Laporan PKL pemeliharaan tanaman karet

laporan PKL pemeliharaan tanaman karet
PEMELIHARAAN TANAMAN KARET (Havea brasiliensis Muell arg)

DI PTP NUSANTARA IX (PERSERO) KEBUN BLIMBING
KECAMATAN KARANGANYAR
KABUPATEN PEKALONGAN
Oleh :
GALIH PURWANTO
1007060411
LAPORAN PRATEK KERJA LAPANGAN
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Pada Program Strata Satu Fakultas Pertanian
Universitas Pekalongan

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PEKALONGAN
PEKALONGAN
2013
PEMELIHARAAN TANAMAN KARET (Havea

brasiliensis Muell arg)

DI PTP NUSANTARA IX (PERSERO) KEBUN BLIMBING
KECAMATAN KARANGANYAR
KABUPATEN PEKALONGAN
Oleh :

GALIH PURWANTO
1007060411
Laporan Praktek Kerja Lapangan
telah disetujui dan disahkan
tanggal :.....................

Mengetahui,

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunia-nya, sehingga penulis
dapat menyusun laporan Praktek Kerja Lapangan yang berjudul “Pemeliharaan Tanaman
Karet di PTP Nusantara IX (Persero) Kebun Blimbing Kecamatan Karanganyar Kabupaten
Pekalongan”
Dalam penyusunan laporan Praktek Kerja Lapangan ini, penulis menyadari bahwa
laporan ini masih banyak kekurangan, karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan

penulis. Oleh karena itu pada kesempatan ini, penulis mengucap terima kasih kepada :
1. Dekan Fakultas Pertanian Universitas Pekalongan, yang telah berkenan memberikan ijin
untuk melaksanakan Praktek Kerja Lapangan.

2.

Ir. Pudjiati Syarif., MP selaku dosen pembimbing Praktek Kerja Lapangan.

3.

Direksi PTP Nusantara IX (Persero) yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk
melaksanakan Praktek Kerja Lapangan di Kebun Blimbing.

4.

Administratur PTP Nusantara IX (Persero) Kebun Blimbing Afdeling Buwaran yang telah
memberikan tempat dan waktu untuk penulis melakukan Praktek Kerja Lapangan.

5.


Rekan-rekan mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Pekalongan.

6.

Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan Praktek Kerja Lapangan ini.
Demikian laporan Praktek Kerja Lapangan ini disusun, semoga dapat bermanfaat.
Kritik dan saran sangat kami harapkan demi perbaikan penulisan berikutnya.
Pekalongan,

Mei 2013

Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... ... ii
KATA PENGANTAR...................................................................................... iii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL.......................................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................. vi
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang................................................................................................ 1
1.2 Perumusan masalah.........................................................................................2
1.3 Tujuan praktek kerja lapangan........................................................................ 2
1.4 Manfaat Praktek Kerja Lapangan................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi Tanaman Karet.............................................................................. 4
2.2 Morfologi Tanaman Karet.............................................................................. 4
2.3 Syarat Tumbuh................................................................................................ 6
2.4 Pemeliharaan Tanaman Karet......................................................................... 8
BAB III METODE PRAKTEK KERJA
3.1 Tempat dan waktu Praktek Kerja Lapangan................................................ 19
3.2 Metode Praktek Kerja Lapangan.................................................................. 19
3.3 Kegiatan Yang Dilaksanakan....................................................................... 19
3.4 Jadwal Kegiatan........................................................................................... 20
3.5 Daftar Pertanyaan....................................................................................... 20
BAB IV HASIL PRAKTEK KERJA LAPANGAN
4.1 Keadaan Umum ........................................................................................... 21
4.2 Keadaan Tanaman........................................................................................ 22
4.3 Pemeliharaan Tanaman Karet....................................................................... 23
BAB V PEMBAHASAN


BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan ................................................................................................39
6.2 Saran...........................................................................................................39
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 40
LAMPIRAN .................................................................................................. 41
DAFTAR TABEL
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Uraian

Jadwal Kegiatan Prraktek Kerja Lapangan ......................................... 20

Sejarah Singkat PTPN IX (Persero) Kebun Blimbing ......................... 21
Tipe Iklim menurut Schmidt-Ferguson, Jenis Tanah dan Kesuburan... 22
Luas Petanaman Karet Berdasar Komposisi Umur.............................. 22
Komposisi Klon Karet PTPN IX (Persero) Kebun Buwaran............... 23
Standar Perkembangan Lilit Batang Pada Tiap TBM.......................... 29
Daftar Hama Tanaman Karet PTPN IX (Persero) Kebun Blimbing / Buwaran
Sifat-Sifat Klon Yang Peka Dan Tahan Terhadap Penyakit Embun Tepung 32

Hal.

30

DAFTAR LAMPIRAN
No.
1.
2.

Uraian

Foto kegiatan Praktek Kerja Lapangan................................................ 41

Peta Tahun Tanam PTP Nusantara IX (PERSERO) Kebun Blimbing. 44

Hal.

3.
4.

Ikhtisar Keadaan Kebun Entres PTP Nusantara IX (PERSERO) Kebun Blimbing 45
Proyeksi tata guna kulit SS TAPPING PANEL.................................. 46

5.

Surat Keterangan Telah Selesai Praktek Kerja Lapangan..................... 47
BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Sejarah karet (Hevea brasiliensis Muell arg) bermula ketika Christopher Columbus

menemukan benua Amerika pada tahun 1476. Saat itu, Columbus tercengang melihat orang –
orang Indian bermain bola dengan menggunakan suatu bahan yang dapat memantul bila
dijatuhkan ke tanah. Bola tersebut terbuat dari campuran akar, kayu, dan rumput yang
dicampur dengan suatu bahan (lateks) kemudian dipanaskan diatas unggun dan dibulatkan
seperti bola. Pada tahun 1731, para ilmuwan mulai tertarik untuk menyelidiki bahan tersebut.
Seorang ahli dari Perancis bernama fresnau melaporkan bahwa banyak tanaman yang dapat
menghasilkan lateks atau karet, diantaranya dari jenis Hevea brasiliensis yang tumbuh di
hutan Amazon di Brazil. Saat ini tanaman tersebut menjadi tanaman penghasil karet utama,
dan sudah dibudidayakan di Asia Tenggara yang menjadi penghasil karet utama di dunia saat
ini.
Perhatian terhadap karet bertambah meningkat setelah PRIESTLY, seorang ahli
fisika/kimia Inggris, pada tahun 1770 menemukan bahwa karet dapat digunakan untuk
menghapus tulisan dari grafit, sehingga orang Inggris menunjuki karet dengan sebutan
“rubber”.
Perkembangan karet dan industri karet dewasa ini luar biasa. Masyarakat modern
sekalipun tidak dapat berjalan tanpa karet. Komoditi ini ditemukan oleh orang Eropa pada
abad ke-19 industri karet mulai menggunakan cara manufaktural (lewat pabrik) dan peralatan
yang sederhana. Industri karet ini merupakan salah satu industri paling rumit atau canggih
dalam abad modern dan merupakan suatu bagian yang diperlukan masyarakat.
Komoditi karet akan tetap memegang peranan penting bagi sosial ekonomi Negara

