Pembahasan Konservasi Tanah dan Air

BAB II
PEMBAHASAN

A.

Teknologi

Salah satu program penelitian yang sedang berlangsung dan yang
memberikan aliran teknologi baru dan alternatif terhadap apra pembuat
kebijakan, perencanaan, agen-agen ekstensi dan para petani adalh
sangat

penting

bagi

keberhasilan

usaha

pemerintah


untuk

mempromosikan konservasi tanah dan pengembangan sumber daya
wilayah perbukitan. Dewasa ini, erbagai lembaga pemrintahan, termasuk
universitas dan swasta, seperti Lembaga Penelitian dan Pengembagan
Pertanian,Lembaga Penelitian dan Pegnembagan Kehutanan, Badan
Pertanahan dan Isntitusi Pertanian Bogor, sedang melaksanakan
penelitian tentang teknologi konservasi tanah dan kelembaban. Misalnya
studi penelitian system pertanian di Jawa Timur dan Jawa Tengah, dan
berbagai percobaan erosi di propinsipropinsi.

B.

Akuntabilitas

Meskipun sistem perencanaan, penganggaran dan pendaaan sering tidak
jelas, amun pemerintah memperlihatkan perhatian yang nyata terhadap
konservasi serta target fisik tahunan dipenuhi atau dilamapui. Pedoman
bagi evaluasi Bupati, misalnya meliputi keefektifannya di dalam mengelola

implementasi penghijauan di kabupatennya.
Masalah-masalh akuntabilitas dipadukan dengan tujuan dan target
penghijauan dan reboisasi. Selain itu, tujuan umum di dalam meneliti
program penghijauan dan reboisasi pemerintah, memiliki sasaran utama
di dalam mengatasi lahan kritis. Namun demikian, karena tidak ada
definisi tunggal yang benar-benar valid atas lahan kritis, maka rasanya
tidak mungkin untuk mengukur proses kemajuan sehingga tidak ada
lembaga ataupun invidu yang dapat dituntut tanggungjawab atas hasil
yang dicapai.
C.

Manajemen

Pemerintah lokal , dengan bantuan teknis dan keuangan dari pemerintah
sentral,

sangat

berperan


didalam

mengimplementasikan

program

penghijauan dan reboisasi.
Pada umumnya, manajemen Derah Aliran Sungai ditangani oleh
pemerintah lokal dan propinsi (baik oleh Bappeda Tk. I dan II), ataupun
sub dari Departemen Kehutanan. Berbagai rencana teknis yang disusun
oleh personil kehutanan kini sedang dalam proses perumusan anggarn

dan dalam mencapai persetujuan, tinjauan bersama dan rekonsiliasi untuk
mencegah tumpang tingih dan sekaligus untuk menjamin implementasi
yang baik. Prinsipnya, sistem ini harus mampu menentukan kebutuhan
dan pilihan utama setempat dan penilaian para ahli yang terlatih secara
teknis. Pada tingkat pusat, kapasitas untuk memonitor dan meneliti secara
kontiniu proses kemajuan dan masalah penghijauan telah dikembangkan.
Kapasistas tersebut adalah untuk memonitor pengeluran dan target serta
studi penelitian khusus dilaksanakan setiap saat untuk meneliti program.

Namun data tidak dapat dikumpulkan secara teratur dalam bentuk yang
mampu mengidentifikasi tindakan-tindakan yang perlu dilakukan para
pembuat kebijakan, dalam masa pengaturan setiap harinya, sekarang ini
belum ada basis data yang dapat mendukung pembuat keputusan dengan
gambaran lengkap mengenai proses kemajuan fisik dan finansial dalam
impelmentasi dan yang menggambarkan masalah serta keberhasilan
utama yang dialami di tingkat kabupaten yang berbeda.
D.

Dukungan Lembaga Internasional

Komponen ini ditujukan secara langsung terhadap kelemahan teknis dan
kelmbagaan dalam bidang penghijauan dan reboisasi yang telah dibahas
di atas.

