Analisis wacana kritis pidato politik Anies Rasyid Baswedan dengan judul 'Indonesia Kita Semua' dalam konvensi pemlihan calon Presiden 2014 Partai Demokrat

(1)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom.I)

Oleh

Adharu Dhahiru

NIM: 109051000158

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2014


(2)

Untuk kalian yang senantiasa menyertai

perjuangan ini


(3)

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata Satu di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 14 Februari 2014


(4)

(5)

(6)

i

‘Indonesia Kita Semua’ Dalam Konvensi Pemilihan Calon Presiden 2014 Partai Demokrat

Politik merupakan wilayah kekuasaan yang sarat akan taktik, intrik dan strategi praktis untuk keberhasilan suatu kepemimpinan atau tata kelola pemerintahan. Tidak heran jika ia sarat akan berbagai kepentingan-kepentingan kelompok. Politik menyajikan berbagai fenomena, ia juga menentukan berbagai kondisi dalam suatu tatanan pemerintahan. Karenanya tidak jarang hal-hal praktis dalam politik bertentangan dengan nuansa idealisme dikalangan para akademisi. Kontrasnya dunia akademisi dan politik nampaknya tidak berlaku bagi Anies rasyid Baswedan. Nama Anies Rasyid Baswedan yang tercatat sebagai rektor termuda yang berpengaruh wilayah Asia Tenggara mengejutkan publik dengan kemunculannya sebagai salah satu peserta Konvensi Pemilihan Calon Presiden melalui Partai Demokrat. Nama Anies Baswedan tidak asing dikalangan akademisi dan para tokoh intelektual. Namun apa jadinya jika nama Anies Baswedan masuk dalam jajaran bakal calon Presiden RI 2014? Pidato politik pertamanya sebagai peserta Konvensi Partai Demokrat dinanti publik.

Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas, peneliti mengerucutkan penelitian terhadap dua hal, pertama, bagaimana formasi teks pidato serta konteksnya sebagai peserta Konvensi, kedua, bagaimana Anies Baswedan menyusun wacana keindonesiaan dalam pidatonya. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif-kualitatif. Teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan ialah observasi berupa pengumpulan data kemudian wawancara sebagai upaya untuk recheking dan disusul dengan dokumentasi.

Penelitian ini menggunakan teori analisis data Teun A. van Djik. Teori van Djik mengungkap sebuah teks baik lisan maupun tulis dalam beberapa dimensi, yakni teks, kognisi sosial dan analisis konteks sosial. Van Djik mengkonstruk penelitian yang mendalam dari ketiga dimensi tersebut yakni struktur teks, kognisi sosial dan konteks sosial.

Peneliti menyimpulkan bahwasanya formula teks yang digunakan oleh Anies Rasyid Baswedan dalam pidatonya merupakan retorika yang mendalam

dari sebuah refleksi terhadap kondisi „manusia‟ Indonesia. Bagi Anies manusia

merupakan titik sentral yang mampu menggerakkan perubahan dan kemajuan. Karena itu, memperbaiki kualitas manusia adalah sudah tanggungjawab bersama seluruh rakyat Indonesia sejak Indnesia menyatakan kemerdekaannya. Anies berwacana bahwa kunci dari upaya membangun kualitas manusia yang berani dan berkarakter serta berintegritas adalah melalui pendidikan. Namun dalam tempo dekat, Indonesia sudah harus berbenah diri, baik dari sisi demokrasi, ekonomi dan terutama tegaknya peradilan di Indonesia.


(7)

ii

senantiasa memberikan limpahan Rahmat serta kasih sayang-Nya kepada segenap hamba-hambanya. Semoga shalawat dan salam selalu tercurah bagi Sang Revolusioner Islam, Inspirator perubahan menuju peradaban yang madani.Puji dan syukur Peneliti haturkan karena berkat petunjuk dan izin-Nya, akhirnya peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Wacana Kritis Pidato Politik Anies Rasyid Baswedan dengan Judul ‘Indonesia Kita Semua’ Dalam Konvensi Pemilihan Calon Presiden 2014 Partai Demokrat sesuai dengan waktu yang telah direncanakan. Seperti diketahui bahwa penyusunan skripsi ini merupakan tugas akhir peneliti sebagai persyaratan dalam menyelesaikan program studi Strata Satu (S1) di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Peneliti meyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini, ada begitu banyak dukungan dan perhatian serta masukan dari berbagai pihak. Dengan demikian segala kesulitan dan hambatan dalam penyusunan skipsi ini akhirnya dapat terselesaikan dengan baik. Hanya ungkapan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada segenap pihak yang mendukung peneliti. Tiap dukungan baik moril dan materiil selama proses penyusunan dan penyelesaian skripsi ini semoga dibalas oleh Allah SWT dengan limpahan karunia-Nya yang luarbiasa tak terhingga. Peneliti terutama berterimakasih kepada:

1. Bapak Dr. H. Arief Subhan, M.A., Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Bapak Dr. Suparto, M.Ed., Wakil Dekan Bidang Administrasi


(8)

iii

Penyiaran Islam dan Ibu Umi Musyarafah, M.A., selaku Sekertaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, yang selalu mendukung dan memberi banyak kemudahan kepada peneliti dalam penyusunan skripsi ini. 3. Bapak Drs. Wahidin Syaputra, M.A., dosen pembimbing peneliti yang telah

begitu banyak memberikan arahan, bimbingan, nasehat dalam penyusunan skripsi ini.

4. Seluruh Dosen, serta para staf-staf tata usaha Fakultas ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Secara khusus peneliti ucapkan terima kasih kepada Dosen Komunikasi dan Penyiaran Islam yang berkahatasilmunyamenjadikanpenelitimampumenyelesaikanskripsiini

5. Yang sangat membantu dalam selesainya penelitian peneliti, kepada Sekretaris Bapak AniesBaswedan, Ibu Khairunnisa, kepada mas Awe, dan kepada bapak M. Chozin Amirullah yang menjadi penyambung antara peneliti dan Bapak Anies Baswedan. Terimakasih telah meluangkan waktu di tengah kesibukannya untuk peneliti. Dan yang sebesar-besarnya kepada Bapak Anies Baswedan P.hD terimakasih telah meluangkan waktunya di tengah kesibukannya untuk peneliti wawancarai.

6. Terimakasih juga peneliti haturkan kepada Bapak Rahmat Baihaqi, M.A selaku ketua sidang, Ibu Fita Fatkhurrohmah, M.Si selaku penguji satu dan bapak Drs. Study Rizal, LK. M.A, selaku penguji dua. Terimakasih kepada


(9)

iv

orang tua, Dewasrizal Nainggolan dan Nurhasni Simamora yang telah banyak memberikan doa, dukungan dan pengorbanan yang tak terkira selama peneliti hidup hingga saat ini.

8. Adik-adik peneliti, Deva Sariyanti, Devi Rahmaini, danSyafrilNainggolan terima kasih telah menjadi bagian inspirasi kehidupan Peneliti selama ini. Kelak akan kalian rasakan perjuangan yang abang rasakan dan tentunya abang siap mendampingi perjuangan kalian.

9. Paman dan Tante, Syahril Simamora dan Saeni yang telah menjadi orangtua yang baik dan membuat peneliti tidak merasa hidup sendiri di perantauan. Terimakasih atas seluruh kesabaran memberi motivasi mori dan materilnya. 10.Sunardi Panjaitan dan Mifta Apriyanto. Dua orang saudara yang banyak mengenalkan permasalahan hidup kepada peneliti dan menjadi bagian dari motivasi bagi peneliti.

11.Lutfiyatun Nakiyah, seorang sahabat special yang dalam perjalanannya selalu setia menemani perjuangan peneliti dalam segala kondisi. Terimakasih semangat dan dukungannya ya dan terimakasih juga karena sudah menjadi bagian dari kehidupan peneliti. Semoga Tuhan mengabulkan doa dan usaha kita selama ini. Terus berjuang ya bersama-sama!

12.Teman-teman seperjuangan KPI E angkatan 2009, yang telah menjadi bagian hidup peneliti selama mengenyam pendidikan di UIN Jakarta


(10)

v

13.Sahabat-sahabat peneliti yang selalu ada di saat suka maupun duka. Ahmad Saipul Mukminin, Nurul Rizki Salam dan Fauziah Mursyid. yang tak pernah lelah untuk menyemangati peneliti. Kalian adalah beban terindah yang dimiliki peneliti. Semoga seluruh perjuangan dan persahabatan kita tetap terjalin selamanya.

14.Kepada Himpunan Mahasiswa Islam cabang Jakarta Selatan yang menjadi rumah besar bagi peneliti dalam mengembangkan diri. Terimakasih sudah memberikan wawasan dan segudang pengalaman serta menjadi Inspirasi yang sangat berharga bagi peneliti. YAKUSA!

Pada akhirnya, tak ada gading yang tak retak, peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Karena itu, peneliti sangat terbuka terhadap kritik yang membangun dan saran dari segenap pembaca agar dapat menjadi acuan pembelajaran peneliti. Peneliti berharap agar skripsi ini dapat memberikan manfaat dan sebagai bahan pembanding untuk penelitian lainnya baik bagi mahasiswa UIN Jakarta maupun pembaca pada umumnya. Semoga tiap pena yang mengalir menjadi amal ibadah bagi semua. Amin.

Jakarta,15 Maret 2014


(11)

vi

DAFTAR ISI ... vi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian... 4

D. Manfaat penelitian ... 5

E. Metodologi Penelitian ... 5

1. Pendekatan Penelitian ... 5

2. Subjek dan Objek Penelitian ... 6

3. Teknik Pengumpulan Data ... 6

4. Teknik Analisis Data ... 7

F. Tinjauan Pustaka ... 10

G. Sistematika Penelitian ... 13

BAB II LANDASAN TEORI A.Analisis Wacana ... 14

1. Definisi ... 14

2. Konsep Utama Analisis Wacana kritis ... 18

3. Analisis Wacana Teun A van Dijk ... 22

BAB III RIWAYAT HIDUP ANIES RASYID BASWEDAN A. Kelahiran dan Latar Belakang Keluarga Anies Rasyid ... 36

B. Masa Sekolah dan Kuliah Anies Rasyid Baswedan ... 38

C. Karir Anies Rasyid Baswedan... 43

D. Penghargaan Anies Rasyid Baswedan ... 47

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Analisis Stuktur Teks Pidato Anies Rasyid Baswedan ... 49

1. Struktur Makro (Tematik) ... 49

2. Struktur Mikro (Semantik) ... 55

3. Struktur Mikro (Sintaksis) ... 63

4. Struktur Mikro (Stilistik) ... 65

5. Struktur Mikro (Retoris) ... 68

B. Analisis Kognisi Sosial... ... 72


(12)

vii


(13)

viii Selamat malam dan salam sejahtera.