Indonesia, karena porsi kuantum produksi yang besar dan selalu meningkat dengan sekitar 4
– 5 % per tahun. Perkebunan karet dalam bentuk karet rakyat yang baik juga dapat
merupakan andalan bagi peningkatan pendapatan per kapita, mengurangi kesenjangan
ekonomi pengusaha dan pemberian lapangan kerja bagi petani pekebun.
Tanaman karet merupakan tanaman daerah beriklim tropis. Daerah yang cocok untuk
ditanami karet ialah pada zona antara 15 o LS dan 15o LU. Bila ditanam di luar daerah tersebut
maka pertumbuhannya agak lambat sehingga produksinya pun akan rendah. Tanaman karet
tumbuh optimal di dataran rendah, yakni pada ketinggian 200 meter di atas permukaan laut.
Makin tinggi letak atau tempat, maka pertumbuhannya akan semakin lambat, dan latek yang
dihasilkan akan lebih rendah. Ketinggian yang mencapai 600 meter di atas permukaan laut
kurang baik untuk tanaman karet.
Tanaman karet dapat tumbuh diberbagai jenis tanah, baik pada tanah-tanah vulkanis
muda ataupun vulkanis tua, alluvial dan bahkan tanah gambut. Tanah-tanah vulkanis
umumnya memiliki sifat-sifat fisik yang cukup baik, terutama dari segi struktur, tekstur,
solum, keadaan air tanah, aerasi dan drainase, akan tetapi sifat-sifat kimianya umumnya
kurang baik karena kandungan haranya rendah. Sedangkan tanah alluvial umumnya cukup
subur, tetapi sifat fisiknya terutama drainase dan aerasinya kurang baik. Pembuatan saluran
drainase akan menolong memperbaiki keadaan tanah ini.
1.2
Perumusan Masalah


Berdasarkan uraian tersebut maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1.2.1 Kurangnya pengetahuan tentang pemeliharaan menjadikan kurang optimalnya hasil lateks dari
tanaman karet.
1.2.2 Tanaman karet akan berproduksi dengan optimal apabila mendapatkan pemeliharaan yang
baik.
1.3 Tujuan Praktek Kerja Lapangan
Tujuan Praktek Kerja Lapangan ini adalah :
1.3.1 Untuk mengetahui proses pemeliharaan tanaman karet yang baik.
1.3.2 Untuk mengetahui masalah–masalah yang ada dalam proses pemeliharaan tanaman karet.
1.4 Manfaat Praktek Kerja Lapangan
Manfaat dari Praktek Kerja Lapangan ini adalah :
1.4.1 Memperoleh informasi tentang pemeliharaan tanaman karet yang belum menghasilkan (TBM)
maupun tanaman sudah menghasilkan (TM).
1.4.2 Dapat memberikan tambahan ilmu pengetahuan dan teknologi tentang cara pemeliharaan
tanaman karet.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi Tanaman Karet

Menurut Setiawan dan Andoko (2005), klasifikasi tanaman karet (Hevea
brasiliensis Muell arg) adalah sebagai berikut :
Divisi
: Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas
: Dicotyledonae
Ordo
: Euphorbiales
Family
: Euphorbiaceae
Genus
: Hevea
Spesies
: Hevea brasiliensis Muell arg
Tanaman karet berupa pohon yang tingginya dapat mencapai 25 meter. Sistem
perakaran padat/kompak, akar tunggangnya dapat menghunjam tanah hingga kedalaman 1-2
meter, sedangkan akar lateralnya dapat menyebar sejauh 10 meter.
Umumnya batang karet tumbuh lurus ke atas dengan percabangan dibagian atas. Di
batang inilah terkandung getah yang lebih terkenal dengan nama lateks (Setiawan & Andoko,
2005)
2.2 Morfologi Tanaman Karet
2.2.1 Benih
Tanaman karet diperbanyak secara generatif (dengan biji) dan vegetatif (menggunakan
klon). Benih karet menghasilkan daun yang berturut - turut, salah satu yang lebih rendah
jatuh sesuai umur mereka dan akar utama akan bertambah panjang. Sistem percabangan
tergantung pada klon karet yang berbeda. Biasanya tanaman karet mudah roboh karena angin.
2.2.2 Batang
Tanaman karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan berbatang cukup besar.
Tinggi pohon dewasa mencapai 25 meter. Batang tanaman biasanya tumbuh lurus dan
memiliki percabangan yang tinggi pada bagian atas.
Di beberapa kebun karet ada kecondongan arah tumbuh tanaman agak miring ke arah
timur. Batang tanaman ini mengandung getah yang dikenal dengan nama lateks.
2.2.3 Daun
Daun karet berselang-seling, tangkai daunnya panjang dan terdiri atas 3 anak daun yang
licin berkilat, tipis, berwarna hijau, panjang 3,5 - 30 cm. Helaian anak daun bertangkai
pendek dan berbentuk lonjong-oblong, pangkal sempit dan tegang, ujung runcing, sisi atas
daun hijau tua dan sisi bawah agak cerah, panjangnya 5 - 35 cm dan lebar 2,5 - 12,5 cm.
Daun karet terdiri atas tangkai utama sepanjang 3 – 20 cm dan tangkai anak daun
sepanjang 3 – 10 cm dengan kelenjar di ujungnya. Setiap daun karet biasanya terdiri dari tiga
anak daun yang berbentuk elips memanjang dengan ujung runcing. Daun karet ini berwarna
hijau san menjadi kuning atau merah menjelang rontok. Seperti kebanyakan tanaman tropis,
daun – daun karet akan rontok pada puncak musim kemarau untuk mengurangi penguapan
tanaman (Setiawan & Andoko, 2005)
2.2.4 Buah
Pohon karet mulai menghasilkan buah pada usia ± 4 tahun. Setiap buah terdiri atas tiga
atau empat biji, yang jatuh ke tanah ketika buah matang dan pecah. Setiap tanaman karet
menghasilkan 800 biji (1,3 kg) dua kali setahun.
Buah karet dengan diameter 3 – 5 cm, terbentuk dari penyerbukan bunga karet dan
memiliki pembagian ruang yang jelas. Masing-masing ruang berbentuk setengah bola.

