PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) PRAKTIKUM BERBASIS INKUIRI PADA POKOK BAHASAN REAKSI KIMIA.

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, M. (1994). Pengembangan Program Pengajaran Bidang Studi

Kimia. Surabaya: Airlangga Press.

Arifin, M., et al. (2000). Common Textbook: Strategi Belajar Mengajar

Kimia. Bandung: Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI.

Arsyad, A. (2011). Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

BSNP. (2006). Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah:

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar SMP/MTs. Jakarta:

Badan Standar Nasional Pendidikan.

Dahar, R. W., dan Liliasari. (1986). Pengelolaan Pengajaran Kimia. Jakarta: Universitas Terbuka, Depdikbud.

Djamarah, S.B., dan Zain, A. (2006). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Hamalik, O. (2009). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara. Hambali, K. A. (2011). Pengembangan Prosedur Praktikum Kimia

Berbasis Material Lokal dalam Bentuk Lembar Kerja Siswa pada Pokok Bahasan Reaksi Kimia. Skripsi Sarjana pada FPMIPA UPI

Bandung: tidak diterbitkan.

Johnstone, A.H., and Shuaili, A.A. (2001). “Learning in the Laboratory; Some Thoughts from the Literature”. Journal of U.Chem.Ed. 5,

42-51.

Kamilati, N. (2010). Kimia SMP Kelas VII. Bogor: Yudhistira.

Kessler, J.H., and Galvan, P.M. (2007). Inquiry in Action: Investigating

Matter Through Inquiry Third Edition. United States of America:

American Chemical Society.

Kuraesin, W. (2009). Upaya Meningkatkan Pemahaman Siswa dalam

Pembelajaran IPS Melalui Pendekatan Inkuiri untuk Siswa Kelas IV Sekolah Dasar. Skripsi Sarjana pada FIP UPI Bandung: tidak


(2)

Lutfi. (2007). IPA Kimia SMP dan MTs untuk Kelas VII. Jakarta: Esis. Mohrig J.R., et al. (2009). “On the Successful Use of Inquiry-Driven

Experiments in the Organic Chemistry Laboratory”. Journal of Chemical Education. 84, (6).

NSTA. (2011). Vinegar and Baking Soda Investigation. [Online]. Tersedia: nstacommunities.org/.../LP_MS_week_16_Vinegar_and_Baking_S oda_ edited.doc. [23 September 2012]

Pamungkas, W. (2012). Penerapan LKS Berbasis Inkuiri Materi Kalor

untuk Menumbuhkan Karakter Siswa SMP Kelas VII Tahun

Pelajaran 2011/2012. [Online]. Tersedia:

http://lib.unnes.ac.id/12200/. [31 Juli 2012]

Partana, C.F. (2011). Science Series: Chemistry 1 for Junior High School

Year VII. Jakarta: Quadra.

Prasodjo, B. dkk. (2007). IPA 1 Terpadu SMP/MTs Kelas VII. Bogor: Yudhistira.

Riduwan. (2011). Dasar-dasar Statistika. Bandung: Alfabeta.

Rinawan, A. Dan Anis, D.R. (2012). IPA Terpadu. Klaten: Intan Pariwara. Rohaeti, E., Widjajanti, E., dan Padmaningrum, R.T. (2006). Pengembangan

“Lembar Kerja Siswa (LKS) Mata Pelajaran Sains Kimia untuk SMP Kelas VII, VIII, dan IX”. Makalah pada Kegiatan Pengabdian pada Masyarakat, Yogyakarta.

Rustaman, N. (1996). Pengembangan Keterampilan Proses Sains. Bandung: Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA IKIP Bandung.

. (2005). Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang: Universitas Negeri Malang.

. (2005a). “Perkembangan Penelitian Pembelajaran Berbasis Inkuiri dalam Pendidikan Sains”. Makalah pada Seminar Nasional II Himpunan Ikatan Sarjana dan Pemerhati Pendidikan IPA Indonesia, Bandung.

Sagala, S. (2010). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Sanjaya, W. (2011). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses


(3)

Setia, F. H. (2010). Hasil Belajar Siswa SMA pada Pembelajaran Kenaikan

Titik Didih Larutan Melalui Metode Praktikum dengan Pendekatan Inkuiri. Skripsi Sarjana pada FPMIPA UPI Bandung: tidak

diterbitkan.

Sugiyarto, T. dan Ismawati, E. (2008). Ilmu Pengetahuan Alam untuk

SMP/MTs Kelas VII. Jakarta: Depdiknas.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Sukarna, I. M. (2000). “Karakteristik Ilmu Kimia dan Keterkaitannya dengan Pembelajaran di Tingkat SMU”. Proceeding Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan MIPA di Era Globalisasi

UNY, Yogyakarta.

Sukmadinata, N. S. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sunyono. (2008). “Development of Student Worksheet Base on Environment to Sains Material of Yunior High School in Class VII on Semester I”. Proceeding of The Second International Seminar of

Science Education – UPI, Bandung.

Susanti, E. (2012). Kimia 1 untuk Kelas VII SMP dan MTs. Solo: Global. Susiwi, et al. (2008). “The Skills of High School Students on Data

Communication and Experiment Concluding in Chemistry Laboratory Activities”. Proceeding of The Second International

Seminar of Science Education UPI, Bandung.

Suyono, et al. (2007). “Aplikasi Lembar Kerja Siswa Berpendekatan

Contextual Teaching and Learning dalam Menyongsong

Kurikulum Sains 2004”. Jurnal Penelitian Pendidikan Matematika dan Sains. 14, (2), 116-124.

Trianto. (2007). Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi

Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.

Umah, U. (2011). Pengembangan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) untuk

Pembelajaran Berbasis Inkuiri pada Materi Limit Fungsi Kelas XI IPA. [Online]. Tersedia: http://library.um.ac.id/free-contents/download/pub/pub.php/51150.pdf. [31 Juli 2012]


(4)

Wasis dan Sugeng, Y.I. (2008). Ilmu Pengetahuan Alam Jilid I untuk SMP

dan MTs Kelas VII. Jakarta: Depdiknas.

Wati, D. F. M. (2007). Pengaruh Pendekatan Konstektual Menggunakan

Metode Praktikum pada Pembelajaran Perubahan Materi Terhadap Peningkatan Kemampuan Dasar Kognitif Siswa SMP.

