Analisis Kebutuhan Mahasiswa Teknik Tele

Tugas Akhir Semester
Kurikulum dan Silabus dalam Pengajaran Bahasa

Dosen:
Prof. Rahayu Surtiati Hidayat

Analisis Kebutuhan Mahasiswa Teknik Telekomunikasi Terhadap
Kemahiran Berbahasa Inggris

Oleh:
Fauziatul Husna
1206188553

Departemen Linguistik
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya
Universitas Indonesia
2013

Pendahuluan
Pada era globalisasi sekarang ini, kebutuhan akan kemampuan berbahasa
asing,


khususnya

Bahasa

Inggris,

semakin

meningkat

seiring

dengan

meningkatnya tingkat mobilisasi manusia. Mobilisasi yang tinggi membuat
komunikasi internasional antar bangsa semakin mudah sehingga menjadikan
peran Bahasa Inggris sebagai lingua franca dunia semakin dominan. Oleh sebab
itu semakin banyak orang yang termotivasi untuk menguasai Bahasa Inggris. Hal
ini tentunya memberi angin segar pada industri pengajaran Bahasa Inggris, baik

yang formal maupun yang bersifat informal. Faktanya, jumlah lembaga-lembaga
penyedia layanan Bahasa Inggris tersebut tumbuh secara signifikan dalam
beberapa tahun terakhir.
Akan tetapi, kebutuhan akan kemahiran berbahasa Inggris tersebut tidak lah
seragam karena semua orang memiliki kebutuhan masing-masing yang spesifik
pada bidang tertentu yang digelutinya. Perbedaan lain juga terdapat pada
kemahiran apa yang dibutuhkan. Dalam setiap bahasa terdapat empat kemahiran
yang belum tentu semuanya dibutuhkan oleh pemelajar. Selain itu, setiap
pemelajar juga memiliki target tingkat kemahiran yang berbeda sesuai dengan
yang disyaratkan dalam situasi target pemelajar tersebut. Jadi meskipun
kebutuhan akan kemampuan berbahasa Inggris meningkat secara universal, setiap
individu atau kelompok pemelajar tertentu memiliki kebutuhan masing-masing
yang dipengaruhi oleh hal-hal seperti yang disebutkan diatas.
Hal ini menuntut para penyedia jasa pemelajaran Bahasa Inggris untuk
terlebih dahulu mengenal pemelajarnya serta kebutuhannya akan kemampuan
berbahasa Inggris. Dengan melaksanakan analisis kebutuhan sebelum menyusun
sebuah program pemelajaran, pembelajar dan penyusun kurikulum dapat
mengetahui dengan jelas program pemelajaran seperti apa yang dibutuhkan calon
pemelajarnya. Dalam skala besar seperti penyusunan kurikulum sekolah dasar dan
menengah, hal ini memerlukan waktu dan dana yang tidak sedikit mengingat

besarnya jumlah pemelajar yang akan dicakup. Akan tetapi, dalam kelas kecil
yang teridiri dari tiga hingga lima orang, seorang pembelajar atau penyusun

program dapat menganalisis kebutuhan calon pemelajar dengan baik dalam waktu
singkat melalui proses yang cukup sederhana.
Dalam makalah ini akan dilaporkan hasil analisis kebutuhan yang dilakukan
terhadap sekelompok mahasiswa jurusan teknik telekomunikasi yang akan segera
memulai penulisan Tugas Akhir (TA) sebagai syarat kelulusan. Pada dasarnya
mereka mengalami kesulitan dalam semua kemahiran berbahasa. Akan tetapi,
melalui proses wawancara diketahui bahwa kebutuhan yang paling mereka
inginkan saat ini adalah membaca teks-teks akademis yang diperlukan dalam
penulisan TA.
Sebelum memaparkan proses serta hasil dari analisis kebutuhan ini, penulis
terlebih dahulu menyajikan beberapa landasan teori mengenai analisis kebuthan,
mengapa analisis ini harus dilakukan dan beberapa model analisis kebutuhan yang
dicetuskan oleh para pakar.
Definisi Analisis Kebutuhan
Dalam proses penyusunan suatu program pemelajaran bahasa, analisis
kebutuhan merupakan salah satu tahap paling awal yang dilaksanakan. Hasil
analisis kebutuhan ini selanjutnya akan menjadi dasar penyususnan materi,