Jumlah ruang biasanya tiga, kadang-kadang sampai enam ruang. Setiap ruang terbentuk
setengah bola. Bila buah sudah masak, maka akan pecah dengan sendirinya menurut ruangruangannya dan setiap pecahan akan tumbuh menjadi individu baru jika jatuh ketempat yang
tepat.
2.2.5 Bunga
Bunga majemuk ini terdapat pada ujung ranting yang berdaun. Tiap-tiap karangan
bunga bercabang-cabang. Bunga betina tumbuh pada ujung cabang, sedangkan bunga jantan
terdapat pada seluruh bagian karangan bunga. Jumlah bunga jantan jauh lebih banyak
daripada bunga betina. Bunga berbentuk “lonceng” berwarna kuning. Ukuran bunga betina
lebih besar daripada bunga jantan. Apabila bunga betina terbuka, putik dengan tiga tangkai
putik akan tampak. Bunga jantan bila telah matang akan mengeluarkan tepung sari yang
berwarna kuning. Bunga karet mempunyai bau dan warna yang menarik dengan tepung sari
dan putik yang agak lengket.
Bunga karet terdiri atas bunga jantan dan bunga. Pangkal tenda bunga berbentuk
lonceng. Pada ujungnya terdapat lima tajuk yang sempit. Panjang tenda 4 - 8 mm. Bunga
betina berambut vilt (keriting). Ukurannya lebih besar sedikit daripada bunga jantan dan
mengandung bakal buah yang beruang tiga. Kepala putik yang akan dibuahi dalam posisi
duduk juga berjumlah tiga buah. Bunga jantan mempunyai sepuluh benang sari yang tersusun
menjadi suatu tiang. Kepala sari terbagi dalam 2 karangan, tersusun satu lebih tinggi daripada
yang lain. Paling ujung adalah suatu bakal buah yang tidak tumbuh sempurna.
2.3 Syarat Tumbuh
2.3.1 Iklim
Tanaman karet tumbuh baik di dataran rendah. Yang ideal adalah pada tinggi 0 - 200 m
dari permukaan laut. Penyebaran perkebunan karet di Indonesia terbanyak adalah hingga
tinggi 400 m dari permukaan laut. Tanaman karet tumbuh baik di daerah yang mempunyai
curah hujan 2000 - 4000 mm per tahun. Tanaman karet dapat tumbuh pada suhu diantara 25°
hingga 35° C. Suhu terbaik adalah rata-rata 28° C.
Kelembaban nisbi (RH) yang sesuai untuk tanaman karet adalah rata-rata berkisar diantara
75 - 90 %. Angin yang bertiup kencang dapat mengakibatkan patah batang, cabang atau
tumbang. Lama penyinaran dan intensitas cahaya matahari sangat menentukan produktivitas
tanaman. Di daerah yang kurang hujan yang menjadi faktor pembatas adalah kurangnya air,
sebaliknya di daerah yang terlalu banyak hujan, cahaya matahari menjadi pembatas.
Daerah tropis yang baik ditanami karet mencakup luasan antara 15° Lintang Utara
sampai 10° Lintang Selatan. Walaupun daerah itu panas, namun tetap menyimpan
kelembaban yang cukup. Suhu harian yang diinginkan tanaman karet rata-rata 25° - 30° C.
Dalam sehari tanaman karet membutuhkan sinar matahari dengan intensitas yang cukup,
paling tinggi antara 5 – 7 jam.
Curah hujan tahunan yang cocok untuk pertumbuhan tanaman karet tidak kurang dari
2000 mm. Optimal antara 2000 – 4000 mm/tahun, yakni pada ketinggian sampai 200 m di
atas permukaan laut. Untuk pertumbuhan karet yang baik memerlukan suhu antara 25° - 35°
C, dengan suhu optimal rata-rata 28° C.
Angin juga mempengaruhi pertumbuhan tanaman karet. Angin yang kencang pada
musim-musim tertentu dapat mengakibatkan kerusakan pada tanaman karet yang berasal dari
klon - klon yang peka terhadap angin kencang.
2.3.2 Tanah
Hasil karet yang maksimal akan di dapat pada tanah-tanah yang subur. Selain jenis
podsolik merah kuning, tanah latosol dan alluvial juga bisa dikembangkan untuk penanaman
karet.

2.4
2.4.1
a.

b.

c.

Karet menyukai tanah yang mudah ditembus air. Tanah yang derajat keasamannya
mendekati normal cocok untuk ditanami karet. Derajat keasaman yang paling cocok adalah 5
- 6. Batas toleransi pH tanah bagi tanaman karet adalah 4 – 8.
Tanaman karet bukanlah tanaman manja, dapat tumbuh pada tanah-tanah yang
mempunyai sifat fisik baik, atau sifat fisiknya dapat diperbaiki.
Tanah yang dikehendaki adalah bersolum dalam, jeluk lapisan dalam lebih dari 1 m,
permukaan air tanah rendah, yaitu + 1 m. Sangat toleran terhadap keasaman tanah, dapat
tumbuh pada pH 3,8 hingga 8,0 tetapi pada pH yang lebih tinggi sangat menekan
pertumbuhan.
Karet menghendaki tanah dengan kedalaman, kegemburan dan kemampuan menahan air
yang baik serta tidak memiliki lapisan padas di sekitar lapisan top soil. Nilai pH tanah yang
ideal berkisar antara 5 – 6.
Pemeliharaan Tanaman Karet (Hevea Brassiliensis Muell Arg.)
Pemeliharaan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)
Penyulaman
Tidak semua bibit karet yang ditanam dilahan dapat hidup. Persentase kematian bibit
yang dapat ditolerir dalam budidaya karet adalah sebesar 5%. Karenanya, diperlukan
penyulaman untuk mengganti bibit yang mati tersebut. Kegiatan penyulaman dilakukan saat
tanaman berumur 1 – 2 tahun karena saat itu sudah ada kepastian tanaman yang hidup dan
yang mati, dan menggunakan bibit stum tiggi berumur 1 – 2 tahun agar
tanaman dapatseragam.
Sebelum penyulaman dilakukan perlu diketahui penyebab kematian bibit. Jika
disebabkan oleh bakteri atau jamur, tanah harus diberi fungisida. Pelaksanaan penyulaman
dilaksanakan pagi hari pukul 06.00 – 09.00 atau sore hari pukul 15.00 – 17.00, saat cuaca
tidak terlalu panas agar mengurangi resiko kematian.
Penyiangan
Penyiangan dalam budidaya karet bertujuan membebaskan tanaman karet dari
gangguan gulma yang tumbuh di lahan. Oleh karena itu, kegiatan pnyiangan sebenarnya bisa
dilakukan setiap saat, yaitu ketika pertumbuhan gulma sudah mulai mengganggu
perkembangan tanaman karet. Pada umumnya penyiangan dilakukan 3 kali dalam setahun
untuk menghemat tenaga dan biaya (Setiawan dan Andoko, 2005).
Ada dua cara penyiangan, yaitu dengan cara manual dan kimiawi. Secara manual
adalah menggunakan alat penyiangan, seperti cangkul atau parang. Sedangkan cara kimiawi
dengan menyemprotkan herbisida atau bahan kimia pemberantas gulma, gunakan herbisida
yang sesuai dengan jenis gulma yang akan dikendalikan agar hasilnya efektif. Disamping itu,
harus diperhatikan dosis dan frekuensi penyemprotan agar tidak terjadi pemborosan.
Pemupukan
Pemupukan dilakukan untuk memacu pertumbuhan tanaman muda dan mempercepat
matang sadap, sehingga panen sadap dapat dilakukan secepatnya, kegiatan pemupukan
dilakukan dengan dua cara, yaitu manual circle dan chemical strip weeding.
Pada cara pertama atau manual circle, lubang dibuat melingkari tanaman dengan jarak
disesuaikan dengan umur tanaman. Hal ini disebabkan karena perakaran tanaman semakin
berambah luas seiring bertambahnya umurnya. Untuk tanaman berumur 3 – 5 bulan, lubang
melingkari tanaman dengan jarak 20 – 30 cm, 6 – 10 bulan dengan jarak 20 – 45 cm, 11 – 20
bulan dengan jarak 40 – 60 cm, dan lebih dari 48 bulan dengan jarak 50 – 120 cm. lubang
dibuat dengan kedalaman 5 – 10, kemudian pupuk ditaburkan ke dalamnya dan ditutup
dengan tanah.

d.

e.

2.4.2

a.

b.

