategi pembelajaran problem solving dengan reading infusion untuk meningkatkan prestasi belajar siswa SMP.
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DENGAN READING INFUSION UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI
BELAJAR SISWA SMP
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
Oleh
MELYA DWI GARDIANTARI 0801297
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
(2)
PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN
PROBLEM SOLVING
DENGAN
READING
INFUSION
UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI
BELAJAR SISWA SMP
Oleh
Melya Dwi Gardiantari
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
© Melya Dwi Gardiantari 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Mei 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.
(3)
LEMBAR PENGESAHAN
PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DENGAN
READING INFUSION UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR
SISWA SMP
Oleh :
Melya Dwi Gardiantari 0801297
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING :
Pembimbing I,
Drs. Agus Danawan, M.Si NIP. 196302221987031001
Pembimbing II,
Dr. Selly Feranie, M.Si NIP. 197411081999032004
Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Fisika
(4)
Melya Dwi Gardiantari, 2013
Penerapan strategi pembelajaran problem solving dengan reading infusion untuk meningkatkan prestasi belajar siswa SMP.
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DENGAN READING INFUSION UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI
BELAJAR SISWA SMP
Melya Dwi Gardiantari NIM. 0801297
Pembimbing I : Drs. Agus Danawan, M.Si Pembimbing II : Dr. Selly Feranie, M.Si Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA-UPI
ABSTRAK
Berdasarkan hasil studi pendahuluan di salah satu SMP Negeri di Bandung menunjukkan bahwa prestasi belajar fisika belum memuaskan dan rendahnya minat baca siswa. Minat baca dan prestasi belajar siswa yang rendah menjadi faktor yang berpengaruh terhadap kurangnya kemampuan membaca, pengetahuan awal, serta kemampuan berpikir siswa. Dalam proses pembelajaran, siswa lebih banyak menerima informasi sehingga siswa menjadi pasif dan kurang terlibat dalam kegiatan pembelajaran. Salah satu solusi untuk mengatasi masalah yang ditemukan adalah dengan menerapkan strategi pembelajaran problem solving dengan reading infusion. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa setelah diterapkannya strategi pembelajaran problem solving dengan reading infusion. Reading infusion merupakan kegiatan membaca artikel dan dibimbing dengan menggunakan salah satu teknik membaca. Teknik membaca yang digunakan yaitu teknik membaca SQ3R (survey, question, read,
recite, review). Reading infusion ini dilakukan sebelum dilaksanakannya
pembelajaran dengan strategi problem solving. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu quasi experiment sedangkan desain penelitian yang digunakan yaitu One Group Pretest-Posttest Design. Penelitian ini dilakukan di kelas IX pada salah satu SMP Negeri di Bandung. Pengambilan data untuk mengukur peningkatan prestasi belajar siswa dilakukan dengan menggunakan instrumen tes dalam bentuk pilihan ganda. Hasil penelitian yang dilakukan pada 31 orang siswa menunjukkan adanya peningkatan prestasi belajar siswa dengan rata-rata gain yang dinormalisasi <g> sebesar 0,55 dan termasuk dalam kategori sedang.
(5)
Melya Dwi Gardiantari, 2013
Penerapan strategi pembelajaran problem solving dengan reading infusion untuk meningkatkan prestasi belajar siswa SMP.
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
IMPLEMENTATION OF PROBLEM SOLVING STRATEGIES WITH READING INFUSION TO IMPROVE LEARNING ACHIEVEMENT OF
JUNIOR HIGH SCHOOL STUDENTS
Melya Dwi Gardiantari NIM. 0801297
ABSTRACT
Based on the results of preliminary studies in one of the Junior High School in Bandung shows that learning achievement of physics has not been satisfactory and students' lack of interest in reading. Interest in reading and low student achievement into factors that influence the lack of reading ability, prior knowledge, and students' thinking skills. In the learning process, students receive much more information so that students become passive and less engaged in learning activities. One solution to solve the problems is found by applying problem solving strategies with reading infusion. This study aims to determine the increase in student achievement after the implementation of problem solving strategies with reading infusion. Reading infusion is reading activities with an article and guided using one of the reading techniques. Techniques used to read the SQ3R reading technique (survey, question, read, recite, review). Reading infusion was performed before the implementation of learning with problem solving strategy. The method used in this study is a quasi experiment while the research design used was One Group Pretest-Posttest Design. The research was conducted in class IX at one junior high school in Bandung. Retrieval of data to measure improvement of student achievement used tests instrument in the form of multiplechoice. Results of research conducted on 31 students showed an increase in learning achievement with an average of normalized gain <g> = 0.55 and included in the medium category.
(6)
Melya Dwi Gardiantari, 2013
Penerapan strategi pembelajaran problem solving dengan reading infusion untuk meningkatkan prestasi belajar siswa SMP.
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
vi DAFTAR ISI
PERNYATAAN ... i
ABSTRAK ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Identifikasi dan Rumusan Masalah ... 6
1. Identifikasi Masalah ... 6
2. Rumusan Masalah ... 6
3. Batasan Masalah ... 6
4. Variabel Penelitian ... 7
5. Definisi Operasional ... 7
C. Tujuan Penelitian ... 8
D. Manfaat Penelitian ... 9
E. Struktur Organisasi Skripsi ... 9
BAB II STRATEGI PROBLEM SOLVING DENGAN READING INFUSION DAN KETERKAITANNYA DENGAN PRESTASI BELAJAR A. Pembelajaran Problem Solving ... 10
B. Reading Infusion ... 15
C. Prestasi Belajar ... 19
D. Kaitan Strategi Problem Solving dengan Reading Infusion dan Prestasi Belajar ... 22
(7)
Melya Dwi Gardiantari, 2013
Penerapan strategi pembelajaran problem solving dengan reading infusion untuk meningkatkan prestasi belajar siswa SMP.
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
vii
A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 24
B. Desain Penelitian ... 24
C. Metode Penelitian ... 25
D. Prosedur Penelitian ... 25
E. Instrumen Penelitian ... 28
F. Teknik Pengumpulan Data ... 29
G. Analisis Instrumen Penelitian ... 29
H. Hasil Uji Coba Instrumen Tes ... 33
I. Teknik Pengolahan Data ... 35
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Pembelajaran ... 38
B. Keterlaksanaan Pembelajaran Strategi Problem Solving dengan Reading Infusion ... 39
C. Hasil Penelitian ... 43
D. Pembahasan ... 45
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 51
B. Saran ... 51
DAFTAR PUSTAKA ... 53
(8)
Melya Dwi Gardiantari, 2013
Penerapan strategi pembelajaran problem solving dengan reading infusion untuk meningkatkan prestasi belajar siswa SMP.
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
viii DAFTAR TABEL
Tabel
2. 1 Tahapan Membaca dengan Teknik SQ3R ... 18
2. 2 Kaitan Reading Infusion dengan Teknik SQ3R dan Prestasi Belajar yang Dapat Tergali ... 22
2. 3 Kaitan Strategi Problem Solving dan Prestasi Belajar yang Dapat Tergali ... 23
3.1 Desain Penelitian ... 24
3.2 Interpretasi Validitas Butir Soal ... 30
3.3 Interpretasi Reliabilitas Tes ... 31
3.4 Interpretasi Tingkat Kesukaran ... 32
3.5 Interpretasi Daya Pembeda ... 33
3.6 Rekapitulasi Validitas, Tingkat Kesukaran, dan Daya Pembeda Tiap Butir Soal ... 33
3.7 Interpretasi Nilai Gain yang Dinormalisasi ... 36
3.8 Klasifikasi Persentase Keterlaksanaan Pembelajaran ... 37
4.1 Rekapitulasi Hasil Observasi Keterlaksanaan Strategi Problem Solving ... 41
4.2 Data Hasil Tes Prestasi Belajar Siswa ... 43
(9)
Melya Dwi Gardiantari, 2013
Penerapan strategi pembelajaran problem solving dengan reading infusion untuk meningkatkan prestasi belajar siswa SMP.
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
ix DAFTAR GAMBAR
Gambar
3.1 Alur Penelitian ... 27
4.1 Diagram Persentase Keterlaksanaan Strategi Problem Solving ... 41
4.2 Diagram Peningkatan Prestasi Belajar Siswa ... 43
4.3 Diagram Rata-Rata Skor Prestasi Belajar Siswa Tiap Aspek Kognitif ... 44
(10)
Melya Dwi Gardiantari, 2013
Penerapan strategi pembelajaran problem solving dengan reading infusion untuk meningkatkan prestasi belajar siswa SMP.