penentuan metode pengajaran, dan penentuan bentuk evaluasi dalam program
pemelajaran bahasa tersebut. Menurut Brown (1995), analisis kebutuhan adalah
sebuah proses dalam mengumpulkan informasi yang nantinya akan digunakan
sebagai dasar pengembangan kurikulum untuk menjawab kebutuhan belajar dari
sekelompok pemelajar tertentu.
Nunan (1999) mengungkapkan bahwa analisis kebutuhan merupakan
sekumpulan alat, cara, dan prosedur dalam menentukan konten bahasa dan proses
pembelajaran untuk sekelompok pemelajar yang telah ditentukan. Selanjutnya
Nunan juga menambahkan bahwa kebutuhan pemelajar terdiri atas kebuhan
subjektif dan kebutuhan objektif.
Sedangkan menurut Nation dan Macalister (2010), analisis kebutuhan
adalah kegiatan membandingkan apa yang telah diketahui/kuasai dengan apa yang
seharusnya mereka ketahui/kuasai. Di dalam buku Language Curriculum Design,

mereka menggambarkan peran analisis kebutuhan dalam pengembangan
kurikulum dengan menggunakan segitiga mercedez seperti dapat dilihat berikut
ini.
Figure 2.1: Model sebuah Proses Pengembangan Kurikulum

Dari beberapa definisi analisis kebutuhan di atas, dapat disimpulkan bahwa

analisis kebutuhan pada dasarnya adalah suatu proses pengumpulan informasi
mengenai kebutuhan sekelompok pemelajar tertentu. Informasi tersebut akan
dijadikan landasan dalam menyusun sebuah program pemelajaran yang sesuai
dengan kebutuhan tersebut. Jadi analisis kebutuhan pada dasarnya dilaksanakan
agar pemelajaran menjadi efektif dan tepat sasaran.
Tujuan Analisis Kebutuhan
Secara umum analisis kebutuhan bertujuan untuk

mengumpulkan

berbagai informasi mengenai kebutuhan pemelajar dalam rangka menciptakan
pemelajaran yang sesuai dengan kebutuhan tersebut. Secara khusus analisis

kebutuhan dapat memiliki berbagai tujuan yang lebih spesifik, sebagaimana yang
disebutkan Richards (2001) berikut.
-

Untuk mengetahui kemahiran bahasa apa yang dibutuhkan
pemelajar dalam suatu posisi di bidang tertentu, seperti
pemandu wisata, resepsionis hotel, atau pramugari.


-

Untuk menentukan apakah suatu program pemelajaran yang ada
telah sesuai dengan kebutuhan pemelajar.

-

Untuk menentukan pemelajar mana dari suatu kelompok
pemelajar yang paling membutuhkan keterampilah tertentu

-

Untuk

mengetahui

perubahan-perubahan

dalam


proses

pemelajaran yang dirasa penting oleh para pemelajar dalam
kelompok tersebut
-

Untuk menentukan ketimpangan antara kemampuan pemelajar
saat ini dengan kemampuan yang harus mereka miliki dalam
situasi target.

-

Untuk mengumpulkan informasi mengenai kesulitan tertentu
yang dihadapi pemelajar.

Dari beberapa tujuan analisis yang lebih terfokus yang disebutkan di atas,
para peneliti dan penyusun kurikulum dapat menentukan sendiri apakah analisis
yang dilakukan akan mencakup keseluruhan tujuan tersebut atau hanya fokus
kepada beberapa diantaranya. Dalam penelitian ini, analisis kebutuhan yang

dilakukan bertujuan untuk menentukan ketimpangan antara kemampuan pemelajar
saat ini dengan kemampuan yang harus mereka miliki dalam situasi target serta
mengumpulkan informasi mengenai kesulitan tertentu yang dihadapi pemelajar,
khususnya dalam hal membaca akademis.
Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui pendapat
pemelajar mengenai apa dan bagaimana proses pemelajaran membaca yang
mereka inginkan. Hal ini menjadi penting karena bagaimanapun juga keinginan
untuk mengikuti program ini datang dari diri mereka sendiri. Inisiatif seperti ini
menunjukkan bahwa pemelajar memiliki kesadaran yang tinggi akan kebutuhan