Skripsi Sarjana pada FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan. Wenning et al. (2004). Levels of Inquiry Hierarchies of Pedagogical

Practices and Inquiry Processes. Illinois: Departement of Physics

Illinois State University.

Widjajanti, E. (2008). “Kualitas Lembar Kerja Siswa”. Makalah pada Kegiatan Pengabdian pada Masyarakat, Yogyakarta.

Wijaya, A., Suryatin, B., dan Salirawati, D. (2009). Cerdas Belajar IPA

untuk SMP/MTs Kelas VII. Jakarta: Depdiknas.

Winarsih, A. dkk. (2008). IPA Terpadu untuk SMP/MTs Kelas VII. Jakarta: Depdiknas.

Winarti, A. dan Irhasyuarna, Y. (2001). “Optimalisasi peran Laboratorium Sebagai Upaya Menyiapkan Pembelajaran Kimia di SMU dalam Menghadapi Abad 21”. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. 7,

(030), 352-365.

Yulianti, C. R. (2009). Pengaruh Penggunaan Media Pembelajaran

Berbasis Komputer Terhadap Hasil Belajar Siswa SMA Kelas X pada Sub Pokok Bahasan Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit.


(5)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya sebagai penguasaan kumpulan pengetahuan yang berisi fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Menurut BSNP (2006) pendidikan IPA menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar siswa menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah, sehingga diharapkan pendidikan IPA khususnya di SMP/MTs dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar.

Salah satu cabang dari IPA adalah kimia. Ilmu kimia secara khusus mempelajari mengenai perubahan materi, baik perubahan secara kimia maupun secara fisika. Kimia juga merupakan ilmu yang tumbuh dan berkembang berdasarkan eksperimen-eksperimen. Sebagai ilmu yang tumbuh secara eksperimental, maka ilmu kimia mengandung baik pengetahuan deklaratif maupun pengetahuan prosedural. Pengetahuan deklaratif dipelajari siswa sebagai teori kimia dan pengetahuan prosedural dipelajari siswa salah satunya melalui praktikum kimia.

Hakikat ilmu kimia secara garis besar mencakup dua bagian, yakni kimia sebagai produk dan kimia sebagai proses. Kimia sebagai produk


(6)

meliputi sekumpulan pengetahuan yang berisi fakta-fakta, konsep-konsep, dan prinsip-prinsip ilmu kimia. Sedangkan kimia sebagai proses meliputi keterampilan-keterampilan dan sikap yang dimiliki oleh para ilmuwan untuk memperoleh dan mengembangkan produk kimia. Keterampilan-keterampilan tersebut merupakan Keterampilan-keterampilan proses, sedangkan sikap-sikap yang dimiliki oleh para ilmuwan dikenal sebagai sikap-sikap ilmiah.

Berkaitan dengan hakikat ilmu kimia sebagai produk dan proses, maka dalam proses pembelajaran kimia tidak hanya dapat dilakukan dengan pemberian fakta dan konsep, tetapi harus diperhatikan juga bagaimana siswa dilatih untuk menemukan fakta dan konsep tersebut sehingga proses pembelajaran kimia diharapkan dapat mendorong siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir, memiliki kemampuan pemecahan masalah melalui metode ilmiah dan meniru cara ilmuwan bekerja dalam menemukan fakta.

Kimia termasuk ke dalam mata pelajaran IPA yang baru dipelajari siswa di SMP/MTs. Kemampuan awal maupun kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran kimia dimungkinkan kurang bila dibandingkan dengan saat siswa mengikuti pembelajaran fisika dan biologi (Rohaeti, et

al., 2006), maka salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menanamkan

konsep secara mantap serta meningkatkan proses pembelajaran kimia di SMP/MTs adalah melalui pendekatan ke arah proses memperoleh fakta, konsep, prinsip, hukum dan teori yaitu dengan metode praktikum.


(7)

Metode praktikum adalah metode pemberian kesempatan kepada siswa secara perorangan atau kelompok, untuk dilatih melakukan suatu proses atau percobaan. Dengan metode ini siswa diharapkan sepenuhnya terlibat merencanakan praktikum, melakukan praktikum, menemukan fakta, mengumpulkan data, dan memecahkan masalah yang dihadapinya secara nyata (Djamarah dan Zain, 2006). Dengan begitu siswa akan lebih yakin atas suatu hal daripada hanya menerima informasi dari guru dan buku.

Penggunaan metode praktikum dalam pembelajaran memberikan beberapa dampak yang positif, diantaranya pengetahuan dapat bertahan lama, lebih mudah diingat, lebih mudah diterapkan pada situasi-situasi baru, dan secara keseluruhan dapat meningkatkan penalaran siswa. Selaras dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Wati (2007) dan Setia (2010) yang menunjukkan bahwa penerapan metode praktikum dalam pembelajaran dapat menghasilkan penanaman konsep yang baik pada siswa.

Menurut Winarti dan Irhasyuarna (2001) serta Yulianti (2009) meskipun metode praktikum memiliki berbagai kelebihan, namun metode praktikum dalam pembelajaran kimia masih jarang dilakukan. Hal ini senada dengan hasil survei studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada 10 sekolah di Kota Bandung dan Kabupaten Garut (data lengkap dapat di lihat di Lampiran 2.1 halaman 119) yang menunjukkan bahwa dari 10 sekolah tempat dilakukan survei hanya lima sekolah yang melakukan praktikum dalam pembelajaran kimia pada pokok bahasan reaksi kimia. Adapun kendala yang dihadapi oleh sekolah yang tidak melakukan


(8)

praktikum adalah keterbatasan waktu yang disediakan, serta alat dan bahan praktikum yang kurang memadai sehingga cukup menyulitkan guru untuk menyelenggarakan praktikum.

Menurut Rohaeti, et al. (2006) untuk memudahkan siswa melakukan praktikum, maka praktikum dipandu dengan menggunakan lembar kerja siswa atau yang disingkat dengan LKS. Hasil survei yang dilakukan oleh peneliti menunjukkan bahwa dari beberapa sekolah yang melakukan praktikum, kegiatan praktikum selalu dipandu dengan menggunakan LKS (selengkapnya dapat dilihat di Lampiran 2.1 halaman 119). Adapun karakteristik LKS yang beredar di jenjang SMP/MTs umumnya hanya berisi instruksi langsung (cook book), sehingga siswa melakukan praktikum sesuai dengan instruksi yang terdapat dalam LKS tanpa memikirkan alasan pengerjaan tahap demi tahap yang dilakukan.