Izinkan pada kesempatan ini kami berbagi visi mengenai Indonesia. Kami beri judul Indonesia Kita Semua. Republik ini merdeka bukan sekadar untuk menggulung kolonialisme. Republik ini hadir untuk menggelar kesejahteraan, kemakmuran dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Republik ini datang bukan dengan cita-cita. Republik ini bukan datang dengan harapan. Republik ini datang dengan janji. Cita-cita adalah sesuatu yang ingin kita raih. Denganlah kita meraihnya, maka kita syukuri. Tapi bila gagal, kita revisi cita-cita itu. Republik ini berjanji dan janji tidak bisa direvisi. Janji harus dilunasi pada setiap anak bangsa Indonesia. Apa janji republik ini? Republik ini berjanji melindungi, berjanji mencerdaskan, berjanji mensejahterakan dan berjanji membuat setiap kita menjadi bagian dari dunia.

Janji ini bukan janji pemerintah. Janji ini adalah janji seluruh bangsa Indonesia. Karena itu, saya merasa terpanggil untuk turun tangan, ramai-ramai melunasi janji kemerdekaan Indonesia. Ini bukan sekadar tanggung jawab pemerintah, ini tanggung jawab kita semua. Karenanya, panggilan ini adalah panggilan untuk sama-sama.

Mari kita lunasi janji ini. Kita berjanji melindungi. Artinya apa? Republik ini tidak dirancang untuk melindungi minoritas, tidak dirancang untuk melindungi mayoritas. Republik ini dirancang untuk melindungi setiap warga negara Indonesia secara tanpa syarat. Siapa pun, di mana pun, agama apa pun, keyakinan apa pun, etnis apa pun, bahasa apa pun memiliki hak yang sama untuk mendapatkan perlindungan republik ini.

Yang kedua, kita berjanji untuk mensejahterakan. Kita berjanji untuk mencerdaskan. Dan kita lihat di sini, alhamdulillah, hari ini, penduduk kita 240 juta orang. Pada saat kita merdeka penduduk kita sekitar 70 juta, ada yang menyebut 73 juta. Dan dari 73 juta itu 95 persen buta huruf. Mereka memiliki seluruh persyaratan untuk pesimis. Terbelakang, miskin, tak terdidik. Hari ini, penduduk kita 240 juta. Dan 95 persen buta huruf itu hari ini tinggal delapan persen.

Tak banyak bangsa di dunia mengubah dari buta huruf total menjadi melek huruf total seperti sekarang. Tak banyak bangsa di dunia bisa melakukan itu. Dan Indonesia melakukan ini. Dan hari ini, kita memiliki persyaratan untuk optimis. Karena itu, kita turun tangan sama-sama membangkitkan optimisme republik ini. Tapi itu tidak cukup. Hari ini yang terdidik pendidikan tinggi hanya 8 persen. Dan bila kita lihat hari ini, yang berada di ruangan ini, yang bisa berdiri di sini, yang bisa mengelola, yang bisa merasakan kemajuan, adalah mereka yang terdidik, mereka yang merasakan manfaat ketercerdasan, mereka yang diangkat naik kelas. 45 persen, hari ini, masih berpendidikan SD.


(14)

ix

terbesar kita. Begitu manusianya terkembangkan, manusianya tercerdaskan, maka seluruh potensi ini bisa diubah menjadi potensi yang membuat kita meraih kesejahteraan. Karena itu saya melihat, mengembangkan manusia menjadi kunci. Dan saya garisbawahi, mengembangkan manusia, bukan semata mata-mata sumber daya. Kenapa? Karena manusia harus dikembangkan seutuhnya.

Dalam mengembangkan ini, yang paling krusial hari ini di Indonesia.Kita sekarang, berapa waktu ini, dihantam tsunami korupsi. Korupsi di segala level. Tapi kita harus perhatikan, korupsi adalah gejala. Penyakitnya adalah defisit integritas. Tiadanya integritas. Karena itu pendidikan kita adalah untuk membangun integritas, menghasilkan orang jujur, orang-orang berkarakter yang bila diberi amanah maka dia akan mengubah amanah itu menjadi kebahagiaan, kemajuan dan kesejahteraan bagi semua.

Pendidikan adalah kunci, tapi dalam jangka pendek, kita harus bereskan ekonomi kita, kita harus bereskan penegakan hukum kita. Tapi itu semua jika tidak ditopang dengan kualitas manusia yang baik, maka dia akan hanya meningkatkan angka-angka laporan. Padahal yang kita butuhkan adalah perubahan realita di masyarakat. Dan dalam konteks penegakan hukum ini, hari ini, kita harus dorong satu sisi tingkatkan soal integritas, sisi lain kita harus menegakkan hukum tanpa pandang bulu. Tak pandang latar belakangnya, tak lihat agamanya, tak lihat warna kelompoknya, tak lihat warna partainya. Siapa melanggar hukum, mereka dihadapkan dengan penegakkan hukum.

Saya rasa ini menjadi kunci bila kita miliki tiga pilar, ada pilar ekonomi, ada pilar demokrasi. Dua ini berjalan. Tapi pilar ketiga yang menopang adalah kepastian hukum, keadilan, rule of law. Di sini kita perlu hadirkan. Dalam jangka pendek ini, kita harus menghadirkan pilar ketiga melalui kepemimpinan yang efektif, kepemimpinan yang menggerakkan, karena tidak bisa urusan sebesar Indonesia diselesaikan satu orang. Kita harus memunculkan kepemimpinan yang mengajak semua orang turun tangan, terlibat melunasi sama-sama janji kemerdekaan itu. Indonesia ini adalah Indonesia kita semua, milik kita. Mari kita miliki masalah yang ada di bangsa ini, lalu kita turun tangan ramai-ramai menyelesaikan masalah yang ada di bangsa ini.

Biarkan nanti kita bisa mempertanggung jawabkan peran kita hari ini kepada Tuhan dan kepada anak-anak kita, serta anak-anak dari anak-anak kita, bahwa di era ini kita tidak tinggal diam, kita turun tangan dan kita wariskan republik yang berdiri lebih tegak untuk semuanya. Terima kasih.


(15)

x September 2013

Waktu Interview :15:00 WIB

Tanggal : Minggu, 26 Januari 2014

Pewawancara : Adharu Dhahiru

Narasumber : Anies Rasyid Baswedan

Peneliti : Tema besar dari pidato yang berjudul “Indonesia Kita

Semua”?

Anies R. Baswedan :Kenapa saya pilih istilah Indonesia Kita Semua, Indonesia ini adalah negeri yang kita bangun, Republik ini kita dirikan dan tanggungjawab atas negeri ini ada pada kita semua. Sekarang ini ada kesan bahwa republic ini hanya diurus oleh sebagian orang, hanya dinikmati sebagian orang, dan kalau ada masalah hanya menjadi tanggungjawab sebagian orang. Saya ingin menawarkan prespektif lain bahwa ini negeri milik kita karena ini negeri bukan hanya milik mereka, ini milik kita Kalau memang negeri ini milik kita, mari kita miliki masalah yang ada di negeri ini. Saya analogikan ya, kalau anda memiliki motor, anda bersihkan motor itu karena anda merasa memiliki motor itu. Tapi belum tentu jika itu motor teman anda, karena anda tidak merasa memilikinya. Itulah yang dirasakan negeri ini. Jika dalam satu rumah hanya ada 1 motor dan dipakai oleh sekeluarga, siapa yang

harus membersihkan motor itu? “semuanya” tapi yang paling merasa memiliki adalah yang paling sering membersihkan.

Peneliti : Posisi tema besar dalam pidato ini adalahkeseluruhan. Bisa dijelaskan tentang 3 pilar penting yang ada dalam pidato? (ekonomi, demokrasi dan kepastian hukum)

Anies R. Baswedan : Tugas pemimpin adalah menjalankan tugas itu secara efektif agar 3 hal tadi berjalan dengan baik. Ekonomi, pemerintahan dan demokrasi dan ketiga adalah pro of law. Indonesia hari ini ekonominya sudah berjalan dengan


(16)

xi

secara cepat. Dan kalau tidak ada kepastian hukum, Negara ini tidak akan berbuatapa-apa.

Peneliti : Apakah maksudnya bahwa pilar kepastian hukum adalah kunci dari pilar ekonomi dan pilar demokrasi?

Anies R. Baswedan : Iya

Peneliti : Selain itu, ada pilar pendidikan yang menurut kanda sangat penting untuk diupayakan. Bisa dijelaskan?Tentang pilar pendidikan yang menurut kanda sangat urgen untuk diupayakan?

Anies R. Baswedan : Kalau kita bicara mengenai tema utama, saya ingin mengembalikan agar manusia menjadi sentral pambicaraan. Nomor satu manusianya. Kalau manusianya itu berkualitas, republic ini akan hebat. Tapi kalau manusianya tak berkualitas bagaimana republik ini akan hebat? Kualitas manusia nomor satu itu sehat. Anda juga tidak bisa wawancara seperti ini kalau sakit. Yang kedua, berintegritas, lalu berkompetensi, dan ini didapat lewat pengembangan kualitas manusia. Perhatikan, saya tidak sebut kata sumber daya manusia, saya selalu mengatakan kualitas manusia.Karena saya mau menempatkan manusia lebih dari sekedar sumber daya. Kita selalu mengatakan SDM, dan SDM itu kental dengan alat produksi. Dalam fungsi produksi itu ada namanya, tanah, modal, manusia (tenaga) dan teknologi, itu factor produksi. Di pidato ini saya mengatakan bahwa republik ini tidak akan maju kalau kita bicara tentang alam. Sederhana saja, kita lebih tahu jumlah ekspor minyak dibandingkan jumlah ekspor buruh. Kita lebih tahu tentang kualitas batu bara dari pada kualitas dokter. Kita lebih tahu jumlah ekspor impor tambang dari pada jumlah puskesmas. Ini lebih penting yang mana? Kualitas manusia, atau kualitas alam?

Peneliti : Yang mendorong keikutsertaan dalam konvensi partai democrat?

Anies R. Baswedan : Konvensi ini adalah sebuah proses pencarian calon presiden. Dan seharusnya calon presiden itu melalui sebuah proses evaluasi, bukan mendadak jadi calon presiden. Dan partai demokrat membuat sebuah


(17)

xii

Kalau saya tidak diundang, maka saya tidak kena hukum. Tapi saya diundang dan hukumnya berubah, mau ikut bertanggungjawab atau tidak mau ikut tanggungjawab?! Lain hal kalau saya daftar, kalau saya daftar, berarti saya yang ingin jadi calon presiden, tapi saya diundang. Nah ketika diundang, kalau saya bilang tidak, bagi saya berarti bukan saya tidak ingin jadi calon presiden, tapi saya tidak ingin mengurusi republik ini.

Peneliti : Ada tulisan yang mengatakan bahwa kanda lebih senang membaca tentang biografi tokoh. Bisa jelaskan siapa tokoh yang menginspirasi kanda sehingga ingin seperti mereka?

Agus salim, Muhammad hatta, cokroaminoto, sutomo, wahidin, mahatma Gandhi, Nehru, Tito, Nabi Muhammad, Lincoln, George Washington,

Peneliti : Secara eksplisit dan implisit, apa yang ingin kanda sampaikan dari isi pidato?