serta kekurangan mereka dan telah cukup bijak untuk menentukan apa yang ingn
mereka pelajari dan bagaimana proses pemelajaran seharusnya berjalan.
Beberapa Model Analisis Kebutuhan
Dalam melaksanakan analisis kebutuhan, peneliti dapat melakukan proses
analisis berdasarkan beberapa model yang dicetuskan para ahli di bidang ini
sesuai dengan situasi yang dihadapi. Brown (1995) membagi proses
pemngumpulan informasi dalam analisis kebutuhan berdasarkan beberapa filosofi
berikut: ketidaksesuaian/ketimpangan, demokratis, analitis, dan diagnosis.
Menurut Brown, analisis yang dilakukan berdasarkan filosofi tertentu akan
berbeda dengan analisis berdasarkan filosofi lainnya, sehingga peneliti harus jeli

dalam menentukan filosofi mana yang paling tepat dan sesuai dengan kondisi
yang dihadapinya.
Dalam penelitian ini, model yang akan digunakan adalah model yang
dicetuskan oleh Nation dan Macalister (2010). Model ini didasarkan pada
berbagai unsur yang diyakini membentuk kebutuhan itu sendiri. Menurut mereka,
kebutuhan pemelajar terdiri dari:
 Kebutuhan (necessity)
Kebutuhan mengacu pada apa yang perlu diketahui dan dikuasai
pemelajar agar dapat berfungsi dengan baik dalam situasi target.
Dalam hal ini, kebutuhan para mahasiswa dalam penelitian ini
adalah berbagai teknik dan keterampilan yang diperlukan untuk
membaca akademis sehingga mereka dapat menyelesaikan TA
tanpa menghadapi kesulitan dalam memahami sumber data
berbahasa Inggris.
 Kekurangan (lack)
Kekurangan adalah ketimpangan antara situasi saat ini dengan
situasi target. Dalam hal ini, peneliti mencari tahu bagaimana
kemampuan mahasiswa dalam membaca akademis saat ini dan

bagaimana perbedaannya dengan kemampuan yang harus mereka

miliki untuk dapat berfungsi dengan baik dalam situasi target.
 Keinginan (want)
Keinginan mengacu kepada apa yang diinginkan oleh pemelajar
untk dimasukkan ke dalam proses pemelajaran. Hal ini didasarkan
pada fakta bahwa pemelajar, khususnya pemelajar dewasa, sedikit
banyak mampu menentukan apa yang dirasa perlu untuk mereka
kuasai. Oleh karena itu, pendapat pemelajar perlu dipertimbangkan
dalam penyusunan suatu proses pemelajaran.
Model ini digunakan karena ketiganya mencerminkan dengan tepat apa
yang telah disebutkan sebagai tujuan dari penelitian ini. Dengan mengetahui
kebutuhan pemelajar dalam situasi target, kekurangan yang harus diperbaiki
hingga sampai di titik situasi target dapat terlihat dengan jelas. Selain itu, dengan
mempertimbangkan aspirasi pemelajar dalam proses pemelajaran, kita telah
menumbuhkan rasa percaya diri dan perasaan didengarkan dalam diri setiap
pemelajar. Hal ini pada gilirannya akan mengurangi affective filter para pemelajar
sehingga proses pemelajaran dapat mencapai hasil yang diinginkan.
Profil Calon Pemelajar
Calon pemelajar yang menjadi sumber data dalam analisis ini adalah tiga
orang mahasiswa program studi teknik telekomunikasi nirkabel di Politeknik
Negeri Bandung. Ketiganya mengambil program D4 dan saat ini berada di

semester keenam. Dalam dua semester kedepan, mereka akan mengikuti program
kerja praktik (KP) dan penulisan tugas akhir (TA).
Dalam hal pemelajaran bahasa Inggris, para calon pemelajar memiliki
beberapa nilai tambah yang seharusnya dapat menjadi nilai lebih. Ketiga
mahasiswa tersebut telah memelajari Bahasa Inggris selama lebih dari 5 tahun
sehingga dapar disimpulkan bahwa mereka sudah familiar dengan bahasa Inggris.
Secara keseluruhan mereka memiliki sikap yang positif terhadap bahasa maupun

budaya bahasa Inggris. Selain itu, mereka memiliki skor TOEFL yang cukup baik,
berkisar antara 400-500.
Akan tetapi, dari data yang dikumpulkan diketahui bahwa mereka merasa
tidak puas dengan proses pemelajaran yang mereka jalani selama ini. Mereka
merasa bahwa metode dan meteri ajar yang selama ini digunakan dalam proses
pemelajaran tidak dapat meningkatkan minat bahasa mereka secara optimal. Hal
ini tentunya dapat berpengaruh langsung terhadap kemahiran berbahasa mereka.
Para mahasiswa ini bahkan mengakui sendiri bahwa tingkat penguasaan bahasa
mereka masih belum memadai meskipun dengan nilai-nilai tambah yang
disebutkan sebelumnya.
Selanjutnya, sebagai orang-orang yang bergerak di bidang teknologi yang
sangat dinamis dan global, sudah selayaknya mereka memiliki kebutuhan akan
penguasaan