Menurut Winarti dan Irhasyuarna (2001) pelaksanaan praktikum dengan menggunakan LKS yang hanya berisi instruksi langsung (cook

book) kurang memberikan pengalaman pada siswa untuk bekerja secara

ilmiah seperti seorang ilmuwan. Oleh karena itu, perlu adanya pengembangan LKS yang dapat melatih siswa bekerja secara ilmiah serta dapat mengembangkan kemampuan berpikir siswa sehingga siswa memiliki kesempatan untuk menemukan konsep, membangun pengetahuannya sendiri dan lebih berperan aktif dalam proses pembelajaran.

LKS berbasis inkuiri merupakan salah satu alternatif yang cocok diterapkan untuk melatih siswa bekerja secara ilmiah dan mengembangkan


(9)

kemampuan berpikir siswa. LKS berbasis inkuiri adalah LKS yang didesain dengan menggunakan pendekatan dalam tahap-tahap proses inkuiri. Beberapa penelitian mengenai LKS berbasis inkuiri telah banyak dilakukan diantaranya oleh Umah (2011) dan Pamungkas (2012) yang hasilnya menunjukkan bahwa pengunaan LKS berbasis inkuiri dalam pembelajaran dapat meningkatkan kemampuan berpikir, hasil belajar, dan menumbuhkan sikap ilmiah siswa.

Walaupun telah ada beberapa peneliti yang mengembangkan LKS berbasis inkuiri pada pokok bahasan reaksi kimia seperti NSTA (2007) serta Kessler dan Galvan (2007), tetapi dari hasil survei yang dilakukan oleh peneliti menunjukkan bahwa hanya tiga dari 10 guru yang disurvei pernah menggunakan serta mengembangkan LKS inkuiri dalam pelaksanaan praktikum reaksi kimia (data lengkap terdapat di Lampiran 2.1 halaman 119). Keterbatasan waktu yang tersedia merupakan kendala masih sedikitnya guru yang menggunakan serta mengembangkan LKS inkuiri untuk mendukung pelaksanaan praktikum kimia. Untuk mengatasi kendala tersebut, maka perlu adanya pengembangan LKS inkuiri untuk membantu guru mengimplementasikan pembelajaran kimia yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir dan sikap ilmiah siswa.

Salah satu kompetensi dasar yang harus dicapai oleh siswa dalam pembelajaran IPA (kimia) di kelas VII adalah mengenal reaksi kimia melalui ciri-ciri reaksi kimia. Materi reaksi kimia sangat berkaitan erat dengan kehidupan sehari-hari siswa sehingga dapat dengan mudah


(10)

mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan. Selain itu, materi reaksi kimia merupakan kunci utama dalam kimia dan merupakan dasar dalam mempelajari materi-materi lain dalam kimia. Oleh karena itu, peneliti melakukan penelitian dengan judul “Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) Praktikum Berbasis Inkuiri pada Pokok Bahasan Reaksi Kimia”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah untuk penelitian ini adalah “Bagaimana kualitas lembar kerja siswa (LKS) praktikum berbasis inkuiri yang dikembangkan pada pokok bahasan reaksi kimia?”

Adapun pertanyaan penelitian untuk penelitian ini terdiri atas:

1. Bagaimana karakteristik LKS pada pokok bahasan reaksi kimia yang digunakan di SMP/MTs saat ini?

2. Bagaimana karakteristik LKS praktikum yang dikembangkan?

3. Bagaimana penilaian guru terhadap LKS praktikum berbasis inkuiri yang dikembangkan pada pokok bahasan reaksi kimia?

4. Bagaimana keterlaksanaan LKS praktikum berbasis inkuiri yang dikembangkan pada pokok bahasan reaksi kimia?

5. Bagaimana respon siswa terhadap LKS praktikum berbasis inkuiri yang dikembangkan pada pokok bahasan reaksi kimia?


(11)

C. Pembatasan Masalah

Masalah yang dikaji pada penelitian ini perlu dibatasi agar lebih terarah dan memberikan informasi yang lebih jelas mengenai masalah-masalah yang akan diteliti. Adapun penelitian ini dibatasi pada hal-hal berikut:

1. Sekolah tempat survei untuk melakukan penelitian pada tahap studi pendahuluan hanya terdiri dari 10 SMP/MTs di Kota Bandung dan Kabupaten Garut.

2. Inkuiri yang digunakan adalah inkuiri terbimbing.

3. LKS praktikum berbasis inkuiri yang dikembangkan hanya pada topik identifikasi reaksi kimia.

4. Penelitian ini hanya sampai uji coba model secara terbatas.

D. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Mengembangkan LKS praktikum berbasis inkuiri pada pokok bahasan reaksi kimia.

2. Mengetahui kualitas LKS praktikum berbasis inkuiri yang dikembangkan pada pokok bahasan reaksi kimia.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian mengenai pengembangan LKS praktikum berbasis inkuiri ini diharapkan bisa memberikan manfaat sebagai berikut:


(12)

1. Bagi guru IPA SMP/MTs, menjadi bahan pertimbangan untuk menggunakan LKS praktikum berbasis inkuiri yang dikembangkan dalam pembelajaran kimia dan juga sebagai bahan masukan untuk mengembangkan LKS berbasis inkuiri pada pokok bahasan lainnya dalam pelajaran sains.

2. Bagi siswa SMP/MTs, diharapkan dapat memberikan pengalaman baru dalam pembelajaran menggunakan LKS praktikum berbasis inkuiri yang dikembangkan serta membangkitkan semangat dan motivasi dalam mempelajari ilmu kimia.

3. Bagi peneliti dalam bidang sejenis, diharapkan dapat dijadikan salah satu dasar dan masukan dalam penelitian pengembangan LKS praktikum berbasis inkuiri pada pokok bahasan yang lainnya.

F. Definisi Operasional

Agar tidak terjadi penafsiran yang berbeda-beda terhadap beberapa istilah yang dilakukan dalam penelitian ini, maka diperlukan penjelasan beberapa istilah berikut:

1. Pengembangan adalah suatu kegiatan memperdalam dan memperluas pengetahuan yang telah ada (Sugiyono, 2010).

2. Lembar kerja siswa adalah media pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa untuk memperoleh dan mengembangkan konsep melalui kegiatan IPA (Rustaman, 1996).


