Akuntansi sebagai Bahasa Bisnis. docx

Akuntansi sebagai Bahasa Bisnis
Akuntansi sebagai Bahasa Bisnis
Akuntansi sering disebut "bahasa bisnis" karena kemampuannya untuk mengkomunikasikan
informasi keuangan tentang organisasi. Berbagai pihak yang berkepentingan seperti manajer,
calon investor, kreditur, dan pemerintah tergantung pada sistem akuntansi perusahaan, oleh
karena itu harus meliputi pengumpulan akurat, merekam, mengklasifikasi, meringkas,
menafsirkan, dan pelaporan informasi mengenai status keuangan sebuah organisasi.
Dalam rangka untuk mencapai sistem terstandar, proses akuntansi mengikuti prinsip akuntansi
dan aturan. Terlepas dari jenis usaha atau jumlah uang yang terlibat, prosedur umum untuk
penanganan dan menyajikan informasi keuangan yang digunakan. Pendapatan, dan pengeluaran
secara cermat dipantau dan transaksi yang dirangkum dalam laporan keuangan yang
mencerminkan kegiatan keuangan utama dari sebuah organisasi.
Dua laporan keuangan umum adalah neraca dan laporan laba rugi. Neraca menunjukkan posisi
keuangan perusahaan pada satu titik waktu, sementara laporan rugi laba menunjukkan kinerja
keuangan perusahaan selama periode waktu. kinerja keuangan memungkinkan pihak yang
tertarik untuk membandingkan satu organisasi dengan yang lainnya dan membandingkan periode
akuntansi dalam satu organisasi. Sebagai contoh, seorang investor dapat membandingkan laporan
pendapatan terbaru dari dua perusahaan dalam rangka untuk mengetahui mana yang akan
menjadi investasi yang lebih baik.
Orang yang mengkhususkan diri di bidang akuntansi dikenal sebagai akuntan. Akuntan
diklasifikasikan sebagai publik, swasta, atau pemerintah. Kata Akuntan Publik independen dan

menyediakan layanan akuntansi seperti perhitungan audit dan pajak untuk perusahaan dan
individu. Akuntan publik dapat memperoleh gelar CPA (Akuntan Publik Bersertifikat) dengan
memenuhi persyaratan ketat. akuntan pribadi bekerja untuk badan-badan pemerintah atau biro.
Kedua akuntan swasta dan pemerintah dibayar berdasarkan gaji, sedangkan akuntan publik
menerima biaya untuk gaji mereka.
Melalui penerapan secara efektif sistem akuntansi yang berlaku umum, swasta, publik dan
akuntan pemerintah memberikan informasi keuangan yang akurat dan tepat waktu yang tidak
diperlukan untuk pengambilan keputusan organisasi.

Islam dan syariah islam (akuntansi syariah)
Islam dan Syariah Islam
MAKNA ISLAM
Menurut bahasa kata islam berasal dari kata asalama, yuslimu, islaman, yang artinya tunduk dan
patuh, menurut terminologi yang digambarkan oleh Nabi Muhammad saw dalam sabda beliau :
“Islam adalah bahwasanya engkau bersaksi bahwa sesungguhnya tiada Tuhan selain Allah dan
bahwa sesungguhnya Muhammad adalah utusan Allah, engkau menegakkan shalat, menunaikan zakat,
melaksanakan shaum Ramadhan, dan menunaikan ibadah haji ke Baitullah -- jika engkau
berkemampuan melaksanakannya.” (HR Muslim)
Oleh karena itu, kata islam adalah agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW, nabi terakhir dan
penutup para nabi. Agama islam berbeda dengan agama-agama lain yang ada saat ini dan diyakini umat

islam, sebagai kelanjutan dari agama para nabi sebelum Nabi Muhammad SAW, yang tidak lain adalah
nabi terakhir atau penutup para nabi. Inti dari ajaran para nabi adalah tauhid , yaitu tindakan
mengesakan Allah ( Tauhidullah ) disertai sikap pasrah, tunduk dan patuh kepada Allah, sebagai syarat
mutlak bagi seorang untuk disebut sebagai seorang mukmin. Tanpa sikap itu maka dia masih disebut
kafir. Iblis misalnya, meskipun ia mengakui Allah sebagai satu-satunya Tuhan, tetapi karena ia
membangkang, maka dalam Al-Quran dia disebut sebagai kafir. (QS 2:34).
Sikap rida untuk bertuhan Allah, disertai sikap tunduk dan patuh kepada-Nya inilah, yang harus
dimiliki oleh setiap orang yang mengaku sebagai orang yang mukmim (orang yang beriman). Jadi,
pengikut agama islam adalah orang yang bertuhan satu dan yang satu itu adalah Allah SWT, orang yang
memeluk agama islam disebut muslim. Orang yang bertuhan satu tetapi yang satu itu adalah iblis
misalnya, maka ia bukan pengikut agama tauhid, dia adalah penyembah iblis, bukan penyembah Allh
SWT. Orang yang bertuhan satu tetapi yang satu itu adalah Firaun misalnya, maka ia bukan pemeluk
agama tauhid, tetapi ia telahh berlaku syirik karena telah menyekutukan Allah dengan yang lain.

Menurut islam, hidup dan kehidupan manusia didunia adalah bagian kecil dari perjalanan panjangnya
menuju Allah. Kehidupan manusia setelah diciptakan oleh Allah dimulai dari alam roh dan kemudian
dilanjutkan di alam rahim ibu. Manusia kemudian lahir dan mulai hidup serta berkehidupan di alam
dunia, sampai dia meninggal. Namun demikian, kematian bukanlah akhir perjalanan manusia, tetapi
awal perjalanan dialam kubur yang kemudian dilanjutkan di alam akhiratyang kekal abadi menuju Allah.
Bahkan menurut hadir riwayat Muslim, Dunia adalah lading akhirat (addunya mazra’atul akhirat) dan

karena itu, nasib seseorang di akhirat nanti sangat bergantung pada apa yang dikerjakannya di dunia.
Apabil dia ingin menginginkan kehidupan yang baik di akhirat maka dia harus menjalani kehidupan di
dunia ini sesuai dengan tuntunan Allah serta selalu berusaha agar hari esoknya (di dunia dan akhirat )
menjadi lebih bai. Jadi tidak mungkin muslim yang baik menjadi penghambat kemajuan peradaban
sebagaimana firman Allah pada (QS 59:18).
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri
memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah,
sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
DASAR-DASAR AJARAN ISLAM
1. Aqidah
Aqidah adalah sistem keyakinan yang mendasari seluruh aktivitas muslim. Ajaran Islam berisikan
tentang apa saja yang mesti dipercayai, diyakini, dan diimani oleh setiap muslim. Karena agama Islam
bersumber kepada kepercayaan dan keimanan kepada Allah swt, maka aqidah merupakan sistem
kepercayaaan yang mengikat manusia kepada Islam. Seorang manusia disebut muslim jika dengan penuh
kesadaran dan ketulusan bersedia terikat dengan sistem kepercayaan Islam. Karena itu, aqidah
merupakan ikatan dan simpul dasar dalam Islam yang pertama dan utama.
Aqidah dibangun atas 6 dasar keimanan yang lazim disebut Rukun Iman. Rukun iman meliputi :
iman kepada Allah swt, para malaikat, kitab – kitab, para Rasul, hari akhir, dan Qodlo dan Qodar. Allah
berfirman dalam QS.An-Nisa’, ayat 136 .
Artinya “ Wahai orang yang beriman, tetaplah beriman kepaada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab

yang diturunkan kepada rasul-Nya serta kitab yang diturunkan sebelumnya. Barang siapa ingkar kepada
Allah, malaikat-Nya, kitab-Nya, Rasul-Nya, hari Kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat
sejauh- jauhnya”.