Anies R. Baswedan : Secara eksplisit ada disini. Secara implisit, republic ini memiliki seluruh persyaratan untuk optimis. Dan saya ingin kembalikan itu. Bahwa hadirnya pemimpin membawa suasana. Dia belum tentu bisa langsung merubah tapi dia memberi suasana baru. Dan suasana baru itu bisa membuat kita optimis. Saya beri satu contoh, kita lihat Jakarta hari ini, masih banjir? Masih, masih macet? Masih. Tapi kita melihat ada seorang gubernur baik sedang bekerja, dia membuat suasana baru. Kita nggak ngomel-ngomel dari dua tahun yang lalu. Kenapa? Karena kita tahu ada orang yang membaikkan. Saya ingin simpulkan bahwa Indonesia itu selalu berhasil mengecewakan kaum pesimis. Kita akan terus mengecewakan kaum pesimis. Secara implisit, pesan pidato itu adalah kita mempunya isyarat untuk optimis tapi harus ada pemimpin yang menggerakkan. Dan jangan harap satu orang bias menyelesaikan semua masalah. Kita semuanya bersama-sama turun tangan!!

Peneliti : Dari tokoh-tokoh yang kanda sebutkan, dibagian mana yang menginspirasi kanda untu terjun kedunia politik?


(18)

xiii

mereka. Teladan itu teladan positif dan teladan negative, dari keduanya kita bias belajar tapi tidak diambil total. Labih mudah membuat daftar tidak boleh dari pada daftar seharusnya. Buat saja, jangan mencuri, jangan berbohong, jangan selingkuh. Jadi kita harus belajar dari kedua teladan itu, kita belajar dari banyak orang, dan kemudian dari situ kita meniti langkah. Dan akhirnya kita bias mengambil keputusan dalam perjalanan hidup kita. Salah satu dalam pengalaman, penting. Jangan takut ambil keputusan. Anda baca sejarah orang-orang yang disebut tadi, berani dalam mengambil keputusan. Bayangkan jadi Moh Hatta itu seperti apa menjalani 1942-1945? Dipenjara itu mudah, tapi dicap sebagai penghianat itu yang berat. 42-45 dia bekerjasama dengan Jepang. Kalau sebelumnya dia ditangkap belanda ya biasa saja, dia pejuang, ditangkap. Tapi dianggap penghianat? Berat itu. Ini kalau kita mambaca biografi itu, 42-45 terasa 5 menit. Tapi bagi yang menjalani? 3 tahun lho, itu berat tapi membuat ringan dikemudian.

Peneliti : Basic yang membuat kanda merasa yakin dan mampu dalam hal politik dan menjaadi calon presiden?

Anies R. Baswedan : Mengapa seseorang dianggap sebagai pemimpin? Karena ada orang yang dipimpin dan diakui oleh orang yang dipimpin. Seorang yang sholat sendiri kemudian diikuti oleh orang lain, seketika itu namanya berubah menjadi imam. Kenapa? Karena orang lain yang mengikutinya mempercayakan. Dan makmumnyalah yang membuat dia menjadi imam. Ada begitu banyak orang yang dalam

posisi “Anies kami berharap anda mewakili kita.” Jadi bukan karena saya diminta demokrat, lalu saya ajukan. Tapi saya Tanya kepada semuanya dan semuanya bersama-sama mengatakan, saya berada dibelakang anda. Dan itulah sebabnya saya yakin.


(19)

(20)

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Anies Rasyid Baswedan Ph.D, adalah pria kelahiran Kuningan, Jawa Barat pada tanggal 7 Mei 1969 merupakan salah satu tokoh intelektual muda di Indonesia. Beliau memiliki kepedulian terhadap masyarakat akar rumput khususnya dalam bidang pendidikan. Ia menelurkan Gerakan Indonesia Mengajar yang mengirimkan pemuda terbaik negeri untuk mengajar di Sekolah Dasar selama satu tahun. Selain memiliki pemahaman terhadap masyarakat nasional, ia merupakan seorang intelektual yang memiliki kompetensi internasional, hal ini terbukti dari beberapa penghargaan internasional yang ia dapatkan, baik tingkat asia maupun internasional1.

Sepak terjang Anies Rasyid Baswedan dalam dunia pendidikan tidak diragukan lagi. Ia menginspirasi kaum muda untuk mengajar di daerah-daerah tertinggal dan pelosok. Gagasannya tentang kelompok Indonesia Mengajar, Indonesia Menyala, Kelas Inspirasi dan lainnya populer di kalangan para pendidik dan kaum muda. Namun secara tiba-tiba dan mengejutkan Anies Rasyid Baswedan terjun ke dunia politik. Ia mengejutkan publik dengan keikutsertaannya sebagai peserta konvensi Pemilihan Calon Presiden melalui Partai Demokrat.

Seorang akademisi yang terjun ke dunia politik tentu mengejutkan banyak pihak.

1


(21)

Keikutsertaannya sebagai peserta konvensi menuai pro dan kontra. Ada yang menyayangkan ada yang mendukung. Elektabilitas Partai Demokrat yang juga merupakan Partai penguasa (2010-2014) yang tengah menurun membuat sebagian kalangan menyayangkan keikutsertaan seorang Anies Rasyid Baswedan mengikuti konvensi tersebut. Belitan kasus yang menimpa kader Partai Demokrat seperti menjadi penanda awal dari kematian partai binaan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono itu. "Saya rasa ini awal dari kematian Partai Demokrat menuju pemilu 2014. Kalau rakyat disurvei sekarang, popularitas dan kelayakan SBY pasti sudah turun," ujar Iberamsjah, pakar politik Universitas Indonesia di Jakarta2

Data Politicawave, sebagaimana dilangsir oleh kompas.com, ada tiga besar calon yang paling banyak dibicarakan netizen adalah Dahlan Iskan (8,4 persen), Gita Wirjawan (5 persen), dan Anies Baswedan (4,6 persen). Fenomena kampanye melalui jejaring sosial media twitter memang bisa dimanfaatkan untuk memupuk citra positif, tetapi juga dapat memukul balik. Kemunculan pidato resmi Anies Rasyid Baswedan sendiri mendapatkan respon yang cepat. Di Youtube, misalnya, pengguna akun Adi Prasetya memberi komentar pidato Anies, ”Subhanallah. Begitu cerdas dan tenang dalam penyampaiannya. Semoga kelak mampu membawa amanah bangsa

ini.” ”World Class Speech,” kata Edi Supriyanto. 3

Dalam akun Mario Bross

2

https://www.facebook.com/notes/cak-ripin-kartun/partai-demokrat-sebagai-bunker-para-koruptor/10150361521822105, Tanggal 11 November 2011 pukul 13:56

3

http://nasional.kompas.com/read/2013/09/23/0923423/Mencari.Capres.di.Media.Sosial, tanggal 23 September 2013, pukul 09:23 WIB


(22)

ia berkomentar “Muda, Berpendidikan, Aksi nyata, Bersih, Nasionalis

berwawasan global, itulah Anies Baswedan RI1 2014”.4

Pro dan Kontra kemunculan Anies Rasyid Baswedan dalam konvensi partai Demokrat itulah yang menarik untuk peneliti kaji. Terutama pidato resmi pertama Anies sebagai peserta Konvensi. Pidato memberikan manfaat sebagai penyampai buah pikiran dari komunikator (pembicara) kepada komunikan (pendengar atau khalayak). Di dalam Islam, sesama manusia diwajibkan untuk saling mengingatkan satu sama lain. Sebelum zaman nabi Muhammad SAW, nabi Musa AS pun sudah melakuan kegiatan berpidato ini dan beliau sebelum menyampaikan ajarannya kepada masyarakat pada waktu itu memohon doa agar dilancarkan urusannya kepada Allah SWT. Sebagaimana yang dituliskan dalam surat Thoha ayat 25 smpai 28, yang berbunyi:

َل ق

َ ر

يلحرشا

َدص

ير

,

ي

يلرس

يرمأ

,

َللحا

َ ةدقع

َنم

ين سل

,

يل قا قفي

.

Berkata Musa: “Ya Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku, dan

mudahkanlah untukku urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku5.

Peneliti tertarik untuk meneliti pidato resmi, terutama tentang makna dan tujuan yang terkandung dalam pidato. Selain itu, sekaligus meneliti tentang wacana apa yang ada dibalik pemikiran sang orator (pembicara atau yang menyampaikan pidato). Maka dari itu, penelitian ini menggunakan metode Analisis Wacana.

4

https://www.youtube.com/watch?v=omsc8KTFlIo 5


(23)

Analisis Wacana adalah penelitian komunikasi yang bersifat kualitatif. Analisis wacana juga merupakan studi penelitian tentang struktur yang terkandung dalam bahasa. Lebih tepatnya adalah tentang penggunaan dari bahasa itu sendiri. Analisis wacana biasa digunakan untuk meneliti pesan baik lisan maupun tulisan, umumnya adalah mengungkapkan gagasan yang dimiliki oleh objek penelitian. Peneliti memilih judul dari skripsi ini:

“Analisis Wacana Pidato Anies Rasyid Baswedan Dengan Judul „Indonesia

Kita Semua‟ Dalam Konvensi Pemilihan Calon Presiden Partai Demokrat

Pada Tanggal 15 September 2013”. B. Pembatasan dan rumusan Masalah

Agar penelitian lebih fokus terkait isi pidato Konvensi Demokrat ini, maka peneliti akan membatasi penelitian hanya pada poin-poin penting terkait pidato Anies Rasyid Baswedan ketika mengikuti konvensi pemilihan calon presiden Partai Demokrat pada tanggal 15 September 2013. Untuk itu peneliti akan merumuskan beberapa persoalan terkait pidato Anies Rasyid Baswedan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah formasi teks pidato yang disampaikan oleh Anies Rasyid Baswedan dalam pidato resmi konvensi pemilihan calon presiden partai Demokrat?

2. Bagaimana wacana keindonesiaan yang dibangun oleh Anies Rasyid Baswedan dalam pidato „Indonesia Kita Semua‟?


(24)

Sesuai dengan rumusan masalah pertanyaan penelitian di atas, secara khusus penelitian ini bertujuan:

1. Untuk mengetahui Bagaimana deskripsi teks yang disampaikan oleh Anies Rasyid Baswedan terkait visi misinya menjadi salah satu peserta Konvensi untuk calon Presiden dari Partai Demokrat.

2. Untuk mengetahui wacana keindonesiaan yang dibangun Anies Rasyid

Baswedan dalam pidato „Indonesia Kita Semua‟. D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1. Manfaat Akademisi

Melalui hasil dari penelitian ini diharapkan mampu memberikan wawasan di bidang akademis mengenai gambaran metode analisis wacana dalam kajian teks pidato para tokoh. Sehingga dapat membantu mahasiswa dalam melakukan penelitian studikritis, melalui metode analisis wacana. Selain itu, hasil penelitian ini dapat menjadi bahan rujukan informasi untuk penelitian sejenis di masa mendatang.

2. Manfaat Praktis

Kajian tentang analisis wacana pidato resmi seorang tokoh ini diharapkan memberikan kontribusi positif dalam penelitian terkait analisis wacana pidato selanjutnya untuk dijadikan bahan rujukan atau referensi penelitian.