Pada cara kedua atau chemical strip weeding, pupuk diletakkan pada jarak 1 – 1,5
meter dari barisan tanaman. Caranya sama, yaitu tanah digali sedalam 5 – 10 cm, kemudian
pupuk dimasukkan ke dalamnya dan ditutup dengan tanah.
Pemupukan tanaman karet sebaiknya tidak dilakukan pada pertengahan musim hujan,
karena pupuk mudah tercuci air hujan. Idealnya, pemupukan dilakukan pada pergantian
musim hujan ke musim kemarau. Sementara itu, jenis pupuk yang digunakan tergantung pada
jenis tanahnya.
Seleksi dan Penjarangan
Idealnya dalam suatu areal perkebunan karet terdiri atas tanaman yang seluruhnya
dalam keadaan sehat dan baik, terutama menjelang penyadapan. Oleh karena itu, tanaman
yang sakit harus ditebang dan dibongkar sampai akar – akarnya agar penyakit tersebut tidak
menyebar ke tanaman yang sehat.
Dengan asumsi yang hidup 95%, maka dari 476 benih yang ditanam dalam satu hektar
akan terdapat 452 pohon menjelang penyadapan. Jika dari 452 pohon tersebut 5%
diantaranya sakit, akan tersisa 425 tanaman sehat, dari 425 tanaman sehat akan dapat disadap
400 pohon.
Pemeliharaan Tanaman Penutup Tanah
Fungsi tanaman penutup tanah adalah untuk menahan erosi, dan mempercepat matang
sadap, tanaman penutup tanah harus dipelihara dengan pemupukan dan pemangkasan, pupuk
yang digunakan sebaiknya kompos yang telah matang dengan dosis 4 – 5 ton/hektar. Cara
pemberiannya dengan ditaburkan ke sela – sela tanaman.
Jika pertumbuhan tanaman penutup tanah terlalu pesat perlu dikendalikan dengan cara
pemangkasan. Alat yang dipakai untuk pemangkasan cukup parang atau sabit.
Pemeliharaan Tanaman Masa Produksi (TM)
Setelah menginjak umur lima tahun atau mulai disadap, tanaman karet sering disebut
dengan komposisi II. Pemeliharaan tanaman selama masa produksi dimaksudkan agar kondisi
tanaman dalam keadaan baik, produksi tetap, bahkan meningkat sesuai dengan umur
tanaman, dan masa produktifnya semakin panjang. Tanpa perawatan yang baik, kondisi
tanaman mungkin akan semakin memburuk, produktivitasnya menurun, dan masa
produktifnya singkat. Pemeliharaan tanaman pada masa produksi ini hanya meliputi
penyiangan, pemupukan dan peremajaan.
Penyiangan
Penyiangan lahan karet pada masa produksi bertujuan sama dengan penyiangan pada
masa sebelum produksi, yaitu mengendalikan perumbuhan gulma agar tidak mengganggu
tanaman utama. Penyiangan biasa dilakukan secara manual, kimiawi, atau gabungan dari
keduanya.
Cara manual atau mekanis adalah pemberantasan gulma menggunakan peralatan,
seperti cangkul parang atau sabit. Pemberantasan gulma secara manual hanya memungkinkan
jika areal perkebunan karet tidak terlalu luas.
Jika areal karet sangat luas pemberantasan gulma yang paling efektif adalah secara
kimiawi menggunakan herbisida atau bahan kimia pemberantas gulma, baik kontak maupun
sistemik. Herbisida kontak memberantas gulma dengan cara kontak langsung dengan
gulmanya. Sedangkan herbisida sistemik memberantas gulma dengan cara zat aktifnya
terserap ke dalam gulma. Penggunaan herbisida harus bijaksana, artinya, harus sesuai dengan
dosis dan frekuensi yang telah ditetapkan.
Pemupukan
Dalam budidaya karet, pemupukan dilakukan sejak tanam sampai tanaman tidak
berproduksi lagi. Tanpa pemupukan produksi karet tidak akan maksimal. Jika pada masa

c.

2.4.3

a.

1)
2)
3)
b.

c.

sebelum disadap semua tanaman karet harus dipupuk, pada masa setelah sadap pemupukan
harus dilakukan secara selektif, artinya hanya tanaman yang produksi lateksnya bagus saja
yang dipupuk. Langkah ini untuk menghindari pemborosan.
Cara pemupukan tanaman karet sama dengan masa sebelum produksi, yaitu pupuk
dimasukkan kedalam lubang yang digali melingkar dengan jarak 1 – 1,5 meter dari pohon.
Dapat juga pupuk dimasukkan ke dalam alur berbentuk garis dengan jarak 1,5 meter dari
pohon. Sebelum pemupukan dilakukan pastikan tanah sudah bebas dari gulma.
Jika pada sebelum produksi dilakukan pemupukan sekali dalam setahun, sedangkan
pemupukan tanaman karet pada masa produksi dilakukan dua kali dalam satu tahun, yaitu
pada pergantian musim. Dosis pupuk disesuaikan dengan jenis tanah tempat karet
dibudidayakan.
Penggunaan pupuk tunggal memberikan kesan tidak praktis karena harus
mencampurkan paling tidak tiga jenis pupuk. Sekarang di pasaran banyak pupuk majemuk
lengkap yang lebih praktis.
Peremajaan
Setelah bertahun – tahun disadap lateksnya, tanaman karet akan memasuki fase menua
yang ditandai dengan menurunnya produksi lateks. Bila terus dipelihara dan disadap hasil
lateks yang diperoleh tidak akan menguntungkan secara ekonomi, sehingga perlu dilakukan
peremajaan. Kegiatan peremajaan karet dimulai dengan pembongkaran pohon – pohon tua.
Jenis-Jenis Hama dan Penyakit Penting pada Tanaman Karet Beserta
Pengendaliannya
Sebagaimana halnya tanaman perkebunan lainnya, tanaman karet tak luput dari hama
dan penyakit. Gangguan hama dan penyaki ini harus ditangani dengan baik agar tanaman
tumbuh subur dan produktivitasnya optimal.
Hama yang menyerang tanaman karet pada fase penanaman hingga produksi diantaranya:
Rayap
Rayap
yang
menjadi
hama
tanaman
karet,
terutama
spesies Microtermes inspiratusdan Captotermes curvignathus. Rayap tersebut menggerogoti
bibit karet yang baru ditanam di lahan, dari ujung stum sampai perakaran, sehingga
menimbulkan kerusakan yang sangat berat.
Cara pengendaliannya dapat dengan kultur teknis, mekanis dan kimiawi. Secara kultur
teknis ujung stum sampai sedikit diatas mata dibungkus plastik agar rayap tidak
memakannya.
Secara mekanis dengan menancapkan umpan berupa 2 – 3 batang singkong dengan jarak
20 – 30 cm dari bibit, sehingga rayap lebih suka memakan umpan tersebut daripada karet.
Secara kimiawi dapat dilakukan dengan menyemprotkan insektisida pembasmi rayap
Kutu
Kutu tanaman yang menjadi hama bagi tanaman karet adalah Saissetia nigru, Laccifer
greeni chamberlis, Laccifer virgata, Ferrisiana virgata dan Planococcus citri yang masingmasing memiliki ciri yang berbeda.
Jika intensitas serangan kutu belum begitu parah pengendalian bisa dilakukan secara
mekanis, yakni mengambil kutu – kutu tersebut menggunakan pinset dan membakarnya.
Namun jika intensitas serangannya sudah parah , pengendaliannya secara kimiawi dilakukan
dengan
cara
menyemprotkan
insektisida
khusus seperti
pada seissetia
nigru pemberantasannya
menggunakan Albolineum (2%), Laccifer
greeni chamberlispemberantasan menggunakan kimiawi (Anthio 3 EC=0,15%+Surfaktan
Citrowett=0,025%, Albolineum 2%, Formalin 0,5%), dan lain sebagainya.
Tungau