Berdasarkan 6 fondasi tersebut, maka keterikatan setiap muslim yang semestinya ada pada jiwa
setiap muslim adalah :
a. Meyakini bahwa Islam adalah agama yang terakhir, mengandung syariat yang menyempurnakan
syariat – syariat yang diturunkan Allah sebelumnya.
b. Meyakini bahwa Islam adalah satu- satunya agama yang benar di sisi Allah. Islam dating dengan
membawa kebenarana yang bersifat absolute guna menjadi pedoman hidup dan kehidupan
manusia selaras dengan fitrahnya.
c. Meyakini bahwa Islam adalah agama yang universal serta berlaku untuk semua manusioa dalam
segala lapisan masyarakat dan sesuai dengasn tuntutan budaya manusia.

2. Syari’ah
Komponen Islam yang kedua adalah syari’ah yang berisi peraturan dan perundang- undangan yang
mengatur aktifitas yang seharusnya dikerjakan manusia. Syari’at adalah sistem nilai yang merupakan inti
ajaran Islam. Syari’ah atau sistem nilai Islam yang diciptakan oleh Allah sendiri. Dalam kaitan ini, Allah
disebut Syaari atau pencipta hukum.
Sistem nilai Islam secara umum meliputi 2 bidang :

a. Syari’at yang mengatur hubungan manusia secara vertikal dengan Allah (ibadah mahdah /
khusus). Disebut ibadah mahdah karena sifatnya yang khas dan sudah ditentukan secara pasti
oleh Allah dan dicontohkan secara rinci oleh Allah. Dalam konteks ini, syari’at berisikan
ketentuan tentang tata cara peribadatan manusia kepada Allah, seperti kewajiban shalat, puasa,
zakat, haji.
b. Syari’at yang mengatur hubungan manusia secara horizontal dengan sesama dan makhluk
lainnya ( mu’amalah ). Mu’amalah meliputi ketentuan perundang- undangan yang mengatur
segala aktivitas hidup manusia dalam pergaulan dengan sesamanya dan alam sekitarnya.
Adanya sistem mu’amalah ini membuktikan bahwa Islam tidak meninggalkan urusan dunia, bahkan
tidak pula melakukan pemisahan terhadap persoalan dunia maupuu akhirat. Bagi Islam, ibadah yang

diwajibkan Allah atas hambanya bukan sekedar bersifat formal belaka, melainkan disuruhnya agar semua
aktivitas hidup dijalankan manusia hendaknya bernilai ibadah. Ajaran ini sesuai dengan ajaran Islam
tentang tujuan diciptakannya manusia supaya beribadah. Allah berfirman dalam QS. Az-Zarariyat, ayat 56

“ Dan tiadalah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali supaya beribadah kepada- Ku “

Hubungan horizontal ini disebut pula dengan ibadah gairu mahdah / umum karena sifatnya
umum, di mana Allah atau Rasul-Nya tidak memerinci macam dan jenis perilakunya, tetapi hanya
memberikan prinsip dasarnya saja.


3. Akhlaq
Akhlaq merupakan komponen dasar Islam yang ketiga yang berisi ajaran tentang perilaku atau
sopan santun. Akhlaq maupun syari’ah pada dasarnya membahas perilaku manusia, tetapi yang berbeda
di antaranya adalah obyek materia. Syari’ah melihat perbuatan manusia darin segi hukum yaitu : wajib,
sunah, mubah, makruh, dan haram. Sedangkan aklaq melihat perbuatan manusia dari segi nilai / etika,
yaitu perbuatan baik ataupun buruk.
Akhlaq merupakan sistematika Islam, sebagai sistem, akhlaq memiliki spektrum yang luas, mulai
sikap terhadap dirinya, orang lain, dan makhluk lain, serta terhadap Allah SWT.

PENGERTIAN SYARIAH

Menurut bahasa Arab, jalan yang ditempuh atau garis yang seharusnya dilalui, menurut terminologi
adalah pokok-pokok aturan hukum yang digariskan oleh Allah SWT untuk dipatuhi dan dilalui oleh
seorang muslim dalam menjalani segala aktifitas hidupnya (ibadah) di dunia. Jadi syariah adalah
ketentuan-ketentuan agama yang merupakan pegangan bagi manusia di dalam hidupnya untuk

meningkatkan kwalitas hidupnya dalam rangka mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Syariah Islam
adalah tata cara pengaturan tentang perilaku hidup manusia untuk mencapai keridhoan Allah SWT yang
dirumuskan dalam Al-Qur’an, yaitu :


1. Surat Asy-Syura ayat 13 yang Artinya : Dia telah mensyariatkan bagi kamu tentang agama yang telah
diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah kamu wahyukan kepadamu dan apa yang telah kami
wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu : Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah
tentangnya. Amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya. Allah
menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya
orang yang kembali (kepada-Nya) (Quran surat Asy-Syura ayat 13).

2. Surat Asy-Syura ayat 21yang Artinya : Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allah
yang mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak diijinkan Allah ? sekiranya tak ada ketetapan yang
menentukan (dari Allah tentukanlah mereka dibinasakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang zalim itu
akan memperoleh azab yang pedih. (Qur’an Surat Asy-Syura Ayat : 21).

3. Surat Al-Jatsiyah ayat 18 yang Artinya : Kemudian kami jadikan kamu berada di atas syariat (peraturan)
dari urusan (agama) itu, maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang
tidak mengetahui. (Qur’an Surat Al-Jatsiyah ayat : 18).

PENJELASAN

A. Pengertian Syariah Islam Dalam Kehidupan


Ketentuan-ketentuan sebagaimana dirumuskan dalam syariah, wajib dipatuhi. Orang Islam yakin
bahwa ketentuan Allah SWT yang terdapat dalam syariah itu adalah ketentuan Allah SWT yang bersifat
universal, oleh karena itu merupakan hukum bagi setiap komponen dalam satu sistem. Hal ini berarti
bahwa setiap ketentuan yang ditinggalkannya atau dilanggar bukan saja akan merusak lingkungannya
tetapi juga akan menghilangkan fungsi parameter dalam komponen atau fungsi komponen dalam sisten.
Sebagai contoh, seseorang menyalahi janji, berdusta, zina, mencuri, korupsi, dan lain-lain. Dalam
syariah Islam ada istilah rukshoh (keringanan) apabila seseorang tidak dapat melaksanakan kewajibannya
secara normal, maka ia boleh melaksanakannya dengan cara lain sesuai dengan kekuatan, kemungkinan,
dan

kondisi,

seperti

sholat

sambil

duduk.


B. Ruang Lingkup Syariah
Ruang

lingkup

syariah

lain

mencakup

peraturan-peraturan

sebagai

berikut

:


1. Ibadah, yaitu peraturan-peraturan yang mengatur hubungan langsung dengan Allah SWT (ritual), yang
terdiri dari :
a. Rukun Islam : mengucapkan syahadat, mengerjakan shalat, zakat, puasa, dan haji.
b. Ibadah lainnya yang berhubungan dengan rukun Islam.