(25)

1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata–kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistik (utuh).6 Pendekatan kualitatif juga digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam, suatu data yang mengandung makna. Makna adalah data yang terkandung dibalik data yang tampak.7

2. Subjek Penelitian dan objek penelitian

Subjek Penelitian skripsi ini adalah Anies Rasyid Baswedan. Sedangkan Objek penelitian ini adalah transkip pidato Anies Rasyid Baswedan dalam pidato resminya ketika mencalonkan diri menjadi calon presiden melalui Konvensi Partai Demokrat. Penelitian ini tidak akan melibatkan aspek politik tersendiri dari Partai Demokrat, namun hanya membahas formasi teks Anies Rasyid Baswedan serta wacana ke-indonesiaannya. Sedangkan waktu penelitian ialah dari bulan 15 September 2013 -15 Februari 2014.

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan teknik atau cara yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data. Peneliti akan menggunakan jenis

6

Lexy J. Maleong (ed, 13), Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000) h. 4.

7


(26)

penelitian kualitatif dengan metode wawancara, dan juga dokumentasi.8 Wawancara langsung dengan Anies Rasyid Baswedan tentu akan memberikan ruang klarifikasi yang pas untuk memaknai pidato serta wacana yang dikembangkan oleh Anies Rasyid Baswedan untuk kemudian akan peneliti analisa dalam perspektif peneliti.

a. Observasi

Tenik pengumpulan data dengan menggunakan metode observasi dibagi menjadi tiga: pertama, Observasi partisipasi, yakni metode pengumpulan yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan penginderaan dimana peneliti terlibat dalam kesehatian responden. Kedua, Observasi Kelompok, observasi yang dilakukan secara berkelompok terhadap suatu atau beberapa objek sekaligus. Ketiga,

Observasi tidak terstruktur, ia merupakan observasi yang dilakukan tanpa menggunakan guide (pedoman) observasi. Pada observasi ini peneliti harus mampu mengembangkan daya pengamatannya dalam mengamati suatu objek. Dalam skripsi ini peneliti menggunakan observasi tidak terstruktur.

b. Wawancara

Wawancara merupakan alat rechecking atau pembuktian terhadap informasi dan atau keterangan yang diperoleh sebelumnya. Teknik wawancara dalam penelitian kualitatif adalah wawancara mendalam. Jenis

8

John W. Creswell, Desain penelitian: Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif, (Jakarta: KIK Press, 2003) h. 143.


(27)

wawancara ini adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya-jawab dengan atau tanpa menggunakan

guide. Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur ataupun tidak terstruktur serta dapat dilakukan melalui telpon ataupun bertemu langsung. Peneliti menggunakan jenis wawancara langsung / face to face dan secara terstruktur serta menggunakan alat perekam dan dokumentasi berupa foto dengan narasumber/subjek.

4. Teknis Analisis Data

Selanjutnya setelah mengumpulkan data adalah menyusun atau mngorganisir data, menjabarkannya kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola dan membuat kesimpulan. Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan analisis wacana Teun A. van Djik. Wacana oleh van Dijk digambarkan mempunyai dimensi/bangunan: teks, kognisi sosial, dan konteks sosial. Inti analisis van Dijk ialah menggabungkan tiga dimensi wacana tersebut ke dalam satu kesatuan analisis. Kaitannya dengan dimensi teks, penelitian diarahkan pada bagaimana struktur teks dan strategi wacana yang digunakan subjek dalam menegaskan suatu wacananya. Sedangkan pada level kognisi sosial maka, yang diteliti adalah proses produksi teks pidato yang melibatkan kognisi individu dari komunikator. Yang terakhir adalah mempelajari bangunan wacana yang berkembang dalam masyarakat terhadap


(28)

suatu permasalahan. Model analisis van Dijk ini dapat digambarkan sebagai berikut :9

Gambar 1 Model Analisis Wacana van Dijk

F. Tinjauan Pustaka

Judul penelitian mengenai Analisis Wacana sudah banyak sekali terdapat dalam tinjauan peneliti. Namun setelah menelaah dan membaca skripsi-skripsi di perpustakaan yang terdapat di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi dan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, peneliti belum menemukan kesamaan judul dengan yang peneliti punya. Peneliti hanya menemukan jenis metode yang hampir sama dengan metode yang akan peneliti teliti sekarang ini.

Selama tinjauan tersebut peneliti menemukan beberapa judul skripsi yang berkaitan dengan skripsi yang peneliti teliti, yaitu:

9

Eriyanto, AnalisisWacana; Pengantar Analisis Teks Media, h. 225.

Konteks

Kognisi Sosial


(29)

1. Analisis Wacana „Temukan Kembali Api Islam‟ pidato DR.Honoris Causa Presiden Ir. Soekarno di IAIN Jakarta. Yang ditulisolehSuhendi, mahasiswa jurusan Jurnalistik, Fakultas Dakwah Dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Skripsi ini menggunakan metode analisis teks teori Teun A. van Djik. Selanjutnya penelitian di fokuskan pada dimensi praktik wacana, dimensi yang berkaitan dengan proses produksi dan konsumsi teks. Tentu berbeda dengan penelitian yang penelitilakukan. Karena objek penelitian peneliti adalah pidato Anies Rasyid Baswedan.10

2. Analisis Wacana Materi Khotbah Jumat Muhasabah DzikrulmautUstaz Dr. H. Sunandar, M.Ag (2010-2011). Yang ditulis oeh Faiz Fikri Al-Fahmi, NIM: 109051000071, mahasiswa jurusan Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2009. Pada skripsi ini terdapat kesamaan yaitu menggunakan metode analisis teks yang sama yaitu analisis wacana dengan model Analisis Wacana Teun A. van Djik. Dan perbedaannya adalah skripsi ini lebih menganalisis wacana materi khotbah jumat selama beberapa waktu yang dimiliki oleh objek yang berbeda, yaitu Dr. H. Sunandar, M.Ag. Sedangkan pada penelitian yang peneliti ambil adalah

10

Suhendi, Analisis Wacana Temukan Kembali Api Islam Pidato DR.Honoris Causa

Presiden Ir. Soekarno di IAIN Jakarta, Skripsi tidak diterbitkan, Jurusan Komunikasi Penyiaran


(30)

wacana pidato Anies Rasyid Baswedan dalam konvensi pemilihan calon presiden Partai Demokrat pada tanggal 15 September 2013.11

3. Analisis Wacana Teun A. van Djik Berita Tentang Calon Presiden RI 2009 Partai Keadilan Sejahtera di Harian Republika di Majalah Pantau yang ditulis oleh Mochamad Arifin mahasiswa Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2005. Persamaan dengan skripsi ini adalah menggunakan metode Analisis Wacana Teun A. van Djik. Dan perbedaannya adalah skripsi ini lebih menganalisa wacana materi berita Calon Presiden di Harian Republika. Sedangkan pada penelitian yang peneliti angkat adalah wacana pidato yang disampaikan oleh calon presiden.12

4. Analisis Wacana Rubrik Motivasi pada Majalah Gontor Edisi Maret, Mei dan September 2012 yang ditulis oleh Nur Azhima, Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah angkatan tahun 2008.13 Pada skripsi ini terdapat persamaan teori yakni menggunakan metode Analisis Wacana Teun A. van Djik. Perbedaannya adalah skripsi ini lebih menganalisa wacana materi rubrik motivasi pada majalah Gontor edisi Maret, Mei dan

11

Faiz Fikri al-Fahmi, Analisis Wacana Materi Khotbah Jumat Muhasabah Dzikrulmaut

Ustaz Dr. H. Sunandar, M.Ag (2010-2011), Skripsi tidak diterbitkan, Jurusan Komunikasi

Penyiaran Islam, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013

12

Mochamad Arifin, Analisis Wacana Teun A. van Djik Berita Tentang Calon Presiden RI

2009 Partai Keadilan Sejahtera di Harian Republika di Majalah Pantau, Skripsi tidak diterbitkan,

Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010

13

Nur Azhima, Analisis Wacana Rubrik Motivasi pada Majalah Gontor Edisi Maret, Mei

dan September 2012, Skripsi tidak diterbitkan, Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, Fakultas


(31)

September 2012. Sedangkan pada penelitian yang peneliti ambil adalah wacana pidato Anies Rasyid Baswedan dalam konvensi pemilihan calon presiden Partai Demokrat pada tanggal 15 September 2013.

5. Analisis Hermeneutik Teks Pidato Hamka : Islam Sebagai Dasar Negara yang ditulis oleh Enny Khurniasari, mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah angkatan tahun 2008.14 Pada skripsi ini, terdapat persamaan yang menganalisa teks pidato dari seorang tokoh. Namun, perbedaan yang terdapat pada skripsi ini adalah penggunaan teori yang berbeda. Skripsi ini menggunakan analisis Hermeneutika Paul Ricouver. Sedangkan penelitian yang peneliti angkat adalah menggunakan analisis wacana Teun A. van Dijk.

Dari beberapa skripsi tersebut maka peneliti mengambil kesimpulan bahwa belum ada mahasiswa yang meneliti dengan judul skripsi Analisis Wacana Pidato Anies Rasyid Baswedan Dengan Judul „Indonesia

Kita Semua‟ Dalam Konvensi Pemilihan Calon Presiden Partai Demokrat (15/9/2013).

Sedangkan untuk teknis penulisan hasil penelitian ini mengacu pada buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) karya Hamid Nasuhi dkk. yang diterbitkan oleh CeQDA (Center for Quality Development and Assurance) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta, tahun 2007.

14

Enny Khurniasari, Analisis Hermeneutik Teks Pidato Hamka : Islam Sebagai Dasar

Negara,Skripsi tidak diterbitkan, Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, Fakultas Ilmu Dakwah dan


(32)

G. Sistematika Penulisan

Dalam pembahasan penelitian ini, peneliti akan membahas secara sistematis penulisannya dalam V (lima) BAB, yaitu sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan, Meliputi Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian, Tinjauan Pustaka dan Sistematika Penulisan.

BAB II Landasan Teoritis, berisi landasan teoritis yang meliputi : Definisi analisis wacana secara terminologi dan etimologis, model analisis wacana Teun A. van Dijk. Pidato Konvensi Anies Rasyid Baswedan yang meliputi : Pengertian Pidato danjenis-jenis pidato.

BAB III Biografi Anies Rasyid Baswedan, meliputi : riwayat hidup Anies Rasyid Baswedan, latar belakang keluarga, riwayat pendidikan, Penghargaan dan karier Anies Rasyid Baswedan.

BAB IV Temuan Penelitian berisi analisis wacana, dalam materi

“Analisis Wacana Pidato Anies Rasyid Baswedan Dengan Judul „Indonesia Kita Semua‟ Dalam Konvensi Pemilihan Calon Presiden Partai Demokrat

pada tanggal 15 September 2013” berdasarkan teorin Teun A. van Dijk BAB V Penutup yang berisi tentang kesimpulan dan saran serta lampiran-lampiran hasil temuan yang didapat oleh penelitian.