(13)

3. Metode praktikum adalah metode pemberian kesempatan kepada siswa secara perorangan atau kelompok, untuk dilatih melakukan suatu percobaan (Djamarah dan Zain, 2006).

4. Inkuiri merupakan suatu strategi pembelajaran yang berpusat pada siswa, yang mendorong siswa untuk memecahkan masalah, merumuskan hipotesis, merencanakan eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis data, serta menarik kesimpulan (Rustaman, 2005a).

5. Inkuiri terbimbing merupakan suatu pendekatan inkuiri yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyelidiki permasalahan yang diberikan oleh guru, yang jawabannya berdasarkan hasil analisis percobaan siswa. Adapun tugas guru selain memberikan permasalahan yang harus diselidiki oleh siswa, juga mempersiapkan bahan-bahan yang diperlukan dalam percobaan (Mohrig, et al., 2009).


(14)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian dan pengembangan (Research and Development, R&D). Menurut Sugiyono (2010), Research and Development adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji keefektifan produk tersebut. Adapun menurut Sukmadinata (2010) penelitian dan pengembangan merupakan pendekatan penelitian untuk menghasilkan produk baru atau penyempurnaan produk yang telah ada. Produk yang dihasilkan bisa berbentuk software, ataupun hardware seperti buku, modul, paket, program pembelajaran ataupun alat bantu belajar.

Borg dan Gall (dalam Sugiyono, 2010) mengemukakan 10 langkah-langkah dalam penelitian dan pengembangan sebagai berikut:

1. Menemukan potensi masalah 2. Pengumpulan data

3. Desain produk 4. Validasi desain 5. Revisi desain

6. Uji coba produk terbatas 7. Revisi produk


(15)

9. Revisi produk

10.Pembuatan produk massal

Selanjutnya Sukmadinata (2010) memodifikasi 10 langkah penelitian dan pengembangan yang dilakukan Borg dan Gall menjadi tiga langkah sebagai berikut:

1. Studi Pendahuluan

Studi pendahuluan merupakan tahap awal atau persiapan dalam penelitian dan pengembangan. Tahap ini terdiri atas tiga langkah, yaitu: 1) studi kepustakaan, merupakan kajian untuk mempelajari konsep-konsep atau teori-teori yang berkenaan dengan produk atau model yang akan dikembangkan. Selain itu, pada tahap studi kepustakaan ini juga dilakukan kajian terhadap hasil penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan; 2) survei lapangan, merupakan kegiatan pengumpulan data secara langsung ke lapangan untuk mengukur kebutuhan terhadap produk yang akan dikembangkan; 3) penyusunan produk awal atau draf model.

2. Pengembangan model

Dalam tahap ini dilakukan uji coba terhadap produk atau model yang telah disusun pada tahap studi pendahuluan. Uji coba dilakukan dalam dua langkah, yaitu langkah pertama uji coba terbatas dan langkah kedua uji coba lebih luas. Pelaksanaan uji coba serta jumlah sumber data yang dijadikan sampel merupakan hal yang membedakan diantara kedua uji coba tersebut.


(16)

3. Uji Model

Uji model merupakan tahap pengujian keampuhan dari model atau produk yang dikembangkan. Pengujian keampuhan biasanya dilakukan dengan membandingkan antara produk yang dikembangkan dengan produk yang biasa digunakan di sekolah.

Dalam penelitian dan pengembangan LKS praktikum berbasis inkuiri ini tidak semua langkah R&D dilakukan, hanya sampai pada tahap uji coba produk terbatas pada langkah enam menurut Borg dan Gall, atau sampai uji coba terbatas dalam tahap kedua dari langkah penelitian dan pengembangan hasil modifikasi Sukmadinata.

Untuk memperjelas proses penelitian yang dilakukan, maka proses penelitian tersebut digambarkan melalui alur penelitian yang ditunjukkan dalam Gambar 3.1.


(17)

Kajian terhadap LKS reaksi kimia yang digunakan di SMP/MTs serta kajian terhadap

hasil penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan

Penyusunan produk berupa lembar kerja siswa (LKS) praktikum berbasis inkuiri

Validasi LKS praktikum berbasis inkuiri oleh pembimbing

Penyusunan Instrumen Penelitian (Angket dan lembar observasi)

Validasi Instrumen Penelitian oleh Pembimbing

Uji coba terbatas LKS praktikum berbasis inkuiri

Uji Keterlaksanaan

Penjaringan Penilaian Guru Penjaringan Respon Siswa

Pengolahan Data

Kesimpulan Penyusunan produk awal atau draf model

Survei lapangan

Penyusunan Instrumen berupa lembar observasi untuk kegiatan survei lapangan

Validasi Instrumen untuk kegiatan survei lapangan

Studi kepustakaan

Uji coba terbatas

Pengembangan Model Studi Pendahuluan

Ya Tidak

Ya Tidak

Ya Tidak


(18)

B. Langkah-langkah Penelitian dan Pengembangan

Langkah dalam penelitian dan pengembangan ini terbagi ke dalam dua tahapan, sebagai berikut:

1. Tahap Studi Pendahuluan

Tahap ini merupakan tahap awal atau persiapan untuk pengembangan. Tahap ini terdiri atas tiga langkah, pertama studi kepustakaan, kedua survei lapangan dan ketiga penyusunan produk awal atau draf model. Adapun tahap studi pendahuluan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Studi Kepustakaan

Penelitian ini merupakan pengembangan lanjutan dari penelitian Hambali (2011) yang berjudul “Pengembangan Prosedur Praktikum Berbasis Material lokal dalam Bentuk Lembar Kerja Siswa pada Pokok Bahasan Reaksi Kimia”. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Hambali (2011) menghasilkan sebuah produk berupa prosedur praktikum berbasis material lokal pada pokok bahasan reaksi kimia yang dikemas dalam bentuk lembar kerja siswa (LKS) standar. Adapun karakteristik dari LKS yang dikembangkan oleh Hambali (2011) hanya berisi instruksi langsung (cook

book) sehingga kurang memberikan pengalaman pada siswa untuk bekerja

secara ilmiah.