Badani (bersifat fisik) : bersuci meliputi wudlu, mandi, tayamum, pengaturan menghilangkan
najis, peraturan air, istinja, adzan, qomat, I’tikaf, do’a, sholawat, umroh, tasbih, istighfar, khitan,
pengurusan mayit, dan lain-lain.



Mali (bersifat harta) : qurban, aqiqah, alhadyu, sidqah, wakaf, fidyah, hibbah, dan lain-lain.

2. Muamalah, yaitu peraturan yang mengatur hubungan seseorang dengan yang lainnya dalam hal tukarmenukar harta (jual beli dan yang searti), diantaranya : dagang, pinjam-meminjam, sewa-menyewa, kerja
sama dagang, simpanan, penemuan, pengupahan, rampasan perang, utang-piutang, pungutan, warisan,
wasiat, nafkah, titipan, jizah, pesanan, dan lain-lain.
3.

Munakahat, yaitu peraturan yang mengatur hubungan seseorang dengan orang lain dalam hubungan

berkeluarga (nikah, dan yang berhubungan dengannya), diantaranya : perkawinan, perceraian,
pengaturan nafkah, penyusunan, memelihara anak, pergaulan suami istri, mas kawin, berkabung dari
suami yang wafat, meminang, khulu’, li’am dzilar, ilam walimah, wasiyat, dan lain-lain.

4.

inayat, yaitu peraturan yang menyangkut pidana, diantaranya : qishsash, diyat, kifarat, pembunuhan,
zinah, minuman keras, murtad, khianat dalam perjuangan, kesaksian dan lain-lain.

5.

Siyasa, yaitu yang menyangkut masalah-masalah kemasyarakatan (politik), diantaranya : ukhuwa
(persaudaraan) musyawarah (persamaan), ‘adalah (keadilan), ta’awun (tolong menolong), tasamu
(toleransi), takafulul ijtimah (tanggung jawab sosial), zi’amah (kepemimpinan) pemerintahan dan lainlain.

6.

Akhlak, yaitu yang mengatur sikap hidup pribadi, diantaranya : syukur, sabar, tawadlu, (rendah hati),
pemaaf, tawakal, istiqomah (konsekwen), syaja’ah (berani), birrul walidain (berbuat baik pada ayah ibu),
dan lain-lain.

7. Peraturan-peraturan lainnya seperti : makanan, minuman, sembelihan, berburu, nazar, pemberantasan
kemiskinan, pemeliharaan anak yatim, mesjid, da’wah, perang, dan lain-lain.

C. Sumber-Sumber Syariah
1. Al-Qur’an, kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, dan merupakan UndangUndang yang sebagian besar berisi hukum-hukum pokok.
2. Al-Hadist (As-Sunnah), sumber hukum kedua yang memberikan penjelasan dan rincian terhadap
hukum-hukum Al-Qur’an yang bersifat umum.
3. Ra’yu (Ijtihad), upaya para ahli mengkaji Al-Qur’an dan As-Sunnah untuk menetapkan hukum
yang belum ditetapkan secara pasti dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah.

D. Klasifikasi Syariah
Syariah dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Wajib (Ijab), yaitu suatu ketentuan yang menurut pelaksanaannya, apabila dikerjakan mendapat
pahala, dan apabila ditinggalkan mendapat dosa.

2. Haram, yaitu suatu ketentuan apabila ditinggalkan mendapat pahala dan apabila dikerjakan
mendapat dosa. Contohnya : zinah, mencuri, membunuh, minum-minuman keras, durhaka pada
orang tua, dan lain-lain.
3. Sunnah (Mustahab), yaitu suatu ketentuan apabila dikerjakan mendapat pahala dan apabila
ditinggalkan tidak berdosa.
4. Makruh (Karahah), yaitu suatu ketentuan yang menganjurkan untuk ditinggalkannya suatu
perbuatan; apabila ditinggalkan mendapat pahala dan apabila dikerjakan tidak berdosa.
Contohnya : merokok, makan bau-bauan, dan lain-lain.

E. Ibadah Sebagai Bagian Dari Syariah
Syariah mengatur hidup manusia sebagai hamba Allah yang harus taat, tunduk, dan patuh kepada
Allah. Ketaatan, ketundukkan, dan kepatuhan kepada Allah dibuktikan dalam bentuk pelaksanaan ibadah
yang tata caranya diatur sedemikian rupa oleh Syariah Islam. Esensi ibadah adalah penghambaan diri
secara total kepada Allah sebagai pengakuan akan kelemahan dan keterbatasan manusia di hadapan
kemahakuasaan Allah. Dengan demikian salah satu bagian dari syariah adalah ibadah.

Secara umum Ibadah berarti mencakup semua perilaku dalam semua aspek kehidupan yang sesuai
dengan ketentuan Allah SWT. Ibadah dalam pengertian inilah yang dimaksud dengan tugas hidup
manusia. Sebagaimana dalam Firman Allah dalam Al-Qur’an Surat Adz-Dzariyah ayat 56 yang

Artinya : “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku” (AdzDzariyat : 56).
Secara khusus Ibadah berarti perilaku manusia yang dilakukan atas perintah Allah SWT dan yang
telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW, seperti shalat, dzikir, puasa, dan lain-lain. Landasan dasar
pelaksanaan syariah adalah aqidah (keimanan). Dengan aqidah yang kuat maka syariah dapat
dilaksanakan

dengan

baik

sesuai

dengan

ketentuan

Allah

SWT.

KESIMPULAN

Syariah Islam memberikan tuntunan hidup khususnya pada umat Islam dan umumnya pada seluruh
umat manusia untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Muamalah dalam syariah Islam bersifat
fleksibel tidak kaku. Dengan demikian Syariah Islam dapat terus menerus memberikan dasar spiritual
bagi umat Islam dalam menyongsong setiap perubahan yang terjadi di masyarakat dalam semua aspek
kehidupan.
Syariah Islam dalam muamalah senantiasa mendorong penyebaran manfaat bagi semua pihak,
menghindari saling merugikan, mencegah perselisihan dan kesewenangan dari pihak yang kuat atas
pihak-pihak yang lemah. Dengan dikembangkannya muamalah berdasarkan syariah Islam akan lahir
masyarakat

marhamah,

yaitu

masyarakat

yang

penuh

Sumber:
http://infomediakita.blogspot.com/2010/04/makalah-syariah-islam.html
hafismuaddab.wordpress.com
http://hidayatwawan.blogspot.com/2012/03/makalah-kerangka-dasar-agama-islam_27.html
http://www.dudung.net/quran-online/indonesia/4/130
Nurhayati, Sri. 2009. Akuntansi syariah di Indonesia. Jakarta: Salemba Empat.

rahmat.

KONSEP & PRINSIP AKUNTANSI MENURUT PERSPEKTIF
ISLAM

Assalamualaikum warohmatullahi wabarakatuh

Setelah kita belajar selama setengah semester awal di mata
kuliah

Syariah

Accounting

beserta

diskusi-diskusi

yang

selalu

berwarna tiap minggunya, sehingga banyak hal yang kita dapat
khususnya pengetahuan tentang Syariah kita bertambah. Maka saya
akan mengulas sedikit tentang hasil diskusi kita beberapa minggu
yang lalu dimana saya dan teman-teman kelompok saya menjadi
pematerinya. Hehe ..
Saya
menurut

akan

mengulas

perspektif

tentang

islam.

konsep

Karena

&

prinsip

akuntansi

anak

akuntansi

sebagai

khususnya sebelum kita mengetahui syariah itu apa? Untuk apa?
Bagaimana? Dan sebagainya, kita tidak akan mampu menjelaskan
sebelum memahami konsep dan prinsip akuntansi menurut islam
terlebih dahulu. Bukankah begitu??
Sekarang ayo kita mulai yaa… *,*
Islam adalah sebuah pedoman hidup dan berkehidupan yang
dikeluarkan langsung oleh Allah SWT sebagai Pencipta, Pemilik,
Pemelihara, dan Penguasa tunggal alam semesta, agar manusia
tunduk, patuh, dan pasrah kepada ketentuan-NYA untuk meraih
derajat kehidupan lebih tinggi yaitu kedamaian, kesejahteraan dan
keselamatan baik di dunia maupun diakhirat.
Islam sebagai pedoman hidup dan berkehidupan, yang
dikeluarkan langsung oleh pemegang otoritas tunggal, Allah SWT,
mencakup tiga aspek yaitu akidah, syariah dan akhlak yang tidak
dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya.