(33)

14

Istilah analisis dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai suatu sifat penelitian, kupasan. Sedangkan analisa adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa untuk mengetahui keadaan sebenarnya.1 Menurut Syamsuri, wacana adalah rekaman utuh tentang peristiwa komunikasi, biasanya terdiri atas seperangkat kalimat yang mempunyai hubungan pengertian yang satu dengan yang lain. Komunikasi itu dapat menggunakan bahasan lisan dan dapat pula memakai bahasa tulisan.2

Dalam buku Alex Sobur dituliskan pengertian wacana menurut Ismail Maharimin, yakni kemampuan untuk maju (dalam pembahasan) menurut urut-urutan yang teratur dan semestinya, komunikasi buah pikiran, baik lisan maupun tulisan resmi dan teratur.3 Hal ini sama seperti apa yang dituliskan dalam Kamus Besar Bahasa Inggris yang memaknai wacana sebagai

discourse, kata discourse berasal dari bahasa latin yaitu discursus yang memiliki arti lari kian kemari (dis berarti dari, dalam arah berbeda, dan

currere berarti lari).4

Alex Sobur dalam bukunya Analisis Teks Media menggambarkan wacana dari aspek kebahasaan, di antaranya:

1

HasanAlwi (ed), KamusBesarBahasa Indonesia, Jakarta: BalaiPustaka, 2002, h. 60 2

Panuti Sudjiman. Bunga Rampai Stilistika. (Jakarta : Pustaka Utama Grifiti, 1993), hal 6 3

Alex Sobur, Analisis teks Media, Suatu pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik,

dan Analisis Framing.(Bandung : PT. Remaja Rosda Karya, 2001), hal.10

4


(34)

1. Komunikasi pikiran dengan kata-kata, ekspresi ide-ide atau gagasan-gagasan konverasi atau percakapan.

2. Komunikasi secara umum, terutama sebagai suatu objek studi atau pokok telaah.

3. Risalat tulis, disertasi formal, kuliah, ceramah, khotbah.5

Sementara ituEriyanto mendefinisikan wacana, di antara lain sebagai berikut:

1. Wacana adalah komunikasi verbal, ucapan, percakapan, sebuah perlakuan formal, dari subjek dalam ucapan atau tulisan, sebuah unit teks yang digunakan oleh linguis untuk menganalisis satuan lebih dari kalimat. (Collins Concise English Dictionary, 1998)

2. Wacana adalah komunikasi kebahasaan yang terlihat sebagai sebuah pertukaraan di antara pembicara dan pendengar, sebagai sebuah aktivitas persoalan dimana bentuknya ditentukan oleh tujuan sosialnya. (Hawthorn, 1992)

3. Wacana adalah komunikasi lisan atau tulisan yang dilihat dari titik pandang kepercayaan, nilai, dan kategori yang masuk di dalamnya; kepercayaan disini mewakili pandangan dunia, sebuah organisasi atau representasi dari pengalaman. (Roger Fowler 1997).6

Dari apa yang dituliskan oleh Alex Sobur dan Eriyanto, peneliti melihat tidak ada perbedaan yang bertentangan dari keduanya. Hanya saja definisi tentang wacana Eriyanto lebih spesifik dibandingkan Alex

5

Alex Sobur, Analisis teks Media, Suatu pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik,

dan Analisis Framing.(Bandung : PT. Remaja Rosda Karya, 2001)

6


(35)

Sobur.Sekilas dari definisi keduanya, Alex mendefinisikan wacana langsung pada esensi wacana itu sendiri, dan Eriyanto menjelaskan proses dari munculnya suatu wacana tadi.

Secara etimologi, analisis wacana sebagaimana dikutip Mulyana berasal dari bahasa sanskerta wac/wak/vac yang memiliki arti „berkata‟, „berucap‟. Kata tersebut kemudian mengalami perubahan menjadi wacana,

kata „ana‟ yang berada setelah kata wa adalah bentuk sufiks (akhiran) yang

bermakna „membedakan‟. Dengan demikian kata wacana dapat diartikan

sebagai perkataan atau tuturan.7

Dari segi terminologi, istilah wacana memiliki arti yang luas, luasnya makna wacana ini dikarenakan perbedaan ruang lingkup dan disiplin ilmu dalam memaknai istilah wacana tersebut.sudut pandang tersebut bisa dilihat dari studi bahasa, psikologi, sosiologi, politik, komunikasi, dan sastra.8Karena luasnya arti wacana ini, Alex Sobur merangkum pengertian wacana tersebut. Ia memandang wacana sebagai suatu rangkaian ujar atau rangkaian tindak tutur yang mengungkap sesuatu hal (subjek) yang disajikan secara teratur, sistematis, dalam satu kesatuan koheren yang dibentuk oleh unsur segmentet atau unsur non segmentet bahasa.9

Bagaimanapun juga, pengertian wacana yang paling mendekati adalah apa yang dikemukakan oleh James Lull. Lull mendefinisikan wacana secara

7

Dedi Mulyna. Kajian Wacana, Teori, Metode, dan Aplikasi, prinsip-prinsip Analisis Wacana. (Yogyakarta : Tiara Wacana 2005), hal.3

8

Peter Salim dan Yenni Salim, Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer. (Jakarta : Modern English Press, 2002), edisi ke-3, hal 1709 (Ibnu Khamdan 2009)

9

Alex Sobur, Analisis teks Media, Suatu pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik,


(36)

sederhana, tidak sebatas tulisan atau ujaran, lebih dari itu wacana mengandung arti komunikasi yang tidak hanya linier (satu arah). Wacana bisa diperbincangkan, menimbulkan suatu respon berupa pemahaman, tersebar luas. Menjadi perbincangan (diskursus) dimana didalamnya akan terjadi pergulatan.10

Analisis Wacana merupakan penelitian komunikasi yang bersifat kualitatif. Analisis wacana juga merupakan studi penelitian terkait struktur yang terkandung dalam bahasa. Lebih tepatnya ialah tentang penggunaan atau fungsi dari bahasa itu sendiri. Analisis wacana biasanya digunakan untuk meneliti pesan, baik lisan maupun tulisan, dan umumnya untuk mengungkapkan gagasan yang dimiliki oleh objek yang diteliti.

Analisis wacana merupakan studi penelitian analisis yang baru berkembang terutama sejak tahun 1970-an. Seiring dengan waktu, studi mengenai struktur, fungsi, dan proses dari suatu teks dalam analisi wacana semakin berkembang.11Topik utama dalam analisis wacana merupakan representasidariobjek dan mengungkapkan bahwa segala sesuatu itu tidak tampil sendiri, namun ditampilkan melalui mediasi bahasa, baik secara tertulis, suara, ataupun gambar. Bahasa disini juga tidak dimaknai sebagai sesuatu yang netral yang bisa mentransmisikan dan menghadirkan realitas keadaansebagaimana aslinya. Namun sudah tercelup oleh ideologi yang membawa muatan kekuasaan tertentu. Bahasa disini merupakan suatu praktik

10

James Lull, Media Komunikasi Kebudayaan: suatu pendekatan global, Terj. A. Setiawan, Jakarta, Yayasan Obor Indonesia, 1998, hal.225-226.

11

Dennis McQuail, Mass Commuication theory: An Introduction (London: Sage Publication, third edition, 1995), hal. 276-277


(37)

sosial, melalui bahasa akan diketahuibagaimana seseorang atau kelompok ditampilkan dan didefinisikan. Melalui bahasa pula, seseorang ditampilkan secara baik dan buruk.12

Dari segi analisisnya, ciri dan sifat wacana diantaranya:13

1. Analisis wacana membahas kaidah memakai bahasa di dalam masyarakat (rule of use—menurut Windowson)

2. Analisis wacana merupakan usaha memaknai makna tuturan dalam konteks, teks, dan situasi.

3. Analisis wacana merupakan pemahaman rangkaian tuturan melalui interpretasi semantik.

4. Analisis wacana berkaitan dengan pemahaman bahasa dalam tindak berbahasa (what is said from what is done—menurut Labov)

5. Analisis wacana diarahkan pada masalah memakai bahasa secara fungsional (fungsional use language—menurut Coulyhard).

Pidato merupakan kegiatan berbicara dan menyampaikan pendapat, gagasan, ide, dan gambaran di depan khalayak umum. Pidato biasanya disampaikan pada saat acara atau forum resmi. Kegiatan berpidato sudah memenuhi empat unsur komunikasi, yakni, adanya komunikan, adanya komunikator, adanya pesan, dan adanya media sebagai penyampai pesan. Pidato juga berarti pengungkapan pikiran dalam bentuk kata-kata yang ditujukan kepada orang banyak.

12

Eriyanto, AnalisisWacana; Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LkiS, 2001), hal 343

13

Alex Sobur, Analisis Teks Media, Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis


(38)

Pidato sendiri memerlukan seni berbicara dan retorika. seni dan retorika ini bisa berupa wawasan dan pengetahuan komunikator. Adakalanya berupa analogi, story atau cerita, bahkan intonasi suara. Dengan demikian pidato politik tentu memerlukan seni karena tujuan dari pidato politik adalah menyiarkan kepada komunikan hal-hal yang penting dan bahkan menggiring wacana komunikan atau publik pada suatu level pemahaman persoalan / isu tertentu. Upaya pengaruh-mempengaruhi dalam pidato politik sangat jelas.

Dalam hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Doyle Paul Johnson, Weber mengatakan14:

“Apa yang diminta adalah „empati‟ – kemampuan untuk menempatkan diri dalam kerangka berpikir orang lain yang perilakunya mau dijelaskan dan situasi serta tujuannya mau dilihat menurut perspektif orang itu. Konsep ini menunjuk pada konsep

pengambilan peran yang terdapat dalam interaksi simbolik”

Selanjutnya dengan demikian analisis wacana kritis suatu pidato politik merupakan upaya mengungkap dan menganalisa wacana yang coba dikemukakan komunikator melalui suatu pidato politik yang sarat akan kepentingan dan upaya mempengaruhi komunikan dan atau publik.