Berdasarkan karakteristik LKS yang dikembangkan oleh Hambali (2011), maka diperlukan suatu penelitian dan pengembangan lanjutan yang lebih memfokuskan pada pengembangan LKS yang dapat memberikan


(19)

kesempatan pada siswa untuk bekerja secara ilmiah. Hasil penelitian dan pengembangan lanjutan ini berupa LKS berbasis inkuiri. Diharapkan dengan adanya LKS berbasis inkuiri ini siswa memperoleh pengalaman belajar yang berbeda dalam melakukan kegiatan praktikum, pada penelitian ini siswa dituntut untuk bekerja seperti seorang ilmuwan dipandu dengan menggunakan LKS yang dikembangkan.

Kajian terhadap LKS reaksi kimia yang digunakan saat ini di SMP/MTs merupakan salah satu studi kepustakaan yang dilakukan pada penelitian ini. LKS yang dianalisis hanya terdiri 10 LKS yang terdapat dalam buku IPA terpadu dan buku kimia untuk SMP/MTs. LKS dianalisis baik dari segi topik praktikum, alat dan bahan yang digunakan serta langkah kerja yang terdapat dalam LKS. Dari hasil analisis diperoleh informasi mengenai kelemahan dan kelebihan LKS yang akan menjadi dasar pemikiran dalam penelitian pengembangan LKS praktikum berbasis inkuiri ini.

Selain mengkaji hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Hambali (2011) serta LKS yang digunakan saat ini di SMP/MTs, peneliti juga melakukan kajian terhadap hasil penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan. Hasil penelitian yang dikaji adalah penelitian-penelitian mengenai pengembangan LKS berbasis inkuiri pada mata pelajaran ilmu pengetahuan alam, khususnya kimia.


(20)

b. Survei Lapangan

Survei lapangan ini secara umum bertujuan untuk mengetahui kondisi di lapangan mengenai kegiatan pembelajaran reaksi kimia dan secara khusus bertujuan untuk mengukur kebutuhan terhadap produk yang akan dikembangkan yaitu LKS praktikum berbasis inkuiri. Tahap pertama yang dilakukan dalam survei lapangan ini adalah membuat instrumen berupa lembar observasi (dapat dilihat di Lampiran 1.1 halaman 93). Adapun hal-hal yang menjadi fokus dalam lembar observasi tersebut adalah keterlaksanaan kegiatan praktikum pada pembelajaran reaksi kimia, penggunaan LKS pada saat kegiatan praktikum, penggunaan LKS inkuiri pada kegiatan praktikum, serta pengembangan LKS inkuiri yang dilakukan oleh guru. Sebelum lembar observasi tersebut diberikan kepada guru, maka terlebih dahulu dilakukan validasi oleh dosen pembimbing. Dari hasil validasi ditemukan kekurangan dan kesalahan dalam penyusunan lembar observasi, sehingga dilakukan revisi sampai lembar observasi yang disusun dianggap layak untuk digunakan.

c. Penyusunan Produk Awal

Pada tahap penyusunan produk awal dilakukan tahapan sebagai berikut:

1) Penyusunan LKS Praktikum Berbasis Inkuiri

LKS praktikum berbasis inkuiri yang disusun mengacu pada standar isi yang berlaku saat ini. Penyusunan LKS dilaksanakan dengan


(21)

memperhatikan konsep pada dasar teori dan pembuatan LKS yang baik serta konsep inkuiri seperti telah dipaparkan pada bagian kajian pustaka. Judul LKS praktikum berbasis inkuiri yang dikembangkan adalah “Identifikasi Reaksi Kimia”. LKS selengkapnya dapat dilihat di Lampiran 1.2 halaman 94.

2) Validasi LKS Praktikum Berbasis Inkuiri

Dalam proses penyusunan LKS praktikum berbasis inkuiri, peneliti melakukan validasi kepada dosen pembimbing. Dari hasil validasi ditemukan kekurangan dan kesalahan dalam penyusunan LKS praktikum berbasis inkuiri, sehingga dilakukan revisi dan bimbingan berulang kali hingga LKS praktikum berbasis inkuiri yang disusun dianggap layak untuk digunakan dalam kegiatan praktikum.

3) Penyusunan Instrumen Penelitian

Instrumen yang dibuat meliputi angket dan lembar observasi. Angket dibuat untuk guru dan siswa. Angket untuk guru berupa lembar penilaian guru yang digunakan untuk menjaring informasi mengenai penilaian guru terhadap keseluruhan aspek dalam LKS praktikum berbasis inkuiri, seperti kesesuaian isi LKS dengan standar isi, kesesuaian LKS dengan konsep, keefektifan kalimat dalam LKS serta tata letak dan perwajahan LKS. Angket untuk guru selengkapnya dapat dilihat di Lampiran 1.3-1.6 halaman 105. Sedangkan angket siswa (Lampiran 1.7 halaman 115) digunakan untuk


(22)

menjaring respon siswa mengenai LKS praktikum berbasis inkuiri yang dikembangkan. Adapun lembar observasi (dapat dilihat di Lampiran 1.8 halaman 116) digunakan untuk mengetahui keterlaksanaan LKS praktikum berbasis inkuiri yang dikembangkan.

4) Validasi Instrumen Penelitian

Sebelum instrumen penelitian berupa lembar observasi, lembar penilaian guru dan angket respon siswa digunakan dalam penelitian, terlebih dahulu dilakukan validasi oleh dosen pembimbing. Dari hasil validasi ditemukan kekurangan dan kesalahan dalam penyusunan instrumen penelitian, sehingga dilakukan revisi dan bimbingan berulang kali hingga instrumen penelitian yang disusun dianggap layak untuk digunakan.

2. Tahap Pengembangan Model

Pada tahap pengembangan model dalam penelitian ini, dilakukan uji coba terbatas LKS praktikum berbasis inkuiri yang dikembangkan. Adapun langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1) Penjaringan Penilaian Guru

Penjaringan penilaian guru terhadap LKS praktikum berbasis inkuiri yang dikembangkan dilakukan di Kota Bandung dan Kabupaten Garut. Penilaian tersebut digunakan untuk menjaring informasi mengenai kualitas LKS yang dikembangkan.