Tungau menghisap cairan tanaman menggunakan alat penusuk yang ada dikepalanya,
akibatnya daun yang terserang berbentuk abnormal dan kerdil. Lama kelamaan daun itu
menguning dan akhirnya gugur.
Pengendaliannya juga dapat dilakukan secara mekanis dan kimiawi. Secara mekanis
adalah dengan mengambil tungau dan kemudian membunuhnya. Sementara itu, secara
kimiawi dengan menyemprotkan insektisida yang diformulasikan khusus untuk tungau.
d. Babi hutan
Babi hutan (Sus verrucosus) adalah hama bagi hampir semua tanaman perkebunan
termasuk karet terutama yang ditanam dekat hutan. Babi hutan mencari makan malam hari
dengan cara mendongkel tanaman karet yang masih muda menggunakan moncongnya,
setelah pohon karet rebah babi hutan memakan daunnya sampai tandas, bahkan mengerat
kulit pohonnya.
Beberapa pengendaliannya, sebagai berikut
1)
Menakut – nakuti
Babi hutan sangat takut dengan bunyi – bunyian yang bising. Karenanya pada malam
hari disarankan membunyikan kentongan atau kaleng di areal perkebunan, sehingga babi
hutan merasa takut datang ke tempat tersebut. Selain itu dengan cara menggantungkan daging
babi hutan yang telah tertangkap di areal perkebunan karet akan membuat babi hutan takut
datang ketempat tersebut.
2)

Menangkap babi hutan
Ada beberapa cara menangkapnya. Paling popular dan sekaligus dapat menjadi kegiatan
olahraga adalah memburunya dengan menggunakan senjata api atau senjata tajam. Selain itu
dapat juga menggunakan umpan dan lubang jebakan dengan kedalaman 1,5 meter.
3)
Meracuni
Ada dua macam racun yang digunakan untuk meracuni babi hutan, yaitu dengan cara
tradisional dan kimia. Racun tradisional menggunakan kulit kerang halus, air perasan akar
tuba, dan ubi parut. Sedangkan racun kimia yang dapat digunakan antara lain zinkfosfide dan
insektisida temik 10 G.

a.

1)
2)
3)

Penyakit adalah gangguan yang terus menerus pada tanaman yang disebabkan oleh
patogen, virus, bakteri dan jasad renik lain.
Beberapa penyakit yang cukup merugikan antara lain:
Penyakit Embun Tepung
Penyakit ini umumnya menyerang daun muda. Penyakit ini disebabkan oleh
cendawan Oidium haveae, sehingga sering disebut penyakit oidium.. gejalanya dapat
diketahui dari berubahnya warna daun menjadi hitam, lemas, keriput, dan berlendir. Dibagian
bawah permukaan daun terdapat bercak – bercak bundar berwarna putih seperti tepung halus
yang merupakan kumpulan hifa dan spora jamur.
Upaya yang dilakukan untuk mengobatinya antara lain;
Tidak menanam klon – klon yang peka terhadap penyakit ini
Melakukan pengurangan daun, guna menumbuhkan daun lebih awal, sehingga saat
serangan itu datang, daun – daun sudah cukup tua.
Menyemprotkan fungisida saat 10% tanaman dikebun membentuk daun baru.

b.

1)
2)
c.

1)
2)
1)
2)
3)
d.
1)

·
·
·
·
·
2)

Penyakit Daun Colletotrichum
Penyakit ini disebabkan oleh cendawan Colletotrium gloeosporodies dengan gejala
berupa daun muda tampak lemas, berwarna hitam, keriput, bagian ujung mati, menggulung,
dan akhirnya berguguran.
Penyebaran penyakit ini melalui spora yang diterbangkan oleh angin dan/atau hujan.
Penyebaran spora ini umumnya terjadi pada malam hari terutama saat turun hujan.
Beberapa pencegahan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut;
Tidak menanam klon yang peka terhadap penyakit ini.
Mempercepat pembentukan daun – daun muda dengan pemupukan intensif, dimulai dari
munculnya kuncup sampai daun menjadi hijau.
Penyakit Jamur Upas.
Penyakit jamur upas disebabkan oleh cendawan Corticium Salmonicolor yang
memiliki empat tingkat perkembangan, tahap pertama adalah terbentuknya lapisan tipis
berwarna putih dipermukaan kulit, selanjutnya akan berkembang membentuk sekumpulan
benang jamur, pada tahap ketiga terbentuk lapisan kerak berwarna merah muda, tahap
terakhir adalah terbentuknya lapisan tebal berwarna merah tua.
Penyakit jamur upas menyerang percabangan atau batang tanaman, sehingga cabang
dan tajuk mudah patah. Penyakit ini lebih banyakmenyerang tanaman muda berumur 3 – 7
tahun. Pemicunya adalah kelembaban yang tinggi.
Upaya pencegahan dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.
Tidak menanam klon – klon yang peka terhadap jamur upas.
Jika tanaman karet ditanam di daerah curah hujan tinggi sebaiknya jarak tanam dibuat lebih
renggang.
Sementara itu, pengendaliannya dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.
Melumaskan fungisida di bagian yang terserang hingga 30 cm ke atas dan bawahnya.
Jika percabangan sudah terkena serangan lanjut, kulit yang busuk harus dikupas dan kulit
batang yang tersisa dilumasi Calixin MR dengan dosis yang sesuai.
Cabang – cabang yang mati dipotong dan dibakar, bekas potongan diolesi izal 5%,
pemotongan sebaiknya dilakukan pada musim kemarau saat jamur tidak aktif.
Penyakit Bidang Sadapan
Ada beberapa penyakit bidang sadapan, yaitu;
Kangker Garis
Cendawan penyebab penyakit tersebut adalah Phytophthora palmivora. Inveksi
cendawan ini menyebabkan kerusakan berupa benjolan di bekas bidang sadap lama, sehingga
mempersulit penyadapan berikutnya.
Usaha untuk pencegahannya adalah sebagai berikut.
Tidak menanam klon yang peka terhadap penyakit ini di wilayah beriklim basah.
Jarak tanam jangan terlalu rapat agar tidak menciptakan kelembaban yang tinggi.
Penyadapan jangan terlalu dalam dan tidak terlalu dekat dengan tanah.
Pengendalian yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut.
Mengoleskan fungisida yang sesuai pada atas dan bawah alur sadap segera setelah
dilakukan penyadapan atau paling baik setelah pemungutan lateks yang belum membeku,
setelah itu ditutup dengan Secony CP 2295 A.
Bagian yang terinfeksi sudah membusuk harus dikorek seperlunya untuk selanjutnya
dilumasi fungisida seperti dijelaskan di atas.
Mouldy Rot
Penyebab penyakit ini adalah cendawan Ceraticytis fimbriata dengan benang – benang
hifa yang membentuk lapisan berwarna kelabu dibagian yang terserang.

3)

·
·
e.