bahasa Inggris yang tinggi. Selain menguasai keterampilan

berkomunikasi secara umum, mereka juga diharapkan untuk menguasai bahsa
Inggris yang bersifat technical yang berkaitan dengan bidang teknologi. Namun
demikian, dalam analisis kebutuhan ini hanya akan dibahas kebutuhan terhadap
penguasaan keterampilan membaca. Hal ini disebabkan oleh kebutuhan yang
mendesak untuk mampu membaca jurnal-jurnal asing berbahasa Inggris yang
diperlukan sebagai sumber data dalam penulisan TA.
Metodologi
Pada dasarnya metode pengumpulan data yang digunakan dalam analisis
kebutuhan ini adalah wawancara dan kuesioner. Seperti diketahui, sebagian besar
analisis kebutuhan maupun penelitian lain dimulai dengan penyebaran kuesioner
dan dilanjutkan dengan wawancara. Akan tetapi, dalam analisis ini kedua metode
pengumpulan data tersebut dilakukan dengan urutan sebaliknya. Hal ini dilakukan
karena beberapa pertimbangan berikut ini:
 Penulis tidak familiar dengan para calon pemelajar sehingga
dengan mengadakan wawancara terlebih dahulu penulis dapat lebih

mengenal calon pemelajar. Hal ini sangat membantu proses
penyusunan kuesioner karena penulis telah mendapatkan gambaran
mengenai pemelajar
 Dengan mengadakan wawancara terlebih dahulu, calon pemelajar
dapat lebih fokus dalam mengisi kuesioner karena telah
memperoleh penjelasan dalam wawancara mengenai poin-poin
penting yang akan dikaji dalam analisis ini.
 Hasil wawancara memberikan data yang cukup komprehensif
sehingga kuesioner dapat disusun secara lebih singkat dan
sederhana. Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya kasus
dimana calon pemelajar mengisi kuesioner dengan asal-asalan
karena kuesioner yang terlalu panjang dan rumit.
Proses pengumpulan data dilakukan melalui tahap-tahap sebagai berikut;
1. Para pemelajar diwawancara untuk mendapatkan gambaran umum
mengenai keinginan, kemampuan serta kesulitan yang mereka hadapi
dalam pemelajaran Bahasa Inggris.
2. Berdasarkan

hasil

wawancara,

sebuah

kuesioner

disusun

untuk

mendapatkan informasi yang lebih perinci mengenai aspek kebutuhan
yang telah didapatkan melalui wawancara.
3. Selain itu, untuk menyelidiki kebutuhan pemelajar dengan lebih
terstruktur, dilakukan analisis terhadap kurikulum program studi Teknik
Telekomunikasi Nirkabel Politeknik Negeri Bandung. Hal ini dilakukan
agar bahan bacaan yang digunakan sebagai materi ajar di program
pemelajaran nantinya berkesesuaian dengan topik-topik yang mereka
pelajari di kelas.
4. Setelah para pemelajar mengisi kuesioner, hasil kuesioner dianalisis dan
diformulasikan ke dalam bentuk laporan yang memuat poin-poin utama
yang perlu diacu dalam penyusunan materi ajar nantinya.