(23)

2) Uji Keterlaksanaan

Uji keterlaksanaan LKS praktikum berbasis inkuiri dilakukan di kelas VII salah satu MTs di Kabupaten Garut. Jumlah siswa dalam pelaksanaan penelitian ini yaitu sebanyak 34 orang yang dibagi ke dalam tujuh kelompok. Pelaksanaan praktikum dilakukan oleh siswa berdasarkan LKS berbasis inkuiri yang dikembangkan. Dalam penelitian ini peneliti dibantu oleh tujuh orang observer, setiap observer mengamati satu kelompok yang berjumlah 5 orang. Adapun tugas observer yaitu untuk menilai kegiatan siswa selama praktikum berlangsung menggunakan lembar observasi yang berbentuk rubrik. Uji yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui keterlaksanaan LKS berbasis inkuiri yang dikembangkan.

3) Penjaringan Respon Siswa

Setelah melakukan praktikum, siswa diminta untuk merespon apa yang ada dalam angket. Respon tersebut digunakan untuk menjaring informasi mengenai kualitas LKS praktikum berbasis inkuiri yang dikembangkan.

C. Sumber Data

Sumber data pada penelitian ini adalah guru dan siswa. Guru yang bertindak sebagai penilai LKS praktikum berbasis inkuiri yang dikembangkan berjumlah 10 orang. Nama-nama guru yang menjadi penilai dari setiap sekolah terdapat pada Lampiran 3.1 halaman 141. Adapun siswa yang menjadi sumber data adalah siswa kelas VII pada salah satu MTs di


(24)

Kabupaten Garut. Pengelompokan siswa dilakukan secara acak, data pengelompokan siswa selengkapnya dapat dilihat di Lampiran 3.2 halaman 142.

D. Instrumen Penelitian

Pada penelitian ini digunakan dua instrumen penelitian, yakni angket dan lembar observasi untuk menjaring informasi mengenai kualitas dan keterlaksanaan LKS praktikum berbasis inkuiri yang dikembangkan.

1. Angket

Angket dalam penelitian ini terdiri dari lembar penilaian guru dan angket respon siswa. Angket tersebut digunakan sebagai alat pengumpul data untuk mengetahui kualitas LKS praktikum berbasis inkuiri yang dikembangkan berdasarkan penilaian guru dan respon siswa.

Angket untuk guru digunakan untuk mengetahui penilaian guru terhadap LKS berbasis inkuiri yang dikembangkan. Adapun aspek yang menjadi penilaian meliputi: 1) kesesuaian isi LKS dengan standar isi; 2) kesesuaian LKS dengan konsep; 3) keefektifan kalimat dalam LKS; serta 4) tata letak dan perwajahan LKS. Sedangkan angket untuk siswa digunakan untuk mengetahui respon siswa terhadap LKS praktikum berbasis inkuiri yang dikembangkan.

2. Lembar Observasi

Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan bila penelitian berkaitan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam, dan


(25)

bila jumlah responden yang diamati tidak terlalu besar (Sugiyono, 2010). Lembar Observasi berisi sebuah daftar kegiatan yang mungkin timbul dan akan diamati. Lembar observasi terdiri dari identitas kelompok, identitas observer, daftar kegiatan yang sesuai dengan tahapan inkuiri, rubrik penilaian tindakan siswa, serta kolom penilaian. Lembar observasi ini digunakan untuk mengukur tingkat keterlaksanaan LKS praktikum berbasis inkuiri yang dikembangkan.

E. Prosedur Pengolahan Data

Teknik pengolahan data penelitian secara rinci akan dijelaskan sebagai berikut:

1. Pengolahan Data dari Lembar Penilaian Guru

Tahapan pengolahan data yang diperoleh dari pengisian lembar penilaian oleh guru adalah sebagai berikut:

a. Memberikan skor

Pemberian skor pada jawaban setiap item dilakukan dengan menggunakan skala Guttman dan skala Likert. Skala Guttman merupakan skala yang menginginkan jawaban tegas terhadap suatu permasalahan yang ditanyakan. Adapun penilaian berdasarkan skala Guttman terdapat pada Tabel 3.1 berikut.


(26)

Tabel 3.1. Skor pernyataan pada lembar penilaian guru berdasarkan

skala Guttman

No Jawaban Item Instrumen Lembar Penilaian Skor

1 Sesuai/Tepat/Terkait/Logis/Ya/Jelas 1

2 Tidak sesuai/Tidak tepat/Tidak terkait/Tidak logis/Tidak/Tidak jelas

0

(Riduwan, 2011) Pernyataan yang digunakan dalam Skala Likert yang digunakan untuk mengetahui penilaian guru adalah pernyataan positif. Adapun penilaian berdasarkan skala Likert terdapat pada Tabel 3.2 berikut.

Tabel 3.2. Skor Pernyataan pada Lembar Penilaian Guru

Berdasarkan Skala Likert

No Jawaban Item Instrumen Lembar Penilaian

Skor

1 Sangat sesuai 4

2 sesuai 3

3 Tidak sesuai 2

4 Sangat tidak sesuai 1

(Riduwan, 2011) b. Mengolah Skor

Pengolahan skor lembar penilaian guru dilakukan dengan mengikuti tahapan-tahapan yang dikemukakan oleh Riduwan (2011) sebagai berikut: 1) Menjumlahkan skor seluruh responden pada setiap komponen yang

dianalisis.

2) Menjumlahkan skor total keseluruhan komponen yang dianalisis pada setiap indikator.


(27)

3) Menentukan skor maksimal

Skor Maksimal= skor tertinggi x jumlah penilai x komponen yang dianalisis 4) Menghitung persentase skor setiap indikator

Persentase indikator = ℎ � � ℎ x 100 % 5) Menghitung rata-rata persentase skor aspek penilaian

Rata-rata persentase aspek penilaian =

� x 100%

6) Melakukan interpretasi persentase penilaian guru

Untuk menyatakan penilaian guru terhadap LKS praktikum berbasis inkuiri yang dikembangkan, maka digunakan kriteria interpretasi skor yang dikemukakan oleh Riduwan (2011) seperti terlihat pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3 Kriteria Interpretasi Persentase

Rentang skor (%) Kriteria*)

0-20 Sangat lemah

21-40 Lemah

41-60 Cukup

61-80 Kuat

81-100 Sangat Kuat

*) Keterangan: kriteria interpretasi persentase disesuaikan dengan penilaian yang dilakukan.