Komponene ini terdiri dari tiga sub komponen, yakni Pengembagan
system Informasi, Pengembagan Teknologi dan Pengembagan Pelatihan
serta Penyuluhan. Sub Komponen pengembagan sistem informasi
meliputi :
1. Dukungan data sumber daya guna mendukung perencaaan

strategis, persiapan proyek dan operasi manajemen setiap hari.
2. Melaporkan data memonitor inforasi guna mengevaluasi proses
kemajuan

dan

keefektipan

aktivitas manajemen

dan

untuk

pengendalian program yang telah direncanakan
Dukungan

ini

akan


meliputi

bantuan

teknis

guna

merancang,

pengembagnan dan pengimplementasian sistem yang akan menjamin
aliran informasi diantara pernecaaan dengan pelaksanaan.
Sub komponen pengembangan teknologi bertujuan :
-

Melembagakan

-


desentralisasi dari penelitian
Memadukan hasil-hasil temuan baru dari program Penghijauan dan

-

Reboisasi ke lapangan
Memfokuskan penelitian atas masalah-masalah impelemtnasi yang
diidentifikasikan

dukungan

melalui

bagi

penelitian

berlangsung.

E.


program

Contoh Pilot Project Bank Dunia

agar

serba

kontiniu

guna

dan

dan

terus

Manajemen Daerah Aliran Sungai Perbukitan Cimanuk dan komponen

konservasinya, akan berperan sebagai pilot project ntuk pengujian lebih
lanjut di dalam memperbaiki manajemen dan strategi konservasi tanah
seelum dierkenalakan
secara luas. Komponen pilot project ini akan meliputi pakaet-paket
perlakuan petani dan non-petani, penelitian, pelatihan, penyuluhanserta
dukungan institusional.
Komponen ini akan menekankan metode pendekatan vegetatif yang :
a. cukup flesibel untuk memungkinkan adaptasi khusu di daerah
b. yang dimodelkan atas praktek perlakuan konservasi tanah dan
kelembaban lokal
c. kombinasi tanaman pangan, buah, areal pertanian dan peternakan
Apabila proyek ini sukses secara keseluruhan, maka pendanaan proyek
selanjutnya akan ditangani melalui pinjaman Bank dunia yang terprogram
seperti proyek ini.

F.

Lembaga Konservasi di Philipina

Ada beberapa alasan yang dikemukakan dengan terbentuknya lembaga

konservasi yang dikenal degan PCARRD selain akibat ketidakpuasan
negara terhadap
penelitian-penelitian yang telah dilakukan di Philipina yaitu :
1. Terjadinya pemborosan dan kurangnya sumber daya manusia
sebagai

akibatnya

banyaknya

mahasiswa

yang

melakukan

peniruan penelitian di berbagai lokasi yang berbeda di negaranya.
2. Terlalu banyaknya lokasi penelitian yang tersebar sehingga
menghambat lancarnya arus keuangan dan juga sumber daya
manusianya.

3. Kurangnya hubungan antar banyaknya proyek-proyeknya penelitian
dengan yang akan diteliti
4. Pengalihan dana-dana penelitian kepada program-program di luar
penelitian sehingga hasilnya seringkali tidak memadai karena
dipengaruhi oeh suasana politik yang berkembang.

G.

Fungsi dan Kewenangan PCARRD

Setelah terbentuknya PCARRD maka melalui keputusan Presiden (No.
481) menguraikan fungsi-fungsi, kewenangan-kewenangan dari PCARRD
sebagai berikut :
1. Merumusan sasaran, tujuan dan ruang lingkup penelitian yang
harus dilaksanakan untuk mendorong kemajuan pembanguan
pertanian,

kehutanan

dan

perikanan

untuk

bangsa

yang

berkelanjutan
2. Mempedomani garis-garis besar yang penting, kemajuan dan
kerjasama pengembangan program nasional riset pertanian yang
didasarkan kepada multidisiplin, keterkaitan antar lembaga dan
pendekatan sistem untuk berbagai komoditi
3. Menetapkan suatu sistem yang merupakan prioritas-prioritas untuk
pertanian kehutanan dan riset perikanan dan menyiapakan
mekanisme