Hasil dan Pembahasan
Kebutuhan
Seperti disebutkan sebelumnya, kebutuhan mengacu pada kemampuan
atau tingkat penguasaan yang harus dimiliki pemelajar untuk dapat berfungsi
dengan baik pada kondisi target. Dalam hal ini, situasi target yang dimaksud
adalah proses penulisan TA dimana sebagian besar sumber datanya merupakan
jurnal-jurnal ilmiah berbahasa Inggris. Oleh sebab itu pemelajar dituntut untuk
dapat menguasai keterampilan membaca, terutama membaca ilmiah.
Membaca ilmiah sendiri merupakan suatu jenis membaca yang berbeda
dengan jenis membaca lainnya, baik dalam hal konten yang dibaca maupun dalam
hal bagaimana proses membaca seharusnya dilakukan. Oleh sebab itu, pemelajar
memerlukan pemahaman yang tepat mengenai membaca ilmiah sebelum mulai
menekuni apa saja kemahiran-kemahiran mikro yang perlu mereka kuasai untuk
dapat memahami teks-teks ilmiah dengan baik. Keterampilan mikro yang paling
penting untuk dikuasai mencakup mengenali ide utama dan memahami teks secara
menyeluruh tanpa harus mengerti makna setiap kata maupun kalimat dalam suatu
teks.
Selanjutnya, dari hasil analisis kurikulum sederhana diketahui bahwa
pemelajar memerlukan bahan-bahan ajar dengn topik-topik sebagai berikut:
- sistem komunikasi radio
- sistem komunikasi satelit
- perancangan antena
- sistem komunikasi optik
- jaringan komunikasi bergerak
- manajemen proyek
Tentu saja daftar di atas tidak mencakup keseluruhan topik yang akan
ditemui pemelajar dalam proses penulisan TA nantinya. Akan tetapi dengan
memiliki sedikit gambaran mengenai beberapa topik yang berkaitan erat dengan
bidang telekomunikasi nirkabel, penyusun program dapat merencanakan materi
ajar yang akan digunakan dengan lebih terarah.

Kekurangan
Berdasarkan data yang ada, kekurangan utama yang menyulitkan para
calon pemelajar adalah kurangnya minat membaca secara umum. Dari tiga
mahasiswa yang menjadi calon pemelajar, dua diantaranya mengaku pada
dasarnya memang tidak suka membaca. Hal ini tentunya sangat mempengaruhi
tingkat kemahiran membaca mereka karena tanpa adanya minat dan kebiasaan
membaca mereka akan mengalami kesulitan memahami teks-teks ilmiah dalam
bahasa Indonesia sekalipun. Oleh karena itu, penyusun program hendaknya
mampu merancang suatu model pembelajaran yang menarik sehingga motivasi
pemelajar tidak hanya bersifat instrumental namun juga integratif. Artinya,
pemelajar mengikuti program ini bukan hanya karena membutuhkannya dalam
bidang akademik namun juga karena mereka tertarik secara pribadi.
Selain itu, para calon pemelajar mengalami kesulitan dalam hal
penguasaan kosakata yang terbatas, khususnya dalam hal kosakata teknis yang
hanya dijumpai dalam teks-teks ilmiah. Keterbatasan penguasaan kosakata ini
pada gilirannya akan sangat mempengaruhi sejauh mana pemelajar dapat
memahami konten dari suatu teks. Akan tetapi, mengingat penyebab dari
kekurangan ini adalah kurangnya exposure yang mereka dapatkan terhadap
kosakata teknis tersebut, penyusun program dapat mengatasinya dengan
memberikan sebanyak mungkin exposure terhadap kata-kata teknis tersebut.
Selanjutnya, kekurangan lain yang dimiliki para calon pemelajar adalah
pemahaman tatabahasa yang rendah. Tidak dapat dipungkiri bahwa tata bahasa
memainkan peran yang besar dalam menentukan tingkat pemahaman seseorang
terhadap setiap bentuk komunikasi, termasuk komunikasi tulis. Dalam hal ini,
penguasaan tata bahasa bahkan memainkan peran yang lebih besar karena teks
dalam situasi target merupakan teks ilmiah yang memiliki struktur lebih
kompleks. Berkaitan dengan hal ini, penyusun program hendaknya memberikan
penekanan terhadap pemelajaran beberapa poin-poin tata bahasa yang dianggap
paling penting.