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
x DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
A. Perangkat Pembelajaran ... 56
A.1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 57
A.2. Skenario Pembelajaran ... 60
A.3. Lembar Kegiatan Siswa ... 76
A.4. Artikel Bacaan ... 90
B. Instrumen Penelitian ... 105
B.1. Kisi-Kisi Instrumen Tes Prestasi Belajar ... 106
B.2. Instrumen Tes Prestasi Belajar ... 117
B.3. Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran ... 122
B.4. Lembar Observasi Keterlaksanaan Kegiatan Reading Infusion ... 124
C. Analisis Uji Coba Instrumen ... 125
C.1. Hasil Analisis Uji Coba Soal Tes Prestasi Belajar ... 126
C.2. Lembar Judgment Instrumen Tes Prestasi Belajar ... 128
D. Analisis Hasil Penelitian ... 134
D.1. Distribusi Skor Pretest dan Posttest Prestasi Belajar Siswa ... 135
D.2. Skor N-gain Tes Prestasi Belajar Siswa ... 137
D.3. Hasil Analisis Keterlaksanaan Pembelajaran dan Keterlaksanaan Kegiatan Reading Infusion ... 140
E. Dokumentasi Penelitian ... 141
E.1. Data Studi Pendahuluan ... 142
E.2. Dokumen Penelitian ... 149
(11)
Melya Dwi Gardiantari, 2013
Penerapan strategi pembelajaran problem solving dengan reading infusion untuk meningkatkan prestasi belajar siswa SMP.
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Abad ke-21 dikenal dengan abad pengetahuan karena pengetahuan akan menjadi landasan utama segala aspek kehidupan. Di abad 21 ini kemampuan belajar, kemampuan berpikir, membuat keputusan, dan memecahkan masalah sangat diperlukan dalam kehidupan. Selain itu juga setiap pelajaran tidak luput dari kegiatan membaca dan menulis, tidak terkecuali dengan pelajaran IPA. Dengan pendidikan IPA diharapkan dapat memberikan pengalaman nyata kepada siswa dan membantu untuk mengembangkan pemahaman dan kemampuan berpikir, sehingga siswa dapat menjelajahi dan memahami alam sekitar serta dengan lebih banyak membaca akan menambah pengetahuan siswa. Hal ini sejalan dengan Permen No.22 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang menyatakan:
Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan melalui observasi yang telah dilakukan di salah satu SMP Negeri di Bandung dalam mata pelajaran IPA khususnya fisika bahwa secara umum menunjukkan proses pembelajaran masih menekankan tingkat hapalan dari sekian banyak materi atau pokok bahasan tanpa diikuti dengan pemahaman yang bisa diterapkan siswa ketika berhadapan dengan situasi nyata dalam kehidupannya. Pembelajaran hanya sampai siswa memperoleh pengetahuan saja sehingga kurang menggali dan mengembangkan kemampuan berpikir siswa dan juga kurang melatihkan kemampuan untuk memecahkan masalah. Siswa hanya memiliki pengetahuan untuk menyelesaikan soal-soal latihan saja tanpa bisa mengaitkan atau
(12)
Melya Dwi Gardiantari, 2013
Penerapan strategi pembelajaran problem solving dengan reading infusion untuk meningkatkan prestasi belajar siswa SMP.
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
2
menerapkan pengetahuan tersebut pada kehidupan sehari-hari. Kegiatan pembelajaran masih didominasi oleh guru, siswa hanya memperhatikan dan cenderung pasif tanpa banyak terlibat dalam kegiatan pembelajaran serta lebih banyak berperan sebagai penerima informasi saja, hanya beberapa siswa yang menjawab pertanyaan yang dilontarkan guru. Dengan pembelajaran semacam itu pengetahuan yang diperoleh siswa menjadi tidak berbekas dan kurang melatihkan kemampuan berpikir siswa sehingga proses pembelajaran menjadi tidak konseptual dan bermakna. Hasil wawancara juga menyebutkan bahwa kegiatan praktikum tidak terlalu sering dilakukan dikarenakan keterbatasan alat-alat yang dimiliki sekolah.
Prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA masih belum memuaskan atau bisa dikatakan masih rendah. Hal ini bisa dilihat dari nilai ulangan siswa yang menunjukkan nilai rata-rata siswa adalah 60,88 dan hanya 35,29 % siswa yang telah mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimal sebesar 70.
Selain prestasi belajar siswa yang masih rendah, minat baca siswa terutama pada buku pelajaran IPA juga bisa dikatakan rendah. Hal ini ditunjukkan berdasarkan hasil angket yang diketahui bahwa hanya 47,05 % siswa suka membaca, 26,47 % siswa suka membaca buku pelajaran, dan 38,23 % siswa membaca buku pelajaran sebelum pelajaran dimulai. Dari hasil angket tersebut terlihat minat baca siswa terhadap buku pelajaran bisa dikatakan masih rendah, padahal membaca merupakan hal yang sangat penting dalam pembelajaran, karena dengan membaca akan banyak membantu siswa dalam belajar dan mendapat informasi serta memahami isi bacaan selain hanya menerima informasi dari guru saja. Kurangnya siswa membaca buku pelajaran di rumah atau sebelum pembelajaran di sekolah juga mengindikasikan bahwa pengetahuan awal siswa terhadap materi yang akan dipelajari juga rendah. Dari hasil wawancara pada beberapa orang siswa diperoleh bahwa siswa malas membaca buku pelajaran dikarenakan buku yang terlalu tebal, konten dari buku kurang menarik untuk dibaca dan bahasa yang rumit sehingga sulit untuk dimengerti,
(13)
Melya Dwi Gardiantari, 2013
Penerapan strategi pembelajaran problem solving dengan reading infusion untuk meningkatkan prestasi belajar siswa SMP.
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
3
cenderung lebih menyukai buku-buku bergambar yang menarik sedangkan konten buku itu sendiri hanya berupa tulisan-tulisan yang membuat siswa tidak berminat untuk membacanya.
Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan sebelumnya, siswa menjadi kurang terfasilitasi untuk melatihkan kemampuannya dan juga kurang termotivasi dalam membaca sehingga berdampak pada prestasi belajar siswa. Maka dari itu, perlu diupayakan mempelajari IPA yang lebih bermakna dan melatihkan kemampuan berpikir siswa dengan menemukan cara pembelajaran yang lebih efektif dan inovatif juga memotivasi siswa agar sering membaca sehingga bisa menerapkan konsep dalam permasalahan di kehidupan sehari-hari, salah satunya adalah problem solving. Dalam pembelajaran dengan problem solving diberikan masalah-masalah yang ada dalam kehidupan sehari-hari, kemudian dihubungkan dengan konsep dalam menyelesaikannya. Aktivitas pemecahan masalah juga akan menstimulasi dan mengembangkan keterampilan berpikir dan bernalar (Alim, 2008: 39).
Pembelajaran problem solving sangat penting untuk dilakukan pada kegiatan pembelajaran, karena dalam belajar, siswa cepat lupa jika hanya dijelaskan secara lisan, mereka ingat jika diberikan contoh, dan memahami jika diberikan kesempatan mencoba menyelesaikan masalah. Ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Joyce et
al (2009:426) “secara keseluruhan semakin sering seseorang mempraktikan sebuah skill, maka akan semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk melupakannya”.
Apabila strategi pembelajaran problem solving digunakan secara efektif dalam proses pembelajaran maka proses pembelajaran akan menjadi lebih bermakna. Jika pembelajaran yang diterima siswa bermakna, maka diharapkan prestasi belajar siswa bisa meningkat.
Selain itu juga diperlukan sesuatu yang baru untuk memotivasi siswa dalam membaca. Salah satu caranya dengan diberikan kegiatan membaca atau reading
(14)
Melya Dwi Gardiantari, 2013
Penerapan strategi pembelajaran problem solving dengan reading infusion untuk meningkatkan prestasi belajar siswa SMP.
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
4
kegiatan membaca dengan menerapkan teknik SQ3R sebelum pembelajaran dimulai. Dengan pemberian kegiatan membaca ini siswa diharapkan memiliki pengetahuan awal sebelum proses pembelajaran. Seperti dikemukakan oleh beberapa ahli, Pintrinch dalam Astuti (2011) menyimpulkan bahwa pengetahuan awal siswa yang tidak akurat dapat menghalangi perkembangan siswa dan kekurangan pengetahuan awal tidak memungkinkannya untuk maju.
Dengan problem solving dan pemberian kegiatan membaca selain dapat memecahkan masalah dan memiliki pengetahuan awal, siswa juga diharapkan dapat termotivasi untuk membaca dan mempunyai kemampuan membaca sehingga memahami apa yang menjadi makna atau pesan dalam bacaan yang dibacanya. Hal ini sejalan dengan Blynn dan Muth (Tomo, 2003) yang menyatakan bahwa siswa agar melek IPA, mereka harus mempunyai kemampuan membaca untuk menilai informasi tekstual yang disajikan kepada mereka. Kemampuan tersebut mempunyai pengaruh yang kuat terhadap cara dan proses berpikir siswa. Selain itu, membaca juga merupakan suatu kegiatan yang harus dipelajari.
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Fang et al yang berjudul Improving Middle School Students Science Literacy Through Reading Infusion. Dalam penelitian tersebut diperoleh bahwa siswa yang dalam
pembelajarannya diterapkan Inquiry yang diikuti dengan kegiatan Reading Infusion secara intensif secara signifikan lebih unggul daripada siswa yang dalam pembelajarannya hanya diterapkan Inquiry saja.