Akidah
Kedudukan akidah dalam Islam sangat penting. Akidah adalah
perjanjian yang teguh dan kuat terpatri dalam hati dan tertanam di
dalam lubuk hati yang paling dalam atau akidah bisa juga diartikan
perjanjian yang kokoh dan tertanam jauh di dalam lubuk hati
sanubari

manusia.

Substansi

dari

akidah

adalah

keimanan,

sebagaimana terangkum dalam Rukun Iman, atau pokok-pokok
keimanan Islam, yaitu iman kepada Allah, iman kepada Malaikat,
iman kepada kitab-kitab, Nabi dan Rosul, hari akhir dan qadha dan
qadar.


Syariah
Dalam masalah ekonomi syariah, kaum Muslim tetap mengacu
kepada ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan oleh Rasulluhhal
saw. Bukan hanya sekedar prinsipnya, tetapi juga tentang seluk
beluk tata perekonomian syariah. Hal yang berubah dalam bidang
perekonomian bukanlah prinsip dan tata aturannya, tetapi yang
berubah adalah sarana dan prasarana transaksinya. Cakupan aturan
syariah

dalam

kehidupan

begitu

luas,

termasuk

didalamnya

mengenai hukum ekonomi, maka akuntansi syariah merupakan
salah satu bentuk pengamalan dari aturan syariah. Selain itu,
akuntansi syariah juga berfungsi juga berfungsi untuk menguatkan
pelaksanaan ekonomi Islam/transaksi yang sesuai dengan kaidah
Islam melalui pola pengolahan informasi akuntansi yang juga
berlandaskan nilai-nilai Islam.


Akhlak
Akhlak sering disebut ihsan. Melalui ihsan seseorang akan selalu
merasa bahwa dirinya dilihat oleh Allah SWT yang mengetahui,
melihat, dan mendengar sekecil apapun perbuatan yang dilakukan
seseorang,

walaupun

dikerjakan

ditempat

tersembunyi.

Upaya

pengembangan ilmu apa pun di dunia ini termasuk akuntansi
syariah, hendaknya dimulai dari niat yang ikhlas untuk mengharap
rida Allah SWT untuk kemudian dilanjutkan dengan oleh piker yang
didasari dan dijiwai oleh nilai akidah, syariah dan akhlak islami
untuk kebaikan manusia di dunia dan di akherat.
1. Konsep Memelihara Harta Kekayaan

Memelihara

harta

bertujuan

agar

harta

yang

dimilikioleh

manusia diperoleh dan digunakan sesuai dengan syariah sehingga
harta yang dimiliki halal dan sesuai dengan keinginan pemilik
mutlak dari harta kekayaan tersebut yaitu Allah SWT.


Anjuran Bekerja atau Berniaga
Islam menganjurkan manusia untuk bekerja atau berniaga dan
menghindari

kegiatan

meminta-minta

dalam

mencari

harta

kekayaaan.
“ ……..Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu
dimuka bumi, dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak

banyak supaya kamu beruntung.” (QS 62 :10)
Konsep Kepemilikan
Harta yang baik harus emmenuhi dua criteria, yaitu diperoleh
dengan cara yang sah dan benar, serta dipergunakan dengan dan


o
o
o
o
o


untuk hal yang sebaik-baik dijalan Allah SWT.
Penggunaan dan Pendistribusian harta
Ketentuan syariah berkaitan dengan penggunaan harta antara lain :
Tidak boros dan tidak kikir
Memberi infaq dan shadaqah
Membayar zakat sesuai dengan ketentuan
Member pinjaman tanpa bunga
Meringankan kesulitan orang yang berutang
Perolehan Harta
Memperoleh harta adalah aktivitas ekonomi yang masuk dalam
kategori ibadah muamalah (mengatur hubungan manusia dengan
manusia). Kaidah fikih dari muamalah adalah semua halal dan boleh
dilakukan kecuali yang diharamkan/dilarang dalam Al-Qur’an dan
As-Sunah.

2. Prinsip system keuangan Islam :
 Pelarangan Riba. Riba (dalam bahasa Arab) didefinisikan sebagai


“kelebihan”atas sesuatu akibat penjualan ataupun pinjaman.
Pembagian Resiko. Hal ini merupakan kosekuensi logis dari




pelarangan riba yang menetapkan hasil bagi pemberi modal dimuka.
Tidak menganggap uang sebagai modal potensial
Larangan melakukan kegiatan spekulatif.




Kesucian kontrak.
Aktifitas usaha harus sesuai syariah.

3. Prinsip akuntansi dalam perspektif islam


Prinsip Pertanggungjawaban
bahwa individu yang terlibat dalam praktik bisnis harus selalu
melakukan pertanggungjawaban apa yang telah diamanatkan dan
diperbuat

kepada

Pertanggungjawabannya


pihak-pihak
diwujudkan

dalam

yang
bentuk

terkait.
laporan

keuangan
Prinsip Keadilan
Dalam konteks akuntansi keadilan mengandung pengertian yang
bersifat

fundamental

dan

tetap

berpijak

pada

nilai-nilai

etika/syariah dan moral, secara sederhana adil dalam akuntansi
adalah pencatatan dengan benar setiap transaksi yang dilakukan


oleh perusahaan.
Prinsip Kebenaran
Kebenaran ini akan dapat menciptakan keadilan dalam mengakui,
mengukur, dan melaporkan transaksi-transaksi ekonomi.
Prinsip-prinsip akuntansi syariah dalam perspektif Islam
menurut M. Syafii Antonio, meliputi:
1.

Prinsip pertama
Legitimasi Muamalat
Legitimasi muamalat disini harus dipandang secara luas, karena

wajib bagi orang-orang yang melakukan kegiatan akuntansi untuk
menolak penyajian setiap informasi keuangan, apabila diketahui
atau timbul keraguan bahwa tujuan dari penggunaanya adalah
untuk menyempurnakan transaksi atau perdagangan yang tidak
syah menurut syari’at. Apabila sesorang yang bekerja dibidang
akuntansi karena suatu sebab harus menyajikan analisa atau

informasi mengenai keuangan yang mengandung penyimpangan
dari syari’at islam, baik secara samar maupun terang-terangan,
maka minimal dia harus memberikan isyarat atau tanda pada uraian
atau tafsirannya terhadap informasi tersebut.
Legitimasi muamalat itu tidaklah terbatas ruang lingkupnya
sebagaimana diatas, bahkan juga mnecakup pihak-pihak yang
bermuamalah, disamping segi-segi kegiatan akuntansi. Yang kami
maksudkan dengan pihak-pihak bermuamalat itu adalah kedua
belah

pihak

yang

bermuamalat.