yang

tepat

untuk penyesuaian

prioritas-prioritas

dimaksud.
4. Mengembangkan dan menjabarkan strategi pembiayaan untuk
mendukung riset pertanian
5. Program yang menggunakan dana pemerintah untuk penelitian
pertanian harus dijabarkan di dalam suatu dinamika program riset
nasional Pertanian.
6. Menyiapkan suatu mekanisme untuk menilai kemajuan dan
pengembangan riset pertanian
7. Membangun dan Menyediakan dukungan untuk suatu jaringan
nasional dari pusat-pusat pengembangan untuk program riset
berbagai komoditi dengan menggunakan fasilitas dan kerjasama
universitas dan pendidikan kejuruan dan lembaga riset lainnya

yang dijadikan sebagai mata rantai melalui Dewan untuk pusat
penelitian Philipina
8. Membangun suatu mekanisme untuk terciptanya komunikasi baik
diantara para pekerja di bidang penelitian, pengembangan,
pendidikan dan pembangunan nasional.
9. Membangun suatu pusat data untuk informasi riset di bidang
pertanian, kehutanan dan perikanan
10. Menyiapakan sistem program dari

riset

pertanian

yang

berhubungan dengan pengembangan dan peningkatan sumber
daya manusia
11. Menyiapkan dana perangsang dari riset untuk mendorong pekerja
riset agar mencintai pekerjaannya dan menghargai riset pertanian.

H.

Kekhasan PCARRD

PCARRD mempunayi kekuasan dan kewenangan untuk mengadakan
hubungan dengan setiap departemen, biro, kantor, badanm universitas
negeri, lembaga-lembaga komoditi dan berbagai peralatan dan berbagai
bantuan lainnya. dalam menentukan kepegawaian fasilitas dan sumbersumber yang dibutuhkan untuk pelaksanaan fungsi-fungsi dimaksud.

PCARRD mengenal pendekatan top down dan bottom up untuk setting
perencaan dan prioritas. Pada tingkat lokal, kebutuhan dan kesempatan
diidentifikasi melalaui pendekatan sistem perladangan. Ini kemudian
dianalisa sesuai dengan sasaran sektoral nasional dan kemudian
dikonsolidasikan ke dalam program riset dan pengembangan sumber
daya pertaniandan alam.
Pendekatan sistem perdagangan bercirikan prosedur bottom up dalam
perencaaan dan implemetasi yang bertitik berat pada kemampuan sendiri
dan efisiensi dalam penggunaan sumber daya pertanian. Hal ini
meningkatkan partisipasi multi jawatan dan multi sektor petani dan rumaht
tangga terlibat dalam semua fase.

I.

Institusi Masa Depan

Setelah King mengatakan penelitiannya mengenai konservasi tanah dan
air bahwa lembaga-elmbaga yang ada pada dasarnya tidak mendukung
secara ilmiah terhadap kebijaksanaan kosnervasi tanah dan air di
Indonesia. Campur tangan pemerintah dalam hal pembentukan lembaga-

lembaga yang turu menangani konservasi tanah dan air seperti BLK,
BPTP, BPP pada kenyataanyan kurang efektif.
J.

Pembangunan Wilayah Untuk Konservasi Tanah Dan Air

Peningkatan kapasitas Daerah dalam pembangunan wilayah diupayakan
baik di bidang sumber daya air.
Kondisi Awal dan Pelaksanaan Program Tahun 2000
a. Berbagai kegiatan penguatan peran pemerintah daerah dalam
penataan ruang telah dilakukan melalui kegiatan penyiapan
pedoman

