Jabatan Wakil Presiden Menurut Hukum Tat

Nama : Nabila Farahdila Putri
NBI: 1311700094
Fakultas / Jurusan : Fakultas Hukum
Kelas / Mata Kuliah : Kelas B / Hukum Tata Negara
Dosen Pembimbing : Tomy Michael, S.H., M.H

“JABATAN WAKIL PRESIDEN MENURUT HUKUM TATA NEGARA INDONESIA.”
Dr. Mochamad Isnaeni Ramdhan, S.H., M.H.

TERGADAINYA KEDAULATAN RAKYAT
Kekuasaan dan kewenangan presiden secara luas diatur dalam konstitusi,
sedangkan wakil presiden umumnya ditentukan presiden, sehingga tampak
ketidakberdayaan wakil presiden mewujudkan kedaulatan dari pemilihnya.
Sesuai dengan Pasal 6A Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 menyatakan bahwa Presiden dan Wakil Presiden dipilih dalam satu pasangan
secara langsung oleh rakyat. Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden diusulkan
oleh Partai Politik atau Gabungan Partai Politik peserta pemilihan umum sebelum
pelaksanaan Pemilihan Umum.
Banyak cara yang dilakukan oleh para bakal calon presiden yang siap mengambil
posisi wakil presiden apabila posisi pertama tidak terwujud. Hal ini dilakukan karena
ingin menduduki suatu jabatan.

Persoalan mendasar yang dapat diajukan melihat geliat para bakal calon presiden,
yakni terkait dengan motivasi pencalonannya.
Maka dalam mengenai tergadainya kedaulatan rakyat ini yaitu Bahwa demokrasi
kedaulatan tertinggi berada di tangan rakyat, tetapi kedaulatan itu sering tergadai oleh
godaan uang, sembako, dan pencitraan. Jangan karena godaan-godaan itu rakyat salah
memilih pemimpin dan pilihlah pemimpin yang memiliki kapasitas dan integritas.

ASAL USUL JABATAN WAKIL PRESIDEN
Wakil Presiden merupakan jabatan yang ditemukan pada negara yang berbentuk
republik. Demikian juga dengan negara Indonesia, yang menganut bentuk
pemerintahan republic ditemukan beberapa ketentuan yang menyebut jabatan wakil
presiden dalam konstitusinya.

Berikut pasal-pasal yang dimaksud:
1.
2.
3.
4.
5.
6.


Pasal 4 ayat (2) UUD 1945
Pasal 6A ayat (1)
Pasal 7 Perubahan Pertama UUD 1945
Pasal 9 ayat (1) Perubahan Pertama UUD 1945
Pasal 8 ayat (1) Perubahan Ketiga UUD 1945
Pasal 3 ayat (3) Perubahan Ketiga UUD 1945

Pasal cara memberhentikan presiden dan/wakil presiden ini tidak konsisten dengan
cara pengisian presiden dan/wakil presiden melalui pemilihan langsung oleh rakyat.
Pengisian jabatan presiden dan/wakil presiden dilakukan dengan demokrasi
langsung, sedangkan pemberhentiannya dilakukan dengan demokrasi perwakilan.
BEBERAPA KEKOSONGAN HUKUKM
Terdapat beberapa “kekosongan hukum”terkait jabatan Wakil Presiden, antara lain
tugas dan kewenangannya, hubungan kekuasaan antar Wakil Presiden dengan Presiden
dan dengan lembaga negara lainnya, serta cara pertanggungjawaban Wakil Presiden.
Cara pertanggungjawaban terkait dengan tugas Wakil Presiden saat menjalankan
tugas, baik pada saat Presiden berhalangan maupun saat Presiden tidak berhalangan.
Terdapat kekosongan hukum yang terkait dengan prosedur dan mekanisme Wakil
Presiden yang menggantikan Presiden sesuai dengan Pasal 8 ayat (1) Perubahan