Hasil penelitian Tomo (2003) menunjukkan ada pengaruh yang signifikan pada pengintegrasian teknik membaca SQ4R dan membuat catatan berbentuk graphic
postorganizer terhadap peningkatan hasil belajar dan pengembangan metakognisi
siswa. Selain itu juga ditemukan kesulitan atau hambatan dalam melaksanakan langkah-langkah “refleksi” karena siswa SMP dapat dikatakan belum banyak
(15)
Melya Dwi Gardiantari, 2013
Penerapan strategi pembelajaran problem solving dengan reading infusion untuk meningkatkan prestasi belajar siswa SMP.
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
5
dalam melakukan elaborasi dan membuat hubungan antarkonsep atau informasi yang sedang dibaca dengan pengetahuan yang telah ada sebelumnya. Tierney, et. al (Tomo, 2003) menegaskan beberapa hasil studi dan penelitian menunjukkan teknik membaca SQ3R paling sesuai diterapkan pada kelas 4 dan di atasnya. Pengalaman penelitian ini dan beberapa pendapat terkait di atas mengisyaratkan perlunya mempertimbangkan faktor siswa dalam memilih dan sebelum menerapkan teknik membaca. Teknik SQ3R diduga akan lebih cocok diterapkan untuk siswa SD dan SMP (Tomo, 2003). Selain itu, menurut para ahli psikologi teknik membaca SQ3R merupakan cara yang efisien dalam membantu siswa memahami suatu konsep atau tulisan yang sedang dibaca. Dalam teknik membaca SQ3R terkandung penguasaan pembendaharaan kata, pengorganisasian bahan bacaan, dan pengkaitan fakta yang satu dengan yang lain (Soedarso, 2000:59).
Berdasarkan hasil penelitian yang berjudul The Effects Of Problem Solving
Instruction On Physics Achievement, Problem Solving Performance and Strategy Use
disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran problem solving dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, kinerja problem solving dan penggunaan strategi (Selcuk et al, 2008).
Menyadari kenyataan di atas, untuk meningkatkan prestasi belajar siswa, guru harus membuat suatu lingkungan belajar yang mendukung bagi siswa untuk memiliki pengetahuan awal, memecahkan persoalan, membangun pengetahuannya sendiri sehingga memahami konsep dengan baik dan juga meningkatkan motivasi membaca siswa. Peneliti ingin mengetahui apakah penggunaan strategi problem solving dengan
reading infusion dapat meningkatkan prestasi belajar. Oleh karena itu, untuk
penelitian ini dipilih judul “Penerapan Strategi Pembelajaran Problem Solving dengan Reading Infusion untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa SMP”. Karena penelitian yang dilakukan merupakan penelitian awal maka metode penelitian yang digunakan adalah metode quasi eksperimen dan desain penelitiannya one-group
(16)
Melya Dwi Gardiantari, 2013
Penerapan strategi pembelajaran problem solving dengan reading infusion untuk meningkatkan prestasi belajar siswa SMP.
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
6
pretest-posttest design, dengan harapan dapat memberikan gambaran pola-pola
perkembangan prestasi belajar siswa melalui strategi problem solving dengan disertai kegiatan membaca (reading infusion) dalam pembelajaran fisika.
Penelitian ini perlu dilakukan agar dapat memberikan gambaran mengenai penerapan strategi pembelajaran problem solving dengan reading infusion dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Sehingga selanjutnya strategi ini diharapkan bisa menjadi suatu alternatif dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran.
B. Identifikasi dan Rumusan Masalah 1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian studi pendahuluan pada latar belakang, peneliti mengidentifikasi masalah sebagai berikut:
a. Rendahnya hasil belajar siswa SMP pada aspek kognitif b. Kurangnya minat membaca siswa SMP
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu: “Bagaimanakah peningkatan prestasi belajar siswa setelah diterapkannya strategi pembelajaran problem solving dengan
reading infusion pada siswa SMP?”.
Untuk mempermudah pengkajian secara sistematis terhadap permasalahan yang akan diteliti, maka rumusan masalah tersebut dirinci menjadi sub-sub masalah sebagai berikut:
a. Bagaimana peningkatan prestasi belajar siswa secara umum setelah diterapkannya strategi pembelajaran problem solving dengan reading infusion?
(17)
Melya Dwi Gardiantari, 2013
Penerapan strategi pembelajaran problem solving dengan reading infusion untuk meningkatkan prestasi belajar siswa SMP.
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
7
b. Bagaimanakah peningkatan prestasi belajar siswa pada setiap aspek kognitif setelah diterapkannya strategi pembelajaran problem solving dengan reading
infusion?
3. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka peneliti membatasi masalah agar lebih fokus, yaitu:
a. Peningkatan prestasi belajar siswa ditunjukkan dengan adanya peningkatan positif antara tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest) yang kualifikasinya ditentukan berdasarkan rata-rata skor gain yang dinormalisasi (N-Gain) menurut Hake (1998).
b. Peningkatan prestasi belajar siswa pada setiap aspek kognitif menunjukkan peningkatan yang terjadi pada setiap aspek yang diteliti meliputi aspek kognitif jenjang pengetahuan/hafalan (C1), pemahaman (C2), penerapan (C3), dan analisis (C4).
4. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini meliputi:
a. Variabel bebas yaitu strategi pembelajaran problem solving dengan reading
infusion.
b. Variabel terikat yaitu prestasi belajar siswa SMP.
5. Definisi Operasional
a. Strategi pembelajaran problem solving adalah suatu pembelajaran dimana guru menyajikan beberapa permasalahan berkaitan dengan konsep fisika untuk kemudian diselesaikan oleh siswa dengan cara mengimplementasikan penguasaan konsep yang telah dimilikinya. Menurut Heller et al. (1992: 630)
(18)
Melya Dwi Gardiantari, 2013
Penerapan strategi pembelajaran problem solving dengan reading infusion untuk meningkatkan prestasi belajar siswa SMP.
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
8
tahapan strategi problem solving meliputi: memvisualisasikan masalah, mendeskripsikan konsep fisika berdasarkan masalah, merencanakan solusi, melaksanakan rencana solusi, mengecek dan mengevaluasi. Untuk mengetahui bagaimana tercapainya penggunaan strategi ini dengan benar, maka dilihat dari keterlaksanaan langkah-langkah pembelajaran pada saat strategi pembelajaran ini dilaksanakan yaitu dengan menyediakan lembar observasi.
b. Reading Infusion yang dimaksud adalah kegiatan membaca artikel. Kegiatan reading infusion ini dilaksanakan sebelum pembelajaran dengan strategi problem solving (treatment) dilakukan. Kegiatan ini dilakukan di luar jam pelajaran
efektif. Selain memberikan artikel, siswa diberikan salah satu teknik membaca. Teknik yang diberikan adalah teknik membaca SQ3R. Dengan teknik membaca SQ3R ini diharapkan siswa dapat membangun pengetahuan awalnya dan memotivasi siswa dalam membaca serta mempunyai kemampuan membaca sehingga memahami apa yang menjadi makna atau pesan dalam bacaan yang dibacanya. Menurut Francais P. Robinson teknik membaca SQ3R memiliki lima tahapan yang meliputi (1) survey: pengkajian awal pada judul, subjudul pada artikel dengan dibimbing guru, (2) question: membuat pertanyaan sendiri tentang isi bacaan, (3) read: membaca teks, menggunakan pertanyaan-pertanyaan sebagai pembimbing, memberi tanda (menggarisbawahi atau menandai) konsep yang dianggap penting dan konsep yang tidak dipahami, (4) recite: menjawab pertanyaan yang telah dibuat pada tahapan question dan membuat catatan, dan (5) review: membaca ulang bagian-bagian atau konsep yang dianggap sulit. Keterlaksanaan kegiatan ini dilihat dari lembar observasi. Lembar observasi berisi tentang tahapan-tahapan dalam kegiatan membaca (reading infusion). c. Prestasi belajar didefinisikan sebagai tingkat penguasaan materi yang dicapai
oleh siswa yang mencakup jenjang kognitif berdasarkan Taksonomi Bloom, yaitu meliputi C1 (pengetahuan/hapalan), C2 (pemahaman), C3 (penerapan), C4
(19)
Melya Dwi Gardiantari, 2013
Penerapan strategi pembelajaran problem solving dengan reading infusion untuk meningkatkan prestasi belajar siswa SMP.
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
9
(analisis), C5 (sintesis), dan C6 (evaluasi). Peningkatan prestasi belajar siswa diukur melalui penyelenggaraan tes prestasi belajar berupa soal pilihan ganda pada saat sebelum (pretest) dan setelah (posttest) pelaksanaan strategi pembelajaran. Dalam penelitian ini hanya ditinjau jenjang C1 (pengetahuan/hapalan), C2 (pemahaman), C3 (penerapan), dan C4 (analisis). Peningkatan prestasi belajar siswa ditunjukkan dengan adanya perubahan positif antara pretest dan posttest yang kualifikasinya ditentukan berdasarkan rata-rata skor gain yang dinormalisasi (N-Gain).