Pihak

pertama

yaitu

yang

membentuk perusahaan atau para pemegang saham dan pihak
kedua adalah orang-orang yang berkepentigan dengan mereka.
2.

Prinsip kedua

a.

Syakhshiyyah I’tibariyyah ( Entitas Spiritual )
Adalah adanya pemisahan kegiatan investasi dari pribadi yang

melakukan pendanaan terhadap kegiatan investasi tersebut. ada
dua permasalahan yang mempengaruhi dan akan terpengaruh
dengan konsep syakhshiyyah i’tibariyyah ini. Pertama, berkaitan
dengan harta-harta yang di investasikan itu sendiri dan kaitannya
dengan harta-harta pribadi tersebut. Kedua, berkaitan dengan hakhak

dan

bersifat

kewajiban-kewajiban
lahiriah,

sebagai

para

akibat

pemilik
atau

kepemilikan

hasil

dari

yang

kegiatan

investasinya.
b.

Syakhshiyyah Qanuniyyah ( Legal Entity )
Adalah suatu ungkapan mengenai entitas yang terpisah, yang

memungkinkannya untuk menuntut pihak lain secara langsung
dalam sifatnya sebagai suatu pribadi, sebagaimana dimungkinkan

pula bagi pihak lain untuk menuntutnya secara langsung pula,
dalam sifatnya sebagai suatu pribadi.
c.

Wahdah Muhasabiyyah ( Kesatuan Akuntansi )
Adalah kerangka dasar yang menentukan ruang lingkup kegiatan

akuntansi ditinjau dari sisi apa yang harus dimuat oleh buku-buku
akuntansi dan apa yang harus diangkat oleh laporan keuangan baik
berbentuk data keuangan yang sudah dikenal ataupun yang lain.
Oleh karena itu, permasalahan yang harus dikaji untuk menentukan
wahdah muhasabiyyah itu adalah masalah kebutuhan terhadap
informasi keuangan. Kebutuhan informasi keuangan itulah yang
akan terealisir pada akhirnya, yang diungkapkan dalam laporan
keuangan.
3.

Prinsip ketiga
Istimrariyyah ( Kontinuitas )
Istimrariyyah

adalah

prinsip

yang

keberadaannya

dapat

memberi pandangan bahwa perusahaan itu akan terus menjalankan
kegiatannya sampai waktu yang tidak diketahui, dan likuidasinya
merupakan masalah pengecualian, kecuali jika terdapat indikasi
mengarah

kepada

kebalikannya.

berdasarkan

pendefinisian

terhadap prinsip ini maka dapat disimpulkan beberapa hal berikut
ini:


umur perusahaan tersebut tidak tergantung pada umur para
pemiliknya



prinsip ini merupakan bagian dari fitrah dari manusia yang
Allah SWT ciptakan manusia atas dasar fitrah tersebut



prinsip

ini

dalam

kaitannya

dengan

usaha

investasi,

seluruh

transaksi-

merupakan suatu kaidah yang umum


sebagai

akibat

transaksi,dan

dari

prinsip

ini,

tindakan-tindakan

maka

manajemen,

baik

intern

maupun ekstern, haruslah menjadikan prinsip ini sebagai
pelajaran, mulai dari penentuan asas pendanaan kegiatan
investasi

sampai

pengilustrasian

pengukuran

hasil-hasil

hasil-hasil

kegiatan

dan

akhir
neraca

dan
yang

menentukan hak-hak dan kewajiban-kewajiban


sesungguhnya penerapan prinsip ini haruslah memperhatikan
faktor-faktor
perluasan,

pasar,
dan

baik segi

penyempitan

penambahan,
dari

pengurangan,

faktor-faktor

yang

mempunyai hubungan secara langsung dengan kelangsungan
kegiatan
4.

Prinsip keempat
Muqabalah ( Matching )
Muqabalah adalah suatu cermin yang memantulkan hubungan

sebab akibat antara dua sisi, dari satu segi, dan mencerminkan juga
hasil atau dari hubungan tersebut dari segi yang lainnya. Sebab,
setiap sesuatu yang terjadi, pasti karena adanya suatu tindakan
yang mendahuluinya, yang didasari oleh tujuan tertentu. Dan untuk
selanjutnya, kedua kejadian tersebut harus saling dikaitkan guna
mengetahui pengaruh-pengaruh yang di akibatkannya.
Nah itu tadi sekilas ulasan tentang materi konsep & prinsip
akuntansi menurut perspektif islam, semoga teman-teman ingat
dan semoga bermanfaat. Terakhir tak lupa mengucapkan terima

kasih

banyak

untuk

dosen

pembimbing

mata

kuliah

Syariah

Accounting Bu Istutik. Terima kasih Ibuk ata bimbingannya semoga
ilmu kami bermanfaat..

IDEOLOGI ISLAM DAN AKUNTANSI: SEBUAH PERENUNGAN
“MEMBUMIKAN”
IDEOLOGI ISLAM DAN AKUNTANSI: SEBUAH PERENUNGAN
“MEMBUMIKAN”
Warsito Kawedar
Fakultas Ekonomi, Universitas Diponegoro
Email: [email protected]

ABSTRAC
Economic activity can not be separated with the accounting. Developments in technology
and industry has provided a good climate for capitalist growth. Conventional accounting is
an instrument of class "bourgeois" in obtaining economic resources. Some periods of the
past, has many codes of ethics violations committed accounting profession, which resulted in
many large companies that went public bankruptcy. This condition is caused by a shift in
lifestyle accountant who is hedonism. Fragility of trust has been eroded due to an accountant
who professed ideology. Islam as an ideology and way in life is expected to provide a strong
passion and drive to steer the direction of life (in accordance with a system of divine law).
Islamic ideology on accounting concepts contained in the Qur'an as follows: ": “Hai orangorang yang beriman, apabila kamu bermu’amalah tidak secara tunai untuk waktu yang
ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya….” (Surat Al Baqarah ayat 282). Based on the
ideology of Islam is needed actions from the accountants that ideology can be grounded in a
way: convincing accounting has existed since the civilization of Islam, Islam ideology apply
to accounting practices, and reconstruct the code of ethics based on the ideology of Islamic
accounting.
Key words: Islamic Ideology, Accounting Practice, and Code of Ethics of Accountants
PENDAHULUAN
Komite Terminologi AICPA (The Committee on Terminology of the American
Institute of Certified Public Accountants) mendefinisikan akuntansi adalah seni pencatatan,
penggolongan, dan peringkasan transaksi dan kejadian yang bersifat keuangan dengan cara
yang berdaya guna dan dalam bentuk satuan uang, dan menginterprestasian hasil proses
tersebut. Belkaoui (2006) mendefinisikan akuntansi adalah aktivitas jasa. Fungsinya adalah
menyediakan informasi kuantitatif, terutama yang bersifat keuangan tentang entitas ekonomik
yang diperkirakan bermanfaat dalam pembuatan keputusan-keputusan ekonomi (membuat
pilihan diantara alternatif tindakan yang ada), sehingga akuntansi juga dipandang sebagai
bahasa bisnis. Akuntansi merupakan suatu cara pengkomunikasian informasi tentang bisnis.
Hawes mendefinisikan bahasa sebagai simbol-simbol manusia disusun secara yang sistematis
dan berpola dengan aturan-aturan khusus yang mengarahkan penggunaannya. Jadi,
pengakuan akuntansi sebagai bahasa didasarkan pada identifikasi adanya dua komponen
sebagai berikut: (1) Simbol-simbol atau karakteristik leksikal suatu bahasa adalah unit-unit
yang mengandung arti atau kata-kata yang dapat diidentifikasi dalam setiap bahasa; (2) tata
bahasa suatu bahasa mengacu pada susunan sintaksis yang terdapat dalam setiap bahasa.
Dalam akuntansi, tata bahasa merujuk pada serangkaian prosedur umum yang digunakan dan
diikuti dalam penyusunan seluruh data keuangan untuk keperluan bisnis.
Kegiatan ekonomi tidak dapat dipisahkan dengan akuntansi. Akuntansi berkaitan erat
dengan norma ekonomi dan sosial suatu masyarakat. Norma ekonomi dan sosial suatu
masyarakat mengikuti perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi dan industri telah
memberikan andil bagi bentuk organisasi dan memberikan iklim yang baik bagi
pertumbuhan kapitalis (Fatmawatie, 2005). Hal ini mengakibatkan konsep dan prinsip
akuntansi pun harus menyesuaikan dengan jiwa kapitalis. Sekarang kondisinya telah berubah,
yang mengarah ke back to nature. Kondisi di dalam masyarakat cenderung mengarah ke
religius. Masyarakat telah menyadari telah terjadi ketidakseimbangan yang disebabkan jiwa
materialitas yang ternyata tidak membawa kebahagiaan hakiki.
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan, akuntansi adalah teknik pengumpulan
data keuangan dan bahasa komunikasi ekonomi suatu entitas, yang outputnya dapat
dimanfaatkan untuk pengambilan keputusan. Akuntansi didasarkan pada prinsip. Prinsip
akuntansi didominasi oleh ide masyarakat kapitalis modern, jadi akuntansi dimaksudkan
sebagai legitimasi tentang penetapan atau operasional kontrak, penarikan dan penerimaan