Keinginan
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, keinginan pemelajar harus
diperhatikan dalam menyusun program pemelajaran yang sesuai dengan
kebutuhan pemelajar. Keinginan dari calon pemelajar dalam penelitian ini
umumnya didasarkan pada kebutuhan dan kekurangan yang mereka miliki seperti
yang dibahas sebelumnya. Dari data yang ada dapat disimpulkan beberapa poin
yang menjadi keinginan dari calon pemelajar:
Mengenai metode pengajaran yang mereka inginkan, calon pemelajar
secara mengejutkan lebih memilih metode lisan berupa presentasi dari pengajar
yang pada umumnya dianggap membosankan. Dalam konteks pemelajaran
komunikatif, sebenarnya metode ini tidak begitu disarankan karena secara tidak
langsung akan meminimalisasi peran pemelajar dalam proses pemelajaran. Akan
tetapi dalam hal ini hal tersebut dapat dikesampingkan mengingat jangka waktu
pemelajaran yang cukup singkat sehingga metode ceramah yang lebih efisien
dalam hal waktu bias menjadi pilihan yang baik.
Materi ajar yang diinginkan calon pemelajar, seperti juga terlihat dalam
kebutuhan mereka, adalah materi ajar dengan topic-topik terkait dengan bidang
telekomunikasi nirkabel. Hal ini dapat dimengerti mengingat pemelajar harus
membiasakan diri membaca topik-topik tersebut sehingga secara bersamaan
menambah penguasaan mereka terhadap kosakata-kosakata teknis di bidang
tersebut. Hal lain yang perlu diperhatikan pengajar terkait dengan pemilihan
materi ajar adalah penguasaan mereka sendiri terhadap topic-topik yang dibahas.
Agar proses pemelajaran berjalan dengan efektif pembelajar juga harus berusaha
memperluas wawasan mereka mengenai bidang telekomunikasi nirkabel,
setidaknya mengenai topik-topik yang nantinya akan dibahas di kelas.
Selain kosakata dan topik materi ajar, calon pemelajar juga menginginkan
pembahasan yang lebih mendalam mengenai materi grammar atau tata bahasa.
Oleh sebab itu, pengajar diharapkan mampu memberikan penjelasan mengenai
poin-poin tata bahasa yang nantinya akan ditemui pemelajar saat membaca jurnaljurnal ilmiah. Pengajar dapat menggunakan pendekatan induktif maupun deduktif

sesuai dengan situasi pemelajaran dan juga karakteristik dari grammar point yang
diberikan.
Kesimpulan
Analisis kebutuhan merupakan suatu proses yang harus dilakukan di awal
sebuah program pemelajaran agar program tersebut berjalan efektif. Dalam
penelitian ini analisis kebutuhan dilaksanakan terhadap mahasiswa teknik
telekomunikasi yang ingin meningkatkan kemampuan membaca yang nantinya
diperlukan dalam penulisan tugas akhir. Hasil dari analisis kebutuhan ini dapat
dipaparkan secara singkat melalui beberapa poin berikut.
 Pemelajar membutuhkan kemampuan membaca jurnal-jurnal
ilmiah yang berkaitan dengan bidang telekomunikasi nirkabel
 Kekurangan yang paling menyulitkan pemelajar dalam membaca
adalah kurangnya penguasaan kosakata dan tata bahasa (grammar)
 Pemelajar menginginkan program pemelajaran dengan metode
lisan dan terfokus pada pengajaran kosakata teknis serta tata bahasa
(grammar).
Dalam proses penyusunan kurikulum dan silabus pemelajaran, seorang
pengajar terkadang masih menemukan beberapa informasi yang tidak jelas dan
rancu. Oleh sebab itu, sebelum dan bahkan selama program pemelajaran berjalan,
selalu tersedia ruang untuk perbaikan dan penyempurnaan. Jadi hasil analisis
kebutuhan pada awal proses pemelajaran seperti yang dilaksanakan dalam
penelitian ini merupakan informasi awal yang nantinya masih dapat dilengkapi
seiring dengan berjalannya program pemelajaran tersebut.

Referensi
Kemp, J.E.1985. The Instructional Design Process. New Yor: Harper & Row Publisher.
Nation, J dan Macalister I.S.P.2010. Language Curriculum Design.
Routledge.

New York:

Husna, F. 2011. The Analysis of Students’ Needs on the Semantics and
Pragmatics Learning Materials: A Survey Study at English Language
Teaching Study Program of State University of
Padang. Skripsi.
Jurusan Bahasa Inggris FBSS. UNP Padang.
Wallace, C.1993. Reading. Oxford: Oxford University Press.

Dokumen yang terkait

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65

Analisis Pertumbuhan Antar Sektor di Wilayah Kabupaten Magetan dan Sekitarnya Tahun 1996-2005

3 59 17

Analisis tentang saksi sebagai pertimbangan hakim dalam penjatuhan putusan dan tindak pidana pembunuhan berencana (Studi kasus Perkara No. 40/Pid/B/1988/PN.SAMPANG)

8 102 57

Analisis terhadap hapusnya hak usaha akibat terlantarnya lahan untuk ditetapkan menjadi obyek landreform (studi kasus di desa Mojomulyo kecamatan Puger Kabupaten Jember

1 88 63