B. Konsep Utama Analisis Wacana Kritis

Fairclough dan Wodak berpendapat bahwa analisis wacana kritis adalah menelaah wacana-pemakaian bahasa dalam tuturan dan tulisan-sebagai bentuk dari praktik sosial.Karena padadasarnya, praktik sosial dalam wacana bisa jadi menampilkan efek ideologi. Ia juga memproduksi dan mereproduksi hubungan kekuasaan yang tidak imbang antara kelompok

14

Deddy Mulyana & Solatun, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013) h. 33


(39)

mayoritas dan minoritas. Eriyanto mengutip pernyataan Teun A. van Dijk, Fairclough, dan Wodak, berikut ini merupakan karakteristik penting dalam analisis wacana kritis:

1. Tindakan

Dalam wacana, prinsip pertama yang harus dipahami adalah tindakan (action). Wacana diasosiasikan sebagai bentuk interaksi bukan seperti dalam ruang tertutup dan internal. Orang berbicara atau menulis bukan ditafsirkan sebagai ia menulis atau berbicara untuk dirinya sendiri namun bagian daripenggunaan bahasa adalah untuk berinteraksi dan berhubungan dengan orang lain. Akibatnya, pemahaman ini memiliki beberapa konsekuensi bagaimana wacana diintepretasikan. Pertama, yakni wacana dipandang sebagai sesuatu yang bertujuan, diantaranya untuk mempengaruhi, mendebat, membujuk, menyanggah, bereaksi, dan sebagainya. Kedua, wacana dipahami sebagai sesuatu ekspresi sadar, terkontrol.Kesimpulannya, wacana bukan sesuatu yang tidak disadari namun ia muncul dibawah gagasan, ide dan tentu kesadaran. Wacana lebih merupakan suatu gambaran dari konsepsi dan gagasan.15

2. Konteks

Analisis wacana kritis mempertimbangkan konteks dari wacana seperti kondisi, situasi,latar belakang danperistiwa. Dalam hal ini wacana dipandang sebagai sesuatu yang diproduksi, dimengerti, dan dianalisis pada suatu konteks tertentu. Bahasa di sinijuga dipahami dalam konteks

15


(40)

secara keseluruhan. Sebagaimana pernyataan Guy Cook bahwa ada tiga hal yang penting dalam pengertian wacana: teks, konteks, dan wacana. Selain itu semua jenis ekspresi komunikasi, ucapan, musik, gambar, efek suara, citra dan sebagainya. Konteks mengandung segala situasi serta hal lain yang berpengaruh diantaranya bahasa, situasi-situasi di mana teks tersebut diproduksi, fungsi yang dimaksudkan, dan lainnya.16

Meskipun perlu teks dan konteks dalam analisis wacana, tidak semua konteks dimasukkan dalam analisis, hanya yang relevan dan dalam banyak hal mempengaruhi produksi dan penafsiran teks yang dimasukkan dalam analisis. Ada beberapa konteks yang penting karena berpengaruh terhadap produksi wacana. Pertama, partisipan wacana, latar siapa yang memproduksi wacana. Kedua, setting sosial tertentu, seperti tempat, waktu, posisi pembicara, dan pendengar atau lingkungan fisik adalah konteks yang berguna untuk mengerti suatu wacana.

3. Historis

Sejarah atau historis ialah menempatkan wacana dalam konteks sosial tertentu.Wacana sebagai sesuatu yang diproduksi dalam konteks tertentu tidak dapat dimengerti tanpa menyertakan konteks yang menyertainya. Menempatkan wacana dalam konteks historis tertentu merupakan aspekpenting untuk bisa mengerti teks.17 Dengan begitu maka suatu wacana dapat dianalisa dan diesuaikan dengan kondisi dan situasi saat itu.

17


(41)

4. Kekuasaan

Selain beberapa karakteristik diatas, analisis wacana kritis juga sangat mempertimbangkan elemen kekuasaan (power). Dalam hal ini wacana tidak dipandang sebagai sesuatu yang alamiah, wajar, dan netral tetapi merupakan bentuk pertarungan kekuasaan. Konsep kekuasaan sebagai salah satu kunci hubungan antara wacana dengan masyarakat disebabkan pengaruh dari pertarungan kekuasaan yang sangat besar.18Kekuasaan itu dalam hubungannya dengan wacana, penting untuk melihat apa yang disebut sebagai kontrol. Satu orang atau kelompok mengontrol orang atau kelompok lain lewat wacana. Kelompok yang dominan mungkin membuat kelompok lain bertindak seperti yang diinginkan olehnya, berbicara, dan bertindak sesuai yang diinginkan. 5. Ideologi

Ideologi merupakan konsep yang sentral dalam analisis wacana kritis. Hal ini karena teks, percakapan, dan lainnya adalah bentuk dari praktik ideologi tertentu. Dalam kerangka ideologi, peranan wacana seperti yang dikatakan oleh Teun A. van Dijk, ideologi bertujuan untuk mengatur tindakan dan praktik individu atau anggota suatu kelompok. Disini ideologi memiliki beberapa implikasi penting. Pertama, ideologi secara inheren bersifat sosial, tidak individual; ia membutuhkan

sharediantara anggota kelompok, organisasi atau kolektivitas dengan orang lainnya. Hal yang di-sharekan tersebut bagi anggota kelompok

18


(42)

digunakan untuk membentuk solidaritas dan kesatuan langkah dalam bertindak dan bersikap.Yang kedua, ideologi meskipun bersifat sosial, ia secara internal digunakan diantara anggota kelompok atau komunitas. Karenanya, ideologi tidak hanya membentuk identitas diri kelompok, membedakan dengan kelompok lain namun juga menyediakan fungsi koordinatif dan kohesi.8

C. Analisis Wacana Teun A. van Dijk

Analisis wacana van Dijk melihat penelitian analisis wacana tidak hanya didasarkan pada analisis atas teks semata. Selain daripada teks, perlu dilihat pula bagaimana suatu teks diproduksi, sehingga dapat diketahui bagaimana teks bisa seperti itu. Model yang sering digunakan dalam penelitian adalahmodel analisis wacana van Dijk. Hal ini dikarenakan model van Dijk adalah model paling lengkap karena mengelaborasi elemen-elemen wacana sehingga dapat digunakan secara praktis. Model van Dijk ini sering disebut sebagai kognisi sosial.9

Dalam buku Aims of Critical Discourse Analysis,van Dijk memaparkan pengertian mengenai analisis wacana yakni;

Critical Discourse analysis has become the general label for a study of text and talk,emerging from critical lingustics, critical semiotics, and in general from socio-politically conscious and oppositional way of investigating language, discourse, and communication. As in the case many fields, approaches, and subdisciplines in language and discourse studies, however, it is not easy precisely delimit the special principles, practices,aims, theories or methods of CDA.10

8

Eriyanto, AnalisisWacana; PengantarAnalisisTeks Media, h. 7-14. 9

Eriyanto, AnalisisWacana; PengantarAnalisisTeks Media, h. 221. 10


(43)

Konteks Sosial

Wacana oleh van Dijk digambarkan mempunyai tiga dimensi/ bangunan: teks, kognisi sosial, dan konteks sosial. Inti dari model ini adalah menggabungkan ketiga dimensi wacana tersebut ke dalam satu kesatuan analisis. Analisis model van Dijk melihat bagaimana struktur sosial, dominasi, dan kelompok kekuasaan yang ada dalam masyarakat dan bagaimana kognisi/pikiran dan kesadaran yang membentuk dan berpengaruh terhadap teks tertentu.

Dimensi teks meneliti bagaimana struktur teks serta strategi wacana yang dipakai untuk menegaskan tema tertentu. Sedangkan tahap kognisi sosial diteliti terkait proses produksi teks yang melibatkan kognisi individu dari penyampai pesan. Sedangkan aspek ketiga yakni mempelajari bangunan wacana yang berkembang dalam masyarakat akan suatu persoalan.

Model dari analisis van Dijk ini dapat digambarkan sebagai berikut:11 Gambar 2. Model Analisis Wacana van Dijk

Struktur/elemen wacana yang dikemukakan Van Dijk dapat digambarkan sebagai berikut.19

11

Eriyanto, AnalisisWacana; PengantarAnalisisTeks Media, h. 225.

Kognisi sosial Teks


(44)

1. Teks

Van Dijk melihat suatu teks terdiri atas beberapa struktur/ tingkatan yang masing-masing bagian saling mendukung. Ia membaginya ke dalam tiga tingkatan. Pertama, struktur makro. Ini merupakan makna global/umum dari suatu teks yang dapat diamati dengan melihat topik atau tema yang ditonjolkan dalam suatu teks pidato. Kedua, superstruktur. Ini merupakan struktur wacana yang berhubungan dengan kerangka suatu teks, bagaimana bagian-bagian teks tersusun kedalam pidato secara utuh. Ketiga, struktur mikro. Adalah makna wacana yang dapat diamati dari bagian kecil dari suatu teks yakni kata, kalimat, proposisi, anak kalimat, paraphrase, dan gambar. Berikut adalah gambaran struktur analisis van Djik:

Tabel. 2.1 Struktur Analisis van Dijk Struktur Makro

Makna global dari suatu teks yang dapat diamati dari topik/ tema yang diangkat oleh suatu teks.

Superstruktur

Kerangka suatu teks, seperti bagian pendahuluan, isi, penutup, dan kesimpulan.

Struktur Mikro

Makna lokal dari suatu teks yang dapat diamati dari pilihan kata, kalimat, dan gaya yang dipakai oleh suatu teks.

Sedangkan struktur/elemen wacana yang dikemukakan Van Dijk dapat digambarkan sebagai berikut.12

19

Alex Sobur, Analisis Teks Media; Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis

Semiotik, dan Analisis Framing, (Bandung: Remaja Rosda Karya , cet. Keempat April 2006) h. 74.

12


(45)

Tabel. 2.2 Elemen Analisis Wacana van Dijk Struktur

Wacana

Hal yang Diamati Elemen

Struktur Makro Tematik (apa yang

dikatakan). Tema atau topik ini berupa hal yang

diutamakan dalam suatu pidato.

Topik

Superstruktur Skematik (bagaimana pendapat disusun dan

dirangkai). Bagian dan uruta yang disusun dalam teks pidato secara utuh.

Skema

Struktur Mikro Semantik (makna yang ingin ditekankan dalam pidato). Misalnya

memberikan detil di satu sisi, serta eksplisit atau mengurangi detil disisi yang lain.

Latar, detail, maksud, praanggapan

Struktur Mikro Sintaksis (bagaimana pendapat disampaikan). Dengan kata lain bagaimana bentuk dan susunan kalimat dipilih.

Bentuk kalimat, koherensi, kata ganti

Struktur Mikro Stilistik (pilihan kata apa yang dipakai dalam suatu teks pidato).

Leksikon

Struktur Mikro Retoris (bagaimana dan dengan cara apa penekanan dilakukan)

Grafis, Metafora Ekspresi

a. Tematik

Kategori elemen tematik menunjukkan gambaran umum dari suatu teks. Gagasan ini disebut juga sari atau inti ataupun ringkasan dari teks utama. Van Dijk menyebut topik ini sebagai properti dari arti atau isi teks. Mainwords atau topik penting dalam teks memiliki peran sentral. Karena tidak mungkin dapat


(46)

memahami teks secara global tanpa topit utama tadi. Tanpa topik utama, kita hanya akan dapat memahami fragmen lokal teks, dan tidak merupakan pemahaman secara keseluruhan, baik hierarki maupun organisasi.13

Dalam hal ini, suatu topik akan didukung oleh subtopik satu dan subtopik lain agar terbentuk satu topik umum. Kemudian subtopik juga didukung oleh serangkaian fakta yang disuguhkan untuk menggambarkan subtopik lainnya. Ketika masing-masing subtopik sudah saling menguatkan maka teks secara keseluruhan membentuk teks yang koheren dan komprehensif.14

b. Skematik

Elemen selanjutnya dalam teks atau wacana biasanya mempunyai skema atau kerangka dan alur dari awal hingga akhir. Dalam alur tersebut akan digambarkan bagian-bagian ataupun pola-pola dari teks yang disusun dan diurutkan sehingga membentuk kesatuan arti atau makna. Susunan ini juga menentukan suatu sudut pandang daripada teks itu sendiri.20

Menurut van Djik, ada arti penting dalam elemen skematik ini yaitu strategi komunikator untuk mendukung suatu topik atau isu tertentu dengan alur atau urutan tertentu pula. Karena skematik memberi tekanan pada titik mana yang mesti didahulukan dan

13

Eriyanto, AnalisisWacana; PengantarAnalisisTeks Media, h. 230, Eriyanto mengutip dari karya Teun A. van Dijk, News as Discourse, (Amsterdam: University of Amsterdam, 1988), h. 31.