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, maka penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi seberapa besar peningkatan prestasi belajar siswa setelah diterapkannya strategi pembelajaran problem solving dengan reading
infusion.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bukti empiris tentang potensi strategi pembelajaran problem solving dengan reading infusion dalam meningkatkan prestasi belajar siswa yang nantinya dapat dimanfaatkan oleh berbagai pihak yang berkepentingan, seperti: guru, mahasiswa, praktisi pendidikan dan lain-lain.
E. Struktur Organisasi Skripsi
Struktur organisasi dari penulisan skripsi yaitu:
1. Bab I merupakan bab pendahuluan yang membahas tentang latar belakang penelitian, identifikasi perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi skripsi.
(20)
Melya Dwi Gardiantari, 2013
Penerapan strategi pembelajaran problem solving dengan reading infusion untuk meningkatkan prestasi belajar siswa SMP.
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
10
2. Bab II berisi kajian teoritis tentang strategi pembelajaran problem solving dengan
reading infusion, prestasi belajar serta keterkaitan antara strategi pembelajaran problem solving dengan reading infusion dan prestasi belajar.
3. Bab III tentang metode penelitian.
4. Bab IV menjelaskan tentang hasil penelitian dan pembahasan. 5. Bab V menjelaskan tentang kesimpulan dan saran.
(21)
Melya Dwi Gardiantari, 2013
Penerapan strategi pembelajaran problem solving dengan reading infusion untuk meningkatkan prestasi belajar siswa SMP.
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
24
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Subjek Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IX di salah satu SMP Negeri di Bandung. Sedangkan sampel dalam penelitian ini adalah salah satu kelas dari keseluruhan populasi yang dipilih secara purposive sample. Terkait kondisi di lapangan maka penentuan sampel ini diambil menggunakan teknik purposive sample (sampel bertujuan). Purposive sample dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan didasarkan atas strata, random, atau daerah tetapi didasarkan atas dasar adanya suatu tujuan tertentu. (Arikunto, 2010: 183). Teknik ini biasanya dilakukan karena beberapa pertimbangan. Salah satu pertimbangan dalam hal ini adalah karena selama penelitian berlangsung tidak memungkinkan untuk mengubah kelas yang sudah ada. Untuk tujuan penelitian ini, kelas tersebut didesain menjadi kelas eksperimen. Kelas yang dijadikan kelas eksperimen adalah kelas IX G dengan jumlah 31 orang.
B. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah One Group
Pretest-Posttest Design. Dalam desain ini dilakukan dua kali tes yaitu tes awal
(pretest) dan tes akhir (posttest). Tes awal dilaksanakan sebelum perlakuan (treatment) sedangkan tes akhir dilaksanakan setelah perlakuan (treatment). Bentuk perlakuannya yaitu dengan menerapkan strategi pembelajaran problem solving dengan reading infusion. Desain ini digambarkan sebagai berikut:
Tabel 3.1 Desain Penelitian Pretest Treatment Posttest
O1 R X1 X2 X3 O2 Keterangan:
(22)
Melya Dwi Gardiantari, 2013
Penerapan strategi pembelajaran problem solving dengan reading infusion untuk meningkatkan prestasi belajar siswa SMP.
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
25
O1 = Tes akhir (posttest) prestasi belajar setelah diberikan perlakuan (treatment) R = Reading Infusion
X1 = Pembelajaran pertama (treatment) berupa strategi pembelajaran problem solving X2 = Pembelajaran kedua (treatment) berupa strategi pembelajaran problem solving X3 = Pembelajaran ketiga (treatment) berupa strategi pembelajaran problem solving
C. Metode Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif. Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya (Arikunto, 2010: 203). Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi experiment. Metode ini belum merupakan eksperimen sungguh-sungguh karena masih terdapat variabel luar yang ikut berpengaruh terhadap terbentuknya hasil yang ingin dicapai. Rancangan ini berguna untuk mendapatkan informasi awal terhadap pertanyaan yang ada dalam penelitian. Jadi hasil eksperimen itu bukan semata-mata dipengaruhi oleh variabelnya, hal ini dapat terjadi karena tidak adanya kontrol dan sampel tidak dipilih secara random (Sugiyono, 2011:74).
D. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian yang digunakan terdiri dari tiga tahapan, yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap akhir.
1. Tahap persiapan
Studi literatur, dilakukan untuk memperoleh teori yang akurat mengenai permasalahan yang akan dikaji.
Telaah kurikulum untuk mengetahui kompetensi yang harus dicapai.
Melakukan studi pendahuluan di sekolah yang akan dijadikan tempat penelitian berupa pengamatan langsung mengenai proses pembelajaran di kelas dan wawancara dengan guru dan siswa untuk memperoleh gambaran
(23)
Melya Dwi Gardiantari, 2013
Penerapan strategi pembelajaran problem solving dengan reading infusion untuk meningkatkan prestasi belajar siswa SMP.
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
26
mengenai prestasi belajar siswa, serta sarana dan prasarana yang mendukung untuk pelaksanaan penelitian.
Menentukan materi pembelajaran yang akan digunakan dalam penelitian.
Merancang perangkat pembelajaran yang meliputi rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), skenario pembelajaran, LKS dan artikel.
Menyusun instrumen penelitian untuk mengukur prestasi belajar (tes pilihan ganda), format observasi keterlaksanaan pembelajaran dan keterlaksanaan kegiatan membaca oleh guru.
Men-judgement instrument tes.
Melakukan uji coba instrument tes.
Mengolah data hasil uji coba yang meliputi tingkat kesukaran, validitas dan reliabilitas, dan daya pembeda, kemudian menganalisisnya dan menentukan soal yang akan digunakan dalam penelitian.
2. Tahap pelaksanaan
Memberikan pre-test untuk mengukur prestasi belajar sebelum diberi perlakuan (treatment).
Memberikan perlakuan (treatment) Reading Infusion (kegiatan membaca dengan teknik SQ3R). Selama kegiatan ini dilakukan observasi keterlaksanaan kegiatan membaca melalui format observasi oleh observer.
Memberikan perlakuan dengan menerapkan strategi pembelajaran Problem
Solving. Perlakuan dilakukan sebanyak tiga kali pembelajaran. Selama
kegiatan pembelajaran dilakukan observasi keterlaksanaan pembelajaran guru melalui format observasi oleh observer.
Memberikan posttest dengan menggunakan soal yang sama dengan pretest untuk mengukur peningkatan prestasi belajar siswa setelah mendapat
treatment. 3. Tahap akhir
(24)
Melya Dwi Gardiantari, 2013
Penerapan strategi pembelajaran problem solving dengan reading infusion untuk meningkatkan prestasi belajar siswa SMP.
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
27
Mengolah data hasil pretest dan posttest serta hasil observasi dari seluruh pembelajaran yang dilakukan.
Menganalisis data hasil penelitian dan membahas temuan penelitian.
Memberikan kesimpulan berdasarkan hasil pengolahan data.
Memberikan rekomendasi berdasarkan hasil penelitian.
Secara keseluruhan skema penelitian dapat digambarkan seperti pada Gambar 3.1.
Gambar 3.1 Alur Penelitian
Tahap Pelaksanaan Pretest
Observasi Aktivitas Guru dan Siswa
Pembelajaran
Problem Solving
Posttest
Kegiatan Membaca SQ3R (Reading Infusion)
Tahap Akhir
Kesimpulan Pengolahan dan
Analisis data Pembahasan
Tahap Persiapan
Studi Pendahuluan dan Identifikasi Masalah Studi Pustaka
Merumuskan Masalah
Membuat Instrumen Penelitian
Penyusunan perangkat pembelajaran Membuat Lembar
Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran dan Keterlaksanaan Membaca
Judgement
Uji coba
Studi Kurikulum
Analisis hasil uji coba dan revisi
Revisi perangkat pembelajaran
(25)
Melya Dwi Gardiantari, 2013
Penerapan strategi pembelajaran problem solving dengan reading infusion untuk meningkatkan prestasi belajar siswa SMP.
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
28
E. Instrumen Penelitian
Instrumen adalah alat atau fasilitas yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah (Arikunto, 2010: 203). Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari tes prestasi belajar, lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran dan lembar observasi keterlaksanaan membaca. Secara lebih rinci akan dijelaskan sebagai berikut:
1. Tes Prestasi Belajar
Tes yang digunakan untuk mengetahui prestasi belajar siswa berupa tes obyektif pilihan ganda. Tes ini terdiri dari 25 soal pilihan ganda dengan empat pilihan. Tes prestasi belajar ini dibatasi hanya pada aspek kognitif yaitu aspek pengetahuan/hapalan (C1), pemahaman (C2), penerapan (C3), dan analisis (C4) yang disesuaikan dengan Kompetensi Dasar materi yang diteliti.