1)
2)
3)
4)

1)
2)

Pengendaliannya dengan mengoleskan fungisida 5 cm di atas irisan sadap, sehari
setelah penyadapan dan getah belum dilepaskan. Jika serangannya berat, pengolesan
dilakukan satu minggu sekali, namun jika serangannya ringan, pengolesan dilakukan dua kali
seminggu.
Brown Blast
Penyakit ini tidak disebabkan terinfeksi oleh mikroorganisme, tapi karena penyadapan
yang terlalu sering.
Upaya pengendaliannya bisa dilakukan dengan;
Jangan melakukan penyadapan terlalu sering, dan dianjurkan mengurangi bahan
perangsang lateks.
Tanaman yang kulitnya tidak dapat disadap lagi sebaiknya tidak disadap, atau
diistirahatkan sampai sembuh.
Penyakit Akar putih
Disebut dengan penyakit akar putih karena di akar tanaman yang terserang terlihat
miselia jamur berbentuk bening berwarna putih menempel kuat dan sulit dilepaskan akar
tanaman yang terinfeksi akan menjadi lunak, membusuk, dan berwarna coklat. Cendawan
penyebab penyakit akar putih ini adalah Rigidoporus lignosus yang membentuk badan buah
seperti topi di akar.
Upaya pencegahannya dengan cara berikut;
Membersihkan sisa – sisa tunggul dan akar tanaman lama di areal perkebunan yang
mungkin menjadi penyebab penyakit akar putih.
Menanam tanaman penutup tanah yang tepat, terutama family kacang - kacangan.
Hanya menanam bibit karet yang bebas dari penyakit akar putih.
Bila areal penanaman merupakan bekas perkebeunan karet yang pernah terserang penyakit
ini, tanaman baru harus dilindungi dengan belerang.
Adapun pengendalian pada tanaman karet yang sudah terkena penyakit akar putih adalah
sebagai berikut
Mengobati tanaman muda yang menunjukkan gejala penyakit tersebut, dengan cara
mengerok miselia jamur yang menempel lalu diolesi ter, selanjutnya keseluruhan akar yang
luka diolesi Izal 5 persen.
Membongkar tanaman sakit yang sudah parah, ditandai dengan gugurnya daun dan
membusuknya akar tunggang. Jika akan disulam, bibit yang digunakan harus berupa stum
yang tinggi dan disekitar bibit kembali ditaburi serbuk belerang sebanyak 100
gram (Setiawan dan Andoko, 2005)

BAB III
METODE PRAKTEK KERJA
3.1

Tempat dan Waktu Praktek Kerja Lapangan
Praktek kerja lapangan ini telah dilaksanakan di PTP Nusantara IX (Persero) Kebun
Blimbing Kecamatan Karanganyar Kabupaten Pekalongan, selama satu bulan
mulai bulan April – Mei 2013.
3.2 Metode Praktek Kerja Lapangan
Metode yang digunakan dalam praktek kerja lapangan ini antara lain sebagai berikut :
3.2.1
Observasi, yaitu dengan mengadakan peninjauan ke lapangan dengan cara melihat
langsung pelaksanaan kegiatan proses pemeliharaan tanaman karet.
3.2.2
Wawancara, yaitu dengan mengajukan pertanyaan langsung kepada petugas yang
bersangkutan di lapangan.
3.2.3
Pustaka, yaitu mempelajari atau belajar dari berbagai literatur atau catatan yang ada di
instansi yang bersangkutan maupun dari luar sebagai pelengkap.
3.3 Kegiatan yang dilaksanakan
Dalam praktek kerja lapangan dilaksanakan kegiatan sebagai berikut :
3.3.1
Mengikuti dan mencatat kegiatan - kegiatan yang dilakukan di lapangan.
3.3.2
Melihat sistem kerja proses pemeliharaan tanaman karet.
3.3.3
Melihat dan mencatat fasilitas yang ada, macam kegiatan, bagaimana pelaksanaan
dilapangan pada proses pemeliharaan tanaman karet.

3.4

Jadwal Kegiatan
Tabel 1. Jadwal kegiatan praktek kerja lapangan (April - Mei 2013)
MINGGU
NO
KEGIATAN
I
II
III
1
Pengenalan dan Pendahuluan.
Pengumpulan data dan melihat
2
langsung di lapangan. Mencatat
keadaan yang ada di Kebun
tersebut.
Kegiatan pemeliharaan
tanaman
3
karet
Penyusunan data hasil praktek kerja
4

IV

lapangan dan pembuatan laporan.
3.5
3.5.1

Daftar Pertanyaan
Keadaan umum Perkebunan Karet PTP Nusantara IX Kebun Belimbing, Kecamatan
Karanganyar, Kabupaten Pekalongan.
3.5.3
Pemeliharaan.
3.5.4 Kegiatan pemeliharaan tanaman karet.
3.5.5 Kendala yang dihadapi pada proses pemeliharaan tanaman karet.

BAB IV
HASIL PRAKTEK KERJA LAPANGAN
4.1 Keadaan Umum
SEJARAH SINGKAT PTPN. IX (PERSERO) KEBUN BLIMBING.
Kebun Blimbing terdiri atas :
a.
Kebun Blimbing.
b. Kebun Warangan.
c.
Kebun Prumpang.
d. Kebun Sidoguno.
e.
Kebun Buwaran.
f.
Kebun Kalilanang.
Tabel 2. Sejarah Singkat PTPN. IX (Persero) Kebun Blimbing.
No
Tahun
Uraian – Sejarah
.
1
1927-1945 Kebun Buwaran masih satu kebun dengan Kebun Blimbing
(GRO) Gouverment Rubber Onderneming Buwaran /
Blimbing Kantor Pusat di Jakarta.
2
1946-1955 Kebun Buwaran / Blimbing menjadi PPN. Kantor
Administratur berada di Buwaran
3
1956-1963 Kebun Buwaran berdiri sendiri, dan Kebun Blimbing
Bergabung dengan Kebun Subah.

4

5
6
7

8
9

10

1963-1968 Kebun Buwaran bergabung dengan Prumpang, Kebun
Blimbing bergabung dengan Doro. Sejak lahirnya PPN Karet
XIII, merupakan dua Pimpinan Kebun yang berdiri sendirisendiri.
1968-1972 Dengan PP. 14/1968 tentang pendirian PNP. XVIII dan per 1
Mei 1968 Kebun Blimbing bertambah dengan Kebun
Kalilanang (EX. PERA IV).
Dengan PP. 23 Th. 1972 (LN. No. 31 Th. 1972) PNP. XVIII
1972
berubah menjadi PTP. XVIII (Persero)
1975-1994 Kebun Buwaran/Prumpang dan Kebun Blimbing/Doro
bergabung menjadi satu dengan nama Kebun Blimbing,
Berkedudukan Administratur di Blimbing. Sedang Kebun
Doro bergabung dengan Kebun Jolotigo.
1995
Kebun Blimbing bergabung dengan Kebun Jolotigo,
Berkantor Administratur di Kebun Blimbing.
11-3-1996 Melalui restrukturisasi Perkebunan-Perkebunan Negara yang
tertuang dalam Peraturan Pemerintah No. 14 Th.1996 tgl. 15
Februari 1996, Maka pengelolaan kebun Blimbing/Jolotigo
semua dibawah naungan PTP XVIII, diubah menjadi PTPN
IX (Persero) yang berkedudukan kantor direksi di Surakarta.
Anggotanya meliputi Kebun-Kebun Ex. PTP XVIII dan Ex.
PTP XV – XVI dengan Akte Notaris Harun Kamil SH
Namun pada tahun 1997 kantor direksi dipindah ke
Semarang lagi.
01-7-1999 Sesuai SK. Direksi No. : PTPN.IX.0/SK/149/1999.Sm.
tanggal 1 Juli 1999 tentang Penyempurnaan bagan
Organisasi maka per 1 Juli 1999 Kebun Jolotigo dipisahkan
dari kebun Blimbing.