14

Eriyanto, AnalisisWacana; PengantarAnalisisTeks Media, h. 230. 20


(47)

bagian mana yang disembunyikan atau dikemukakan secara eksplisit saja. Upaya menyembunyikan dilakukan dengan menempatkan bagian akhir yang kurang menonjol.21

Terkait susunan teks tersebut bisa disebut story yakni isi pidato secara keseluruhan. Isi pidato ini juga mempunyai dua subkategori. Pertama, berisi situasi yakni proses atau jalan terjadinya peristiwa, sedangkan yang kedua merupakan komentar yang ditampilkan dalam suatu teks. Subkategori situasi yakni suatu teks yang menggambarkan kisah suatu peristiwa pada umumnya terdiri dari dua bagian. Pertama kisah utama dari peristiwa tersebut. Kedua, latar untuk mendukung episode yang disuguhkan.

Selanjutnya subkategori komentar yakni suatu subkategori yang menggambarkan bagaimana pihak-pihak yang terlibat memberikan komentar atas suatu peristiwa terdiri dari dua bagian. Yang pertama, reaksi atau komentar verbal dari tokoh yang dikutip komunikator. Kedua, kesimpulan yang diambil oleh komunikator dari komentar beberapa tokoh untuk mengungkapkan gambaran suatu teks dari sudut pandang tokoh tersebut.16

c. Semantik (Latar, Detil, Maksud, Pra-Anggapan)

Semantik dalam skema van Dijk dikagorikan sebagai makna lokal (local meaning), yakni makna yang muncul dari hubungan antarkalimat, hubungan antarproposisi, yang

21

Eriyanto, AnalisisWacana; PengantarAnalisisTeks Media, h. 234. 16


(48)

membangun makna tertentu dari suatu teks. Analisis wacana memusatkan perhatian pada dimensi teks, seperti makna yang eksplisit maupun implisit.17

Latar merupakan bagian pidato yang dapat mempengaruhi semantik (arti) yang ingin ditampilkan. Latar yang dipilih menentukan ke arah mana pandangan masyarakat hendak dibawa. Latar umumnya ditampilkan di awal sebelum pendapat komunikator yang sebenarnya muncul dengan maksud mempengaruhi dan memberi kesan bahwa pendapat komunikator sangat beralasan. Oleh karena itu, latar membantu menyelidiki bagaimana seseorang memberi pemaknaan atas suatu peristiwa.18 Elemen wacana detil berhubungan dengan kontrol informasi yang ditampilkan seseorang. Elemen detil merupakan strategi bagaimana komunikator mengekspresikan sikapnya dengan cara yang implisit. Sikap atau wacana yang dikembangkan oleh komunikator kadangkala tidak perlu disampaikan secara terbuka, tetapi dari detil bagian mana yang dikembangkan dan mana yang dikemukakan dengan detil yang besar, akan menggambarkan bagaimana wacana yang dikembangkan oleh komunikator.19

Elemen wacana maksud, hampir sama dengan elemen detil. Bedanya, dalam detil, informasi yang menguntungkan komunikator akan diuraikan dengan detil yang panjang. Elemen maksud melihat

17

Alex Sobur, Analisis Teks Media, h. 78. 18

Eriyanto, Analisis Wacana; PengantarAnalisisTeks Media, h. 235. 19


(49)

informasi yang menguntungkan komunikator akan diuraikan secara eksplisit dan jelas. Sebaliknya, informasi yang merugikan akan diuraikan secara tersamar, implisit, dan tersembunyi. Tujuan akhirnya adalah publik hanya disajikan informasi yang menguntungkan komunikator.20

Elemen wacana pra-anggapan (presupposition) merupakan pernyataan yang digunakan untuk mendukung makna suatu teks. Kalau latar berarti upaya mendukung dengan jalan memberi latar belakang, maka pra-anggapan adalah upaya mendukung pendapat dengan memberikan premis yang dipercaya kebenarannya. Praanggapan hadir dengan pernyataan yang dipandang terpercaya sehingga tidak perlu dipertanyakan.21

d. Sintaksis (Koherensi, Bentuk Kalimat, Kata Ganti)

Koherensi adalah pertalian atau jalinan antarkata, atau kalimat dalam teks. Dua kalimat yang menggambarkan fakta yang berbeda dapat dihubungkan sehingga tampak koheren. Sehingga fakta yang tidak berhubungan sekalipun dapat menjadi berhubungan ketika seseorang menghubungkannya. Koherensi merupakan elemen wacana untuk melihat bagaimana seseorang secara strategis menggunakan wacana untuk menjelaskan suatu fakta atau peristiwa. Apakah peristiwa itu dipandang saling terpisah, berhubungan, atau malah sebab akibat. Pilihan – pilihan

20

Eriyanto, Analisis Wacana: ... h. 240. 21


(50)

mana yang diambil ditentukan oleh sejauh mana kepentingan komunikator terhadap peristiwa tersebut.22

Bentuk kalimat adalah segi sintaksis yang berhubungan dengan cara berpikir logis, yaitu prinsip kausalitas. Di mana ia menanyakan apakah A yang menjelaskan B, ataukah B yang menjelaskan A. Logika kausalitas ini jika diterjemahkan ke dalam bahasa menjadi susunan subjek (yang menerangkan) dan predikat (yang diterangkan). Bentuk kalimat ini bukan hanya persoalan teknis kebenaran tata bahasa, tetapi menentukan makna yang dibentuk oleh susunan kalimat. Dalam kalimat yang berstruktur aktif, seseorang menjadi subjek dari pernyataannya, sedangkan dalam kalimat pasif seseorang menjadi objek dari pernyataannya.23 Elemen kata ganti merupakan elemen untuk memanipulasi bahasa dengan menciptakan suatu komunitas imajinatif. Kata ganti merupakan alat yang dipakai oleh komunikator untuk menunjukkan dimana posisi seseorang dalam wacana. Dalam mengungkapkan

sikapnya, seseorang dapat menggunakan kata ganti “saya” atau

“kami” yang menggambarkan bahwa sikap tersebut merupakan

sikap resmi komunikator semata. Akan tetapi, ketika memakai kata

ganti “kita” menjadikan sikap tersebut sebagai representasi dari

sikap bersama dalam suatu komunitas tertentu. Batas antara komunikator dengan khalayak sengaja dihilangkan untuk

22

Eriyanto, Analisis Wacana: ... h. 242. 23


(51)

menunjukkan apa yang menjadi sikap komunikator juga menjadi sikap komunitas secara keseluruhan. Pemakaian kata ganti yang

jamak seperti “kita” atau “kami” mempunyai implikasi

menumbuhkan solidaritas, aliansi serta mengurangi kritik dan oposisi.24

e. Stilistik (Leksikon)

Elemen ini menandakan bagaimana seseorang melakukan pemilihan kata atas berbagai kemungkinan kata yang tersedia. Pemilihan kata tersebut bukan dilakukan secara kebetulan, tetapi juga secara ideologis menunjukkan bagaimana pemaknaan seseorang terhadap fakta/realitas. Pemilihan kata-kata yang dipakai menunjukkan sikap dan ideologi tertentu. Peristiwa sama dapat digambarkan dengan pilihan kata yang berbeda-beda.25

f. Retoris (Grafis, Metafora)

Elemen grafis ini merupakan bagian untuk memeriksa apa yang ditekankan atau ditonjolkan (yang berarti dianggap penting) oleh seseorang yang dapat diamati dari teks. Dalam wacana teks pidato, grafis ini muncul lewat bagian tulisan yang dibuat lain dibandingkan tulisan lain. Bagian-bagian yang ditonjolkan ini menekankan kepada khalayak pentingnya bagian tersebut. Bagian yang dicetak berbeda adalah bagian yang dipandang penting oleh

24

Eriyanto, Analisis Wacana: ...h. 253-254. 25


(52)

komunikator, disana ia menginginkan khalayak menaruh perhatian lebih pada bagian tersebut.26

Dalam suatu wacana, seorang komunikator tidak hanya menyampaikan pesan pokok lewat teks, tetapi juga kiasan, ungkapan, metafora yang dimaksudkan sebagai ornamen atau bumbu dari suatu teks pidato. Akan tetapi, pemakaian metafora tertentu bisa jadi menjadi petunjuk utama untuk mengerti makna suatu teks. Metafora tertentu dipakai oleh komunikator secara strategis sebagai landasan berpikir, alasan pembenar atas pendapat atau gagasan tertentu kepada publik.27

a. Kognisi Sosial

Dalam pandangan van Dijk, analsis wacana tidak dibatasi hanya pada struktur teks, karena struktur wacana itu sendiri menunjukkan atau menandakan sejumlah makna, pendapat, dan ideologi.28 Van Dijk menyebut sebagai kognisi sosial. Untuk mengetahui bagaimana makna tersembunyi dari teks, diperlukan analisis kognisi dan konteks sosial. Pendekatan kognitif didasarkan pada asumsi bahwa teks tidak mempunyai makna, tetapi makna itu diberikan oleh pemakai bahasa, atau lebih tepatnya proses kesadaran mental dari pemakai bahasa. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu

26

Eriyanto, Analisis Wacana: ... h. 257. 27

Eriyanto, Analisis Wacana: ... h. 259. 28

Teun A. van Dijk, The Interdisciplinary Study of News as Discourse, dalam Klaus Bruhn Jensen dan Nicholas W. Jankowski. Ed. Handbook of Qualitative Methodologies for Mass


(53)

penelitian atas representasi kognisi dan strategi komunikator dalam memproduksi suatu teks pidato.29

Disini komunikator tidak dikategorikan sebagai individu yang netral, namun individu dengan ideologi dan prinsip serta nilai tertentu yang ia pegang. Selain itu pengalaman, pengaruh dan hal lain dari kehidupannya. Dengan demikian van Djik menyebutkan skema dikonseptualkan berdasarkan sktruktur mental. Skema ditentukan oleh pengalaman dan sosialisasi.22 Sosok komunikator atau peneliti sendiri merupakan individu yang tidak terlepas dari nilai dan pandangan hidup yang membantunya mereduksi serta mengkontrusikan dan menjelaskan realitas menjadi sesuatu yang dapat kita pahami.

b. Analisis Sosial

Dimensi ketiga dari analisis van Dijk adalah analisis sosial. Wacana adalah bagian dari wacana yang berkembang dalam masyarakat, sehingga untuk meneliti teks perlu dilakukan analisis intertekstual dengan meneliti bagaimana wacana tentang suatu hal diproduksi dan dikonstruksi dalam masyarakat.