2. Pengolahan Data dari Lembar Observasi

Tahapan pengolahan data yang diperoleh dari pengisian lembar observasi adalah sebagai berikut:


(28)

a. Memberikan Skor

Berikut ini adalah pemberian skor untuk setiap kegiatan yang mungkin dilakukan oleh siswa.

2 = jika siswa melakukan dengan baik

1 = jika siswa melakukan dengan kurang baik 0 = jika siswa tidak melakukan

b. Mengolah Skor

Pengolahan skor dilakukan dengan mengikuti tahapan-tahapan yang dikemukakan oleh Riduwan (2011) sebagai berikut:

1) Menjumlahkan skor seluruh kelompok pada setiap aspek penilaian dalam tahapan inkuiri

2) Menentukan skor maksimal

Skor maksimal = Skor tertinggi x jumlah observer

3) Menghitung persentase keterlaksanaan seluruh kelompok pada setiap aspek penilaian dalam tahapan inkuiri

Persentase setiap aspek penilaian = ℎ � � ℎ x 100 % 4) Menghitung rata-rata persentase keterlaksanaan LKS praktikum

berbasis inkuiri oleh seluruh kelompok Rata-rata persentase keterlaksanaan=

� x 100%

5) Melakukan interpretasi persentase keterlaksanaan LKS

Untuk menyatakan keterlaksanaan LKS praktikum berbasis inkuiri yang dikembangkan, maka digunakan kriteria interpretasi persentase seperti terlihat pada Tabel 3.3.


(29)

3. Pengolahan Data dari Angket Respon Siswa

Tahapan pengolahan data dari pengisian angket respon siswa adalah sebagai berikut:

a. Memberikan Skor

Pernyataan yang digunakan dalam skala Likert yang digunakan untuk mengetahui respon siswa adalah pernyataan positif. Cara memberi skor pada angket respon siswa adalah skor 4 untuk pernyataan Sangat Setuju (SS), skor 3 untuk pernyataan Setuju (S), skor 2 untuk pernyataan Tidak Setuju (TS) dan skor 1 untuk pernyataan Sangat Tidak Setuju (STS). b. Mengolah Skor

Pengolahan skor angket respon siswa dilakukan dengan mengikuti tahapan-tahapan yang dikemukakan oleh Riduwan (2011) sebagai berikut: 1) Menjumlahkan skor seluruh responden pada setiap item pernyataan

yang terdapat dalam angket respon siswa. 2) Menentukan skor maksimum

Skor maksimum= skor tertinggi x jumlah responden 3) Menghitung persentase skor setiap item pernyataan

Persentase setiap item pernyataan = ℎ � � ℎ x 100 % 4) Menghitung rata-rata persentase respon siswa terhadap LKS

Rata-rata persentase respon siswa=


(30)

5) Melakukan interpretasi persentase respon siswa

Untuk menyatakan respon siswa terhadap LKS praktikum berbasis inkuiri yang dikembangkan, maka digunakan kriteria interpretasi persentase seperti terlihat pada Tabel 3.3.


(31)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian pada penelitian ini, maka dapat diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Karakteristik LKS pada pokok bahasan reaksi kimia yang digunakan di SMP/MTs saat ini adalah LKS cook book dengan percobaan menggunakan alat dan bahan standar laboratorium kimia.

2. Karakteristik LKS praktikum yang dikembangkan pada penelitian ini adalah LKS praktikum berbasis inkuiri dengan arahan rancangan percobaan mencantumkan pilihan alat dan bahan yang mudah ditemukan dalam kehidupan sehari-hari (material lokal).

3. Penilaian guru terhadap LKS praktikum berbasis inkuiri yang dikembangkan pada pokok bahasan reaksi kimia sangat sesuai dengan standar isi (100%), sangat sesuai dengan konsep reaksi kimia(97,22%), penggunaan kalimat dalam LKS sudah sangat efektif (97%) serta mempunyai tata letak dan perwajahan LKS yang sangat baik (83,6%).

4. Keterlaksanaan LKS praktikum berbasis inkuiri yang dikembangkan pada pokok bahasan reaksi kimia tergolong sangat baik (94,50%).


(32)

5. Respon siswa terhadap LKS praktikum berbasis inkuiri yang dikembangkan pada pokok bahasan reaksi kimia tergolong baik (78,3%).

B. Saran

Adapun saran yang dapat peneliti sampaikan berdasarkan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Berdasarkan penilaian guru terhadap tata letak dan perwajahan LKS, dalam hal pemilihan gambar yang digunakan dalam LKS perlu adanya pertimbangan yang lebih mendalam dengan memperhatikan aspek kemenarikan serta kebutuhan pembelajaran.

2. Berdasarkan penilaian guru, fenomena yang disajikan dalam LKS sebaiknya berisi gejala-gejala yang menunjukkan timbulnya reaksi kimia pada kehidupan sehari-hari. Hal ini agar memudahkan siswa untuk membuat hubungan antara gejala dalam kehidupan sehari-hari dengan konsep yang dipelajari.

3. Berdasarkan penilaian guru dan keterlaksanaan LKS, pertanyaan-pertanyaan yang terdapat dalam komponen analisis data hendaknya dikembangkan sesuai dengan pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki oleh siswa, sehingga siswa tidak akan banyak mengalami kesulitan saat menjawab pertanyaan yang diajukan.