dana, penentuan kontrol finansial yang lebih ketat, pembayaran deviden atau kapital, dan
seterusnya (Sukoharsono, 2010). Berdasarkan uraian di atas maka skope akuntansi bersifat
teknis yang tidak terdapat muatan-muatan ideologi dan keyakinan. Dalam artikel ini akan
diulas akuntansi sebagai ideologi, ideologi Islam, dan nilai-nilai atau konsep-konsep yang
tersaji dalam Alquran (kitab orang Islam) yang bisa dipakai atau bahkan sudah diterapkan
dalam bidang ilmu akuntansi.
Pengertian Ideologi
Secara etimologis, istilah ideologi berasal bahasa Yunani yaitu idein dan logos
(Revanz, 2011). Kata “idein” yang diterjemahkan ke dalam bahasa latin menjadi idea berarti
gagasan, konsep, dan pemikiran. Kata “logos” berarti ilmu dan ajaran atau pengetahuan.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (1996) ideologi adalah kumpulan konsep bersistem yang
dijadikan asas pendapat (kejadian) yang memberikan arah dan tujuan untuk kelangsungan
hidup. Thompson (2003) dalam Suwarjuwono dan Atmaja (2005) mendefinisikan ideologi
adalah sistem berpikir, sistem kepercayaan, praktek-praktek simbolik yang berhubungan
dengan tindakan sosial dan politik. Belkoui (2006) mendefinisikan ideologi merupakan
pandangan dunia atau hidup yang terlepas dari sifat yang parsial dan mungkin mengandung
pemahaman krusial, memahami lingkungan dimana kita hidup dan kemungkinan
perubahannya. Ideologi merupakan pandangan dunia yang sesuai dengan sudut pandang
kelompok-kelompok.
Shaleh dalam Sukoharsono (2010) mendefinisikan ideologi adalah sebuah pemikiran
yang mempunyai ide berupa konsepsi rasional (aqidah ‘aqliyah), yang meliputi akidah dan
solusi atas seluruh problem kehidupan manusia. Pemikiran tersebut harus mempunyai
metode, yang meliputi metode untuk mengaktualisasikan ide dan solusi, metode
mempertahankannya, dan metode menyebarkannya ke seluruh dunia. Akidah ialah pemikiran
menyeluruh tentang alam semesta, mausia, dan hidup, serta tentang apa yang ada sebelum
dan setelah kehidupan, di samping hubungannya dengan sebelum dan sesudah alam
kehidupan. Sukoharsono (2010) mendefinisikan ideologi (mabda’) adalah pemikiran yang
mencakup konsepsi mendasar tentang kehidupan dan memiliki metode untuk
merasionalisasikan pemikiran tersebut berupa fakta, metode menjaga pemikiran tersebut agar
tidak menjadi absurd dari pemikiran-pemikiran yang dan metode untuk menyebarkannya.
Dapat disimpulkan, ideologi secara umum dapat dikatakan sebagai kumpulan gagasan, ide,
keyakinan, kepercayaan yang menyeluruh dan sistematis yang memberikan arah dan tujuan
untuk kelangsungan hidup.
Akuntansi Sebagai Ideologi
Akuntansi konvensional atau accounting based capitalist ideology telah berkembang
sejak abad pertengahan sampai sekarang. Akuntansi berkembang dan beradaptasi secara
terus-menerus dalam lingkungan sosial kapitalisme yang dijalankan berdasarkan ideologi
rasionalisme dan materialisme. Pihak yang menganggap akuntansi sebagai ideologi,
menganggap akuntansi adalah alat untuk melegitimasi keadaan dan struktural sosial,
ekonomi, dan politik kapitalis, sehingga akuntansi konvensional sudah merupakan bagian
khusus dari kehidupan sosial kapitalis khususnya memberikan jasa informasi untuk
pengambilan keputusan ekonomi. Sejak awal akuntansi sudah merupakan instrumen kelas
“borjuis” dalam mendapatkan sumber-sumber ekonomi yang didapatkan melalui modelmodel atau pelembagaan ekonomi pasar, ekonomi spekulasi, atau ekonomi derivatif, dan
istilah sebagainya (Harahap, 2002), dengan demikian mainstream dari akuntansi adalah
memberikan informasi yang sangat dibutuhkan dalam proses pengambilan keputusan
ekonomi dalam pertarungan mendapatkan atau menguasai kekayaan dalam dunia yang
dibangun secara kapitalis.