Langkah-langkah yang ditempuh dalam menyusun instrumen penelitian adalah sebagai berikut:
a. Membuat kisi-kisi instrumen penelitian
b. Menyusun instrumen penelitian berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat. c. Meminta judgement kepada dosen dan guru mata pelajaran fisika. d. Melakukan uji coba instrumen penelitian terhadap siswa.
(26)
Melya Dwi Gardiantari, 2013
Penerapan strategi pembelajaran problem solving dengan reading infusion untuk meningkatkan prestasi belajar siswa SMP.
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
29
e. Melakukan analisis berupa tingkat kesukaran soal, daya pembeda, validitas dan realibilitas.
Dari hasil tes ini akan dihitung gain yang dinormalisasi (N-Gain) kemudian dilakukan analisis untuk melihat peningkatan prestasi belajar siswa.
2. Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran
Lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran dilakukan terhadap guru dan siswa. Lembar observasi ini berisi tahapan pembelajaran yang digunakan untuk melihat keterlaksanaan aktivitas guru selama pembelajaran menggunakan strategi
problem solving. Lembar observasi ini diisi oleh observer ketika proses pembelajaran
berlangsung dengan memberikan tanda checklist sesuai kolom indikator yang sedang diobservasi. Lembar observasi ini diolah dengan tafsiran persentase. Lembar observasi yang telah disusun tidak diujicobakan.
3. Lembar Observasi Keterlaksanaan Membaca
Lembar observasi keterlaksanaan membaca berisi tahapan-tahapan membaca dengan teknik SQ3R. Pengisian lembar observasi ini juga sama seperti lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran dengan memberikan tanda checklist sesuai kolom indikator yang sedang diobservasi. Lembar observasi ini diolah dengan tafsiran persentase. Lembar observasi ini juga tidak diujicobakan.
F. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini teknik yang digunakan untuk mengumpukan data adalah sebagai berikut:
1. Data kuantitatif
Data kuantitatif dalam penelitian ini diperoleh dari tes prestasi belajar siswa yang diberikan sebagai pretest dan posttest. Tes ini dilaksanakan pada saat awal sebelum diberikan treatment yaitu pretest dan setelah diberikan treatment yaitu
(27)
Melya Dwi Gardiantari, 2013
Penerapan strategi pembelajaran problem solving dengan reading infusion untuk meningkatkan prestasi belajar siswa SMP.
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
30
2. Data kualitatif
Data kualitatif dalam penelitian ini diperoleh melalui pengisian lembar observasi untuk mengetahui keterlaksanaan pembelajaran dan keterlaksanaan membaca. Pengisian lembar observasi ini dilakukan oleh observer pada saat pembelajaran berlangsung. Untuk memperoleh data ini, peneliti dibantu oleh observer untuk mengamati setiap tahapan pembelajaran yang dilakukan.
G. Analisis Instrumen Penelitian
Setelah dibuat instrumen berupa tes, maka instrumen tes tersebut perlu
di-judgement dan diuji coba, tujuannya untuk melihat validitas dan reliabilitas instrumen
sehingga ketika instrumen itu digunakan dalam penelitian telah valid dan reliabel. Data hasil uji coba tersebut dianalisis berdasarkan validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembedanya.
1. Analisis Validitas Instrumen
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen (Arikunto, 2010:211). Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat. Nilai validitas ditentukan dengan menggunakan teknik korelasi point biserial (Arikunto, 2009: 79). Validitas soal dapat dihitung dengan menggunakan perumusan :
� =� − � …(3.1)
Keterangan :
� = koefisien korelasi biserial
Mp = rata-rata skor dari subjek yang menjawab benar Mt = rata-rata skor total
(28)
Melya Dwi Gardiantari, 2013
Penerapan strategi pembelajaran problem solving dengan reading infusion untuk meningkatkan prestasi belajar siswa SMP.
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
31
St = standar deviasi total
p = proporsi subjek yang menjawab benar = � �
q = proporsi subjek yang menjawab salah (q = 1 – p) Dengan kategori validitas sebagai berikut :
Tabel 3.2 Interpretasi Validitas Butir Soal Koefisien Korelasi Kriteria validitas
0,81 - 1,00 Sangat Tinggi
0,61 - 0,80 Tinggi
0,41 - 0,60 Cukup
0,21 - 0,40 Rendah
0,00 - 0,20 Sangat Rendah
(Arikunto,2009:75)
2. Analisis Reliabilitas Instrumen
Reliabilitas adalah ketetapan suatu tes apabila diteskan kepada subjek yang sama (Arikunto, 2009:90). Arikunto (2009:86) juga menyatakan bahwa reliabilitas menunjuk pada tingkat keterandalan sesuatu (tes). Nilai reliabilitas dapat ditentukan dengan menentukan koefisien reliabilitas. Teknik yang digunakan untuk menentukan reliabilitas tes adalah dengan menggunakan metoda belah dua dengan rumus K – R20 (Arikunto, 2009:100). Reliabilitas tes dihitung dengan menggunakan persamaan:
11 = −
1
2−
2 … (3.2) Keterangan :
r11 = koefisien reliabilitas instrumen.
p = proporsi subyek yang menjawab item dengan benar.
q = proporsi subyek yang menjawab item dengan salah (q = 1 – p). Σ pq = jumlah hasil perkalian antara p dan q.
(29)
Melya Dwi Gardiantari, 2013
Penerapan strategi pembelajaran problem solving dengan reading infusion untuk meningkatkan prestasi belajar siswa SMP.
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
32
n = banyaknya item.
s = standar deviasi dari tes (standar deviasi adalah akar dari varians).
Adapun tolak ukur untuk menginterpretasikan derajat reliabilitas instrumen yang diperoleh dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.3 Interpretasi Reliabilitas Tes
(Arikunto, 2009 : 75) 3. Analisis Tingkat Kesukaran Butir Soal
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang anak untuk mempertinggi usaha memecahkannya. Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi di luar jangkauannya (Arikunto, 2009:207).
Tingkat kesukaran dihitung dengan menggunakan perumusan :
�=
� … (3.3)
Keterangan :
P = Indeks Kesukaran
B = Banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar JS= Jumlah seluruh siswa peserta tes
Nilai P yang diperoleh dapat diinterpretasikan untuk menentukan tingkat kesukaran butir soal dengan menggunakan kriteria pada tabel berikut:
Tabel 3.4 Interpretasi Tingkat kesukaran
Nilai P Keterangan
Koefisien Korelasi Kriteria reliabilitas 0,81 r 11 1,00 Sangat Tinggi
0,61 r 11 0,80 Tinggi 0,41 r 11 0,60 Cukup 0,21 r 11 0,40 Rendah
(30)
Melya Dwi Gardiantari, 2013
Penerapan strategi pembelajaran problem solving dengan reading infusion untuk meningkatkan prestasi belajar siswa SMP.
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
33
0,10 - 0,30 Sukar
0,30 - 0,70 Sedang
0,70 - 1,00 Mudah
(Arikunto, 2009:210) 4. Analisis Daya Pembeda
Daya pembeda adalah kemampuan suatu butir soal untuk membedakan siswa yang mempunyai kemampuan tinggi dengan siswa yang kemampuanya rendah (Arikunto, 2009: 211). Rumus yang digunakan untuk menentukan daya pembeda soal uraian sama dengan soal pilihan ganda yaitu:
��=
� − � … (3.4)
Keterangan :
DP = Indeks daya pembeda satu butir soal tertentu
BA = Banyaknya kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar BB = Banyaknya kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar JA = Banyaknya peserta kelompok atas
JB = Banyaknya peserta kelompok bawah
Setelah indeks daya pembeda diketahui, maka harga tersebut diinterpretasikan pada kriteria daya pembeda sebagai berikut :
Tabel 3.5 Interpretasi Daya Pembeda Indeks Daya
Pembeda Kriteria Daya Pembeda
Negatif Sangat buruk, harus dibuang 0,00 – 0,20 Buruk (poor), sebaiknya dibuang 0,20 – 0,40 Cukup (satisfactory)
0,40 – 0,70 Baik (good)
0,70 – 1,00 Baik sekali (excellent)
(Arikunto, 2009 : 218)
Jika instrumen yang telah dibuat telah valid dan reliabel, maka instrumen tersebut diberikan kepada siswa dalam sampel penelitian.
(31)
Melya Dwi Gardiantari, 2013
Penerapan strategi pembelajaran problem solving dengan reading infusion untuk meningkatkan prestasi belajar siswa SMP.
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
34
H. Hasil Uji Coba Instrumen Tes
Untuk memperoleh instrumen tes yang baik, maka tes tersebut harus diuji cobakan terlebih dahulu. Uji coba ini dilakukan kepada siswa SMP kelas IX di sekolah tempat penelitian yang telah terlebih dahulu mempelajari materi yang dijadikan pokok bahasan dalam penelitian. Instrumen yang diuji coba berupa tes berbentuk pilihan ganda sebanyak 30 soal.