dan

standar,

bantuan

teknik,

pelatihan

aparat

perencanaan daerah, penasehatan serta penyiapan peraturaan
perundang-undangan yang dibutuhkan. Seperti mereview RTRWN,
penyiapan beberapa RPP & pedoman teknis, penyiapan rencana
induk pengembangan wilayah, strategi nasional pembangunan
perkotaan (NUDS), KAPET (Manado - Bitung), kawasan cepat
berkembang (Danau Toba dsk) dan kawasan tertinggal (Pulau
Nias), pelatihan peningkatan profesionalisme aparat 202 orang,
serta fasilitasi Pemda dalam penataan ruang, 26 propinsi.
b. Beberapa permasalahan yang terkait dengan keberlanjutan
ketahanan pangan antara lain semakin banyak Daerah Aliran
Sungai yang kritis karena masih lemahnya lembaga pengelolaan
dan peran masyarakat dalam konservasi tanah dan air, belum
adanya lembaga koordinasi yang mantap dalam pengembangan

dan pengelolaan sumberdaya air di tingkat Nasional, daerah dan
wilayah sungai, belum, terbentuknya lembaga dan system
pengelolaan

jaringan

irigasi

keberlanjutan

fungsi

jaringan

partisipatif
irigasi

untuk

menunjang

termasuk

penyerahan

pengelolaan irigasi kepada kelompok tani pemakai air, masih
adanya prasarana dan sarana produksi pertanian dalam kondisi
kurang memadai dan rusak akibat tidak efektifnya system operasi
dan pemeliharean prasarana dan sarana produksi pertanian, dan
terbatasnya lahan pengembangan pertanian yang produktif dan
banyaknya alih fungsi lahan pertanian ke penggunaan nonpertanian akibat pembangunan yang tidak sepenuhnya mengikuti
kaidah penataan ruang.
Pada tahun 2000, melalui program-program pembangunan sektor
pengairan telah diupayakan hal-hal sebagai berikut:
i.

Program Pengelolaan Sungai, Danau dan Sumber Air lainnya,
meliputi rehabilitasi dan pembangunan embung dan waduk
untuk meningkatkan penyediaan dan kehandalan air irigasi,
rehabilitasi dan pembangunan prasarana pengendali banjir
dalam rangka mengamankan sentra produksi pertanian dan

ii.

permukiman pada alur sungai sepanjang 130 km.
Program pengembangan dan pengelolaan Jaringan Irigasi,
meliputi program Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi
seluas 6,3 juta Ha, rehab dan peningkatan jaringan irigasi

seluas 150 ribu Ha, pembangunan jaringan irigasi baru seluas
70 ribu Ha, dan pencetakan sawah 30 ribu Ha.
Program Pengembangan dan Pengelolaan Daerah Rawa, yang

iii.

meliputi peningkatan tata air pada lahan pengembangan rawa
pasang surut dan non pasang surut seluas 50 ribu Ha, dan
peningkatan tata saluran tambak sekitar 3 ribu Ha.
K. Program Strategis Jangka Menengah
Upaya pembangunan wilayah yang didasarkan penataan ruang dalam
jangka menengah dilakukan melalui program-program strategis untuk
Penataan

ruang,

pelayanan

prasarana

jalan

yang

handal

serta

peningkatan pengelolaan sumber daya air dengan programnya masingmasing adalah:

1. Penataan Ruang
a. Memfasilitasi perwujudan struktur ruang wilayah yang didukung
oleh jaringan prasarana wilayah serta pengembangan perkotaan
dan perdesaan.
b. Meningkatkan kemampuan daerah dan peran masyarakat serta
pelaku lainnya dalam penyelenggaraan penataan ruang.

c. Mendukung percepatan pertumbuhan KTI dan kawasan tertinggal
lainnya.
d. Mendukung pembangunan kawasan andalan, kawasan tertentu
dan strategis nasional lainnya.
e. Pemantapan RTRWN dan penyelesaian RTRW Pulau.
f. Mendukung pelestarian kawasan lindung
g. Mewujudkan transparansi dalam rangka kepastian pemanfaatan
ruang.
2. Meningkatkan pengelolaan sumberdaya air yang berdaya guna
-

dan lestari, melalui:
Penyempurnaan kerangka kelembagaan
pengelolaan

Sumberdaya

Air

pengembangan

Nasional

(SDA),

dan

dengan

pembentuakan Dewan Sumberdaya Air Nasional, penyempurnaan
undang-undang

SDA,

perumusan

kebijakan

SDA

Nasional,

penyempurnaan data dan pengembangan jaringan hidrologi dan
-

pemantapan hak guna air.
Penyempurnuan kerangka kelembagaan SDA ditingkat Daerah dan
Wilayah Sungai dengan pembentukan Dewan SDA Daerah,
pengembangan korporatisasi pengelolaan SDA, penyempurnaan
sistem