Sukoharsono (2010) menyatakan akuntansi dapat dipandang sebagai fenomena
ideologis yaitu sebagai sarana untuk mendukung dan melegitimasi tatanan sosial, ekonomi
dan politik saat ini. Dari pernyataan ini dapat ditarik kesimpulan bahwa akuntansi
mempunyai sifat yang ideologis, artinya akuntansi mempunyai cara pandang terhadap
lingkungan maupun peristiwa yang terjadi di dalamnya. Pandangan bahwa ideologi
berhubungan erat dengan kehidupan sosial sehari-hari juga dikemukakan oleh Altusser dalam
Roslender (1992) . Sedangkan Lee (1990) dalam Sukoharsono (2010) mengatakan bahwa
profesi sebagai produk dari suatu ideologi yang mandiri bisa dipraktekkan di masyarakat,
demikian pula dengan profesi akuntan publik dapat memberikan kontribusi dan pelayanan
pada masyarakat.
Ideologi melahirkan loyalitas, spirit untuk menjadi senang berkehidupan. Berpikir
tentang eksistensi Tuhan. Selain itu ideologi yang bersifat relation yang berdampak pada
pengajaran, tidak hanya hubungannya dengan vertikal namun juga secara horizontal dengan
sesama. Akuntansi, walaupun terkesan agak jauh, namun memiliki konsep ideologi yang
dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya bagaimana seseorang dalam
kesehariannya dapat menerapkan konsep-konsep akuntansi seperti melakukan pencatatan
dalam kegiatan ekonomi yang dilakukannya, kemudian memiliki tanggung jawab, amanah
dan jujur.
Sukoharsono (1998) mengatakan akuntansi tidak hanya dianggap sekedar sebagai
peralatan teknis, melainkan sebagai kekuatan dan aktivitas mendasar dalam kehidupan sosial
dan politik, oleh karena itu akuntansi merupakan hasil dari interaksi antara lingkungan sosial.
Hal ini tentunya dapat diartikan bahwa akuntansi itu tidak bisa dipisahkan dari interaksi
dengan lingkungan, jadi proses akuntansi akan mempengaruhi lingkungan dan sebaliknya
akuntansi juga dapat dipengaruhi oleh lingkungan.
Ada alasan kuat untuk meyakini bahwa akuntansi akan menjadi salah satu komponen
utama penyusun tatanan masyarakat. Pemikiran di atas memberikan warna bagi
perkembangan ilmu akuntansi di masa mendatang. Dengan berprinsip bahwa hidup ini bukan
semata pertimbangan materil namun juga spiritual sehingga akuntansi nantinya akan
memberikan bentuk nyata dalam tatanan sosial kehidupan manusia. Nilai-nilai karateristik
kualitatif dari laporan keuangan (understandibility, relevance, reliability, comparability)
sebagai produk utama akuntansi dapat dipahami, dirasakan, dinikmati, dan berbuah menjadi
konsep hidup bagi manusia.
Islam, antara Agama dan Ideologi
Islam adalah agama bersifat terbuka, yang selalu memberikan keleluasaan kepada
umatnya untuk berfikir ke depan, dalam rangka mencapai tingkat peradaban dan kemajuan
yang lebih baik. Islam bukan cuma sekedar agama tapi juga merupakan sebuah ideologi.
Heryadi (2009) menyatakan Islam merupakan agama sebagai masyarakat dunia, tidak
diperuntukkan kepada bangsa tertentu, tidak terbatas pada satu kawasan bumi, dan
diturunkan untuk seluruh umat manusia. Islam adalah agama yang peduli pada manusia
dengan segenap kapasitasnya: sebagai raga, ruh, individu, kepala keluarga, anggota
masyarakat, sebagai pengusaha, dan sebagai umat yang tunduk pada Tuhannya. Islam adalah
agama yang mengatur dan menata semua aspek kehidupan. Islam berperan aktif dan positif di
dalam membantu manusia untuk kemajuan dan pencerahannya. Begitu pula, Islam akan
menolak dan melawan segala arus perubahan yang benar-benar memisahkan manusia dari
tujuan-tujuan luhur yang dikehendaki oleh Allah (Tuhan Pencipta Alam). Semua hal di atas
selaras dengan firman Allah SWT yang berbunyi:

“…dan Kami turunkan Kitab kepadamu untuk menjelaskan segala sesuatu, sebagai
petunjuk, serta rahmat dan kabar gembira bagi orang yang berserah diri” (Surat AnNahl:89).
Menurut Musa (2011) menyatakan Islam merupakan aqidah aqliyah (yang sampai
melalui proses berfikir) yang melahirkan peraturan hidup secara menyeluruh. Peraturan yang
lahir dari aqidah berfungsi untuk memecahkan dan mengatasi berbagai persoalan hidup
manusia. Peraturan ini menjelaskan bagaimana cara pelaksanaannya, bagaimana
pemeliharaan aqidah serta tatacara mengembannya (mendakwahkannya). Islam sebagai
ideologi dapat tumbuh lestari di benak manusia. Inilah hakikat sebuah ideologi yang benar
karena bersumber dari Al Khaliq. Sebagai sebuah prinsip ideologi yang berasal dari Sang
Pencipta manusia, Islam memiliki pola operasional (metodologi) yang menjadi kebutuhan
dasar bagi ideologi itu sendiri agar dapat terwujud menjadi sebuah realita. Islam sebagai
sebuah asas kehidupan menjadi kaidah berfikir sekaligus kepemimpinan berfikir, dan pada
saat inilah Islam akan mampu menjadi arah pemikiran manusia dan pandangan hidupnya.
Islam sebagai ideologi dan way in life diharapkan dapat memberikan semangat dan
dorongan yang kuat untuk mengarahkan kemana arah kehidupan (sesuai dengan sistem
hukum Ilahi). Dengan semangat dan ideologi Islam, diharapkan bisa mendorong akuntansi
non konvensional yang berpihak kepada stakeholder bukan lagi berpihak kepada pemilik
modal, seperti akuntansi sosial, akuntansi lingkungan, dan akuntansi Islam. Sebagai contoh:
ideologi, prinsip-prinsip, dan etika Islam telah digunakan sebagai dasar akuntansi syari’ah.
Ideologi Islam Yang Terkait Dengan Akuntansi
Quran menurut bahasa adalah “bacaan”. Alquran adalah Kalam Allah SWT, yang
merupakan mukzizat terbesar yang diberikan kepada Nabi Muhammad SAW. Bukti
kemukjizatannya antara lain: kata hari disebutkan sebanyak 365 kali, kata bulan sebanyak 12
kali, dan diturunkan selama 22 tahun 2 bulan 22 hari (Shihab, 1996 dalam Harahap, 2002).
Bagi umat Islam, Alquran berfungsi sebagai pedoman dan rambu-rambu kehidupan baik di
dunia maupun akhirat.
Surat Al Alaq adalah surat pertama yang diturunkan Allah SWT yang pada ayat 4
berbunyi “ yang mengajar manusia dengan pena (tulis baca)”. Ayat ini menunjukkan modal
awal dari eksistensi adanya sistem akuntansi (Harahap, 2002). Islam merupakan suatu
ideologi dan sistem kehidupan yang terpadu dari sistem hukum Ilahi. Ada beberapa konsep
ideologi Islam yang diadopsi akuntansi adalah:
a. Konsep Pencatatan.
Akuntansi adalah seni pencatatan, penggolongan, dan peringkasan transaksi dan
kejadian yang bersifat keuangan dengan cara yang berdaya guna dan dalam bentuk satuan
uang dan menginterprestasian hasil proses tersebut (AICPA). Perintah untuk melakukan
pencatatan atas setiap transaksi yang berbasis keuangan telah tertuang di dalam Alquran
sebagai berikut:
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu’amalah tidak secara tunai untuk
waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya….” (Surat Al Baqarah ayat 282).
Yang dimaksud bermu’amalah ialah seperti berjual beli, berhutang piutang, atau sewa
menyewa dan sebagainya. Hampir sebagian besar aktivitas perusahaan merupakan aktivitas
bermu’amalah. Hamka dalam Harahap (2002) mentafsir ayat di atas bahwa pencatatan
aktivitas bermu’amalah dilakukan baik secara tunai maupun non tunai (accrual). Ayat di atas