Menurut van Dijk, dalam analisis mengenai masyarakat ini, ada dua poin yang penting: kekuasaan (power), dan akses (acces). a. Praktek Kekuasaan

Van Dijk mendefinisikan kekuasaan tersebut sebagai kepemilikan yang dimiliki oleh suatu kelompok (atau anggotanya)

29

Eriyanto, AnalisisWacana; PengantarAnalisisTeks Media, h. 259. 22


(54)

untuk mengontrol kelompok (atau anggota) dari kelompok lain. Kekuasaan dalam hal ini bisa dalam hal politik, nilai, prinsip dan idelogi. Karenanya kekuasaan ini umumnya didasarkan pada kepemilikan atas sumber-sumber yang bernilai seperti uang, status, dan pengetahuan. Selain berupa kontrol yang bersifat langsung dan fisik, kekuasaan itu dipahami oleh van Dijk, juga dapat berbentuk persuasif; tindakan seseorang untuk secara tidak langsung mengontrol dengan jalan mempengaruhi kondisi mental, seperti kepercayaan, sikap, dan pengetahuan.23 Dari sini analisis wacana dapat memberikan perhatian pada hegemoni. Hal ini dikarenakan dominasi direproduksi oleh pemberian suatu akses khusus pada kelompok lain (diskriminasi). Dengan demikian faktor untuk menelaah dan menganalisis proses dan produksi kekuasaan yang pada akhirnya membentuk konsensus sangatlah penting.

b. Akses mempengaruhi Wacana

Analisis wacana van Dijk melibatkan analisa pada akses, bagaimana akses di antara masing-masing kelompok dalam masyarakat. Umumnya, kelompok elit memiliki akses lebih besar dibandingkan dengan kelompok yang tidak berkuasa. Hal ini menyebabkan mereka yang lebih berkuasa mempunyai kesempatan lebih besar untuk mempengaruhi kesadaran khalayak. Peran penting akses juga pada tahap selanjutnya yakni kontrol khalayak

23


(55)

yang lebih besar. Selai itu juga menentukan topik apa dan isi wacana apa yang dapat disebarkan dan didiskusikan kepada khalayak tersebut.30Semisal ideologi komunisme, negara memiliki akses yang lebih besar untuk menjangkau masyarakat melalui institusi dan kelembagaan untuk menentukan diskursus mengenai komunisme. Van Djik menyebutkan peran besar pemerintah dalam mengejewantahkan komunisme menjadi suatu diskursus dalam negara tersebt tentu lebih besar ketimbang kelompok-kelompok lain yang memiliki akses yang lebih terbatas ketimbang pemerintah.s

30


(56)

37

Anies Rasyid Baswedan terlahir dengan nama lengkap Anies Rasyid baswedan pada tanggal 7 Mei 1969 di Kuningan, Jawa Barat. Anies Rasyid Baswedan lahir dari pasangan dosen yakni Drs. Rasyid Baswedan, SU dan Prof. DR. Aliyah Rasyid, M.Pd. Ayahnya adalah dosen Fakutas Ekonomi UII Yogyakarta sedangkan Ibunya dosen di IKIP Negri Yogyakarta.1 Dengan latar belakang dari kalangan akademisi, tidak heran jika perkenalan Anies dengan dunia pendidikan telah berlangsung sejak dini.

Nama Anies dimaksudkan untuk mengenang kakak perempuan Anies yang telah meninggal yakni Anisah. Ibunya menyertakan nama keluarga, yaitu Rasyid dan Baswedan. Sejak kecil Anies Rasyid Baswedan dikenal sebagai anak yang aktif. Bahkan ia dikenal berani hingga sering berkelahi hanya karena membela teman-teman yang lebih kecil yang dipukul temannya yang bertubuh lebih besar dari dirinya sendiri. Meskipun ibunya mengetahui bahwa Anies sering berkelahi, ibunya tidak terlalu membesar-besarkan perkara itu. Menurutnya bahwa itu adalah bagian dari latihan Anies kecil untuk menyelesaikan persoalan-persoalannya serta sosialisasi dengan lingkungan. 2

Anies Rasyid Baswedan tumbuh di kalangan keluarga yang sederhana dan pendidik. Ia dan orangtuanya tinggal bersama kakeknya yakni

1

Adhe Riyanto, The True Wisdom, Yogyakarta: Kanal Publika, 2012, Hal: 5 2


(1)

87

Deskripsi teks yang dibangun Anies Rasyid Baswedan terkait visi misinya. Diantaranya adalah ia fokus untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia melalui peningkatan kualitas pendidikan. Anies menuturkan bahwa pendidikan merupakan kunci dari kemajuan. Manusia merupakan titik sentral perubahan. Formasi teks yang disampaikan Anies rasyid Baswedan lebih banyak menggunakan analogi, sampel dan contoh fenomena. Misi Anies Rasyid Baswedan sebagaimana tertuang dalam teks pidatonya adalah mengadirkan tiga pilar penting yakni pilar ekonomi, pilar demokrasi serta pilar dan rule of law. Anies Baswedan menyadari bahwa terutama pilar ketiga sedang goyah, karennya menurutnya perlu menghadirkan kepemimpinan bangsa yang mampu menggerakkan. Menggerakkan untuk memajukan dan menggerakkan untuk kebenaran serta keadilan.

Anies Rasyid Baswedan mewacanakan bahwa Indonesia sangat perlu untuk memprioritaskan peningkatan pendidikan. Nuansa pendidikan baik argumentasi, analogi dan story begitu kental dipaparkan dalam pidato politiknya. Pendidikan harus didukung oleh seluruh rakyat Indonesia. Keterlibatan dari seluruh lapisan masyarakat untuk mendorong dan mendukung proses terwujudnya generasi terdidik, ekonomi yang baik serta keadilan dan kepastian hukum secara implisit menurut Anies Rasyid Baswedan adalah jawaban dari visi misinya. Sebagai orang yang memiliki


(2)

background pendidikan yang kuat, Anies menyadari betul bahwa pintu kesuksesan dan kemajuan ada pada pengetahuan atau knowledge. Dengan sistem demokrasi yang sudah tumbuh dan terbangun di Indonesia, pendidikan, ekonomi dan hukum adalah beberapa aspek yang masih harus terus dibenahi melalui kepemimpinan yang menggerakkan. Wacana pendidikan yang dibangun dan dikembangkan Anies Rasyid Baswedan ini diyakini mampu menuntaskan berbagai problematika bangsa. Pembenahan pendidikan ini juga merupakan misi jangka panjang yang ia tekadkan untuk dikembangkan.

Terlepas dari komitmen Anies rasyid Baswedan sebagai peserta konvensi Partai Demokrat, jika ditinjau dari track record-nya dibidang pendidikan, Anies memang konsen dan mengembangkan berbagai cara untuk meningkatkan kualitas pendidikan bagi semua. Gerakan Indonesia mengajar misalnya adalah buah nyata dari wacana idealnya tentang pendidikan. Kepemimpinan menggerakkan dan mempengaruhi berbagai elemen masyarakat terutama melalui pendidikan dan kolektifitas ini menurut peneliti yang menjadi agenda besar Anies Rasyid baswedan. Karenanya Anies menggiring wacana publik untuk memprioritaskan dunia pendidikan.

B. Saran

Setelah menelaah pidato Anies Rasyid Baswedan yang berjudul

“Indonesia Kita Semua” peneliti berpandangan bahwa retorika yang

digunakan komunikator sudah bagus, namun demikian, hal tersebut disatu sisi mengurangi pengungkapan visi dan misi yang jelas. Komunikator cenderung


(3)

menyoroti persoalan pendidikan saja. Point-point penting yang harusnya diungkapkan untuk menegaskan posisi komunikator sebagai bakal calon presiden menjadi sedikit kabur. Meski begitu Anies mampu menghilangkan sekat pemisah antara komunikator dan komunikan. Hal ini terlihat dari

pidatonya yang lebih banyak menggunakan istilah „kami‟ atau „kita‟ daripada

„saya‟. Dengan demikian, dilihat dari konteks pidato Anies Baswedan,

peneliti berpandangan seharusnya pidato Anies Rasyid Baswedan memang memberikan gambaran utuh terkait visi dan misinya jika mendapat kesempatan memimpin bangsa.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur‟an Al Karim, PT. Mizan Pustaka, 2009, Cet, Ke-1, hal 314

Alwi, Hasan (ed), Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2002 Basri, Syafiq, Melampaui Mimpi(Anies Baswedan @twitterland), Bandung: PT.

Mizan Pustaka

Birowo, M. Antonius, Metode Penelitian Komunikasi: Teori dan Aplikasi, Yogyakarta: Gitanyali, 2004.

Creswell, John W, Desain penelitian: Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif, Jakarta: KIK Press, 2003

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, PT Gramedia Pustaka Utama, 2008 Cet ke-4

Eriyanto, AnalisisWacana; PengantarAnalisisTeks Media, Yogyakarta: LkiS, 2001

Jumroni, Metode-metode Penelitian Komunikasi, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006 Kriyantono, Rachmat, Teknik Praktis Riset Komunikasi, Jakarta: Kencana 2007 Lull, James Media Komunikasi Kebudayaan: suatu pendekatan global, Terj. A.

Setiawan, Jakarta, Yayasan Obor Indonesia, 1998.

Maleong , Lexy J. (ed, 13), Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000

McQuail, Dennis. Mass Commuication theory: An Introduction, London: Sage Publication, third edition, 1995

Muhibbudin, Muhammad, Kisah Inspiratif 7 Anak Kampung, Yogyakarta: Mantra Books, 3013

Mulyana, Deddy, Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru, Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial lainnya, Bandung: Rosdakarya, 2006

Mulyana, Dedi, Kajian Wacana, Teori, Metode, dan Aplikasi, prinsip-prinsip Analisis Wacana. Yogyakarta : Tiara Wacana 2005

Nazir, Muhammad, Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia,2003. Riyanto, Adhe, The True Wisdom, Yogyakarta: Kanal Publika, 2012,


(5)

Salim, Peter dan Yenni Salim, Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer. Jakarta : Modern English Press, 2002, edisi ke-3, hal 1709 (Ibnu Khamdan 2009)

Sobur , Alex, Analisis Teks Media; Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing, Bandung: Remaja Rosda Karya , cet. Keempat April 2006

Sudjiman , Panuti. Bunga Rampai Stilistika. Jakarta : Pustaka Utama Grifiti, 1993 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif , Bandung: Alfabeta, 2010

Teun A Van Dijk, News as Discourse, Amsterdam: University of Amsterdam, 1988

Teun A Van Dijk, The Interdisciplinary Study of News as Discourse, dalam Klaus Bruhn Jensen dan Nicholas W. Jankowski. Ed. Handbook of Qualitative Methodologies for Mass Communication Research, London and New York, Routledge, 1993).

Teun Van Dijk, Aims of Critical Discourse Analysis, Japan Discourse, 1995 Vol. 1,

http://aniesbaswedan.com/biografi-anies-baswedan http://id.wikipedia.org/wiki/Anies_Baswedan.

http://nasional.kompas.com/read/2013/09/15/0901003/Hari.Ini.11.Peserta.Konven si.Demokrat.Perkenalkan.Diri

http://nasional.kompas.com/read/2013/09/23/0923423/Mencari.Capres.di.Media.S osial

https://www.facebook.com/notes/cak-ripin-kartun/partai-demokrat-sebagai-bunker-para-koruptor/10150361521822105


(6)

i Dhahiru)