Data hasil uji coba kemudian dianalisis yang meliputi uji validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda. Sehingga diperoleh instrumen tes yang baik dan layak untuk dijadikan instrumen penelitian. Analisis validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda dilakukan pada setiap butir soal dengan menggunakan
software Microsoft Excel. Hasil rekapitulasi validitas, tingkat kesukaran, dan daya
pembeda tiap butir soal terdapat pada Tabel 3.6 berikut.
Tabel 3.6 Rekapitulasi Validitas, Tingkat Kesukaran, dan Daya Pembeda Tiap Butir Soal
No. Soal
Aspek Kognitif
Validitas Daya Pembeda Tingkat
kesukaran Keputusan
Nilai Kategori Nilai Kategori Nilai Kategori
1 C2 0,51 Cukup 0,67 Baik 0,72 Mudah Dipakai
2 C1 0,37 Rendah 0,75 Baik Sekali 0,56 Sedang Dipakai
3 C2 0,12 Sangat Rendah 0,42 Baik 0,19 Sukar Dipakai
4 C2 0,46 Cukup 0,67 Baik 0,67 Sedang Dipakai
5 C2 0,25 Rendah 0,08 Jelek 0,94 Mudah Dipakai
6 C2 0,41 Cukup 0,33 Cukup 0,83 Mudah Diperbaiki
7 C3 0,68 Tinggi 0,33 Cukup 0,89 Mudah Dipakai
8 C4 0,56 Cukup 0,50 Baik 0,78 Mudah Dipakai
9 C4 0,21 Rendah 0,25 Cukup 0,69 Sedang Diperbaiki
10 C2 0,00 Tidak Valid 0,00 Jelek 1,00 Mudah Dibuang
11 C1 0,45 Cukup 0,17 Jelek 0,94 Mudah Dipakai
12 C2 0,13 Sangat Rendah 0,42 Baik 0,25 Sukar Dipakai
(32)
Melya Dwi Gardiantari, 2013
Penerapan strategi pembelajaran problem solving dengan reading infusion untuk meningkatkan prestasi belajar siswa SMP.
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
35
No. Soal
Aspek Kognitif
Validitas Daya Pembeda Tingkat
kesukaran Keputusan
Nilai Kategori Nilai Kategori Nilai Kategori
14 C2 0,04 Sangat Rendah 0,17 Jelek 0,28 Sukar Dibuang
15 C3 0,20 Sangat Rendah 0,67 Baik 0,36 Sedang Diperbaiki
16 C4 0,48 Cukup 0,33 Cukup 0,81 Mudah Dipakai
17 C1 -0,03 Tidak Valid 0,00 Jelek 0,44 Sedang Dibuang
18 C2 0,06 Sangat Rendah 0,08 Jelek 0,53 Sedang Dibuang
19 C2 0,30 Rendah 0,17 Jelek 0,81 Mudah Diperbaiki
20 C2 0,60 Tinggi 0,08 Jelek 0,97 Mudah Dipakai
21 C1 0,44 Cukup 0,25 Cukup 0,86 Mudah Diperbaiki
22 C2 0,35 Rendah 0,67 Baik 0,58 Sedang Dipakai
23 C3 0,19 Sangat Rendah 0,75 Baik Sekali 0,31 Sedang Dipakai
24 C4 0,22 Rendah 0,25 Cukup 0,75 Mudah Dipakai
25 C2 0,00 Tidak Valid 0,00 Jelek 1,00 Mudah Dibuang
26 C2 0,18 Sangat Rendah 0,58 Baik 0,36 Sedang Dipakai
27 C4 0,24 Rendah 0,50 Baik 0,58 Sedang Dipakai
28 C3 0,34 Rendah 0,75 Baik Sekali 0,58 Sedang Dipakai
29 C4 0,52 Cukup 0,33 Cukup 0,83 Mudah Dipakai
30 C4 0,26 Rendah 0,42 Baik 0,64 Sedang Dipakai Hasil pengolahan data uji validitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda tiap butir soal dapat dilihat pada Lampiran C.1. Dari hasil rekapitulasi pada Tabel 3.6, dapat diketahui bahwa 90% instrumen valid dengan 6,67% kategori tinggi; 30% kategori cukup, dan 30% kategori rendah, dan 23,33% 6,67% kategori sangat rendah. Sedangkan 10% instrumen lainnya masuk kategori tidak valid. Berdasarkan daya pembeda, instrumen yang memenuhi kriteria untuk digunakan sebagai instrumen penelitian sebanyak 70% dengan 36,67% kategori baik dan 23,3% kategori cukup, sedangkan 30% instrumen mempunyai daya pembeda jelek. Berdasarkan tingkat kesukaran sebanyak 50% instrumen kategori mudah, 40% kategori sedang dan 10% kategori sukar. Instrumen tes ini memiliki nilai reliabilitas sebesar 0,82 ( sangat tinggi).
(33)
Melya Dwi Gardiantari, 2013
Penerapan strategi pembelajaran problem solving dengan reading infusion untuk meningkatkan prestasi belajar siswa SMP.
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
36
Setelah menganalisis hasil uji coba instrumen tes, maka terdapat beberapa soal yang dibuang dan diperbaiki. Dari 30 soal yang diujikan terdapat 5 soal yang dibuang yaitu soal nomor 10, 14, 17, 18, dan 25. Sehingga soal yang digunakan untuk instrumen penelitian adalah 25 soal. Sedangkan soal-soal yang diperbaiki adalah soal yang memiliki validitas rendah, validitas sangat rendah; soal yang memiliki daya pembeda jelek; dan soal yang memiliki tingkat kesukaran yang mudah atau yang sukar.
I. Teknik Pengolahan Data
1. Analisis Data Skor Tes Prestasi Belajar
Instrumen tes digunakan untuk memperoleh data kuantitatif. Data kuantitatif berupa hasil tes untuk mengukur prestasi belajar dalam penelitian ini diperoleh dengan membandingkan hasil pretest dan posttest. Adapun langkah-langkah analisis data tes ini adalah sebagai berikut:
a. Pemberian skor
Skor setiap siswa ditentukan oleh jumlah jawaban yang benar, dengan metode penskoran berdasarkan metode rights only, yaitu jawaban yang benar diberi skor satu dan jawaban yang salah atau butir soal yang tidak dijawab diberi skor nol. Pemberian skor dihitung dengan menggunakan rumus:
= … (3.5)
(Munaf, 2001:44) dengan: S = Skor siswa
R = Jawaban siswa yang benar
(34)
Melya Dwi Gardiantari, 2013
Penerapan strategi pembelajaran problem solving dengan reading infusion untuk meningkatkan prestasi belajar siswa SMP.
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
37
Skor gain diperoleh dari selisih skor tes awal dan tes akhir. Perbedaan skor tes awal dan tes akhir ini diasumsikan sebagai efek dari treatment. Rumus yang digunakan untuk menghitung nilai gain adalah:
= − … (3.6)
Keterangan :
d = gain
Sf = skor tes akhir
Si = skor tes awal
Gain yang dinormalisasi merupakan perbandingan antara skor gain aktual yaitu skor gain yang diperoleh siswa dengan skor gain maksimum yaitu skor gain tertinggi yang mungkin diperoleh siswa (Hake, 1998).
Untuk menghitung nilai rata-rata gain yang dinormalisasi (N-Gain) digunakan persamaan sebagai berikut :
= % −%
100%−% … (3.7)
dengan:
<g> = rata-rata gain yang dinormalisasi < Sf >= rata-rata skor tes akhir (posttest) < Si > = rata-rata skor tes awal (pretest)
Nilai <g> yang diperoleh kemudian diinterpretasikan sebagai berikut: Tabel 3.7 Interpretasi Nilai Gain yang Dinormalisasi
Nilai g Klasifikasi
g 0,7 Tinggi
0,7 > g 0,3 Sedang
g < 0,3 Rendah
(Hake, 1998)
2. Analisis Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran dan Kegiatan Membaca Format observasi ini berbentuk Rating Scale dan membuat kolom ya/tidak, observasi ini dilakukan untuk mengukur keterlaksanaan pembelajaran dengan
(35)
Melya Dwi Gardiantari, 2013
Penerapan strategi pembelajaran problem solving dengan reading infusion untuk meningkatkan prestasi belajar siswa SMP.
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
38
menggunakan strategi problem solving dan keterlaksanaan kegiatan membaca. Untuk observasi keterlaksanaan pembelajaran dan kegiatan membaca yang dilakukan oleh guru dan siswa dihitung dengan:
% = �
� × 100% …(3.8)
Langkah-langkah yang penulis lakukan untuk menghitung persentase keterlaksanaan pembelajaran dan kegiatan membaca adalah sebagai berikut ini :
a. Menghitung jumlah jawaban “ya” yang observer isi pada lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran dan lembar observasi keterlaksanaan kegiatan membaca.
b. Menghitung persentase keterlaksanaan pembelajaran dan kegiatan membaca dengan menggunakan persamaan persentase keterlaksanaan.
c. Menafsirkan kategori keterlaksanaan pembelajaran dan kegiatan membaca berdasarkan Tabel 3.8.