merupakan bukti bahwa peradaban Islam telah mengenal sistem pencatatan aktivitas
bermu’amalah dengan menggunakan basis accrual. Perintah untuk melakukan pencatatan,
memiliki tujuan: (1) menjadi bukti telah terjadi transaksi; dan (2) menjaga agar tidak terjadi
manipulasi atau penipuan baik dalam transaski maupun hasil (laba) dari transaksi (Harahap,
2002).
Di awal peradaban Islam telah dikenal prinsip Mudharabah adalah kerjasama antara
dua pihak, satu pihak sebagai pemiliki modal yang mempercayakan modalnya (barang
dagangan) kepada seseorang selaku pihak/agen marketing. Sebagai contoh, pada masa
mudanya Nabi Muhammad SAW yang telah menjadi pihak/agen marketing untuk menjualkan
barang dagangan ke negeri Syam (Damaskus) dari seorang pemilik modal yang bernama
Khatijah. Setelah pulang dari berdagang maka pihak marketer akan mempertanggungjelaskan
semua hasil penjualan kepada pemilik modal dan pembagian keuntungan hasil penjualan.
Dari contoh tersebut maka dapat disimpulkan bahwa peradaban Islam telah mengenal
akuntansi (pencatatan bisnis). Contoh yang lain adalah peradapan Islam telah mengenal
“Baitul Maal” yang merupakan lembaga keuangan yang berfungsi sebagai “bendahara
negara” serta menjamin kesejahteraan sosial. Pada waktu masyarakat muslim telah memiliki
jenis akuntansi yang disebut “Kitabat Anwal” (pencatatan uang) (Harahap, 2002).
Jika memahami Alquran ternyata Allah adalah Maha Akuntan (Harahap, 2002). Di
dalam pengelolaan sistem jagad dan manajemen alam dibutuhkan fungsi akuntansi. Allah
tidak membiarkan manusia bebas tanpa monotoring dan objek pencatatan. Allah memiliki
akuntan malaikat (Rakib dan Atib) yang selalu menjurnal semua aktivitas/transaksi
kehidupan yang dilakukan manusia, yang menghasilkan buku/neraca sebagaimana telah
tercantum di dalam Alquran:
(yaitu) ketika kedua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah
kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri (Surat Qaf: 17)
Hasil pencatatan kedua malaikat berbentuk laporan amalan baik disebut “sijjin” dan
laporan amalan buruk disebut “illyin” yang nantinya akan dilaporkan kepada Allah
(prinsipal) di akhirat.
b. Konsep penyajian jujur dan adil
Karakteristik kualitatif laporan keuangan yang termuat dalam kerangka dasar
penyusunan dan penyajian laporan keuangan paragraf 33:
Agar dapat diandalkan, informasi harus menggambarkan dengan jujur transaksi serta
peristiwa lainnya yang harusnya disajikan atau yanng secara wajar dapat diharapkan untuk
disajikan.
Aktivitas bermu’amalah mengharuskan pencatatan untuk tujuan keadilan dan
kebenaran, sebagaimana diperintah dalam Alquran sebagai berikut:
“…dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. Janganlah
penulis menolak untuk menuliskannya sebagaimana Allah telah mengajarkan kepadanya,
maka hendaklah orang yang berhutang itu mendiktekan, dan hendaklah dia yang bertakwa
kepada Allah, Tuhannya, dan janganlah dia mengurangi sedikit pun daripadanya…” (Surat
Al Baqarah ayat 282).

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan
jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di
antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah adalah Maha
Penyayang kepadamu (surat An-nisa: 29).
Ayat di atas memerintah manusia, di dalam bermu’amalah agar tidak melakukan
manipulasi atau penipuan dalam setiap transaksi (Harahap, 2002). Istilah jalan peniagaan
yang berlaku suka sama suka dalam surat An-nisa: 29, di bidang akuntansi dapat
diterjemahkan sebagai prinsip akuntansi berterima umum. Oleh sebab itu, manajemen dibantu
akuntan diharapkan dalam mengukur dan melaporkan transaksi-transaksi ekonomi
berlandaskan akuntansi berterima umum yang tidak boleh meninggalkan nilai kebenaran dan
kejujuran.
Anggadini menyatakan keadilan mengandung dua pengertian: (1) keadilan berkaitan
dengan kejujuran, tanpa kejujuran informasi akuntansi yang disajikan akan menyesatkan dan
merugikan masyarakat. (2) kata adil bersifat lebih fundamental dan tetap berpijak dalam
nilai-nilai etika dan moral. Kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan
paragraf 34 menyatakan penyajian informasi keuangan tidak luput dari risiko penyajian yang
dianggap kurang jujur dari apa yang seharusnya digambarkan. Hal tersebut bukan disebabkan
karena kesengajaan untuk menyesatkan, tetapi lebih merupakan kesulitan dalam
mengidentifikasikan transaksi serta peristiwa lainnya yang dilaporkan, atau dalam menyusun
atau menerapkan ukuran atau teknik penyajian yang sulit dengan makna transaksi dan
peristiwa tersebut.
c. Konsep efisiensi
Islam menganjurkan bahkan mewajibkan efisiensi. Tuhan telah menggariskan bahwa
pemborosan merupakan pekerjaan syaitan. Perintah untuk melaksanakan efisiensi telah
tercantum dalam Alquran sebagai berikut:
Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin
dan orang yang dalam perjalanan, dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu)
secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan
syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya. (Surat Al-Isra: 26-27)
Ayat tersebut telah memerintahkan kepada umat manusia untuk berbuat efisien atas
semua hal. Dalam lingkup akuntansi, setiap pengeluaran kas (belanja) harus
mempertimbangkan prinsip efisiensi. Saat ini akuntansi telah memperkenalkan beberapa
metode untuk efisiensi seperti: Just In Time (JIT), Economic Value Added (EVA), Activity
Based Costing (ABC), dan sebagainya. JIT adalah suatu filosofi tepat waktu yang
memusatkan pada aktivitas yang diperlukan oleh segmen-segmen internal lainnya dalam
suatu organisasi.
Islam juga menganjurkan untuk melakukan investasi terutama hasil efisiensi
(penghematan) daripada pemborosan biaya untuk menghindari kemubadiran, sebagaimana
diperintahkan dalam Alquran sebagai berikut:
Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafk

Dokumen yang terkait

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

Analisis tentang saksi sebagai pertimbangan hakim dalam penjatuhan putusan dan tindak pidana pembunuhan berencana (Studi kasus Perkara No. 40/Pid/B/1988/PN.SAMPANG)

8 102 57

Hubungan antara Kondisi Psikologis dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas IX Kelompok Belajar Paket B Rukun Sentosa Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2012-2013

12 269 5

Perancangan media katalog sebagai sarana meningkatkan penjualan Bananpaper : laporan kerja praktek

8 71 19

Perancangan Sistem Informasi Akuntansi Laporan Keuangan Arus Kas Pada PT. Tiki Jalur Nugraha Ekakurir Cabang Bandung Dengan Menggunakan Software Microsoft Visual Basic 6.0 Dan SQL Server 2000 Berbasis Client Server

32 174 203

Kolokial Bahasa Inggris Dalam Novel A Diary OF Wimpy Kid Karya Jeff Kinney Dan Terjemehannya Diary Bocah Tengil

4 132 1

Pembangunan aplikasi e-learning sebagai sarana penunjang proses belajar mengajar di SMA Negeri 3 Karawang

8 89 291

Peranan bunga kredit sebagai sumber dana bagi PT.Bank Jabar Cabang Soreang Bandung : laporan kerja praktek

2 62 68

Implementasi Term Frequency Inverse Document Frequency TF IDF dan Vector Space Model Untuk Klasifikasi Berita Bahasa Indonesia

20 102 40

Uji Efektivitas Ekstrak Buah Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl) sebagai Larvasida terhadap Larva Aedes aegypti Instar III

17 90 58