KetigaUUD 1945, bahwa : “Jika Presiden mangkat, berhenti, diberhentikan, atau tidak
dapat melakukan kewajibannya dalam masa jabatannya, ia digantikan Wakil Presiden
Republik Indonesia sampai habis masa jabatannya.”
PETTANGGUNGJAWABAN WAKIL PRESIDEN
Wakil Presiden tidak bertanggung jawab kepada Presiden karena Wakil Presiden
tidak dipilih dan diangkat oleh Presiden melainkan oleh rakyat. Dikaitkan dengan Pasal
6A ayat (1) Perubahan Ketiga UUD 1945 yang menyatakan dengan tegas Presiden dan
Wakil Presiden dipilih oleh rakyat.
Pertanggungjawaban wakil presiden juga dipengaruhi oleh faktor pencalonan dan
pemilihan presiden dan wakil presiden yang dilakukan dengan system paket, baik
keduanya berasal dari partai politik yang sama, maupun keduanya berasal dari partai
politik yang berbeda.
KERANGKA KERJA WAKIL PRESIDEN
Pengaturan tugas dan kewenangan tersebut harus didasarkan pada kepentingan
objektif, sehingga terhindar dari kepentingan sesaat dan subjektif. Kepentingan objektif
menurut pendekatan ilmiah diajukan dengan kerangka teoritik sebagai dasar
penyusunan pengaturan dan tugas kewenangan.

Teori yang diajukan pada pengaturan tugas dan kewenangan wakil presiden
didasarkan pada teori konstitusi sebagai “teori induk” (grand theory) serta diajukan

teori baru dengan istilah “system pemerintahan terpadu” (intergrated executive system)
sebagai bentuk derivasi dari teori konstitusi.
Banyak pakar seperti Lord Bryce, CF. Strong, S.E. Finer, Vernon Bogdanor, dan
Bernard Rudden,dan Sri Soemantri yang mengartikan pengertian konstitusi dalam arti
sempit, tetapi setelah dirangkum memiliki intisari terhadap berbagai pernyataan
tersebut. Antara lain: Pertama, konstitusi merupakan pembatasan kekuasaan antar
lembaga negara yang meliputi kepentingan pihak pemerintah dan warga negara yang
bersifat mendasar dan; Kedua, meskipun penataan ulang lembaga-lembaga negara
awalnya didasarkan pada kepentingan politik, namun kepentingan tersebut harus
bersifat mendasar sehingga dapat berlaku seterusnya.
Sistem Pemerintahan yang dianut Indonesia harus mencerminkan nilai-nilai
ideology negara Indonesia Pancasila, Pancasila sebagai ideology dirumuskan dalam
alinea keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.
Karena nilai-nilai Pancasila menjadikan setiap tingkah laku dan setiap pemgambilan
keputusan para penyelenggara negara dan pelaksana pemerintahan. Dan nilai-nilai
Pancasila sebagai sumber acuan dalam menyusun etika kehidupan berbangsa bagi
seluruh rakyat Indonesia.
Maka dari itu Hakikat dari Pancasila ada pada semangat kebersamaan, sehingga
mengacu pada semangat Presiden dan Wakil Presiden harus terwujud kebersamaan
demi terwujudnya tujuan negara, dan harus dapat menjalankan kewajiban

penyelenggaraan berdasarkan visi,misi, dan program aksi bagi perwujudan tujuan
negara.
WAKIL PRESIDEN DI BERBAGAI NEGARA
Wakil Presiden senantiasa ditemukan pada konstitusi negraa-negara yang menganut
bentuk pemerintahan republic dengan system pemerintahan presidensial seperti Amerika
Serikat, Filipina, Afrika Selatan, dan Siprus.
Juga negara republic dengan system pemerintahan parlementer sebagaimana dianut
Cina, India, dan Bulqaria.Bahkan negara yang menganut system pemerintahan gabungan
antara system pemerintahan presidensial dan system pemerintahan parlementer seperti Irak
dan Uganda.
Negara
Amerika Serikat

Sistem
Pemerintahan
Presidensial

Bulgaria

Parlementer


Tugas dan
Kewenangan
Ketua Senat:
Pengganti
Presiden
Wakil Kepala
Negara

Gelar
Vice-President

Vice-President

Filipina

Presidensial

Siprus


Presidensial

Cina

Parlementer

Irak

Gabungan

India

Parlementer

Afrika Selatan

Presidensial

Uganda


Gabungan

Pengganti
Presiden
Ketua Senat;
Pengganti
Presiden;
Anggota Kabinet
Wakil Kepala
Negara; Wakil
Kepala
Pemerintah
Wakil Kepala
Negara;
Pengganti
Presiden;
Pelaksana Tugas
Presiden
Wakil Kepala
Negara;

Pengganti
Presiden;
Anggota Kabinet
Wakil Kepala
Negara;
Pengganti
Presiden;
Anggota
Parlemen
Anggota Kabinet
Pengganti
Presiden;
Pelaksana Tugas
Presiden;
Anggota
Parlemen