4. Perlu dikembangkan LKS berbasis inkuiri pada materi kimia lainnya, khususnya untuk jenjang SMP/MTs.


(33)

5. Perlu pengembangan lanjutan sesuai dengan alur metode Research

and Developement untuk LKS berbasis inkuiri topik identifikasi reaksi


(34)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Pembatasan Masalah ... 7

D. Tujuan Penelitian ... 7

E. Manfaat Penelitian ... 7

F. Definisi Operasional... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

A. Karakteristik Materi Kimia dan Pengajaran Kimia pada Jenjang SMP/MTs ... 10

B. Metode Praktikum ... 12

C. Lembar Kerja Siswa ... 14

D. Pendekatan Inkuiri ... 23

E. Tinjauan Materi Reaksi Kimia ... 28

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 32

A. Metode Penelitian ... 32

B. Langkah-langkah Penelitian dan Pengembangan ... 36


(35)

C. Sumber Data ... 41

D. Instrumen Penelitian ... 42

1. Angket ... 42

2. Lembar Observasi ... 42

E. Prosedur Pengolahan Data ... 43

1. Pengolahan Data dari Lembar Penilaian Guru ... 43

2. Pengolahan Data dari Lembar Observasi ... 45

3. Pengolahan Data dari Angket Respon Siswa ... 47

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 49

A. Hasil Penelitian pada Tahap Studi Pendahuluan ... 49

1. Karakteristik LKS pada Pokok Bahasan Reaksi Kimia yang Digunakan di SMP/MTs Saat Ini ... 50

2. Karakteristik LKS Praktikum yang Dikembangkan ... 57

B. Hasil Penelitian pada Tahap Pengembangan Model ... 62

1. Penilaian Guru terhadap LKS Praktikum Berbasis Inkuiri ... 62

2. Keterlaksanaan LKS Praktikum Berbasis Inkuiri ... 77

3. Respon Siswa terhadap LKS Praktikum Berbasis Inkuiri... 80

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 86

A. Kesimpulan ... 86

B. Saran ... 87

DAFTAR PUSTAKA ... 89

LAMPIRAN 1 ... 93

LAMPIRAN 2 ... 119

LAMPIRAN 3 ... 141

LAMPIRAN 4 ... 143


(1)

5) Melakukan interpretasi persentase respon siswa

Untuk menyatakan respon siswa terhadap LKS praktikum berbasis inkuiri yang dikembangkan, maka digunakan kriteria interpretasi persentase seperti terlihat pada Tabel 3.3.


(2)

86

Khaerani Faoziah, 2012

Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) Praktikum Berbasis Inkuiri Pada Pokok Bahasan Reaksi Kimia

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian pada penelitian ini, maka dapat diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Karakteristik LKS pada pokok bahasan reaksi kimia yang digunakan di SMP/MTs saat ini adalah LKS cook book dengan percobaan menggunakan alat dan bahan standar laboratorium kimia.

2. Karakteristik LKS praktikum yang dikembangkan pada penelitian ini adalah LKS praktikum berbasis inkuiri dengan arahan rancangan percobaan mencantumkan pilihan alat dan bahan yang mudah ditemukan dalam kehidupan sehari-hari (material lokal).

3. Penilaian guru terhadap LKS praktikum berbasis inkuiri yang dikembangkan pada pokok bahasan reaksi kimia sangat sesuai dengan standar isi (100%), sangat sesuai dengan konsep reaksi kimia(97,22%), penggunaan kalimat dalam LKS sudah sangat efektif (97%) serta mempunyai tata letak dan perwajahan LKS yang sangat baik (83,6%).

4. Keterlaksanaan LKS praktikum berbasis inkuiri yang dikembangkan pada pokok bahasan reaksi kimia tergolong sangat baik (94,50%).


(3)

5. Respon siswa terhadap LKS praktikum berbasis inkuiri yang dikembangkan pada pokok bahasan reaksi kimia tergolong baik (78,3%).

B. Saran

Adapun saran yang dapat peneliti sampaikan berdasarkan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Berdasarkan penilaian guru terhadap tata letak dan perwajahan LKS, dalam hal pemilihan gambar yang digunakan dalam LKS perlu adanya pertimbangan yang lebih mendalam dengan memperhatikan aspek kemenarikan serta kebutuhan pembelajaran.

2. Berdasarkan penilaian guru, fenomena yang disajikan dalam LKS sebaiknya berisi gejala-gejala yang menunjukkan timbulnya reaksi kimia pada kehidupan sehari-hari. Hal ini agar memudahkan siswa untuk membuat hubungan antara gejala dalam kehidupan sehari-hari dengan konsep yang dipelajari.

3. Berdasarkan penilaian guru dan keterlaksanaan LKS, pertanyaan-pertanyaan yang terdapat dalam komponen analisis data hendaknya dikembangkan sesuai dengan pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki oleh siswa, sehingga siswa tidak akan banyak mengalami kesulitan saat menjawab pertanyaan yang diajukan.


(4)

88

Khaerani Faoziah, 2012

Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) Praktikum Berbasis Inkuiri Pada Pokok Bahasan Reaksi Kimia

5. Perlu pengembangan lanjutan sesuai dengan alur metode Research

and Developement untuk LKS berbasis inkuiri topik identifikasi reaksi


(5)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Pembatasan Masalah ... 7

D. Tujuan Penelitian ... 7

E. Manfaat Penelitian ... 7

F. Definisi Operasional... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

A. Karakteristik Materi Kimia dan Pengajaran Kimia pada Jenjang SMP/MTs ... 10

B. Metode Praktikum ... 12

C. Lembar Kerja Siswa ... 14

D. Pendekatan Inkuiri ... 23

E. Tinjauan Materi Reaksi Kimia ... 28

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 32


(6)

Khaerani Faoziah, 2012

Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) Praktikum Berbasis Inkuiri Pada Pokok Bahasan Reaksi Kimia

C. Sumber Data ... 41

D. Instrumen Penelitian ... 42

1. Angket ... 42

2. Lembar Observasi ... 42

E. Prosedur Pengolahan Data ... 43

1. Pengolahan Data dari Lembar Penilaian Guru ... 43

2. Pengolahan Data dari Lembar Observasi ... 45

3. Pengolahan Data dari Angket Respon Siswa ... 47

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 49

A. Hasil Penelitian pada Tahap Studi Pendahuluan ... 49

1. Karakteristik LKS pada Pokok Bahasan Reaksi Kimia yang Digunakan di SMP/MTs Saat Ini ... 50

2. Karakteristik LKS Praktikum yang Dikembangkan ... 57

B. Hasil Penelitian pada Tahap Pengembangan Model ... 62

1. Penilaian Guru terhadap LKS Praktikum Berbasis Inkuiri ... 62

2. Keterlaksanaan LKS Praktikum Berbasis Inkuiri ... 77

3. Respon Siswa terhadap LKS Praktikum Berbasis Inkuiri... 80

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 86

A. Kesimpulan ... 86

B. Saran ... 87

DAFTAR PUSTAKA ... 89

LAMPIRAN 1 ... 93

LAMPIRAN 2 ... 119

LAMPIRAN 3 ... 141

LAMPIRAN 4 ... 143