4.1.1 Letak Geografi, Topografi dan Iklim
Tabel 3. Tipe iklim menurut Schmidt-Ferguson, jenis tanah dan kesuburan PTP Nusantara IX
(Persero) Kebun Subah / Kedondong.
No

Afdeling

Type
Iklim

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Blimbing
Warangan
Prumpang
Sidoguno
Buwaran
Kalilanang

B
A
A
A
B
B

Tinggi
Tempat
+ 150 m/dpl
+ 339 m/dpl
+
418 m/dpl+
339 m/dpl
+ 300 m/dpl
+ 110 m/dpl

Topografi

Jenis
Tanah

Kesuburan

Bergelombang
Bergelombang
Bergelombang
Bergelombang
Bergelombang
Bergelombang

Latosol
Latosol
Latosol
Latosol
Latosol
Latosol

Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang

4.1.2 Luas Areal
Luas Areal PTP Nusantara IX (Persero) Divisi Tanaman Tahunan Kebun Blimbing /
Buwaranberdasarkan komposisi umur tanamannya seluas ± 2.198,54 Ha yang digunakan
khusus untuk tanaman karet.
4.2 Keadaan Tanaman

Tabel 4. Luas pertanaman karet berdasarkan komposisi umur PTP Nusantara IX (Persero) Kebun
Blimbing / Buwaran
No.
Urut
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Uraian
TTI
TBM
Remaja
Taruna
Dewasa
Madya
Tua
Tua
Renta
Tua
Bangka

% standart
3
15
15
15
15
15
15

Karet
Tingkat Umur (Th)
0
1 -5
6 -10
11 - 15
16 - 20
21 - 25
26 - 30

Luas (Ha)
161,02
686,5
219,08
627,9
290,8
100,3
112,94

7

≥ 31

-

100

-

2.198,54

%
7
31
10
29
13
5
5

100

Tabel 5. Komposisi Klon Karet PTP Nusantara IX (Persero) Kebun Blimbing / Buwaran
No
.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13

Klon
GT. 1
LCB 479
LCB 1320
PB 260
PR 228
PR 225
PR 300
PR 303
BPM.1
BPM 24
RRIC 100
RRIC 101
RRIM 712

TM
596,32
30,9
37,54
59,29
34,55
111,18
7,19
34,6
223,81
2,1O
213,54
1.351,02

TBM
63,7
0,22
435
128,5
9,02
0,21
49,82
686,5

4.3 Pemeliharaan Tanaman Karet
4.3.1 Pemeliharaan Tanaman Karet Belum Menghasilkan TBM
a. Penyulaman
Menyulam adalah mengganti tanaman yang mati atau pertumbuhannya tidak normal
dengan bibit yang baru. Untuk mengatasi kemungkinan tersebut, bibit yang akan ditanam
hendaknya diperiksa dengan sebaik-baiknya sampai umur mencapai tiga tahun.
Kematian dalam penaman karet batas maksimum yang bisa ditolelir adalah 5%,
tanaman yang mati harus segera disulam agar jumlah populasi tanaman tidak berkurang. Bibit
yang digunakan dalam penyulaman tergantung pada umur tanaman yang perlu disulam. Bibit
sulaman pada umur 0 – 1 tahun setelah tanam dapat menggunakan bibit polybag. Sedangkan

b.

c.

1.
a.
b.

2.

3.

a.
b.
d.

untuk yang berumur 2 – 3 tahun dapat menggunakan bibit stum tinggi yang umurnya sama
dengan tanaman yang akan disulam.
Sebelum penyulaman dilakukan perlu diketahui penyebab kematian bibit. Jika
disebabkan oleh bakteri atau jamur, tanah harus diberi fungisida. Pelaksanaan penyulaman
dailaksanakan pagi hari pukul 06.00 – 09.00 atau sore hari pukul 15.00 – 17.00, saat cuaca
tidak terlalu panas agar mengurangi resiko kematian
Penunasan/wiwil.
Untuk memperoleh tanaman yang baik dengan batang yang lurus dan mulus maka
dilakukan penunasan atau wiwil. Tanaman yang berumur 1 sampai 2 tahun umumnya keluar
tunas yang tidak baik dan tidak diinginkan. Tunas-tunas yang perlu diwiwil sampai dengan
ketinggian tertentu (2,50 m – 2,75 m). Dalam pelaksanaan wiwilan sebaiknya dengan
menggunakan pisau yang tajam dan diiriskan sampai kepangkal tunas. Rotasi wiwilan
dilakukan 7 – 10 hari sekali terutama pada tahun tanam pertama. Pelaksanaan wiwilan tidak
boleh sampai terlambat, karena akan mempengaruhi pertumbuhan.
Perangsangan Percabangan.
Cepat atau tidaknya tanaman karet dalam membentuk percabangan tergantung dari jenis klon.
Secara alami tanaman karet akan membentuk percabangan pada ketinggian 4 – 5 meter dari
pertautan okulasi. Tanaman karet yang ada pada afdeling Buwaran mampu membentuk
percabangan lebih awal mempunyai permukaan daun. Beberapa cara perangsangan
percabangan yang dilakukan pada afdeling Buwaran antara lain ;
Cara Voolding (penyanggulan)
Cara penyanggulan ini bisa dilakukan dengan dua cara:
Melipat daun dari payung teratas sehingga menutupi tunas pucuk atau titik tumbuh.
Menutupi tunas pucuk dengan tiga helai daun atau lebih, lalu didekatkan dengan karet
gelang. Setelah empat minggu karet gelang tersebut dilepas. Pada sistem ini membentuk
percabangan yang lebih kuat terhadap angin dari pada yang dipotong. Namun cara ini jarang
dilaksanakan karena kurang praktis dan ekonomis.
Cara Pengeratan
Pengeratan dilakukan dengan cara mengerat batang tanaman dengan alat berbentuk V,
sehinga translokasi asimilat dari atas ke bawah terhambat. Cara pengeratan lebih berhasil
dilakukan pada jaringan tanaman yang berwarna coklat dengan kedalaman keratin antara 2,1
mm – 2,5 mm. Pengaruh dari cara ini ialah dapat terjadi penunasan daun sebelum waktunya
Cara pemotongan pucuk
Cara pemotongan pucuk ini yang paling sering dilaksanakan di afdeling Buwaran, karena
termasuk cara atau pelaksanaan yang mudah dan praktis. Meskipun dengan cara ini tanaman
akan mengalami stres, namun setelah masa stres terlampaui pertumbuhan tanaman menjadi
lebih cepat. Cara pemotongan ini adalah sebagai berikut;
Memotong pucuk diatas payung terakhir dengan menyisakan 3 – 5 mata dari ketinggian
yang dikehendaki antara 2,5 m – 2,75 m, dengan cara menggunakan pisau/sabit yang tajam
dan diberi tangkai.
Jangan memotong pada pertengahan payung atupun pertengahan antar payung.
Pembuatan dan Pemeliharaan Teras, Gondang gandung dan Rorak.
Pada pemeliharaan teras ditunjukkan pada teras yang rusak atau longsor, untuk
memudahkan penyadapan nantinya teras indifidu secara betahap dibuat bersambung dengan
tetap memperhatikan kemiringan tanah dan yang perlu mendapatkan perhatian adalah jangan
sampai akar menyembul ke permukaan tanah.
Pembuatan gondang-gandung pertama kali saat tanaman sudah berumur 1 tahun setelah
tanam, 30 cm dari pohon, karena merupakan bibir lubang saat tanam. Pembuatan godang-

e.

1.

2.
-

3.