Tabel 3.8 Klasifikasi Persentase Keterlaksanaan Pembelajaran
Persentase (%) Kategori
80 atau lebih Sangat Baik
60 - 79 Baik
40 - 59 Cukup
21 - 39 Rendah
0 - 20 Rendah Sekali
(Ridwan, 2000)
Persentase yang didapat kemudian dijadikan sebagai acuan terhadap kelebihan dan kekurangan selama kegiatan pembelajaran berlangsung agar guru dapat melakukan pembelajaran lebih baik dari pertemuan sebelumnya.
(36)
Melya Dwi Gardiantari, 2013
Penerapan strategi pembelajaran problem solving dengan reading infusion untuk meningkatkan prestasi belajar siswa SMP.
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
51
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan data hasil penelitian, pengolahan dan analisis data, peneliti dapat menyimpulkan beberapa hal. Adapun hal-hal tersebut adalah sebagai berikut:
1. Secara umum prestasi belajar siswa mengalami peningkatan setelah diterapkannya strategi pembelajaran problem solving dengan reading infusion yang ditunjukkan dengan rata-rata gain yang dinormalisasi (N-gain) sebesar 0,55 dengan kategori sedang.
2. Peningkatan prestasi belajar siswa pada setiap aspek kognitif setelah diterapkan strategi pembelajaran problem solving dengan reading infusion ditunjukkan dengan nilai N-gain secara berurutan, yaitu sebesar 0,89 untuk aspek hapalan (C1) termasuk dalam kategori tinggi, 0,59 untuk aspek pemahaman (C2) dalam kategori sedang, 0,61 untuk aspek penerapan (C3) dalam kategori sedang, dan 0,38 untuk aspek analisis (C4) termasuk dalam kategori sedang.
B. Saran
Beberapa saran yang diajukan terkait dengan penelitian yang telah dilakukan diantaranya sebagai berikut:
1. Manajemen waktu, pengelolaan kelas dan fasilitas pembelajaran sebaiknya direncanakan lebih baik lagi.
2. Kegiatan membaca (reading infusion) sebaiknya dilakukan pada jam pelajaran efektif dan tidak di luar jam pelajaran.
3. Ketika awal pembelajaran sebaiknya siswa diperkenalkan terlebih dahulu mengenai teknik membaca SQ3R.
(37)
Melya Dwi Gardiantari, 2013
Penerapan strategi pembelajaran problem solving dengan reading infusion untuk meningkatkan prestasi belajar siswa SMP.
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
52
4. Kegiatan membaca (reading infusion) intensitasnya dilakukan lebih dari satu kali. Dalam satu pertemuan diberikan satu artikel untuk dibahas agar lebih fokus. Jika perlu ditambahkan dengan kegiatan menulis ketika penerapan reading
infusion sehingga dapat mengukur keterlaksanaan membaca pada diri siswa
misalkan dengan menugaskan siswa membuat ‘reading worksheet’.
5. Guru harus mampu mengaktifkan seluruh siswa dalam kegiatan kelompok dan diskusi serta mampu membimbing siswa dengan permasalahan agar siswa dapat terpacu untuk bertanya dan berpikir atas konsep-konsep. Sehingga tujuan pembelajaran dalam meningkatkan kemampuan kognitif siswa dapat maksimal karena kualitas dalam pembelajaran yang terlaksana dengan optimal.
6. Pada kegiatan percobaan, masih terdapat siswa yang salah persepsi mengenai prosedur percobaan, hendaknya bimbingan terhadap prosedur percobaan lebih diperbaiki lagi, atau LKS lebih dikembangkan lagi dalam segi pertanyaan arahan terhadap siswa.
7. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa N-gain pembelajaran fisika menggunakan strategi problem solving dengan reading infusion masih berada dalam kategori sedang. Oleh karena itu perlu adanya perbaikan dalam menerapkan pembelajaran sehingga diperoleh hasil yang lebih baik dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa.
8. Konten dalam artikel mengenai penerapan konsep dan analisis perlu diperkaya lagi agar strategi problem solving dengan reading infusion dapat lebih mampu meningkatkan hasil belajar siswa pada aspek kognitif C3 (menerapkan) dan aspek kognitif C4 (analisis).
(38)
53
Melya Dwi Gardiantari, 2013
Penerapan strategi pembelajaran problem solving dengan reading infusion untuk meningkatkan prestasi belajar siswa SMP.
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
DAFTAR PUSTAKA
Alim, J.A. (2008). Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Pemecahan
Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Siswa Sekolah Dasar. Tesis Prodi Pendidikan Dasar FPS UPI. Bandung: Tidak
diterbitkan.
Arikunto, Suharsimi. (2009). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Astuti, P. (2011). Analisis tentang Membangun Pengetahuan Awal atau Apersepsi Siswa dalam Kegiatan Pembelajaran. [Online]. Tersedia:
http://poojetz.wordpress.com/2011/01/13/analisis-tentang-membangun-pengetahuan-awal-atau-apersepsi-siswa-dalam-kegiatan-pembelajaran/. [22 Februari 2012].
Beskeni, R. et al. (2011). “The Effect of Prior Knowledge in Understanding Chemistry Concept By Senior Secondary School Students”. International Journal of Academic Research.
Clark. (2000). Bloom’s Taxonomy of Learning Domains. [Online]. Tersedia:
http://www.nwlink.com/-donclark/index.html. [13 Februari 2012].
Depdiknas. (2006). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia
Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar Dan Menengah. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Djamarah, Syaiful Bahri & Aswan Zain. (2010). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Fang, Zhihui. dan Wei, Youhua. (2010). “Improving Middle School Students Science Literacy Through Reading Infusion”. The Journal of Educational Research. 103, 262-273.
Hake, R.R. (1998). Interactive Engagement Methods In Introductory Mechanic
Courses. [Online]. Tersedia: http://www.physics.indiana.edu/~sdi/IEM-2b.pdf.
(39)
54
Melya Dwi Gardiantari, 2013
Penerapan strategi pembelajaran problem solving dengan reading infusion untuk meningkatkan prestasi belajar siswa SMP.
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Heller & Heller. (1995). Cooperative Group Problem Solving in Physics. [Online]. Tersedia: http://groups.physics.umn.edu/physed/ Research/CGPS/ GreenBook.html. [5 Februari 2012].
Heller & Heller. (1999). Problem Solving Labs, in Cooperative Group Problem
Solving in Physics, Reseach Report. University Minnesota.
Heller, P & Ronald Keith. (1992). “Teaching Problem Solving Through Cooperative
Grouping. Part 1: Group versus Individual Problem Solving”. American Journal Physics. 60 (7). 627-636.
Hudojo, H. (2003). Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika. Malang : JICA.
Joyce, B., Weil, M dan Calhoun, E. (2009). Model of Teaching : Model-Model
Pengajaran (Edisi Kedelapan). Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Munaf, Syambasri. (2001). Evaluasi Pendidikan Fisika. Bandung: Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI.
Ridwan, Sa’adah. (2000). Identifikasi dan Penanggulangan Kesulitan Belajar Siswa dalam Mempelajari Konsep Cahaya di kelas II-G SLTPN 12 Bandung. Tesis
pada Program Pascasarjana UPI: tidak diterbitkan.
Santyasa, I.W. (2007). “Model-model Pembelajaran Inovatif”. Makalah pada Pelatihan tentang PTK bagi Guru-guru SMP dan SMA, Nusa Penida.
Selcuk, et al. (2008). “The Effects of Problem Solving Instruction on Physics Achievement, Problem Solving Performance and Strategy Use”. Latin American Journal of Physics Education. 2, (3), 151-166.
Soedarso. (2000). Speed Reading: Sistem Membaca Cepat dan Efektif. Jakarta: Gramedia.
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif
dan R&D). Bandung: Alfabeta.
Syamrilaode. (2010). Pengertian Membaca Menurut Para Ahli. [Online]. Tersedia: http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/2060355-pengertian-membaca-menurut-para-ahli/#ixzz1n6zbP6qj. [22 Februari 2012].
(40)
55
Melya Dwi Gardiantari, 2013
Penerapan strategi pembelajaran problem solving dengan reading infusion untuk meningkatkan prestasi belajar siswa SMP.
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. (2002). Kamus Besar
Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka. Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.
Tomo. (2003). Mengintegrasikan Teknik Membaca SQ4R dan Membuat Catatan
Berbentuk Graphic Postorganizer dalam Pembelajaran Fisika. Disertasi
Doktor Program Pascasarjana UPI. Bandung: Tidak diterbitkan.
Universitas Pendidikan Indonesia. (2011). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
(1)
Melya Dwi Gardiantari, 2013
Penerapan strategi pembelajaran problem solving dengan reading infusion untuk meningkatkan prestasi belajar siswa SMP.