Vice-President

Vice-President


Vice-Parlementer

Vice-President

Vice-President

Deputy of
President
Vice-President

Pada negara-negara yang menganut system pemerintahan presidensial, Wakil
Presiden memiliki tugas dan kewenangan sebagai Wakil Kepala Pemerintahan dan Wakil
Kepala Negara. Menjabat sebagai anggota salah satu dewan dalam parlemen bagi negara
yang menganut system dua kamar ataupun sebagai anggota kabinet pemerintahan di
bawah presiden.
WACANA JABATAN WAKIL PRESIDEN

Dalam ideologi negara Pancasila tersaji pola pembagian kekuasaan secara
proporsional antarlembaga negara sebagaimana tersiratpada wacana para Perumus UUD

1945. Khususnya antara Muhammad Yamin dan Soepomo saat merancang susunan
pemerintahan pusat (termasuk juga jabatan Wakil Presiden dalam sidang-sidang BPUPK
dan panitia PPK.
Muhammad Yamin memaparkan “Hendaklah dinyatakan dan ditetapkan, bahwa
banyaknya Wakil Kepala Negara dua orang, dan kewajiban tidaklah membantu Presiden,
melainkan mewakili Presiden; cara mewakili itu ditetapkan dengan Undang Undang.”

MAKNA PASAL 4 AYAT (2) UUD 1945
Soepomo sebagai Ketua Panitia Kecil Perancang UUD pada 13 Juli 1945 memberikan
laporannya dalam rapat Panitia Perancang UUD setelah diminta Sukarno sebagai Ketua
Panitia Perancang UUD. Usai menjelaskan pokok-pokok pikiran dalam pembukaan,
Soepomo menjelaskan jabatan Wakil Presiden terkait dengan MPR sebagai berikut.
Dalam Makna Pasal 4 Ayat (2) UUD 1945 terdapat banyak penafsiran, penafsiran ini
dibatasi pada 3 penafsiran.
1. Penafsiran Leksiografis-Terminologis
Dalam subbab ini diajukan penafsiran kata “dibantu” pada Pasal 4 ayat (2) UUD
1945 sebagai berikut: Dalam melakukan kewajibannya Presiden dibantu oleh satu
orang Wakil Presiden.
Dalam Kamus Hukum, kata “wakil” diartikan sebaagai pengganti atau orang kedua
yang dapat mengambil keputusan.
2. Penafsiran Sistematis Teleologis
Dalam penafsiran ini, meskipun Wakil Presiden bertugas membantu Presiden tetapi
Wakil Presiden dapat menggantikan Presiden. Oleh karena itu, dapat dipahami jika
kualifikasi keduanya tidak dibeda-bedakan.
3. Penafsiran Futuristik
Dalam penafsiran ini, bahwa beban tugas yang diemban Wakil Presiden harus
memperhatikan lembaga negara lain seperti DPD, DPR, MA maupun Mahkamah
Konstitusi (MK) sebagaimana halnya dengan Presiden dalam melaksanakan
tugasnya sebagai Wakil Kepala Pemerintahan maupun sebagai Wakil Kepala
Negara.

WAKIL PRESIDEN BUKAN SEBAGAI BAN SEREP
Bahwa dalam system terpadu tersaji pola hubungan kekuasaan antara Presiden dan
Wakil Presiden berdasarkan prinsip saling bantu fungsional dan proporsional. Jadi, Apabila

Presiden karena kondisi tertentu tidak dapat melakukan kewajibannya, Wakil Presiden
segera menggantikannya.
Penggantian tersebut dalam system pemerintahan terpadu bukan ditujukan bagi
perebutan kekuasaan, melainkan lebih pada terwujudnya penyelenggaraan pemerintahan
dan mencegah kekosongan pemerintahan.
Wakil Presiden Sebagai Wakil Kepala Negara yang memiliki tugas dan kewenangan
sebagai Dewan Pertimbangan Presiden, Perencanaan Pembangunan Nasional,
Pertimbangan Otonomi dan Sumberdaya Daerah, serta Pengelolaan Perbatasan,
Pertimbangan Gelar Kehormatan dan Tanda Jasa, Pertimbangan Jabatan Publik.
Wakil Presiden Sebagai Wakil Pemerintahan memiliki tugas dan wewenang
diantaranya Pengawasan Aparatur Pemerintah, Pengawasan Penyelenggaraan
Pemerintahan, Kooordinasi Perumusan dan Pelaksanaan Peraturan Perundang-undangan,
Penanganan Sengketa Antar-Kementrian, Pemantauan Kebijakan Pemerintah di Daerah.