4.
f.

g.
-

gandung ini berfungsi untuk menampung pupuk organik, memekarkan akar dan
mengemburkan tanah sehingga tanaman karet dapat tumbuh dengan baik. Ukuran gondanggandung adalah panjang 1 meter, lebar 0,4 meter, dan kedalaman 0,6 meter.
Pembuatan dan pemeliharaan rorak dibuat diantara barisan tanaman pokok tegak lurus
dengan kemiringan tanah yang berfungsi untuk menampung aliran permukaan yang
mengangkut air dan tanah. Dengan ukuran lebar 50 – 60 cm, kedalaman 60 cm dan
panjang200 cm
Pengendalian Gulma
Gulma merupakan tumbuhan yang kehadirannya tidak dikehendaki karena akan
menyaingi tanaman pokok dalam memperoleh unsur hara, udara dan cahaya matahari.
Sebagai tanaman inang hama penyakit, dapat menciptakan lingkungan yang lembab sehingga
cocok untuk berkembang biaknya hama dan penyakit. Gulma yang ada pada afdeling
Buwaran adalah tanaman alang-alang (Imperata cylindrica L.), sembung rambat (Micania
micranta),rumput paitan (Paspalum konjugatum Berg), kriyuh (Chromolaena odorata), dan
lain sebagainya. Pengendalian gulma ini dapat dilakukan dengan:
Cara manual, yaitu dengan menggunakan tenaga manusia, dalam hal ini dibagi lagi menjadi
dua berdasarkan alat yang dipakai, yaitu dengan teknis (sabit) dan mekanis (mesin
pemotong). Biasanya digunakan pada tanaman belum menghasilkan, karena pada masa itu
gulma tumbuh dengan baik.
Cara Kimiawi, yaitu dengan menggunakan obat-obatan bahan kimia. Biasanya digunakan
pada tanaman menghasilkan, karena pertumbuhan gulma sudah tidak terlalu pesat. Pada
Afdeling Buwaran biasanya menggunakan 2 jenis alat sprayer, yaitu
Sprayer Pakabag, dengan takaran posat 70 cc, tuformin 25 cc, dan air 15 liter, lama
penyemprotan ± 20 menit.
Sprayer Mikron, dengan takaran posat 200 cc, tuformin 50 cc, dan air 5 liter, lama
penyemprotan ± 45 menit.
Namun yang paling dianjurkan untuk digunakan yaitu dengan sprayer Mikron, karena lebih
efisien dalam penggunaan air.
Cara biologis, yaitu dengan menggunakan tanaman penutup tanah, di kebun kebun
Blimbing menggunakan tanaman mukuna (mucuna bracteata) untuk menutupi tanah,
sehingga gulma tidak dapat tumbuh, namun dalam penggunaan sistem ini harus dilakukan
pengendalian, agar tanaman makuna tidak merambat pada tanaman karet.
Cara terpadu, yaitu penggabungan dari ketiga cara tersebut.
Persiapan pemupukan
Dilaksanakan menjelang pemupukan, yaitu membersihkan jalur tanaman untuk
persiapan pemupukan dengan tujuan agar pupuk yang diberi kepada tanaman tidak terjadi
persaingan dengan gulma yang bisa kita laksanakan dengan cara kimiawi dengan
menggunakan pakabag sprayer atau micron herbi atau secara manual agar pada saat
pemupukan, areal dalam kondisi bersih. Untuk itu pembersihan jalur harus diatur
menyesuaikan waktu pemupukan.
Pemupukan
Berdasarkan cara pembuatannya pupuk dibedakan menjadi dua, yaitu;
Pupuk buatan (An Organik)
Contoh : Urea, TSP, KCL, Rock Phosphate.
Pupuk Alam (Organik)
Contoh : Pupuk Kandang, Kompos, Pupuk Hijau, dll
Cara pemberian pupuk :
Disebar (broadcasting)

Cara ini biasanya dilakukan dengan pupuk dasar pada lahan persemaian dan pada lubang
tanam.
Cara dibenam (placement)
Cara ini bisa dilakukan pada lahan persemaian, TBM maupun TM.
Cara lewat daun
Cara ini biasa dilakukan dipersemaian, diareal lapangan maupun dalam polybag dengan
menggunakan Bayfolan konsentrasi 2 – 5 cc/liter, interval 2 bulan sekali, bergantian dengan
pupuk lewat tanah. Alat yang digunakan untuk menyemprot adalah pakabag/tangki guling.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemupukan :
Tepat waktu.
Pupuk diberikan pada saat tanaman membutuhkan dan saat perkembangan. Waktu
pemupukan akhir musim penghujan Januari – April dan awal musim penghujan September –
Desember, apabula hujan sudah mencapai 100 mm.
Tepat dosis
Pemberian dosis pada tanaman sesuai dengan kebutuhan yang telah direkomendasikan oleh
balit.
Tepat sasaran.
Lokasi pemberian pupuk, pada tanaman belum menghasilkan diberikan pada lingkaran
dengan cara membenam disekitar pohon untuk memperbaiki struktur tanah perlu diberikan
ekstra pupuk kandang.
h. Pengukuran Lilit Batang
Pengukuran lilit batang pada TBM dimaksudkan untuk mengetahui pertumbuhan
danperkembangan pada TBM I sampai dengan TBM III yang dilakukan pada triwulan dengan
maksud agar bisa diketahui lebih dini apabila perkembangan lilit batangnya terlambat.
Adapun cara pengukuran lilit batang sebagai berikut :
Pada TBM I dan II dilakukan dengan pengukuran secara sampling, dengan diagonal pq.
Pada TBM III dan seterusnya dilakukan dengan pengukuran secara individual.
Data lilit batang disajikan dalam bentuk rerata dan standar nilai deviasi.
Sebelum dilakukan pengukuran lilit batang langkah-langkah yang harus dilakukan
antara lain:
Menentukan blok yang akan diukur.
Menentukan jalur larikan pohon.
Menentukan pohon contoh pengukuran ilit batang dengan syarat pohon tersebut harus
benar-benar bisa mewakili daerah sekitarnya.
Selanjutnya pohon tersebut merupakan pohon yang permanen yang harus diukir lilit
batangnya.
Apabila pohon contoh mati maka tidak perlu digantikan dengan pohon disekitarnya.
Pengukuran lilit batang dilakukan setiap 3 bulan sekali dengan ketinggian 100 cm dari
permukaan tanah. Untuk pengukuran homogenitas dengan heterogenitas digunakan nilai
simpangan baku (standar deviasi) sebagai tolak ukur.
Tabel 6. Standart perkembangan lilit batang pada tiap TBM
TBM
Standar Lilit Batang
I
8
II
18
III
30
IV
40
V
48

4.3.2
a.

Pemeliharaan Tanaman Menghasilkan (TM)
Pemeliharaan jalan dan jembatan
Pemeliharaan jalan utama, jalan produksi dan jembatan sangat diperlukan dan sangat
diperhatikan agar tidak mengganggu dan memperlancar pengangkutan hasil lateks oleh truk
pengangkut tateks serta umtuk mempermudah pengontrolan.
b.
Pemeliharaan saluran air, teras, dan rorak.
Guna mecegah kemunduran kesuburan tanah akibat erosi, disamping untuk pemberian
pupuk, perlu pemeliharaan saluran air, teras dan rorak secara berkala.
Ukuran rorak : Lebar
: 50 – 60 cm
Dalam
: 60 – 80 cm
Panjamg
: melihat kebutuhan pembuatan rorak
Pembuatan rorak berlawanan dengan kemiringan tanah dan terletak diantara jalur
tanaman karet. Letak rorak antara 1 dengan yang lainnya dibuat menyilang.
c.
Pengendalian gulma
Pengendalian pada Tanaman Menghasilkan prinsipnya sama dengan Tanaman Belum
Menghasilkan. Perbedaannya hanya percepatan pertumbuhan gulma pada TM tidak secepat
pada TBM. Hal tersebut disebabkan karena TM telah ternaung