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
38
menggunakan strategi problem solving dan keterlaksanaan kegiatan membaca. Untuk observasi keterlaksanaan pembelajaran dan kegiatan membaca yang dilakukan oleh guru dan siswa dihitung dengan:
% = �
� × 100% …(3.8) Langkah-langkah yang penulis lakukan untuk menghitung persentase keterlaksanaan pembelajaran dan kegiatan membaca adalah sebagai berikut ini :
a. Menghitung jumlah jawaban “ya” yang observer isi pada lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran dan lembar observasi keterlaksanaan kegiatan membaca.
b. Menghitung persentase keterlaksanaan pembelajaran dan kegiatan membaca dengan menggunakan persamaan persentase keterlaksanaan.
c. Menafsirkan kategori keterlaksanaan pembelajaran dan kegiatan membaca berdasarkan Tabel 3.8.
Tabel 3.8 Klasifikasi Persentase Keterlaksanaan Pembelajaran Persentase (%) Kategori
80 atau lebih Sangat Baik
60 - 79 Baik
40 - 59 Cukup
21 - 39 Rendah 0 - 20 Rendah Sekali
(Ridwan, 2000)
Persentase yang didapat kemudian dijadikan sebagai acuan terhadap kelebihan dan kekurangan selama kegiatan pembelajaran berlangsung agar guru dapat melakukan pembelajaran lebih baik dari pertemuan sebelumnya.
(2)
Melya Dwi Gardiantari, 2013
Penerapan strategi pembelajaran problem solving dengan reading infusion untuk meningkatkan prestasi belajar siswa SMP.
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
51
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan data hasil penelitian, pengolahan dan analisis data, peneliti dapat menyimpulkan beberapa hal. Adapun hal-hal tersebut adalah sebagai berikut:
1. Secara umum prestasi belajar siswa mengalami peningkatan setelah diterapkannya strategi pembelajaran problem solving dengan reading infusion yang ditunjukkan dengan rata-rata gain yang dinormalisasi (N-gain) sebesar 0,55 dengan kategori sedang.
2. Peningkatan prestasi belajar siswa pada setiap aspek kognitif setelah diterapkan strategi pembelajaran problem solving dengan reading infusion ditunjukkan dengan nilai N-gain secara berurutan, yaitu sebesar 0,89 untuk aspek hapalan (C1) termasuk dalam kategori tinggi, 0,59 untuk aspek pemahaman (C2) dalam
kategori sedang, 0,61 untuk aspek penerapan (C3) dalam kategori sedang, dan
0,38 untuk aspek analisis (C4) termasuk dalam kategori sedang.
B. Saran
Beberapa saran yang diajukan terkait dengan penelitian yang telah dilakukan diantaranya sebagai berikut:
1. Manajemen waktu, pengelolaan kelas dan fasilitas pembelajaran sebaiknya direncanakan lebih baik lagi.
2. Kegiatan membaca (reading infusion) sebaiknya dilakukan pada jam pelajaran efektif dan tidak di luar jam pelajaran.
3. Ketika awal pembelajaran sebaiknya siswa diperkenalkan terlebih dahulu mengenai teknik membaca SQ3R.
(3)
Melya Dwi Gardiantari, 2013
Penerapan strategi pembelajaran problem solving dengan reading infusion untuk meningkatkan prestasi belajar siswa SMP.
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
52
4. Kegiatan membaca (reading infusion) intensitasnya dilakukan lebih dari satu kali. Dalam satu pertemuan diberikan satu artikel untuk dibahas agar lebih fokus. Jika perlu ditambahkan dengan kegiatan menulis ketika penerapan reading infusion sehingga dapat mengukur keterlaksanaan membaca pada diri siswa misalkan dengan menugaskan siswa membuat ‘reading worksheet’.
5. Guru harus mampu mengaktifkan seluruh siswa dalam kegiatan kelompok dan diskusi serta mampu membimbing siswa dengan permasalahan agar siswa dapat terpacu untuk bertanya dan berpikir atas konsep-konsep. Sehingga tujuan pembelajaran dalam meningkatkan kemampuan kognitif siswa dapat maksimal karena kualitas dalam pembelajaran yang terlaksana dengan optimal.
6. Pada kegiatan percobaan, masih terdapat siswa yang salah persepsi mengenai prosedur percobaan, hendaknya bimbingan terhadap prosedur percobaan lebih diperbaiki lagi, atau LKS lebih dikembangkan lagi dalam segi pertanyaan arahan terhadap siswa.
7. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa N-gain pembelajaran fisika menggunakan strategi problem solving dengan reading infusion masih berada dalam kategori sedang. Oleh karena itu perlu adanya perbaikan dalam menerapkan pembelajaran sehingga diperoleh hasil yang lebih baik dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa.
8. Konten dalam artikel mengenai penerapan konsep dan analisis perlu diperkaya lagi agar strategi problem solving dengan reading infusion dapat lebih mampu meningkatkan hasil belajar siswa pada aspek kognitif C3 (menerapkan) dan aspek
(4)
53
Melya Dwi Gardiantari, 2013
Penerapan strategi pembelajaran problem solving dengan reading infusion untuk meningkatkan prestasi belajar siswa SMP.
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
DAFTAR PUSTAKA
Alim, J.A. (2008). Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Pemecahan Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Siswa Sekolah Dasar. Tesis Prodi Pendidikan Dasar FPS UPI. Bandung: Tidak diterbitkan.
Arikunto, Suharsimi. (2009). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Astuti, P. (2011). Analisis tentang Membangun Pengetahuan Awal atau Apersepsi Siswa dalam Kegiatan Pembelajaran. [Online]. Tersedia:
http://poojetz.wordpress.com/2011/01/13/analisis-tentang-membangun-pengetahuan-awal-atau-apersepsi-siswa-dalam-kegiatan-pembelajaran/. [22 Februari 2012].
Beskeni, R. et al. (2011). “The Effect of Prior Knowledge in Understanding Chemistry Concept By Senior Secondary School Students”. International Journal of Academic Research.
Clark. (2000). Bloom’s Taxonomy of Learning Domains. [Online]. Tersedia: http://www.nwlink.com/-donclark/index.html. [13 Februari 2012].
Depdiknas. (2006). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar Dan Menengah. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Djamarah, Syaiful Bahri & Aswan Zain. (2010). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Fang, Zhihui. dan Wei, Youhua. (2010). “Improving Middle School Students Science Literacy Through Reading Infusion”. The Journal of Educational Research. 103, 262-273.
Hake, R.R. (1998). Interactive Engagement Methods In Introductory Mechanic Courses. [Online]. Tersedia: http://www.physics.indiana.edu/~sdi/IEM-2b.pdf. [22 Oktober 2012].
(5)
54
Melya Dwi Gardiantari, 2013
Penerapan strategi pembelajaran problem solving dengan reading infusion untuk meningkatkan prestasi belajar siswa SMP.
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Heller & Heller. (1995). Cooperative Group Problem Solving in Physics. [Online]. Tersedia: http://groups.physics.umn.edu/physed/ Research/CGPS/ GreenBook.html. [5 Februari 2012].
Heller & Heller. (1999). Problem Solving Labs, in Cooperative Group Problem Solving in Physics, Reseach Report. University Minnesota.
Heller, P & Ronald Keith. (1992). “Teaching Problem Solving Through Cooperative Grouping. Part 1: Group versus Individual Problem Solving”. American Journal Physics. 60 (7). 627-636.
Hudojo, H. (2003). Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika. Malang : JICA.
Joyce, B., Weil, M dan Calhoun, E. (2009). Model of Teaching : Model-Model Pengajaran (Edisi Kedelapan). Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Munaf, Syambasri. (2001). Evaluasi Pendidikan Fisika. Bandung: Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI.
Ridwan, Sa’adah. (2000). Identifikasi dan Penanggulangan Kesulitan Belajar Siswa dalam Mempelajari Konsep Cahaya di kelas II-G SLTPN 12 Bandung. Tesis pada Program Pascasarjana UPI: tidak diterbitkan.
Santyasa, I.W. (2007). “Model-model Pembelajaran Inovatif”. Makalah pada Pelatihan tentang PTK bagi Guru-guru SMP dan SMA, Nusa Penida.
Selcuk, et al. (2008). “The Effects of Problem Solving Instruction on Physics Achievement, Problem Solving Performance and Strategy Use”. Latin American Journal of Physics Education. 2, (3), 151-166.
Soedarso. (2000). Speed Reading: Sistem Membaca Cepat dan Efektif. Jakarta: Gramedia.
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D). Bandung: Alfabeta.
Syamrilaode. (2010). Pengertian Membaca Menurut Para Ahli. [Online]. Tersedia: http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/2060355-pengertian-membaca-menurut-para-ahli/#ixzz1n6zbP6qj. [22 Februari 2012].
(6)
55
Melya Dwi Gardiantari, 2013
Penerapan strategi pembelajaran problem solving dengan reading infusion untuk meningkatkan prestasi belajar siswa SMP.
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. (2002). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Tomo. (2003). Mengintegrasikan Teknik Membaca SQ4R dan Membuat Catatan Berbentuk Graphic Postorganizer dalam Pembelajaran Fisika. Disertasi Doktor Program Pascasarjana UPI. Bandung: Tidak diterbitkan.
Universitas Pendidikan Indonesia. (2011). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.