-

pembiayaan

korporatisasi,

pengembangan

dan

penyempurnaan sistem harga air.
Penyempurnaan kerangka peraturan dan perundang-undangan
untuk kualitas air, meliputi pengendalian kualitas air, monitoring
kualitas air dan pelaksanaan uji coba pengendalian kualitas air di 3

-

Satuan Wilayah Sungai.
Pengembangan dan penyempurnaan

sistem

kelembagaan

pengelolaan irigasi, meliputi penyempurnaan lembaga pengelola
irigasi di Tingkat Nasional, Propinsi dan Petani, peningkatan sistim

partisipasi melalui pemberdayaan kelompok petani pemakai air
(P3A), dan penyempurnaan sistim pendanaan rehabilitasi dan
operasi irigasi.
L. Program Prioritas Tahun 2001
1. Penataan Ruang
a. Penyusunan rencana pengembangan terpadu untuk mewujudkan
system jaringan prasarana wilayah dan mewujudkan sistem
perkotaan

dan

perdesaan

pada

daerah

yang

memerlukan

penyerasian program lintas daerah.
b. Fasilitasi dan bantuan teknik penyusunan dan peninjauan kembali
RTRW pada propinsi, kabupaten dan kota pada daerah yang antara
lain dimekarkan dan yang baru terbentuk.
c. Fasilitasi dan bantuan teknik pengelolaan pengembangan KAPET
dan promosi investasi terutama di KTI.
d. Penyiapan kebijakan, pedoman, fasilitasi dan bantuan teknik dalam
pengembangan kawasan andalan dan kawasan tertentu pada
kawasan

yang

mendorong

pertumbuhan

kawasan

yang

mempunyai

nilai

ekonomi

strategis,

dan

wilayah,
kawasan

tertinggal/perbatasan.
e. Peninjauan kembali Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
(RTRWN).
f. Penyelesaian Rencana Tata Ruang Wilayah Pulau dalam rangka
penyiapan program terpadu prasarana wilayah di Sumatera,
Kalimantan, dan Sulawesi.
2. Sumber Daya Air
a. Penyelesaian perubahan

Undang-Undang

penyiapan pembentukan Dewan Air Nasional.

Pengairan

dan

b. Menyelesaikan pembentukan Badan Pengelola Sumber Daya Air
dalam bentuk korporatisasi di 5 Wilayah Sungai di Sumatera, Jawa
dan Sulawesi.
c. Melaksanakan pembentukan Balai Pengelola Sumber Daya Air
sebagai unit pelaksana teknis di 40 SWS di Sumatera, Kalimantan,
Sulawesi.
d. Melaksanakan pengendalian atas daya rusak air yang meliputi
pengendalian banjir di 11 lokasi di Sumatera, Jawa, Bali dan Nusa
Tenggara .

e. Pengamanan abrasi pantai di Bali, Padang dan Sulawesi Utara dan
pengendalian lahar gunung berapi di G. Merapi dan G. Kelud.
f. Pembangunan waduk baru sebanyak 10 unit dengan kapasitas
1.000 juta m3 dan embung sebanyak 10 unit dengan kapasitas total
3 juta m3.
g. Pembangunan jaringan irigasi baru seluas 80.000 ha, rehabilitasi
jaringan irigasi seluas 380.000 ha, pembangunan tambak seluas
2.000 ha, peningkatan irigasi rawa seluas 80.000 ha dan
melakukan operasi dan pemeliharaan keseluruhan jaringan irigasi
seluas 6,3 juta ha.
h. Pemberdayaan petani melalui Perkumpulan Petani Pemakai Air
(P3A) sebanyak 20.000 Unit menjadi P3A mandiri.